PENGARUH REKOMENDASI ATAS TEMUAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH REKOMENDASI ATAS TEMUAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)"

Transkripsi

1 PENGARUH REKOMENDASI ATAS TEMUAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN) Oleh: Indah Umiyati, SE ABSTRAK Kredit bermasalah (Non Performing Loan) merupakan masalah serius yang masih menghantui Perbankan Indonesia sehingga harus segera ditangani dan diambil jalan keluarnya, karena kredit bermasalah tidak saja menimbulkan kerugian Bank tapi juga mempengaruhi kesehatan Bank itu sendiri. Untuk itu diperlukan review dan evaluasi berupa audit operasional untuk memastikan bahwa kegiatan perkreditan dalam hal ini pengelolaan kredit dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga kredit yang disalurkan tidak menjadi kredit bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris apakah ada pengaruh yang signifikan antara rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan). Dalam penelitian ini rekomendasi atas temuan audit operasional diukur dengan menggunakan persentase jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktifa produktif-kredit yang ditindaklanjuti, sedangkan tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) diukur dengan menggunakan persentase jumlah kredit yang diberikan bermasalah. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa t hitung= -8,7304 sedangkan t tabel= -3,1825 (df= 3, α= 0,05) dan dari hasil tersebut maka diputuskan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan). Kata Kunci : Rekomendasi atas temuan audit operasional dan tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) *) Dosen Tetap Prodi Akuntansi STIESA Pendahuluan Sektor perbankan merupakan sektor ekonomi yang memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian nasional. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam berbagai alternatif. Sehubungan hal tersebut bank sebagai lembaga intermediasi di tuntut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi usahanya sehingga mampu bersaing secara sehat dalam pasar yang makin kompetitif. Kondisi kesehatan bank sebagai usaha dibidang jasa yang bertopang sebagai lembaga kepercayaan menjadi penting bagi semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank. Kondisi perbankan pada tahun 1997 telah meluluhlantakan kondisi perbankan nasional. Memburuknya kondisi perbankan pada awal krisis tersebut ditandai dengan memburuknya kualitas kredit yang tercermin dalam rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan yang meningkat sangat tinggi. Selain itu fungsi intemediasi perbankan tidak berjalan dengan baik sehingga tidak mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi nasional. Disisi kelembagaan jumlah bank umum Indonesia memang tidak sebanyak sebelum krisis. Banyak yang sudah 80

2 meninggalkan gelanggang perbankan, baik karena dibekukan kegiatan usahanya, dilikuidasi maupun atas kehendak pemegang saham bank itu sendiri, sebagian lagi melakukan merger menjadi bank yang lebih besar. Menurut kajian biro riset info bank, saat ini kinerja keuangan perbankan Indonesia mulai membaik, hal tersebut terlihat dari rating terhadap 132 bank yang dilakukan oleh biro riset info bank tahun 2005 berdasarkan kinerja keuangan bank, bahwa bank-bank yang mendapat predikat sehat berjumlah 96 bank padahal tahun sebelumnya hanya ada 83 bank yang mendapat predikat sehat. Perkembangan positif perbankan tersebut perlu untuk terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk mencapai perbankan yang sehat, kuat dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Namun dengan adanya perkembangan positif tersebut perbankan masih harus berhatihati terhadap sejumlah tekanan laten yang akan mengancam perbankan diantaranya adalah adanya tekanan kredit bermasalah (Non Performing Loan), rendahnya kapasitas kredit dan turunnya suku bunga SBI. Walaupun saat ini kondisi perbankan lebih baik namun ancaman kredit bermasalah masih menghantui perbankan Indonesia. Hal ini mengingat bahwa kemampuan para pengusaha belum pulih, selain pemberian kredit tidak lepas dari risiko tidak kembalinya pinjaman kredit. Jika risiko kredit bermasalah ini tidak cepat ditanggulangi akan memakan modal perbankan sehingga menurunkan tingkat kecukupan modalnya (CAR). Apabila dikilas balik, salah satu penyebab krisis perbankan adalah pemberian pinjaman kepada pihak yang terkait (Group Lending) sampai melanggar batas maksimum pemberian kredit (BMPK) sehingga mengakibatkan memburuknya Non Performing Loan (NPL), yang berdampak pula pada persoalan likuiditas. Penyaluran dana dalam bentuk kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank dimana kredit yang disalurkan oleh bank merupakan bagian terbesar dari asset yang dimiliki oleh bank yang memiliki risiko yang sangat besar sehingga dapat mengakibatkan kehancuran bank. Bisnis bank merupakan bisnis kepercayaan, jika suatu bank tidak berhasil mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan yang diberikan oleh nasabahnya, maka bank tersebut tidak akan berkembang dan bertahan dalam dunia bisnis perbankan karena sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat sehingga peran pengamanan dana masyarakat yang dititipkan ke bank merupakan prioritas utama untuk diamankan. Pendapatan yang berasal dari penerimaan bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar bagi bank, apabila pemberian kredit berjalan lancar maka bunga kredit akan meningkat. Namun seandainya kredit kurang dikelola dengan baik 81 82

3 maka akan banyak kredit bermasalah (Non Performing Loan) yang mengakibatkan menurunnya pendapatan bunga bank serta menurunnya pengembalian pokok kredit yang pada akhirnya bank akan menderita kerugian dan bahkan mungkin akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan jika kredit dikelola dengan baik, maka penerimaan pendapatan bank yang berasal dari bunga kredit akan meningkat sehingga kredit bermasalah jumlahnya sedikit, akibatnya bank akan tumbuh dengan baik dan secara makro akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam usahanya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, pihak bank berusaha melakukan ekspansi kredit, akan tetapi akibat dari pemberian kredit yang terlalu ekspansif, banyak bank yang mengalami masalah kredit macet. Semakin besar kredit yang diberikan maka akan semakin besar pula risiko tidak lancarnya pengembalian kredit oleh debitur. Agar risiko yang ditanggung relatif kecil dan diperoleh keuntungan yang optimum maka pemberian kredit perlu direncanakan terlebih dahulu. Menurut ketentuan Bank Indonesia (BI), kredit dikategorikan kredit bermasalah (Non Performing Loan) bila posisi kredit tersebut kurang lancar, diragukan dan macet. Untuk itu agar risiko yang timbul dapat diantisifasi sesegera mungkin dan tidak meluas diperlukan suatu penilaian yang independen melalui risiko (Risk Based Audit) dalam bank yang bersangkutan untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan operasional bank. Dimana fungsi penilaian independen ini dilakukan oleh satuan kerja audit intern (SKAI). Satuan kerja audit intern ini menjalankan fungsinya untuk mengevaluasi manajemen risiko, pengendalian intern dan corporate governance. Pemeriksa intern yang bertugas melakukan audit operasional harus berpatokan pada norma-norma pemeriksaan yang terdiri dari norma umum pemeriksaan, norma pelaksanaan pemeriksaan, norma pelaporan pemeriksaan dan norma tindak lanjut pemeriksaan. Norma-norma pemeriksaan ini merupakan patokan yang menjadi dasar untuk pengukuran mutu dari audit operasional yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu dari audit operasioanal memenuhi syarat yang cukup tinggi dan hasil audit operasional pantas untuk penyampaian saran dan rekomendasi kepada manajemen. Audit operasional bidang kredit yang dilakukan oleh SKAI bertujuan untuk melakukan evaluasi efektifitas pengelolaan kredit apakah praktik dan prosedur pengelolaan kredit telah berjalan secara efektif dan efesien, kebutuhan ini tidak akan terpenuhi oleh financial audit. Disamping itu audit operasional dilakukan untuk mengetahui lebih dini risiko kredit yang timbul dalam pengelolaan kredit berupa risiko kegagalan kredit sehingga risiko tersebut pelaksanaan audit operasional dengan pendekatan audit berbasis 83 84

4 dapat ditekan seminimal mungkin, yang disertai pemberian rekomendasi untuk dilakukan tindak lanjut perbaikan. Rekomendasi atas temuan pemeriksaan operasional terhadap bidang kredit merupakan masukan yang diberikan kepada manajemen untuk mengambil tindakan korektif atau perbaikan yang perlu dilakukakan untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pengelolaan kredit. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Rekomendasi atas temuan audit operasional pada PD. BPR Kecamatan Cisalak; (2) Tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada PD. BPR Kecamatan Cisalak; serta (3) Pengaruh rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada PD. BPR Kecamatan Cisalak. Dengan adanya rekomendasi tersebut dapat membantu manajemen dalam meningkatkan kinerjanya terutama dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan kredit melalui tindakan-tindakan perbaikan. Dengan demikian tingkat risiko kredit bermasalah dapat ditekan sekecil mungkin sehingga hal tersebut berdampak pada menurunnya rasio Non Performing Loan (NPL) dan secara keseluruhan tingkat kesehatan perbankanpun meningkat. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana rekomendasi atas temuan audit operasional pada PD. BPR Kecamatan Cisalak; (2) Bagaimana tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada PD. BPR Kecamatan Cisalak; serta (3) Bagaimana pengaruh rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada PD. BPR Kecamatan Cisalak. 2. Telaah Litelatur dan Hipotesis Pengertian bank menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah: Badan usaha yang meghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Kredit yang disalurkan oleh bank merupakan bagian terbesar dari asset yang dimiliki oleh bank. Dalam kondisi yang normal kredit dapat mencapai 70% sampai 90% dari asset bank. Oleh karena itu aktivitas perkreditan merupakan tulang punggung atau kegiatan utama bank. Menurut UU No. 10 tahun 1998 (Pasal 21 ayat 11), pengertian kredit adalah sebagai berikut: 85 86

5 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Saat ini kredit yang disalurkan masih menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan menanamkan dana yang sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar sehingga stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan bank dalam mengelola kredit. Kredit akan menghasilakan keuntungan bagi bank apabila dikelola secara optimal, sebaliknya akan merugikan seandainya kredit yang disalurkan bermasalah. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisa pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit. Mengingat pentingnya kegiatan perkreditan bagi perbankan, maka pengelolaan kredit hendaknya memperhitungkan risiko yang mungkin timbul yaitu kegagalan pengembalian sebagian kredit yang diberikan dan menjadi kredit bermasalah sehingga mempengaruhi pendapatan bunga yang pada akhirnya mengakibatkan bank tersebut tidak sehat. Menurut Dahlan Siamat (2004:175), kredit bermasalah atau Non Performing Loan dapat diartikan sebagai Pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur. Secara garis besar kredit digolongkan menjadi dua bagian yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Kredit lancar akan menghasilkan keuntungan bagi bank, maka kredit bermasalah sebaliknya akan merugikan bank. Sesuai dengan SK Dir. BI No. 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 perihal kualitas aktiva produktif, kredit bermasalah adalah kredit yang digolongkan dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Menurut UU No. 10 tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsif kehatihatian. Untuk mengantisifasi risiko-risiko yang timbul dan mencegah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi lebih dini, manajemen membutuhkan pengawasan dini agar pengelolaan kredit berjalan dengan baik. Salah satunya dengan melakukan monitoring dan review terhadap kredit berjalan dan yang tidak kalah penting diperlukan suatu penilaian yang independen dari 87 88

6 bagian-bagian operasional lainnya dimana bagian-bagian ini secara periodik memeriksa, melaporkan temuan-temuan dengan membuat rekomendasi dan meyakini apakah tindakan korektif telah dilaksanakan. Dimana pemeriksaan atau audit operasional tersebut dilakukan oleh satuan kerja audit intern (SKAI). Audit operasional ini dilakukan dengan menggunakan Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa audit operational dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan efektifitas seluruh atau sebagian dari operasi perusahaan yang disertai dengan pemberian rekomendasi kepada manajemen berdasarkan temuan-temuan auditnya. Hasil audit ini berupa rekomendasi yang diharapkan akan pendekatan audit berbasis risiko, dimana pendekatan ini ada tindakan korektif untuk mengatasi ketidakefektifan dan menekankan pada audit bidang kredit yang memiliki risiko yang tinggi dimana peran dan fungsi SKAI ini mengacu pada standar pelaksanaan fungsi audit intern bank (SPFAIB) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. SPFAIB ini dikeluarkan sebagai upaya untuk menciptakan bank sehat. Audit operasional dengan pendekatan audit berbasis risiko (Risk Based Audit) dilaksanakan untuk memberikan keyakinan yang lebih tinggi terhadap efektifitas kegiatan perbankan terutama dalam mengelola risiko. Dimana tujuan utamanya adalah untuk memberi jasa kepada manajemen yang bersifat protektif dan konstruktif. Menurut Sukrisno Agoes (2004: 10), pengertian audit operasional adalah sebagai berikut: Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. ketidakefisienan tersebut, karena masalah kredit merupakan masalah yang sensitif sekali terhadap kemungkinan dari penyelewengan kredit sebagai kegiatan pokok perbankan. Setiap temuan yang menyangkut penyimpangan dan risiko, sebelum dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan kepada pihak manajemen apakah manajemen menyetujui atau tidak untuk dilakukan tindakan tindak lanjut perbaikan. Suatu proses yang paling penting dalam pemeriksaan operasional adalah pengembangan temuan-temun untuk dikomunikasikan kepada manajemen dan pemberian rekomendasi pada manajemen untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan selama pemeriksaan operasional. Menurut Irsan Yani (1990:125), dikatakan bahwa: Temuan atau finding diartikan sebagai himpunan dan sistetis informasi-informasi mengenai kegiatan, organisasi, kondisi atau hal lain yang telah dianalisa atau dinilai serta diperkirakan akan menarik atau berguna bagi pejabat 89 90

7 yang berwenang atau untuk petugas-petugas instansi atau organisasi lainnya. Pada umumnya dalam tahap pengembangan temuan diakhiri dengan rekomendasi yang diberikan kepada manajemen untuk melaksanakan tindakan korektif atas penyimpangan atau kelemahan yang ditemukan dalam pemeriksaan operasional. Dalam rekomendasi dapat disarankan berbagai pendekatan yang diperlukan untuk memperbaiki atau meningkatkan pelaksanaan kegiatan. Saran tersebut digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rekomendasi auditor merupakan pendapat auditor yang telah dipertimbangkan mengenai situasi tertentu dan harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian auditor mengenai pokok persolannya tersebut. Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi yang memerlukan perbaikan. Suatu perusahaan dinilai baik apabila rekomendasi yang diberikan oleh auditor operasional dalam hal ini Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) ditindaklanjuti. Semakin banyak rekomendasi yang ditindaklanjuti maka semakin cepat pula perusahaan tersebut kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hiro Tugiman (1997:75), pengertian tindaklanjut oleh pemeriksa internal didefinisikan sebagai Suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan. Meskipun audit operasional telah direncanakan dengan baik sesuai standar dan dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Audit operasional yang dilakukan tersebut tidak akan memberikan kontribusi bagi peningkatan keefektifan audit operasional jika temuan pemeriksaan yang menghasilkan rekomendasi tidak mendapat respon dari manajemen dan tidak ditindaklanjuti oleh pihak manajemen bank. Oleh karena itu maka dalam setiap pemeriksaan yang dilakukan harus terus menerus meninjau tindak lanjutnya untuk memastikan bahwa rekomendasi atas temuan audit operasional yang telah dilaporkan dalam LHP telah dilakukan tindakan yang tepat. Apabila rekomendasi yang diberikan oleh SKAI sebagai hasil dari audit operasional pada bidang perkreditan ditindaklanjuti oleh manajemen, maka rekomendasi atas temuan audit yang diberikan tersebut akan memberikan kontribusi positif bagi bank dalam mengantisifasi risiko kegagalan perkreditan bank tersebut yang salah satunya adalah terjadinya kredit bermasalah yang tercermin dalam kinerja keuangan bank yaitu rasio Non Performing Loan-nya. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas penulis mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut 91 92

8 Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional memiliki pengaruh terhadap Tingkat Kredit Bermasalah (Non Performing Loan). diharapkan, penelitian ini menggunakan variabel penelitian sebagai berikut: 1. Variabel independen (X), Rekomendasi atas Temuan Audit 3. Metodologi Penelitian Objek penelitian ini adalah pengaruh rekomendasi ats temuan audit operasional dan kredit bermasalh (Non Performing Loan). Variabel yang diangkat dalam penelitian ini adalah rekomendasi atas temuan audit operasional sebagai variabel independen dan kredit bermasalah (Non Performing Loan) sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan pada PD. BPR Subang Cabang Cisalak yang beralamat di Jl. Raya Cisalak barat No. 03 Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Moh. Nadzir (1999: 63) metode deskrptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang maupun dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara fatual, sistematis dan akurat menganai faktafakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk memahami unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian dan untuk mengetahui hubungan melalui variabel-variabel penelitian Operasional sebagai variabel independen (X), yaitu suatu variabel yang akan mempengaruhi variabel lainnya, yang keberadaannya tidak dipengaruhi variabel lainnya. 2. Variabel dependen (Y), Tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) sebagai variabel dependen (Y) yaitu variabel yang terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Untuk kepentingan pengujian hipotesis, kedua variabel tersebut dijabarkan lebih lanjut sehingga diperoleh indikatorindikatornya. Indikator-indikator tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Rekomendasi atas temuan audit operasional sebagai variabel independen (X) Variabel ini diukur berdasarkan penilaian terhadap banyaknya rekomandasi yang ditindak lanjuti oleh auditee dibandingkan dengan rekomendasi atas temuan audit operasional pada bidang kredit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI). 2. Tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) sebagai variabel dependen (Y) sehingga penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan yang 93 94

9 Tingkat Non Performing Loan merupakan salah satu indikator kinerja bank yang diukur dari jumlah kredit yang diberikan bermasalah atau masuk kedalam kriteria kualitas kredit kurang lancar, diragukan dan macet dibandingkan dengan total kredit yang diberikan. Kedua variabel tersebut dijabarkan dalam operasionalisasi Variabel yang dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel Indikator Skala Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional (X) Persentase rekomendasi atas temuan audit operasional yang di tindaklanjuti setiap tahunnya, dengan rumus: Jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti dibagi total rekomendasi hasilnya dikali 100%. Rasio Tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) (Y) Persentase jumlah kredit yang diberikan bermasalah setiap tahunnya, dengan rumus: Jumlah kredit yang diberikan bermasalah dibagi total kredit yang diberikan dikali 100% Rasio Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan upaya pencarian data yaitu: 1. Penelitian lapangan (Field research) Yaitu pengumpulan data primer dari objek penelitian yang dilakukan dengan peninjauan langsung ke lapangan melalui: a. Observasi Dengan melakukan penelitian dan pengamatan langsung terhadap sumber yang berhubungan dengan rekomendasi atas temuan audit operasional dan tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan). b. Wawancara Yaitu Tanya jawab langsung dengan pejabat yang berwenang maupun karyawan-karyawan dalam bidang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian kepustakan (Library research) Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan dengan cara mempelajari, mengkaji, serta menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dikaji berupa buku maupun makalah yang berkaitan dengan penelitian. Metode analisa yang digunakan adalah metode analisis yang bersifat kuantitatif. Dalam penelitian, analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel-variabel yang diteliti serta bagaimana keberadaan variabel independen berperan terhadap variabel dependen yaitu hubungan antara rekomendasi atas temuan audit operasional (variabel independen) terhadap tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) (Varaiabel dependen). Dalam menganalisis data dan pengujian hipotesis, maka penulis menggunakan statistik parametrik dengan analisis regresi sederhana, analisis determinasi dan uji t sebagai berikut: 1. Analisis Regresi Sederhana 95 96

10 Analisa ini digunakan untuk mengetahui derajat pengaruh antara variabel rekomendasi atas temuan audit opersional terhadap variabel tingkat kredit bermasalah (Non Performing Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara rekomendasia tas temuan audit operasional dengan tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan). Loan), dilakukan perhitungan sebagai berikut: ( ) ( 2 Σy x ) ( Σx ) ( Σxy ) a = n ( Σx 2 ) ( Σx) 2 b = n ( Σxy) ( Σx) ( Σy) n ( Σx 2 ) ( Σx) 2 Dengan demikian dapat diketahui persamaan regresinya Untuk pengambilan keputusan perlu diadakan pengujian apakah ada hubungan yang berarti atau tidak diantara variabel X dan variabel Y. Koefisien di uji dengan menggunakan persamaan yang berbentuk statistik sebagai berikut: t = r n 2 1 r 2 adalah: Y = a + bx 2. Analisis koefisien Determinasi Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh varaibel X terhadap variabel Y, yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kd = r 2 X 100% Keterangan: r = Koefisien korelasi n = Jumlah data t = Statistik Uji t Berdasarkan uji t tersebut akan didapat hasil uji t hitung, kemudian dibandingkan dengan t tabel, keputusan yang akan diambil adalah sebagai berikut: Uji signifikansi yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji t, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rekomendasi atas temuan audit operasional dengan Tingkat signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05 dengan derajat kebebasan (degree of freedom = df) sebesar n-2. tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan)

11 ini dibutuhkan untuk memperoleh nilai t tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penetapan hipotesis. 1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan syarat administratif meliputi surat-surat/ formulir-formulir yang dikehendaki apakah telah ada dan lengkap dikerjakan atau 4. Hasil Penelitian Pelaksanaan Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional PD. BPR Kecamatan Cisalak. PD. BPR Kecamatan Cisalak melakukan audit operasional paling sedikit satu kali dalam setahun. Audit operasional ini dilakukan oleh satuan pengawasan internal (SPI) yang berkedudukan di kantor pusat. PD.BPR kecamatan Cisalak adalah suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsi utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Untuk aktivitas ini PD. BPR kecamatan Cisalak telah menyadari arti pentingnya pelaksanaan audit operasional pada bidang kredit melalui pelaksanaan audit operasional secara rutin mengingat keberhasilan pelaksanaan fungsi bank terletak pada penyelenggaraan perkreditan. Ruang lingkup pemeriksaan operasional bidang kredit meliputi aspek yang luas yaitu dimulai sejak permohonan kredit diterima, dinilai dan kemudian diputuskan sampai kredit tersebut berjalan dan lunas kembali. Adapun pelaksanaan audit operasional aktiva produktifkredit PD. BPR kecamatan Cisalak meliputi: tidak. Surat-surat/ formulir-formulir tersebut meliputi formulir permohonan kredit, analisa kredit, surat keputusan kredit, surat-surat jaminan, persetujuan kredit, akte notaris (termasuk surat kuasa fidusia), surat kuasa untuk menjaminkan, serta berita acara pemeriksaan jaminan. 2. Melakukan penilaian terhadap pengisian analisa kredit dan berita acara pemeriksaan jaminan dikerjakan atas dasar fakta yang sebenarnya. Bukan dibuat-buat sekedar pelengkap formalitas. 3. Melakukan penilaian terhadap keputusan kredit, tidak melanggar wewenang yang dimiliki oleh panitia kredit. 4. Melakukan penilaian terhadap ketepatan bank dalam menerapkan penggolongan kualitas debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku antara lain memastikan bahwa pelaksanaan angsuran kredit sesuai dengan periode yang telah disepakati, mencocokan penggolongan debitur dalam hal tunggakan bunga dan/ angsuran dengan daftar kolektibilitas yang dibuat oleh cabang atau unit kerja dan memperhatikan jangka waktu kredit sesuai dengan akad kredit dan dikaitkan dengan penggolongan kredit sesuai dengan faktor jatuh tempo

12 Hasil pemeriksaan secara independen oleh SPI tersebut dituangkan kedalam kertas kerja pemeriksaan yang merupakan bukti pemeriksaan kepada auditee. Pada saat pelaksanaan pemeriksaan, tim audit menganalisa temuan-temuan baik yang bersifat positf maupun negatif dengan cara: 1. Menentukan sebab-sebab terjadi permasalahan 2. Menentukan akibat-akibat yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut 3. Mendapatkan komentar-komentar dari pejabat atau pihak yang diperiksa, dan yang berhubungan dengan auditee 4. Membuat kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan 5. Merumuskan saran-saranperbaikan (rekomendasi) atas penyimpangan yang terjadi. Temuan-temuan pemeriksaan yang berhubungan dengan permasalahan kredit bermasalah antara lain berupa: 1. Nilai jaminan dari debitur ternyata sekarang lebih kecil dari jumlah kewajibannya 2. Beberapa debitur menunjukan itikad kurang baik dalam memenuhi kewajibannya. 3. Adanya perubahan teknologi dan selera masyarakat menyebabkan beberapa prospek usaha debitur cenderung menurun. 4. Beberapa debitur ternyata kekurangan modal dalam menjalankan usaha atau kegiatannya sehingga debitur tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Dalam daftar temuan dan saran/ rekomendasi pemeriksa memberikan saran/ rekomendasi kepada auditee sebagai upaya agar dilakukan tindaklanjut, dari konsep laporan tadi disempurnakan dalam bentuk laporan lengkap oleh ketua tim pemeriksa diserahkan kepada auditee serta dilaporkan kepada pihak manajemen di kantor pusat. Kantor pusat sebagai penerima laporan yang telah disempurnakan selanjutnya menganalisa dan mempertimbangkan saran-saran yang telah dilakukan oleh SPI. Apabila menurut penilaian kantor pusat ternyata laporan yang dihasilkan oleh SPI dianggap tepat dan akan memberikan suatu kemajuan dan keuntungan bagi perusahaan, maka akan dilanjutkan tindak lanjut terhadap saran-saran yang diajukan oleh pemeriksa intern tersebut dimana dalam hal ini pihak manajemen akan menunjuk orang yang akan menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan tersebut. Biasanya pimpinan cabang menunjuk pimpinan bagian kredit dan pimpinan seksi kredit kantor cabang dimana proses tindak lanjut tersebut diawasi oleh area control cabang. Selanjutnya pejabat area control cabang tersebut akan membuat laporan hasil tindak lanjut audit operasional tersebut kepada divisi audit intern

13 Dari temuan tersebut, SPI mengajukan rekomendasi antara lain: 1. Disarankan agar manajemen menangani debitur untuk segera memenuhi kewajibannya atau memberikan jaminan tertentu sebagai sumber pembiayaan kembali pinjaman agar jumlah kewajibannya tidak melebihi seluruh nilai jaminannya. 2. Disarankan agar manajemen melakukan pendekatan kepada debitur agar ia mau dan dapat memenuhi kewajibannya melalui menciptakan suasana keterbukaan dengan nasabah dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi nasabah. Tetapi jika debitur jika debitur tersebut tidak juga tergugah untuk memenuhi kewajibannya, maka disarankan untuk menyerahkan debitur tersebut kepada panitia urusan piutang dan lelang negara. 3. Disarankan agar manajemen melakukan tindakan penyelamatan kepada debitur tertentu yang masih mempunyai Itikad baik dengan melakukan salah satu tindakan atau kombinasi rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Berikut disajikan data mengenai jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit yang merupakan hasil pemeriksaan oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI). Tabel 3 Jumlah Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional Aktiva Produktif-Kredit Tahun Jumlah Rekomendasi yang diberikan oleh SPI Jumlah 234 Sumber : Data SPI Kantor pusat PD. BPR Kec. Cisalak. Dari rekomendasi atas temuan audit operasional maka rekomendasi tersebut harus segera dilaksanakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut adalah tindakan yang dilaksanakan objek yang diperiksa atau auditee sesuai dengan rekomendasi yang telah dikemukakan oleh staf SPI dalam laporan hasil pemeriksaannya. Yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tindak lanjut adalah auditee sedangkan SPI bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut dimana pada cabang dilakukan oleh area control agar dapat diawasi secara terus menerus sehingga kantor pusat mendapatkan laporannya setiap saat. Adapun tujuan dari monitoring tindak lanjut rekomendasi audit operasional adalah untuk memantau sejauh mana saran dan rekomendasi yang diberikan telah dilaksanakan oleh auditee dalam periode tertentu dan apakah hasilnya bisa dijadikan solusi

14 dalam menyelesaikan masalah yang terjadi sesuai dengan ruang lingkup pemeriksaan yaitu bidang kredit maka rekomendasi diberikan pada unit-unit kerja yang bersangkutan sesuai dengan bidang yang diaudit tersebut. Jika kondisi yang telah dilaporkan sebelumnya masih berlanjut karena pihak auditee tidak mengambil tindakan yang diperlukan, maka harus ditegaskan kembali dalam rekomendasi yang akan dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan berikutnya. Proses pelaksanaan monitoring tindak lanjut rekomendasi audit operasional oleh SPI dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Setelah pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, staf audit kantor pusat dan area control pada cabang menerima tembusan rekomendasi audit yang harus ditindak lanjuti oleh auditee yang telah disetujui oleh direktur utama yang ditunjuk langsung pada unit kerja yang bersangkutan. 2. Konfirmasi kepada auditee mengenai status rekomendasi tersebut setelah batas waktu yang ditentukan berakhir apakah telah selesai atau dalam proses dan disepakati oleh kedua pihak. 3. Laporan hasil monitoring pelaksanaan tindak lanjut kemudian disampaikan kepada kepala SPI untuk direview dan dibuat summary untuk diteruskan pada direktur utama yang 4. Seluruh dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan monitoring tindak lanjut diarsipkan oleh SPI. Berikut disajikan data mengenai jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit yang ditindaklanjuti yang merupakan hasil monitoring Satuap Pengawasan Internal (SPI). Tabel 4 Jumlah Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional Aktiva Produktif-kredit yang Ditindak Lanjuti Tahun Jumlah Rekomendasi yang Ditindaklanjuti oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak Jumlah 159 Sumber : Data SPI Kantor pusat PD. BPR Kecamatan Cisalak. Dari data jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit yang diberikan oleh Satuan Pengawasan Internal dan data jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit yang ditindak lanjuti oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak tersebut maka dapat dibuat tabel persentase rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit sebagai berikut: berkepentingan atas laporan tindak lanjut tersebut

15 Tabel 5 Persentase Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional Aktiva Produktif-Kredit Tahun 1 Jumlah Rekomendasi yang diberikan oleh SPI 2 Jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak 3 Persentase jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional (3:2) X 100% ,54 57,5 65,21 72,91 83,92 Jumlah ,08 Tingkat Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Seperti bank lain pada umumnya, penyaluran kredit di PD.BPR Kecamatan Cisalak merupakan sumber penyaluran dana yang utama, sekaligus merupakan sumber penghasilan dana utama. Adapun fasilitas-fasilitas (produk-produk) kredit di PD.BPR kecamatan Cisalak antara lain: 1. Kredit modal kerja, yakni kredit yang ditujukan untuk memberikan modal usaha antara lain pembelian bahan baku atau barang yang akan diperdagangkan. 2. Kredit modal investasi, yakni kredit yang ditujukan untuk modal pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian barang modal berupa aktiva tetap/ inventaris. 3. Kredit konsumtif, yakni kredit yang ditujukan untuk pembelian suatu barang dan jasa yang digunakan untuk kepentingan perseorangan (pribadi). Dalam melaksanakan aktivitas perkreditan, PD. BPR kecamatan Cisalak menerapkan prosedur pemberian kredit agar kredit yang disalurkan tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasaran. Prosedur pemberian kredit yang berlaku pada PD. BPR kecamatan Cisalak merupakan serangkaian langkah-langkah dan analisa kredit yang spesifik mulai dari permohonan pengajuan kredit oleh nasabah sampai kredi tersebut direalisasikan. Adapun prosedur pemberian kredit yang dimaksud adalah antara lain: 1. Customer services menjelaskan produk dan prosedur kredit di PD.BPR kepada calon nasabah yang mengajukan permohonan kredit. Calon nasabah yang akan mengajukan kredit harus mempunyai tabungan. Jika calon nasabah tidak mempunyai tabungan, maka calon nasabah dipersilahkan untuk membuka tabungan. 2. Customer services menyerahkan form permohonan kredit. Calon nasabah mengisi form permohonan kredit dan memeriksa persyaratan kelengkapan dokumen lainnya (copy)

16 3. Customer services memeriksa form permohonan kredit dan memeriksa persyaratan kelengkapan dokumen. 4. Customer service mengirimkan berkas kredit kebagian analis kredit 5. Analis kredit menerima dan memeriksa ulang kelengkapan pengisian dan persyaratan. 6. Melakukan analisa awal: Kelengkapan persyaratan dan kemampuan bayar, legalitas, dokumen berdasarkan dokumen yang diserahkan oleh calon nasabah. 7. a. Jika permohonan kredit tidak layak, maka analis kredit membuat surat penolakan permohonan kredit yang ditandatangani oleh marketing BPR. Surat penolakan dikirim/ diserahkan kepada calon nasabah kredit. b. Jika permohonan kredit layak, maka tim survey akan melakukan kunjungan ke calon nasabah untuk menilai: data usaha, kemampuan bayar, taksasi jaminan. 8. Membuat laporan kunjungan (berita acara survey) dan menyerahkannya ke analis kredit. 9. Komite kredit memeriksa usulan kredit dan memberikan pertimbangan atau keputusan : ditolak, disetujui atau menambahkan/ mengurangi persyaratan kredit. 10. Persetujuan prinsip pemberian kredit disampaikan secara lisan kepada nasabah kredit. 11. Analis kredit menyerahkan berkas kredit kepada adm opr (redit). 12. Adm opr (kredit) membuat perjanjian/ akad kredit dan membuat SPPU untuk ditanda tangani oleh kepala cabang. 13. Nasabah kredit menanda tangani perjanjian kredit dan menyerahkan jaminan yang asli kepada bagian adm opr (kredit). 14. Adm opr (kredit) membuat permohonan pencairan kredit (nota kredit) dan meminta persetujuan dari direksi BPR. 15. Teller menjalankan transaksi realisasi/ pencairan kredit berdasarkan nota kredit yang dibuat oleh adm opr (kredit). Disamping itu PD. BPR kecamatan Cisalak juga menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit (prundential credit) dengan menerapkan prinsip 5 C, yaitu penilaian tehadap: 1. Character Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan prilaku/ karakter peminjam dalam memenuhi kewajibannya. 2. Capacity Yaitu penilaian secara obyektif tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam dimasa lalu yang didukung dengan

17 pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan. 3. Capital Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam yang diukur oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. 4. Collateral Yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam, penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran tercapai tejadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. 5. Condition PD.BPR kecamatan Cisalak harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi dimasyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam. Kredit bermasalah menurut PD. BPR. Kecamatan Cisalak adalah kredit yang : a. Didalam pelaksanaannya belum mencapai/ memenuhi target yang diinginkan oleh pihak PD. BPR kecamatan Cisalak b. Memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari bagi PD. BPR kecamatan Cisalak dalam arti luas. c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, dan atau pembayaran bunga d. Termasuk dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, macet. Usaha-usaha untuk penyelamatan kredit bermasalah dilakukan oleh bagian marketing dan dibantu oleh analisa kredit, dimana bagian ini bertanggung jawab untuk mengusahakan agar kredit bermasalah tersebut dapat diselamatkan atau dikembalikankepada bank. Langkah-langkah yang dilakukan PD. BPR kecamatan Cisalak dalam menyelesaikan kredit bermasalah adalah sebagai beerikut: 1. Untuk kredit yang bermasalah akan diberikan Surat Peringatan (SP), yang dalam rangkaian pemberian SP tersebut dapat dilakukan revitalisasi. 2. Tindakan Preventif, tindakan yang bersifat pencegahan. Tindakan ini bersifat intern. Untuk itu keberhasilan dari tindakan ini sangat tergantung dari kualitas SDM, sistem dan prosedur, mekansme monitoring dan evaluasi. 3. Tindakan Revitalisasi, tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan kredit/ kredit yang telah diberikan kepada nasabah. Tindakan revitalisasi dilakukan sepanjang debitur masih kooperatif. Tindakan ini dilakukan untuk Kredit yang telah atau sedang bermasalah

18 4. Tindakan Kuratif, tindakan yang bersifat penyelamatan melalui penanganan yang menggunakan pendekatan aspek legal formal. Berikut disajikan Laporan Rekap Norminatif Kredit PD. BPR Kecamatan Cisalak tahun 2002 sampai tahun Tabel. 6 Laporan Rekap Norminatif Kredit PD. BPR Kecamatan Cisalak tahun Tahun Kode Keterangan Jum Rek Jumlah Kredit Persentase L KL D M L KL D M L KL D M L KL D M Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah Lancar Kurang Lancar , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 76,87 5,77 5,52 11, ,14 4,03 4,77 10, ,53 3,9 3,47 8, ,15 1,97 3,95 5, L KL D M 114 Diragukan Macet Jumlah Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah , , , , ,00 92,32 1,30 3,77 2, Sumber: Laporan Rekap Norminatif Kredit PD. BPR Kecamatan Cisalak Untuk mengetahui Tingkat Non Performing Loan yaitu dengan cara membandingkan antara jumlah kredit yang diberikan bermasalah (kredit kurang lancar, kredit diragukan, kredit macet) dengan total kredit yang diberikan PD. BPR Kecamatan Cisalak, seperti terlihat pada tabel berikut: Tahun 1 Tabel. 7 Tingkat Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Jumlah Kredit yang diberikan 2 Jumlah kredit bermasalah (Kurang lancar, diragukan, macet) 3 Persentase (3:2) X 100% , , , , , , , , , ,00 23,13 18,86 15,47 11,85 7,68 Jumlah , ,00 76,99

19 Analisis Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional Aktiva Produktif-Kredit Dari hasil penelitian aktivitas tindak lanjut rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit yang dilakukan oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak, manajemen PD. BPR Kecamatan Cisalak telah berusaha semaksimal mungkin untuk segera melakukan tindak lanjut terhadap temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI). Hal tersebut telihat dari tabel 4.3 yang menunjukan bahwa tindak lanjut rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit telah dilakukan diatas 50% dari total rekomendasi yang diberikan Satuan Pengawasan Internal (SPI) setiap tahunnya. Pada tabel 4.3 diatas, dapat kita lihat bahwa pada tahun 2002 PD. BPR Kecamatan Cisalak melaksanakan tindak lanjut 24 dari 44 total rekomendasi atau 54,54%nya; tahun 2003 belum sepenuhnya dilaksanakan atau rekomendasi yang ditindak lanjuti kurang dari 100%, hal tersebut disebabkan karena dari sejumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit ada beberapa yang membuat manajemen PD. BPR Kecamatan Cisalak kesulitan untuk melaksanakannya dan karena dengan beberapa pertimbanagan PD. BPR Kecamatan Cisalak menunda pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi tersebut. Rekomendasi yang tidak dapat dilaksanakan tindak lanjutnya oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak akan ditekankan kembali pada audit tahun berikutnya sampai dengan rekomendasi tersebut dapat dilaksanakan tindak lanjutnya oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak. Sehingga semua jumlah rekomendasi yang merupakan saran perbaikan dari auditor setiap tahunnya bertambah, begitu juga dengan pelaksanaan tindak lanjutnya oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak. Manajemen PD. BPR Kecamatan melaksanakan tindak lanjut 23 dari 40 total rekomendasi atau Cisalak terus berusaha untuk melaksanakan tindak lanjut 57,5%nya; tahun 2004 melaksanakan 30 dari 46 total rekomendasi atau 65,21%nya; tahun 2005 melaksanakan 35 dari 48 total rekomendasi atau 72,91%nya; dan pada tahun 2006 melaksanakan 47 dari 56 total rekomendasi atau 83,92%nya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat PD. BPR Kecamatan Cisalak, bahwa jumlah rekomendasi atas temuan audit operasional aktiva produktif-kredit yang diberikan Satuan Pengawasan Internal (SPI) sepenuhnya atas rekomendasi yang diberikan oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI). Hal ini dapat kita lihat dari tabel 4.3 diatas tadi bahwa pada tahun 2002 PD. BPR Kecamatan Cisalak hanya dapat melaksanakan tindak lanjut sebanyak 54,54%nya saja dari total rekomendasi, maka pada tahun 2006 PD. BPR Kecamatan Cisalak telah berhasil melaksanakan tindak lanjut rekomendasi sebanyak 83,92% dari total rekomendasi tersebut

20 Akan tetapi apabila kita lihat dari tabel 4.5 diatas tadi, PD. Analisis Tingkat Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Berdasarkan data yang terlihat pada tabel 4.5 diatas, diketahui bahwa tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) setiap tahunnya diatas 5%, seperti terlihat pada tahun 2002 tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) sebesar 23,13% dari total kredit yang diberikan atau senilai Rp ,- dari Rp ,- yang terdiri dari 95 rekening dari jumlah rekening 436 yang ada pada tahun 2002 tersebut; tahun 2003 sebesar 18,86% atau senilai Rp ,- dari Rp ,- yang terdiri dari 85 rekening dari jumlah rekening 485; tahun 2004 sebesar 15,47% atau senilai Rp ,- dari Rp ,- yang terdiri dari 79 rekening dari jumlah BPR Kecamatan Cisalak terus berusaha menurunkan tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan)nya. Terbukti dari tingkat Non Performing Loan sebesar 23,13% pada tahun 2002 terus menurun sampai tingkat Non Performing Loan sebesar 7,68% pada tahun usaha untuk menurunka tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) terus dilakukan oleh PD. BPR Kecamatan Cisalak dan usaha tersebut dilakukan disamping untuk mendapatkan keuntungan dari pemberian kredit dan pengembalian kredit yang diberikan juga guna mendapatkan predikat Bank Sehat yang mana salah satu syarat untuk mendapatkan predikar Bank Sehat tersebut, Tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) harus dibawah 5% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI). rekening 599; tahun 2005 sebesar 11,85% atau senilai Rp ,- dari Rp ,- yang terdiri dari 59 rekening dari jumlah rekening 617; tahun 2006 sebesar 7,68% atau senialai Rp ,- dari Rp ,- yang terdiri dari 49 rekening dari jumlah rekening 640, sedangakan menurut ketentuan Bank Indonesia (BI) bahwa tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) harus dibawah 5%, hal itu terjadi salah satunya karena masih adanya dampak krisis moneter pada tahun 1997 silam yang berdampak pada perkembangan perbankan Indonesia dan PD. BPR Kecamatan Cisalak itu sendiri masih dalam proses pemulihan yang diakibatkan adanya kredit bermasalah. Analisis Pengaruh Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional terhadap Tingkat Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Dari sejumlah data kuantitatif yang ada, maka diperoleh dua variabel yang dapat diukur yaitu jumlah dari rekomendasi atas temuan audit operasional yang di tindak lanjuti sebagai variabel independen (Variabel X), dan jumlah kredit bermasalah sebagai variabel dependen (Variabel Y). Untuk Selanjutnya, data ini dianalisis secara statistik yaitu dengan analisa regresi sederhana, analisa koefisien determinasi dan uji t sebagai berikut:

21 bermasalah (Non Performing Loan) setiap tahunnya akan menurun Tabel 8 Perhitungan Rekomendasi atas Temuan Audit Operasional terhadap Tingkat Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Tahun (n) Rekomendasi atas temuan audit opersional (X) Tingkat NPL (Y) X 2 Y 2 X.Y Jumlah Sumber: Pengolahan data pada PD. BPR kecamatan Cisalak Analisa ini digunakan untuk mengetahui derajat pengaruh antara variabel independen (Variabel X) terhadap variabel dependen (Variabel Y). Maka diperoleh nilai a = 48, dan nilai b = -0, sehingga dapat diketahui persamaan regresinya sebagai berikut: Y = a + bx Y = 48, (-0, )X Dimana: X = Rekomendasi atas temuan audit operasional Y = Tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa, bila nilai rekomendasi atas temuan audit operasional yang ditindak lanjuti bertambah 1 setiap tahunnya, maka tingkat kredit sebesar 0, Antara nilai rekomendasi atas temuan audit operasional dengan nilai kredit bermasalah (Non Performing Loan) tiap tahun dapat dihitung korelasinya. Antara rekomendasi atas temuan audit operasional dan tingkat kredit (Non Performing Loan) terdapat hubungan korelasi negatif yaitu sebesar -0, korelasi negatif tersebut menunjukan sifat yang berlawanan, yaitu jika ada peningkatan pada rekomendasi atas temuan audit operasional (Variabel X) maka akan diikuti oleh penurunan pada tingkat Non Performing Loan (Variabel Y). Analisa ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingakat kredit bermasalah (Non Performing Loan) yaitu dengan menggunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut: Kd = r 2 X 100% Kd = (-0, ) 2 X 100% Kd = 96,21% Berdasarkan perhitungan diatas, nilai besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 96,21%, yang berarti bahwa perubahan pada tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) (Variabel Y) di pengaruhi oleh rekomendasi atas temuan audit operasional (Variabel X). Dalam hal ini tingkat kredit bermasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan sektor ekonomi yang memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian nasional. Bank sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah tekanan ekonomi global, dunia perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Perbankan, khususnya bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian secara keseluruhan memfasilitasi

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha perbankan. Pembangunan di berbagai bidang usaha dan industri tentunya memerlukan dana pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Aktivitas bisnis merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian negara yang semakin maju dan berkembang. Di Indonesia dunia perbankan memiliki peran yang sangat strategis dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan menjamin dan melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 288 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik itu yang bergerak dibidang industri perdagangan maupun jasa dituntut tidak hanya bertahan tetapi juga

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peran perbankan dalam menyediakan jasa keuangan. Hampir seluruh kegiatan keuangan membutuhkan jasa bank.

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN

EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN (NPL) (Studi Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusamba Wlingi) Rina Malinda Moch. Dzulkirom AR Dwiatmanto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat. Pada usaha perbankan, potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis dengan berbagai macam bidang usaha. Dalam menjalankan usahanya setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perekonomian yang global pada saat sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang industri, perdagangan, maupun jasa dituntut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Sejarah Smgkat PD. BPR Carenang Serang. perkreditan Rakyat (BPR), peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Sejarah Smgkat PD. BPR Carenang Serang. perkreditan Rakyat (BPR), peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 tahun BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Smgkat PD. BPR Carenang Serang Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, peraturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Risiko bisnis, bencana alam, perampokan, pencurian, serta kebangkrutan menjadi risiko yang sering terjadi pada banyak perusahaan, khususnya perbankan. Masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia mengalami krisis ekonomi, untuk keluar dari krisis ini maka Indonesia meningkatkan pembangunan di segala sektor, baik sektor ekonomi,

Lebih terperinci

JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS

JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS 1 JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) (Survei pada PT. BPR Pola Dana Tasikmalaya) Oleh : RIZAL KURNIAWAN NPM. 083403044 Dr. Dedi Kusmayadi,

Lebih terperinci

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Operasionalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok pokok perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur semerata baik materil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945 mutlak dilaksanakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di babbab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto)

PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto) PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto) Oktavia Rahajeng Lestari, Siti Ragil, Fransisca Yaningwati Fakultas Ilmu Administrasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayan BSM Oto di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang pernah mendapatkan pendidikan mengenai perbankan maupun yang tidak, tahu arti umum dari bank.

Lebih terperinci

B A B 1 P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat, khususnya di negara

B A B 1 P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat, khususnya di negara B A B 1 P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis, merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan diberbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini berada dalam masa transisi menuju perdagangan bebas yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN dan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini kredit merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap orang atau badan usaha untuk memperoleh pendanaan guna mendukung peningkatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit, dikarenakan banyaknya anggota dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu di perlukan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prioritas utama dalam pembangunan negara Indonesia yakni peningkatan kesejahteraan rakyat melalui mengembangkan perekonomian rakyat yang didukung pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat memprihatinkan karena telah mengakibatkan sendi-sendi dan potensi ekonomi mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat maka pemerintah mengarahkan khusunya pada bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Sedangkan menurut undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi.dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Strategi Anti Fraud Pembiayaan Dalam dunia perbankan pembiayaan atau perkreditan bukanlah bidang yang dapat dihindari oleh bank dan merupakan salah satu sumber pemasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan dunia perbankan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan yang mengatur,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Kota Malang Periode 2009-2011) Femia Yuni Pratiwi Darminto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari penjualan asset perusahaan maupun pinjaman kredit ke bank.rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari penjualan asset perusahaan maupun pinjaman kredit ke bank.rata-rata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan roda perusahaan tidak jarang membutuhkan tambahan dana berupa modal kerja yang dipergunakan untuk memperluas usahanya maupun investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan nampaknya lebih mendapat perhatian dari pelaku ekonomi. Kompleksitas masalah merupakan tantangan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan yang berdasarkan Demokrasi Ekonomi dengan fungsi utamanya yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci