BAB. I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan A. Tujuan Umum :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan A. Tujuan Umum :"

Transkripsi

1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Selain itu keluarga juga diartikan ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah hidup sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Friedman 1998). Dari dua pengertian diatas kita ketahui pasangan suami istri yang baru menikah yang belum mempunyai anak juga termasuk keluarga (keluarga baru menikah).banyak yang perlu kita ketahui dan kita kaji pada keluarga baru menikah. Keluarga baru menikah perlu diberi asuhan keperawatan karena banyak masalah yang muncul pada keluarga. Pernikahan adalah hubungan yang sangat unik walaupun tidak ada aturan yang menjamin pernikahan yang sukses. Beberapa pedoman bermanfaat untuk membangun pernikahan yang bahagia adalah pertama, mereka harus memastikan emosi mereka berdasarkan daripada ketertarikan fisik atau seksual. Kedua, pasangan harus menggali motifasi keinginan untuk menikah. Ketiga, mereka harus berfokus pada pengembangan komunikasi yang jelas. Keempat, mereka harus memahami pola prilaku dan kebiasaan yang menggangu yang tidak mungkin berubah setelah menikah. Terakhir, mereka harus menetapkan kompatibilitas dalam keyakinan dan nilai yang penting. Pertumbuhan dalam pernikahan memanjang lebih dari beberapa tahun. Keberhasilan pemecahan masalah yang dihadapi yang terjadi dalam perkawinan menimbulkan saling pengertian pada masing-masing pasangan pernikahan. Hubungan pernikahan mencakup tahapan yang berbeda. Tahap permulaan mulai saat pernikahan dan berlanjut sejalan dengan usaha pasangan untuk berfungsi sebagai pasangan. Tahapan orientasi keluarga ditujukan pada aktivitas menanti kelahiran anak dan mengasuh anak. Peranan orang tua harus dipahami dan dipraktikan. 1.2 Tujuan A. Tujuan Umum : 1

2 Setelah diberikan Asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah diharapkan masalah-masalah yang muncul dapat teratasi dan tidak terjadi lagi masalah yang sama pada keluarga dan keluarga mamapu mengatasi masalah kesehatan yang dialami secara mandiri. B. Tujuan Khusus 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga 2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga. 3. Melakukan tindakan perawatan, kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga. 4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesmas, posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga 1.3 Rumusan Masalah A. Apa pengertian keluarga baru menikah? B. Bagaimana karakteristik keluarga baru menikah? C. Apa saja tugas-tugas perkembangan keluarga baru menikah? D. Apa saja peran formal dan informal keluarga baru menikah? E. Apa saja tugas kesehatan keluarga? F. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga baru menkah? G. Apa saja masalah dan konflik yang biasa timbul pada keluarga baru menikah? H. Bagaina peran dan fungsi perawat? I. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah? BAB. II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Keluarga Baru Menikah Menurut Departemen kesehatan RI, Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 2

3 Menurut WHO (1969) dalam Iqbal Mubarak (2010), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Keluarga baru menikah adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang belum mempunyai anak (baru menikah). Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Perkawinan dari sepasang insane menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah ataup rokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lambat. Misalnya menurut data sensus Amerika Serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah pada usia 20 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dari 36 persen masing masing dalam tahun Karakteristik Keluarga Baru Menikah A. Terdiri dari dua orang yang diikat oleh hubungan perkawinan. B. Biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain. C. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri. D. Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota). 2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan keluarga berencana merupakan tiga tugas perkembangan yang penting dalam masa ini. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Keluarga Pemula Tahap-Tugas Perkembangan Keluarga 1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan 3

4 secara harmonis 3. Keluarga berencana (Keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). A. Membangun perkawinan yang saling memuaskan Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua orang digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi baru pun diterima. Belajar hidup bersama sambil memenuhi setiap kebutuhan kepribadian yang mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya mereka harus menyeimbangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi, dan pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan diri ini, terbentuk suatu kumpulan transaksi berpola dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya. Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling menyesuaikan diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung pada komplementaritas atau kecocokan bersama dari kebutuhan dan minat pasangan. Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan individu perlu diketahui. Dalam hubungan yang sehat, perbedan-perbedaan di pandang untuk memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan tergantung pada pengembanagan cara-cara yang memuaskan untuk menangani perbedaan-perbedaan tersebut (Satir, 1983) dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasanagan untuk bersikap empati, saling mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan (Raush et al, 1969) serta melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat-menghormati (Jackson dan lederer, 1969). Malahan, sejauh mana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan tergantung pada bagaimana masing-masing pasanagan dibedakan atau dipisahkan dari keluarga asal masing-masing (tugas perkembangan sebelumnya). Orang 4

5 dewasa harus pisah dari orang tuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri dan hubungan intim yang sehat. Banyak pasangan yang mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, sering kali disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Banyak pasangan yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi ke dalam hubungan mereka, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi hubungan seksual secara merugikan (Goldenberg dan Goldenberg, 1985). B. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah pasangan, karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi tiga keluarga, yaitu: menjadi anggota keluarga dari keluarga asal masing-masing, di samping keluarga mereka sendiri yang baru mereka bentuk. Pasanagan tersebut menghadapi tugas tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagi hubungan dengan orang tua mereka, sanak saudara, dan dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi pasanagan baru tersebut dari campur tanagan pihak luar yang mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia. C. Keluarga berencana Apakah ingin memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Littlefield (1977) menekankan pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja dibidang perawatan maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kelahiran bayi. 2.4 Peran Peran informal dan formal A. Peran Formal: 1. Laki-laki sebagai suami (kepala keluarga) 5

6 2. Perempuan sebagai istri B. Peran Informal: 1. Laki-laki sebagai ketua kegiatan di masyarakat 2. Perempuan sebagai anggota organisasi di masyarakat 2.5 Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga yaitu: A. Mengenal masalah kesehatan keluarga B. Membuat keputusan tindakan keehatan yang tepat C. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit D. Mempertahankan suasana rumah yang sehat E. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat 2.6 Masalah-Masalah Kesehatan Masalah utama adalah penyusuain seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling keluarga berencana, dan komunitas. Konseling semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya informasi sering mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Kejadiankejadian yang tidak menyenangkan ini menghangatkan pasangan tersebut merencanakan kehidupan mereka dan memulai kehidupan dengan dasar uang mantap.. Konsep-konsep perkawinan tradisional sedang ditantang oleh hubungan cinta, perkawinan berdasarkan hukum adat, dan perkawinan homo seks. Orang yang memasuki perkawinan tanpa pernikahan memerlukan banyak konseling dari petugas perawatan kesehata nuntu kmendapatkan bantuan. Dalam hal ini, perawat keluarga terperangkap diantara dua keluarga, keluarga orientasi dan keluarga perkawinan. Dalam situasi semacam itu, para professional kesehatan keluarga tidak perlu membuat penilaian-penilaian yang bermanfaat tapi mencoba membantu setiap kelompok dari dua kelompok tersebut agar saling memahami satu sama lain ( Wiiliam dan Leaman, 1973). Keluarga berencana, karena keluarga berencana merupakan tanggung jawab utama dari perawat yang bekerja dengan keluarga, maka bidang ini perlu dibahas lebih mendalam. Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi kesehatan keluarga dalam banyak cara: morbiditas dan mortalias ibu dan anak; menelantarkan anak; sehat sakit orang tua; masalah-masalah perkembangan anak, termasuk intelegensia dan kemampuan belajar; dan perselisihan dalam perkawinan. Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi meliputi membuat keputusan tentang penentuan tempat dan waktu perkawinan, kehamilan pertama, jarak kelahiran, dan jumlah keluarga. Meskipun orang mempunyai hak untuk membuat 6

7 keputusan sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin mempunyai anak, terlepas dari petimbangan kesehatan keluarga. Kesehatan fisik ibu dan anak merupakan masalah utama yang didokumentasikan dalam penelitian kebidanan dan perinatal. Jarak kelahiran antara 2 dan 4 tahun dan usia ibu 20 tahun merupakan faktor-faktor yang menguntungkan dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi. Jumlah keluarga yang optimal, jarak dan waktu kelahiran mengurangi mortalitas bayi (Cohndanleiberman, 1974). Angka kelahiran berencana semakin meningkat, karena banyak wanita dan pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi. Perbedaan antara kelompok miskin dan kaya dalam menggunakan alat kontrasepsi yang efektif berhubungan dengan eksabilitas pelayanan (Manisoff, 1977) dan ketidak tahuan tentang kehamilan kontrasepsi dikalangan remaja (Weatherley dan Cartoof, 1988). Faktor-faktor agama sosiopolitik menjadi penengah untuk mengurangi hak-hak untuk melakukan aborsi secara legal maka perjuangan mempertahankan pelayanan saat ini agar tetap tersedia merupakan masalah yang sedang berkembang. Pendanaan masyarakat daripemerintah untuk keluarga berencana, dan pelayanan. Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu yang etis, karean hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi. Gadis-gadis remaja yang menginginkan bayi perlu mngonsultasikan kesiapan fisik dan emosi untuk menjadi orang tuan dan perlindungan yang realistis terhadap kehamilan bersama-sama dengan supervise kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit saja yang dilakukan untuk mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan perkawinan dengan pendidikan kontrasepsi yang realistis. 2.7 Masalah dan Konflik yang biasa timbul A. Bahaya fisik 1. Penyakit Pada keluarga baru menikah penyakit yang mungkin timbul adalah penyakit menular seksual. B. Bahaya psikologis 1. Percekcokan dalam rumah tangga Pada keluarga baru menikah butuh waktu untuk penyesuaian diri, dan sering menimbulkan percekcokan atau perbedaan pendapat. 2. Gangguan penyesuaian dengan anggota keluarga pasangan. C. Bahaya peran seksual Ketidak mampuan keluarga (suami/istri) memenuhi kebutuhan sek pada kelurga yang baru dibina. D. Bahaya dalam konsep diri Selalu ingin tampil cantik di hadapan pasangan. E. Bahaya hubungan keluarga 7

8 Gangguan penyesuain keuangan. F. Kondisi yang menyumbang terhadap kesulitan dalam penyesuaian perkawinan 1. Persiapan yang terbatas untuk perkawinan Walaupun dalam kenyataan sekarang penyesuaian seksual lebih mudah, ketimbang pada masa dulu. Karena banyak informasi tentang seks yang tersedia baik dirumah, disekolah, di universitas dan di perguruan tinggi, dan ditempat-tempat lain, kebanyakan pasangan suami istri juga menerima sedikit persiapan dibidang ketrampilan domestik, mengasuh anak, dan manajemen uang. 2. Peran dalam perkawinan Kecenderungan terhadap perubahan peran dalam perkawinan bagi pria dan wanita, dan konsep yang berbeda tentang peran ini yang menganut kelas sosial dan kelompok religius yang berbeda penyesuaian dalam perkawinan sulit sekarang daripada di masa ketika peran masih begitu ketet dianut. 3. Kawin muda Perkawinan dan kedudukan sebagai oarangtua sebelum oarang muda menyelesaikan pendidikan mereka dan secara ekonomis independent membuat mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai pengalaman yang dipunyai teman-teman yang tidak kawin atau oarangoarang yang telah mandiri sebelum kawin. Hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan menjadi halangan bagi penyesuaian perkawinan. 4. Konsep yang tidak realistis tentang perkawinan Orang dewasa yang bekerja di sekolah dan perguruan tinggi, dengan sedikit/tanpa pengaman kerja, cenderung mempunyai konsep yang tidak realistis tentang makna perkawinan berkenaan pekerjaan, deperesi, pemberian uang, atau perubahan pola hidup. 5. Perkawinan campuran Penyesuaian terhadap kedudukan sebagai orang tua dan dengan para saudara dari piahak istri dan sebaliknya, jauh lebih sulit dalam perkawinan antar agama daripada bila keduanya berasal dari latar belakang budaya yang sama. 6. Pacaran yang dipersingkat Periode atau masa pacaran lebih singkat sekarang atau ketimbang masa dulu, dan karena itu pasangan hanya punya sedikit waktu untuk memecahkan banyak masalah tentang penyesuaian sebelum mereka melangsungkan perkawinan 7. Konsep perkawinan yang romantis Banyak orang dewasa mempunyai konsep perkawinan yang romantis yang berkembang pada masa remaja. Harapan yang berlebihan tentang tujuan dan 8

9 hasil perkawinan sering membawa kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugas dan tanggung jawab perkawinan. 8. Kurangnya identitas Apabila seseorang merasa bahwa keluarga, teman, dan rekannya memperlakukannya sebagai suami jane atau apabila wanita merasa bahwa kelompok sosial menganggap dirinya hanya sebagai ibu rumah tangga, walaupun dia seorang wanita karir yang berhasil, ia bisa saja kehilangan identitas diri sebagai individu yang sangant dijunjung dan dinilai tinggi sebelum perkawinan. 2.8 Peran dan Fungsi Perawat A. Pengenal kesehatan (konseling kesehatan, KB, pelayanan antenatal dan konseling persalinan). B. Perawat dapat membantu keluarga dalam mengenal penyimpangan dari keadaan normal dengan menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibatnya dalam perkembangan anggota keluarga. C. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. D. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan adalah salah satu tugas dari keluarga. Namun demikian perawat harus mampu memberikan kesempatan dan contoh bagi keluarga untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas kesehatannya. E. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga. 9

10 BAB. III. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS Proses Keperawatan keluarga Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Proses keperawatan keluarga juga membagi lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumbersumber dan evaluasi perawatan. 3.1 Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004). Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56). A. Pengumpulan data 1. Identitas umum keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku, tempat tinggal, tipe keluarga, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga. 2. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. c. Riwayat keluarga inti 10

11 Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. d. Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. 3. Data Lingkungan a. Karakteristik rumah Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu penyakit. b. Karakteristik Lingkungan Derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan. 4. Struktur keluarga a. Pola komunikasi Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. b. Struktur Kekuasaan Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik. c. Struktur peran Anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga. 5. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri. b. Fungsi sosialisasi. 11

12 Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress. c. Fungsi kesehatan Fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah: 1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah. 2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah: a) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. b) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga? c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami? d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit? e) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan? f) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada? g) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan? h) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah? 3) Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah: a) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit? 12

13 b) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan? c) Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai? d) Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan? e) Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga? f) Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan di masa mendatang? g) Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit? h) Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut? i) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi)? j) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan? d. Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: 1) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. 2) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. e. Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: 1) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan 2) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 6. Stress dan Koping keluarga a. Stressor jangka pendek dan panjang 1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan. 2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor. c. Strategi koping yang digunakan 13

14 Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. d. Strategi adaptasi disfungsional Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. 7. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. 8. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 3.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari: Diagnosa aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Diagnosa resiko (ancaman kesehatan) Diagnosa potensial/keadaan sejahtera (wellness) Contoh diagnosa keperawatan pada kelarga baru menikah: Perubahan peran dalam keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran suami. Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga. Potensial peningkatan menjadi orang tua pada pasangan baru menikah keluarga Bapak A Menyusun prioritas 14

15 Penjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan di masa mendatang. Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga: N KRITERIA SKOR BOBOT O 1 Sifat masalah Aktual (Tidak/kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan krisis atau sejahtera 1 2 Kemungkinan masalah dapat diubah Mudah Cukup Tidak dapat 0 3 Potensi masalah untuk dicegah Tinggi Cukup Rendah 1 4 Menonjolnya masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani Masalah tidak dirasakan Skoring : 15

16 Skor x Bobot Angka tertinggi Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas Kriteria 1 Sifat masalah; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut: Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat Kriteria 3 Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. Kriteria 4 Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga. 16

17 3.3 Perencanaan Keperawatan keluarga Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. 3.4 Implementasi Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini: A. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: 1. Memberikan informasi 2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan 3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah B. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara: 1. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan 2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga 3. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan C. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara: 1. Mendemonstrasikan cara perawatan 2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah 3. Mengawasi keluarga melakukan perawatan D. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara: 1. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga 2. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin E. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara: 1. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga 2. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 17

18 3.5 Evaluasi Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. S O A P : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya berkurang. : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan. : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan. : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. BAB. IV. PENUTUP 18

19 4.1. Kesimpulan Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga baru menikah adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang belum mempunyai anak (baru menikah). Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah ataup rokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lambat. Tahap-tugas perkembangan keluarga yaitu membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). Masalah utama adalah penyusuain seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling keluarga berencana, dan komunitas. Konseling semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya informasi sering mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Proses keperawatan keluarga juga membagi lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan. 4.2 Saran Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi di 19

20 kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Daftar Pustaka Friedman, Marilyn M Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik (Edisi 5). Jakarta : EGC. Friedman, Marilyn M Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik (Edisi 3). Jakarta : EGC. Mubarak, Wahid Iqbal, dkk Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep Dan Aplikasi Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 20

ASKEP KELUARGA BARU MENIKAH

ASKEP KELUARGA BARU MENIKAH ASKEP KELUARGA BARU MENIKAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan

Lebih terperinci

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. KONSEP DIAGNOSA. Definisi Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi dan merupakan unit

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Defenisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

Lebih terperinci

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH I. TEORI dan KONSEP ANAK Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

DIAGNO DIAG SA NO KEPERAW SA ATAN KEPERAW KELUARGA KELUARG 19/10/2015 1

DIAGNO DIAG SA NO KEPERAW SA ATAN KEPERAW KELUARGA KELUARG 19/10/2015 1 DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA 9/0/05 DIAGNOSA KEPERAWATAN PENGELOMPOKAN DATA PENGELOMPOKAN DATA SAMA DENGAN DI KLINIS, BERDASARKAN DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PERUMUSAN

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Nama Mahasiswa :... Pengkajian diambil tanggal :... Jam :... A. IDENTITAS UMUM. Identitas Kepala Keluarga: Nama :... Pendidikan :... Umur :... Pekerjaan :...

Lebih terperinci

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang 1. Faktor Genetik. 2. Faktor Eksternal a. Keluarga b. Kelompok teman sebaya c. Pengalaman hidup d. Kesehatan e.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga 2.1.1. Defenisi Keluarga Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

3. Tanda (S) adalah data subjektif & objektif yang diperoleh dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

3. Tanda (S) adalah data subjektif & objektif yang diperoleh dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab. DIAGNOSA & RENCANA ASKEP KELUARGA DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FK USU BAGIAN KEPERAWATAN KELUARGA By. Lufthiani, S.Kep, Ns Diagnosa Keperawatan Pengelompokan data Perumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH I. TEORI dan

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut defenisi WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami 1. Pengertian Dukungan Suami Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns. Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns. Definisi keluarga Family (yunani) kumpulan individu yang hidup di bawah seorang KK dan di dalam rumah terdiri dari org tua, org dewasa, anak-anak, saudara & pembantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal 19-01-2009 A. Data identitas Data yang diperoleh dari pasien adalah : Nama kepala keluarga Tn. G, pendidikan SD dan beliau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA DISUSUN OLEH : AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya, maka buku panduan AKPER

Lebih terperinci

Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah

Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah A. IDENTITAS UMUM 1. Identitas Kepala Keluarga: Nama : Tn. A Pendidikan : SMA Umur : 24 Tahun Pekerjaan : PNS Agama : Islam. Alamat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Rois Husnur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA Y A Y A S A N R U S T I D A AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA Program Studi DIII Keperawatan Alamat : Jalan RSU. Bhakti Husada Telp. (0333)821495, Fax: (0333)821193 KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI FORMAT PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan utama

Lebih terperinci

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu : 1. Tahap I : Keluarga Pemula Keluarga

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi : D III Kebidanan Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) Kode Mata Kuliah : KEB. 301 Semester : II (dua) SKS : 4 SKS (T : 1 SKS, P : 3 SKS) Dosen

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga?

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga? BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

Lebih terperinci

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI Defmisi dan Cakupan Makna kesehatan dalam undang-undang pokok kesehatan nomor 32, tahun 1992 adalah meliputi kesehatan badan, rohaniah ( mental)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang eksistensi proyek Bangsa Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Dan perjuangan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

(Family therapy perspective) 1. Keluarga antara 2. Terbentuknya keluarga baru perkawinan (baru

(Family therapy perspective) 1. Keluarga antara 2. Terbentuknya keluarga baru perkawinan (baru (Family therapy perspective) 1. Keluarga antara 2. Terbentuknya keluarga baru perkawinan (baru menikah) 3. Keluarga memiliki anak usia muda (anak usia bayi s.d. usia sekolah) 4. Keluarga dengan anak dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Mufdlilah, 2009, p.41). Masa kehamilan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN Menimbang: a. bahwa pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK )

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK ) TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keluarga I. Data Umum 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S 2. Usia : 43 tahun 3. Pendidikan : SD 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK ) 5. Alamat : RT. 05 / RW I Bangetayu Kulon,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Menurut Reber (dalam Fatimah, 2008,h.143) kemandirian adalah

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Menurut Reber (dalam Fatimah, 2008,h.143) kemandirian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia dalam menjalani kehidupannya tidak dapat menjalani hidup sendiri sebab kehidupan harus ditempuh melalui proses secara bertahap dan setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita pada dasarnya harus menjalankan kodrat sebagai seorang ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

Lebih terperinci

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Konsep Keluarga Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Definisi Klg merupakan kumpulan individu didasarkan hubungan tali perkawinan, hub darah dan tempat tinggal dalam satu rumah ( Friedman, 1998)

Lebih terperinci

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini PENYULUHAN HUKUM Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini Ani Yunita, S.H.M.H. Nasrullah, S.H.S.Ag.,M.CL. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pendahuluan Persoalan nikah bukanlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci