PERUBAHAN STATUS NELAYAN DARI KLIEN MENJADI PATRON DI KELURAHAN KARAS KECAMATAN GALANG KOTA BATAM NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN STATUS NELAYAN DARI KLIEN MENJADI PATRON DI KELURAHAN KARAS KECAMATAN GALANG KOTA BATAM NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 PERUBAHAN STATUS NELAYAN DARI KLIEN MENJADI PATRON DI KELURAHAN KARAS KECAMATAN GALANG KOTA BATAM NASKAH PUBLIKASI Oleh: IRWAN SYAHPUTRA NIM : PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

2 PERUBAHAN STATUS NELAYAN DARI KLIEN MENJADI PATRON DI KELURAHAN KARAS KECAMATAN GALANG KOTA BATAM IRWAN SYAHPUTRA Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji A B S T R A K Prinsip-prinsip relasi patron-klien berlaku juga pada masyarakat nelayan. Unsur-unsur sosial yang berpotensi sebagai patron adalah pedagang (ikan) berskala besar dan kaya, nelayan pemilik (perahu), juru mudi (juragan laut atau pemimpin awak perahu), dan orang kaya lainnya. Peran para patron dianggap sebagai penolong bagi para nelayan karena ditengah himpitan ekonomi para nelayan merasa masih bisa mencukupi kehidupan keluarganya. Kelurahan Karas terdiri wilayah perairan dan kepulauan fenomena yang terjadi di kelurahan ini adalah setiap tahunnya beberapa masyarakat nelayan merubah statusnya dengan menjadi patron atau tauke. Tujuan dalam penelitia ini yaitu untuk mengetahui latar belakang perubahan status nelayan dari klien menjadi patron di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan mengacu kepada konsep Kabeer (dalam Agus : 2009 : 35-37). Informan yang dipilih dengan criteria Nelayan yang sudah merubah dari klien menjadi patron selama 6 bulan terakhir. Nelayan yang sudah memiliki nelayan buruh di bawahnya. Memiliki modal dan penghasilan yang besar, jumlah pendapatan perhari mencapai 3 sampai dengan 7 juta.. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa Perubahan Status Nelayan Dari Klien Menjadi Patron Di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam dilatar belakangi adanya keinginan untuk merubah status menjadi lebih baik hal ini dapat dilihat dari hubungan yang terjalin antara klien dengan patron yaitu di Kelurahan Karas mulai dari kerjasama hingga kebutuhan saling melengkapi. Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai Kata Kunci : Perubahan Status, Patron, Klien 1

3 A B S T R A C T The principles of client-patron relationship applies also on the fishing communities. The social elements that potential patrons were merchants (fish) large scale and rich, owner of fisherman (boat), rudder (sea skipper boats crew or leader), and other rich people. The role of the patron is considered as a helper for the fishermen since the middle of the economic himpitan of the fishermen feel still able to fullfill his family life. Subdistricts of Karas is composed of territorial waters and the phenomena that occur in the neighborhood this is annually several fishing communities changed his status by becoming a patron or tauke. The goal in this penelitia is to know the background of the change of status of the client becomes patron of fishermen in Kelurahan Karas Galang sub district of Batam city. The discussion in this thesis using a descriptive qualitative techniques with reference to the concept of Kabeer (Agus: 2009:35-37). Informants are chosen with criteria of fishermen who have been changed from the client becomes patron during the last 6 months. Fishermen who already has fishermen workers underneath. Have a large income and capital, the amount of revenue per day reached 3 to 7 million. After the data is collected then data in this study were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the research results can then be analyzed changes in the Status Of the client becomes Patron of fishermen in Kelurahan Karas Galang sub district of Batam city exposed back of the existence of a desire to change the status for the better, it can be seen from the relationship that is created between the client with a patron at Neighborhood Karas ranging from cooperation to complement each other's needs. As a social Union, fishing communities live, grow, and thrive in the coastal areas or coastal regions Key Words: Status Change, Patrons, Clients 2

4 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang dikawasan persisir yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut, sering kali masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks, terutama pada masalah kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan ekonomi yang datang setiap saat serta keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempergaruhi dinamika usaha. Bagi para peminat dan pengamat sosial, tentu sering menemukan beragam pola atau bentuk hubungan (relasi) yang ada dalam masyarakat. Hubunganhubungan tersebut terjadi dan terjalin sedemikian rupa di kalangan masyarakat sehingga terus berlangsung dan tak pernah berhenti. Salah satu relasi tersebut adalah hubungan patron-klien dalam nelayan atau yang biasa dikenal dengan patronase (patronage). Kajian secara sosiologis mengindikasikan bahwa peta sosial masyarakat nelayan memiliki dinamika sosial yang spesifik mencerminkan karakteristik pantai, kenelayanan, dan kelautan. Hubungan sosial masyarakat seperti halnya solidaritas sosial, kekerabatan yang tinggi didasarkan pada kepentingan yang terkait dengan pekerjaan mereka sehari-hari yakni sebagai nelayan, pengusaha perikanan, pedagangan bahan pokok dan lainnya. Masyarakat nelayan merupakan unsur-unsur sosial yang sangat penting dalam stuktur masyarakat persisir, maka kebudayaan mereka memiliki prilaku budaya masyarakat persisir pada umumnya, karakteristik yang menjadi ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah sebagai berikut : Memiliki struktur relasi patron-klien, patron-klien merupakan basis relasi sosial dalam masyarakat nelayan atau masyarakat persisir, relasi patron-klien sangat dominan dan terbentuk karena karaktristik kondisi mata pencarian,sistem ekonomi dan lingkungan, hubungan demikian terpola dalam kegiatan organisasi produksi, aktivitas pemasaran dan kepemimpinan sosial. Pola-pola hubungan patron-klien dapat menghambat ataupun mendukung perubahan sosial ekonomi namun demikian dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi serta pola-pola hubungan patron-klien harus di perlukan sebagai modal sosial dan Profesi sebagai nelayan hanya ditekuni oleh kalangan terbatas dan marginal. Salah satu relasi tersebut adalah hubungan patron-klien dalam nelayan atau yang biasa dikenal dengan patronase. (Usman, 2004: 132). Sedangkan klien berarti bawahan atau orang yang diperintah dan yang disuruh. Selanjutnya, pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah (nelayan), Berdasarkan kenyataan ini, tepat kiranya jika ada yang mengatakan bahwa hubungan semacam ini seringkali disebut juga sebagai hubungan induk patron-klien, di mana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik. Hal ini karena pada 3

5 umumnya, induk adalah orang atau pihak yang memiliki kekuasaan dalam suatu masyarakat atau komunitas dan harus memberi perlindungan atau pengayoman semaksimal mungkin kepada klien-kliennya. Sedangkan sebaliknya, para klien harus membalas budi baik yang telah diberikan induk semangat dan melakukan pembelaan terhadap pihak lain sebagai saingannya (Koentjaraningrat, 1990: ). Sumberdaya manusia yang berprofesi sebagai nelayan dicirikan oleh pendidikan dan keterampilan yang rendah, serta kemampuan manajemen yang terbatas oleh karena itu mereka terbelengu kemiskinan. Prinsip-prinsip relasi patronklien berlaku juga pada masyarakat nelayan. Unsur-unsur sosial yang berpotensi sebagai patron adalah pedagang (ikan) berskala besar dan kaya, nelayan pemilik (perahu), juru mudi (juragan laut atau pemimpin awak perahu), dan orang kaya lainnya. Mereka yang berpotensi menjadi klien adalah nelayan buruh (pandhiga) dan warga pesisir yang kurang mampu sumber dayanya. Secara intensif, relasi patron-klien ini terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan sosial di kampung. Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat nelayan. Kompleksitas relasi sosial patron-klien (vertikal) dan relasi sosial horisontal di antara mereka merupakan urat-urat struktur sosial masyarakat nelayan. Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap, terdapat tiga pihak yang berperan besar, yaitu pedagang perantara, nelayan pemilik perahu, dan nelayan. Ketiga pihak terikat oleh hubungan kerja sama ekonomi yang erat. Pedagang perantara atau biasa disebut tauke menyediakan bantuan dan pinjaman (uang) ikatan untuk nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik menyediakan bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan buruh. Hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka diikat oleh relasi patron-klien. Relasi sosial ekonomi bebasis patron-klien ini berlangsung intensif dan dalam jangka panjang. Relasi sosial ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan buruh harus melunasi utang-utangnya kepada pedagang perantara. Sedemikian dalamnya relasi patronklien mendasari aktivitas ekonomi nelayan. Peran para patron dianggap sebagai penolong bagi para nelayan karena ditengah himpitan ekonomi para nelayan merasa masih bisa mencukupi kehidupan keluarganya. Seperti juga perantara-perantara sosial lainnya, hubungan patron-klien juga memilih tanah subur tempat tumbuh dan berkembangnya, tiga kondisi khusus dimana hubungan patron-klien dapat tumbuh dan berkembang dengan subur, yaitu pertama, adanya perbedaan yang menyolok dalam penguasaan kekayaan, status dan kekayaan yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Kedua, tidak adanya jaminan keamanan fisik, status dan posisi atau kekayaan. Ketiga, unitunit kekerabatan yang ada tidak mampu lagi berfungsi sebagai sarana perlindungan bagi keamanan dan kesejahteraan pribadi. 4

6 Hubungan patron-klien merupakan suatu kasus khusus hubungan antara dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang dengan status sosial ekonomi lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya untuk memberikan perlindungan dan/atau keuntungan kepada seseorang dengan status yang lebih rendah (klien) yang pada gilirannya membalas pemberian tersebut dengan dukungan dan bantuan, termasuk jasa pribadi kepada patron". Patron selain menggunakan kekuatannya untuk melindungi kliennya, ia juga menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan atau hadiah sebagai imbalan atas perlindungannya hal ini membuat nelayan sangat membutuhkan patron dan patron akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar Klien sangat bergantung pada patron untuk menjalin sebuah mitra kerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Akan tetapi sistem ini ternyata bukan hanya relasi ekonomi saja, akan tetapi ada relasi sosial yang terjadi. Para tengkulak pun rela meminjamkan uang besar saat ada anggota keluarga dari klien yang sakit atau butuh uang lebih. Pada akhirnya sistem patron klien ini sudah menjadi relasi yang sangat mendarah daging dan sulit untuk dilepaskan. Beberapa usaha yang dilakukan pemerintah, berbagai program berjalan, akan tetapi saat program berhenti. Para klien juga kembali lagi ke patron.kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam merupakan salah satu daerah yang mata pencaharian penduduknya adalah nelayan. Kelurahan Karas terdiri wilayah perairan dan kepulauan yang membentang di areal seluas 70,7 km2. Sebagai wilayah yang dikelilingi oleh lautan, kelurahan ini memiliki kekayaan sumberdaya laut yang besar dengan beragam jenis. Dengan karakteristik wilayahnya yang dikelilingi oleh lautan, mayoritas penduduk Kelurahan Karas bekerja sebagai nelayan. Pekerjaan ini dilakukan oleh penduduk (laki-laki) dari berbagai usia, terutama karena sangat terbatasnya lapangan pekerjaan yang lain. Banyak hal yang melatarbelakangi seorang nelayan yang tadinya menjadi klien kemudian mencoba menjadi patron. Kuatnya hubungan patron klien dalam masyarakat pesisir termasuk kelurahan Karas terjadi karena aktivitas yang dilakukan oleh para nelayan yang berisiko dan ketidakpastian. Patron dianggap sebagai jaminan sosial untuk para nelayan. Untuk itu banyak para nelayan yang kemudian merubah statusnya dari klien menjadi patron, mengingat keuntungan yang juga cukup besar karena ikan dijual dengan harga murah. Alasan para nelayan ini memilih menjadi patron karena patron adalah orang yang paling di cari oleh nelayan tradisional. Dengan tidak memadainya modal yang dimiliki nelayan tradisional akan membuat mereka menjadi terikat dengan para juragan atau pemilik sampan, di mana modal yang mereka gunakan berasal dari pemilik sampan ini. Dalam penyediaan alat produksi, nelayan seringkali harus membina hubungan dengan pihak penyandang dana seperti patron. 5

7 Nelayan juragan pun membina hubungan dengan nelayan biasa yang akan membantunya dalam kegiatan penangkapan ikan. Dalam aktivitas distribusi pemasaran, para nelayan juga berhubungan dengan pihak lain seperti para pedagang. Jumlah nelayan yang ada di Kelurahan Karas saat ini berjumlah 56 orang yang terdiri dari 42 klien dan 14 patron,berikut data yang diperoleh dilapangan : Tabel 1.1 Data awal jumlah perubahan status dari klien menjadi patron dari N o Tahu n Perubaha n dari klien patron Perekruta n Total Sumber : Data olahan peneliti, 2015 Jika dilihat dari tabel diatas maka diketahui bahwa setiap tahunnya beberapa masyarakat nelayan merubah statusnya dengan menjadi patron atau tauke, hal ini disebabkan oleh salah satu faktor menjadi patron lebih menguntungkan mengingat di Kelurahan Karas masih banyak sekali terdapat nelayan tradisional. Padahal untuk menjadi patron dibutuhkan modal mulai dari 3 juta hingga 7 juta bahkan bisa lebih dari itu. Tergantung apa yang akan mereka siapkan untuk klien mereka. Namun kebanyakan dari patron tersebut adalah partron semu. Patron semu adalah patron yang mempunyai patron utama, mereka hanya pengumpul ikan, dan memiliki patron di Batam maupun Tanjungpinang, Patron semu dapat membuat keputusan walaupun tidak sepenuhnya dari patron semu namun keputusan yang paling berpengaruh ialah patron utama. Pada umumnya, relasi patronklien terjadi secara intensif pada suatu masyarakat yang menghadapi persoalan sosial dan kelangkaan sumber daya ekonomi yang kompleks. Di daerah pedesaan dan pinggiran kota yang berbasis pertanian, seorang patron (bapak buah) akan membantu klien (anak buah) kemudahan akses pada peluang kerja di sekor pertanian, mengatasi kebutuhan mendadak klien, atau meringankan beban utang klien pada pelepas uang. Klien menerima kebaikan tersebut sebagai hutang budi, menghargai, dan berkomitmen untuk membantu patron dengan sumberdaya jasa tenaga yang mereka miliki. Sebagai nelayan tradisional dengan kepemilikan modal yang terbatas, mayoritas nelayan Kelurahan Karas sangat tergantung kepada tauke. Karena ketergantungan yang sangat menguntungkan maka banyak nelayan memilih menjadi patron atau touke. Hal ini atas dasar bahwa tersebut berupa pinjaman uang, baik untuk modal melaut maupun untuk kelangsungan hidup rumah tangga nelayan serta pemasaran hasil tangkapan nelayan. Karena di kelurahan ini tidak ada lembaga ekonomi yang berfungsi sebagai 6

8 pemberi pinjaman uang, maka nelayan meminjam uang kepada tauke. Selanjutnya, tidak adanya tempat pelelangan ikan (TPI) menyebabkan satu-satunya alternatif untuk memasarkan hasil tangkapan adalah menjualnya kepada tauke yang sekaligus berfungsi sebagai pedagang pengumpul. Hubungan ketergantungan ini kemungkinan akan berlangsung terus menerus selama tidak ada lembaga ekonomi lainnya yang dapat menggantikan peran tauke di wilayah ini. Bertitik tolak dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang masalah diatas dengan judul PERUBAHAN STATUS NELAYAN DARI KLIEN MENJADI PATRON DI KELURAHAN KARAS KECAMATAN GALANG KOTA BATAM. B. Perumusan Masalah Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang diatas, maka untuk mempermudah proses penelitian guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan ada rumusan masalah. Berangkat dari pertanyaan tersebut diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apa yang melatar belakangi perubahan status nelayan dari klien menjadi patron di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang perubahan status nelayan dari klien menjadi patron di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Akademis : Sebagai bahan refrensi bagi penelitian yang sama khususnya bidang sosiologi dalam melihat perubahan status sosial dan stratifikasi sosial. b. Secara Teoritis : Diharap kan dapat memberikan manfaat serta acuan bagi semua pihak terhadap Perubahan Status Dari Klien Menjadi Patron Di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam. D. Konsep Operasional Menurut Kaho (2002:40), Hubungan patron dan klien : Hubungan dalam penelitian ini adalah saling membutuhkan anatara patron dan klien. Patron atau toke sebagai orang yang memiliki modal besar yang menyediakan bantuan dan prasarana bagi nelayan yang menjadi klien atau anak buahnya untuk mencari ikan yang nantinya akan di jual kembali. 2. Perubahan status dari klien ke patron : kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai masalah kemiskinan dan agar menaikkan kelas yang lebih baik lagi dikehidupannya. Dalam penelitian ini perubahan status nelayan dari klien ke patron adalah para nelayan yang sudah mampu untuk bekerja sendiri bahkan menjadi pemilik alat-alat tangkap, perahu yang kemudian di sewakan kepada nelayan lainnya. 7

9 II. LANDASAN TEORI 1. Patron-klien masyarakat pesisir Istilah patron berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara entimologis berarti seseorang yang memilki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh, sedangkan klien berarti bawahan atau orang yang diperintah dan disuruh. Selanjutnya pola hubungan patron klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, wewenang, kekuasaan maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi. Berdasarkan paparan-paparan yang diulas dari pengertian diatas maka kemudian terdapat satu hal penting yang dapat digaris bawahi, yaitu bahwa terdapat unsur pertukaran barang atau jasa bagi pihakpihak yang terlibat dalam pola pola relasi antara patron dan klien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola pola relasi yang semacam ini dapat dimasukan kedalam bentuk dan pola hubungan pertukaran yang lebih luas. Menurut Scott dalam Hariadi (1987), relasi patron klien merupakan hubungan yang antara dua pihak yang menyangkut persahabatan, dimana seorang individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumbersumber yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan dan atau keuntungan bagi seseorang yang statusnya lebih rendah (klien), dan sebaliknya si klien membalas dengan memberikan dukungan dan bantuan secara umum termasuk pelayanan pribadi kepada patron. Dalam hubungan ini pertukaran tersebut merupakan jalinan yang rumit dan berkelanjutan, biasanya baru terhapus dalam jangka panjang. (Scott, 1976 dalam Hariadi, 1987: 48)). Imbalan yang diberikan klien bukan imbalan berupa materi melainkan dalam bentuk lainnya. Si patron tidak akan mengharapkan materi atau uang dari klien tapi mengharapkan imbalan lainnya yang dibutuhkan si patron. Ikatan-ikatan sosial yang khas antara patron dan klien menekankan ide moral, hak-hak, dan kewajibankewajiban timbal balik yang memberikan kekuatan sosial kepada ikatan-ikatan itu. Sudah tentu tidak mungkin barang dan jasa yang dipertukarkan antara patron dan klien itu akan identikan oleh karena sifat dari pola hubungan itu disesuaikan atas kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda. Suatu sifat yang persis dengan pertukaran itu akan mencerminkan kekhasan dari kebutuhan-kebutuhan dan sumber-sumber kekayaan baik dari patron maupun dari klien dalam jangka waktu tertentu. Maka pada umumnya patron diharapkan untuk melindungi kliennya dan memenuhi kebutuhankebutuhan materinya. Sedangkan klien mengimbalinya dengan tenaga kerja dan loyalitasnya (Scott, 1994 : 257). Scott dalam Ramadhan (2009), mengemukakan bahwa hubungan patronase mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial lain. Pertama, yaitu terdapatnya ketidaksamaan (inequality) dalam pertukaran; kedua, adanya sifat tatap-muka (face-to-face character), dan ketiga adalah sifatnya yang luwes dan meluas (diffuse flexibility) ( Ramadhan, 2009 : 15). Menguraikan ciri yang 8

10 pertama Scott mengatakan bahwa terdapat ketimpangan pertukaran atau ketidakseimbangan dalam pertukaran antara dua pasangan, yang mencerminkan perbedaan dalam kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan. Dalam pengertian ini seorang klien adalah seseorang yang masuk dalam hubungan pertukaran yang tidak seimbang (unequal), di mana dia tidak mampu membalas sepenuhnya. Suatu hutang kewajiban membuatnya tetap terikat pada patron. Ketimpangan terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh klien beserta keluarganya agar mereka bisa tetap hidup. Rasa wajib membalas pada diri si klien muncul lewat pemberian ini, selama pemberian itu masih dirasakan mampu memenuhi kebutuhannya yang paling pokok atau masih dia perlukan. Sifat tatap-muka relasi patronase menunjukkan bahwa sifat pribadi terdapat di dalamnya. Hubungan timbal-balik yang berjalan terus dengan lancar akan menimbulkan rasa simpati (affection) antar kedua belah pihak, yang selanjutnya membangkitkan rasa saling percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ini kadangkala diwujudkan dalam penggunaan istilah panggilan yang akrab bagi partnernya. Dengan adanya rasa saling percaya ini seorang klien dapat mengharapkan bahwa si patron akan membantunya jika dia mengalami kesulitan, jika dia memerlukan modal dan sebagainya. Sebaliknya si patron juga dapat mengharapkan dukungan dari klien apabila pada suatu saat dia memerlukannya. Ciri terakhir yaitu sifat relasi yang luwes dan meluas. Seorang patron misalnya, tidak saja dikaitkan oleh hubungan sewa-menyewa tanah oleh kliennya, tetapi juga karena hubungan sebagai sesama tetangga, atau mungkin teman sekolah di masa yang lalu, atau orang-orang tua mereka saling bersahabat, dan sebagainya. Juga bantuan yang diminta dari klien dapat bemacam-macam, mulai dari membantu memperbaiki rumah, mengolah tanah, mengurus ternak, dan lain-lain. Di lain pihak si klien dibantu tidak hanya dalam bentuk modal usaha pertanian saja, melainkan juga kalau ada musibah, mengalami kesulitan dalam mengurus sesuatu, mengadakan pestapesta atau selamatan tertentu dan berbagai keperluan lainnya. Pendeknya hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan oleh kedua belah pihak, dan sekaligus juga merupakan semacam jaminan sosial bagi mereka. Patron client relationship merupakan proses assosiatif yang terwujud dalam bentuk kerja sama antara dua orang yang berbeda statusnya, dengan ciriciri pihak patron melindungi klien dalam berbagai transaksi, serta adanya relasi saling membutuhkan, saling percaya, dan kedua belah pihak terlibat dalam keakraban. Hubungan ini telah menjadi subur dari masa lampau hingga dewasa ini di dalam masyarakat Indonesia. Si patron yang merupakan anggota masyarakat yang lebih beruntung dilihat dari status sosial ekonomi. Mereka inilah yang memiliki modal dan cara berfikir yang lebih baik. Dengan asset yang dimiliki, si patron mempekerjakan kepada anggota masyarakat lain yang status sosial ekonominya lebih rendah. Untuk menjalankan usaha yang diberikan kepada klien, si patron memberikan bimbingan saat klien mengalami kesulitan baik di bidang usaha maupun di bidang lain yang dianggap perlu. Hal ini dilakukan 9

11 patron supaya klien menjadi terikat dan merasa enggan apabila ingin lepas dari patron. (Ibrahim, 2003, 24). Patron klien yang ada di nelayan sama halnya dengan yang dipaparkan oleh Sanderson (2010 : ) Feodalisme dipahami sebagai sistem kehidupan ekonomi yang berlaku di Eropa Barat sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi sampai datangnya kapitalisme modern. Unit dasar produksi ekonomi dalam masa ini adalah manor (suatu daerah tertentu yang biasanya dikelilingi oleh hutan, di dalamnya terdapat pemerintahan kecil yang dipimpin oleh seorang bangsawan) di mana tanah-tanah yang ada di daerah ini dimiliki oleh petani dan penguasa setempat yang dinamakan tanah pribadi (demense). Tanahtanahnya dikelola oleh tuan tanah dan digarap oleh sejumlah petani yang ada di daerah tersebut. Model seperti ini menetapkan bahwa nelayan yang ada dalam kawasan ini menggarap tanah yang sekaligus juga merupakan tempat tinggal dan pertaniannya. Meskipun demikian, hubungan yang terjalin antara para pelaku yang terlibat dalam wilayah ini sangat tidak seimbang dan merugikan petani karena petani harus bekerja pada tuan tanah di tanah pribadinya tetapi di sisi lain ia juga harus membayar upeti kepada tuan tanah. Ketentuan semacam ini mewujud dalam kewajiban petani memberikan hasil-hasil tertentu pertaniannya dan membayar bea untuk beragam keperluan yang digunakannya. Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa sistem feodalisme adalah hubungan ekonomi yang membuat para petani berproduksi untuk dirinya sendiri dan juga untuk tuannya. Begitu juga dengan nelayan yang kemudian menjalani hubungan yang baik antara dirinya dan toke sehingga tercipta suatu hubungan saling ketergantungan dari segi ekonomi. Menurut Kusnadi (2006 : 30) Masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di pinggir pantai dan bekerja dilaut, dengan mata pencahariannya mayoritas bekerja sebagai nelayan. selain itu kegiatan usaha perikanan tangkap merupakan aktivitas ekonomi yang kompleks karena melibatkan banyak pihak yang saling terkait secara fungsional dan substansial, sekurangkurangnya pihak-pihak tersebut adalah nelayan pemilik perahu dan alat tangkap (juragan), nelayan buruh (pandiga), pedagang ikan dan pemilik toko yang menjadi pemasok kebutuhan hidup nelayan atau kebutuhan melaut, seperti bahan bakar minyak, jaring, lampu, dan peralatan teknis lainnya, diantara mereka terikat oleh jaringan hubungan patron klien, karena mereka saling bergantung dan saling membutuhkan, masing-masing pihak mempunyai kemampuan sumber daya yang saling dipertukarkan dalam hubungan sebagai patron klien tersebut. Nelayan adalah seorang yang mata pencaharian utamanya adalah dari usaha menangkap ikan di laut (KBBL, 2003:686). Jadi masyarakat nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat 10

12 dengan lokasi kegiatan. Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor kebudayaan inilah yang menjadi pembeda antara masyarakat nelayan dengan kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelautan. Dalam masyarakat nelayan terdapat hubungan patron-klien. Patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonominya yang lebiah tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungankeuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnya lebih rendah (klien). Klien kemudain membalasnya dengan menawarakan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Struktur sosial dalam masyarakat nelayan umumnya dicirikan dengan kuatnya ikatan patron-klien. Kuatnya ikatan tersebut merupakan konsekuensi dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh dengan resiko dan karena ketidakpastian. Bagi nelayan, menjalin ikatan tersebut merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatannya karena pola patron-klien merupakan institusi jaminan sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena hingga saat ini nelayan belum menemukan alternatif institusi yang mampu menjamin kepentingan sosial mereka. Mengenai hubungan patronklien ini, Legg (1983), dalam Najib (1999) yang dikutip oleh Ahmad Rizal mengungkapkan bahwa tata hubungan patron-klien umumnya berkaitan dengan : a. Hubungan antara pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama. b. Hubungan yang bersifat khusus yang merupakan hubungan pribadi dan mengandung keakraban. c. Hubungan yang didasarkan pada asas saling menguntungkan. Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap, terdapat tiga pihak yang berperan besar, yaitu pedagang perantara (pangamba), nelayan pemilik perahu, dan nelayan. Ketiga pihak terikat oleh hubungan kerja sama ekonomi yang erat. Pedagang perantara menyediakan bantuan dan pinjaman (uang) ikatan untuk nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik menyediakan bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan buruh. Hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka diikat oleh relasi patronklien. Relasi sosial ekonomi bebasis patron-klien ini berlangsung intensif dan dalam jangka panjang. Relasi sosial ekonomi akan berakhir jika terjadi 11

13 persoalan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan buruh harus melunasi utang- utangnya kepada pedagang perantara. Sedemikian dalamnya relasi patron-klien mendasari aktivitas ekonomi nelayan, sehingga ada peneliti yang menyebut organisasi ekonomi nelayan sebagai organisasi ekonomi patron-klien. Selain di sektor ekonomi, relasirelasi patron-klien juga terjadi intensif di kampung-kampung nelayan yang tingkat kemiskinannya tinggi. Sebagai contoh, dalam jaringan sosial berbasis hubungan ketetangga an, orang-orang yang mampu (pedagang, nelayan pemilik, atau pihak lainnya) dan memiliki sumber daya ekonomi lebih dari cukup akan membantu tetangganya yang kekurangan. Biasanya bantuan tersebut berupa barang- barang natura, makanan, informasi, pakaian, dan upah jasa. Mereka yang telah ditolong itu akan membalas kebaikan tersebut dengan kesiapan menyediakan jasa tenaganya untuk membantu patron. Aktualisasi relasi patron-klien ini merupakan upaya menjaga kerukunan bersama, sehingga efek negatif kesenjangan sosial di kalangan masyarakat nelayan dapat diminimalisasi. 2. Nelayan Masyarakat nelayan merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja mencari ikan di laut yang menggantungkan hidup terhadap hasil laut yang tidak menentu dalam setiap harinya. Masyarakat nelayan cenderung mempunyai sifat keras dan terbuka terhadap perubahan. Sebagian besar masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mempunyai kesejahteraan rendah dan tidak menentu. Kesulitan mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari membuat masyarakat nelayan harus rela terlilit hutang dan menanggung hidup yang berat, mereka tidak hanya berhutang kepada kerabat dekat, tetapi mereka juga berhutang kepada tetangga dan teman mereka. Menurut Raymond Firth Bagong Suyanto & Karnaji (2005 : 60), karakteristik yang menandai kehidupan nelayan miskin adalah: a. Pendapatan nelayan bersifat harian dan tak menentu dalam setiap harinya Rendahnya tingkat pendidikan para nelayan serta anak-anak dari keluarga nelayan yang menyebabkan para nelayan tersebut sulit untuk mendapatkan pekerjaan lain b. Sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan menimbulkan ketergantungan yang besar bagi nelayan kepada pedagang atau pengepul hasil tangkapan (produk). c. Besarnya jumlah modal yang dikeluarkan dibidang usaha perikanan, menyebabkan para nelayan lebih memilih bergerak di bidang perikanan kecilkecilan d. keluarga nelayan miskin umumnya sangat rentan dan mudah terjerumus dalam perangkap utang yang merugikan Masyarakat nelayan umumnya masyarakat yang memiliki etos kerja tinggi dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat diantara mereka. Masyarakat nelayan umumnya masyarakat yang 12

14 kurang berpendidikan (Bagong Suyanto : 2013 : 63). Pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan kasar yang banyak mengandalkan otot dan pengalaman, sehingga untuk bekerja sebagai nelayan latar belakang pendidikan memang tidak penting. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, ternyata bukan hanya masyarakat yang sudah berumur lanjut, tetapi banyak masyarakat generasi muda yang masih berumur tahun juga sudah bekerja sebagai nelayan. Umunya mereka adalah anak dari keluarga nelayan yang ikut bekerja sebagai nelayan yang terkadang masih duduk dibangku sekolah. III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pulau Karas merupakan sebuah kampung yang terletak di Kelurahan Karas, Kecamatan Galang, Kota Batam. Batas wilayah Pulau Karas dengan batas sebelah utara adalah Pulau Pangkil, batas sebelah timur dengan Pulau Karas Kecil, batas sebelah selatan adalah Pulau Tanjung Dahan. Pulau kecil ini memiliki luas sekitar ±487,6 ha atau sekitar 4,876 km2. Letak astronomis Pulau Karas terletak pada koordinat 0o LS dan 104o19 43 BT. Secara umum Pulau Karas dipengaruhi oleh 4 musim yaitu musim utara, musim selatan, musim barat, serta musim timur.musim utara ditandai dengan kuatnya angin berhembus disertai dengan besarnya gelombang dan berlangsung setiap bulan Desember-Feburari. Musim angin timur berlangsung bulan Maret-Mei. Musim angin barat berlangsung bulan Juni-Agustus sertamusim angin selatan berlangsung dari September-November. Ketinggian ombak pada perairan di sekitar Pulau Karas berkisar antara 0-3 meter dengan gelombang tertinggi terjadi pada musim utara serta wilayah perairan dengan ketinggian gelombang teritnggi berada di wilayah perarian sebelah timur laut Pulau Karas karena berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Patron dan Klien Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa selama ini hubungan patron dank lien pada nelayan di Pulau Karas mulai dari kerjasama hingga kebutuhan saling melengkapi. Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa pendapatan patron jauh lebih besar karena memiliki anak buah yang bekerja di lapangan, maka dari itu hubungan yang mereka bina saat ini sudah baik. Sikap saling ketergantungan dalam konteks pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin terasa dan tidak dapat dihindari oleh seorang individu. Selama ini, banyak nelayan beberapa kali harus jatuh pada pola atau institusi patronklien. Dalam hubungan ini, klien kerap dihadapkan pada sejumlah masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya inilah jebakan patron demi melanggengkan usahanya. Namun berdasarkan pandangan nelayan, kuatnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan oleh kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal (patron). 2. Perubahan status dari klien ke patron 13

15 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa untuk menjadi seorang patron para nelayan harus menyiapkan modal untuk merubah statusnya tersebut. untuk pertama hal ini tidak mudah, patron semu membutuhkan patron yang lebih kuat darinya. Adanya patron-klien dapat dicirikan sebagai adanya ketidak seimbangan stattus antara patron dan lien, meski patron juga mengharapkan bantuan dari klien, tetapi kedudukan patron lebih tinggi dari klien, ketergantungan pada patron karena adanya pemberian barang-barang yang dibutuhkan klien dari patron yang menyebabkan adanya rasa utang budi klien terhadap patron dan utang budi ini menyebabkan terjadinya hubungan ketergantungan. antara toke dan patron yang baru merubah statusnya mempunyai hubungan yang kuat dan saling menguntungkan. Selanjutnya, nelayan akan mencari hutang kepada patron dengan jaminan ikatan pekerjaanatau hasil tangkapan yang hanya akan dijual kepada patron dengan harga yang lebih rendah dariharga pasar. Dengan pola patron-klien seperti ini, klien sering dihadapkan pada sejumlah masalahseperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir. Hubungan patron-klien pada masyarakat pesisir dan lautan merupakan sistem sosial yang telah berakar pada masyarakat dan sulit untuk diubah dan hubungan tersebut cenderungmenguntungkan pihak patron. Namun demikian pola patronklien terus terjadi dalam komunitasmasyarakat nelayan karena memang belum ada institusi formal yang mampu berperan sebagai patron. Institusi tersebut belum berjalan secara efektif karena ada kesenjangan kultur intuisi yang dibangun secara formal dengan kultur nelayan yang masih menekankan aspek personalitas. Disisi lain, nelayan sendiri belum mampu membangun institusi baru secara mandiri. Meski diakui bahwa para nelayan itu memiliki etos kerja dan mobilitas tinggi serta solidaritas sesama yangkuat, tetap saja mereka masih memiliki sejumlah kelemahan. V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa Perubahan Status Nelayan Dari Klien Menjadi Patron Di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam dilatar belakang adanya keinginan untuk merubah status menjadi lebih baik. Hal ini sesuai denga temuan penelitian bahwa sejak menjadi patron, para nelayan mengalami peningkatan pendapatan yang cukup besar, pendapatan sebelumnya saat menjadi klien hanya sekitar Rp hingga Rp namun sejak menjadi patron pendapatan mereka bisa mencapai Rp hingga Rp Sebelum menjadi patron, nelayan ini melaut 5 sampai dengan 6 jam namun sekarang setelah menjadi patron mereka hanya menunggu dirumah karena yang melaut adalah anak buah yang direkrut atau disebut nelayan buruh. Banyak hal yang ikut berubah ketika nelayan biasa berubah menjadi patron, kehidupan mereka juga berubah, seperti rumah yang sekarang sudah baik dan layak untuk ditempati, memiliki pompong 2 hingga ada yang memiliki sampai 12 pompong. Hal-hal tersebut membuat banyak nelayan yang tadinya hanya nelayan buruh menjadi patron. Selama ini hubungan yang terjalin antara klien dengan patron di Kelurahan Karas mulai dari kerjasama hingga 14

16 kebutuhan saling melengkapi. Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Selama ini patron selalu berusaha menjalin hubungan yang baik dengan memberikan anak buahnya bantuan yang dibutuhkan para bawahannya, apapun yang mereka butuhkan diupayakan untuk dapat terpenuhi. Pendapatan patron jauh lebih besar karena memiliki anak buah yang bekerja di lapangan, maka dari itu hubungan yang mereka bina saat ini sudah baik. Sikap saling ketergantungan dalam konteks pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin terasa dan tidak dapat dihindari oleh seorang individu. Selama ini, banyak nelayan beberapa kali harus jatuh pada pola atau institusi patronklien, hubungan yang dibina antara patron dan klien nelayan pesisir di Kelurahan Karas sudah berjalan dengan baik, baik patron dan klien merasakan adanya hubungan kerjasama dan saling ketergantungan sehingga hubungan tersebut harus didasari dengan pengertian dan loyalitas. Patron selama ini menyiapkan segala kebutuhan kliennya atau anak buahnya mulai dari keperluan pekerjaan hingga kebutuhan pribadi. Patron menyiapkan banyak modal untuk hal tersebut. Kemudian untuk menjadi seorang patron para nelayan harus menyiapkan modal untuk merubah statusnya tersebut. untuk pertama hal ini tidak mudah, patron semu membutuhkan patron yang lebih kuat darinya. ketika para nelayan ingin menjadi patron semu yang paling mereka butuhkan adalah modal, tentu saja kehidupan mereka juga turut berubah. Sifat perikanan tangkap yang penuh dengan risiko dan ketidakpastian menjadi semakin berisiko, sehingga membuat masyarakat mencari jalan untuk mengatasinya. Salah satu cara dalam mengatasi permasalahan ketidakpastian usaha, khususnya dalam hal jaminan modal, adalah menggunakan pola hubungan tradisional di antara mereka. Ketika para nelayan ingin menjadi patron semu yang paling mereka butuhkan adalah modal, tentu saja kehidupan mereka juga turut berubah. Sifat perikanan tangkap yang penuh dengan risiko dan ketidakpastian menjadi semakin berisiko, sehingga membuat masyarakat mencari jalan untuk mengatasinya B. Saran a. Sebaiknya ada aturan yang jelas, atau sebuah perkumpulan yang menjadi kontrol hubungan antara patron dan klien. Sehingga diatur berkaitan dengan hubungan kerja b. Seharusnya patron semu lebih dapat membina hubungan baik dengan klien atau nelayan buruhnya agar keduanya dapat sama-sama memperoleh keuntungan dan hubungan menjadi jauh lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Bagong Suyanto & Karnaji Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial: Ketika Pembangunan tak berpihak kepada rakyat miskin, (Surabaya: Airlangga University Press Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta: Kencana Media Group Anatomi Kemiskinan dan Strategi 15

17 Penanganannya, Malang: Intrans Publishing. Burhan, Bungin Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press. Dewi Wulan Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama Horton, B. Paul dan Hunt, L. Chester Sosiologi Jilid I, Jakarta: Erlangga Kusnadi, 2009, Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Perikanan, LKIS, Yogyakarta. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan, R & D. Bandung: Alfabeta. Sztompka, Piotr Sosiologi Perubahan Sosial Cetakan ke-3. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Usman, Sunyoto Sosiologi; Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Center for Indonesian Research and Development [CIReD]. Cetakan Pertama Koentjaraningrat Metode Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Pustaka Jaya. Moleong, J Lexy Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sanderson,Stephen,K.,2010 : Sosiologi Makro; Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial (Edisi Kelima) Jakarta : CV Rajawali Press (PT. Raja Grafindo Persada). Simandjuntak Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung: Tarsito Soejono,Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo Sunarto,Dr Kamanto Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 16

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

MENGENAL HUBUNGAN PATRON-KLIEN

MENGENAL HUBUNGAN PATRON-KLIEN MENGENAL HUBUNGAN PATRON-KLIEN Linayati Lestari, S.IP, MA Dosen Fisipol, Universitas Riau Kepulauan, Batam Bagi para peminat dan pengamat sosial, tentu sering menemukan beragam pola atau bentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia masih merupakan negara petanian, artinya petanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91 vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Kegunaan Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesenian Sebagai Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (1980), mendeskripsikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perairan laut cukup besar menjadikan hasil komoditi laut sebagai salah satu andalan dalam pendapatan asli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pola Relasi Sosial Masayarakat Agraris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pola Relasi Sosial Masayarakat Agraris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Relasi Sosial Masayarakat Agraris 2.1.1 Pola Relasi Sosial Hubungan antarasesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi sosial juga disebut hubungan

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN PATRON- KLIEN PADA KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN MALABRO KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

POLA HUBUNGAN PATRON- KLIEN PADA KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN MALABRO KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU POLA HUBUNGAN PATRON- KLIEN PADA KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN MALABRO KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU The Pattern of Patron- Client Relationship in Fishermen Community in Malabro Municipal, Teluk

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN Tiara Haryani, Nanik Rahmawati, Tri Samnuzulsari Tiaraharyani92@gmail.com Program studi Sosiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum berbicara mengenai konsep dan pola Patron-Klien, Scott (1989,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum berbicara mengenai konsep dan pola Patron-Klien, Scott (1989, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Pola Hubungan Patron Klien Sebelum berbicara mengenai konsep dan pola Patron-Klien, Scott (1989, hlm 1-18) melihat bahwa petani yang berada di daerah Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Selain itu,

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan

Lebih terperinci

Khoirunnisak 1), Firman Nugroho 2), Zulkarnain 2) ABSTRACT

Khoirunnisak 1), Firman Nugroho 2), Zulkarnain 2)   ABSTRACT Relationship Pattern of Fishermen and Employers In, Pasir Limau Kapas District Rokan Hilir Regency, Riau Province Khoirunnisak 1), Firman Nugroho 2), Zulkarnain 2) Email: khoirunnisak.nasution@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara paling rentan di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia,

Lebih terperinci

RELASI PATRON KLIEN JURAGAN BAWANG MERAH DAN BURUH WANITA DI PASAR BAWANG KECAMATAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO

RELASI PATRON KLIEN JURAGAN BAWANG MERAH DAN BURUH WANITA DI PASAR BAWANG KECAMATAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO 1 RELASI PATRON KLIEN JURAGAN BAWANG MERAH DAN BURUH WANITA DI PASAR BAWANG KECAMATAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO The Relation of A Patron Clients red Onion Skipper and Women Worker In Onion Market Dringu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1). I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah

Lebih terperinci

Keywords: work relationship model of owner and fisherman worker, prosperous of fisherman worker ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-6

Keywords: work relationship model of owner and fisherman worker, prosperous of fisherman worker ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-6 1 POLA HUBUNGAN KERJA JURAGAN DAN BURUH NELAYAN TERHADAP KESEJAHTERAAN BURUH NELAYAN DUSUN KAMPUNG BARU DESA GRAJAGAN KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI WORK RELATIONSHIP MODEL OF OWNER AND FISHERMAN

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL DAN HUBUNGAN KERJA NELAYAN TRAMMEL NET PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA CILACAP PASCA TSUNAMI

STRATIFIKASI SOSIAL DAN HUBUNGAN KERJA NELAYAN TRAMMEL NET PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA CILACAP PASCA TSUNAMI STRATIFIKASI SOSIAL DAN HUBUNGAN KERJA NELAYAN TRAMMEL NET PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA CILACAP PASCA TSUNAMI Arif Mahdiana 1, Andika Prakasa 1, P. Hary Tjahja Soedibya 1 dan Slamet Rosyadi 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah Negara ini terdiri dari lautan dengan total panjang garis pantainya terpanjang kedua didunia.wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kecamatan Srandakan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan posisi Kecamatan Srandakan terletak di 110 14 46 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini. difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara

BAB I PENDAHULUAN. Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini. difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara pengembangan bidang industrialisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Nelayan Masyarakat yang berada di kawasan pesisir menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan 1. Letak Geografis Desa Paloh merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN

BAB IV DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN BAB IV DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN A. Problematika Ekonomi Masyarakat Nelayan Dalam konteks yang ada bahwa nelayan merupakan aktivitas masyarakat yang potensi ekonominya sangat rendah. Gambaran umum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tiohu terletak di sebelah Timur Ibukota Kecamatan Asparaga

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tiohu terletak di sebelah Timur Ibukota Kecamatan Asparaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Tiohu terletak di sebelah Timur Ibukota Kecamatan Asparaga dengan luas wilayah 566 Km2. Jika dilihat dari pemanfaatan wilayah pertanian, Desa Tiohu terdiri dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendatang yang kebanyakan berasal dari daerah Cilacap yang datang ke Pantai

BAB V PENUTUP. pendatang yang kebanyakan berasal dari daerah Cilacap yang datang ke Pantai 81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Selain sebagai tempat pariwisata di Pantai Depok juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan atau sering disebut TPI. Tujuan didirikannya TPI yaitu untuk membuka lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Mobilitas Sosial Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN 241 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Karakteristik nelayan di lokasi penelitian secara spesifik dicirikan dengan: (a) karakteristik individu: pendidikan rendah, nelayan pendatang, motivasi intrinsik

Lebih terperinci

STUDI TENTANG UPAYA UPT

STUDI TENTANG UPAYA UPT ejournal Ilmu Pemerintahan, 2016, 4 (4): 1579-1588 ISSN 2477-2458, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 STUDI TENTANG UPAYA UPT. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendang Biru merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi prioritas dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa Tmur. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Kranji merupakan desa yang ada di wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Secara georgafis Desa Kranji terletak di utara pesisir Pulau Jawa, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Provinsi Kepulauan. Bangka

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Provinsi Kepulauan. Bangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangka Belitung adalah daerah otonom yang resmi berdiri pada bulan november 2000 melalui UU No. 27 Tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perikanan tangkap di Indonesia masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya 15% usaha perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan adalah suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di dalam laut baik itu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida** 1 2 ABSTRACT Social Economic of Communities around Lubuk Larangan Jorong Sungai Tanuak Kenagarian Barung Barung Belantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Pesisir Selatan By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR SOSIAL DALAM MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR KOTA BALIKPAPAN (Social Structure of Fishermen Communities in Balikpapan Coastal Zone)

KAJIAN STRUKTUR SOSIAL DALAM MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR KOTA BALIKPAPAN (Social Structure of Fishermen Communities in Balikpapan Coastal Zone) BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal 67-75 KAJIAN STRUKTUR SOSIAL DALAM MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR KOTA BALIKPAPAN (Social Structure of Fishermen Communities in Balikpapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nelayan mandiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dengan nelayan lain. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari empat komponen kemandirian, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi

Lebih terperinci

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang wilayahnya memiliki potensi kekayaan alam yang luas (Herman Haeruman, 1986: 2). Potensi kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selain peran geopolitik, laut juga memiliki peran geoekonomi (Mulyadi, 2007). Rumput laut merupakan salah satu jenis komoditas unggulan budi daya perairan dengan nilai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengkaji perilaku nelayan artisanal di Indonesia, khususnya di pantai Utara Jawa Barat penting dilakukan. Hal ini berguna untuk mengumpulkan data dasar tentang perilaku nelayan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masih ditemukannya banyak penduduk miskin wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, menunjukkan adanya ketidakoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terkena pembangunan Waduk Sermo. Pembangunan Waduk Sermo yang di

BAB V PENUTUP. terkena pembangunan Waduk Sermo. Pembangunan Waduk Sermo yang di 95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dusun Sremo merupakan salah satu dusun yang wilayahnya banyak terkena pembangunan Waduk Sermo. Pembangunan Waduk Sermo yang di bangun tahun 1994 sampai 1996 merupakan program

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 48 BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 1. Letak Geografis Kabupaten Wonogiri terletak pada posisi

Lebih terperinci

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara Benua Asia dan Benua Australia,

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah garis khatulistiwa, hal tersebut menjadikan Indonesia beriklim tropis yang mempunyai dua musim (musim

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia (http://www.kkp.go.id). Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan luas laut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di BAB V KESIMPULAN A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam Kacamata Patron-Klien Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di lingkungan pasar Wates. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Adanya golongan yang berlapis-lapis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Masyarakat Pesisir Pantai Di Kabupaten Kepulauan Sangihe JESSICA PRISCA HUMUNE PATAR RUMAPEA NOVIE PALAR

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Masyarakat Pesisir Pantai Di Kabupaten Kepulauan Sangihe JESSICA PRISCA HUMUNE PATAR RUMAPEA NOVIE PALAR Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Masyarakat Pesisir Pantai Di Kabupaten Kepulauan Sangihe JESSICA PRISCA HUMUNE PATAR RUMAPEA NOVIE PALAR Abstract : This study aims to determine the development of

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbukti dari ujung barat sampai ujung timur terdiri dari kepulauan besar dan kecil dan lebih banyak kawasan perairan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua didunia.

Lebih terperinci

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan mengenai sumber daya air yang terjadi di Indonesia Mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan alam

Lebih terperinci