BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film dokumenter dan juga konsep dalam konflik kasus pendirian pabrik semen di Pati. Dalam konteks ini, media dipandang bukan hanya sebagai saluran yang bebas dan netral, namun juga sebagai subjek yang membentuk realitas. Film dokumenter sarat dengan bingkai dan konstruksi tentang realitas dari pihak-pihak yang terlibat dalam film, bahkan sejak awal dari penentuan ide/tema hingga film selesai. Film Samin VS Semen dan Film Sikep Samin Semen merupakan film yang sama-sama mengkonstruksi mengenai masyarakat Samin yang berkaitan dengan kasus pendirian pabrik semen di Pati, Jawa Tengah. Dalam mengkonstruksikan realitas, media memanfaatkan tiga komponen, yaitu pemakaian simbol-simbol politik (language of politic), strategi pengemasan pesan (framing strategies), dan kesediaan media memberi tempat (agenda setting function). Oleh karena itu, media bukan hanya memilih fakta dan data yang akan diangkat, namun juga memilih aktor-aktor yang tampil dalam pemberitaan. Konsep tersebut juga berlaku pada film dokumenter. Film dokumenter adalah alat komunikasi pembentuk kenyataan (konstruksi) yang penting karena dokumenter selalu berpijak pada kenyataan dan memberikan sesuatu hal yang berharga dan perlu kita ketahui. Analisis isi kualititatif digunakan untuk menganalisis bagaimana film dokumenter mengkonstruksikan masyarakat Samin sebagai masyarakat Adat di Indonesia yang saat ini sedang terlibat dengan pembangunan pabrik semen. Analisis tersebut dilakukan dengan cara mengurai film menjadi unit-unit kecil berupa adegan (scene) dan menganalisis shots tertentu agar memberikan gambaran sesuai unit kajian yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut 180

2 Teknis 1. Unit kajian subyek film dokumenter yang terdiri dari pelaku cerita dan alur film. Masalah yang dijadikan subjek dari film dokumenter Samin VS Semen merupakan masalah sosial yang memang kerap diangkat oleh para film maker independen Indonesia. Masalah-masalah sosial tersebut biasanya mengenai kemiskinan, kekerasan, konflik, korupsi, dan kerusakan lingkungan. Film Samin VS Semen lebih berfokus pada penolakan pabrik semen dengan argumen kerusakan lingkungan jika didirikan pabrik semen. Sedangkan, film Sikep Samin Semen digolongkan dalam film dokumenter yang mengangkat mengenai pemanfaatan nama masyarakat adat untuk kepentingan tertentu. Pemilihan pelaku cerita dalam kedua film ini sama-sama bertujuan untuk memperkuat argumen yang dibawa oleh masing-masing film. Film Samin VS Semen menampilkan ceritanya dari sudut pandang para aktivis dan warga penolak pembangunan pabrik semen, namun dalam film ini identitas mereka sebagai aktivis JMPPK tidak disebutkan secara tersurat. Sedangkan, film Sikep Samin Semen berusaha menampilkan sudut pandang dari orang-orang yang tidak setuju terhadap penggambaran Samin dalam film Samin VS Semen. Kemudian, dari sisi alur cerita, Film Samin VS Semen lebih berfokus pada penolakan pabrik semen. Dari proporsi film yang ada, hanya sedikit yang bercerita tentang masyarakat Samin. Sedangkan, film Sikep Samin Semen memang fokus untuk menolak penggambaran Samin yang digambarkan pada film Samin VS Semen dengan menampilkan para tetua adat masyarakat Samin dan sedikit sekali penggambaran tentang masalah semen. Kedua film mempunyai kesalahan dalam pembuatan judul film. Film Samin VS Semen mengenakan kata Samin yang akan membuat orang berpresepsi bahwa masyarakat Samin membuat gerakan yang masif dalam menolak pembangunan pabrik semen, padahal masyarakat Samin yang tergambar dalam film tersebut hanya ditunjukkan dari pasangan Gunretno dan Gunarti yang juga tergabung dalam LSM JMPPK. 181

3 Selanjutnya, film Sikep Samin Semen pun mempunyai judul yang juga kurang tepat, terutama terletak pada kata Semen karena film itu hanya sedikit membahas hal yang berkaitan dengan pembangunan pabrik semen dan lebih banyak menyerang tokoh Gunretno dan Gunarti dalam film Samin VS Semen. Masyarakat Samin di dalam film Sikep Samin Semen lebih sering diucapkan dengan nama Sedulur Sikep dibandingkan menggunakan nama Samin itu sendiri. Berdasarkan konteks perkembangan Samin, nama Sedulur Sikep mempunyai konotasi yang lebih baik dibandingkan dengan nama Samin yang dikonottasikan pada masyarakat yang nyleneh, suka melawan, dan lain-lain. Selain itu, Film Sikep Samin Semen berusaha mengatakan bahwa penggunaan nama Samin oleh film Samin VS Semen digunakan untuk kepentingan tertentu, baik kepentingan pribadi atau golongan. 2. Sudut pandang film berdasar sudut pandang cerita dan latar belakang pembuat film. Baik film Samin VS Semen maupun Sikep Samin Semen menggunakan sudut pandang orang ketiga untuk menceritakan apa yang terjadi. Kedua film menempatkan audiens sebagai penerima informasi, baik tentang masyarakat Samin maupun tentang pendirian pabrik semen di Pati. Kemudian, berdasar latar belakang film maker dan rumah produksi, film Samin VS Semen mempunyai kredibilitas yang terlihat lebih tinggi dibandingan dengan film Sikep Samin Semen. Data-data dari pembuat film Samin VS Semen mudah ditemukan sumbernya, sedangkan film Sikep Samin Semen sulit untuk dilacak informasinya. 3. Berdasarkan bentuk film dokumenter, metode film dokumenter, dan tujuan terhadap penonton Film Sikep Samin Semen merupakan film sederhana dengan sudut pandang bahwa mereka menolak penggambaran semen pada film Samin VS Semen. Tujuan film mereka hanya menekankan pada klarifikasi tentang ajaran Samin dan cenderung berpikir positif terhadap pemerintah. Sedangkan film Samin VS Semen mempunyai teknis yang lebih kompleks dengan tujuan untuk mempropagandakan audiensnya. Jika dikaitkan dengan latar belakang film maker, jelas dari sisi teknis 182

4 VS Semen lebih unggul dari Sikep Samin Semen karena Dandhy Laksono mempunyai latar belakang sebagai film maker profesional. Argumen yang dibangun dalam Samin VS Semen pun terframing rapi layaknya logika yang digunakan dalam berita, mengingat latar belakang Dandhy Laksono yang merupakan seorang Jurnalis. Peranan seorang pencipta film dokumenter inilah yang kemudian mempengaruhi hasil akhir dari film dokumenter untuk menyusun fakta dan peristiwa. Dengan memberikan penafsiran lewat penyusunan kata yang akhirnya memberikan makna bagi fakta-fakta tersebut bagi lingkungan. Film Samin VS Semen lebih mudah untuk diterima masyarakat karena secara teknis, ia jauh lebih unggul daripada film Sikep Samin Semen. Film Samin VS Semen pun bersifat propagandist, dalam konteks ini untuk membuat penonton agar ikut bergerak menolak pembangunan pabrik semen di Rembang. Kepentingan yang diangkat adalah kepentingan masyarakat Rembang yang menolak pendirian pabrik semen. Sedangkan, film Sikep Samin Semen mempunyai bentuk yang lebih mirip dengan feature yang mengangkat sebuah potret dari komunitas Samin yang merasa tidak setuju dengan penggambaran Samin dalam film Samin VS Semen. Walaupun film Sikep Samin Semen cenderung memihak pemerintah, namun aspek-aspek propaganda dalam film ini tidak terlihat. Substantive Samin dalam film Samin VS Semen menolak secara tegas pembangunan pabrik semen di Pati. Hal ini tergambar dari visual dan pernyataan pada film yang berusaha membangun argumen dan alasan tentang penolakan pabrik semen. Alasan utama dari beberapa alasan yang dipaparkan adalah masalah ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka yang masih sangat bergantung pada alam. Dengan adanya pendirian pabrik semen yang akan merusak keseimbangan alam, mereka takut bahwa mereka akan kehilangan mata pencaharian sehari-hari. Hal itupun sejalan dengan bagaimana penggambaran hubungan Samin dengan pabrik semen. Pabrik semen dalam film ini digambarkan sebagai pihak yang membuat masyarakat menjadi miskin, mempunyai pemikiran yang kapitalis, 183

5 bertindak dengan cara kekerasan, dan tidak menepati janji terhadap petani. Penggambaran itu pun serupa dengan penggambaran pemerintah dalam film ini. ketidakharmonisan hubungan Samin dengan pemerintah dalam kasus ini adalah adanya kekerasan dan tindakan represif yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat yang menolak semen. Kemudian, film Sikep Samin Semen mempunyai posisi yang lebih netral dalam memandang pembangunan pabrik semen tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada scene awal yang mengatakan bahwa film tidak dibuat untuk mendukung maupun menolak pabrik semen. Samin dalam film Sikep Samin Semen tidak mempunyai alasan, -baik secara ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan- untuk menolak maupun mendukung pendirian pabrik semen. Argumen yang terus diulang dalam film ini adalah mengenai ajaran mereka yang melarang untuk berdemo dan mengotak-atik barang milik orang lain. Hal tersebut sejalan dengan penggambaran pabrik semen dalam film Sikep Samin Semen yang tidak begitu banyak dijelaskan dalam film. Hal berbeda ditemukan dalam hubungan Samin dengan pemerintah. Masyarakat Samin dalam film ini mempunyai pandangan yang lebih positif terhadap pemerintah. Ada beberapa penggambaran tentang bagaimana pemerintah sudah mulai memperbaiki dan memperhatikan nasib masyarakat Samin. Dalam film ini dinyatakan juga bahwa Samin harus membantu pemerintah, meskipun hak-hak mereka sebagai warga negara -seperti perlindungan, pengayoman, penghormatan, dan juga hal-hal yang bersifat administratif lainnya- belum dipenuhi. Selain itu, kedua film juga berusaha menampilkan pihak lain untuk mendukung argumennya. Film Samin VS Semen menampilkan penggambaran dari pihak Nahdatul Ulama (NU), sedangkan Sikep Samin Semen menampilkan dari pihak aktivis. Hal ini bertujuan untuk menarik simpati dari khalayak umum. Mengenai nilai-nilai ajaran masyarakat Samin, film Samin VS Semen lebih banyak menggambarkan tingkah laku atau perilaku masyarakat Samin secara umum, seperti Samin tidak memperbolehkan anak-anaknya untuk sekolah, hanya diperkenankan sebagai petani dan Samin dilarang menggunakan bahasa selain bagasa Jawa. Sedangkan, untuk nilai kekerabatan dan ketuhanan tidak banyak 184

6 ditampilkan dalam film. Samin yang ditampilkan pada film ini merupakan karakter Samin yang revolusioner. Kemudian, pada film Sikep Samin Semen yang tidak banyak menggambarkan mengenai nilai kekerabatan dan ketuhanan, namun film ini banyak menyorot mengenai tingkah laku atau perilaku orang Samin seharusnya. Beda dengan film Samin VS Semen, film ini lebih menekankan bagaimana seorang Samin secara Individu harus berperilaku. Samin pada film ini lebih mengutamakan moralitas individu. Selain itu, ada temuan menarik dari film Sikep Samin Semen ini, yaitu subyek yang banyak diserang oleh pada narasumber di film Sikep Samin Semen ini adalah sosok Gunarti dan Gunretno. Kedua orang tersebut digambarkan sebagai orang yang tidak disenangi oleh saudara-saudaranya sesama Samin. Ada empat tokoh yang langsung menyerang Gunretno maupun Gunarti secara pribadi, yaitu Mbah Toyo, mbah Ndoyo, Mbah Yoto dan juga. Sedangkan, hanya mbah Harjo Kardi yang langsung menyerang film maker Samin VS Semen. Ia menantang siapa yang membuat film tersebut, karena membuat ajaran Samin jadi tampak jelek. Hal itu sesuai jika dihubungkan dengan penggambaran perilaku individu yang banyak ditampilkan. Film Sikep Samin lebih banyak mengkritik tindakantindakan yang dilakukan oleh pasangan Gunretno dan Gunarti. Selain itu, film Samin VS Semen memang tidak menampilkan representasi dari warga Samin lain, kecuali pasangan suami-istri tersebut. Kesimpulan dari analisis film tersebut menarik untuk didiskusikan lebih lanjut. Secara teoritis, film dokumenter dianggap selalu berurusan denga faktafakta, seperti manusia, tempat, dan peristiwa yang tidak dibuat. Para pembuat film dokumenter biasanya percaya bahwa mereka menciptakan dunia di dalam film seperti apa adanya. Kekuatan dokumenter memang terletak pada kekuatannya yang menempatkan realita dan aktualitas dalam level yang paling tinggi. Kita dapat melihat bahwa kedua film tersebut melakukan konstruksi terhadap realitas di dalam film. Seorang film maker dokumenter seharusnya menampilkan fakta dan data secara utuh. Jika tidak, maka yang akan terjadi sama 185

7 halnya pada kasus Samin dalam pendirian pabrik semen ini. Samin sebagai masyarakat adat telah dimanfaatkan oleh kedua film tersebut untuk mengakomodir kepentingan mereka. Pemanfaatan ini didukung oleh keadaan media massa di Indonesia yang kurang mewakili suara dari masyarakat adat. Jikapun ada, biasanya masyarakat adat ditampilkan sebagai objek yang eksotis untuk menarik pariwisata, dengan mengkomersialisasikan budaya data atau bahkan mereka meromatir cara hiudp adat. Dari sisi organisasi adatpun, mereka kurang memiliki sumber daya dan keahlian yang diperlukan untuk membangun fasilitas media mereka sendiri yang memungkinkan bagi mereka untuk dapat menggambarkan situasi dan mengekspresikan suara mereka sendiri. Meski film Samin VS Semen tampak mengakomodir isu lingkungan yang harus dihadapi masyarakat Samin, namun ternyata tidak semua bagian masyarakat Samin pun ikut melakukan penolakan terhadap semen tersebut. Hal inilah yang sebenarnya tidak boleh terjadi pada film dokumenter. Film dokumenter hingga saat ini masih dianggap sebagai media yang paling kredibel untuk menyuarakan isu-isu kaum minoritas yang luput dari pemberitaan media massa arus utama. Bagaimana jika seorang audiens hanya mengakses salah satu film? Tentu saja, film tersebut akan mempengaruhi perasaan dan logika mereka. Terlebih lagi, film dokumenter memang mempunyai maksud untuk membawa perubahan kepada audiens, merubah pemahaman mereka, sikap mereka, dan tindakan mereka. Padahal, kita tidak boleh lupa bahwa film merupakan hasil dari seorang film maker yang mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu. Sebagai orang yang berada diluar proses kreatif tersebut, kita tidak tahu kepentingan siapa yang sebenarnya ingin diakomodasi oleh film maker tersebut. Maka dari itu, dari segi praktis, dengan adanya kedua film tersebut, penonton sebaiknya berpikir kritis untuk tidak hanya menjadi penonton yang pasif, namun juga aktif. Penonton harus mengkonfirmasi ulang semua informasi yang mereka dapatkan dari media. Mereka harus menyadari bahwa media kerap digunakan kekuatannya untuk mengakomodasi suatu kepentingan tertentu. Kedua film ini merupakan sebuah bentuk pembelajaran bagi khalayak bahwa masyarakat 186

8 adat masih menjadi objek yang seksi untuk diangkat dalam sebuah konstruksi media. Terakhir, dari kedua film diatas kita dapat menyimpulkan bahwa 1. Masyarakat Adat masih menjadi bahan menarik yang diangkat oleh film dokumenter Indonesia. 2. Kedua film mengkonstruksi realitas dengan memanfaatkan komponen strategi pengemasan pesan (framing strategies). 3. Film dokumenter dianggap sebagai media paling efektif untuk menyampaikan pesan karena mengandung aktualitas dan faktualitas disertai audio-visual. 4. Meski kedua film sesuai dengan karakteristik media massa pada umumnya, tetapi hal tersebut bertentangan dengan karakteristik film dokumenter itu sendiri. Dokumenter seharusnya menampilkan hal yang benar-benar terjadi, orangorangnya tidak sedang memainkan suatu peran, dan berkisah tentang apa yang terjadi di dunia nyata. 5. Film Samin VS Semen dan Sikep Samin Semen menampilkan corak dari film dokumenter Indonesia kontemporer yang banyak menampilkan tema-tema yang berkaitan dengan kondisi Indonesia saat ini. Kedua film mampu memberikan peringatan untuk para sineas film dokumenter agar mengembalikan essensi film dokumenter sebagai film yang menampilkan realitas apa adanya terutama yang menyangkut masyarakat adat. Masyarakat adat sebagai kaum yang masih menjadi minoritas di Indonesia seharunya lebih diakomodasi suara, pandangan, dan masalahnya melalui media massa. Oleh karena itu, organisasi media juga harus berbenah untuk menyeimbangkan liputan mereka agar tidak semakin memperkuat stereotipe yang ada, namun menyajikan sebuah kenyataan riil tentang masyarakat adat. Selain itu, para praktisi media pun diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang situasi dan hak masyarakat adat dalam tataran pembuat kebijakan dan masyarakat umum. 187

9 B. Saran Penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi masyarakat umum untuk berpikir kritis ketika menonton film dokumenter. Hal ini disebabkan bahwa informasi dari media pasti melalui proses penyaringan data (framing), sehingga kebenaran yang dipaparkan bukanlah kebenaran yang utuh. Peneliti berusaha mengajak dan mencoba memberikan kontribusi berupa pemikiran dan gagasan kepada para pembaca untuk menambah pengetahuan melalui riset-riset tentang konstruksi media massa, terutama media film dokumenter. Melalui kedua film ini, kita dapat melihat bahwa masyarakat Adat masih menjadi objek yang menarik untuk diangkat oleh media, sehingga mereka kerap digunakan untuk suatu kepentingan tertentu. Hal ini mengakibatkan tidak jelasnya gambaran masyarakat Adat di Indonesia. Melalui analisis isi kualitatif ini, kita dapat melihat bahwa terjadi perbedaan sikap dari masyarakat adat Samin dalam memandang pembangunan pabrik semen di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Secara praktis, peneliti berharap film dokumenter Indonesia dapat benarbenar menampilkan konstruksi realitas sesuai dengan kenyataan dilapangan karena bagaimanapun media massa merupakan kepanjangan tangan dari masyarakat. Selain itu, media juga harus berhati-hati dalam memilih peristiwa yang akan direkam dan juga sumber informasi yang digunakan. Diharapkan selanjutnya, para sineas mampu menampilkan gambaran masyarakat adat secara lebih berimbang. Penelitian ini juga diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk berpikir kritis mengenai permasalahan konstruksi terhadap masyarakat adat di media massa Indonesia. 188

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN

Lebih terperinci

dikomunikasikan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dikatakan

dikomunikasikan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari suatu pihak kepihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Konteks Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa, dikatakan begitu karena sebagai media komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah sebuah hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini pun menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah banyak dan sarat akan pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk para penonton film ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

Mahasiswa Fisipol UGM Bicara Konflik Lingkungan

Mahasiswa Fisipol UGM Bicara Konflik Lingkungan Mahasiswa Fisipol UGM Bicara Konflik Lingkungan oleh Ajik Permana* Rabu (11/3), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Politik & Pemerintahan Universitas Gajah Mada (UGM) mengadakan acara nonton bersama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut symbol, komunikasi symbol dapat berupa gambar yang ada

Lebih terperinci

1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember. 2 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember

1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember. 2 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember 1 Bertarung Demi Lingkungan dan Kehidupan Gerakan Perlawanan Perempuan Samin Terhadap Ekspansi Industri Semen di Kawasan Pegunungan Kendeng Jawa Tengah Peneliti Nawiyanto 1, Eko Crys Endrayadi 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses analisis tanda dalam film telah dilakukan untuk mengetahui representasi multikulturalisme dalam film Cheng Cheng Po. Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh, film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Buku inspiratif yang mengulas peran perempuan untuk gerakan literasi media. Kaya akan pengalaman baru. Sayang, kurang jeli dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penontonnya (Bordwell dan Thompson, 2008: 2). dunia yang benar-benar terjadi (Bordwell dan Thompson, 2008 : 338).

BAB I PENDAHULUAN. penontonnya (Bordwell dan Thompson, 2008: 2). dunia yang benar-benar terjadi (Bordwell dan Thompson, 2008 : 338). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu media massa, film memfokuskan khayalak untuk membentuk sudut pandang akan sebuah masalah secara budaya untuk menghasilkan sebuah argumen (Turow,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketrampilan berbahasa ada empat macam yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama

BAB I PENDAHULUAN. Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama Awal Uzhara, seorang mantan eksil. Judul film AWAL sengaja dipilih karena mengambil dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul resmi dimulai. Calon Bupati (cabup) dan Calon Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan kepada khalayak, oleh sebab itu media massa mempunyai peran penting dalam mempersuasif masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dianalisis menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce mengenai representasi etika jurnalistik dalam drama Pinocchio,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek/Subyek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah adegan atau content yang dimuat dari video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lihat dari diselenggarakannya ajang-ajang kompetisi film dokumenter seperti FFD

BAB I PENDAHULUAN. lihat dari diselenggarakannya ajang-ajang kompetisi film dokumenter seperti FFD 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyak nya sineas Indonesia yang berminat membuat film dokumenter, di lihat dari diselenggarakannya ajang-ajang kompetisi film dokumenter seperti FFD (festifal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi 106 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian, wawancara, dan analisis yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa bagaimana profesi seorang jurnalis dikonstruksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang dilakukan Tim Kemanusiaan Surya Paloh terhadap pembebasan 10 WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. film berupa gambar, dialog, adegan, visualisasi serta setting pada setiap

BAB V PENUTUP. film berupa gambar, dialog, adegan, visualisasi serta setting pada setiap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Skripsi ini berusaha meneliti teknik penyampaian pesan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita dilihat dari kacamata dakwah menggunakan metode deskriptif analisis dan kategorisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 A. Dasar Pemikiran Pada dasarnya film dapat dimaknai atau dilihat memiliki fungsi sebagai berikut: Sebagai media ekspresi seni Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pemberantasan Korupsi adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isu kemanusiaan dapat diangkat menjadi cerita film. dokumenter yang menarik. Dalam karya tugas akhir ini, penulis memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. isu kemanusiaan dapat diangkat menjadi cerita film. dokumenter yang menarik. Dalam karya tugas akhir ini, penulis memproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film dokumenter merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian nyata. Berbagai isu yang terkait dengan kehidupan manusia seperti isu sosial, seni, budaya,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti

BAB VI PENUTUP. (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti 151 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan analisis pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti mendapatkan hal-hal atau makna di balik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah satu bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi digital membawa dampak pada industri perfilman secara luas. Film tidak hanya dibuat sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI 1 TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI SUSANTO ARI JATMIKO A.220080096 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci