BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kancah perekonomian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kancah perekonomian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kancah perekonomian Indonesia memegang peranan penting sebagai badan usaha maupun agen pembangunan nasional yang bertujuan mencari profit. Sebagaimana ditegaskan pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. BUMN merupakan salah satu bentuk nyata implementasi Pasal 33 Undang-Undang Dasar Pada praktiknya kinerja BUMN dinilai belum memadai sehingga banyak kendala dalam persaingan bisnis global. BUMN belum mampu menghasilkan laba yang tinggi bagi perusahaan dan belum sepenuhnya menghasilkan barang dan atau jasa yang berkualitas tinggi dengan modal terjangkau. Hal ini mengakibatkan BUMN belum sepenuhnya mampu menjalankan fungsi sebagai pelopor maupun penyeimbang perusahaan swasta besar (Safitri, 2012). PT. Kertas Leces merupakan BUMN kertas tertua kedua setelah pabrik kertas Padalarang yang beroperasi mulai tahun Pabrik yang berlokasi di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini memproduksi kertas tulis cetak dengan bahan baku kertas bekas dan ampas tebu dengan menggunakan proses soda. Kertas Leces memiliki beberapa anak perusahaan yang beroperasi di bidang percetakan, converting tissue napkin, mini market, 1

2 2 SPBU, unit angkutan darat serta unit pendidikan dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan jenjang pendidikan diploma (Kauler, 2015). Kondisi perekonomian global saat ini masih pada fase yang penuh dengan ketidak pastian. Krisis ekonomi global 2009 lalu membawa dampak pada perekonomian Indonesia yang ditandai dengan semakin melemahnya pendapatan negara. Hal ini berdampak pada permintaan barang ekspor domestik yang menurun. Di sisi lain menurunnya volume keuangan tersebut membawa dampak pada perusahaan besar terancam bangkrut dan pengangguran dunia semakin meningkat tajam (Kemenkeu, 2015). Pada kenyataannya perusahaan tidak selalu menunjukkan perkembangan dan peningkatan profit dalam operasional perusahaan. Setiap perusahaan, baik berskala besar maupun kecil harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang senantiasa mengalami perubahan sangat cepat. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan mampu bertahan sedangkan perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan mengalami kemunduran (Robbins, 2005). Kertas Leces mengalami kerugian dari tahun 2005 hingga tahun Perseroan sempat mencatat laba sebesarrp. 9 miliar pada tahun 2012, namun tidak cukup menutup kerugian pada tahun 2006 sebesar Rp. 145,277 miliar. Direkur Kertas Leces, Budi Kusmawoto mengatakanbahwa Kertas Leces tidak memiliki hutan industri sehingga operasional perusahaan sangat bergantung pada harga bahan baku dari pasar yang diatur oleh pemain berskala besar(pratama, 2014). Di sisi lain kapasitas produksi terus meningkat sedangkan bahan baku hutan industri terus menipis akibat diraup oleh pesaing kertas lainnya. PT. Kertas Leces Persero terhitungpada bulan Juni, 2010 telah berhenti

3 3 beroperasi sejak Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gasnya karena Kertas Leces sedang terpuruk hutang sebesar Rp.41 miliar. Hal ini menyebabkan dua ribu karyawan menganggur tidak digaji (Nurmayanti, 2013). Manajemen SDM harus mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi dalam situsi genting sehingga perusahaan harus tetap survive dalam menghadapi tantangan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan (Dessler, 2003). Salah satu strategi yang dilakukan oleh manajemen SDM adalah dengan efisiensi karyawan. Efisiensi merupakan salah strategi yang dilakukan perusahaan agar tetap bertahan dalam menghadapi suatu krisis (Hartoyo, 2009). Definisi efisiensi sendiri adalah ukuran perbandingan antara penggunaan masukan dengan penggunaan sebenarnya(hasibuan, 2000). Efisiensi merupakan suatu usaha untuk memberantas pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun gejala-gejala yang merugikan. Efisiensi yang dilakukan perusahaan kebanyakan dalam wujud pemutusan hubungan kerja atau yang dikenal dengan PHK. Kasus PHK yang terjadi merupakan salah satu dampak dari kondisi kehidupan politik yang mulai goyah yang disusul dengan marutnya kondisi perekonomian (Wahyuni, 2009). Definisi PHK sendiri menurut Undangundang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja atau karyawan dengan pengusaha yang dapat menyebabkan berakhirnya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak (Ernawati, 2009). PT. Kertas Leces dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Surabaya pada 24 Agustus 2014 (Wardhana, 2015). Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitur tidak mampu melakukan pembayaran terhadap utang-utang dari para krediturnya (Rivai, 2004). Adanya kesulitan tersebut, perusahaan juga

4 4 mengalami masalah dalam operasional perusahaan dan cenderung tidak bisa membayar kewajiban gaji kepada karyawan. Hal ini terbukti sejak saat itu proses produksi Kertas Leces terhenti dan kesulitan mencairkan hak karyawan. Pemutusan hubungan kerja massal yang dilakukan pada 1700 karyawan lebih ini masih meninggalkan tunggakan gaji dan tunjangan pendidikan selama hampir tiga tahun sebesar Rp. 56 miliar. Sedangkan pihak perusahaan belum bisa memberikan kepastian jangka waktu pelunasan hak normatif karyawan yang belum dibayar (Wardhana, 2015). Peneliti melakukan wawancara pada salah satu subjek SP generasi X pada 2 desember Pada saat itu status mereka masih sebagai karyawan perusahaan yang tidak dibayar gajinya. Subjek mengatakan bahwa sering terjadi pertengkaran dengan sang istri karena kebutuhan rumah tangga yang terbengkalaiselama gaji belum dibayar. Menurut subjek, biaya sekolah anak menjadi terhambat karena penghasilan yang digunakan sebagai operasional keuangan keluarga menjadi tersendat. Dari hasil wawancara awal tampak bahwa ada rutinitas yang terganggu keseimbangannya sejak gaji tidak dibayar. Ribuan tenaga kerja mantan perusahaan milik negara ini sedang dihadapkan pada kekhawatiran yang mengganggu stabilitas yang berefek ke sektor hidup lain. Karyawan menerima surat keputusan pemutusan hubungan kerja pada tanggal 30 Juni 2015 sedangkan gaji yang belum diterima oleh mereka terhitung sejak bulan Juni Kertas Leces tidak mampu memenuhi hak karyawannya hampir tiga puluh bulan. Pihak perusahaan juga melakukan pemutusan hubungan kerja massal tanpa pesangon. Sungguh ironis jika BUMN sebagai hak milik negara belum mampu memberikan hak karyawan selama hampir tiga tahun terakhir ini. Belasan mantan karyawan PT. Kertas Leces melakukan aksi protes

5 5 pada Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementrian BUMN pada tanggal 14 september 2015 di Jakarta untuk menagih hak-hak karyawan yang di PHK (Wardhana, 2015). Hal ini dilakukan sebagai wujud protes atas tidak terpenuhinya hak normatif karyawanpemaknaan semua karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja ini tidak semua sama. Banyak individu yang gagal mamaknai status pemutusan hubungan kerja ini sebagai hal negatif yang mengubah dunia dalam perspektif yang sempit. Pengangguran merupakan salah satu masalah serius dalam perekonomian dunia. Pada perekonomian modern, kehilangan pekerjaan dapat memicu matinya tempat kerja dan pengurangan karyawan dalam jumlah besar yang belum pernah terpikirkan oleh mereka sebelumnya untuk kehilangan pekerjaan sebelum masa pensiun (Price, Friedland, & Vinokur, 1998).Menurut laporan Organization for Economic Cooperation and Development sekitar 8 juta orang menganggur di Amerika Serikat pada tahun Dari mereka 8 juta orang, antara lima puluh dan enam puluh lima persen dari mereka yang menganggur disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja (U.S.Department of Labor, 1995). Demikian pula, Wahyuni (2009) mencatat angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia sampai pertengahan tahun 2009 diperkirakan mencapai orang dan diperkirakan akan terus bertambah tiap tahunnya. Frankl (1984) memaparkan bekerja sebagai aktivitas bermakna bagi seseorang untuk mencapai tujuan yang lebih luas dalam kehidupannya. Seseorang akan melihat sebuah pekerjaan sebagai sarana untuk menghasilkan penghasilan yang lebih besar sehingga akan meningkatkan kesejahteraan hidup. Sejalan dengan itu, Seligman (2002) mengatakan bahwa individu yang bekerja

6 6 akan mendapatkan kesenangan karena dihargai oleh orang-orang di lingkungannya. Individu yang bekerja selain mendapatkan upah, mereka merasa dapat mengembangkan diri yang akan meningkatkan penghargaan pada dirinya. Sementara Morin (2004) mendefinisikan bahwa seseorang akan memaknai kerja sebagai kecenderungan dalam mencapai tujuan yang akan mempengaruhi perilaku dan kerangka berpikirnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bekerja merupakan sebuah rutinitas yang bermakna bagi seseorang untuk mendapatkan penghasilan sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu pemenuhan kebutuhan dan penghargaan diri. Bagaimana dengan individu yang harus berhenti bekerja karena pemutusan hubungan kerja yang tidak direncanakan sebelumnya? Meskipun hubungan kerja antara karyawan dan pengusaha cepat atau lambat akan berakhir, namun dari penelitian DeFrank dan Ivancevich (1986) pemutusan hubungan kerja yang terencana atau tidak terncana memiliki dampak pada kondisi psikologis para karyawan korban PHK sehingga mempengaruhi kesejahteraan karyawannya. Individu yang kehilangan pekerjaan akan kehilangan penghasilan yang mereka peroleh dalam bentuk gaji atau upah. Individu akan mempersepsikan kehilangan pekerjaan tersebut tergantung pada tingkat keterlibatan dengan pekerjaan mereka. Selain itu mereka merasa kehilangan teman-teman yang merupakan rekan kerja seperjuangan di tempat kerja. Selain itu Bennet, Martin, Bies, & Brockner (1995) menemukan bahwa kebanyakan karyawan mengalami perasaan kecewa, pesismis dan merasa terisolasi sosial akibat dampak negatif pemutusan hubungan kerja ini. Efek psikologis yang bervariasi ini mengakibatkan kepercayaan diri dan harga diri yang berkurang. O'Brien dan Kabanoff (1979) menambahkan bahwa individu

7 7 yang tidak mempunyai penghasilan cenderung kurang memperhatikan kesehatan fisiknya karena alokasi dana kesehatan berkurang. Mayoritas mereka mengalami gangguan kesehatan akibat stres oleh pemutusan hubungan kerja ini. Wawancara dilakukan kembali pada subjek SP generasi X setelah menerima SK pemutusan kerja pada 17 Oktober Subjek mengatakan bahwa ada kekecewaan atas tindakan perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja massal. PHK massal meninggalkan hutang pada karyawan atas tunggakan gaji dan pesangon yang belum dibayar. Bahkan rekan kerja subjek harus terlibat hutang pada rentenir untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anak. Subjek menginginkan terpenuhinya hak mereka sebagai modal untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya. Pemutusan hubungan sebelum masa pensiun akan cenderung membuat individu merasa kurang puas akan karirnya selama ini. Demikian Latack dan Dozier (1986) mengatakan bahwa kehilangan pekerjaan dapat menghilangkan arena dimana keberhasilan peran kerja seseorang dapat dicapai. Beberapa efek negatif dari kehilangan pekerjaan termasuk stres, kecemasan, depresi, rendah diri, dan berkurangnya kepuasan hidup. Kehilangan pekerjaan dapat mengakibatkan ketidakpastian, komitmen rendah, dan sinisme yang bisa terbawa ke pekerjaan berikutnya. Peneliti menggali lagi lebih dalam akan dampak yang dirasakan akibat pemutusan hubungan kerja pada 18 oktober Subjek mengutarakan bahwa dia sering mengalami sakit migren setelah pemutusan hubungan kerja. Tersendatnya biaya kuliah anak sulung dan si bungsu masih menduduki bangku sekolah sering memicu pertengkaran dengan sang istri. Subjek merasa pesimis tidak mampu membiayai kuliah anak bungsunya. Bahkan subjek juga menceritakan bahwa istri rekan kerjanya rela meminta pekerjaan kepada

8 8 tetangganya sebagai buruh cuci pakaian. Penelitian Leana dan Ivancevich (1987) menjelaskan bahwa pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja tidak hanya berpengaruh pada kesejahteraan fisik dan emosional tetapi juga berdampak pada struktur hubungan keluarga. Insiden perceraian dan kekerasan rumah tangga yang tinggi sering ditemukan karena efek menganggur yang terlalu lama. Individu yang berstatus sebagai pencari nafkah harus kehilangan pendapatan sehingga berdampak pada perekonomian keluarga. Temuan Wanberg (2012) menyatakan bahwa pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja yang terjadi di masyarakat berdampak pada kesehatan fisik dan psikologis. Pengangguran dapat mengakibatkan berbagai konsekuensi yang terkait stres bagi individu, termasuk depresi, kecemasan, dan penyakit fisik.pengangguran dan kesehatan psikologis dapat berefek pada emosi dan keadaan mental individu, kemampuan untuk berfungsi di masyarakat dan kapasitas dalam memenuhi tuntutan hidup sehari-hari. Ditambahkan oleh Korpi (2001) bahwa pengangguran yang dialami oleh individu akan mempengaruhi kesehatan fisik karena ketidakmampuan individu dalam pemeliharan kesehatan seperti membeli makanan sehat dan pelayanan kesehatan. Selanjutnya Mallinckrodt dan Fretz (1988) melaporkan bahwa kekhawatiran keuangan dan kurangnya dukungan sosial diprediksi dapat meningkatkan stres pada individu yang kehilangan pekerjaan. Kehilangan pekerjaan bagi seseorang biasanya dianggap sebagai peristiwa negatif tetapi setelah periode waktu tertentu pengalaman kehilangan pekerjaan dapat dilihat secara positif (Hartley, 1980). Pemutusan hubungan kerja merupakan kesempatan untuk menghapus diri dari pekerjaan yang tidak memuaskan serta dapat mempromosikan pertumbuhan karir. Individu yang

9 9 menganggap pekerjaan lama kurang menantang akan mempersepsikan pemutusan hubungan kerja ini sebagai hal yang positif untuk pertumbuhan karir selanjutnya. Demikian juga Latack dan Dozier (1986) mengatakan bahwa sebuah karir menyediakan ruang bagi seseorang untuk pertumbuhan dan keberhasilan psikologis. Karyawan yang memaknai pemutusan hubungan kerja ini sebagai hal positif dapat meningkatkan motivasi untuk mengembangkan karir baru yang lebih baik dari sebelumnya dan kesempatan untuk meraih sukses secara psikologis. Beberapa faktor yang memberikan efek positif atas kehilangan pekerjaan terdiri dari faktor individu yang meliputi usia, pemahaman individu, tingkat kegiatan setelah kehilangan pekerjaan dan faktor lingkungan yang meliputi dukungan sosial, ketersediaan sumberdaya keuangan. Sparks (1987) juga melaporkan bahwa dukungan dan bantuan dari keluarga dan rekan kerja berguna untuk mengurangi stres akibat kehilangan pekerjaan dan mencari pekerjaan baru pasca pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja akan membawa dampak berbeda-beda bagi individu. Individu yang memaknai pemutusan hubungan kerja sebagai hal positif akan mampu bangkit dari kemalangan dan melanjutkan kehidupan selanjutnya. Kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa oleh situasi kemalangan dan tekanan yang berat pada individu ini dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Fredrikson, 2004). Resiliensi merupakan hal penting pada individu yang dihadapkan pada situasi yang terdesak dan sulit. Individu resilienmampu merubah mindset dalam memandang kehidupan sebagai proses yang meningkat. Orang yang memiliki resiliensi tinggi akan mengadopsi mekanisme pertahanan dari stres agar tangguh dalam memaknai pemutusan hubungan kerja

10 10 ini. Resiliensi dapat berguna bagi ketahanan mental seseorang dalam menghadapi masa pengangguran yang terlalu lama (Kinicki, 1989). Topik keberagaman generasional dalam lingkungan kerja menjadi tren popular yang menarik untuk dikaji oleh beberapa praktisi. Hal ini dikarenakan adanya asumsi bahwa setiap generasi yang muncul akan memiliki perbedaan yang signifikan akan tujuan, ekspektasi dan nilai kerja (Cennamo & Gardner, 2008). Adanya asumsi ini, membuat peneliti meyakini bahwa setiap generasi memiliki nilai yang unik yang membedakan dengan generasi lain. Konsep generasi ditemukan oleh Mannheim yang merupakan suatu konsep yang menggambarkan kelompok yang terbentuk oleh suatu kedekatan lokasi sosial yang dialami bersama tanpa memerlukan kedekatan mental atau fisik tertentu (Strauss & Howe, 1991). Setiap anggotagenerasi yang berbeda mengalami pengalaman dan peristiwa yang dialami bersamasehinggapengelompokan generasi didasarkan atas belief bahwa setiap generasi memiliki sekumpulan nilai dan sikap yang berbeda antar generasi (Parry & Urwin, 2011). Penelitian fenomena generasi didasarkan pada budaya yang berkembang di Amerika, namun penelitian menemukan kesamaan karakteristik generasional pada berbagai negara yang berbeda karena mereka mengalami peristiwa traumatis secara global. Adanya asumsi ini dapat menjelaskan konsep pembentukan generasi secara global (Parry & Urwin, 2011). Menurut Robbins (2005) kepribadian individu umumnya dianggap terbentuk dari jalinan keturunan, lingkungan, dan situasi yang ada di sekitar individu. Pernyataan ini sejalan dengan penjelasan bahwa batasan tahun kelahiran digunakan untuk membedakan pengalaman historis dan sosial politik yang dialami oleh anggota generasi yang berbeda-beda (Howe & Strauss, 2007).

11 11 Adanya asumsi ini memberikan penjelasan bahwa adanya keterkaitan antara usia dan pengalaman masa lalu yang dialami secara kolektif dapat membentuk pengaruh sikap dan perilaku kerja (Rhodes, 1983). Selanjutnya Rhodes menyatakan bahwa sebagian besar temuan penelitian menemukan adanya hubungan positif antara usia dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi serta hubungan negatif antara usia dengan perilaku turnover.konsep generasi yang dibedakan berdasarkan rentang usia akan memberikan implikasi pada perbedaan cara pandang dan pengalaman hidup. Temuan-temuan ini memberikan petunjuk mengenai perbedaan generasional memberikan pengaruh pada cara pandang individu dalam menghadapi fenomena (Zemke, Raines, & Filipczak, 2000). Perbedaan generasi dalam dunia industri di Indonesia merupakan fenomena yang tergolong baru karena banyak ditemukan gesekan antar generasi di lingkungan kerja. Menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah generasi baby boomers sebesar 52 juta, selanjutnya generasi X sebesar 35 juta sedangkan generasi Y sebesar 81 juta (Badan Pusat Statistik, 2010).Selain itu, berdasarkan hasil survey di Indonesia, ditemukan generasi X dan generasi Y merupakan tenaga kerja yang sering berpindah kerja sebesar 72% jika dibandingkan dengan generasi baby boomers sekitar 52% (Ephrillya, 2012). Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan dengan pihak serikat buruh Kertas Leces, ditemukan bahwa mayoritas karyawan yang bekerja di PT. Kertas Leces berasal dari generasi X. Dinamika kehidupan yang begitu cepat pada era turbulensi ini akan begitu cepat pula mempengaruhi kehidupan masyarakat agregat di dalamnya. Demikian juga dengan fenomena pemutusan hubungan kerja pada karyawan yang belum

12 12 terbayarkan gaji tiga tahun terakhir merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Dalam mendefinisikan resiliensi, individu perlu mempertimbangkan usia dan kapasitas psikologis untuk mengembangkan perilaku dalam menghadapi kesengsaraan (McCubbin, 2001). Pernyataan ini mendukung asumsi bahwa perbedaan generasional memberikan pengaruh pada sikap dan cara pandang individu karena tiap generasi memiliki karakteristik yang unik yang membedakan satu sama lain (Glass, 2007). Penelitian lain juga memberikan petunjuk bahwa usia berperan penting dalam pembentukan preferensi nilai kerja yang dimiliki seseorang; karyawan yang lebih tua lebih menganggap penting nilai kerja dari pada karyawan yang lebih muda (Cherrington, Condie, & England, 1979; Vallerand, O Connor, & Hammel, 1995; Kanfer & Ackerman, 2004). Dari paparan sebelumnya membuat peneliti mengerucutkan topik penelitian pada subjek generasi X yang merupakankelompok individu yang lahir antara tahun 1961 dan 1981 (Strauss & Howe, 1991). Sirias,Karp, dan Brotherton(2007) mengatakan bahwa generasi X memiliki tuntutan, harapan, nilai-nilai dan cara kerja yang cukup berbeda dari generasi yang lain. Generasi X cenderung aman dengan stabilitas pekerjaan dan penghasilan mereka sehingga menerima ketidakstabilan pekerjaan sebagai karakteristik alami. Generasi X lebih mandiri, memiliki daya saing dan kerja sama yang kuat dalam sebuah tim. Hal ini karena kehidupan kecil mereka dibesarkan pada keadaan keluarga yang kurang kondusif. Temuan-temuan di atas mendukung prekusor peneliti bahwa generasi X lebih menganggap penting nilai kerja dari pada generasi yang lebih muda. Penelitian mengenai resiliensi karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja belum banyak dikembangkan oleh para ahli. Konsep resiliensi

13 13 yang ingin diteliti oleh peneliti lebih menekankan bagaimana pola adaptasi positif dan strategi copingpada karyawan generasi X yang mengalami pemutusan hubungan kerja secara tidak terencana.dalam hal ini generasi X yang memasuki akhir masa pensiun dihadapkan pada berbagai ancaman dan ketidak pastian terkait dengan status sebagai karyawan PHK yang belum dibayar gaji (tiga tahun terakhir) dan pesangonnya. B. Fokus Penelitian Berdasarkan fenomena lapangan yang muncul, fokus dari penelitian ini adalah menggali lebih dalam tentang resiliensi karyawan generasi X yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Peneliti membatasi resiliensi sebagai pola adaptasi positif individu dalam menghadapi tekanan atas status pemutusan hubungan kerja yang berdampak pada sektor perekonomian dan berpengaruh pada aspek kehidupan lainnya. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian bertujuan untuk menggambarkan resilensi pada karyawan generasi X dalam menghadapi status pemutusan hubungan kerja. Tujuan spesifik penelitian ini adalah mengetahui pola adaptasi positif individu dalam menghadapi pemutusan hubungan kerja sebagai strategi individu untuk bertahan hidup. Manfaat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Bagi karyawan PHK generasi X yang menjadi responden penelitian. Penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman kemampuan resiliensi yang dimilikinya sebagai pola adaptasi positifdalam menghadapi

14 14 statusnya sebagai karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja secara tidak terencana dan ketidak pastian mengenai gaji (tiga tahun terakhir) dan pesangon yang belum terbayar. 2. Bagi manajemen perusahaan Kertas Leces, Penelitian ini memberikan gambaran mengenai dinamika psikologis resiliensi karyawan generasi X yang mengalami pemutusan hubungan kerja beserta pola adaptasi positif yang mereka hadapi dalam menghadapi status pemutusan hubungan kerja dan ketidak pastian gaji (tiga tahun terakhir) dan pesangon yang belum dibayar. Gambaran ini dapat dipergunakan oleh bagian manajemen Kertas Leces untuk mengevaluasi kinerja perusahaan mengapa perusahaan pailit sehingga membawa dampak pada kesejahteraan seluruh karyawan Kertas Leces. Gambaran ini juga dapat digunakan sebagai masukan dan protes kepada manajemen agar mereka memikirkan pelunasan uang tunggakan gaji dan pesangon yang belum terbayar. 3. Peneliti selanjutnya, Dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti fenomena resiliensi karyawan pada perusahaan pailit dan mungkin dapat diteruskan dengan topik resiliensi pada generasi yang berbeda. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai resiliensi cukup banyak ditemukan di penelitian Indonesia dan penelituan yang didapatkan di luar Negeri. Keaslian penelitian ini meliputi tiga hal. Keaslian penelitian pertama terletak pada setting tema penelitian yang diangkat. Penelitian resiliensi dalam setting Psikologi Industri dan

15 15 Organisasi dilakukan oleh Saptoto (2009) yang meneliti dinamika psikologi resiliensi para asisten dosen yang bekerja di PT BHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa para asisten dosen melakukan resiliensi dalam menghadapi ancaman ketidak pastian tentang struktur jabatan. Resiliensi para asisten dosen didukung faktor lain yaitu keterlibatan akademis dan pemberian kesempatan akademis sehingga menimbulkan komitmen organisasi dalam diri asisten dosen. Keaslian penelitian kedua terletak pada topik penelitian yang diangkat. Penelitian resiliensi dengan topik pemutusan hubungan kerja pernah dilakukan oleh Muchlisah (2010) tentang Makna Kerja Bagi Karyawan yang pernah di PHK di Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna kerja bagi para karyawan yang pernah mengalami pemutusan hubungan kerja. Karyawan memaknai pekerjaan sebagai sebuah karir, simbol pengakuan sosial, dan sarana sosialisasi. Dinamika psikologi yang didapatkan menyangkut perasaan negatif yang dirasakan ketika terjadinya PHK seperti: kaget, cemas, dan kecewa. Keaslian penelitian ketiga terletak pada responden yang digunakan.generasi X merupakan fenomena yang telah lama muncul. Hanya saja konsep generasi X selalu dikaitkan dengan motivasi dan nilai kerja yang membedakan antar lintas generasi. Peneliti ingin mengkaji bagaimana generasi X menghadapi kemalangan akibat pemutusan hubungan kerja.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. berbagai stresor dan ancaman ketika perusahaan tersebut dinyatakan pailit. Para

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. berbagai stresor dan ancaman ketika perusahaan tersebut dinyatakan pailit. Para 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Karyawan generasi X yang bekerja di perusahaan milik negara menghadapi berbagai stresor dan ancaman ketika perusahaan tersebut dinyatakan pailit. Para responden

Lebih terperinci

Tren keberagaman generasional dalam lingkungan kerja dan identifikasi. upaya yang perlu dilakukan untuk memahami dan mengelola keberagaman

Tren keberagaman generasional dalam lingkungan kerja dan identifikasi. upaya yang perlu dilakukan untuk memahami dan mengelola keberagaman PENDAHULUAN Tren keberagaman generasional dalam lingkungan kerja dan identifikasi upaya yang perlu dilakukan untuk memahami dan mengelola keberagaman tersebut sudah menjadi topik populer yang menarik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Dengan berkembangnya dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Dengan berkembangnya dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan adalah suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lebih atau bahkan oleh suatu lembaga yang memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu

Lebih terperinci

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang menyebabkan banyak perusahaan yang dalam tiga dekade terakhir ini berhasil keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh kemajuan zaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membuat dampak yang cukup besar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY

Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY Pendahuluan Pada tanggal 27 Mei 2006, terjadi sebuah peristiwa gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.

Lebih terperinci

IRRA MAYASARI F

IRRA MAYASARI F HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : IRRA MAYASARI F 100 050 133

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha ritel modern merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan di era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi

Lebih terperinci

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun. BOKS 1 HASIL QUICK SURVEY DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI BENGKULU Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah perusahaan. Pada praktiknya, perusahaan sering melupakan hakikat sumber daya manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu membawa akibat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan 231 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan siklus karir dan isu yang dihadapi ketiga mantan pemain sepakbola generasi tahun 1960-an,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMANGAT KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMANGAT KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMANGAT KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi uncertainty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri adalah keinginan setiap individu yang telah memasuki masa dewasa. Hal ini juga menjadi salah satu tuntutan pada tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian dunia yang terjadi pada beberapa periode terakhir turut mewarnai perkembangan dan aktivitas bisnis dalam negeri baik secara langsung dan tidak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Kehidupan merupakan sesuatu yang bersifat kontinyu. Hal tersebut berarti segala sesuatu akan berubah dan tidak ada yang abadi. Hal ini menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi modern. Mengelola sumber daya manusia secara efektif menjadi tanggung jawab setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dinamika kerja saat ini menimbulkan tantangan baru bagi mental pekerja, salah satunya adalah ancaman stres. Diuraikan dalam Harvey et al. (2012), dari beberapa

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam keberlangsungan perusahaan dan pencapaian tujuan. memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam keberlangsungan perusahaan dan pencapaian tujuan. memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia dalam perusahaan merupakan faktor penting untuk perusahaan dalam keberlangsungan perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, merupakan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya organisasi pada bidang industri. Setiap hari manusia melakukan berbagai kegiatan, bergabung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja, yaitu baby boomers ( ), generasi X ( ), dan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja, yaitu baby boomers ( ), generasi X ( ), dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam dunia kerja terdapat tiga generasi yang mewarnai tenaga kerja, yaitu baby boomers (1944-1960), generasi X (1965-1976), dan generasi Y (1977-2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Buruh Internasional (ILO) adalah badan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) khusus bertugas mempromosikan kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa di Amerika Serikat berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Dampak krisis yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya setiap manusia menginginkan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam mempertahankan kehidupannya dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian dewasa ini menunjukan perkembangan yang semakin pesat sekaligus meningkatnya tingkat persaingan usaha. Kondisi demikian menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia ketenagakerjaan Indonesia pada tahun 2014 menunjukan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia ketenagakerjaan Indonesia pada tahun 2014 menunjukan adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dunia ketenagakerjaan Indonesia pada tahun 2014 menunjukan adanya sedikit penurunan, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya pengangguran dan meningkatnya kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan dan menentukan nasib perusahaan kedepannya untuk mengembangkan usaha dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga sangat memukul sektor finansial. Bahkan angka kerugian di sektor finansial dilaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu dalam melakukan suatu aktivitas kerja, baik di dalam perusahaan maupun organisasi. Masyarakat menyadari

Lebih terperinci

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kunci keberhasilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Safitri Hamzah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Safitri Hamzah, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi berkepentingan dalam hal pencapaian tujuan dari organisasi. Pencapaian tujuan ini tentu saja membutuhkan kinerja terbaik yang mampu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan juga merupakan faktor krisis yang dapat menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan juga merupakan faktor krisis yang dapat menentukan maju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan, dengan segala kebutuhannya dalam sebuah perusahaan. Sumber daya manusia adalah ujung tombak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan usaha untuk mempertahankan hidup. Usaha untuk mempertahankan hidup untuk semua makhluk hidup dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan dimana mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di dunia telah mengalami kemajuan yang pesat, khususnya di Indonesia yang saat ini telah memasuki era globalisasi. Hal ini ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai era tahun 1980-an, para analis ketenagakerjaan pada umumnya menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius (Depnakertrans, 2004a).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, perkembangan dunia bisnis begitu pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, perkembangan dunia bisnis begitu pesat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, perkembangan dunia bisnis begitu pesat terlebih dengan adanya perubahan pada persaingan perdagangan bebas yang semakin memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bisa bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bisa bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tabungan dan Investasi merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi. Negara berkembang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sumber dana yang besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangatlah penting karena BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangatlah penting karena sumber daya manusia sebagai pengelola sistem. Agar sistem ini tetap berjalan tentu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi dan perubahan-perubahan ekonomi membawa dampak cukup besar bagi dunia bisnis di Indonesia. Persaingan domestik maupun internasional yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dengan tujuan utama untuk mencari keuntungan semaksimal. keuntungan yang lebih besar. Akan tetapi permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dengan tujuan utama untuk mencari keuntungan semaksimal. keuntungan yang lebih besar. Akan tetapi permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan peningkatan kondisi perekonomian di Indonesia menuntut adanya persaingan yang ketat di dalamnya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Faisal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Faisal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang menyebabkan banyak perusahaan yang dalam tiga dekade terakhir ini berhasil keluar

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin ketat. Dunia perekonomian berjalan dengan sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena dapat mengakibatkan dampak yang sangat luas baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah surat kabar Harian Jogja Express tertanggal 13 September 2012 menulis sebuah artikel yang sangat menarik. Dalam tulisannya, diinformasikan bahwa batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Salah satu kuci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Salah satu kuci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi organisasi menghadapi berbagai tantangan yang makin kompleks dalam mencapai tujuannya. Tantangan tersebut di antaranya dapat berupa ketersediaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini sudah mencapai lebih 200 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan kerja,

Lebih terperinci