PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 2 GAYA- GAYA GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 2 GAYA- GAYA GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng"

Transkripsi

1 PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 2 GAYA- GAYA GEOLOGI STRUKTUR Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 2018

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-nya, penyusunan Bahan Ajar Program Keahlian Geologi Pertambangan dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan Bahan Ajar ini dilakukan untuk memberikan pembenaran secara akademis dan sebagai landasan pemikiran dari materi pokok Geologi Struktur yang terdiri dari empat Kegiatan Pembelajaran (1) Dasar-Dasar Geologi Struktur, (2) Gaya-Gaya Geologi Struktur (3) Jenis-Jenis Geologi Struktur dan (4) Pengukuran Geologi Struktur. Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada hasil kajian dan diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat di berbagai pelaksanaan perkembangan di bidang Geologi Pertambangan. Adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman materi secara komprehensif dengan para praktisi dan pakar di bidangnya, serta diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif. Kelancaran proses penyusunan Bahan Ajar ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Untuk itu, terima kasih atas ketekunan dan kerjasamanya. Semoga Bahan Ajar ini bermanfaat bagi pembacanya. Bandung, April 2018 Tim Penyusunan ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR GAMBAR...iv KEGIATAN BELAJAR 2: GAYA-GAYA GEOLOGI STRUKTUR... 1 A. PENDAHULUAN Deskripsi Mata Kegiatan Relevansi Mata Kegiatan Petunjuk Belajar... 2 B. CAPAIAN PEMBELAJARAN... 2 C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN... 2 D. URAIAN MATERI Gaya dan Deformasi Tegasan (Stress) Keterakan (Strain) Hubungan Stress, Strain dan Pecahnya Batuan E. RANGKUMAN F. TUGAS G. TES FORMATIF H. DAFTAR PUSTAKA I. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF...Error! Bookmark not defined. iii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Komponen Gaya dalam Perubahan Pembentukan Benda... 4 Gambar 2. Karakteristik dan Respon Benda Terhadap Deformasi... 5 Gambar 3. Ilustrasi Kesetimbangan Gaya pada Permukaan... 7 Gambar 4. Gambaran 2-D untuk stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992)... 8 Gambar 5. Gambaran 3-D kondisi stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992)... 9 Gambar 6. Ilustrasi Pemilihan Sistem Koordinat... 9 Gambar 7. Diagram Mohr dalam 2-D Gambar 8. Diagram Mohr 3-D Gambar 9. Jenis-Jenis Tegasan Diferensial Gambar 10. Jenis dan Distribusi Strain dalam Deformasi Batuan (Park, 1989) Gambar 11. Sumbu Utama Strain dan Strain Ellipsoid (Twiss dan Moore, 1992) Gambar 12. Diagram Mohr untuk strain (Davis dan Reynolds, 1996) Gambar 13. Hubungan antara stretch, extension, shear strain dan strain ellipse Gambar 14. Hubungan strain dan bentuk struktur pada batuan (Twiss dan Moore, 1992)17 Gambar 15. Strain field diagram dari Ramsay (1967) Gambar 16. Deformasi yang coaxial dan noncoaxial strain (Twiss dan Moore, 1992) Gambar 17. Bentuk ellipsoid dalam homogenous strain (Park, Gambar 18. Flinn diagram untuk homogenous strain (Twiss dan Moore, Gambar 19. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) Terhadap Batuan.. 21 Gambar 20. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) yang Menggambarkan Sifat Material/Batuan iv

5 KEGIATAN BELAJAR 2: GAYA-GAYA GEOLOGI STRUKTUR A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Mata Kegiatan Geologi struktur merupakan bagian dari ilmu geologi yang terdiri daribentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan karena akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang bentuk tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi dan penjelasan bagaimana proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditujukan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan / Kekar (fraktur), patahan/ Sesar (patahan), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (satuan tektonik), sedangkan tektonik dan geotektonik yang merupakan objek yang lebih besar, yang merupakan obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera,dan sebagainya. 2. Relevansi Mata Kegiatan Geologi struktur meruapakan hal kedua yang harus dipahami oleh seseorang yang mendalami geologi pertambangan. Setelah memahmi batuan dan mineral, selanjutnya perubahan komposisi letak batuan dan perubahan mineral yang ada dapat disebabkan oleh geologi struktur ini. Dalam Ekplorasi geologi pertambangan, Struktur geologi yang ada dapat menjadi suatu indikasi keterdapatan suatu bahan sumber daya mineral atau bahan galian tertentu. Dengan mempelajari Geologi struktur maka kita dapat memahami suatu gejala geologi yang terjadi, dan informasi menjadi sangat berguna untuk meninterpretasi data hasil Ekplorasi geologi pertambangan. Page 1

6 3. Petunjuk Belajar Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya. b. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam modul ini melalui pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda. c. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang. d. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen. B. CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Menganalisis gaya-gaya geologi struktur C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Memahami pengertian gaya 2. Memahami tentang Stress 3. Memahami tentang Strain 4. Mengetahui hubungan Stress dan Strain terhadap batuan Page 2

7 D. URAIAN MATERI 1. Gaya dan Deformasi Batuan yang terdapat di bumi merupakan subyek yang secara terus menerus mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan ataupun keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita akan menyebut batuan tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya). Gaya adalah suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda. Ada dua jenis gaya yang mempengaruhi tubuh batuan dalam geologi yaitu body force dan surface force. Body force bekerja pada masa suatu batuan yang hanya tergantung pada jumlah masa dalam tubuh batuan dan tidak dari besarnya gaya yang bekerja disekelilingnya. Contoh body force yang terpenting adalah gaya gravitasi dan elektromagnetik. Gayagaya tersebut dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan bumi). Gaya gravitasi adalah gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi yang ada di sekeliling kita. Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi berbanding lurus dengan jumlah materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak tergantung pada luas kawasan yang terlibat. Surface force adalah gaya yang bekerja dipermukaan bidang kontak. Efek dari surface force tergantung pada besarnya dan luas permukaanya. Efek gaya akibat pembebanan atau loading adalah contoh dari surface contact yang bekerja di permukaan bumi. Satu gaya dapat diurai menjadi dua komponen gaya yang bekerja dengan arah tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut. Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu: satu tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan. Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya. Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu komponen gaya X, Y dan Z. Apabila suatu benda diberi gaya misalnya dalam proses deformasi struktur, gaya tersebut dapat memindahkan benda ketempat lain yang disebut sebagai translasi. Jika Page 3

8 gaya merubah orientasinya, yang dikenal sebagai rotasi. Apabila gaya tersebut merubah ukuran benda dinamakan proses dilation. Sedangkan apabila gaya tersebut merubah bentuk benda disebut distorsi. Sehingga total deformasi yang terjadi (D) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari ilmu gaya-gaya tersebut diatas: D = Translasi+Rotasi+Dilation+Distorsi Gambar 1. Komponen Gaya dalam Perubahan Pembentukan Benda Ada dua kategori reaksi benda terhadap proses deformasi yaitu dapat bersifat rigid dan non-rigid. Dalam proses deformasi yang rigid (rigid body deformation) benda ditranslasikan serta dirotasikan sedemikian rupa sehingga bentuk dan ukuran semula tetap sama. Sedang perubahan yang dihasilkan dari deformasi non-rigid batuan mengalami perubahan bentuk serta ukurannya. Sebuah benda dalam satu deformasi dapat mengalami keduanya baik itu perubahan bentuk maupun ukuran. Pada umumnya deformasi rigid maupun non-rigid beroperasi bersamaan. Gerakan sesar atau patahan pada umumnya dikelompokan sebagai rigid deformasi, tetapi apabila sesar-sesar tersebut terletak berdekatan (membentuk zona) gerakannya menjadi non-rigid deformasi. Page 4

9 Gambar 2. Karakteristik dan Respon Benda Terhadap Deformasi Translasi Dalam translasi murni, semua titik dalam tubuh batuan yang terdeformasi akan bergerak dengan arah yang sama dan sejajar. Translasi terjadi pada tubuh batuan yang rigid contohnya bidang perlapisan saling bergeser pada saat terlipat (Flexural Slip) dan gerakan lempeng-lempeng bumi. Translasi untuk benda yang rigid lebih mudah jika diekspresikan dengan vektor pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini translasi dikelompokan menjadi tiga parameter (Ramsay, 1969) yaitu: jarak pergerakan (distance of transport) dengan skala millimeter sampai ratusan kilometer, arah (direction of transport) yang diekspresikan dengan plunge dan trend, dan polarisasi transport (sense of transport). Konsep ini digunakan dengan baik dalam menganalisa gerakan sesar, contohnya pemakaian slip vektor untuk gores-garis (slickenside). Dengan mengetahui dua titik referensi kita bisa menentukan jenis relatif pergerakan sebenarnya (slip) suatu sesar dan juga total pergerakannya (net-slip). Page 5

10 Rotasi Rotasi adalah konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam deformasi batuan, misalnya dalam perlipatan atau sesar. Rotasi dikelompokan dalam deformasi rigid yang merubah susunan titik dalam suatu benda dimana paling mudah digambarkan dengan mengunakan suatu acuan sumbu yang sama. Perubahan lokasi titik-2 digambarkan dengan mengunakan orientasi dari sumbu rotasi yaitu trend and plunge, polarisasi dari rotasi (sense of rotation) yaitu searah atau berlawanan arah jarum jam, dan besarnya rotasi yang diukur dengan besaran sudut (derajat). 2. Tegasan (Stress) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Berdasarkan definisinya, tegasan dapat dinyatakan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F)/luas (A). Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen disebut tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3 komponen, yaitu: σ P, σ Q dan σ R. Perbedaan antara tegasan maksimal (σ P ) dan tegasan minimal (σ R ) disebut sebagai tegasan pembeda. Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut. Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan untuk menghasilkan retakan/rekahan. Pada kondisi kesetimbangan, gaya yang bekerja pada tubuh batuan akan setimbang atau sama besar disemua arah. Pada kondisi ini, stress akan bervariasi tergantung pada permukaan gaya tersebut bekerja. Contohnya: Page 6

11 Permukaan A Permukaan B Gambar 3. Ilustrasi Kesetimbangan Gaya pada Permukaan Pada kondisi kesetimbagan gaya yang bekerja yang pada permukaan A sama dengan jumlah total anak panah akan sama dengan gaya ang bekerja pada permukaan B. Jika luas area A = 2 x Area B, maka stress dipermukaan A = ½ harga stress dipermukaan B. Satuan yang umum digunakan untuk harga stress adalah: 1 bar =10 6 dyne = atm = kg/cm 2 =10 5 newtons/m 2 =10 5 Pa = psi Satuan stress yang paling umum dipakai adalah pascal (Pa): 1 kilopascal (kpa) = 10 3 Pa 1 megapascal (MPa) = 10 6 Pa 1 gigapascal (Gpa) = 10 9 Pa 1 mpa = 10 bar, 1 Pa = 10 dyne/cm 2 Harga stress disuatu kedalaman di bumi akan hanya dipengaruhi oleh density dari batuan dan kedalaman kolom batuan diatasnya: = gh. Stress jenis ini dikenal sebagai lithostatic stress, dimana harganya akan berubah sesuai dengan perubahan kedalamannya. Tekanan litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi. Prinsip tekanan litostatik ini sama dengan tekanan hidrostatik yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air. Akan tetapi nilai tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air. Stress dalam Dua Dimensi Kita tahu bahwa stress dalam dua dimensi disuatu titik dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu normal stress dan shear stress ( n dan s ). Page 7

12 Dalam dua dimensi, normal stress dapat bersifat kompresi maupun tensile, sehingga pengamatan stress disuatu titik akan sangat mudah dengan mengunakan ellipse (Gambar 5). Secara umum harga normal dan shear stress yang bekerja pada sembarang bidang tidak akan sama dengan nol. Kecuali untuk stress yang bekerja sejajar pada sumbu major dan minor dari ellipse. Normal stress dan shear stress dikenal sebagai principal stress, dimana bidang dimana mereka bekerja dikenal sebagai bidang utama atau principal surface. Gambar 4. Gambaran 2-D untuk stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992) Dalam tiga dimensi, komponen yang bekerja tegak lurus pada bidang dikenal sebagai normal stress ( n ). Komponen yang berada diluar diagonal yang bekerja paralel dengan bidang yang dikenal sebagai shear stress ( s ). Page 8

13 Gambar 5. Gambaran 3-D kondisi stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992) Stress Tensor Keadaan atau kondisi stress (state of stress) adalah intensitas gaya di semua arah pada satu titik dan waktu tertentu. Kondisi stress ini akan mempunyai besaran dan arah yang dikenal sebagai second rank (order) tensor. Stress tensor adalah besaran yang konstan, tetapi pada dasarnya nilai numeriknya akan tergantung pada orientasi dan skala koordinat yang dipilih untuk setiap situasi tertentu. Pemilihan sitem koordinate ini sangat signifikan dan akan lebih mudah jika dilihat didalam vektor dua dimensi. Berdasarkan hal ini maka ada satu kemungkinan dalam koodinate sistem yang memberikan harga nol untuk salah satu komponen matrixnya (Gambar 7). Sebagai besaran vektor, harga numerik dari stress tensor akan tergantung pada orientasi dan skala yang dipilih untuk dalam suatu sistem koodinat. Jika suatu sistem koodinat yang dipilih tepat, semua harga komponen yang diluar diagonal adalah nol. Gambar 6. Ilustrasi Pemilihan Sistem Koordinat Page 9

14 Mohr Diagram Stress ellipse menunjukan bahwa komponen normal dan shear stress harus berubah secara progresif terhadap orientasi bidangnya. Gambaran hubungan antara orientasi bidang dengan besaran normal dan shear stress sukar digambarkan. Pada tahun 1880, Otto Mohr memperkenal metoda graphis yang menggambarkan hubungan antara normal dan shear stress dari semua bidang pada kondisi stress tertentu. Hubungan ini digambarkan sangat simple dalam diagram Mohr, dimana n normal stress sebagai sumbu horizontal dan s shear stress sebagai sumbu vertikal. Dalam diagram Mohr harga komponen normal dan shear stress untuk semua orientasi digambarkan sebagai titik dalam lingkaran yang dinamakan lingkaran Mohr. Pusat lingkaran terletak pada sumbu normal stress. Karakteristik dari lingkaran Mohr jelas memperlihatkan bahwa stress di satu titik berhubungan langsung dengan stress permukaan di suatu bidang melalui pada satu titik. Aturan umum bagi geologist untuk tanda adalah kompresi akan selalu positif (+) karena dalam banyak situasi geologist terkonsentrasi pada principal stress yang kompresi. Sedangan umumnya untuk engineer tanda untuk kompresi adalah negatif (-), karena umumnya engineer hanya terkonsentrasi pada tensile. Gambar 7. Diagram Mohr dalam 2-D Shear stress akan mempunyai nilai maximum pada bidang yang normalnya = 45 dengan arah pada 1 diagram fisik dan terjadi pada 2 = 90 diukur dari ( 1,0) pada diagram Mohr. Bidang ini adalah bidang conjugate dari shear stress maksimum. Page 10

15 Besarnya stress disatu titik secara unik mempunyai dua karakteristik besaran skalar yaitu: (1) besaran didefinisikan sebagai pusat lingkaran Mohr 1 yang dikenal sebagai mean dari normal stress. (2) jari-jari r dari lingkaran sebagai harga maksimum shear stress ( s ). Diagram Mohr dalam 3-D lebih komplex dibandingkan pengambaran dalam 2- D, karena dalam kondisi stress disatu titik dalam 3-D menjadi besaran tensor (stress tensor). Secara simple diagram Mohr 3-D dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 8. Diagram Mohr 3-D Daerah yang berwarna gelap adalah daerah bidang yang tidak sejajar maupun tegak lurus dengan principal stress. Ada tiga bidang yang tegak lurus dengan arah principal stress dan mempunyai harga s = 0. Salah satu bidang ini mempunyai harga n maksimum yaitu 1 dan satunya mempunyai harga n minimum yaitu 3. Setiap bidang yang tidak sejajar maupun tegak lurus arah principal stress akan mempunyai s 0 tetapi < 1-3 /2 dan n lebih kecil dari 1 tetapi lebih besar dari 3. Nomenclature Stress Jika semua principal stress mempunyai harga yang sama, kondisi stressnya dinamakan hidrostatik. Kondisi ini sama dengan kondisi stress fluida dalam keadaan setimbang. Mean stress adalah komponen hidrostatik stress yang cenderung menyebabkan dilation pada batuan. Deviatoric stress adalah komponen non-hydrostatik yang cenderung menyebabkan distortion. Differential stress adalah perbedaan maximum Page 11

16 dan minimum dari principal stress, dimana semakin besar perbedaannya semakin potensial untuk terdistorsi. Tegasan diferensial (Differential stress) dapat dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang. 2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami penekanan. 3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya batuan. Gambar 9. Jenis-Jenis Tegasan Diferensial 3. Keterakan (Strain) Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk dari suatu benda seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi atau coaxial ditambah dengan komponen rotasinya. Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya strain diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap Page 12

17 sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous (heterogenenous) strain, nilai strain di berbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan demikian kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar. Perbedaan antara homogeneous dan inhomogenous (heterogenenous) strain yang paling jelas dan dapat dengan mudah diamati adalah pada struktur perlipatan. Gambar 10. Jenis dan Distribusi Strain dalam Deformasi Batuan (Park, 1989) Deformasi yang progresif (progressive deformation) adalah gerakan yang membawa benda dari kondisi yang belum terdeformasi ke kondisi final sesudah deformasi. Tahapan strain yang terjadi selama deformasi dinamakan strain path. Jumlah total deformasi yang dialami batuan didefinisikan sebagai state of strain. Untuk mempermudah gambaran geometri dan perhitungan daalam deformasi batuan seringkali digambarkan sebagai perubahan lingkaran ke ellipse yang dikenal sebagai strain ellipse. Keuntungan mengunakan geometri ellipse adalah melakukan aspek ratio dari sumbu panjang dan pendeknya untuk deformasi dengan areal yang konstan. Perubahan total dari bentuk lingkaran ke ellipse dikenal sebagai finite strain ellipse. Strain dapat diukur dalam dua cara: 1. Perubahan panjang suatu garis (linear strain) 2. Perubahan sudut antara dua garis (shear strain) Page 13

18 Setiap geometri strain dapat diukur dari kombinasi kedua perubahan diatas, sehingga dapat didefinisikan sebagai: 1. Extension (e) Extension sering juga didefinisikan sebagai stretch (S), yaitu ratio dari panjang yang baru terhadap panjang awal. Nilai e yang positif disebut sebagai elongation dan e negatif sebagai shortening. 2. Shear Strain ( ) Angular shear strain adalah perubahan sudut dari posisi awal yang tegak lurus. Harga shear strain sepanjang garis bisa negatif maupun positif tergantung pada polarisasi dari rotasi (sense of rotation) dari garis semula tegak lurus padanya. Perlu diingat bahwa pergeseran searah jarum jam akan positif (+) dan berlawanan arah dengan jarum jam akan negatif (-). Sebaran nilai shear strain adalah nol sampai tak terhingga. Finite Strain Ellipse Dalam suatu strain ellipse, sumbu yang sejajar dengan maksimum extension (e) akan mempunyai nilai maksimum stretch atau S 1. Sebaliknya sumbu dengan nilai minimum extension (e) yaitu sumbu pendeknya akan mempunyai minimum stretch atau S 3. Hubungan ini juga memberikan kesimpulan bahwa pada arah garis paralel sumbu panjang atau pendek dari strain ellipse merupakan satu-satunya garis dimana harga shear strain ( ) atau angular shear strain ( ) akan nol. Hubungan garis sejajar maupun tegak lurus terhadap sumbu pendek maupun panjang dalam strain ellipse yang unik ini dikenal sebagai sumbu utama dari finite strain ellipse (the principal axes of strain ellipse). Dimana sumbu panjang dari finite strain ellipse mewakili arah dan besaran dari maksimum stretch. Sumbu pendek dari finite strain ellipse mewakili arah dan besaran minimum stretch atau maksimum perpendekan (shortening) dalam plane strain. Page 14

19 S 1 S 3 S 2 S 3 S 3 S 1 S 2 S 1 Gambar 11. Sumbu Utama Strain dan Strain Ellipsoid (Twiss dan Moore, 1992) Ada dua persamaan strain yang utama yang memungkinkan untuk menentukan stretch dan shear strain untuk setiap arah garis dalam batuan kondisi strain dengan nilai S 1, S 3, d (sudut yang dibentuk antara garis L dengan maximum stretch (S 1 )) diketahui. Cara lain mengekspresikan perubahan panjang suatu garis adalah mengunakan quadratic elongation ( ) Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation atau / juga merupakan persamaan yang sangat penting untuk menggambarkan kombinasi perubahan garis dan sudut dalam suatu deformasi (Davis dan Reynolds, 1996). Diagram Mohr Strain Otto Mohr (1882) menemukan bahwa kedua persamaan strain diatas dapat diwakili secara graphis dengan menggunakan lingkaran yang dinamakan lingkaran Mohr diagram strain. Pengambaran secara graphis untuk persamaan strain sebenarnya memperlihatkan hubungan sistematik dari variasi dalam quadratic elongation dan shear strain, sehingga metoda graphis ini sangat praktis digunakan Page 15

20 s Gambar 12. Diagram Mohr untuk strain (Davis dan Reynolds, 1996) Strain Ellipsoid Dalam setiap strain yang homogen, setiap bentuk bola akan terdeformasi menjadi bentuk ellipse yang dinamakan strain ellepsoid atau dalam kondisi plane strain membentuk strain ellipse. Stretch, extension dan shear strain pada dasarnya semuanya mempunyai hubungan geometri yang simple baik dalam dua dimensi maupun tiga dimensi. Undeformed State Deformed State R = en R = 1 Strain r = Sn A. Extension and stretch Undeformed State T R Strain Deformed State t r e tan B. Shear strain Gambar 13. Hubungan antara stretch, extension, shear strain dan strain ellipse Strain ellipsoid adalah gambaran yang lengkap dari kondisi strain di suatu titik. Kita dapat mendiskripsi kondisi strain di satu titik apabila kita mengetahui extension dan dua shear strain dari tiga bagian garis yang saling tegak-lurus pada kondisi sebelum deformasi. Strain ellipsoid terdiri dari 9 strain komponen. Setiap strain Page 16

21 komponen untuk setiap garis ditulis pada kolom-kolom yang terpisah membentuk matrix yang teratur yang dinamakan strain tensor (Twiss and Moore, 1992): Pendekatan dengan menggunakan bentuk lingkaran dan ellipse dalam menggambarkan kondisi strain dalam batuan didasarkan pada kenyataan bahwa batuan yang mengandung fossil akan mencatat data distribusi strain yang baik jika terdeformasi. Contohnya fossil Ooid yang berbentuk lingkaran yang hampir sempurna dan sangat umum dijumpai pada batu gamping, dimana apabila terdeformasi dapat digunakan untuk menentuan arah dan bentuk dari strain ellipsoid (Ramsay, 1967; Twiss and Moore, 1992 dan Davis dan Reynolds, 1996). ^ ^ ^ S 2 < 1 S 2 = 1 S 2 >1 ^S1 S ^ 1 perpendicular to layer ^ S 3 ^ S 2 A. B. C. S ^ 2 ^ perpendicular S 3 to layer ^ S 1 S ^ 2 D. S ^ 3 perpendicular to layer S ^ 3 S ^ 1 S ^ 2 E. F. Gambar 14. Hubungan strain dan bentuk struktur pada batuan (Twiss dan Moore, 1992) Dalam proses deformasi perubahan volume (dilation) dapat disertai dengan perubahan bentuk (distortion) batuan yang dapat diamati dengan mengunakan diagram perbandingan sumbu stretch dari sumbu utama strain (strain field diagram) yang dikembangkan oleh Ramsay (1967). Diagram ini mengambarkan tentang klasifikasi struktur yang didasarkan kepada karakteristik strainnya. Page 17

22 S3 Strating Size and Shape Field of No Strain Field of Expansion 1.0 Field of Linier Strecthing Field of Linear Shortening Field of Compensation Field of Contraction 1.0 S1 Gambar 15. Strain field diagram dari Ramsay (1967) Berdasarkan pemodelan analog maupun numerik disimpulkan bahwa selama proses perubahan bentuk (distortion) sumbu strain ellipse yang memperlihatkan tahapan dari suatu deformasi umumnya tidak mempunyai orientasi yang tetap. Jika orientasi sumbu finite strain berubah selama proses deformasi berubah dinamakan sebagai non-coaxial strain. Proses ini sering didefiniskan sebagai pure shear deformation. Tetapi jika orientasi sumbu finite strain tidak berubah selama proses deformasi dinamakan sebagai coaxial strain. Proses ini sering didefinisikan sebagai simple shear deformation. Sehingga pure shear dan simple shear adalah jenis strain dan mereka mengambarkan kondisi istimewa dari plane strain. A S i m p l e S h e a r ( N o n c o a x ia l S t r a i n ) B P u r e S h e a r ( C o a x ia l S t r a in ) L M N O º S 3 M S1 2 5 % F l a t t e r in g S 3 S º S3 S1 3 0 % F l a t t e r in g S 3 S1 4 0 % F l a t t e r in g º S3 S1 S 3 S1 Gambar 16. Deformasi yang coaxial dan noncoaxial strain (Twiss dan Moore, 1992) Page 18

23 Pada dasarnya dalam suatu deformasi yang sering dijumpai adalah hanya finite strain (hasil akhir suatu deformasi). Sehingga untuk bisa menentukan suatu strain adalah pure shear atau simple shear diperlukan pengamatan strain melalui suatu proses deformasi yang berkesinambungan atau progressive deformation. Struktur seperti perlipatan, boudin, foliasi dan lineasi terbentuk sebagai hasil reaksi batuan atau sedimen terhadap deformasi yang bersifat progresif. Homogenous Strain Ada tiga kasus istimewa dalam strain yang homogen (homogeneous strain) yang dapat dikenali dari perbandingan sumbu strainnya. Secara umum ketiga sumbu tersebut tidak sama besar. Bentuk ketiga homogenous strain adalah: 1. Prolate atau constructional, yakni extension pada sumbu simetri dan perpendekan (shortening) yang sama pada semua arah yang tegak lurus padanya. 2. Oblate atau flattening, yakni shortening pada sumbu simetri dan extension yang sama semua arah yang tegak lurus padanya. 3. Plane strain, dimana sumbu strain tidak berubah, extension pada arah S 1, dan shortening pada arah S 3 (Gambar 2.11.c). Sehingga plane strain ini dikelompokan sebagai jenis istimewa dari triaxial ellipsoid. Z Y X A Z Y B Z X Y X Gambar 17. Bentuk ellipsoid dalam homogenous strain (Park, 1989 Page 19

24 Cara yang paling umum untuk menggambarkan variasi kondisi strain adalah menggunakan diagram Flinn k = K = 1 ^ a = S 1 S ^ 2 Simple Extension Constrictional Strain Plane Strain Flattering Strain 1 1 Simple Flattering ^ b = S 2 S ^ 3 K = 0 Gambar 18. Flinn diagram untuk homogenous strain (Twiss dan Moore, 1992 Menentukan Strain Dari Batuan Salah satu tujuan terpenting dari geologi struktur adalah mengevaluasi secara kuantitatif total strain (finite strain) suatu area sebagai hasil dari sesuatu deformasi. Ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi strain. (1) Metoda pertama, untuk menentukan masing-masing strain ellipsoid dengan menggunakan variasi bentuk-bentuk khusus strain yang dapat dikenali atau strain markers, yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh area yang dicari. (2) Metode kedua, mengestimasi total shortening dan elongation dengan mengevaluasi geometri dari perlipatan dan sesar. Akan tetapi metoda ini sukar diterapkan dalam tiga dimensi. (3) Metode ketiga mengasumsikan bahwa strain untuk area yang besar secara statistik adalah homogenous, sehingga semua elemen struktur planar dan linear dari seluruh daerah teratur secara statistik dan merefleksikan orientasi dan besaran total finite strain. Cara ini dianggapkan paling effektif terutama untuk menentukan strain dari daerah yang terdeformasi kuat (Twiss and Moore, 1992; Park, 1989). Page 20

25 4. Hubungan Stress, Strain dan Pecahnya Batuan Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Perubahan bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan. 1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik (reversible). 2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible). 3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan pecah/retak. Gambar 19. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) Terhadap Batuan Bila suatu benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah. Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara bahan yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah. Kita dapat membagi material menjadi dua kelas didasarkan atas sifat perilaku dari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu : Page 21

26 1. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut retak/pecah. 2. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture. Gambar 20. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) yang Menggambarkan Sifat Material/Batuan Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa faktor, antara lain adalah: 1. Temperatur Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat meregang dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan pada temperatur, material akan bersifat retas. 2. Tekanan bebas pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan yang rendah akan menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak. 3. Kecepatan tarikan Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur. 4. Komposisi Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu Page 22

27 faktor dalam menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan cenderung bersifat retas. E. RANGKUMAN 1. Gaya adalah suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda. Ada dua jenis gaya yang mempengaruhi tubuh batuan dalam geologi yaitu body force dan surface force.faktor Gaya (Penyebab) 2. Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda. Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen disebut tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3 komponen, yaitu: σ P, σ Q dan σ R. Perbedaan antara tegasan maksimal (σ P ) dan tegasan minimal (σ R ) disebut sebagai tegasan pembeda (tegasan diferensial) 3. Tegasan diferensial (Differential stress) dapat dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu: a. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang. b. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami penekanan. c. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya batuan. 4. Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk dari suatu benda seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi atau coaxial ditambah dengan komponen rotasinya. 5. Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya strain diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous Page 23

28 (heterogenenous) strain, nilai strain di berbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan demikian kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar. 6. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan. a. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik (reversible). b. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible). c. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan pecah/retak. 7. Material dapat dibagi menjadi dua kelas didasarkan atas sifat perilaku dari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu : a. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut retak/pecah. b. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture. 8. Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa faktor, antara lain: Temperatur, Tekanan bebas, Kecepatan tarikan dan Komposisi F. TUGAS TES FORMATIF Page 24

29 G. DAFTAR PUSTAKA 1. Asikin, Sukendar, 1997, Diktat Geologi Struktur Indonesia, Jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung 2. Noor, Djauhari, 2009, Pengantar Geologi, Bab 7. Geologi Struktur. 3. Ragan, D. M., Structural Geology; An Introduction to Geometrical Techniques, 2nd edition. London: John Willey and Sons. 4. UNLAM, Prinsip Dasar Geologi Struktur Page 25

GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR

GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR Gaya a) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda. b) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (gaya gravitasi

Lebih terperinci

Strain, Stress, dan Diagram Mohr

Strain, Stress, dan Diagram Mohr TUGAS GL-2212 GEOLOGI STRUKTUR Strain, Stress, dan Diagram Mohr Oleh: Hafidha Dwi Putri Aristien NIM 12111003 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi

Lebih terperinci

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut : Landasan Teori Geologi Struktur Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan akibat proses deformasi serta menjelaskan proses pembentukannya. Proses

Lebih terperinci

MODUL 1 DASAR-DASAR GEOLOGI STRUKTUR Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

MODUL 1 DASAR-DASAR GEOLOGI STRUKTUR Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) MODUL 1 DASAR-DASAR GEOLOGI STRUKTUR Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2017 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SESAR, KEKAR, DAN LIPATAN DALAM PEMBENTUKAN STRUKTUR PADA BATUAN

HUBUNGAN SESAR, KEKAR, DAN LIPATAN DALAM PEMBENTUKAN STRUKTUR PADA BATUAN II-1 HUBUNGAN SESAR, KEKAR, DAN LIPATAN DALAM PEMBENTUKAN STRUKTUR PADA BATUAN TUGAS Dibuat sebagai tugas untuk mata kuliah Geologi Struktur pada jurusan Teknik Pertambangan Oleh : Kiagus Husni Tamrin

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng

PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

Stress (σ) Stress. Strain

Stress (σ) Stress. Strain Stress () Stress () = F/A dimana A=luas permukaan Unit stress yang umum adalah pascal (KPa, MPa, GPa), bar atau dalam skala luas seperti psi (pound per square inch) dan kg/cm Stress untuk batuan didalam

Lebih terperinci

Adapun tujuan dari mempelajari geologi struktur adalah antara lain:

Adapun tujuan dari mempelajari geologi struktur adalah antara lain: 7 GEOLOGI STRUKTUR 7.1 Pendahuluan Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah

Lebih terperinci

GEOLOGI STRUKTUR PRINSIP GAYA & DEFORMASI

GEOLOGI STRUKTUR PRINSIP GAYA & DEFORMASI GEOLOGI STRUKTUR PRINSIP GAYA & DEFORMASI Definitions Stress adalah gaya yang mengenai batuan (atau sesuatu yang lain) Strain adalah perubahan dalam ukuran dan/atau bentuk dari suatu objek padat (solid

Lebih terperinci

GEOLOGI STRUKTUR ANALISIS KEKAR

GEOLOGI STRUKTUR ANALISIS KEKAR GEOLOGI STRUKTUR ANALISIS KEKAR Fracture & stress states Fracture orientations relative to the principal stress orientations Stress = Gaya per satuan area yang mengenai suatu bidang Kondisi stress yang

Lebih terperinci

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). 9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar sesar anjak berarah WNW - ESE, sesar-sesar geser berarah NE - SW. Bukti-bukti

Lebih terperinci

STRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956)

STRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956) Novia Dian Sundari STRIKE-SLIP FAULTS 12/39585 Sesar mendatar (Strike slip fault atau Transcurent fault atau Wrench fault) adalah sesar yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING 5.1 Definisi dan Terminologi Rekahan Rekahan merupakan bidang diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Karena itu dalam

Lebih terperinci

C iklm = sebagai tensor elastisitas

C iklm = sebagai tensor elastisitas Teori elastisitas menjadi dasar pokok untuk mendiskripsikan perambatan gelombang elastik. Tensor stress σ ik dan tensor strain ε ik dihubungkan oleh persamaan keadaan untuk suatu medium. Pada material

Lebih terperinci

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Identifikasi Struktur Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Dasar Analisis Macam keterakan berdasarkan gaya pembentuknya: Irrotational Strain (pure shear) disebabkan tegasan tekanan (model Moody & Hill, 1956)

Lebih terperinci

RESUME KEKAR. A. Definisi Kekar

RESUME KEKAR. A. Definisi Kekar RESUME KEKAR A. Definisi Kekar Kekar merupakan pola sistematik yang ditandai dengan blok yang saling berpisan bidang rekahan akan tetapi tidak menunjukan pergeseran terlampau berarti pada titik bagiaan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING 6. 1 Pendahuluan Menurut Nelson (1985), sistem rekahan khususnya spasi rekahan dipengaruhi oleh komposisi batuan, ukuran butir, porositas, ketebalan lapisan,

Lebih terperinci

ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA

ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA Ida Bagus Oka Agastya Jurusan Teknik Geologi Institut Sains & Teknologi

Lebih terperinci

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT) SESAR MENDATAR Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani GEOLOGI STRUKTUR PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan OSN PEDAHULUAN Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBENTUKAN STRUKTUR BATUAN TERHADAP KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN

HUBUNGAN PEMBENTUKAN STRUKTUR BATUAN TERHADAP KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN HUBUNGAN PEMBENTUKAN STRUKTUR BATUAN TERHADAP KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN TUGAS GEOLOGI STRUKTUR Oleh: Ripal Ardiansyah (03111002004) Desma Windari (03111002006) Dimas Gustian A (03111002042) Exsa Apriansyah

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING

BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING 6.1 Pendahuluan Batugamping di daerah penelitian terdiri atas beberapa fasies yang berbeda dan kehadiran rekahan pada fasies batugamping yang berbeda

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Geologi Mata Kuliah/Kode : Geologi Struktur (GEO 220314) Jumlah SKS : 4 Semester : III (Tiga) - Ganjil 2016/2017 Dosen Pengampu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 21 Oktober 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA

KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA HUBUNGANNYA DENGAN MASALAH MASALAH 1. GEOLOGI TEKNIK

Lebih terperinci

PAPER GEOLOGI TEKNIK

PAPER GEOLOGI TEKNIK PAPER GEOLOGI TEKNIK 1. Apa maksud dari rock mass? apakah sama atau beda rock dengan rock mass? Massa batuan (rock mass) merupakan volume batuan yang terdiri dan material batuan berupa mineral, tekstur

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR BAB III TEORI DASAR 3.1 INTERPRETASI PENAMPANG SEISMIK 3.1.1 Metoda seismik Prinsip dasar metoda seismik adalah perambatan energi gelombang seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran di permukaan bumi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK Edwin Tanjung 1, Hadi Rusjanto 2, Grace Kurniawati 3 1 Alumni Mahaiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Email:

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi TULANGAN GESER I. PENDAHULUAN Semua elemen struktur balok, baik struktur beton maupun baja, tidak terlepas dari masalah gaya geser. Gaya geser umumnya tidak bekerja sendirian, tetapi berkombinasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.

Lebih terperinci

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara.

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara. mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara. Foto 4.16 Indikasi Sesar Normal mangkubuni (CLT12) 4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur

Lebih terperinci

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40.

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40. Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40. 4.1.4 Sesar Anjak Cisaar 1 Gejala sesar ini dijumpai pada Sungai Cisaar pada lokasi CS 40, CS 41, CS 4, CS 2, dan CS 10. Kehadiran sesar ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING

BAB V KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING BAB V KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING 5.1 Teori Dasar 5.1.1 Mekanisme Pembentukan Rekahan Rekahan adalah suatu bidang diskontinuitas pada batuan yang diinterpretasikan sebagai hasil dari

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

matematis dari tegangan ( σ σ = F A TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

MEiMD. Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT

MEiMD. Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT MEiMD 4 Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT You Are The Designer One of your design problems is to determine the maximum stress that exists in the bent bars to ensure that they are safe. What kinds

Lebih terperinci

FRACTURES FRACTURES AND JOINTS

FRACTURES FRACTURES AND JOINTS FRACTURES Fracture : a break in rock due to brittle behavior to stress Joint : A fracture with no displacement Joint Sets : multiple joints oriented parallel to one another, in response to regional stress

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

IV.2 Pola Kelurusan Daerah Penelitian

IV.2 Pola Kelurusan Daerah Penelitian Pola struktur yang berkembang pada daerah penelitian sebagian besar dipengaruhi oleh pola Jawa dengan kompresi berarah utara-selatan karena terbentuk pola struktur dan kelurusan yang berarah relatif barat-timur.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1. Struktur Sesar Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan 3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. UJI SIFAT FISIK Parameter uji sifat fisik dari sampel batuan didapatkan dengan melakukan perhitungan terhadap data berat natural contoh batuan (Wn), berat jenuh

Lebih terperinci

Transformasi Geometri Sederhana. Farah Zakiyah Rahmanti 2014

Transformasi Geometri Sederhana. Farah Zakiyah Rahmanti 2014 Transformasi Geometri Sederhana Farah Zakiyah Rahmanti 2014 Grafika Komputer TRANSFORMASI 2D Transformasi Dasar Pada Aplikasi Grafika diperlukan perubahan bentuk, ukuran dan posisi suatu gambar yang disebut

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Teori garis leleh ini dikemukakan oleh A.Ingerslev (1921-1923) kemudian dikembangkan oleh K.W. Johansen (1940). Teori garis leleh ini popular dipakai di daerah asalnya yaitu daerah

Lebih terperinci

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG 9 Vol. Thn. XV April 8 ISSN: 854-847 STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG Ruddy Kurniawan, Pebrianti Laboratorium Material dan Struktur Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan

Lebih terperinci

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK Material dalam penggunaannya selalu dikenai gaya atau beban. Oleh karena itu perlu diketahui karakter material agar deformasi yang terjadi tidak berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

Gambar 1.2 Anatomi lipatan (Mc Clay, 1987)

Gambar 1.2 Anatomi lipatan (Mc Clay, 1987) ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI METODE STEREOGRAFIS Disusun Oleh : Eko Suko Wiratmoko 1. LIPATAN 1.1 Definisi Lipatan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai

Lebih terperinci

KEKAR (JOINT) Sumber : Ansyari, Isya Foto 1 Struktur Kekar

KEKAR (JOINT) Sumber : Ansyari, Isya Foto 1 Struktur Kekar KEKAR (JOINT) A. Definisi Kekar Kekar adalah salah satu struktur geologi yang berupa rekahan pada batuan yang tidak terlalu mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar merupakan gejala yang umum

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN 3. UMUM Struktur suatu bangunan tidak selalu dapat dimodelkan dengan Single Degree Of Freedom (SDOF), tetapi lebih sering dimodelkan dengan sistem Multi Degree Of Freedom

Lebih terperinci

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1. DAFTAR ISI COVER i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xvi SARI xvii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) a) Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI UMUM Dalam bagian bab 4 (empat) ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah dibahas pada bab 3 (tiga) di atas. Analisis akan

Lebih terperinci

Esther Wibowo

Esther Wibowo Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Topik Hari Ini Dasar Transformasi Translation Pemindahan, Penggeseran Scaling Perubahan Ukuran Shear Distorsi? Rotation Pemutaran Representasi Matriks Transformasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesarsesar mendatar yang umumnya berarah timurlaut baratdaya dan lipatan yang berarah

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1. TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1. TIN107 Material Teknik #5 - Mechanical Failure #1 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Jenis Perpatahan Mekanisme Perpatahan Perambatan Retakan Perpatahan Intergranular Mekanika Perpatahan Pemusatan Tekanan Ductile vs Brittle

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1. Material baja Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

Lebih terperinci

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si. VEKTOR 1 A. Definisi vektor Beberapa besaran Fisika dapat dinyatakan dengan sebuah bilangan dan sebuah satuan untuk menyatakan nilai besaran tersebut. Misal, massa, waktu, suhu, dan lain lain. Namun, ada

Lebih terperinci

BAB IV TEGANGAN, REGANGAN, DAN DEFLEKSI

BAB IV TEGANGAN, REGANGAN, DAN DEFLEKSI BAB IV TEGANGAN, REGANGAN, DAN DEFLEKSI 4.1. Tegangan Salah satu masalah fundamental dalam mechanical engineering adalah menentukan pengaruh beban pada komponen mesin atau peralatan. Hal ini sangat essensial

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA Bab 3 Model Elemen Hingga Pemodelan numerik tumbukan tabung bujursangkar dilakukan dengan menggunakan LS-Dyna. Perangkat lunak ini biasa digunakan untuk mensimulasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dinding Pengisi 2.1.1 Definisi Dinding pengisi yang umumnya difungsikan sebagai penyekat, dinding eksterior, dan dinding yang terdapat pada sekeliling tangga dan elevator secara

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan

Lebih terperinci

BENTANG ALAM STRUKTURAL

BENTANG ALAM STRUKTURAL BENTANG ALAM STRUKTURAL 1. PENGERTIAN BENTANG ALAM STRUKTURAL Bentang alam merupakan bentuk penampang (landform) suatu daerah di muka bumi yang mencakup ruang luas dan telah membentuk suatu sistem yang

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata Satu,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar (Gambar 4.1) yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar naik berarah relatif WNW-ESE, sesar geser berarah relatif utara-selatan dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan. BAB II TEORI KEAUSAN 2.1 Pengertian keausan. Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari permukaannya

Lebih terperinci