BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam pekejaan monitoring konstruksi, displin ilmu geodesi sangat membantu dalam hal pengukuran dan penyajiaan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk model tiga dimensi dengan posisi koordinat yang teliti yang merupakan hasil kegiatan pemodelan 3D. Salah satu alat survei pemetaan yang berkembang saat ini untuk perkerjaan monitoring konstruksi adalah terrestrial laser scanner (TLS). Alat ini merupakan teknologi pemetaan fotogrametri jarak dekat yang bisa merekam obyek disekitarnya dengan teliti dalam waktu singkat. Data hasil perekaman alat ini berbentuk titik awan yang sangat banyak atau lebih sering dikenal dengan point clouds. Data point clouds bisa dibuat menjadi model tiga dimensi obyek atau konstruksi yang direkam oleh TLS. Konstruksi wahana permainan air merupakan konstruksi yang terbuat dari beberapa paduan logam. Konstruksi wahana permainan yang terbuat dari campuran logam sangat rentan dengan kerusakan dan korosi pada materialnya. Hal ini disebabkan oleh faktor air dan interaksinya yang langsung dengan sinar matahari. Kerusakan pada wahana permainan air akan sangat berbahaya jika dibiarkan, mengingat faktor keselamatan bagi para pengguna. Sehingga pekerjaan monitoring terhadap konstruksi wahana tersebut menjadi kegiatan yang sangat penting bagi pihak pengelola. Untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam kegiatan monitoring wahana permainan air, aplikasi teknologi TLS dapat menjadi solusi untuk pemodelan 3D wahana tersebut. Aplikasi teknologi TLS dalam akusisi data lapangan merupakan teknologi tepat dalam hal mendapatkan informasi posisi dan bentuk konstruksi wahana permainan air dengan teliti. Data point clouds hasil pengukuran dapat diproses dan ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi. Hasil model 3D menjadi acuan kegiatan monitoring dan alternatif penyimpanan serta penyajian data wahana permainan air. 1

2 2 Permasalahan monitoring konstruksi wahana permainan air merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh pihak pengelola penyedia jasa rekreasi permainan air yaitu The Jungle Adventure Waterpark, Bogor, Jawa Barat. Pentingnya monitoring disebabkan masalah faktor korosi pada konstruksi wahana air serta umur konstruksi yang sudah cukup tua. Dalam pelaksanaan tugas akhir ini akan dilakukan pembuatan model solid 3D wahana permainan air water droop kids pool. Wahana tersebut merupakan salah satu wahana yang ada di The Jugle Adventure Waterpark. Pembuatan model 3D ini menggunakan alat terrestrial laser scanner Leica c10 dalam akuisisi data lapangan. Hasil model 3D akan menjadi data acuan dalam kegiatan monitoring bagi pihak pengelola. I.2. Lingkup Kegiatan Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka lingkup kegiatan aplikatif sebagai berikut: 1. Pengukuran data lapangan menggunakan Terrestrial Laser Scanner Leica C Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat lokal. 3. Data diproses dengan metode registrasi target to target dengan ekspetasi ketelitian proses registrasi nilai RMSE (root mean square error) kurang dari 0,011 meter. 4. Obyek wahana permainan air yang dimodelkan yaitu Water Drop Kids Pool. 5. Pemodelan tidak dilakukan pada bagian obyek yang teredam air. I.3. Tujuan Tujuan dari kegiatan aplikatif ini adalah melakukan pemodelan 3D wahana permainan air menggunakan data terrestrial laser scanning.

3 3 I.4. Manfaat Manfaat dari hasil model 3D ini adalah : 1. Menjadi data acuan dalam kegiatan monitoring dan perencanaan bagi insinyur serta pihak pengelola wahana permainan air Water Drop Kids Pool di The Jungle Adventure Waterpark, Bogor, Jawa Barat. 2. Menjadi alternatif penyajian informasi secara 3D bagi pihak pengelola The Jungle Adventure Waterpark, Bogor, Jawa Barat. I.5. Landasan Teori Pemahaman konsep dan teori tentang pemodelan tiga dimensi dan konsep pengukuran dengan alat terresetrial laser scanner sangat diperlukan sebagai dasar pemikiran dalam pelaksanaan tugas akhir ini. I.5.1. Alat Terrestrial Laser Scanner Alat Terrestrial Laser Scanner (TLS) merupakan alat untuk mengukur dan merekam data koordinat suatu obyek yang posisi alat survey ini berada di permukaan bumi. Alat ini menghasikan data dengan bentuk point clouds. Data point clouds merupakan titik-titik yang berjumlah sangat banyak serta ada koordinat X,Y,Z nya. Keuntungan penggunaan alat ini adalah dalam hal waktu pengambilan data lebih cepat serta persebaran data yang diakuisisi lebih rapat dan pengukuran dilakukan tanpa menyentuh langsung obyek yang diukur, sehingga mengurangi resiko dalam pekerjaan. (Wibowo, 2013).

4 4 Gambar I.1. Alat terrestrial laser scanner C10 (Sumber gmv.cast.uark.edu) Prinsip pengukuran dasar TLS adalah menggunakan pemanfaatan sinar laser yang dipacarkan oleh alat, dan tercerminkan oleh obyek lalu dikembalikan ke sistem penerima pada alat sehingga alat dapat mengetahui jarak dari obyek-obyek yang di rekam. Laser adalah kepanjangan dari Light Amplificaton by Stimulated Emission of Radiation. Laser merupakan sensor aktif yang tidak tergantung oleh pencahayaan yang ada disekitarnya dan dimanfaatkan dalam teknologi penyiaman data di alat ini (Wibowo, 2013). I.5.2. Sistem Perekaman Data Prinsip dasar perekaman data pada TLS adalah pulsa ditransmisikan tercermin dari obyek yang kemudian dikembalikan ke sistem penerima, alat yang memancarkan gelombang sinar laser hingga mengenai obyek yang diukur kemudian obyek tersebut memantulkan kembali gelombang sinar tersebut ke sistem penerima (Kholiq, 2006). Teknologi ini di namakan Time of Filght, yaitu waktu tempuh sinar pulang pergi dimanfaatkan untuk mengukur jarak antara obyek dan alat sesuai dengan rumus (1.1) berikut :.(1.1)

5 5 Keterangan : R : Jarak dari alat ke obyek (meter) c : Cepat rambat gelombang (meter/second) Δt : Waktu tempuh (second) Data yang direkam oleh alat terrestrial laser scanner selain jarak antara pusat alat dengan obyek juga merekam data sudut horizontal dan sudut vertikalnya. Data-data tersebut digunakan untuk penentuan posisi kordinat tiga dimensi obyek (X,Y,Z) sesuai dengan persamaan yang digunakan sebagai berikut :..(1.2)...(1.3) (1.4) Dimana : R : Jarak antara scanner dengan obyek α : Sudut horizontal scanner ke obyek β : Sudut vertikal scanner ke obyek X,Y,Z : Kordinat X,Y,Z point cloud X,Y,Z Gambar I.2. Prinsip pengukuran terrestrial laser scanner (Soeta at, 2005)

6 6 I.5.3. Data Point Clouds Data point clouds atau titik awan merupakan titik-titik yang ada koordinat tiga dimensinya. Titik-titik tersebut direkam oleh alat scanner dengan jumlah yang sangat banyak. Menurut (Quintero dkk, 2008) point clouds merupakan sekumpulan titik dalam sistem koordinat tiga dimensi yang mana juga memberikan informasi tambahan berupa warna atau nilai reflektivitas. Dalam dimensi point clouds, suata titik biasanya mempresentasikan koordinat X,Y, dan Z pada permukaan obyek. Ketika titik tersebut memberikan informasi warna atau intensitas, titik tersebut menjadi 4 dimensi. Contoh point clouds dengan obyeknya akan ditampilkan pada Gambar I.3. Gambar I.3. Point clouds beserta obyeknya ( Sumber: National Research Council Canada) Ada beberapa bentuk data point clouds berformat type data.ptx,.pts dan lainnya. Cara memperoleh data point clouds biasanya melalui pengukuran terrestrial laser scanner dan survey lidar. Data point clouds juga bisa didapat melalui ektraksi pada foto dan citra dalam pekerjaan fotogrameti atau penginderaan jauh.

7 7 I.5.4. Registrasi Data Point Clouds Setelah data point clouds terekam diperlukan penggabungan data agar bisa dilakukan pemodelan obyek. Hal ini disebabkan data point clouds masih dalam bentuk scanworld yang berbeda-beda. Maka perlu dilakukan penggabungan agar data yang berbeda-beda tadi bisa menjadi satu dan memiliki sistem koordinat yang sama. Pemodelan 3 dimensi baru bisa dilakukan pada point clouds yang telah teregistrasi. Dalam proses registrasi point clouds dikenal beberapa metode yang sering digunakan menurut (Reddington, 2005) yaitu I Metode Target To Target. Metode ini merupakan metode paling umum dan sering digunakan. Metode ini menggunakan titik target yang dipasang disekitar obyek dan diidentifikasi pada saat penyiaman data sebagai titik ikat sewaktu registrasi. Penyebaran dan banyaknya target yang digunakan sangat mempengaruhi kualitas data saat proses registrasi data. Target yang digunakan ada bermacam-macam bentuk yaitu seperti target bola, planar dan lainnya. Minimal target yang digunakan saat penyiaman data berjumlah 3 buah target, karena pada transformasi koordinat 3D terdapat 7 parameter. Gambar I.4. Ilustrasi registrasi metode target to target (Reshetyuk, 2009)

8 8 I Metode Cloud To Cloud. Pada metode ini tidak ada target yang digunakan, titik ikat yang dipakai berasal dari titik-titik hasil perekaman. Titik-titik yang dipakai adalah titik-titik yang bisa diidentifikasi posisi dan kebenaran titik tersebut dari data penyiaman. Syarat agar data scanworld dapat diregistrasi pada metode ini adalah minimal pertambalan data antar scanworld adalah 20% dari daerah yang direkam. Kelebihan metode ini adalah dari segi efisiensi waktu yang dibutuhkan saat pengukuran dan biaya yang dikeluarkan lebih murah karena tidak memerlukan penggunaan target. Keuntungan lain dari penggunaan metode ini adalah titik-titik ikat atau point clouds yang menjadi acuan bisa diganti-ganti untuk menghasil kualitas data registrasi yang lebih tinggi. Dalam proses registrasi data scanworld dapat dilakukan 2 tahapan registrasi yaitu registrasi secara bertahap dan secara keseluruhan. Registrasi bertahap adalah registrasi scanworld dilakukan dalam beberapa tahap registrasi sedangkan registrasi secara keseluruhan adalah registrasi scanworld yang dilakukan satu kali tahapan registrasi. I Metode Kombinasi. Metode registrasi ini adalah gabungan antara metode target to target dan metode cloud to cloud. Metode ini digunakan untuk menghasilkan data registrasi yang lebih akurat. I.5.5. Uji Ketelitian Registrasi RMSE (root mean square error) merupakan nilai yang digunakan untuk menampilkan ketelitian dengan melibatkan semua faktor kesalahan yang terjadi selama proses pengukuran atau produksi data. Uji ketelitian proses registrasi bisa dilihat dari nilai RMSE (root mean square error). Besarnya nilai RMSE akan berbanding terbalik dengan nilai kualitas ketelitian data. Semakin tinggi nilai RMSE, berarti akan semakin kecil nilai ketelitian data tersebut. Pada tugas akhir ini nilai dari toleransi kesalahan berdasarkan pada single point positional accuracy yang merepresentasikan nilai ketelitian posisi untuk setiap point clouds. Nilai ketelitian posisi ini didasarkan pada besarnya kesalahan pada sumbu X(dx), kesalahan pada sumbu Y(dy), dan kesalahan pada sumbu Z (dz) (Wibowo, 2013).

9 9 Besarnya nilai kesalahan pada sumbu Y dengan kesalahan pengukuran jarak yaitu sebesar ±4mm, sedangkan nilai kesalahan pada sumbu X dan sumbu Z dengan kesalahan pengukuran sudut sebesar 60 mikroradian. Besarnya nilai dx dan dz pada jarak 50 m dapat ditentukan sebagai berikut (Reddington, 2005). Diasumsikan bahwa: 5 mikroradian = 1 arc second 60 mikroradian = 12 arc second dx=dz = sin(12 second) 50m = 3mm Nilai single point positional accuracy dapat ditentukan sebagai pada rumus (1.5) berikut: π =...(1.5) = = = 5,85 mm Besarnya nilai toleransi kesalahan ditetapkan berdasarkan tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut (Soeta at, 2003). Nilai toleransi kesalahan = 1,96π = 1,96(5.85 mm) = 11,46 mm = 0,011 meter Proses hitungan diatas menyimpulkan bahwa proses registrasi dapat dinyatakan memenuhi toleransi kesalahan apabila nilai RMSE yang diperoleh adalah < 0,011 meter. RMSE (Root Mean Square Error) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk menunjukan ketelitian dengan melibatkan semua faktor kesalahan yang terjadi selama proses pengukuran atau memproduksi data. standar deviasi adalah menggambarkan nilai dari rata-rata sampel atau lebih kepresisian. Definisi matematis dari RMSE mirip dengan

10 10 kesalahan baku, yaitu akar kuadrat dari rata-rata jumlah kuadrat residual sesuai dengan rumus (1.6) berikut : (1.6) Dengan : : kesalahan baku : nilai sebenarnya Xi : nilai hasil ukuran n : jumlah pengukuran I.5.6. Geometri Obyek Sederhana Pada umumnya pembentukan model 3D tersusun dari proses penggabungan beberapa bentuk model geometri obyek sederhana. Beberapa model kecil obyek dibentuk yang mewakili bentuk asli obyek lalu dihubungkan dan disatukan antar model obyek sehingga menjadi kesatuan bentuk model 3 dimensi yang utuh. Obyek sederhana merupakan suatu obyek yang bentuknya teratur yang besaran bisa ditentukan melalui perhitungan matematis (Sarinurrohman, 2005). Ada berapa obyek sederhana itu bola, kotak dan silinder dimana dari bentuk tersebut dapat ditentukan luas dan volumenya. Berikut rumus perhitungan dari obyek sederhana seperti bola, kotak, kerucut dan silinder (Yogiswara, 2014) : a. Bola Volume = 4/3 x π x r³....(1.7.) Luas Selimut = 4 x π x r²... (1.8.) π : 3,14 r : jari-jari lingkaran

11 11 Gambar 1.5. Bola Gambar 1.5 adalah ilustrasi dari bentuk bola dan komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan untuk mewakili bentuk penutup pipa dan equipment lainnya wahana permainan air. b. Kotak Volume = p x l x t...(1.9.) Luas Selimut = 2p x l + 2p x t + 2l x t (1.10.) Keterangan : p : panjang l : lebar t : tinggi Gambar 1.6. Kotak

12 12 Gambar 1.6 adalah ilustrasi dari bentuk kotak dan komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan untuk mewakili bentuk bangunan lantai dan equipment lainnya wahana permainan air. c. Kerucut Luas alas = π x r² (1.11.) Luas selimut = π x r x s (1.12.) Luas permukaan = Luas alas + Luas selimut Volume = 1/3 x π x r² x t (1.13.) Garis pelukis =......(1.14.) Keterangan : π : 3,14 r : jari-jari lingkaran t : tinggi kerucut s : garis pelukis Gambar 1.7. Kerucut Gambar 1.7 adalah ilustrasi dari bentuk kerucut dan komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan untuk mewakili bentuk ember dan equipment lainnya wahana permainan air.

13 13 d. Silinder ( tabung ) Luas alas = π x r²......(1.15.) Luas sisi = t x K....(1.16.) Keliling = π x 2r...(1.17.) Luas sisi = π x r² x t...(1.18.) Keterangan : π : 3,14 r : jari-jari lingkaran t : tinggi K: keliling Gambar 1.8. Silinder Gambar 1.8 adalah ilustrasi dari bentuk silinder dan komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan untuk mewakili bentuk jaringan pipa dan beberapa equipment lainnya wahana permainan air. I.5.7. Pemodelan 3D Pemodelan 3D merupakan kegiatan yang membangun bentuk model dari obyek, yang mirip dengan bentuk aslinya di media digital. Salah satu tujuan dari pemodelan adalah untuk sarana komunikasi yang lebih nyata dalam menampilan obyek. Ada banyak aspek yang berpengaruh dalam kualitas pemodelan obyek 3D yaitu dari mulai metode yang digunakan dalam akuisisi data obyek, tujuan dari pemodelan, tingkat kerumitan bentuk obyek, perhitungan biaya, dan kemudahan dalam manipulasi

14 14 model. Dalam pemodelan diperlukan kegiatan perancangan model dasar 3D, pencahayaan dan animasi obyek (Yogiswara, 2014). Model 3D adalah merupakan bentuk dari benda yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi atau lebih dikenal koodinat x,y,z. Istilah yang sering dipakai dalam animasi dan seni (Margarita dkk, 2012) Menurut (Dalgarno, 2002) ada beberapa karakteristik utama dalam pemodelan tiga dimensi yaitu sebagai berikut : 1. Dalam proses pemeodelan tiga dimensi, menggunakan titik-titik X,Y,Z dalam membentuk informsi geometri tiga dimensinya. 2. Ada beberapa obyek yang menanggapi aksi dari pengguna, informasi menampilkan informasi saat obyek dipilih. 3. Pandangan pengguna dibuat sesuai dengan posisinya sekarang dalam ruang 3D. 4. Ada beberapa elemen suara dalam mendukung penyajian dan memberi kesan nyata bagi model 3D. I Filtering. Filtering merupakan tahapan pembersihan data point clouds agar terbebas dari data-data yang tidak diinginkan noise dan ouliers (Taufik, 2014). Data point clouds hasil pengukuran pasti memiliki noise yang merupakan data yang tidak digunakan dalam proses pemodelan. Ada dua teknik dalam proses filtering yaitu teknik fencing dan teknik cut by intensity yang biasa dilakukan yaitu : a. Teknik fence yaitu membatasi area point clouds menggunakan garis yang membentuk poligon. Berdasarkan poligon tersebut, dapat ditentukan area luar atau dalam dari point clouds untuk dihapus. Teknik fence ini dilakukan onscreen pada layar monitor.

15 15 Gambar I.9. Ilustrasi teknik fencing b. Teknik cut by intensity yaitu metode ini memisahkan point clouds berdasarkan intesitasitas pantulan laser yang diterima. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan sampling intensitas dari obyek yang akan dipisahkan, misalkan tanah. Tahap selanjutnya sampling beberapa titik yang mempresentasikan obyek tanah menunjukan bahwa intensitas pantulan tanah berada pada selang 0,1 0,2. Untuk point clouds yang memiliki intesitas diluar selang tersebut dihapus karena dianggap bukan merupakan pantulan tanah. Setelah dilakukan pemisahan intensias masih terdapat noise yang bukan merupakan representasi tanah dalam rentang intesitas yang sama. Sehingga masih memerlukan proses filtering dengan metode fence agar data benar-benar bebas dari noise (Taufik, 2014). Gambar I.10. Ilustrasi teknik cut by intensity (Taufik, 2014)

16 16 I Pembentukan Model Tiga Dimensi Dari Point Clouds Dengan Metode Region Grow. Metode region growing adalah metode pembentukan model obyek solid dengan operasi pembentukan melihat kedekataan posisi point clouds dalam satu sub region lalu membentuk sebuah region atau model obyek solid. Ada beberapa tahapan dalam proses region growing yaitu memilih point sebagai seed point, lalu mencari point tetangga yang mirip, lalu atas pendekatan point-point ketetanggaan yang mirip itu membentuk obyek sesuai kemiripan bentuk.(yogiswara, 2014) Menurut Bryan S. Morse di tahun 2000 dalam Lecture 18 : Segmentation (region based) menyebutkan beberapa tahapan dalam region growing, yaitu : a. Pemilihan seed point Pemilihan atau penentuan seed point dilakukan pengguna secara interaktif dengan cara mengklik dengan mouse pada point yang diinginkan dan idealnya merata pada semua bagian obyek. Dalam proses segmentasi keseluruhan dilakukan dengan menyebar seed point pada sekitar obyek. b. Scanning Penambahan point daerah dan pemilihan daerah baru diperlukan dalam pembentukan model obyek. Sehingga ada fungsi pelabelan terhubung antar komponen yang sama dengan ukuran kesamaan bukan binernya. c. Region Merging Pada dua point atau lebih seed point yang berdekatan jika memiliki kesamaan lalu menggabungkan seed tersebut menjadi satu wilyah. Jika dua daerah yang berdekatan secara kolektif memiliki kemiripan yang cukup maka daerah tersebut akan digabungkan. Penilaian kesamaan dinilai dari informasi dari masing-masing daerah. d. Split and Merge Algoritma

17 17 Dalam komputasi proses penggabungan murni kurang efisien karena dimulai dari setiap seed yang sangat banyak (point induvidu). Gambar I.11. Ilustrasi pembentukan model tabung dengan metode region growing Dalam proses pembentukan model obyek dengan metode region growing sangat tergantung pada pemilihan seed point, karena pemilihan seed point yang salah atau pemilihan seed point pada noise akan membentuk region atau model obyek yang salah atau tidak sesuai maka dilakukan pemilihan seed point ulang. Tahapan region growing bisa dilihat pada gambar I.12. Mulai Point clouds yang sudah siap dimodelkan Pemilihan seed point A B

18 18 A B Tidak Pemilihan point tetangga yang sesuai standar deviasi Ya Model region grow yang telah dikembangkan Gambar I.12. Diagram alir pembentukan objek metode region growing (Yogiswara, 2014) Secara umum pembentukan model solid 3 dimensi dengan metode region growing efektif pada pembentukan model geometri sederhana seperti pipa (silinder), dan bola. Dianggap efektif karena biasanya sudah ada menu pembentukan model geometri sederhana pipa, bola dan kotak sudah otomatis disediakan software modeling 3 dimensi, seperti software Cyclone. I Pemodelan Obyek Tiga Dimensi Point Clouds Dengan Metode Digitasi. Merupakan metode pembentukan model obyek solid dengan cara membentuk bidang poligon sesuai dengan interpretasi bentuk obyek dari point clouds yang dibentuk patch yang lalu di extrude sehingga terbentuknya model 3D. Pada intinya proses ini mirip seperti proses digitasi pada citra yaitu bertujuan untuk mengkoversi data raster menjadi data vektor. Sedangkan pada pemodelan membentuk model 3D berdasarkan data point clouds obyek hasil penyiaman scanner. Proses digitasi poligon dilakukan diatas point clouds sehingga hasil pembentukan model sama dengan bentuk obyek yang ditampilkan point clouds. Metode ini efektif digunakan pada pembentukan model yang geometrinya rumit atau tidak sederhana.

19 19 Gambar I.13. Ilustrasi pembentukan model solid dengan metode digitasi poligon I Texturing. Proses texturing merupakan tahapan pemberian texture atau warna pada material permukaan model sehingga model yang dihasilka sesuai dengan obyek asli atau yang kita inginkan. Proses texturing dilakukan setelah pemodelan solid 3D selesai. Manfaat proses texturing membuat obyek menjadi lebih nyata, sehingga bentuk model menjadi lebih informatif. I.5.8. Uji Kualitas Data Proses kontrol dan mengukur ciri-ciri kualiatas produk dengan spesifikasi dan standar yang telah ditentukan. Lalu mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan dan ukuran sebenarnya dengan standarnya dinamakan kontrol kualitas (Purnomo, 2004). Kegiatan pengendalian kualitas pada umumnya meliputi ada dua kegiatan seperti berikut (Purnomo, 2004): 1. Pengamatan terhadap performansi bentuk yaitu perbandingan yang dilakukan terhadap dua obyek atau model lalu untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari obyek dan model yang dibandingkan. 2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku yaitu perbandingan dengan adanya suatu standar yang sudah paten dan

20 20 menjadi acuan terhadap kontrol kualitas pembanding terhadap obyek model lain. Dalam menguji kualitas data atau model tiga dimensi, ada dua pokok bahasan yang di uji yaitu dari segi geometri dan segi semantik (bentuk) model. Kontrol kualitas geometri pada umumnya berfokus pada analisa ukuran model sedangkan kontrol kualitas dari segi bentuk berfokus pada analisa perbandingan bentuk dan kelengkapan model tiga dimensi yang dibandingkan dengan obyek yang dimodelkan. I Uji Kualitas Geometri. Uji kualitas geometri dilakukan berdasarkan perbandingan antara ukuran yang dianggap benar dengan ukuran dimensi model. Perbandingan ukuran yang dilakukan pada bagian yang sama. Dalam analisis statistik kontrol kualitas data secara geometri untuk mendeteksi kesalahan blunder pada hasil pemodelan, maka diperlukan rentang kepercayaan dari masing-masing nilai populasi ukuran model 3D. Berikut rumus (1.19) rentang tingkat kepercayaan. ( Charles D. Ghilani, Paul R. Wolf, 2006). (1.19) : Simpangan baku : level siqnifikan yang digunakan X : Rata- rata simpangan baku tdf : derajat kebebasan : nilai hasil ukuran n : jumlah ukuran I Uji Kualitas Semantik. Uji kualitas semantik merupakan uji kualitas berdasarkan bentuk dan kesesuain model yang dihasilkan dengan obyek aslinya. Uji kualitas ini dilakukan berdasarkan perbandingan langsung antara obyek dan model yang dihasilkan. Uji kualitas semantik lebih berorientasi pada kesesuaian bentuk, warna dan kelengkapan bagian obyek yang dimodelkan. Secara keseluruhan proses uji kualitas ini sangat mempengaruhi hasil model yang dibuat.

21 21 I.5.9. Visualisasi Model 3D Visualisasi merupakan tahapan perubahan data, informasi, pengetahuan menjadi sebuah gambar atau sebuah animasi yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data informasi dan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil visualisasi menurut Prasetyawan (Fitriana dkk, 2012) Prespektif manusia meliputi pandangan manusia dalam memahami hasil visualisasi, serta faktor yang mempengaruhi hasil visualisasi menurut (Fitriana dkk, 2012) sebagai berikut: 1. Display resolution meliputi faktor yang mempengaruhi penampilan visualisasi pada sebuah alat yaitu berupa monitor, flat panel, dinding, dapat diukur dengan pixels, display size, display fidelity. 2. Interaktif meliputi menyampaikan informasi dengan melibatkan user secara langsung dalam penyajiannya. 3. Stuktur data dan algoritma meliputi bentuk data yang efisien dalam penyajian informasi visualisasi. 4. Computational Infrastructure meliputi kecepatan CPU, graphic card, kapasitas penyimpanan.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang VICO atau Virginia Indonesia Company, merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virginia Indonesia Company (VICO) berencana memodifikasi beberapa kilang (plant) yang berlokasi di Pamaguan, Nilam 2, Nilam 4, Nilam 5 dan Badak. VICO perlu membangun

Lebih terperinci

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Listrik merupakan sumber energi yang paling vital di dunia ini. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam memasok energi listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang As built drawing adalah produk dan dokumen pemeliharaan konstruksi pada semua instalasi proyek. Sebuah dokumen As built drawing memuat perubahan yang ada di lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dengan menggunakan uap sebagai penggerak utama dan menggunakan bahan bakar residu (Sunarni dkk, 2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangunan sejarah mempunyai nilai penting di suatu negara karena dari bangunan bersejarah tersebut dapat diketahui kisah yang terkait dari bangunan tersbut. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya pada daerah perkotaan menyebabkan orientasi pembangunan mengarah secara vertikal pada pemanfaatan ruang baik ke atas maupun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI 4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan data pengukuran terestris menuntut pemenuhan aspek efisien, efektif, presisi dan akurat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup survei

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik 83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia hidup di bumi yang merupakan dunia 3D. Para peneliti dan insinyur kebumian telah lama mencoba membuat tampilan grafis tentang aspek spasial 3D dari dunia nyata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan bersejarah atau heritage building, yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan (budaya) masa lalu. Keberadaan Museum Benteng

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pemodelan balik sering dikenal juga reverse engineering adalah teknik pemodelan ulang dari benda yang sudah ada. Teknik ini berlaku dalam bidang geodesi. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS)

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (49-54) ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) Agung Budi Cahyono, Alif Fariq an Setiawan Departemen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM) Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 4 No. 4 Desember 2009 : 154-159 PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM) Susanto *), Atriyon Julzarika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007] BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN (LIGHTING)

PENCAHAYAAN (LIGHTING) PENCAHAYAAN (LIGHTING) S1 Tekinik Informatika 1 Model Pencahayaan Tujuan pencahayaan dalam grafika komputer adalah untuk menghasilkan tampilan senyata mungkin Model pencahayaan secara matematika harus

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek pada permukaan bumi dengan analisis data yang

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan A723 Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan Reza Fajar Maulidin, Hepi Hapsari Handayani, Yusup Hendra Perkasa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA Bab pembahasan ini berisi tentang proses pengambilan dan pengolahan data. Proses pengambilan dengan TLS dibagi menjadi dua bagian yaitu proses persiapan dan proses pengukuran.

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Masalah Penggunaan citra digital telah menjadi semakin popular akhir-akhir ini. Hal ini menyebabkan program pengolah grafis untuk memanipulasi citra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi

Lebih terperinci

Sistem Koordinat 3D. +y +y

Sistem Koordinat 3D. +y +y Pendahuluan Grafika Komputer dalam aplikasinya terbagi menjadi 2 : Grafika 2D Grafika 3D Aplikasi 2D banyak dipakai dalam pembuatan grafik, peta, kreasi 2D yang banyak membantu pemakai dalam membuat visualisasi.

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.

Lebih terperinci

BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA

BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA A. Pendahuluan Latar belakang Robot selain diterapkan untuk dunia industri dapat juga diterapkan untuk dunia pertanian. Studi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini dan semakin kompleksnya pekerjaan-pekerjaan engineering yang menuntut ketelitian dan kecepatan tinggi

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi secara umum merupakan disiplin ilmu kebumian yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian bumi dan benda-benda langit lainya, termasuk medan gaya

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA EDY WINARNO fti-unisbank-smg 24 maret 2009 Citra = gambar = image Citra, menurut kamus Webster, adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Citra Citra (image) atau istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun

Lebih terperinci

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Definisi Citra Citra (Image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Secara matematis, citra merupakan fungsi terus menerus (continue)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta

Lebih terperinci

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM.

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM. PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI Disusun Oleh : Hery Pramono NPM. 0434010389 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

Animasi Objek 2 Dimensi GAMBAR BITMAP

Animasi Objek 2 Dimensi GAMBAR BITMAP Animasi Objek 2 Dimensi `Animasi objek 2 Dimensi terdiri dari bitmap dan vektor.metode- metode ini menginterpretasikan input, menghitungnya dan menampilkannya pada output grafis seperti monitor.gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan arus informasi yang semakin transparan, serta perubahan-perubahan dinamis yang tidak dapat dielakkan

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

ANALISA PERANCANGAN SISTEM Gambar 2.16. Black Bo Pengujian black bo adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin banyak penerapan teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan perkembangan pemanfaatan energi dan sumber daya alam di laut Indonesia, maka ini

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam penetapan standar ketelitian peta

Lebih terperinci

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Wahyu Saputra Wibawa 1, Juni Nurma Sari 2, Ananda 3 Program Studi

Lebih terperinci

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan : Tujuan : KOREKSI GEOMETRIK 1. rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar kordinat citra sesuai dengan kordinat geografi 2. registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Memainkan game dikomputer sangat menyenangkan, namun akan lebih menyenangkan bila kita dapat memainkannya secara bersamaan dengan dua komputer

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR KARTOGRAFI DIGITAL Oleh Gondang Riyadi hal 1 Perkembangan Teknologi Pemetaan Teknologi pemetaan yang pada awalnya dilakukan secara manual (konvensional) bergeser kearah digital. Termasuk di dalamnya teknik

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODUL AJAR GRAFIKA KOMPUTER BERBASIS WEB UNTUK OBYEK TIGA DIMENSI

PEMBUATAN MODUL AJAR GRAFIKA KOMPUTER BERBASIS WEB UNTUK OBYEK TIGA DIMENSI PEMBUATAN MODUL AJAR GRAFIKA KOMPUTER BERBASIS WEB UNTUK OBYEK TIGA DIMENSI Dwi Prihanto* Abstrak: Modul grafika komputer berbasis web adalah modul grafika yang dapat menggambarkan atau mensimulasikan

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci