PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng"

Transkripsi

1 PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 2018

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-nya, penyusunan Bahan Ajar Program Keahlian Geologi Pertambangan dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan Bahan Ajar ini dilakukan untuk memberikan pembenaran secara akademis dan sebagai landasan pemikiran dari materi pokok Geologi Struktur yang terdiri dari empat Kegiatan Pembelajaran (1) Dasar-Dasar Geologi Struktur, (2) Gaya-Gaya Geologi Struktur (3) Jenis-Jenis Geologi Struktur dan (4) Pengukuran Geologi Struktur. Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada hasil kajian dan diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat di berbagai pelaksanaan perkembangan di bidang Geologi Pertambangan. Adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman materi secara komprehensif dengan para praktisi dan pakar di bidangnya, serta diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif. Kelancaran proses penyusunan Bahan Ajar ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Untuk itu, terima kasih atas ketekunan dan kerjasamanya. Semoga Bahan Ajar ini bermanfaat bagi pembacanya. Bandung, April 2018 Tim Penyusunan ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv KEGIATAN BELAJAR 4: PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR... 1 A. PENDAHULUAN Deskripsi Mata Kegiatan Relevansi Mata Kegiatan Petunjuk Belajar... 2 B. CAPAIAN PEMBELAJARAN... 2 C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN... 2 D. URAIAN MATERI Trend dan Plunge Jurus dan Kemiringan Pengukuran Struktur Bidang dan Struktur Garis Pencatatan Hasil Pengukuran Ketebalan Dan Kedalaman RANGKUMAN TUGAS TES FORMATIF... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA KUNCI JAWABAN TES FORMATIF... Error! Bookmark not defined. iii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kegiatan Observasi dan Pemerian Batuan di Lapangan... 3 Gambar 2. Pengukuran Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan... 4 Gambar 3. Skema Orientasi Bidang... 6 Gambar 4. Unsur-unsur Struktur Perlapisan... 9 Gambar 5. Unsur-unsur Struktur Perlapisan (lanjutan)... 9 Gambar 6. Kenampakan Struktur Garis di Lapangan Gambar 7. Cara Pengukuran Strike dan Dip Menggunakan Kompas Geologi Tipe Brunton Gambar 8. Teknik Mengukur Trend dan Plunge Suatu Struktur Garis L Gambar 9. Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Gambar 10. Ketebalan lapisan batuan Gambar 11. Palmer Alignment Diagram untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Batuan 18 Gambar 12. Mertie Alignment Diagram untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Batuan. 19 Gambar 13. Palmer Alignment Diagram untuk Menentukan Kedalaman Lapisan Batuan Gambar 14. Mertie Alignment Diagram untuk Menentukan Kedalaman Lapisan Batuan iv

5 KEGIATAN BELAJAR 4: PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Mata Kegiatan Geologi struktur merupakan bagian dari ilmu geologi yang terdiri dari bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan karena akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi dan penjelasan bagaimana proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditujukan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan / Kekar (fraktur), patahan/ Sesar (patahan), dan sebagainya yang merupakan bagian dari unsur tektonik (satuan tektonik), sedangkan tektonik dan geotektonik yang merupakan objek yang lebih besar, yang merupakan obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera,dan sebagainya. 2. Relevansi Mata Kegiatan Geologi struktur merupakan hal kedua yang harus dipahami oleh seseorang yang mendalami geologi pertambangan. Setelah memahmi batuan dan mineral, selanjutnya perubahan komposisi letak batuan dan perubahan mineral yang ada dapat disebabkan oleh geologi struktur ini. Dalam Ekplorasi geologi pertambangan, Struktur geologi yang ada dapat menjadi suatu indikasi keterdapatan suatu bahan sumber daya mineral atau bahan galian tertentu. Dengan mempelajari Geologi struktur maka kita dapat memahami suatu gejala geologi yang terjadi, dan informasi menjadi sangat berguna untuk menginterpretasi data hasil Ekplorasi geologi pertambangan. Page 1

6 3. Petunjuk Belajar Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya. b. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam modul ini melalui pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda. c. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang. d. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen. B. CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Menelaah Kedudukan dan Orientasi Struktur. C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Mengetahui tentang Trend dan Plunge 2. Memahami tentang jurus dan kemiringan 3. Memahami pengukuran struktur bidang dan struktur garis 4. Memahami Pencatatan Hasil Pengukuran 5. Memahami pengukuran ketebalan dan kedalaman batuan Page 2

7 D. URAIAN MATERI Ada banyak struktur dalam batuan, masing-masing memiliki geometri tersendiri. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kompas menjadi alat yang sangat diperlukan dalam pemetaan geologi. Pengukuran orientasi tiga dimensi dari berbagai gejala geologi menjadi tulang punggung dari analisis struktur. Kompas Brunton merupakan kompas standar yang digunakan oleh para ahli geologi di Amerika Serikat. Walau demikian, kompas Silva (Ranger) makin lama makin populer. Setiap alat itu dilengkapi oleh sarana untuk menera deklinasi magnet (magnetic declination), yakni sudut antara arah utara geografis dengan arah utara magnet. Ketika mengukur dengan kompas, kita harus selalu menjauhkan magnet, palu, dan benda-benda magnetik lain dari kompas sedemikian rupa sehingga keberadaan benda-benda tersebut tidak mempengaruhi pembacaan kompas. Pekerjaan pengukuran struktur geologi mencakup observasi dan pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur kedudukan batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan, membuat catatan pada buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta topografi (peta dasar). Gambar 1. Kegiatan Observasi dan Pemerian Batuan di Lapangan Page 3

8 Gambar 2. Pengukuran Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan Berdasarkan pengertian geometri, struktur geologi membedakan struktur garis dan struktur bidang. Termasuk struktur bidang antara lain: perlapisan batuan, urat (vein), kekar, sesar, lipatan, ketidakselarasan, dll. Sedangkan yang termasuk struktur garis antara lain: lineasi, gores-garis, hinge line, dll. 1. Trend dan Plunge Kompas digunakan dalam analisis struktur untuk mengukur trend dan inklinasi. Trend adalah azimuth atau arah suatu garis. Azimuth diukur, dalam satuan derajat, dari arah utara. Sebagai contoh, azimuth suatu garis mungkin berharga 120 o, 267 o, dsb. Kedudukan (bearing) merupakan ukuran penyimpangan, dalam satuan derajat, relatif terhadap arah utara atau selatan. Sebagai contoh, kedudukan suatu garis mungkin berharga N60 o E, S21 o W, dsb. Inklinasi adalah sudut antara sebuah garis miring dengan bidang horizontal, dalam satuan derajat,. Nilai kemiringan bervariasi, mulai dari 0 o hingga 90 o. Dalam prakteknya, orientasi suatu garis dalam ruang dinyatakan dengan trend dan plunge, dimana plunge merupakan ukuran inklinasi garis tersebut. Garis-garis geologi seperti groove pada bidang sesar disebut unsur linier (linear element). Trend sebuah unsur linier diukur dengan cara menempatkan kompas Brunton secara horizontal sedemikian rupa sehingga lengan penunjuk dan garis pada cermin kompas terletak sejajar dengan unsur tersebut. Hal itu merupakan sebuah cara seolah-olah kita memproyeksikan garis itu pada suatu bidang horizontal maya. Trend dari unsur itu adalah angka pada lingkaran graduasi kompas yang ditunjuk oleh jarum utara kompas, setelah jarum itu tidak berayun lagi. Page 4

9 Untuk mengukur trend dengan menggunakan kompas Silva, pertama-tama kita tempatkan kompas dengan cara yang sama seperti kita menempatkan kompas Brunton. Setelah itu, cincin kalibrasi yang mengelilingi lingkaran kompas diputar sedemikian rupa sehingga titik nol pada lingkaran graduasi kompas tepat berimpit dengan arah yang ditunjukkan oleh jarum utara kompas. Dengan demikian, trend dari garis yang diukur itu adalah angka yang ditunjuk oleh garis rujukan yang pada badan kompas. Plunge diukur dengan menempatkan sisi kompas agar terletak di sepanjang unsur linier atau terletak sejajar dengannya. Jika alat yang kita gunakan adalah kompas Silva, maka jarum inklinasi kompas secara otomatis akan menunjuk suatu angka yang merupakan harga plunge dari unsur linier itu. Jika yang digunakan adalah kompas Brunton, pertama-tama tempatkan sisi kompas dengan cara yang sama seperti kita menempatkan kompas Silva. Kemudian putar tungkai penera klinometer sedemikian rupa sehingga level pada klinometer itu tepat berada di tengah-tengah. Nilai plunge adalah angka yang ditunjuk oleh jarum klinometer. Pemerian yang lengkap dari trend dan plunge suatu garis dalam ruang dapat dinyatakan dengan dua cara. Cara pertama biasa digunakan apabila kita menggunakan kompas kuadran. Contohnya adalah 20 o N60 o E yang mengandung pengertian bahwa garis yang diukur memiliki plunge 20 o dan azimuth 60 o dari utara ke arah timur; N60 o E adalah kesan arah down-plunge dari unsur linier yang diukur. Cara kedua biasa digunakan apabila kita menggunakan kompas azimuth. Contohnya adalah 20 o /060 o yang mengandung pengertian bahwa garis yang diukur memiliki plunge 20 o dan azimuth 60 o dari arah utara. 2. Jurus dan Kemiringan Pengukuran orientasi unsur planar (planar element) dilakukan dengan cara yang berbeda. Jika orientasi dua garis diketahui, maka orientasi bidang dimana kedua garis itu berada juga akan dapat diketahui, dengan syarat kedua garis itu tidak sejajar satu sama lain. Pengukuran orientasi bidang perlapisan, bidang sesar, korok, dan unsurunsur planar lain didasarkan pada hubungan tersebut. Untuk memudahkan proses Page 5

10 pengenalan bidang itu, maka secara konvensional dipilih dua garis, yakni garis horizontal dan garis iklinasi maksimum. Kedua garis itu terletak tegak lurus satu sama lain. Garis yang pertama disebut garis jurus (line of strike), sedangkan garis yang kedua disebut garis kemiringan (line of dip). Untuk kasus bidang horizontal, semua garis yang ada pada bidang itu merupakan garis jurus. Gambar 3. Skema Orientasi Bidang Jurus (strike) dan kemiringan (dip) merupakan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk menyatakan orientasi suatu bidang. Jurus adalah trend garis jurus, yakni trend suatu garis horizontal yang ada pada bidang terukur. Karena iklinasi dari garis jurus berharga 0 o, maka nilai jurus hanya dinyatakan oleh nilai azimuth saja. Untuk kompas kuadran, jurus selalu dinyatakan dengan merujuk pada arah utara, misalnya N72 o E dan N68 o W. Untuk kompas azimuth, jurus sebaiknya dinyatakan dengan angka 0 o hingga 90 o dan 270 o hingga 360 o sehingga semua nilai jurus itu akan terletak pada paruh utara lingkaran kompas. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pembandingan di lapangan. Jadi, kita mungkin tidak perlu merenung sejenak untuk memahami mengapa pembacaan arah jurus sebelumnya berharga 282 o, sedangkan pembacaan yang sekarang berharga 102 o. Kemiringan adalah inklinasi garis kemiringan. Kemiringan dinyatakan dengan besarnya sudut kemiringan dan arah down-dip (N, E, S, W, NE, NW, SE, SW). Azimuth dari garis kemiringan tidak perlu diukur langsung karena nilainya dapat ditentukan dari jurus. Sebagai contoh, sebuah bidang dengan jurus N23 o W dapat memiliki kemiringan N55 o E atau S55 o W. Hanya nilai umum dari arah kemiringan saja yang dicatat dalam buku catatan lapangan; SW atau NE. Pembedaan seperti itu memungkinkan dilakukannya pembedaan antara kedua arah kemiringan tadi. Page 6

11 Pengukuran jurus dan kemiringan suatu bidang menggunakan kompas Brunton untuk menemukan bidang horizontal menempatkan klinometer pada 0 o sedemikian rupa sehingga kompas dapat digunakan seperti level yang biasa digunakan oleh tukang kayu. Sisi kompas berada pada bidang yang akan diukur atau pada buku catatan atau clipboard yang diletakkan pada bidang yang akan diukur itu. Putar kompas itu hingga gelembung udara pada clinometer level tepat berada di tengahtengah. Pada saat gelembung berada di tengah level itu, badan kompas berada dalam keadaan horizontal dan terletak sejajar dengan jurus bidang yang diukur. Untuk menentukan azimuth dari garis jurus, putarkan kompas ke bawah, dengan tetap menempelkan kompas ujung bawah badan kompas pada bidang yang diukur, hingga gelembung pada bull s eye level tepat berada di tengah. Pada kondisi seperti itu, jarum kompas dapat berayun secara bebas. Tekan lift-pin untuk mengurangi ayunan jarum kompas, kemudian lepaskan dan tunggu sampai jarum itu tidak berayun lagi. Nilai azimuth ditunjukkan oleh jarum kompas. Untuk mengukur jurus dengan menggunakan kompas Silva, sebaiknya kita membawa sebuah level tambahan atau menempelkan level itu pada badan kompas. Level itu dibutuhkan agar kita dapat mengetahui garis jurus dengan cepat. Setelah ditemukan, orientasinya dapat diukur dengan menempatkan sisi kompas itu agar terletak sejajar dengan garis jurus dan kemudian memutarkan cincin kalibrasi hingga titik nol pada lingkaran graduasi kompas tepat berimpit dengan arah yang ditunjukkan oleh jarum utara kompas. Untuk mengukur kemiringan dengan kompas Brunton, sisi kompas berada pada bidang miring sedemikian rupa sehingga kompas itu terletak sejajar dengan garis kemiringan. Kemudian, kemiringan garis diukur dengan cara memutarkan tungkai penera klinometer hingga gelembung udara dalam clinometer level tepat berada di tengah. Kompas Silva memiliki jarum inklinasi yang bekerja secara otomatis selama cincin penera ditempatkan sedemikian rupa sehingga skala inklinasi berada di dekat sisi kompas yang menempel pada bidang yang diukur. Jurus dan kemiringan suatu bidang juga dapat ditentukan dengan metoda jarak jauh (sighting method). Metoda itu terutama sangat bermanfaat apabila bidang yang akan diukur tidak tersingkap sebagai sebuah bidang yang cukup resisten untuk diukur Page 7

12 secara langsung dan/atau ketika kita ingin mengetahui jurus dan kemiringan rata-rata dari suatu paket batuan yang ukurannya lebih besar dari ukuran singkapan. Untuk melakukan hal itu kita harus menempatkan diri sedemikian rupa sehingga arah pandang kita merupakan arah garis jurus dari bidang yang akan diukur. Apabila dilihat dari sudut pandang seperti itu, maka bidang itu akan tampak sebagai gambaran sayatan melintang. Kemiringan yang diukur dengan cara ini merupakan kemiringan sebenarnya. 3. Pengukuran Struktur Bidang dan Struktur Garis Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pengukuran antara lain: Arah (bearing): sudut horisontal antara garis dengan arah koordinat tertentu, biasanya utara atau selatan. Azimuth: bearing yang diukur dari utara searah jarum jam. True dip (kemiringan sebenarnya): sudut kemiringan terbesar yang terbentuk oleh suatu bidang dengan bidang datar, diukur tegak lurus perpotongan bidang. Apperent dip (kemiringan semu): sudut yang terbentuk antara suatu bidang dengan bidang horisontal yang diukur tidak tegaklurus perpotongan bidang. Jurus (strike): arah garis horisontal yang terbentuk oleh bidang miring dengan bidang horisontal. Garis: elemen geometri yang ditarik dari sebuah titik yang bergerak dan panjangnya hanya sepanjang jejak dan titik tersebut. Struktur garis tersebut bisa berupa garis lurus, garis lengkung maupun garis patah. Plunge: sudut vertikal antara sebuah garis dengan proyeksi garis tersebut pada bidang horisontal. Trend: jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah penunjaman garis tersebut. Pitch: sudut antara garis dengan jurus dari bidang yang memuat garis tersebut. Page 8

13 Gambar 4. Unsur-unsur Struktur Perlapisan Gambar 5. Unsur-unsur Struktur Perlapisan (lanjutan) Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan awal struktur bidang perlapisan pada umumnya membentuk kedudukan horizontal, dan dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api. Pada kondisi ini, kedudukan miringnya disebut initial dip. Page 9

14 Pengukuran bidang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: A. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike/dip) 1. Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi E kompas pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum N merupakan arah strike yang diukur (jangan lupa menandai garis strike yang akan dipakai untuk pengukuran dip). 2. Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi W kompas pada bidang yang diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo tabung berada di atas). Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat nivo tabung. B. Pengukuran kemiringan dan arah kemiringan (dip,dip direction) 1. Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi S kompas pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum N merupakan arah kemiringan yang diukur. 2. Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti yang dijelaskan sebelumnya Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri garis, antara lain gores garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Struktur garis dapat dibedakan menjadi stuktur garis riil dan struktur garis semu. Struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati dan diukur langsung di lapangan, contoh: gores garis yang terdapat pada bidang sesar. Sedangkan struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi, Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur garis primer yang meliputi: liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen. Struktur garis sekunder yang Page 10

15 meliputi: gores-garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan, kelurusan-kelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya. Gambar 6. Kenampakan Struktur Garis di Lapangan Pengukuran Struktur Garis dilakukan dalam dua cara; A. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend) a. Cara pengukuran arah penunjaman (trend) 1. Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan sejajar dengan arah yakni struktur garis yang diukur. 2. Menempelkan sisi W atau E kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada penunjaman struktur garis tersebut. 3. Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horizontal/gelembung berada di tengah nivo), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah penunjamannya (trend) b. Cara pengukuran sudut penunjaman (plunge) 1. Menempelkan sisi W kompas pada sisi atas alat bantu yang masih dalam keaadan vertikal. Page 11

16 2. Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di tengah nivo dan besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran sudut vertikal yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer. c. Cara pengukuran Rake/Pitch : 1. Membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tesebut terdapat (garis horizontal sama dengan jurus dari bidang tersebut) yang memotong struktur garis. 2. Mengukur besar dari sudut lancip yang dibentuk oleh garis horizontal (dengan menggunakan busur derajat). d. Cara pengukuran arah kelurusan (bearing) : 1. Arah kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang akan diukur, misalnya sumbu terpanjang pada fragmen breksi sesar. 2. Menghorizontalkan kompas (gelembung nivo mata sapi berada di tengah nivo), dengan catatan, posisi kompas masih seperti no.1 tersebut di atas, maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah bearing-nya. B. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend) Adapun yang termasuk struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend) umumnya berupa arah-arah kelurusan, misalnya : arah liniasi fragmen breksi sesar, arah kelurusan sungai, dan arah kelurusan gawir sesar Trend dan plunge didefinisikan sebagai kedudukan suatu garis dalam dimensi ruang. Kedudukan ini dinyatakan dengan arah dan besaran sudut dari garis tersebut, sehingga simbol dari suatu garis mengandung tiga elemen, yaitu: a. garis trend b. arah mata panah yang menunjukkan arah penunjaman c. nilai penunjaman. Page 12

17 Besar dari pitch antara 0 hingga 90, dinyatakan pada bidang/arah perlapisan yang bersudut lancip. Sebenarnya pitch di lapangan dapat diukur langsung dengan menggunakan busur derajat, dengan catatan bidang tersebut tersingkap baik. Kenyataannya kadang-kadang sulit untuk mendapatkan bidang yang baik di lapangan, sehingga perlu dilakukan perhitungan. Apparent plunge atau kemiringan semu adalah besarnya sudut penunjaman struktur garis yang diukur tidak dengan garis proyeksinya pada bidanq horisontal. Apparent plunge selalu lebih besar dari true plunge tetapi kurang dari atau sama dengan 90. Kasus ini banyak dipakai dalarn pemboran miring dimana sayatan batuan yang dipenetrasi harus diperlihatkan dalam sayatan vertikal. Gambar 7. Cara Pengukuran Strike dan Dip Menggunakan Kompas Geologi Tipe Brunton Page 13

18 Gambar 8. Teknik Mengukur Trend dan Plunge Suatu Struktur Garis L1 4. Pencatatan Hasil Pengukuran Nilai-nilai jurus dan kemiringan serta trend dan plunge yang diperoleh dengan pengukuran dimasukkan ke dalam buku catatan lapangan. Nilai yang representatif dirajahkan pada peta. Jika kita menggunakan kompas Brunton, kita memerlukan sebuah busur untuk dapat merajahkannya dengan tepat ke dalam peta dasar. Peta dasar itu sebaiknya diberi garis-garis tipis yang menandai arah utara-selatan sedemikian rupa sehingga jurus atau trend akan dapat dirajahkan dengan efisien. Kompas silva memiliki manfaat tambahan, yakni dapat berfungsi sebagai busur sewaktu kita akan merajahkan hasil-hasil pengukuran jurus atau trend ke dalam peta dasar. Dengan mempertahankan bacaan kompas untuk nilai jurus yang akan dirajahkan, kita kemudian menempatkan peta atau kompas sedemikian rupa sehingga garis-garis merah yang ada pada kompas itu terletak sejajar dengan garis bantu utaraselatan pada peta. Pada keadaan seperti itu, sisi kompas yang lurus merupakan garis yang sejajar dengan garis jurus yang akan dirajahkan. Page 14

19 Data-data pengukuran yang diperoleh dan dicatat dengan cara-cara seperti tersebut di atas akan memberikan daya hidup geometris pada peta geologi. Dari peta itu keluar ekspresi-ekspresi fisik dan geometris dari berbagai bentuk struktur internal yang ada dalam formasi-formasi batuan. Gambar 9. Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Lebih jauh lagi, data-data pengukuran orientasi yang tersimpan dalam buku catatan lapangan menjadi dasar untuk analisis dan tafsiran yang mungkin diberikan kemudian. Terakhir, penyebaran nilai-nilai pengukuran yang dirajahkan dalam peta dasar memberikan gambaran kepada pengamat peta itu mengenai lokasi-lokasi singkapan dan lokasi-lokasi dimana bedrock tertutup oleh material lain. 5. Ketebalan dan Kedalaman Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua bidang sejajar yang merupakan batas antara dua lapisan. Kedalaman adalah jarak vertikal dari suatu Page 15

20 ketinggian tertentu terhadap suatu titik (misalnya muka air laut) terhadap suatu titik, garis atau bidang. Pengukuran ketebalan dan kedalaman dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran kedalaman dan ketebalan secara langsung dilakukan pada daerah yang relatif datar dengan kedudukan perlapisan hampir tegak, atau pada tebing terjal dengan lapisan relatif mendatar. Dengan kata lain pengukuran ketebalan secara langsung diterapkan bila topografi tegaklurus dengan kemiringan batuan. Pengukuran ketebalan dan kedalaman secara tidak langsung dilakukan pada kondisi medan tertentu, sehingga pengukuran secara langsung sulit dilaksanakan. Perhitungan dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: 1. Cara matematis 2. Cara grafis. Ketebalan dapat juga dihitung dari peta geologi, yaitu dengan mengukur dua komponen jarak lereng yang diukur tegak lurus dengan jurus umum lapisan. Gambar 10. Ketebalan lapisan batuan Contoh diagram blok di atas menunjukkan perlapisan batupasir (diarsir) diantara batuserpih (tidak diarsir). t = ketebalan batupasir; d = kedalaman bagian atas batupasir pada titik a; d' = kedalaman bagian atas batupasir pada titik b; α = dip perlapisan. Pengukuran Ketebalan Perhitungan ketebalan cara matematis menggunakan ilmu ukur sudut. Perhitungan tergantung besar dan arah dari kemiringan lereng (slope) dan kemiringan lapisan (dip). Page 16

21 Perhitungan ketebalan secara grafis menggunakan alignment diagram, yaitu Palmer alignment diagram dan Mertie alignment diagram. Palmer alignment diagram digunakan bila pengukuran lebar singkapan tegak lurus jurus lapisan dan pengukuran pada medan yang datar. Diagram ini dapat juga digunakan untuk mencari kemiringan lapisan, bila lebar singkapan dan ketebalan diketahui. Diagram tersebut juga dapat digunakan bila permukaan tanah memiliki kemiringan, dengan syarat lebar singkapan diukur tegak lurus terhadap jurus perlapisan. Tetapi lebar singkapan pada diagram adalah jarak lereng dan dip (kemiringan lapisan) ditambah (atau dikurang) sudut lereng. Jika kemiringan lapisan memiliki arah yang berlawanan terhadap kemiringan lereng, kemiringan lereng ditambahkan terhadap kemiringan lapisan (dip + slope). Jika kemiringan lapisan memiliki arah yang sama dengan kemiringan lereng, maka kemiringan lereng dikurangkan dari kemiringan lapisan (dip slope). Page 17

22 Gambar 11. Palmer Alignment Diagram untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Batuan Mertie alignment diagram mempunyai fungsi yang sama dengan Palmer alignment diagram, hanya diagram ini bisa digunakan untuk pengukuran pada topografi yang mempunyai kemiringan (slope) dan pengukuran tidak tegak lurus jurus. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita harus membedakan apakah kemiringan lapisan searah dengan slope atau berlawanan. Bila searah maka besar sudut antara jalur pengukuran dan jurus diplot di bagian bawah pada skala azimuth lintasan dan sebaliknya. Page 18

23 Gambar 12. Mertie Alignment Diagram untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Batuan Pengukuran Kedalaman Perhitungan kedalaman cara matematis menggunakan ilmu ukur sudut. Perhitungan tergantung jarak titik pengukuran terhadap singkapan perlapisan dan kemiringan lapisan (dip), kemiringan lereng (slope), sudut antara lintasan pengukuran dengan jurus lapisan Pengukuran kedalaman cara grafis menggunakan aligment diagram, seperti halnya pengukuran ketebalan cara grafis. Prosedur pencariannya juga sama. Perbedaannya hanya pada skala yang digunakan. Palmer alignment diagram digunakan bila pengukuran horisontal dan tegak lurus jurus. Apabila tidak tegak lurus jurus maka digunakan Mertie alignment diagram. Palmer alignment diagram juga dapat digunakan bila permukaan tanah memiliki kemiringan, dengan syarat jarak lereng pengukuran diukur tegak lurus terhadap jurus perlapisan. Dip (kemiringan lapisan) ditambah (atau dikurang) slope angle (sudut lereng). Jika kemiringan lapisan memiliki arah yang berlawanan terhadap kemiringan lereng, kemiringan lereng ditambahkan terhadap kemiringan lapisan (dip + slope). Jika kemiringan lapisan memiliki arah yang sama dengan kemiringan lereng, maka kemiringan lereng dikurangkan dari kemiringan lapisan (dip slope). Page 19

24 Gambar 13. Palmer Alignment Diagram untuk Menentukan Kedalaman Lapisan Batuan Page 20

25 Gambar 14. Mertie Alignment Diagram untuk Menentukan Kedalaman Lapisan Batuan Page 21

26 RANGKUMAN Disamping jenis struktur, yang juga penting adalah orientasi atau kedudukan struktur. Dengan mengetahui orientasi atau kedudukan suatu struktur geologi, kita dapat mengetahui arah kemiringan dan ketebalan lapisan batuannya. Struktur geologi digambarkan sebagai struktur bidang, misalnya bidang sesar, bidang rekahan, bidang sayap lipatan, bidang sumbu lipatan. Kedudukan suatu struktur bidang dinyatakan dengan : 1. Jurus 2. Kemiringan TUGAS 1. Kita dapat mengetahui apa saja dengan mengetahui orientasi atau kedudukan suatu struktur geologi? 2. Apa yang dimaksud dengan Strike? 3. Apa yang kamu ketahui tentang arti dip? 4. Dip dan strike ditunjukan pada huruf? TES FORMATIF Page 22

27 DAFTAR PUSTAKA 1. Asikin, Sukendar, 1997, Diktat Geologi Struktur Indonesia, Jurusan Teknik Geologi, Bandung: Institut Teknologi Bandung 2. Davis, G. H., Reynolds, S. J., 1996, Structural Geology of Rocks and Regions, Second Edition, USA: John Willey and Sons. 3. Noor, Djauhari, 2009, Pengantar Geologi, Bab 7. Geologi Struktur. 4. Ragan, D. M., Structural Geology; An Introduction to Geometrical Techniques, 2nd edition. London: John Willey and Sons. 5. Sudarno, dkk., 2008, Panduan Praktikum Geologi Struktur, Laboratarium Geologi Dinamika Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada 6. Page 23

BAB. I Kompas Geologi

BAB. I Kompas Geologi BAB. I Kompas Geologi 1.1Pengertian Kompas geologi Kompas geologi adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIKA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIKA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIKA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Edisi 2008 PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Edisi 2008 Laboratorium Geologi

Lebih terperinci

Strike dan Dip Lapisan Batuan

Strike dan Dip Lapisan Batuan 1 2.1 Pengertian Strike dan Dip Strike dan Dip Lapisan Batuan Strike dan Dip adalah metode yang menggambarkan orientasi pesawat dalam tiga dimensi. Biasanya diterapkan pada miring orientasi lapisan batu.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar

Lebih terperinci

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan 7 Peta Geologi 71 Pengertian dan Kegunaan Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk bentuk struktur dari masingmasing satuan batuan

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno PETA TOPOGRAFI Oleh Ign. Sudarno Ilmu Kebumian (IK): Terminologi yang sering digunakan sebagai sinonim geologi. Bumi menjadi pokok yang dipelajari dlm IK Bumi dipelajari alam disiplin ilmu seperti Geologi

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT Disampaikan Pada Acara Kunjungan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) I Bandung Ke Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia Pada Hari Sabtu Tanggal 5 Juli

Lebih terperinci

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut : Landasan Teori Geologi Struktur Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan akibat proses deformasi serta menjelaskan proses pembentukannya. Proses

Lebih terperinci

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). 9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU 1 ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU Data : Diketahui arah dip semu dari batuan yang sama pada dua singkapan batuan sedimen adalah 30, N 45 E dan 40, N 150 E dan tidak menunjukkan

Lebih terperinci

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT) SESAR MENDATAR Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal

Lebih terperinci

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani GEOLOGI STRUKTUR PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan OSN PEDAHULUAN Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi yang berhubungan

Lebih terperinci

Analisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten

Analisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Analisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Thresna Adeliana 1, Asan Pasintik 2, Risanto Panjaitan 3 Mahasiswa Magister Teknik

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS

STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS Geometri Unsur Struktur Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari dua unsur geometris yaitu : 1) Geometris Bidang/ Struktur Bidang - Bidang

Lebih terperinci

12.1. Pendahuluan Peta Geologi Definisi

12.1. Pendahuluan Peta Geologi Definisi 12 Peta Geologi 12.1. Pendahuluan Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar sesar anjak berarah WNW - ESE, sesar-sesar geser berarah NE - SW. Bukti-bukti

Lebih terperinci

ANALISA BENTANG ALAM

ANALISA BENTANG ALAM ANALISA BENTANG ALAM A. Definisi Bentang Alam Bentang alam merupakam karakteristik dan juga bentuk permukaan bumi yang disebabkan oleh proses perubahan kimia serta fisika. Beberapa contoh yang dihasilkan

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif

Lebih terperinci

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Identifikasi Struktur Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Dasar Analisis Macam keterakan berdasarkan gaya pembentuknya: Irrotational Strain (pure shear) disebabkan tegasan tekanan (model Moody & Hill, 1956)

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan.

Lebih terperinci

BAB 4 PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB

BAB 4 PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB PROYKI TROGRAI DA PROYKI KUTUB BAB 4 PROYKI TROGRAI DA PROYKI KUTUB 4.1. TUJUA a. Mengetahui definisi proyeksi stereografis dan proyeksi kutub b. Memecahkan masalah geometri bidang dan geometri garis secara

Lebih terperinci

Cara mempelajari Struktur geologi

Cara mempelajari Struktur geologi Cara mempelajari Struktur geologi Tahapan cara mempelajari : I. Pengenalan struktur: lipatan, rekahan, sesar dalam bentuk 2 demensi untuk dapat dikenali sebagai bentuk 3 demensi II. Rekaman data III. Analisa

Lebih terperinci

Menentukan Jurus dan Kemiringan Batuan serta Struktur Patahan di Sepanjang Sungai Cinambo, Jawa Barat. Abstrak

Menentukan Jurus dan Kemiringan Batuan serta Struktur Patahan di Sepanjang Sungai Cinambo, Jawa Barat. Abstrak Menentukan Jurus dan Kemiringan Batuan serta Struktur Patahan di Sepanjang Sungai Cinambo, Jawa Barat Lia Maryani Geofisika, Universitas Padjadjaran Abstrak Telah dilakukan penelitian struktur patahan

Lebih terperinci

Proyeksi Stereografi. Proyeksi Stereografi

Proyeksi Stereografi. Proyeksi Stereografi Proyeksi Stereografi Proyeksi Stereografi Proyeksi Stereografi merupakan salah satu aplikasi dalam geometri yang bisa diartikan sebagai sebuah pemetaan khusus (fungsi) yang memproyeksikan sebuah bola (sphere)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1. DAFTAR ISI COVER i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xvi SARI xvii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING 5.1 Definisi dan Terminologi Rekahan Rekahan merupakan bidang diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Geologi struktur

Lebih terperinci

KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA

KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA HUBUNGANNYA DENGAN MASALAH MASALAH 1. GEOLOGI TEKNIK

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi PEMETAAN GEOLOGI A. Peta Geologi Peta geologi merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH KLABANG

GEOLOGI DAERAH KLABANG GEOLOGI DAERAH KLABANG Geologi daerah Klabang mencakup aspek-aspek geologi daerah penelitian yang berupa: geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologi Daerah Klabang (daerah penelitian). 3. 1. Geomorfologi

Lebih terperinci

Tiori terbentuknya sesar

Tiori terbentuknya sesar FAULT Literatur: 1. Structural Geology, J.G. Dennis, 1972 2. Structural Geology of Rocks & Regions, G.H. Davis & S.J. Reynolds, 1996 3. Structural Geology, M.P. Billings, 1975 Tiori terbentuknya sesar

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya 5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan

Lebih terperinci

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul.... i Lembar Pengesahan.... ii Abstrak.... iii Kata Pengantar.... v Daftar Isi. vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel.... xi BAB 1 : PENDAHULUAN.... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 METODA PENELITIAN Analisis struktur geologi terhadap daerah penelitian dilakukan melalui tiga tahap penelitian. Tahap pertama merupakan pendekatan tidak langsung, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. geologi, seperti data kekar dan cermin sesar, untuk melukiskan karakteristik

BAB III METODE PENELITIAN. geologi, seperti data kekar dan cermin sesar, untuk melukiskan karakteristik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian difokuskan pada pengambilan data unsur struktur geologi, seperti data kekar dan cermin sesar, untuk melukiskan karakteristik hubungan antara

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA .1 PETA TOPOGRAFI..2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA . Peta Topografi.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI Analisis Struktur 4.1 Struktur Lipatan 4.1.1 Antiklin Buniasih Antiklin Buniasih terletak disebelah utara daerah penelitian dengan arah sumbu lipatan baratlaut tenggara

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam bahan galian, yang kemudian bahan galian tersebut dimanfaatkan oleh industry pertambangan untuk memnuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1. Struktur Sesar Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu ( S-1) pada Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, maka setiap mahasiswa

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Foto 24. A memperlihatkan bongkah exotic blocks di lereng gunung Sekerat. Berdasarkan pengamatan profil singkapan batugamping ini, (Gambar 12) didapatkan litologi wackestone-packestone yang dicirikan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Disusun oleh : Siti Defiyatun 133610241 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 HALAMAN PENGESAHAN Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bismillahirrahmanirahim Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Bismillahirrahmanirahim Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirahim Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayat-nya laporan akhir yang berjudul Pengenalan Alat Alat Survey Dapat di selesaikan.

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 COVER Page 1 MODUL GEOGRAFI GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 Wahyu Gilang Ramadan, S.Pd SMA BAKTI IDHATA, JAKARTA Jl. Melati, No. 25 Cilandak barat, Cilandak Jakarta Selatan 12260

Lebih terperinci

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar (Gambar 4.1) yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar naik berarah relatif WNW-ESE, sesar geser berarah relatif utara-selatan dan

Lebih terperinci

Gambar 1.2 Anatomi lipatan (Mc Clay, 1987)

Gambar 1.2 Anatomi lipatan (Mc Clay, 1987) ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI METODE STEREOGRAFIS Disusun Oleh : Eko Suko Wiratmoko 1. LIPATAN 1.1 Definisi Lipatan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai

Lebih terperinci

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH P.A. Pameco *, D.H. Amijaya Jurusan Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Analisis Kondisi Geomorfologi Analisis Kondisi Geomorfologi yang dilakukan adalah berupa analisis pada peta topografi maupun pengamatan

Lebih terperinci

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40.

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40. Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40. 4.1.4 Sesar Anjak Cisaar 1 Gejala sesar ini dijumpai pada Sungai Cisaar pada lokasi CS 40, CS 41, CS 4, CS 2, dan CS 10. Kehadiran sesar ini ditunjukkan

Lebih terperinci

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

HANDOUT GAMBAR TEKNIK HANDOUT GAMBAR TEKNIK SEMESTER I Buku Rujukan : 1. Giesecke F.E. 2001.Gambar Teknik Edisi Ke-11. Jakarta : Erlangga 2. Ostrowsky O.1985. Engineering Drawing for Technicians Volume 1 : Edward Arnold 3.

Lebih terperinci

BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG

BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG IV.1. Analisis Geometri Struktur Iliran-Kluang Berdasarkan arahnya, sesar yang ada didaerah sepanjang struktur Iliran- Kluang dapat dibedakan atas tiga kelompok,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Modul 10 Garis Kontur

Modul 10 Garis Kontur MODUL KULIAH Modul 10-1 Modul 10 Garis Kontur 10.1 Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Geologi Mata Kuliah/Kode : Geologi Struktur (GEO 220314) Jumlah SKS : 4 Semester : III (Tiga) - Ganjil 2016/2017 Dosen Pengampu

Lebih terperinci

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi 3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI PEMBERIAN UKURAN DIMENSI Dodi Sofyan Arief, ST., MT 17 Desember 2008 Tujuan Pembelajaran : Menggunakan teknik-teknik pemeberian dimensi untuk menguraikan dan bentuk secara baik pada gambar teknik. Membuat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahan vektor secara grafis dan matematis 3. Melakukan perkalian vektor

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN Morfologi permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara proses eksogen dan proses endogen (Thornbury, 1989). Proses eksogen merupakan

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT Analisis kekar pada batuan sedimen klastika Formasi Cinambo di Sungai Cinambo Sumedang, Jawa Barat (Faisal Helmi) ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG

Lebih terperinci

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan PERPETAAN - 2 Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yang sebagian datanya diperoleh dari photo

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan 3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,

Lebih terperinci

STRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956)

STRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956) Novia Dian Sundari STRIKE-SLIP FAULTS 12/39585 Sesar mendatar (Strike slip fault atau Transcurent fault atau Wrench fault) adalah sesar yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan

Lebih terperinci

BENTANG ALAM STRUKTURAL

BENTANG ALAM STRUKTURAL BENTANG ALAM STRUKTURAL 1. PENGERTIAN BENTANG ALAM STRUKTURAL Bentang alam merupakan bentuk penampang (landform) suatu daerah di muka bumi yang mencakup ruang luas dan telah membentuk suatu sistem yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN

Lebih terperinci

3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:

3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari: 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang mempunyai letak geografis 1 0 06 44 2 0 12 53 LS dan anatar 120 0 05 09 120

Lebih terperinci

TEKNIK PENGGAMBARAN PETA GEOLOGI

TEKNIK PENGGAMBARAN PETA GEOLOGI TEKNIK PENGGAMBARAN PETA GEOLOGI 1.1 Pendahuluan Definisi peta adalah: Gambaran sebagian besar/ kecil unsur permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu Dengan definisi ini tidak seluruh informasi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentuk morfologi dan topografi di daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen yang bersifat destruktif dan proses endogen yang berisfat konstruktif.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara Pembuatan Peta merupakan gambaran permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksploitasi cadangan minyak bumi dan gas di bagian Barat Indonesia kini sudah melewati titik puncak kejayaannya, hampir seluruh lapangan minyak di bagian barat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

BAB III NAVIGASI MAHASISWA PECINTA ALAM SUNAN AMPEL (MAPALSA) UIN SUNAN AMPEL DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT

BAB III NAVIGASI MAHASISWA PECINTA ALAM SUNAN AMPEL (MAPALSA) UIN SUNAN AMPEL DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT BAB III NAVIGASI MAHASISWA PECINTA ALAM SUNAN AMPEL (MAPALSA) UIN SUNAN AMPEL DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT A. Sekilas tentang MAPALSA Pada awal tahun 90-an dikalangan IAIN sudah berdiri OPA (Organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG

ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG R. Andy Erwin Wijaya. 1,2, Dwikorita Karnawati 1, Srijono 1, Wahyu Wilopo 1 1)

Lebih terperinci

8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi

8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi 8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi 8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur geologinya. Gambaran tersebut mengikuti aturan atau

Lebih terperinci

UNTUK MENDAPATKAN MATERI KULIAH. Silahkan kunjungi: kartono.sttnas.ac.id

UNTUK MENDAPATKAN MATERI KULIAH. Silahkan kunjungi: kartono.sttnas.ac.id UNTUK MENDAPATKAN MATERI KULIAH Silahkan kunjungi: kartono.sttnas.ac.id Apa itu Geologi struktur? GEOLOGI STRUKTUR 1. Definisi Geologi Struktur Secara umum geologi struktur adalah suatu ilmu yang memepelajari

Lebih terperinci

Penampang Stratigrafi Terukur. Arie Noor Rakhman

Penampang Stratigrafi Terukur. Arie Noor Rakhman Penampang Stratigrafi Terukur Arie Noor Rakhman Metode Penyusunan Kolom Litologi Macam metode: 1. Hasil pengamatan di lapangan (data primer) 2. Menyusun kembali hasil pemboran (data sekunder), berupa:

Lebih terperinci