TEORI KESEIMBANGAN UMUM DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI KESEIMBANGAN UMUM DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI"

Transkripsi

1 TEORI KESEIMBANGAN UMUM DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah mikro ekonomi Disusun Oleh: 1) Irwan Sudara ( ) 2) Sanda Nugraha ( ) Universitas langlangbuana bandung Fakultas ekonomi

2 Teori Keseimbangan Umum Dan Kesejahteraan Ekonomi PENDAHULUAN Untuk memahami interaksi antar pasar, ekonom menyusun model ekonomi keseimbangan umum ( general equilibrium model ). Dengan model ini dijelaskan proses tercapainya keseimbangan ( harga dan kuantitas ) diseluruh pasar ( industri ) secara simultan. Studi keseimbangan umum yang paling sederhana mengasumsikan bahwa dalam perekonomian hanya ada dua industri atau pelaku ekonomi. Dalam studi tingkat yang lebih tinggi, khususnya dengan penggunaan ekonomatrika dan komputer, dapat disusun asumsiasumsi yang lebih mendekati realita. TUJUAN Untuk mengetahui proses bagaimana individu ( konsumen ) dan produsen ( perusahaan ) mencapai keseimbanagan dengan cara mengefisiensikan penggunaan (alokasi ) sumber daya ekonomi, serta mekanisme pasar mampu menjadi alat distribusi kesejahteraan melalui mekanisme pertukaran. Lewat pertukaran tersebut terjadi distribusi kekayaan dan atau pendapatan dengan pembayaran atas penggunaan faktor produksi dan atau pembelian barang dan jasa. Yang menjadi masalah adalah bahwa proses tercapainya keseimbangan tersebut diasumsikan berlangsung dalam satu pasar yang terisolasi dengan pasar lainnya. Padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Keadaan di pasar yang satu mempengaruhi pasar lainnya. Jika perusahaan-perusahaan dari industri lain ( terutama yang mengalami kerugian ) untuk memasuki industri sepatu. Proses masuk keluar tersebut berhenti pada saat seluruh perusahaan dalam seluruh industri menikmati laba normal. PEMBAHASAN

3 Model keseimbangan umum yang paling sederhana digambarkan dalam diagram berikut : Diagram 13.1 Model keseimbangan umum ( simultan ) sederhana (a) Industri garmen (b) industri sepatu Dalam perekonomian diasumsikan hanya ada dua industri, sebut saja industri pembuatan pakaian jadi ( garmen ) dan sepatu. Struktur pasar adalah persaingan sempurna. Keseimbangan awal masing-masing industri pada titik A ( Pg 0, Qg 0 ) dan B ( Ps 0, Qs 0 ) dimana setiap perusahaan dalam setiap industri hanya menikmati laba normal ( kurva AC = kurva permintaan ). Jika industri garmen menghadapi peningkatan permintaan ( kurva Dg 0 Dg 1 ), harga meningkat ke Pg 1 ( dengan output Qg 1 ) yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri garmen menikmati laba super normal. Sementara itu industri sepatu mengalami penurunan permintaan ( Ds 0 Ds 1 ), sehingga harga turun dari Ps 0 ke Ps 1. Perusahaanperusahaan dalam industri sepatu mengalami kerugian ekonomi. Hal ini ditambah dengan adanya laba super normal pada industri garmen, memotivasi perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu meninggalkan industri tersebut dan memasuki industri garmen. Akibat nya penawaran di industri garmen meningkat ke Sg 1 yang mengakibatkan harga turun kembali ke Pg 0 dengan jumlah output Qg 2. Perusahaan-perusahaan dalam industri garmen akhirnya hanya menikmati laba normal. Dalam industri sepatu, karena ada ( banyak ) perusahaan yang pergi, kapasitas produksi menurun. Akibatnya penawaran menurun ke Ss 1 yang mendorong haraga naik kembali ke Ps 0 dengan output Qs 2. Perusahaan-perusahaan yang masih bertahan dalam industri sepatu mengalami perbaikan, sehingga dapat kembali menikmati laba normal. Jika

4 kedua industri telah mencapai keseimbangan, perekonomian dikatakan telah berada dalam keseimbangan umum. Penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam perekonomian dua pasar bila satu pasar mencapai keseimbangan, maka pasar yang satunya juga mencapai keseimbangan. Prinsip ini dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas. Dalam suatu perekonomian yang terdiri dari n pasar, jika n-1 pasar berada dalam keseimbangan, maka pasar ke n akan mengalami keseimbangan. Pernyataan ini disebut sebagai hukum Walras ( Walras Law ). EFISIENSI PERTUKARAN ( AFFICIENCY IN EXCHANGE ) Perkonomian dikatakan efisien jika individu-individu dalam perekonomian ( konsumen produsen ) telah berada dalam kondisi keseimbanagan, melalui mekanisme pertukaran. Dengan kata lain perekonomian telah berjalan efisien bila : a) Terjadi mekanisme pertukaran yang efisien ( effisiency in exchange ) b) Produksi berjalan efisien ( effisiency in production ) Model Pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box ) Menurut Alfred Pareto, alokasi sumber daya dikatakan efisien bila barang dan jasa yang tidak dapat direalokasikan ( reallcated ) antar konsumen tanpa membuat salah satu konsumen dirugikan ( tingkat kepuasan menurun ). Prinsip ini disebut prinsip Optimalisasi Pareto ( Pareto efficiency ). Untuk dapat memahami pernyataan diatas, kita menyusun sebuah model ekonomi sederhana. Dalam perekonomian dirumuskan hanya terdapat dua individu, A dan B, dan juga dua barang, pakaian (X) dan makanan (Y). Pakaian dan makanan didistribusikan antara A dan B seperti yang digambarkan dalam diagram 13.2.a dandan 13.2.b, dimana A memiliki pakaian sebanyak Xa dan makanan sebanyak Ya. B memiliki pakaina sebanyak Xb dan makanan sebanyak Yb. Dari informasi tersebut dapat disusun kotak pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box), seperti pada diagram 13.2.c, dimana D merupakan titik kepemilikan awal ( initial andowmen ), titik dimulainya pertukaran antara A dan B. Diagram 13.2

5 Konsturksi kotak Pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box ) (c) Pakaian dan makanan milik perekonomian

6 Dengan kotak Edworth kita dapat menganalisis proses pertukaran antar individu dalam perekonomian sampai mereka mencapai kondisi efisien. Titik D dalam diagram 13.3 menunjukan kepemilikan awal ( initial endowmen ) A dan B. Preferensi A digambarkan dengan kurva indeferensi A 1, sedangkan preferensi B, kurva indiferens B 1. Dengan slove masing-masing kurva indiferensi terlihat perbedaan MRSyx ( berapa jumlah Y yang harus dikorbankan untuk memperoleh tambahan konsumsi 1 unit X ) yang memungkinkan terjadi pertukaran. Tujuan pertukaran dalah meningkatkan kepuasan masing-masing individu. Secara grafis hal itu ditunjukan dengan letak kurva indiferensi A, dimana A 1<A 2<A 3 dan seterusnya. Demikian juga B 1<B 2<B 3 dan seterusnya. Bagi A, pertukaran akan menguntungkan jika kepuasannya meningkat ( ditunjukan oleh kurva A yang berada disebelah kanan atasnya ). Sebaliknya bagi B pertukaran akan menguntungkan jika kepuasan menungkat ( kurva B yang berada di sebelah bawahnya ) Menurut prinsip optimalisai Pareto, proses pertukaran antara A dan B akan berhenti apabila A tidak ldapat lagi meningkatkan kepuasan tanpa mengorbankan kepuasan B. Secara matematis hal ini akan terjadi bila MRSyx untuk A sama sama dengan MRSyx untuk B ( MRSyx A = MRSyx B ). Jika dalam perekonomian ada lebih dari dua individu, efisiansi tercapai bila nilai MRSyx untuk seluruh individu sudah sama, MRSyx A = MRSyx B...MRSyx Z. Berdasarkan teori keseimbangan konsumen, pada saat itu MRSyx =...Py/Px. Jai efisiensi Pareto tercapai bila : MRSyx A = MRSyx B=...=MRSyx Z= Py/Px...(13.1)

7 Kondisi seperti digambarkan dalam persamaan (13.1), dalam diagram 13.3 ditunjukan misalnya oleh titik-titik E, F, G. Pada titik tersebut slove kurva indiferensi A adalah sama dengan slove kurva indiferensi B, yaitu pada saat kurva indiferensi A bersinggungan dengan kurva indiferensi B ( selama kurva indeferensi A dan B masih saling berpotongan, pertukaran masih dapat terus dilakukan ). Kombinasi tak terhingga dari berbagai kemungkinan keseimbangan digambarkan oleh garis OAOB yang disebut kurva kontrak (contrac curve) yaitu kurva lokus ( tempat kedudukan ) titik-titik keseimbangan Pareto sebagai hasil pertukaran antar individu. EFISINSI PRODUKSI (EFFICIENCY IN PRODUCTION) Produksi dikatakan efisien bila penggunaan faktor produksi maupun penjualan output sudah efisian. a) Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi (input effisiency) Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara tekhnis bila faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output yang satu tidak dapat direalokasikan untuk menambah output yang lain tanpa mengurangi produksi output yang bersangkutan. Untuk lebih memahaminya, model Edgeworth ( pada diagram 13.3 ) dapat diadaptasi dengan mengasumsikan bahwa output dalam perekonomian terdiri atas pakaian (X) dan makanan (Y), sedangkan faktor produksi yang digunakan adalah mesin (K) dan tenaga kerja (L). Harga penggunaan satu faktor produksi mesin adalah r, sedangkan harga penggunaan seorang tenaga kerja adalah w. Kurva X 1,X 2,X 3 adalah isokuan untuk pakaian dimana X 1<X 2<X 3. Kurva Y 1.Y 2,Y 3 adalah isokuan untuk makanan dimana Y 1<Y 2<Y 3 (diagram 13.4). Titik-titik A,B,C adalah beberapa kombinasi penggunaan faktor produksi yang efisien karena MRTSIk untuk memproduksi pakaian sama dengan MRTSIk untuk memproduksi makanan.

8 Bila perusahaan beroperasi dalam pasar factor produksi persaingan sempurna, keseimbangan tercapai bila MRTSlk sama dengan rasio harga ke dua factor produksi ( MRTAlk = w/r ). Karena dalam perekonomian ada lebih dari satu perusahaan yang beroperasi, kondisi efisien pareto tercapai apabia: ( MRTS lk X = MRTS lk Y =.. = MRTS lk A = w/r Lokus titik titik keseimbangan Pareto dari penggunaan factor produksi juga disebut kurva kontrak ( contract curve ), yang dalam diagram 13.4 digambarkan oleh garis OxOy. Dari kurva OxOy dapat dikonstruksi kurva batas kemungkinan produksi ( production Possibilities Frontier disingkat PPF ), seperti pada diagram 13.5 di bawah ini. Kurva PPF merupakan kurva yang menunjukan berbagai kemungkinan kombinasi produksi yang efisien, dengan jumlah factor factor produksi ( tenaga kerja dan mesin ) yang digunakan tidak berubah ( tetap ).

9 Kurva PPF menurun dari kanan atas ke kiri bawah ( downward slopely ) karena adanya masalah ekonomi ( kelangkaan ). Untuk menambah produksi 1 unit pakaian ( X ), maka sejumlah makanan ( Y ) harus dikorbankan. Begitu sebaliknya. Karena itu sudut kemiringan kurva PPF menggambarkan derajat tranformasi marjinal makanan untuk pakain ( marginal rete of transformation atau MRT yx ), yang menggambarkan berapa unit barang Y ( makanan ) harus dikorbankan untuk menambah produksi 1 unit barang X ( pakaian ). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa titik A biaya marjinal untuk memproduksi pakaian relative lebih rendah dibandingkan titik C. Sebaliknya, di titik A biaya marjinal memproduksi makanan lebih tinggi dibandingkan di titik C. Dengan demikian sebenarnya dapat dikatakan bahwa titik titik singgung sepanjang kurva PPF merupakan rasio antara biaya marjinal memproduksi makanan dengan biaya marjinal memproduksi pakaian. a) Efisiensi Output ( output efficiency ) Sebuah perekonomian dikatakan mencapai efisiensi output ( efficiency in output ) bila: Barang dan jasa diproduksi dengan biaya paling rendah ( minimum cost ) Produsen mencapai keseimbangan ( producer s equilibrium ), dimana MRT yk = Px/Py Barang dan jasa yang diproduksi memenuhi kebutuhan konsumen untuk mencapai keseimbangan konsumen ( consumer s equilibrium ), dimana MRSyx = Px/Py. Kondisi diatas dapat dijelaskan dalam diagram 13.6 berikut ini.

10 Dalam diagram di atas kondisi keseimbangan tercapai di titik D, pada titik persinggungan kurva PPF dengan kurva indiferensi masyarakat ( U1 ), dengan kombinasi output ( X0,Y0 ). Pada saat itu rasio harga factor produksi digambarkan oleh garis Px * / Py *. Di titik tersebut konsumen mencapai keseimbangan karena MRS yx = Py / Px. Produsen juga mencapai keseimbangan karena MRTSlk = w/r. di luar titik D, keseimbangan simultan tidak akan terjadi. Di titik D, jumlah barang yang diminta konsumen sama persis dengan jumlah barang yang ingin ditawarkan produsen. Keseimbangan Ekonomi Secara Umum ( general equilibrium ) akan tercapai untuk semua barang yang ada dalam perekonomian, jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada saat itu MRT yx = MRS yx. CONTOH KASUS Pengurangan Subsidi BBM dan Peningkatan Efisiensi Perekonomian Salah satu kebijakan pemerintah yang dianggap paling tidak disukai rakyat adalah pengurangan atau penghapusan subsidi, khususnya subsidi bahan bakar minyak ( BBM ). Pihak pihak yang menolak umumnya berargumentasi bahwa penghapusan subsidi BBM akan semakin memberatkan hidup rakyat. Penghapusan subsidi juga dianggap dapat memicu inflasi.

11 Sebaliknya, pihak yang mendukung kebijakan pengurangan atau penghapusan subsidi BBM menyatakan bahwa subsidi BBM justru dinikmati oleh kelompok menengah ke atas. Merekalah yang banyak menikmati subsidi karena banyak mengkonsumsi BBM, khususnya untuk kendaraan pribadi. Selain itu subsidi BBM tidak mendidik rakyat, khususnya kelompok menengah ke atas untuk hidup efisien. Sebab harga BBM yang murah menimbulkan kesan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia masih banyak padahal di abad 21 ini Indonesia akan segera menjadi Negara pengimpor minyak bumi. Tabel 13.1 di bawah ini menunjukan perkembangan subsidi BBM selama beberapa tahun terakhir. Tabel 13.1 Perkembangan Besarnya Subsidi BBM di Indonesia, ( Rp triliun ) L TOTA Total Subsidi 62,7 77,5 40,0 180,2 Subsidi BBM 53,8 68,4 31,2 153,4 Porsi Subsidi BBM ( % ) 85,8 88,3 78,0 85,1 Sumber : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Dari table 13.1 di atas terlihat bahwa uang Negara yang dikeluarkan untuk subsidi BBM selama tahun sangat besar, yaitu 153,4 triliun rupiah, subsidi BBM selama mencapai 85,1 % dari total subsidi. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2001, yang mencapai 88,3 %. Pertanyaanya adalah apakah subsidi tersebut bermanfaat? Jawabannya adalah: ya! Namun yang menjadi persoalan adalah apakah manfaatnya sebanding dengan uang yang dikeluarkan? Apakah juga yang paling menikmati subsidi tersebut memang rakyat kecil? Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan di atas, kita gunakan konsep biaya ekonomi ( opportunity cost ) dari subsidi BBM. Manfaat apa saja yang diperoleh bila dana untuk

12 subsidi BBM dialokasikan untuk yang lain. Untuk itu kita bandingkan dengan dana yang dialokasikan untuk anggaran kepolisian ataupun anggaran pembangunan lainnya. Jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan untuk kegiatan kepoliasian yang pada tahun 2002 hanya sekitar Rp. 1,3 triliun, maka dengan subsidi BBM puluhan kali lipat besarnya. Padahal kepolisian sangat dibutuhkan untuk menjaga ketertiban hokum, melindungi dan melayani masyarakat. Berdasarkan data data ini adalah tidak proporsional jiga menuntut pemerintah menyediakan aparat kepolisian dalam jumlah cukup, berkualitas dan tanggap, tetapi tidak disediakan anggaran memadai. Andaikan sejak beberapa tahun yang lalu subsidi BBM dikurangi 10 % saja dan dialokasikan untuk kepolisian, maka kita sudah memiliki jajaran kepolisian yang jauh lebih baik dari sekarang. Demikian juga jika sebagian dari subsidi BBM dialokasikan untuk anggaran pendidikan, kesehatan masyarakat, atau pembangunan daerah, jelas manfaatnya lebih besar dan terasa bagi masyarakat. Jika sudah dilakukan sejak 10 tahun yang lalu, saat ini Indonesia telah memiliki SDM yang berkualitas baik, juga sarana saran kesehatan dan pendidikan yang memadai. Tabel 13.2 Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, (ribu unit) Pertumb uhan (%tahun)

13 Kendaraan bermotor ,0 Mobil penumpang ,8 Bus ,5 Truk ,5 Sepeda motor ,9 Sumber : statistik Indonesia BPS. Dari tabel diatas diperoleh faktorfaktor yang menakjubkan, yaitu selama tahun tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor yang 10 % per tahun, jauh lebih tinggi dari tingkatpertumbuhan ekonomi yang sekitar 3 % per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi adalah sepeda motor yang mencapai 11,9 % per tahun. Sementara itu pertumbuhan mobil penumpang mencapai 5,8 % per tahun. Ini dalah sangat menakjubkan karena dua alasan: 1) Tingkat pertumbuhan itu terjadi pada periode krisis ekonomi 2) Harga mobil pada saat ini beberapa puluh kali lipat harga sepeda motor Penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan justru menimbulkan masalah inefisiensi. Misalkan, jarak 30 KM bila ditempuh dengan kendaraan pribadi sendirian akan membutuhkan setidak-tidaknya 3 liter bensin senilai Rp. 6000,00. Belum lagi biaya perawatan dan penyusutan mobil. Tetapi bila ada transportasi umum yang memadai, seperti bus kota yang nyaman dan mampu menampung 50 orang penumpang, biaya transportasi per orang akan jauh lebih murah. Andaikan jarak 30 KM itu, karena ditempuh dengan bus, membutuhkan bensin sebanyak 6 liter, maka biaya bensin yang dibutuhkan adalah Rp ,00, tetapi karena mengangkut 50 orang maka biaya bensin per orang adalah Rp. 240,00.

14 Berdasarkan data juga terdeteksi bahwa subsidi BBM justru paling banyak dinikmati oleh penduduk DKI Jakarta yang memiliki kendaraan khususnya mobil pribadi. Data tahun 2002menunjukan bahwa dari sekitar 3,4 juta unit mobil penumpang yang ada di Indonesia, sekitar 1,5 juta ( 43%) berada di Jakarta. Padaha luas jakarta hanya sekitar 700 KM 2 atau 0,04% luas daratan Indonesia. Dengan jumlah keluarga yang mencapai sekitar 2 juta, sebenarnya secara rata-rata 80 % keluarga di Jakarta seharusnya memiliki sebuah mobil. Tetapi kenyataan nya tidak demikian. Masih sangat banyak keluarga di Jakarta yang tidak memiliki mobil. Ironisnya, tidak jarang terjadi, satu keluarga memiliki lebih dari 5 mobil. Interaksi antara pasar mobil dan BBM Dengan menggunakan analisis keseimbangan umum, yang mempertimbangkan interaksi antara dua pasar yang berkaitan akan terlihat hubungan antara subsidi BBM dengan konsumsi kendaraan bermotor. Sebab harga BBM adalah salah satu faktor yang turut dipertimbangkan dengan membeli atau menggunakan mobil. Hubungan mobil dengan BBM bersifat komplementer. Kenaikan penggunaan mobil akan menaikan konsumsi BBM. Analisis denghan menggunakan diagram 13.7 di bawah ini menunjukan hubungan antara subsidi BBM dengan konsumsi mobil pribadi. Diagram 13.7 (a) BBM (b) Mobil Pada diagram 13.7 (a), titik A adalah keseimbangan pasar BBM, jika tidak ada subsidi BBM. Pada saat itu jumlah BBM yang di konsumsi adalah Q 1 b dengan harga jual per

15 liter adalah P 1 b pada diagram 13.7 (b), titik G adalah titik keseimbangan pasar mobil, bila harga BBM tidak disubsidi. Harga mobil per unit adalah P 1 m sedangkan konsumsi mobil Q 1 m. Asumsikan pemerintah menetapkan subsidi BBM, sehingga harga BBM hanya sebesar P 2 b. Hal itu menyebabkan biaya operasional penggunaan mobil menjadi lebih murah, sehingga permintaan mobil menjadi lebih besar (kurva permintaan bergeser ke kanan dari D 1 m ke D 2 m). Penigkatan permintaan mobil ini akan menstimulir penawaran mobil ( dari S 1 m ke S 2 m ). Bila diasumsikan harga keseimbangan tidak berubah maka titik keseimbangan bergeser ke H. Konsumsi mobil dengan adanya subsidi ( yaitu sebesar Q 2 m ) menjadi lebih banyak dibanding dengan tidak ada subsidi BBM. Peningkatan konsumsi mobil menyebabkan konsumsi BBM meningkat, sebut saja sebesar Q 2 b. Jika tidak ada subsidi, maka harga jual BBM seharusnya adalah P 3 b per liter. Tetapi pemerintah telah menetapkan harga BBM adalah P 2 b. Untuk setiap liter BBM pemerintah mengeluarkan subsidi sebesar P 3 b P 2 b. Dengan demikian untuk konsumsi BBM sebanyak Q 2 b, pemerintah harus memberi subsidi sebesar luas segiempat P 2 bbcp 3 b. Subsidi BBM yang diberikan menumbuhkan persepsi bahwa pemerintah akan terus memberikan subsidi. Hal ini akan menstimulir permintaan ( dari D 1 m ke D 2 m ) dan penawaran mobil ( dari S 2 m ke S 3 m ) di masa selanjutnya. Dengan asumsi harga keseimbangan mobil tidak berubah. Maka persepsi tidak dihapuskannya subsidi BBM akan meningkatkan konsumsi mobil menjadi Q 3 m ( titik I pada diagram 13.7 (b) ). Akibatnya konsumsi naik menjadi sebesar Q 3 b. Pada saat konsumsi BBM sebesar Q 3 b, harga jual seharusnya adalah P 4 b. Dengan harga jual BBM yang hanya sebesar P 4 b P 2 b. Dengan demikian untuk konsumsi sebanyak Q3b, subsidi yang diberikan menjadi lebih besar lagi dibanding periode sebelumnya, yaitu P 2 bdep 4 b. Jika pemerintah terus memberi subsidi BBM, maka persepsi bahwa subsidi akan diberikan semakin menguat, yang mendorong peningkatan konsumsi mobil. Tentu saja hal ini akan memperbesar anggaran subsidi, seperti yang telah diuraikan di atas, belum tentu efisien secara ekonomis.

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN 4.1. Pendahuluan Konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun secara sederhana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan Ekonomi Mikro. program pascasarjana Unlam 2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan KELANGKAAN, PILIHAN, DAN BIAYA OPORTUNITAS 1 Kebutuhan manusia bersifat tak terbatas, namun sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

Qx TUx MUx

Qx TUx MUx PERILAKU KONSUMEN PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Ada 3 Pendekatan untuk mempelajari Tingkah Laku Konsumen : 1. Pendekatan Cardinal ( Marginal Utility ) 2. Pendekatan Ordinal ( Indefference Curve ) 3. Pendekatan

Lebih terperinci

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20 Keseimbangan Umum Rus an Nasrudin Kuliah XII-2 Mei 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei 2013 1 / 20 Outline 1 Pendahuluan 2 Konsep Keseimbangan Umum 3 Permintaan dan Penawaran dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

Teori Barang Swasta. Materi Presentasi

Teori Barang Swasta. Materi Presentasi Teori Barang Swasta Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Barang swasta? Efisiensi konsumen Kondisi pareto optimun bagi konsumen Efisiensi produsen Alokasi optimum konsumen dan produsen Kriteria kompensasi

Lebih terperinci

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier Kurva kemungkinan produksi Dalam ekonomi, kurva kemungkinan produksi (Inggris: production possibility frontier (PPF), production possibility curve, production-possibility boundary atau product transformation

Lebih terperinci

Materi 8 Ekonomi Mikro

Materi 8 Ekonomi Mikro Materi 8 Ekonomi Mikro Pasar Persaingan Sempurna Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode dan model pasar persaingan sempurna dalam : Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna,

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORI. Tinjauan Teori Teori Dasar Subsidi

2. KERANGKA TEORI. Tinjauan Teori Teori Dasar Subsidi 2. KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Dasar Subsidi Menurut Pindyck (2003), subsidi merupakan pembayaran yang mengurangi harga pembeli di bawah harga penjual dan dapat disebut sebagai pajak

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA)

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) Secara umum, persamaan kuadrat dituliskan sebagai ax 2 + bx + c = 0 atau dalam bentuk fungsi dituliskan sebagai f(x) = ax 2 + bx + c, dengan a, b, dan c elemen bilangan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen Pertemuan Ke 4 Teori Tingkah Laku Konsumen Ada dua pendekatan 1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal Yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif 2. Pendekatan nilai guna (Utiliti)

Lebih terperinci

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN Dibuat oleh: Wahyuli Ambarwati Wulandari 7211410094 Akuntansi S1, 2010 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2012 A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Pendekatan

Lebih terperinci

Fungsi Linier pada Penerapan Ekonomi

Fungsi Linier pada Penerapan Ekonomi MIKRO Fungsi Linier pada Penerapan Ekonomi Fungsi Penawaran dan Pemintaan, Pengaruh Pajak Spesifik Terhadap Keseimbangan Pasar, Pengaruh Pajak Proporsional Terhadap Keseimbangan Pasar, Pengaruh Subsidi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3 1 Tiga Masalah Pokok Organisasi Ekonomi 1. Komoditi apa (what) yang harus diproduksi, dan berapa? Karena sumber daya bersifat langka atau terbatas (konsep

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens Asumsi-asumsi model kurva indiferens Model utilitas secara ordinal (kepuasan konsumen tidak dapat diukur dalam satuan apapun) Utilitas Konsumen

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN KURVA INDIFEREN / ORDINAL Pendekatan ini mempunyai asumsi : Rationality ; konsumen diasumsikan rasional artinya ia memaksimalkan

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve) Teori Ekonomi Mikro Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve) Arti Kurva Kepuasan Sama Kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dari komoditi x dan y yang menghasilkan

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility Modul ke: Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id TEORI UTILITAS ORDINAL Kurva Indiferens Garis Anggaran Keseimbangan

Lebih terperinci

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan pengertian utilitas, menerangkan pengaruh utilitas dan permintaan serta menganalisisnya. TIK:

Lebih terperinci

Teori Harga Fungsi Linear

Teori Harga Fungsi Linear Teori Harga Fungsi Linear Matematika Ekonomi LOGO Osa Omar Sharif Teori Permintaan Teori permintaan Menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan (jumlah barang yang diminta pembeli) dan harga.

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Ekonomi Tanggal : 07 Juni 2009 Kode Soal : 130 1. Bila biaya marginal lebih besar dari penerimaan marginal, maka A. perusahaan mengurangi jumlah barang yang diproduksi,

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI Dalam teori EKONOMI MIKRO yang dibahas adalah proses alokasi sumberdaya secara efisien di tingkat individu, perusahaan dan industri. EFISIENSI DITINGKAT MIKRO belum tentu baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1

BAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1 BAB I PENDAHULUAN Teori tingkah laku konsumen memberikan latar belakang yang penting di dalam memahami sifat permintaan pembeli di pasaar. Dari analisis itu sekarang telah dapat difahami alasana yang mendorong

Lebih terperinci

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price ) Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price ) Bentuk intervensi pemerintah dalam ekonomi mikro adalah kontrol harga. Tujuan kontrol harga adalah untuk melindungi konsumen atau produsen. Bentuk kontrol

Lebih terperinci

Teori Barang Publik (I)

Teori Barang Publik (I) Teori arang Publik (I) Sayifullah, SE., M.kt sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Sistem perekonomian dan siapa yg menghasilkan barang? arang publik, siapa yg menyediakan? Teori Pigou Teori owen Teori

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi,, 2008, Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia, Jakarta, hal 24

BAB II DASAR TEORI. Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi,, 2008, Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia, Jakarta, hal 24 BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Permintaan Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu pada suatu daerah (geografis tertentu). Permintaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI

PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI Agar fungsi permintaan dan fungsi penawaran dapat digambarkan grafiknya, maka faktor-faktor selain jumlah yang diminta dan harga barang dianggap tidak berubah selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

Aplikasi Fungsi. Fungsi Linier. Fungsi Kuadrat. 1. Fungsi penawaran 2. Fungsi permintaan 3. Fungsi penerimaan 4. Fungsi biaya

Aplikasi Fungsi. Fungsi Linier. Fungsi Kuadrat. 1. Fungsi penawaran 2. Fungsi permintaan 3. Fungsi penerimaan 4. Fungsi biaya Telkom University Aplikasi Fungsi Fungsi Linier 1. Fungsi penawaran, permintaan, dan keseimbangan pasar 2. Pengaruh pajak-spesifik thd keseimbangan pasar 3. Pengaruh pajak-proposional thd keseimbangan

Lebih terperinci

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Asumsi dalam Model Utilitas Kardinal Kepuasan konsumen pada suatu barang dapat diukur dengan satuan uang. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan total. MUx

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal, tanah dan keahlian keusahawanan (Sadono Sukirno, 2008: 193).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal, tanah dan keahlian keusahawanan (Sadono Sukirno, 2008: 193). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Produksi Proses produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan berbagai macam masukan (input) untuk menghasilkan sebuah keluaran (output). Dalam proses

Lebih terperinci

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) a < 0 dan D = 0 a < 0 dan D < 0. a < 0 0 x 0 x

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) a < 0 dan D = 0 a < 0 dan D < 0. a < 0 0 x 0 x BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) Secara umum, persamaan kuadrat dituliskan sebagai ax 2 + bx + c = 0 atau dalam bentuk fungsi dituliskan sebagai f(x) = ax 2 + bx + c. Sifat matematis dari persamaan kuadrat

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen Adalah analisis yang menerangkan : 1. Alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang atau jasa pada harga yang lebih

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 06Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Teori Tingkah Laku Konsumen, Konsep Cardinal Utility Approach, Kurva Indeference Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TEORI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

a b Penawaran : Jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu

a b Penawaran : Jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu G. Aplikasi Fungsi dalam Bisnis dan Ekonomi. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply) Permintaan : Sejumlah barang yang diminta konsumen pada tingkat harga tertentu. Hukum Permintaan (Demand): Apabila

Lebih terperinci

7 PENERAPAN FUNGSI DALAM

7 PENERAPAN FUNGSI DALAM 7 PENERAPAN FUNGSI DALAM BISNIS DAN EKONOMI Terdapat beberapa kegunaan fungsi dalam suatu analisis ekonomi. Penerapan aplikasi fungsi dalam ekonomi yang paling pokok adalah dalam analisis permintaan, analisis

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi TEORI PERILAKU KONSUMEN Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi Kandungan Analitis 1. Sebab-sebab konsumen membeli lebih banyak komoditi pada harga rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga tinggi 2. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

Kuliah ke 3, 8 Oktober 2009 Erry Sukriah, SE, MSE MEKANISME PASAR. Permintaan & Penawaran

Kuliah ke 3, 8 Oktober 2009 Erry Sukriah, SE, MSE MEKANISME PASAR. Permintaan & Penawaran Kuliah ke 3, 8 Oktober 2009 Erry Sukriah, SE, MSE MEKANISME PASAR Permintaan & Penawaran AGENDA Mekanisme Pasar Permintaan Barang dan Jasa Penawaran Barang dan Jasa Keseimbangan pasar Circular Flows in

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

a. Koefisien regresi dari persamaan Y = a + b1 X1 + b2 X2 adalah sebagai berikut :

a. Koefisien regresi dari persamaan Y = a + b1 X1 + b2 X2 adalah sebagai berikut : 1. Persoalan ekonomi, baik konsumsi maupun produksi umumnya menghadapi tiga masalah pokok yaitu : apa, bagaimana dan untuk siapa? Seandainya saudara sebagai manajer perusahaan produksi sepatu Baja bagaimana

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN

TEORI PERILAKU KONSUMEN TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Perilaku konsumen adalah bagaimana

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Bahasan Teori produksi (teori perilaku produsen) Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perusahaan ditinjau dari sudut teori ekonomi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR. EvanRamdan

KESEIMBANGAN PASAR. EvanRamdan KESEIMBANGAN PASAR PENGERTIAN KESEIMBANGAN PASAR Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama dengan jumlah barang

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi TEORI KONSUMSI: Pendekatan Kardinal: UTILITY Definisi Utility (Total

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3 Bahan Ajar Ekonomi Teknik PENGANTAR EKONOMI & MANAJEMEN 2 4/2/2015 Universitas Gunadarma Nur RACHMAD Pertemuan 2 dan 3 2.Mekanisme penentuan harga permintaan dan penawaran Sub Pokok Bahasan : Konsep permintaan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal

PERILAKU KONSUMEN. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal PERILAKU KONSUMEN Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka.

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Di susun oleh : RATNA INTANNINGRUM 3215076839 Pendidikan Fisika NR 2007 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi. Pertemuan 1

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi. Pertemuan 1 Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Pertemuan 1 Daftar Rujukan Mankiw, N. Gregory.2006. Priciples of Economics : Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori

Lebih terperinci

Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik

Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik A. Pengambilan Keputusan Usahatani Dalam pendekatan analisis pengambilan keputusan usahatani neoklasik, petani dipandang sebagai pengambil keputusan yang menentukan

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah elastisitas. Pemahaman elastisitas dari permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

Materi 4 Ekonomi Mikro

Materi 4 Ekonomi Mikro Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Konsep Ilmu Ekonomi Fakultas 1FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Definisi Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan individu/perusahaan/masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. MEKANISME PASAR: PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. MEKANISME PASAR: PERMINTAAN DAN PENAWARAN. MEKANISME PASAR: PERMINTAAN DAN PENAWARAN Hariyatno Meet - Permintaan keinginan konsumen mengkonsumsi suatu barang pada betbagai tingkat haraga selama periode waktu tertentu (PR : ) barang itu sendiri

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A. K-13 Kelas X ekonomi INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan menjelaskan

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI 1 / AK-021240 SKS : 2

Lebih terperinci

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3 Soal kasus 5.1 Suatu proses produksi menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan input K sebagao input tetap pada

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas 7FEB Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Pendekatan Ordinal Anggapan ynag diperlukan adalah : konsumen dapat

Lebih terperinci

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN 8.1. Beberapa Konsep Dasar Ekonomi Lahan Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya, karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga

Lebih terperinci

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Organisasi Produksi dan Fungsi Produksi Organisasi Produksi TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI Produksi (production) adalah perubahan bentuk dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beruoa barang dan

Lebih terperinci

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 24 Materi Minggu 4 Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) 4.1. Proportional Factor Theory El Hecksher Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaum klasik menerangkan

Lebih terperinci

Permintaan pasar. Hariyatno Meet -5

Permintaan pasar. Hariyatno Meet -5 Permintaan pasar Hariyatno Meet -5 Permintaan keinginan konsumen mengkonsumsi suatu barang pada betbagai tingkat haraga selama periode waktu tertentu (PR : 0 ) barang itu sendiri / murah banyak ( Px )

Lebih terperinci

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN 1. PENDEKATAN KARDINAL Pengertian dan Asumsi Umum Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan mempengaruhi pola perilakunya dalam berkonsumsi. Tujuan utama dari konsumen

Lebih terperinci

1.Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar. 2.Pengaruh pajak-spesifik terhadap keseimbangan pasar

1.Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar. 2.Pengaruh pajak-spesifik terhadap keseimbangan pasar Fungsi linear sangat lazim diterapkan dalam ilmu ekonomi, baik dalam pembahasan ekonomi mikro maupun makro. Dua variabel ekonomi maupun lebih yang saling berhubungan acapkali diterjemahkan kedalam bentuk

Lebih terperinci

MATERI II: TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MODERN

MATERI II: TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MODERN MATERI II: TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MODERN Batas Kemungkinan Produksi (PPF) dengan Biaya Menaik PPF : Kurve kemungkinan produksi Menunjukkan kombinasi dua barang yang maksimum bisa diproduksi oleh

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan, Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Kurva Permintaan, - Demand (Permintaan) adalah kuantitas barang atau jasa yg. rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotongan. Titik perpotongan tersebut disebut titik keseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. berpotongan. Titik perpotongan tersebut disebut titik keseimbangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi antara permintaan dan penawaran akan menciptakan keseimbangan pasar terjadi apabila pada harga keseimbangan jumlah barang yang diminta konsumen sama persis

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran

Permintaan dan Penawaran Permintaan dan Penawaran 2 PIE-TIP FTP UB Lanjutan : (2) PPF PPF (Production Possibilities Frontier) adalah grafik yang menggambarkan kombinasi output yang dapat diproduksi oleh suatu aktivitas ekonomi,

Lebih terperinci

II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC)

II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC) II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC) o Lester Thurow: banyak proyek yg bagus tidak dilakukan hanya krn manajer proyek tidak mau membayar kompensasi kpd orang2 yg akan dirugikan dgn proyek tsb. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. Alvin Kharisma Catra ( ) 2. Annisa Widiyanti ( ) 3. Merry Inriama ( )

TUGAS PENGANTAR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. Alvin Kharisma Catra ( ) 2. Annisa Widiyanti ( ) 3. Merry Inriama ( ) TUGS PENGNTR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. lvin Kharisma Catra (2212673) 2. nnisa Widiyanti (2212983) 3. Merry Inriama (24212553) 4. Putri Nur thovia (2521278) 5. ulliyanti UNIVERSITS GUNDRM 212 KT PENGNTR Penulis

Lebih terperinci

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints : ANALISA PRODUKSI Fungsi produksi : Suatu fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Konsep konsep penting dalam analisa produksi

Lebih terperinci

Modul 6 : membahas tentang bentuk pasar dan penentuan harga. Modul 7 : membahas tentang konsep dasar perdagangan inter-nasional dan peran perdagangan

Modul 6 : membahas tentang bentuk pasar dan penentuan harga. Modul 7 : membahas tentang konsep dasar perdagangan inter-nasional dan peran perdagangan ix Tinjauan Mata Kuliah E konomi Pertanian membahas materi yang berkaitan dengan landasan dasar dari prinsip-prinsip dan metode analitis teori ekonomi yang dipakai untuk memecahkan masalah ekonomi di bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan

Lebih terperinci

BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN

BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN A. PENDEKATAN CARDINAL Pdkt. Marginal Utility (MU) 1. Anggapan yang dipakai dalam pendekatan ini adalah : Kepuasan konsumen dapat diukur, & diberi satuan ukur UTIL. Dalam

Lebih terperinci

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L PENGERTIAN DAN ASUMSI UTAMA Barang (commodities ) adalah benda dan jasa yang di konsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruh nya

Lebih terperinci

BAB 9 EFISIENSI ALOKASI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

BAB 9 EFISIENSI ALOKASI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BAB 9 EFISIENSI ALOKASI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN A. Pendahuluan Dalam kehidupan ekonomi, masyarakat distribusi pendapatan sangatlah penting untuk di perhatikan. Sehingga suatu ekonomi dapat di alokasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU PRODUKSI ANALISIS PERILAKU PRODUKSI. produksi.

ANALISIS PERILAKU PRODUKSI ANALISIS PERILAKU PRODUKSI. produksi. ANALISIS PERILAKU PRODUKSI Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. FUNGSI PRODUKSI C. FUNGSI PRODUKSI SATU INPUT SATU OUTPUT - Karakteristik fungsi produk satu input

Lebih terperinci

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI 1. Permasalahan Penerapan aturan PBBKB yang baru merupakan kebijakan yang diperkirakan berdampak

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci