SKRIPSI. Oleh Siti Nurjanah NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Oleh Siti Nurjanah NIM"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING PADA SISWA KELAS IIIA SD NEGERI 4 WATES KULONPROGO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Siti Nurjanah NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Tidak baik berdiam diri tentang sesuatu yang diketahui dan tidak baik berbicara tentang sesuatu yang tidak diketahui (Ali Bin Abi Thalib) v

6 PERSEMBAHAN Sebagai ungkapan rasa syukur, karya ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dan dorongan. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa. vi

7 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING PADA SISWA KELAS IIIA SD NEGERI 4 WATES KULONPROGO TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh Siti Nurjanah NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 4 Wates pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates dengan jumlah 30 siswa. Objek penelitian yakni keterampilan berbicara siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates. Peningkatan keterampilan berbicara meliputi peningkatan pada aspek-aspek sebagai berikut; kejelasan lafal ditunjukkan dengan pengucapan yang jelas pada setiap kata, aspek intonasi ditunjukkan dengan penempatan intonasi yang tepat saat berbicara, aspek pemilihan kata ditunjukkan dengan pemilihan kata baku dalam berbicara, aspek kosakata ditunjukkan dengan penggunaan kosakata yang luas, beragam, dan mengucapkannya secara jelas, aspek sikap ditunjukkan dengan sikap siswa yang tenang dan tidak kaku ketika menyampaikan pendapat, aspek keberanian ditunjukkan dengan sikap siswa yang bertambah berani dalam menyampaikan pendapat, dan aspek kelancaran ditunjukkan dengan siswa mampu berbicara dengan lancar saat mengemukakan pendapat. Peningkatan rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 11,57 dari kondisi awal 59,93 menjadi 71,5. Sedangkan peningkatan pada siklus II sebesar 4.9, dari kondisi awal 71,5 menjadi 76,4. Kata kunci: model kooperatif, kancing gemerincing, keterampilan berbicara vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan berbicara melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas IIIA SD Negeri 4 Wates Kulonprogo. Skripsi ini ditulis sebagai realitas untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir Skripsi. Selain itu skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bimbingan, bantuan, serta kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan kesempatan untuk melakukan penyusunan skripsi. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 4. Aprilia Tina Lidyasari, M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi. 5. Drs. Teguh Riyanta, M. Pd. selaku Kepala SD Negeri 4 Wates Kulonprogo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 6. Utari Budiharti, S. Pd. SD selaku guru kelas IIIA SD Negeri 4 Wates Kulonprogo yang membantu peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung. 7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dan dorongan. viii

9 ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Batasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Keterampilan berbicara x

11 1. Pengertian Tentang Keterampilan berbicara Jenis-jenis Berbicara Faktor-faktor yang Mempengaruhi keterampilan berbicara 16 B. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Unsur Pokok Model Pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Keterampilan Kooperatif C. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Tahap-tahap Kegiatan Pembelajaran Kelebihan dan Kekurangan D. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III SD E. Definisi Operasional F. Kerangka Pikir G. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Waktu dan Tempat Penelitian C. Objek dan Subyek Penelitian D. Desain Penelitian E. Metode Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Validitas Instrumen H. Teknik Analisis Data I. Indikator Keberhasilan xi

12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data Awal Keterampilan berbicara Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif Tabel 2. Kisi-kisi Tes Keterampilan berbicara Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Tabel 5. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara pada Pra Siklus Tabel 6. Presentase Ketuntasan Keterampilan berbicara Siswa Pra Siklus 71 Tabel 7. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara pada Siklus I Tabel 8. Presentase Ketuntasan Keterampilan berbicara Siswa pada Siklus I Tabel 9. Perbandingan Hasil Tes Keterampilan berbicara pada Pra Siklus dan Siklus I Tabel 10. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara pada Siklus II Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Keterampilan berbicara pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Gambar 2. PTK model Kemmis dan Mc Taggart Gambar 3. Diagram Batang Peningkatan Keterampilan berbicara Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas IIIA SD N 4 Wates Lampiran 2. RPP Siklus I Pertemuan I Lampiran 3. RPP Siklus I Pertemuan II Lampiran 4. RPP Siklus II Pertemuan I Lampiran 5. RPP Siklus II Pertemuan II Lampiran 6. Materi Pembelajaran Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Lampiran 8. Soal Evaluasi Lampiran 9. Lembar Penilaian Keterampilan berbicara Lampiran 10. Rubrik Penilaian Keterampilan berbicara Lampiran 11. Pedoman Observasi Aktivitas Guru Lampiran 12. Rubrik Observasi Aktivitas Guru Lampiran 13. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 14. Rubrik Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 15. Hasil Tes Keterampilan berbicara Pra Siklus Lampiran 16. Hasil Tes Keterampilan berbicara Siklus I Lampiran 17. Hasil Tes Keterampilan berbicara Siklus II Lampiran 18. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I Lampiran 19. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II Lampiran 20. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I Lampiran 21. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II Lampiran 22. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I Lampiran 23. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II Lampiran 24. Hasil Observasi Aktiviatas Siswa Siklus II Pertemuan I Lampiran 25. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II xv

16 Lampiran 26. Dokumentasi Kegiatan Siswa Lampiran 27. Surat Izin Penelitian xvi

17 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia disebut sebagai makhluk sosial. Dalam kesehariannya sebagai makhluk sosial, seseorang berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi. Berkomunikasi dilakukan untuk memberikan informasi, mendapatkan informasi, atau menghibur. Komunikasi dapat berjalan lancar jika seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik. Kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal dilakukan dengan menggunakan sarana melalui isyarat, bunyi bel, gambar, dan lain sebagainya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Setyawan Pujiono (2012: 84) bahwa dalam kesehariannya, seseorang membutuhkan lebih banyak waktu untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang mendominasi adalah komunikasi lisan. Seseorang penting memiliki keterampilan berbahasa yang baik. Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki tersebut adalah keterampilan berbicara. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Djago Tarigan (1990: 149) yang menyatakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbicara merupakan salah satu komponen penting yang harus dapat dilakukan oleh manusia agar dapat melakukan komunikasi secara lisan. Melalui berbicara seseorang menyampaikan informasi dengan 1

18 ujaran kepada orang lain. Sejalan dengan pendapat tersebut, Setyawan Pujiono (2012: 84) menyatakan bahwa kegiatan berbicara bagi seseorang bermanfaat untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Selain itu, seseorang harus memiliki keterampilan berbicara yang baik agar dapat berinteraksi satu sama lain. Sesuai dengan pendapat Izzaty dkk. (2008: 108) yang menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam kelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kegiatan berkomunikasi dalam kelompok anak akan belajar bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai apabila tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain. Hal tersebut akan mendorong anak untuk meningkatkan pengetiannnya bahwa keterampilan berbicara didukung oleh pembendaharaan kata yang dimiliki. Keterampilan berbicara yang baik tidak begitu saja diperoleh oleh seseorang dengan sendirinya. Seseorang mengalami proses pengkayaan (berlatih, diskusi, membaca, dan pengalaman) sebagai bahan referensi. Jika seseorang memiliki semakin banyak pengalaman dan referensi membaca, maka akan semakin menarik pula informasi yang disajikannya saat berbicara. keterampilan berbicara dapat diperoleh melalui pendidikan di Sekolah Dasar. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Henry Guntur Tarigan (1987: 1) bahwa dalam kurikulum di sekolah biasanya 2

19 mengajarkan empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pembelajaran merupakan salah satu unsur pokok dari kegiatan pendidikan. Nasution (Sugihartono, 2012: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat tiga komponen yang saling terkait. Ketiga komponen tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Oleh karenanya guru harus memiliki kemampuan untuk melakukan tiga komponen tersebut. Sesuai dengan pendapat Gagne (Endang Purwanti, 2008: 11) bahwa dalam kegiatan pembelajaran terdapat tiga kemampuasn yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan dan mengelola kegiatan pembelajaran serta menilai hasil belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran, salah satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru sebagai mediator dan komponen pengajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. guru diharapkan mampu mengembangkan profesionalisme dalam mengajarkan siswa dalam fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirancang harus lebih menekankan pada proses daripada hasil, untuk itu dalam pembelajaran 3

20 yang harus diprioritaskan adalah aktivitas siswa. pembelajaran di kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Usaha mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam pembelajaran, perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat memotivasi siswa untuk belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ngalimun (2013) yang menyatakan bahwa setiap model pembelajaran dapat mengarahkan guru dalam merancang pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan model pembelajran harus dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi yang disampaikan, serta tujuan yang hendak dicapai. Pada setiap siswa memiliki karakteristik prbadi yang berbeda dengan siswa lain. Karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya masih senang bermain dan susah untuk disuruh tenang. Menurut Izzaty dkk. (2008: 104) masa usia sekolah atau masa sekolah dasar disebut sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai masuk masa pubertas atau remaja awal yang berkisar pada tahun. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Negeri 4 Wates, Kulonprogo pada bulan Juli 2016, saat pembelajaran berlangsung ada siswa yang aktif mengikuti pembelajaran dengan sering mengajukan pertanyaan pada guru, mencatata, dan rajin mengerjakan tugas. Namun banyak pula siswa yang pasif saat pembelajaran, tidak mau bertanya 4

21 meskipun ia belum mengerti, dan tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas. Guru telah berusaha melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami, guru juga telah mengadakan tanya jawab terkait materi yang dijarkan. Namun tak banyak siswa yang berbicara untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. Hanya sebagian siswa saja yang aktif berbicara. Untuk meminimalisir kepasifan siswa, guru berinisiatif untuk menempatkan siswa duduk secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa secara heterogen. Dengan penataan kelas seperti demikian diharapkan siswa dapat berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Selain itu, diharapkan siswa juga dapat terpacu untuk aktif dan berani dalam menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Namun, hal tersebut belum cukup untuk membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa masih terlihat pasif dalam pembelajaran. Ada pula beberapa kelompok siswa yang memanfaatkan kelompok belajarnya untuk mmebuat gaduh suasana kelas. Keadaan tersebut menjadikan siswa tidak fokus pada materi pelajaran yang disampaikan guru. Hasil observasi yang dilakukan, dipertegas dengan hasil wawancara pada guru kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IIIA SD Negeri 4 Wates, guru mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat masih sangat kurang. Terlihat dari kegiatan sisswa pada saat diskusi yang maish pasif dan hanya diam saja. 5

22 Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara masih kurang. Siswa tidak mau ikut berbicara menyampaikan pendapatnya. Banyak siswa yang sebenarnya memiliki gagasan masing-masing namun mereka kesulitan menyampaikannya. Berdasarkan uraian masalah di atas, pembelajaran yang dilaksanakan menjadi kurang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti bermaksud untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran agar setiap siswa dapat menggunakan kesempatannya dalam diskusi atau kerja kelompok. Dengan demikian pembelajaran akan lebih menyenangkan juga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan adanya pemerataan kesempatan dalam diskusi maupun kerja kelompok, maka diharapkan siswa benar-benar dapat membangun sendiri pengetahuannya dengan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang telah dialaminya selama proses belajar berlangsung. Bertolak dari kondisi yang telah disebutkan, maka dapat dirancang sebuah pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan yang dilakukan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dalam kegiatannya masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan 6

23 pemikiran orang lain. Keunggulan teknik untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Karena dalam kerja kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan bicara, sementara anggota lain pasif. Artinya, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak tercapai, karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan (Lie, 2005: 54). Penggunaan model pembelajaran kancing gemerincing akan membuat siswa merasakan suasana yang berbeda ketika sedang belajar. Pembelajaran di dalam kelompok diharapkan tidak lagi hanya didominasi oleh siswa-siswa yang biasanya aktif. Namun, setiap siswa harus aktif, sehingga akan terjadi pemerataan kesempatan di antara siswa. Dengan adanya pemerataan kesempatan bagi siswa untuk berbicara, maka secara alami setiap siswa akan mengalami peningkatan keterampilan berbicara. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses kegiatan pembelajaran di kelas III A SD Negeri 4 Wates kabupaten Kulonprogo dengan model kooperatif tipe kancing gemerincing. Hal ini didasari dengan keterampilan berbicara dalam pembelajaran menjadi salah satu aspek yang masuk dalam penilaian dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan latar belakang yang dipaparkan di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas III A SD Negeri 4 Wates, Kulonprogo. 7

24 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Keterampilan berbicara siswa saat mengemukakan pendapat masih rendah. 2. Siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates kurang aktif saat pembelajaran berlangsung. 3. Perhatian siswa belum terfokus pada materi yang disampaikan guru. 4. Guru kelas IIIA SD Negeri 4 Wates sudah menerapkan model pembelajaran kooperaatif, namun pengorganisasiannya belum optimal. 5. Siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates masih merasa kesulitan dalam menyampaikan gagasan. C. Batasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan. Penelitian ini dibatasi pada masalah rendahnya keterampilan berbicara siswa. D. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing pada siswa kelas III A SD Negeri 4 Wates? 8

25 2. Seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara melalui model kooperatif kancing gemerincing pada siswa kelas III A SD Negeri 4 Wates? E. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini seperti berikut. 1. Meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara pada pembelajaran di kelas III A SD Negeri 4 Wates melalui model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. 2. Meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas III A SD Negeri 4 Wates melalui model kooperatif kancing gemerincing. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Guru 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan mutu dari proses kegiatan belajar mengajar. 9

26 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memilih metode mengajar yang tepat dalam proses pembelajaran. 3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi mengenai penerapan model pembelajaran sebagai bekal pengetahuan agar guru dapat meningkatkan keterampilan dalam proses pembelajaran, memperbaiki pengelolaan pembelajaran, meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran di kelas, serta mengembangkan pembelajaran di Sekolah Dasar. b. Manfaat Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi pada siswa untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, meningkatkan minat belajar siswa, dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. 10

27 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam komunikasi. Berbicara merupakan kemampuan dalam menyampaikan pendapat melalui bahasa lisan. Melalui berbicara seseorang dapat menyampaikan informasi kepada orang lain melalui ungkapan. Berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Henry Guntur Tarigan, 1987: 15). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Dipodjoyo (Setyawan Pujiono: 84) mengungkapkan bahwa komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada individu lain atau sekelompok orang. Nurjamal (2011:4) mengungkapkan berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan-pikiran-perasaan seseorang secara lisan kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan untuk menyampailan pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan kepada individu lain. Menurut Djago Tarigan (1990: 164) keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. Seseorang tidak 11

28 akan langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Disamping itu, Mukhsin Ahmadi (1990: 18) mengungkapkan keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan berbicara didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan melenyapkan problema kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan dan berat lidah. Pendapat lain dinyatakan oleh Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 241) yang menyatakan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan dan keinginan kepada orang lain. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan untuk mengungkapkan pesan, pikiran, perasaan, ide, pengalaman secara lisan kepada orang lain. Melalui berbicara, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara langsung. 12

29 2. Jenis-jenis Berbicara Jenis bicara menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 59) dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, antara lain arah pembicaraan, tujuan pembicaraan, dan suasana. 1) Arah pembicaraan Berdasarkan arah pembicaraan, berbicara dibedakan menjadi dua yaitu berbicara satu arah (pidato dan ceramah) dan berbicara dua multi arah (diskusi). 2) Tujuan Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, argumentasi, agitasi, instruksional, rekreatif. 3) Suasana Berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan nonformal. Menurut Djado Tarigan (1990: 176), paling sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara. Kelima landasan tersebut adalah situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak, dan peristwa khusus. 1) Situasi Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat informal atau tal formal. a) Jenis-jenis berbicara informal meliputi: tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk. b) Jenis-jenis berbicara formal meliputi: ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlementer, dan bercerita. 13

30 2) Tujuan Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan atau menggerakkan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara tersebut, berbicara dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis: a) Berbicara menghibur. Contohnya lawakan, guyonan dalam ludruk, Srimulat, cerita Kabayan, cerita Abu Nawas. b) Berbicara menginformasikan. Contohnya pengumuman atau penjelasan suatu cara melakukan suatu hal. c) Berbicara menstimulasi. Contohnya nasehat guru terhadap siswa, dokter terhadap pasiennya atau ibu terhadap anaknya. d) Berbicara meyakinkan. Contohnya pidato. e) Berbicara menggerakkan. Contohnya pidato dengan tujuan mencapai tujuan bersama. 3) Metode Penyampaian Dalam berbicara, ada empat cara yang bisa digunakan dalam menyampaikan pembicaraan. Keempat cara tersebut adalah penyampaian secara mendadak, penyampaian berdasarkan cacatan kecil, penyampaian berdasarkan hafalan, penyampaian berdasarkan naskah. a) Berbicara mendadak. Berbicara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dikarenakan tuntutan situasi. 14

31 b) Berbicara menggunakan cacatan kecil. Biasanya pembicara menggunakan cacatan kecil dalam kartu yang berisi butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berdasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai suatu hal. c) Berbicara berdasarkan hafalan. Pembicara mempersiapkan bahan pembicaraannya dengan cermat dan dituliskannya secara lengkap. Bahan yang sudah ditulis itu dihafalkan kata demi kata, lalu bebricara berdasarkan hasil hafalannya. d) Berbicara berdasarkan naskah. Pembicara membacakan naskah yang sudah disusun rapi. Berbicara berdasarkan naskah dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi, dan menyangkut kepentingan umum. 4) Jumlah penyimak Berbicara selalu melibatkan dua pihak yakni pendengar dan pembicara. Jumlah pendengar dapat bervariasi misalnya satu orang, dua orang atau lebih. Berdasarkan jumlah penyimak, berbicara dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut: a) Berbicara antar pribadi. Berbicara ini terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu. Jenis berbicara antar pribadi sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya percakapan antara ayah dan ibu, percakapan antar pasien dan dokter, percakapan 15

32 dengan tema, atau diskusi antara dosen pembimbing dengan mahasiswanya. b) Berbicara dalam kelompok kecil. Berbicara ini terjadi apabila seorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar misalnya tiga sampai lima orang. Pembicara dan pendengar dapat bertukar pesan. Berbicara dalam kelompok kecil sering dilakukan dalam praktek pengajaran, penataran atau latihan belajar bahasa. c) Berbicara dalam kelompok besar. Berbicara ini terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa. 5) Peristiwa khusus Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa atau spesifik. Berdasarkan peristiwa khusus itu, berbicara dapat digolongkan menjadi enam jenis yaitu sebagai berikut: a) presentasi, b) penyambutan, c) perpisahan, d) jamuan, e) perkenalan, dan f) nominasi. Dengan demikian, berbicara dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, antara lain situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak dan peristiwa khusus. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan berbicara Setyawan Pujiono (2012: 87) menyatakan bahwa ada dua faktor penting yang harus diperhatikan. Kedua faktor penting tersebut adalah 16

33 faktor yang terkait dengan bahasa yaitu faktor kebahasaan dan faktor yang terkait dengan teknis pelaksanaan penyampaian materi pembicaraan yaitu faktor non-kebahasaan. 1) Faktor kebahasaan Keefektifan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebahasaan yang dikuasainya. Faktor-faktor tersebut antara lain: a) ketepatan ucapan (tata bunyi), b) penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai, c) pilihan kata (diksi), dan d) kalimat efektif. 2) Faktor non-kebahasaan Dalam berbicara, yang termasuk faktor non-kebahasaan adalah: a) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, b) kontak mata atau pandangan harus diarahkan kepada audien atau khalayak pendengar, c) gerak-gerik dan mimik yang tepat, d) kenyaringan suara, e) kelancaran, dan f) relevansi atau penalaran. Menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 59) pengajaran berbicara perlu memperhatikan dua faktor yang mendukung arah tercapainya pembicaraan yang efektif, yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. 1) Faktor kebahasaan Faktor kebahasaan yang mendukung keefektifan berbicara antara lain: pelafalan bunyi bahasa, penggunaan intonasi, 17

34 pemilihan kata dan ungkapan, serta penyusunan kalimat dan paragraf. 2) Faktor non kebahasaan Faktor non kebahasaan yang mendukung keefektifan berbicara ialah: ketenangan dan kegairahan, keterbukaan, keintiman, isyarat nonverbal dan topik pembicaraan. Menurut Maidar Arsjad dan Mukti (1991: 17) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. 1) Faktor kebahasaan Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor kebahasaan antara lain: a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai, c) pilihan kata (diksi), dan d) ketepatan sasaran pembicaraan. 2) Faktor non-kebahasaan Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor non-kebahasaan antara lain: a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, b) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, c) kesediaan menghargai pendapat orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi/penalaran, dan h) penguasaan topik. Sejalan dengan pendapat di atas, Sabarti Akhadiah, dkk. (1992: 154) juga membagi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam 18

35 keterampilan berbicara menjadi dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek non-kebahasaan. 1) Aspek kebahasaan Aspek kebahasaan adalah hal utama dalam keterampilan berbicara. Aspek-aspek tersebut antara lain: a) pelafalan bunyi, b) penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme, c) penggunaan kata dan kalimat. Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing aspek kebahasaan yang mempengaruhi keterampilan berbicara. a) Pelafalan bunyi Pada dasarnya setiap orang memiliki latar belakang kebahasaan yang berbeda-beda. Ciri-ciri kedaerahan setiap orang sering kali sulit dihilangkan. Hal tersebut yang membuat pelafalan bunyi bahasa menjadi berbeda-beda pula. Seperti pelafalan /c/ dengan [se], pelafalan /q/ dengan [kiu] mestinya [ki], pelafalan diftong /au/ sebagai /o/, pelafalan diftong /ai/ sebagai /e/ dan pelafalan bunyi bahasa yang lain. Pembicara harus memperhatikan pelafalan bunyi bahasa tersebut dengan tepat. b) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme Tekanan berhubungan dengan keras lemahnya suara, nada berhubungan dengan tinggi rendahnya suara, jangka menyangkut perhentian, ritme berhubungan dengan cepat- 19

36 lambatnya berbicara, dan intonasi merupakan perpaduan antara empat hal tersebut. Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan menjadi salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja mungkin timbul kejemuan pada pendengar atau keefektifan berbicara tentu akan berkurang. c) Penggunaan kata dan kalimat Penggunaan pemilihan kata yang digunakan pembicara pada waktu mengkomunikasikan sesuatu secara lisan perlu diperhatikan. Pemakaian kata yang kurang tepat atau kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi pemakaian tertentu perlu dikoreksi dan dibenarkan. Demikian pula kalimat yang digunakan harus diperhatikan. Pembicara perlu menggunakan struktur kalimat yang benar pada berbagai kesempatan dalam berbicara. 2) Aspek non-kebahasaan Kefektifan dalam berbicara tidak hanya dilihat dari aspek kebahasaan, namun aspek non-kebahasaan juga ikut mempengaruhi. Aspek non-kebahasaan tersebut antara lain: a) sikap wajar, tenang, dan tidak kaku, b) pandangan yang diarahkan kepada lawa bicara, c) kesediaan menghargai pendapat orang lain, d) kesediaan mengoreksi diri sendiri, e) keberanian mengemukakan 20

37 dan mempertahankan pendapat, f) gerak gerik dan mimik yang tepat, g) kenyaringan suara, h) kelancaran, i) penalaran dan relevansi dan j) penguasaan topik. Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing aspek nonkebahasaan yang mempengaruhi keterampilan berbicara. a) Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku Dalam berbicara kita harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Bersikap wajar berarti berpenampilan atau berbuat biasa sebagaimana adanya, tanpa berlebihan sesuai dengan keadaan. Sikap yang wajar dapat menarik perhatian pendengar. Sikap yang tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menimbulkan jalan pikiran dan pembicaraan menjadi lebih lancar. Dalam berbicara, pembicara tidak boleh bersikap kaku, tetapi harus bersikap luwes, lemah lembut dan fleksibel. b) Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara Pada waktu berbicara, pandangan pembicara harus diarahkan kepada lawan bicara, baik dalam pembicaraan perorangan maupun dalam kelompok. Pandangan pembicara yang tidak diarahkan kepada lawan bicara atau memandang ke atas, samping atau menunduk mengakibatkan perhatian pendengar berkurang, karena mungkin merasa tidak atau kurang diperhatikan. 21

38 c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain Menghargai pendapat orang lain berarti menghormati atau mengindahkan pikiran atau anggapan orang lain, baik pendapat itu benar maupun salah. Jika pendapat itu benar hendaknya diindahkan dan diperhatikan, karena memang pendapat yang benar itulah yang diperlukan. Seandainya pendapat itu salah pun perlu dihargai, karena itulah kemampuan yang ada padanya. d) Kesediaan mengoreksi diri sendiri Mengoreksi diri sendiri berarti memperbaiki kesalahan diri sendiri. Kesediaan memperbaiki diri sendiri adalah suatu sikap yang sangat terpuji. Sikap ini diperlukan dalam berbicara agar diperoleh kebenaran atau kesepakatan yang memang menjadi salah satu tujuan suatu pembicaraan. e) Keberanian mengemukakan dan mempertahankan pendapat Dalam berbicara, untuk dapat mengemukakan pendapat tentang sesuatu seseorang memerlukan keberanian. Ada seseorang yang tidak dapat berbicara karena memang ia tidak mempunyai pemikiran tentang sesuatu itu. Namun ada juga seseorang yang tidak dapat berbicara padahal ia memiliki pendapat tentang sesuatu, karena ia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya. 22

39 f) Gerak gerik dan mimik yang tepat Gerak gerik dan mimik berfungsi membantu memperjelas atau menghidupkan pembicaraan. Gerak gerik dan mimik yang tepat yaitu gerak yang tidak berlebihan, sehingga tidak mengganggu keefektifan berbicara dan perhatian pendengar. g) Kenyaringan suara Tingkat kenyaringan suara hendaknya disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar yang ada. Jangan sampai suara terlalu nyaring atau berteriak-teriak di tempat yang terlalu sempit atau sebaliknya, suara terlalu lemah pada ruangan yang terlalu luas, sehingga suara tidak dapat ditangkap oleh semua pendengar. Kenyaringan suara harus diatur sedemikian rupa sehingga semua pendengar dapat menangkapnya dengan jelas dan juga mengingat kemungkinan adanya gangguan dari luar. h) Kelancaran Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu seperti e, em, apa itu, dapat mengganggu penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Pembicaraan jangan sampai terlalu cepat agar tidak menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraan. 23

40 i) Penalaran dan relevansi Penalaran yaitu pemikiran atau cara berpikir yang logis untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Hal itu menunjukkan bahwa dalam pembicaraan seorang pembicara terdapat urutan dan runtutan pokok-pokok pikiran dengan menggunakan kalimat yang padu sehingga menimbulkan kejelasan arti. j) Penguasaan topik Penguasaan topik pembicaraan berarti pemahaman atas suatu pokok pembicaraan. Dengan pemahaman trsebut, seseorang pembicara akan mempunyai kesanggupan untuk mengemukakan topik atau pokok pembicaraan itu kepada pendengar. Penguasaan topik yang baik dapat menimbulkan keberanian dan menunjang kelancaran berbicara. Berdasarkan kajian mengenai faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara di atas, peneliti menyederhanakan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap keterampilan berbicara sebagai berikut; aspek kebahasaan terdiri dari 1) ketepatan lafal, 2) intonasi, 3) pemilihan kosakata, dan 4) kosakata, aspek non kebahasaan terdiri dari sikap dan keberanian. B. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik. Melalui sebuah model 24

41 pembelajaran, guru dapat menciptakan pembelajaran yang dapat digunakan mneyesuaikan karakteristik siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, maka diharapkan siswa dapat lebiih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dengan antusias siswa yang baik dalam pembelajaran, maka diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sejalan dengan pendapat Anita Lie (2007: 12) bahwa pembelajaran kooperaif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sementara itu Artzt dan Newman (Trianto, 2010: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Trianto (2010: 56) menyatakan dalam setiap kelompok dalam kelas kooperatif terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan 25

42 kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Davidson dan Kroll (Nur Asma, 2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif sebagai kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide. Dalam kelompikkelompok tersebut siswa saling bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil untuk saling bekerjasama dan membantu menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama terhadap pencapaian belajar secara individu maupun kelompok. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Slavin (Asis Saefuddin, 2014: 51) menyatakan bahwa fokus kelompok pada pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma-norma dalam budaya anak-anak dan membuat prestasi tinggi dalam tugas-tugas belajar akademis lebih dapat diterima. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman serta pengembangan keterampilan sosial. 26

43 Sejalan dengan pendapat Slavin, Zamroni (Trianto, 2010: 57) mengungkapkan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah untuk mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, penerapan belajar kooperatif diharapkan dapat meningkatkan solidaritas sosial antar siswa. Johnson & Johnson (Trianto, 2010:57) menyatakan bahwa tujuan utama dari belajar kooperatif adalah untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Pendapat ini diperkuat oleh Louisell & Descamps (Trianto, 2010:57) yang mengungkapkan bahwa dengan kondisi siswa yang bekerja di dalam tim, akan memperbaiki hubungan antar siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Model pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merusmuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 5). 27

44 Nur Asma (2006: 12) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Pembelajaran kooperatif mengajarkan penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi berbeda untuk bekerja bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan siswa belajar menghargai satu sama lain. Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif yaitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun beragam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi 28

45 ini dibuktikan dengan begitu sering terjadi suatu pertikaian kecil antar individu yang dapat mengakibatkan tindak kekerasan, atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Jadi, tujuan pembelajaran kooperatif tidak hanya untuk mencapai hasil belajar akademik saja. Namun juga untuk mengembangkan sikap saling menerima dan menghargai serta mengajarkan keterampilan sosial bagi siswa. 3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif Menurut Nur Asma (2006: 14) dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya terapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive learning) dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Penjelasan dari masing-masing prinsip dasar model pembelajaran kooperatif tersebut sebagai berikut. a. Belajar siswa aktif Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. Siswa bekerja 29

46 sama, melakukan diskusi, mengemukakan ide masing-masing dan menguji secara bersama-sama. Siswa menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendidkusikan pula dengan kelompok lainnya. b. Belajar kerjasama Proses pembelajaran dilalui dengan bekerja sama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah, dan mengujinya secara bersama-sama sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama diyakini akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa. c. Pembelajaran partisipatorik Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. d. Reactive teaching Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif, guru perlu menerapkan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika 30

47 guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswa akan manfaat pelajaran untuk masa depan. Apabila guru mengetahui bahwa siswa merasa bosan, maka guru harus segera mencari cara untuk mengantisipasinya. e. Pembelajaran yang Menyenangkan Pembelajaran harus berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan. Model pembelajaran ini tidak akan berjalan secara efektif jika suasana belajar yang ada tidak menyenangkan. Adapun prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Stahl (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 7) adalah sebagai berikut: a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang diinginkan guru untuk dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Apakah kegiatan belajar ditekankan pada pemahaman materi pelajaran, sikap, dan proses dalam bekerja sama, ataukah keterampilan tertentu. Tujuan harus dirumuskan dalam bahasa dan konteks kalimat yang mudah dimengerti. 31

48 b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar Guru hendaknya mampu mengkondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas. Siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerja sama dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan untuk dipelajari. c. Ketergantungan yang bersifat positif Guru harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. d. Interaksi yang bersifat terbuka Interaksi yang terjadi di dalam kelompok bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Suasana belajar seperti ini akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan di kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Mereka akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, kritik dari temannya secara positif dan terbuka. 32

49 e. Tanggung jawab individu Keberhasilan belajar dalam model belajar ini dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa yang telah dipelajarinya diantara siswa lainnya. Sehingga secara individual siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. f. Kelompok bersifat heterogen Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral, dan perilaku siswa. Sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif Dalam mengerjakan tugas, siswa bekerja dalam kelompok sebagai kelompok kerja sama. Dalam praktiknya siswa tidak bisa menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada anggota kelompok lainnya. Pada kegiatan kerja kelompok, siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksi dalam memimpin, 33

50 berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. h. Tindak lanjut (Follow Up) Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya. Guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan siswa dan aktivitas mereka selama bekerja dalam kelompok belajar tersebut. Dalam hal ini, guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan saran dalam rangka perbaikan belajar dari hasilnya di kemudian hari. i. Kepuasan dalam belajar Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Apabila siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan yang diperoleh akan sangat terbatas. Oleh karena itu guru hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model pembelajaran ini. Menurut Jumanta Hamdayama (2014: 64) terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan sebagai berikut. 34

51 a. Prinsip ketergantungan positif Tugas kelompok dapat terselesaikan dengan adanya kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampun lebih diharapkan dapat membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. Tanggung jawab perseorangan Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. c. Interaksi tatap muka Pembelajaran kooperaif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Partisipasi dan komunikasi Pembelajaran kooperaif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Siswa dapat mengembnagkan kemampuan berkomunikasi seperti kemampuan mendengarkan, keterampilan berbicara, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara 35

52 menyanggah pendapat orang lain, tidak memojokkan, dan cara menyampaikan gagasan dan ide-ide dengan baik. Adapun prinsip-prinsip belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 61) adalah sebagai berikut: 1. Penghargaan kelompok, apabila kelompok dapat mencapai krieria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, berarti sukses atau tidaknya sebuah kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus pada usaha untuk membantu yang lain dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok mampu menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. 3. Kesempatan yang sama untuk sukses, berarti bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini akan berpengaruh bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik untuk kelompok. 4. Unsur Pokok Pembelajaran Kooperatif Arends (Nur Asma, 2006: 16) berpendapat bahwa unsur-unsur dasar belajar kooperatif adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 36

53 e. Siswa akan dikenakan atau akan diberi hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. g. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya. Sementara itu Johnson & Johnson dan Sutton (Trianto, 2010: 60) menyatakan bahwa lima unsur penting dalam belajar kooperatif adalah: a. Saling ketergantungan positif antar siswa Dalam belajar kooperatif, siswa harus merasa bahwa sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan yang terikat saru sama lain. Siswa akan merasa bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang memiliki andil terhadap kesuksesan kelompoknya. b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat Interaksi antara siswa akan meningkat karena seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling ketergantungan antar anggota kelompok terjadi secara alamiah karena kegagalan seorang anggota kelompok akan berpengaruh pada kesuksesan kelomok. Interaksi saat kerja kelompok terjadi pada hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari. c. Tanggungjawab individual Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa: membantu siswa yang mebutuhkan bantuan, dan siswa tidak bisa sekedar membonceng pada hasil pekerjaan teman sekelompoknya. 37

54 d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan membutuhkan keterampilan khusus. Hal ini disebabkan selain siswa dituntut untuk mempelajari materi yang diajarkan, siswa juga dituntut untuk berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. e. Proses kelompok Proses kelompok terjadi jika nggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Sedangkan Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2007: 31) mengatakan bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab setiap angggota kelompok, oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif. b. Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perseorangan. 38

55 c. Tatap muka Interaksi yang terjadi melalui tatap muka dalam diskusi akan memberikan keuntungan pada semua anggota dalam menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing anggota kelompok. d. Komunikasi antar anggota Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting. e. Evaluasi proses kelompok Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok. Lebih lanjut, Bennet dan Jacobs (Nur Asma, 2006: 17) menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan secara positif Saling ketergantungan secara positif merupakan perasaan antar kelompok siswa untuk membantu setiap orang dalam kelompok tersebut. Saling ketergantungan secara positif berarti bahwa anggotaanggota kelompok merasakan bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. 39

56 b. Tanggung jawab individu Satu hal yang sering terjadi pada saat siswa bekerja dalam kelompok adalah adanya beberapa anggota kelompok yang mengakhiri semua pekerjaannya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa siswa mencoba menghindari bekerja atau karena yang lain ingin mengerjakan semua pekerjaan kelompok. Jadi, mendorong setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi dan belajar adalah suatu unsur yang sangat ideal. c. Pengelompokan secara heterogen Mencampurkan siswa berdasarkan prestasi didorong untuk mempromosikan sistem tutor sebaya, mengelompokkan siswa berprestasi rendah dengan model kebiasaan yang baik, dan memperbaki hubungan antar siswa. d. Keterampilan-keterampilan kolaboratif Keterampilan-keterampilan kolaboratif penting dimiliki oleh setiap siswa, tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan mencapai prestasi maksimal di sekolah tetapi juga untuk mencapai sukses dalam karir di luar sekolah bersama teman dan keluarga maupun dengan orang lain. Dalam memilih suatu keterampilan kolaboratif, guru hendaknya lebih menekankan pada kesesuaian dengan karakteristik masing-masing pelajaran. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa akan terdapat keterampilan yang sama untuk beberapa pelajaran. e. Pemrosesan interaksi kelompok 40

57 Pemrosesan interaksi kelompok membantu kelompok belajar untuk berkolaborasi lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan selama atau di akhir kegiatan. Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek yaitu menjelaskan tentang keberfungsian kelompok dan kelompok akan mendiskusikan apakah interaksi mereka perlu diperbaiki. f. Interaksi tatap muka (face-to-face interaction) Siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu dengan yang lain selama mereka bekerja. Mereka mungkin berkomunikasi secara verbal atau nonverbal. Interaksi akan terjadi antar siswa. Teknik ini mencirikan interaksi tatap muka yang sekaligus membedakan dengan iklim pembelajaran individualistik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, unsur-unsur pokok dalam pembelajaran kooperatif antara lain: saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi tatap muka, keterampilan-keterampilan kolaboratif, pemrosesan interaksi kelompok, dan evaluasi proses kelompok. 5. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif secara umum menurut Stahl (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 10) dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Langkah pertama Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program pembelajaran. Guru mempertimbangkan dan 41

58 menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Disamping itu, guru menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selaa berlangsungnya pembelajaran. Untuk memulai pembelajaran guru harus menjelaskan tujuan, sikap, dan keterampilan sosial yang ingin dicapai sehingga siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung. b. Langkah kedua Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Guru menyajikan materi dengan menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Selanjutnya guru menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya masing-masing. Pada saat siswa belajar berkelompok, guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya. c. Langkah ketiga Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Pada saat kegiatan 42

59 kelompok berlangsung, ketika siswa terlibat dalam diskusi pada masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individu maupun secara klasikal. d. Langkah keempat Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masingmasing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahmana siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkan. Setelah presentasi berakhir, guru mengajak siswa melakukan refeksi terhadap proses jalannya pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada atau sikap/perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran. 43

60 Aris Shoimin (2014: 46) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut. Tabel 1. Fase-Fase dalam Pembelajaran Kooperatif Fase Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2: Menyajikan informasi Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5: Evaluasi Fase 6: Memberikan penghargaan Kegiatan Guru Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mempersiapkan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Berikut penjelasan mengenai enam fase atau sintak dalam model pembelajaran kooperatif tersebut. a. Fase pertama Pada awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru juga mendorong siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subyek yang akan dipelajari. 44

61 b. Fase kedua Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. c. Fase ketiga Guru mengatur dan membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. d. Fase keempat Pada tahap ini guru membimbing siswa saat mereka bekerjasama untuk menyelesaikan tugas. Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, atau pengarahan dalam menyelesaikan tugas. e. Fase kelima Guru melakukan evaluasi tentang apa yang telah siswa pelajari dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan presentasi hasil akhir kerja kelompok. f. Fase keenam Guru mempersiapkan penghargaan yang akan diberikan kepada siswa. Penghargaan diberikan untuk usaha-usaha kelompok maupun individu. 45

62 Sedangkan langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma (2006: 85) meliputi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif, tugas-tugas yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: 1) Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan 2) Menentukan materi yang akan diajarkan 3) Membentuk kelompok-kelompok kecil 4) Mengembangkan materi pelajaran 5) Memberikan pemahaman tentang tugas dan peran siswa 6) Menentukan waktu dan tempat yang akan digunakan dalam belajar b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa kegiatan yang terjadi dalam kelas seperti berikut: 1) Guru menyajikan materi pembelajaran kooperatif 2) Siswa belajar dalam kelompok 3) Siswa mengerjakan kuis 4) Pemberian pengharagaan kepada siswa yang telah berhasil mengerjakan kuis 6. Keterampilan Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran. Keterampilan kooperatif tersebut adalah sebagai berikut (Laundren dalam Nur Asma, 2006: 24): a. Keterampilan tingkat bawah terdiri dari: menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada 46

63 dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghargai perbedaan individu. b. Keterampilan tingkat menengah terdiri dari: menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, mengurangi ketegangan. c. Keterampilan tingkat mahir terdiri dari: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi. C. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran kooperatif yang dikembangkannya menitikberatkan pada pemerataan kesempatan berpendapat, sehingga setiap siswa akan memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Huda (2011: 142) menjelaskan bahwa dalam teknik kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok memiliki kesempatan 47

64 untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan anggota lain. Teknik ini memastikan setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama dalam berkontribusi pada kelompoknya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Lie (2002:63) yang menyatakan bahwa model kooperatif teknik kancing gemerincing adalah teknik yang didalam pelaksanaannya setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi. Keunggulan dari teknik ini adalah dapat memeratakan kesempatan anggota kelompok untuk berkontribusi. Hal ni didasari oleh kenyataan di lapangan, bahwa sering kali terdapat siswa yang dominan aktif dalam sebuah kelompok yang menyebabkan anggota lainnya memilih pasrah dan pasif. Sementara itu Isjoni (2010:79) menyatakan teknikkancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spencer Kagan ini memungkinkan seluruh peserta didik untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat dan gagasannya kepada orang lain. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah model pembelajaran yang menekankan pada pemerataan kesempatan setiap siswa dalam kelompoknya. Model pembelajaran tipe ini dapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan kesempatan antara siswa yang aktif dan pasif. Dengan menggunakan model pembelajaran ini maka tidak aka nada lagi siswa yang dominan aktif dalam kelompok. Setiap 48

65 anggota kelompok akan memilliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat. 2. Tahap-Tahap Kegiatan Pembelajaran Anita Lie (2005: 64) mengungkapkan proses pembelajaran menggunakan teknik kancing gemerincing sebagai berikut: a. Guru menyiapkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing (bisa diganti menggunakan benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, dan sebagainya). b. Sebelum kelompok memulai tugas, setiap siswa mendapatkan dua atau tiga kancing. Penentuan jumlah kancing yang diberikan tergantung dari sukar atau tidaknya tugas yang diberikaan. c. Setiap siswa mengeluarkan pendapat, ia harus meletakkan kancing yang dimilikinya di tengah-tengah. d. Siswa yang telah menghabiskan seluruh kancing yang dimilikinya tidak boleh mengeluarkan pendapat sampai semua rekan sekelompoknya juga mengeluarkan pendapat. e. Jika semua kancing telah selesai namun tugas belum selesai, kelompiok dapat kembali mebagi-bagikan kancing kemudian mengulangi prosedur yang sama. Sementara itu, Warsono dan Hariyanto (2013: 234) mengungkapkan sintaks dari kancing gemerincing (talking chips) adalah sebagai berikut: 1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. 2. Guru menyiapkan keeping-keping bicara berupa sesuatu bentuk yang dapat berupa keeping kertas berbentuk bulat atau berbentuk persegi terbuat dari kardus atau karton manila berwarna-warni yang antara lain berisi tugas untuk : a. Mengekspresikan keraguan; b. Menjawab pertanyaan; c. Mengajukan pertanyaan; d. Memberikan gagasan; e. Bertanya untuk karifikasi/ penjelasan; f. Klarifikasi suatu gagasan; g. Tanggapan terhadap gagasan; h. Membuat ringkasan; i. Mendorong partisipasi; j. Mengatakan sesuatu yang positif terhadap gagasan seseorang. 49

66 3. Guru melakukan presentasi singkat terikat bahan ajar. 4. Siswa dalam kelompok memilih keping bicara. Mereka menempatkan keping bicara tersebut di meja kelompoknya. 5. Salah satu siswa bicara terkait tugas yang diminta dalam keping bicara. 6. Setelah siswa tersebut selesai bicara, siswa yang lain memikirkan cara lain untuk melanjutkan diskusi kemudian angkat bicara terkait tugas yang diarahkan oleh keping bicara. 7. Pada akhir diskusi kelompok, setiap siswa harus sudah menggunakan seluruh keping bicara yang tersedia. 8. Refleksi kelas. 3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing Huda (2011: 142) mengungkapkan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing yaitu: 1. Kancing gemerincing dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas 2. Dalam kegiatan, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi dalam kelompoknya 3. Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang biasanya mewarnai kerja kelompok 4. Pemerataan tanggung jawab dalam kelompok dapat tercapai 5. Dalam teknik ini dipasatikan setiap siswa memiliki kesempatan untuk berperan serta. Di sisi lain, Lie (2005: 63) mengungkapkan bahwa keunggulan teknik kancing gemerincing ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Sejalan dengan itu Warsono dan Hariyanto (2013: 234) mengungkapkan dalam aktivitas kancing gemerincing akan mendorong timbulnya partisipasi setara dan keterampilan berwacana dalam kelompok. Dalam kegiatan kancing gemerincing juga menjamin agar setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya. 50

67 Sementara itu, Fairul (2008: 26) mengungkapkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif, yaitu dalam membagi kelas menjadi kelompok-kelompok akan memakan waktu. Kemudian Utomo dan Budiwibowo (2007:135) mengunkapkan bahwa teknik kancing gemerincing memerlukan periode waktu yang lama dalam menerapkan teknik kancing gemerincing. D. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar Angela Anning (Suharjo, 2006: 36-37) menyatakan bahwa perkembangan dan belajar anak adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan berpikir anak berkembang secara sekuensial dari kongret menuju abstrak. 2. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi. 3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung. 4. Anak memerlukan perkembangan kemmapuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah. 5. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan orang lain. 6. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik. Masa kelas rendah Sekolah Dasar (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 116) berlangsung antara 6/7 tahun 9/10 tahun, memiliki cirri khas, yaitu: 1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri. 3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas itu dianggapnya tidak penting. 4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya. 5. Suka meremehkan orang lain 51

68 Piaget (Usman Samatowa, 2011: 5) mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong meningkatnya perkembangan kognitif siswa yang terjadi sebagai spontan dari kecil sampai berumur 12 tahun. Piaget (Suharjo, 2006: 37) secara mendetail mengenai tahapan perkembangan kognitif anak yang terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap sensori motoris, tahap pra operasional, tahap operasi kongkret, dan tahap operasi formal. Penjelasan mengenai tahapan ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap sensori motoris (0-2 tahun) Pada tahap ini, anak tidak/ belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap melalui inderanya. 2. Tahap praoperasional (2-6/7 tahun) Pada tahap praoperasional, anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpau di lingkungannya. Pada akhir tahun ke dua, anak mulai mengenal simbol/ nama. 3. Tahap operasi konkret (6/7-11/12 tahun) Pada tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Pada tahap inilah anak mulai berkurang egosentrismenya dan lebih sosiosentris (mulai membentuk peer group). 52

69 4. Tahap operasi formal Pada tahap operasi formal, anak sudah mulai mempunyai pemikiran abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka pembelajaran di SD pada masa kanak-kanak akhir (usia 7-12 tahun) harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. pada tahapan siswa kelas V, usia siswa masuk pada tahap operasi kongret. Karakteristik siswa pada tahap ini adalah mulai membentuk kelompok sebaya, untuk itulah pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kelompok belajar. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran dan persepsi yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan beberapa batasan istilah. 1. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada orang lain. Keterampilan berbicara mencakup dua unsur, yaitu unsur kebahasaan (ucapan, intonasi, pemilihan kosakata, koskata, dan kelancaran) dan non kebahasaan (sikap dan keberanian). 2. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah model pembelajaran yang menekankan pada pemerataan kesempatan setiap siswa dalam kelompoknya. Langkah pembelajaran dalam model 53

70 pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut 1) guru menyiapkan kotak kecil berisi kancing-kancing, 2) setiap anggota kelompok mendapatkan dua atau tiga kancing, 3) setiap siswa yang mengeluarkan pendapat harus meletakkan kancing di tengah-tengah meja, 4) siswa yang telah menghabiskan seluruh kancing yang dimilikinya tidak boleh mengeluarkan pendapat sampai semua rekan sekelompoknya juga mengeluarkan pendapat, 5) jika semua kancing telah habis namun tugas belum selesai, kelompok dapat membagibagikan kancing kemudian mengulangi prosedur yang sama. F. Kerangka Pikir Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas III A SD Negeri 4 Wates tingkat keterampilan berbicara siswa masih kurang. Kegiatan berbicara yang dimiliki seseorang bermanfaat untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah dengan meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam upaya peningkatan tersebut perlu digunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga akan menambah motivasi siswa untuk aktif. Dalam usaha meningkatkan keterampilan berbicara dapat digunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. Kelebihan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing antara lain adalah akan mendorong timbulnya partisipasi setara dan keterampilan berwacana dalam kelompok. dalam kegiatan kancing gemerincing juga 54

71 menjamin agar setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing diharapkan akan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang meliputi aspek kebahasaan (ketepatan lafal, intonasi, pemilihan kosakata, kosakata, dan kelancaran) dan non kebahasaan (sikap dan keberanian). 55

72 Adapun skema kerangka berpikir yang dapat peneliti gambarkan adalah sebagai berikut: Keterampilan berbicara siswa kelas III A SD Negeri 4 Wates masih rendah. Dibuktikan dengan siswa masih kurang dapt mengemukakan pendapatnya dengan bahasa lisan dengan baik Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah akan mendorong timbulnya partisipasi setara dan keterampilan berwacana dalam kelompok. dalam kegiatan kancing gemerincing juga menjamin agar setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya. (Warsono dan Hariyanto, 2013: 234) Peningkatan : Keterampilan berbicara siswa yang meliputi aspek kebahasaan (ketepatan lafal, intonasi, pemilihan kosakata, kosakata, dan kelancaran) dan non kebahasaan (sikap dan keberanian) Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 56

73 G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas III SD Negeri 4 Wates. 57

74 A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Pardjono, dkk (2007: 12) Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2010: 3) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru melalui tindakan-tindakan tertentu dalam pembelajaran dengan melakukan refleksi yang bertujuan untuk perbaikan dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Sifat dari penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kolaboratif, dimana peneliti berkolaborasi dengan guru kelas III SD Negeri 4 Wates Kulonprogo tahun ajaran 2016/2017. Guru melaksanakan tindakan di dalam kelas, kemudian siswa melakukan kegiatan berbicara sesuai yang diminta oleh guru dan peneliti melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas. Dengan demikian, dalam melaksanakan 58

75 PTK peneliti bersama-sama dengan mitra peneliti melaksanakan penelitian secara bersamaan langkah demi langkah. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IIIA, SD Negeri 4 Wates Kulonprogo semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada bulan Juli- Oktober SD Negeri 4 Wates beralamat di Jalan Stasiun no. 4 Wates, Kulonprogo. C. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates Kulonprogo tahun ajaran 2016/2017. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates dengan jumlah siswa 30 siswa. D. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart. Pada model Kemmis dan Mc Taggart menggunakan sistem spiral yang saling terkait, yaitu menggunakan empat komponen dalam setiap langkahnya, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, komponen tindakan dan observasi dilaksanakan dalam satu tahap karena kedua kegiatan ini dilakukan secara bersamaan (Pardjono, dkk., 2007: 22). 59

76 Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan rangkaian siklus. Apabila dalam proses penelitian belum terjadi peningkatan pada aspek keterampilan berbicara siswa, maka akan memungkinkan untuk diadakan kembali siklus-siklus selanjutnya. Siklus akan dihentikan apabila penelitian keterampilan berbicara siswa meningkat dan nilai tuntas KKM. Setiap siklus terdiri dari tiga langkah, antara lain: 1) perencanaan, 2) tindakan dan pengamatan/observasi, dan 3) refleksi. Adapun siklus dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut. Keterangan: Siklus I: 1 = Perencanaan siklus I 2 = Pelaksanaan tindakan dan observasi 3 = Refleksi siklus I Siklus II: 1 = Perencanaan siklus II 2 = Pelaksanaan tindakan dan observasi 3 = Refleksi siklus II Gambar 2. PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (Pardjono, dkk., 2007: 22) 60

77 Berdasarkan langkah-langkah yang diterapkan pada setiap siklus, tahap penelitian yang dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Perencanaan Tahap perancanaan merupakan persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan tindakan dalam pembelajaran. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa b. Mempersiapkan materi ajar yang akan disampaikan. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian kegiatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing dalam proses pembelajarannya. d. Mempersiapkan alat pembelajaran serta sumber belajar yang relevan. e. Mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa pada pelaksanaan proses pembelajaran untuk mengetahui proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. 2. Tindakan dan Observasi a. Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, tindakan yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Penerapan tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah dibuat, bersifat fleksibel, tidak tetap, dan dinamis. 61

78 b. Observasi Peneliti dan guru melakukan pengamatan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Hal yang diamati berupa aktivitas guru dalam menerapkan model kooperatif kancing gemerincing, partisipasi siswa dalam setiap kegiatan, kerjasama tim, dan pengamatan terhadap keterampilan berbicara siswa saat berdiskusi dan pada waktu menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka. 3. Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi dan menganalisis data dari hasil pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berbicara siswa, maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan berbicara, maka dibuat siklus II yang meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. E. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui tes berbicara, observasi, dan dokumentasi. Secara lebih lengkap diuraikan sebagai berikut. 62

79 1. Tes Berbicara (Unjuk Kerja) Tes berbicara digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara dengan praktik berbicara secara individual maupun berkelompok berdasarkan aspek-aspek penilaian yang telah disusun. Pelaksaan tes berbicara dapat diamati ketika guru memberikan tugas pada siswa untuk mengemukakan pendapat maupun presentasi secara lisan di depan kelas secara individu. 2. Observasi Observasi adalah cara melakukan pengamatan langsung secara seksama dan sistematis dengan menggunakan alat indera mata, telinga, hidung, tangan dan pikiran (Zainal Mustafa, 2009: 94). Dalam observasi ini, peneliti menggunakan lembar observasi untuk melakukan pengamatan. Peneliti mengamati proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pengumpulan berkas berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus oleh peneliti. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. 63

80 F. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non-test, hal tersebut dikarenakan variabel terikat yang berupa keterampilan berbicara tidak dapat diuji secara tertulis. Adapun penjelasan mengenai instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tes Berbicara (Unjuk Kerja) Tes berbicara dilakukan secara praktik, dapat berupa mengungkapkan pendapat saat tanya jawab dengan guru, penyampaian hasil kerja mandiri, atau presentasi hasil diskusi kelompok. Tes ini dilakukan pada awal sebelum diberikan tindakan, serta diberikan pada akhir setelah tindakan selesai diberikan. Data yang dikumpulkan melalui tes keterampilan berbicara meliputi peningkatan keterampilan berbicara siswa pada dua aspek penilaian, yaitu aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Tujuan diadakannya tes adalah untuk mengetahui peningkatan yang terjadi pada keterampilan berbicara siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan oleh peneliti. Berikut adalah kisi-kisi pengamatan tes keterampilan berbicara. 64

81 Tabel 2. Kisi-Kisi Pengamatan Tes Keterampilan berbicara No Aspek penilaian Sub Variabel 1. Aspek kebahasaan a. Kejelasan lafal b. Intonasi c. Pemilihan kata 2. Aspek nonkebahasaan d. Kosakata a. Sikap b. Kelancaran c. Keberanian Berdasarkan aspek penilaian tersebut, dapat dibedakan menjadi 5 kriteria dengan tingkatan sebagai berikut : Sangat kurang : Kurang : Cukup : Baik : Sangat baik 2. Lembar Observasi Lembar observasi berisi daftar aspek-aspek pokok mengenai pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar observasi ini juga digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang berlangsung telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. Berikut adalah kisikisi lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses penerapan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. 65

82 a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar observasi aktivitas siswa digunakan sebagai pedoman peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing di kelas IIIA SD Negeri 4 Wates. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah sebagai berikut. Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Aspek yang Diamati Indikator Nomor Butir Jumlah Butir Kegiatan siswa Keaktifan siswa dalam 1, 8 2 selama pembelajaran pembelajaran Perhatian siswa dalam 2, 6 2 pembelajaran Sikap siswa dalam mengikuti 3, 4, 5, 3 pembelajaran menggunakan 9, 11 model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing Tanggung jawab siswa dalam 7, 10, 4 melaksanakan tugas yang 12, 15 diberikan oleh guru Respon siswa pada stimulus yang diberikan guru 13, 14 2 Jumlah 15 66

83 b. Lembar Observasi Aktivitas Guru Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan kegiatan yang dilakukan guru selama pembelajaran. Lembar observasi juga digunakan untuk mengamati pelaksanaan langkah-langkah model pembelajaran kooeratif tipe kancing gemerincing oleh guru. Adapun kisi-kisi instrument observasi aktivitas guru terhadap keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru terhadap Proses Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing No. Aspek yang Diamati Indikator Nomor Butir Jumlah Butir 1. Kegiatan Pendahuluan 2. Kegiatan inti (peerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing) a. Melakukan apersepsi b. Memberikan motivasi kepada siswa c. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai d. Menjelaskan langkahlangkah pembelajaran a. Mengelompokkan siswa b. Menyiapkan kancing bicara c. Mengontrol kesiapan diskusi d. Mengamati jalannya diskusi e. Melakukan penilaian presentasi f. Menanggapio hasil kegiatan siswa 67 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8, 9, 10, Kegiatan a. Bersama siswa 12, 13, 4 4 6

84 penutup melakukan refleksi 14, 15 b. Bersama siswa mengambil kesimpulan c. Memberikan tes evaluasi d. Memberikan tindak lanjut Jumlah 15 G. Validitas Instrumen Uji validitas instrument yang dilakukan oleh peneliti adalah validitas isi (content validity). Menurut Sugiyono (2014: 353), validitas isi digunakan untuk instrument yang berbentuk tes dan instrument yang mengukur efektifitas program. Pengambilan keputusan valid dan tidaknya soal tes dan lembar observasi tersebut berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan dan disetuji oleh ahli (expert judgement). Pada penelitian ini, peneliti meminta bantuan dosen ahli bahasa Indonesia untuk menguji validitas pada instrument yang telah dibuat. Dosen expert judgement pada penelitian ini adalah ibu Dra. Murtiningsih M. Pd. dan ibu Septia Sugiarsih, M. Pd. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang diterapkan yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik kuantitatif dilakukan dengan mencari rerata digunakan dalam menganalisis hasil penilaian keterampilan berbicara siswa dalam suatu kelas. Selain teknik rerata digunakan pula teknik persentase yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase siswa yang telah memenuhi KKM. 68

85 Berikut adalah rumus mencari rerata menurut Nana Sudjana (2010: 109) dan teknik persentase yang digunakan. Keterangan N = rata-rata = jumlah seluruh skor = banyaknya siswa I. Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu penelitian, perlu adanya kriteria dalam pengukuran. Pada penelitian ini digunakan kriteria keberhasilan produk. Kriteria keberhasilan produk yaitu keberhasilan keterampilan berbicara siswa yang dilakukan dengan membandingkan hasil tes sebelum dengan sesudah diberikan tindakan. Penentuan kriteria keberhasilan penelitian didasarkan pada pendapat Nana Sudjana (2009: 8) yang mengatakan bahwa dalam konsep belajar tuntas, keberhasilan siswa ditentukan dengan kriteria yaitu berkisar 75-80% dari nilai yang seharusnya dicapai. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila 75% dari keseluruhan siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates memiliki nilai keterampilan berbicara mencapai

86 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Data Awal Keterampilan Berbicara Pemberian tindakan pada penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas IIIA dan peneliti bertindak sebagai observer. Sebelum dilakukan tindakan, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan pra tindakan. Pra tindakan dilaksanakan pada tanggal 30 September Tahap pra tindakan dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai keterampilan berbicara pada siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates dalam kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. Kegiatan pra tindakan dilakukan dengan mengambil data tentang kondisi awal siswa. Data yang diambil berupa hasil tes keterampilan berbicara siswa. Namun dalam kegiatan ini siswa melakukan kegiatan pembelajaran seperti biasanya, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran. Observasi yang dilakukan setelah kegiatan pra tindakan menunjukkan siswa kurang percaya diri mengemukakan pendapat ketika pembelajaran. Sehingga saat guru meminta siswa untuk mengemukakan pendapat, hanya terdapat lima orang siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru. Apabila dilihat dari aspek keterampilan berbicara, yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan menunjukkan hasil yang 70

87 masih kurang. Hasil analisis keterampilan berbicara siswa kelas IIIA pada tahap pra siklus disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara pada Pra Siklus Total Skor 1979 Rata-rata Skor 59,93 Skor Tertinggi 73 Skor Terendah 40 Presentase Skor 30% Berdasarkan tabel tersebut, total nilai keterampilan berbicara siswa kelas IIIA adalah Rata-rata nilai keterampilan berbicara siswa kelas IIIA pada pra siklus adalah 59,93. Nilai tertinggi keterampilan berbicara adalah 73, sedangkan nilai terendah keterampilan berbicra adalah 40. Presentase nilai keterampilan berbicara pada pra siklus memperoleh 30% yang dapat diartikan belum tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. Agar lebih jelas, presentase ketuntasan keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Presentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa Pra Siklus No Nilai Frekuensi Presentase Keterangan % Tuntas 2 < % Belum Tuntas Jumlah % Jumlah nilai 1979 Nilai rata-rata 59,93 Berdasarkan ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 70, maka dari data yang telah ditampilkan dapat dilihat bahwa siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 9 siswa atau sebesar 30%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria sebanyak 21 siswa atau sebesar 70%. 71

88 Berdasarkan tabel tersebut juga dapat diketahui nilai rata-rata kelas yaitu 59,93. Tabel pengamatan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih kurang dalam menarik minat siswa dalam kegiatan berbicara. Dengan demikian maka dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. 2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 7 dan 8 Oktober Tindakan dilaksanakan dengan alokasi waktu 6x35 menit. a. Perencanaan Pada tahap perencanaan, hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru kelas. Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dalam pembelajaran sesuai arahan dan saran guru kelas. Peneliti kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. Setelah RPP siap, peneliti kemudian membuat dan mempersiapkan alat pembelajaran, media pembelajaran berupa gambar terkait materi pembelajaran, serta sumber belajar yang relevan dengan materi. 72

89 Dalam tahap perencanaan, peneliti juga mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru sebagai alat pengumpul data. Sebagai tahap akhir, peneliti mempersiapkan lembar penilaian keterampilan berbicara. b. Pelaksanaan Peneliti dan guru menetapkan tindakan sesuai perencanaan yang telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates. Pelaksanaan siklus I terdiri dari dua pertemuan. Berikut adalah uraian tahapan tindakan dalam pembelajaran. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 6x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu Perubahan Musim dengan subtema Perubahan di alam pembelajaran 1. Siswa bersama guru bersama-sama menciptakan suasana kondusif sebelum memulai pembelajaran, mengucapkan salam, dan meminta berdoa secara bersama-sama serta menyanyikan lagu wajib. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan membaca selama lima belas menit. Setelah waktu untuk membaca habis, siswa kembali siap siap menerima pembelajaran, kemudian guru melakukan presensi. Siswa menerima apersepsi yang 73

90 dilakukan oleh guru terkait materi pembelajaran yang akan dipelajari. Hampir separuh jumlah siswa dalam kelas mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan menyebutkan materi-materi pembelajaran yang telah dipelajari pada pembelajaran sebelum pelaksanaan ujian tengah semester. Mereka menyebutkan berbagai perubahan musim dan cuaca yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari yaitu tema perubahan di alam dengan subtema perubahan musim. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta manfaat dari materi pembelajaran yang akan dipelajari, baik untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Kegiatan inti pada proses pembelajaran diawali dengan diskusi secara klasikal mengenai materi yang akan dipelajari. Guru mengarahkan siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan, antara lain Apakah setiap hari kondisi cuaca sama?, Apakah setiap bulan kondisi cuaca sama?, dan Mengapa kondisi cuaca berbeda-beda?. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan mengenai pertanyaan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan guru memberikan konfirmasi terkait jawaban yang diberikan oleh siswa. Kegiatan selanjutnya siswa menerima kesempatan untuk membaca teks bacaan sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap 74

91 siswa diminta untuk memahami isi teks bacaan kemudian menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mengisi teks laporan. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang telah dibacanya, guru meminta beberapa siswa untuk menceritakan kembali apa yang telah dibacanya di hadapan teman sekelas. Setelah siswa selesai menyampaikan cerita, kemudian guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 5 siswa. Pembentukan kelompok dengan berhitung dari urutan bangku paling depan mengular ke belakang. Setiap kelompok menerima pembagian LKS dari guru. Siswa dan guru bersama-sama memahami isi tugas pada LKS untuk memudahkan pengerjaan. Kemudian siswa melakukan percobaan secara berkelompok. Dalam melakukan percobaan secara berkelompok, belum semua siswa dapat bekerjasama dengan baik. Beberapa siswa masih mengandalkan siswa yang dianggap lebih pintar untuk melakukan percobaan. Kegiatan selanjutnya guru menyiapkan kotak berisi kancing bicara dengan bantuan siswa yang telah menyelesaikan percobaannya. Setelah setiap kelompok menyelesaikan percobaannya, guru membagikan dua kancing bicara kepada 75

92 masing-masing siswa dilanjutkan dengan memberikan penjelasan mengenai penggunaannya dalam kegiatan diskusi sebagai tindak lanjut dari percobaan yang telah dilakukan. Pada kegiatan diskusi, setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi, yaitu sebanyak kancing bicara yang dimiliki. Kegiatan diskusi akan selesai ketika setiap anggota kelompok telah menghabiskan kancing bicaranya. Namun kegiatan diskusi belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Masih terdapat tiga siswa yang tidak menggunakan haknya untuk berkontribusi dalam kelompok. Siswa tersebut baru mau menggunakan kancing bicara yang dimilikinya setelah mendapatkan teguran dari teman satu kelompok atau ketika sudah disuruh oleh guru. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru dan peneliti mengamati tujuh aspek yang berpengaruh pada keterampilan berbicara. Ketujuh aspek tersebut antara lain kejelasan lafal, intonasi, pemilihan kata, kosakata, sikap, keberanian, dan kelancaran siswa dalam mengemukakan pendapat. Pada kegiatan diskusi pertemuan pertama, belum seluruh siswa mengemukakan pendapat. Penyampaian pendapat baru dilakukan oleh siswa yang biasanya aktif di dalam kelas. Setiap kelompok menuliskan hasil percobaan dan diskusi pada lembar yang telah disediakan. Setiap kelompok kemudian 76

93 diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam kegiatan presentasi, guru memilih siswa yang masih memiliki kontribusi kurang dalam kelompok. Sehingga guru dapat mengamati peningkatan keterampilan bicara siswa. Pada pertemuan pertama, sebagian besar siswa sudah mampu mengemukakan pendapat dengan pelafalan yang jelas, intonasi yang tepat, memlih kata dan kosakata dengan tepat. Namun, masih banyak siswa yang kurang dalam aspek sikap, keberanian, dan kelancaran saat mengemukakan pendapat. Kekurangan tersebut ditunjukkan ketika siswa diminta untuk berkontribusi dalam kelompok maupun saat presentasi di depan kelas, siswa masih harus didampingi oleh guru. Siswa dikondisikan untuk kembali menempati tempat duduknya masing-masing kemudian melanjutkan pembelajaran. Guru membimbing siswa untuk membaca teks laporan yang terdapat pada buku siswa. guru membimbing siswa untuk memahami isi teks kemudian membimbing siswa untuk mendiskusikannya secara klasikal. Guru memberikan apresiasi berupa tepuk tangan kepada setiap siswa yang berani mengemukakan pendapat. Kegiatan selanjutnya guru membimbing siswa untuk memahami operasi hitung perkalian. Untuk mengkonfirmasi pengetahuan siswa, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal yang terdapat pada buku siswa. Selanjutnya, 77

94 beberapa siswa diminta untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis sebagai bahan koreksi. Pengelolaan waktu yang kurang efektif sehingga guru tidak membimbing siswa untuk menyanyikan lagu burung tantina sesuai pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Siswa bersama guru langsung membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu siswa diberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara individu. Pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama, guru tidak sempat membahas jawaban dari soal evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa. Guru langsung meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu wajib dan berdoa bersama-sama. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 6x35 menit. Tema yang dipelajari adalah Perubahan di Alam dengan sub tema Perubahan Musim pembelajaran dua. Siswa bersama guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, dan menyanyikan lagu wajib. Kemudian siswa bersama guru melakukan presensi. Siswa menerima informasi dari guru terkait tema dan sub tema yang akan 78

95 dipelajari. Selain itu, siswa juga menerima informasi terkait tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Kegiatan inti pada proses pembelajaran diawali dengan mengamati ilustrasi musim yang ada di Indonesia secara klasikal, Kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengemukakan pendapatnya mengenai kedua gambar yang tersaji. Siswa yang mengacungkan jarinya untuk mengemukakan pendapat merupakan siswa yang pada pertemuan sebelumnya juga sering mengemukakan pendapat. Guru dapat mengamati keterampilan berbicara siswa melalui kegiatan ini. Kemudian siswa menerima penjelasan lebih lanjut mengenai musim yang ada di Indonesia sebagai konfirmasi atas jawaban siswa. Siswa mendapatkan penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing. Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok secara heterogen, dengan nama kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok D, dan kelompok E. Setiap kelompok terdiri dari lima orang siswa. Saat pembentukan kelompok siswa lebih bergegas daripada pertemuan sebelumnya. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya. Kemudian setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua keping kancing bicara yang akan digunakan siswa sebagai tiket 79

96 mengemukakan pendapat dalam diskusi. Siswa menerima penjelasan kembali mengenai kegunaan kancing dalam diskusi. Setiap siswa nantinya akan mengemukakan pendapat setelah melempar atau meletakkan satu keping kancing bicara yang dimilikinya. Setelah penjelasan diberikan, guru memeriksa kembali kesiapan siswa untuk melakukan diskusi. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai materi diskusi, yaitu terkait dengan musim penghujan dan musim kemarau sebagai pengantar bagi siswa melakukan diskusi. Setelah penjelasan dari guru selesai, setiap kelompok mendapatkan satu lembar kerja siswa. Siswa dipersilahkan untuk melakukan diskusi sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan jumlah koin yang didapatnya. Guru membimbing setiap kelompok agar dapat berdiskusi dengan baik. Siswa yang pada pertemuan pertama masih enggan dalam berkontribusi, pada pertemuan kedua mau menggunakan haknya untuk berkontribusi. Kriteria keterampilan berbicara yang baik juga telah tampak pada siswa saat diskusi sehingga guru dan peneliti dapat melakukan pengamatan terkait dengan keterampilan berbicara siswa dengan lebih mudah. Setelah kegiatan diskusi, siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan dari setiap 80

97 pendapat kemudian menuliskannya pada lembar yang telah disediakan. guru kemudian memilih satu siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam hal ini guru memilih siswa yang dianggap masih memiliki kontribusi minim dalam kelompok sehingga dapat teramati keterampilan berbicaranya. Keterampilan bicara siswa pada pertemuan kedua telah tampak meningkat dibandingkan dengan pertemuan pertama. Siswa yang pada pertemuan pertama masih malu dan ragu dalam mengemukakan pendapat, pada pertemuan kedua menunjukkan performa yang lebih baik. Aspek sikap, keberanian, dan kejelasan yang masih kurang pada pertemuan pertama juga tampak membaik pada pertemuan kedua. Hal tersebut tampak dari bertambahnya siswa yang mau berkontribusi dalam kelompok maupun mempresentasikan hasil kerja kelompok. Siswa diminta untuk menyimpan kancing bicara kemudian melanjutkan kegiatan dengan kelompok tanpa menggunakan kancing bicara. Siswa secara mandiri diminta untuk membaca teks mengenai musim kemarau dan musim penghujan. Guru mengamati proses siswa membaca teks dan membimbing siswa secara klasikal untuk memahami isi teks laporan. Secara berkelompok, siswa diminta untuk mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada kedua teks kemudian menuliskannya 81

98 pada tabel perbedaan. Kegiatan selanjutnya, setiap perbedaan yang telah ditemukan siswa kemudian dituliskan dalam bentuk peta konsep untuk memudahkan siswa dalam pemahaman mengenai perbedaan musim kemarau dan musim penghujan. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk menceritakan secara lisan terkait dua teks laporan yang telah mereka pahami. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mengirimkan satu anggotanya untuk menceritakan di hadapan teman sekelas. Pemilihan siswa yang tampil di depan teman sekelas dilakukan secara acak. Setelah itu guru memberikan sedikit penekanan bahwa terjadinya perubahan musim terjadi karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa oleh karena itu harus disyukuri dengan baik. Kegiatan selanjutnya, siswa secara berkelompok mengamati gambar lambang sila pertama Pancasila, kemudian mendiskripsikan secara tertulis mengenai lambang sila pertama Pancasila. Dengan menggunakan kancing bicara, siswa berdiskusi terkait kegiatan ibadah yang dilakukan di rumah. Siswa juga menggunakan kancing yang sama untuk mendiskusikan kegiatan harian yang dilakukan di sekolah terkait sila pertama Pancasila. Siswa menuliskan hasil diskusi dalam sebuah tabel. Dengan menganalisis isi tabel tersebut, siswa dapat mengetahui kegiatan apa saja yang terkait dengan sila pertama Pancasila sekaligus 82

99 mengidentifikasi waktu luang yang dimiliki di sekolah. Setiap kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada kegiatan akhir, guru membagikan soal evaluasi kepada siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. Setelah selesai, guru langsung meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya tanpa membahasnya terlebih dahulu. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan belajar yang telah dilakukan selama satu kali pertemuan. Siswa mendapatkan tugas lanjutan untuk mempelajari materi pembelajaran berikutnya. Kemudian guru meminta siswa yang bertugas untuk memimpin menyanyikan lagu daerah dan dilanjutkan dengan berdoa bersama untuk mengakhiri pembelajaran. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup. Adapun tes berbicara yang dilakukan melalui unjuk kerja pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan bicara siswa. Hasil unjuk kerjas siswa pada akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I Total Nilai 2146 Rata-rata Nilai 71,5 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 62 Presentase Nilai Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis nilai keterampilan berbicara pada siklus I menunjukkkan bahwa total nilai keterampilan 83

100 berbicara adalah Rata-rata nilai keterampilan pada siklus I adalah 71,5. Nilai tertinggi keterampilan berbicara adalah 80, sedangkan nilai terendah adalah 62. Hasil unjuk kerja keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk presentase (%), sehingga akan diperoleh presentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus I seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 8. Presentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I No Nilai Frekuensi Presentase Keterangan % Tuntas 2 < % Belum Tuntas Jumlah % Jumlah Nilai 2146 Nilai rata-rata 71,5 Berdasarkan tabel di tersebut dapat dilihat bahwa tes unjuk kerja keterampilan berbicara pada siklus I diikuti oleh 30 siswa. Hasil tes unjuk kerja pada siklus I menunjukkan siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 20 siswa atau sebesar 67%, sedangkan siswa yang belum memenuhi kriteria yaitu sebanyak 10 siswa atau sebesar 33%. Nilai ratarata yang diperoleh pada siklus I yaitu 71,5. Dari data tersebut, dapat disimpulkan terdapat 20 siswa yang sudah tuntas dan 9 siswa belum tuntas. Hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara pada siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes unjuk kerja pra siklus. Akan tetapi, peningkatan tersebut belum dinilai baik karena dalam 84

101 kriteria keberhasilan telah ditetapkan 75% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan lebih dari atau sama dengan 70 belum tercapai. Adapun peningkatan keterampilan berbicara siswa pada kelas IIIA dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Perbandingan Tes Keterampilan Berbicara pada Pra Siklus dan Siklus I No Kategori Pra Siklus Siklus I f Presentase F Presentase 1 Tuntas 9 30 % 20 67% 2 Belum Tuntas % 10 33% Jumlah % % Jumlah Nilai Nilai Rata-rata 59,93 71,5 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa. Data awal sebelum dilakukan tindakan menunjukkan hasil dengan rata-rata kelas sebesar 59,93 dengan presentase ketuntasan 30% dan ketidaktuntasan 70%. Sedangkan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 71,5 dengan presentase ketuntasan 67% dan ketidaktuntasan 33%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan pada nilai keterampilan berbicara siswa sebesar 37%, yaitu dari 30% menjadi 67%. Berdasarkan target awal pada peningkatan tes keterampilan berbicara sebesar 75%, pada siklus I siswa baru mencapai taraf 67% sehingga belum dikatakan berhasil. c. Observasi Observasi pada penelitian ini dilakukan tiap pertemuan. Observasi dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Observasi 85

102 dilakukan untuk memantau kesesuaian aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan. Berikut adalah uraian hasil pengamatan saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada siklus I. 1) Aktivitas Guru Pada saat pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Penerapan model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Kegiatan awal yang dilakukan dengan menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun, pada pertemuan pertama guru belum memberikan penjelasan secara runtut sehingga mempengaruhi jalannya pembelajaran. Kemudian guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dengan berhitung satu sampai enam berawal dari meja ujung depan mengular ke belakang. Pembentukan kelompok cukup memakan waktu karena masih banyak siswa yang tidak fokus sehingga pembentukan kelompok diulang beberapa kali. Guru kemudian membagikan lembar kerja siswa kepada siswa yang berisi perintah untuk melakukan percobaan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai lembar kerja siswa yang telah diterimanya. Beberapa siswa yang aktif di kelas teramati mengacungkan jari untuk mengkonfirmasi 86

103 perintah yang terdapat pada lembar kerja kepada guru. Sementara siswa yang lain hanya mendengarkan pertanyaan yang diajukan temannya dan penjelasan yang diberikan guru. Oleh karena itu guru aktif bertanya kepada siswa yang pasif apakah ada yang belum jelas bagi mereka. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan secara berkelompok. Guru memberikan perhatian kepada kelompok yang membutuhkan bantuan dalam melakukan percobaan. Guru juga menegur siswa yang sedikit berkontribusi dalam melakukan percobaan sehingga setiap siswa berkontribusi dalam kelompoknya.. Setelah percobaan selesai, guru menyiapkan kotak berisi kancing bicara dengan bantuan siswa. Dalam langkah ini seharusnya guru telah menyiapkan kotak berisi kancing bicara sesaat sebelum pembelajaran dimulai sehingga persiapan diskusi tidak memakan lebih banyak waktu. Guru membagikan kancing bicara dengan jumlah yang sama kepada setiap siswa. Guru memberikan penjelasan mengenai bagaimana penggunaan kancing bicara pada diskusi. Setiap siswa yang akan mengemukakan pendapat harus melemparkan kancing bicara yang dimilikinya ke tengah meja kelompok. Diskusi akan berakhir ketika setiap anggota kelompok telah menghabiskan seluruh kancing bicara yang dimilikinya. Selama siswa melakukan 87

104 kegiatan diskusi, guru membimbing dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Selain itu guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara setiap siswa. Guru dan peneliti mengamati aspek-aspek yang berengaruh dalam keterampilan berbicara. Aspek yang diamati terdiri dari aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri dari kejelasan lafal, intonasi, pemilihan kata, dan kosakata. Sementara aspek non kebahasaan terdiri dari sikap, keberanian, dan kelancaran. Pada pertemuan pertama, teramati bahwa sebagian siswa telah melafalkan dengan jelas gagasan yang disampaikan. Siswa juga telah menggunakan intonasi dengan lebih baik, memilih kata dan kosakata dengan tepat. Namun, pada aspek sikap, keberanian, dan kejelasan, masih perlu mendapatkan perhatian lebih dari guru. Hal tersebut tampak ketika guru meminta siswa secara sukarela untuk mengemukakan pendapat di depan kelas, hanya siswa-siswa yang biasanya aktif saja yang mau. Sedangkan siswa yang pasif harus disuruh dan didampingi oleh guru dalam melakukan hal serupa. Untuk mengakhiri proses diskusi, guru menyuruh siswa untuk menuliskan hasil diskusinya dalam lembar yang telah disediakan. Kegiatan selanjutnya guru akan meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru memilih siswa yang tadinya masih belum teramati 88

105 memberikan kontribusi dalam kelompok, sehingga guru dapat mengamati aspek-aspek keterampilan berbicara pada siswa yang bersangkutan. Pada pertemuan kedua, yaitu hari Sabtu tanggal 8 Oktober 2016 guru terlihat lebih baik saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dalam pembelajaran. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada RPP dengan baik. Guru telah menjelaskan bagaiamana penggunaan model pembelajaran yang akan digunakan dengan lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Kegiatan pertama, guru membimbing siswa membentuk kelompok dengan cara berhitung satu sampai enam, dimulai dari barisan pertama mengular hingga belakang. Pembagian kelompok pada pertemuan kedua sudah lebih kondusif jika dibandingkan pertemuan pertama. Setelah kelompok terbentuk, guru kemudian memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait kejelasan tugas pada LKS agar kegiatan dapat berjalan lancar. Guru membimbing siswa untuk melaksanakan diskusi setelah LKS selesai dikerjakan. Guru mengamati dan memberikan penilaian terkait dengan keterampilan berbicara siswa melalui 89

106 kegiatan diskusi tersebut. Aspek yang diamati meliputi aspek kebahasaan dan non kebahasaan yang mempengaruhi keterampilan berbicara. Ketika siswa melakukan diskusi, guru juga membimbing kelompok-kelompok yang membutuhkan bantuan. Setelah diskusi selesai dilakukan, guru meminta setiap kelompok untuk menarik kesimpulan setiap pendapat yang didapatkan, kemudian menuliskannya pada kertas yang telah disediakan. Kemudian guru meminta setiap kelompok menyiapkan satu orang anggotanya untuk menyampaikan hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Guru meminta dan membimbing siswa untuk membaca dan memahami teks laporan terkait musim kemarau dan musim penghujan. Secara berkelompok, siswa diminta untuk mendiskusikan perbedaan kedua musim tersebut menggunakan kancing bicara kemudian menuliskan hasil diskusinya pada tabel perbedaan. Guru memilih satu orang siswa dari setiap kelompok untuk menceritakan secara lisan mengenai isi teks laporan yang telah dibaca. Melalui kegiatan ini guru dapat mengamati peningkatan keterampilan berbicara siswa. Setelah setiap kelompok menyampaikan pendapatnya secara lisan, guru memberikan penguatan mengenai apa yang telah disampaikan siswa. 90

107 Pada kegiatan diskusi pertemuan kedua, teramati siswa menunjukkan performa yang lebih baik. Meskipun demikian, siswa yang masih kurang dalam aspek sikap, keberanian, dan kejelasan masih tetap harus mendapatkan perhatian. Guru masih harus aktif dalam membimbing mereka sehingga mau untuk mengemukakan pendapat dengan lantang dan jelas tanpa bimbingan guru. Guru juga perlu memberikan bimbingan agar siswa bersikap wajar saat mengemukakan pendapat, yaitu tidak kaku dan terbata-bata ketika berbicara. Guru meminta siswa untuk mengamati gambar lambang sila pertama Pancasila. Guru meminta siswa kembali bekerja secara berkelompok dan kembali menggunakan kancing bicara sebagai sarana mengemukakan pendapat. Guru mengamati jalannya diskusi mengenai kegiatan ibadah yang dilakukan di rumah dan kegiatan harian di sekolah sekaligus mengamati keterampilan berbicara siswa. Guru meminta satu orang anggota dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. 2) Aktivitas Siswa Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, siswa masih terlihat kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru selama 91

108 pembelajaran berlangsung. Sementara siswa yang aktif hanya siswa-siswa yang sama. Dalam hal keterampilan berbicara, siswa masih memerlukan peningkatan. Hasil pengamatan pada pertemuan pertama yaitu pada hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Siswa sudah tampak aktif, namun masih banyak siswa yang belum melakukan pembelajaran sesuai pada langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Terlihat saat guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, ada lima siswa yang tidak teramati melakukan kegiatan tersebut. Kelima siswa tersebut yaitu siswa dengan inisial AFH, DA, NIN, SNF, dan MLSF. Kelima siswa tersebut sibuk keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar mandi atau membuang sampah. Setiap siswa menerima dua kancing bicara yang dibagikan oleh guru. Dalam kegiatan ini terdapat tiga siswa, yaitu dengan inisial EZP, VNAV, dan CDBAJ yang tidak tertib saat menerima pembagian kartu. Kondisi tersebut menyebabkan kelas sedikit gaduh. Saat kegiatan percobaan dan diskusi berlangsung masih terdapat delapan siswa yang tidak berkontribusi dalam kelompok. Kedelapan siswa tersebut adalah DA, DRFNP, FKNP, MLSF, PRA, RS, SFA, dan SNF, siswa yang tidak 92

109 berkontribusi dalam kelompok. Meskipun demikian mereka menyadari bahwa memiliki tanggung jawab untuk menggunakan kancing bicara yang dimiliki. Siswa yang teramati kurang memberikan kontribusi bagi kelompoknya diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Dengan demikian guru dan peneliti dapat mengamati ada peningkatan atau tidak pada keterampilan berbicara siswa. Pada pertemuan pertama, semua siswa telah teramati mengikuti pembelajaran menggunakan model pembeajaran kooperatif kancing gemerincing dengan cukup baik, meskipun masih terdapat kekurangan. Berdasarkan tujuh aspek yang berpengaruh pada keterampilan berbicara, siswa masih kurang dalam aspek sikap, keberanian, dan kelancaran. Siswa masih terlihat kaku dalam menyampaikan pendapat dalam kelompok maupun ketika melakukan presentasi di depan kelas. Siswa yang biasanya pasif masih harus didampingi guru ketika presentasi. Selain itu masih banyak siswa yang dalam penyampaian pendapat maupun presentasi kurang lancar dalam berbicara. Hal ini karena siswa masih ragu dan kurang percaya diri. Pada pertemuan yang kedua yaitu hari Sabtu tanggal 8 Oktober 2016, aktivitas siswa tidak jauh berbeda dibandingkan pertemuan sebelumnya. Meskipun demikian, 93

110 sudah terdapat peningkatan meskipun belum maksimal. Hal ini terlihat dari kegiatan awal hingga akhir pembelajaran. Saat kegiatan pertama pembagian kelompok, tinggal dua siswa berinisial MLSF dan SNF yang tidak mengikuti pembagian kelompok. Kedua siswa tersebut masih asyik untuk mengganggu teman-temannya. Meskipun demikian mereka tetap mendapatkan kelompok. Pada pertemuan kedua, pembagian kancing bicara sudah lebih kondusif. Siswa mau menunggu dan tidak banyak bertanya ketika guru membagikan kancing bicara sehingga keadaan kelas lebih tenang dibandingkan pertemuan sebelumnya. Ketika kegiatan diskusi berlangsung, siswa juga sudah dapat menggunakan hak yang dimilikinya dengan baik. Siswa menggunakan kancing bicara sebagaimana mestinya. Sehingga pemerataan kesempatan untuk mengemukakan pendapat sudah terlihat sangat baik pada pertemuan kedua siklus pertama. Meskipun demikian, beberapa siswa belum dapat teramati kemampuan bicaranya pada beberapa aspek, seperti kejelasan lafal, intonasi, dan kelancaran karena suaranya masih lambat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siklus pertama, keterampilan berbicara siswa telah mengalami 94

111 peningkatan jika dibandingkan dengan keterampilan berbicara siswa pada pra siklus. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari semua aspek yang meliputi kejelasan lafal, intonasi, pemilihan kata, kosakata, sikap, kelancaran, dan keberanian. Pada aspek kejelasan lafal teramati 13 siswa termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut karena siswa telah berbicara dengan pelafalan yang jelas dan mudah dipahami, meskipun masih terdapat beberapa ucapan yang menggunakan bahasa tidak baku. Sementara itu terdapat 17 siswa termasuk dalam katetegori cukup. Hal ini karena masih terdapat pelafalan yang tidak jelas. Pada aspek intonasi teramati 17 orang siswa termasuk kategori baik. Siswa telah menggunakan intonasi dengan jelas, namun masih terdapat beberapa penggunaan yang kurang sesuai sehingga mengurangi makna. Sementara itu 13 orang siswa lainnya termasuk kategori cukup karena isi pembicaraan masih sulit dipahami sebagai akibat dari penggunaan intonasi yang kurang sesuai. Selanjutnya pada aspek pemilihan kata teramati empat siswa, yaitu dengan inisial ADPBN, BJA, MC, dan PFP telah menggunakan pemilihan kata yang tepat dalam setiap pembicaraan. Sementara itu dua puluh enam siswa lainnya termasuk kategori baik karena dalam pemilihan kata sudah 95

112 banyak yang tepat meskipun masih ada beberapa pemilihan kata yang kurang tepat. Pada aspek kosakata teramati enam siswa dengan inisial ADPBN, AFH, BJA, DAK, FKNP, dan MFZI termasuk kategori sangat baik. Penilaian ini ditunjukkan dengan siswa menggunakan kosakata yang luas, beragam, dan pengucapannya jelas saat mengemukakan pendapat. Sebanyak dua puluh empat siswa lainnya termasuk kategori baik karena kosakata yang digunakan sudah cukup beragam dan pengucapannya jelas. Pada aspek sikap, teramati delapan siswa dapat dikatakan sangat baik. Penilaian tersebut didapatkan karena saat berbicara siswa menunjukkan sikap yang tenang dan tidak kaku. Sementara dua puluh dua siswa lainnya saat berbicara kadang masih membuang pandangan dari audience untuk menghilangkan rasa grogi. Pada aspek keberanian sudah terdapat dua puluh dua siswa yang mendapatkan predikat baik. Penilaian tersebut didapatkan karena siswa sudah berani menyampaikan pendapat di hadapan teman-teman dan guru tanpa ada keraguan. Sementara itu terdapat tujuh orang siswa yang termasuk dalam kategori cukup karena masih harus didampingi guru ketika menyampaikan pendapat maupun 96

113 presentasi di depan kelas. Meskipun demikian masih terdapat satu siswa yang mendapat predikat kurang karena saat menyampaikan pendapat maupun presentasi masih perlu dipaksan agar dapat bersuara lantang. Pada aspek kelancaran, sebanyak dua puluh enam siswa telah mendapatkan predikat baik dengan kriterian sudah lancar namun kurang stabil. Sementara empat siswa dengan inisian. ANA, AAAS, DRFN, dan SFA mendapat predikat cukup karena dalam berbicara kadang masih terlihat ragu dan lambat. Meskipun masih terdapat kekurangan, namun hasil pengamatan pada siklus satu telah menunjukkan adanya peningkatan sebagaimana hasil yang sudah diperlihatkan pada tabel hasil tes kemmapuan berbicara siswa pada siklus I. d. Refleksi Peneliti bersama guru melakukan refleksi terhadap prosedur, proses pembelajaran yang telah dilakukan, serta hasil tindakan. Peneliti dan guru melakukan observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer kemudian dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh hasil kegiatan refleksi yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Refleksi juga 97

114 berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang digunakan telah sesuai dengan perencanaan atau belum. Kegiatan refleksi ini juga merupakan tindak lanjut agar kegiatan selanjutnya terlaksana secara lebih maksimal. Berdasarkan hasil observasi, siswa masih belum sepenuhnya melakukan apa yang ada dalam langkah-langkah pembelajaran. Siswa masih tampak ragu dalam mengemukakan pendapat meskipun sudah memiliki kewajiban untuk menghabiskan kancing bicara yang dimilikinya. Kekompakan siswa dalam kelompok juga belum tampak. Dalam kegiatan diskusi, siswa masih kurang menunjukkan sikap menghargai pendapat teman, hal ini dapat dilihat ketika siswa memotong pembicaraan teman sekelompoknya yang sedang mengemukakan pendapat. Selain itu, dari hasil tes keterampilan berbicara yang dilakukan melalui unjuk kerja berupa presentasi lisan di depan kelas, mengenai pengucapan belum semua siswa mampu mengucapkan dengan jelas dan lantang, serta masih ada yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Masih terdapat intonasi yang kurang tepat dalam pembicaraan, sehingga isi pembicaraan sulit untuk dipahami. Dalam hal pemilihan kata, siswa dapat memilih kata yang tepat, meskipun masih terdapat beberapa yang belum dapat melakukan pemilihan kata dengan tepat. Penggunaan 98

115 kosakata dalam pembicaraan telah beragam dan tepat dalam penggunaannya. Dalam mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok siswa mampu menunjukkan sikap tenang. Namun, dalam menyampaikan pendapat di depan kelas, siswa masih memerlukan pendampingan dari guru agar dapat meminimalisir rasa gugup dalam diri mereka. Guru kurang mempersiapkan diskusi dengan baik, terlihat dari siswa yang masih bingung dengan langkah-langkah yang harus dilakukannya dalam menggunakan kancing bicara. Guru belum mengamati jalannya diskusi pada tiap kelompok, melainkan hanya memberikan arahan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan tekun, sehingga saat pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang ramai sendiri. Kendala-kendala tersebut perlu segera diatasi. Peneliti harus cermat dalam menentukan solusi untuk kendala-kendala tersebut sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru yang akan semakin menghambat. Penentuan solusi yang tepat akan berpengaruh pada terlaksananya proses peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Berdasarkan hasil tes keterampilan berbicara melalui unjuk kerja, siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes 99

116 pra siklus. Data awal sebelum adanya tindakan diperoleh hasil dengan ketuntasan sebesar 30%, sedangkan pada siklus I diperoleh ketuntasan sebesar 67%. Namun, peningkatan tersebut belum dinilai baik karena dalam telah ditetapkan kriteria keberhasilan 75% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan minimal lebih dari atau sama dengan 70 belum tercapai. Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakar untuk mengadakan perbaikan pada siklus II agar mencapai kriteria. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil tes yang diperoleh, serta refleksi yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan dirasa belum maksimal. Untuk itu disusunlah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Adapaun perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain: 1) Siswa menerima penjelasan secara runtut mengenai langkahlangkah yang harus dilakukan selama pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih baik. 2) Siswa yang pasif diminta untuk mengemukakan pendapat dengan cara ditunjuk secara acak oleh guru. 3) Setiap kelompok memiliki tugas meningkatkan kekompakan kelompok dan menghargai pendapat teman satu kelompok. 100

117 3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuas yaitu pada tanggal 10 dan 11 Oktober Pemberian tindakan diberikan dengan alokasi waktu 7x35 menit. a. Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti melakukakan beberapa tindakan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dari siklus I. Beberapa tindakan yang dilakukan oleh peneliti antara lain adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti kemudian menyiapkan kartu bintang sebagai solusi agar siswa lebih aktif dalam menggunakan kartu bicaranya saat berdiskusi. Peneliti juga tetap mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Berikut adalah uraian mengenai tahapan tindakan dalam pembelajaran. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan padatanggal 10 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 7x35 menit. Tema yang dipelajari masih sama, yaitu Perubahan di Alam dengan subtema Perubahan Musim pembelajaran

118 Siswa bersama guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu wajib secara bersama-sama. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru bertanya kepada siswa Apakah ada musim lain selain musim penghujan dan musim kemarau? Di negara mana sajakah musim-musim tersebut ada? Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut. Mereka menyebutkan musim yang mereka ketahui, meliputi musim dingin, musim panas, musim gugur, dan musim semi. Mereka juga menyebutkan beberapa negara yang memiliki musim tersebut, antara lain Jepang, Australia, dan Amerika. Dalam kegiatan ini guru memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa yang pada siklus sebelumnya pasif untuk melatih keberanian siswa. Kemudian siswa menerima informasi dari guru terkait materi yang akan dipelajari yaitu perubahan di alam dengan sub tema perubahan musim. Siswa juga menerima informasi mengenai tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa dengan mengajak siswa untuk melakukan tepuk fokus. Kegiatan sederhana ini bertujuan agar siswa dapat menjaga konsentrasinya selama pembelajaran berlangsung. 102

119 Kegiatan inti pada proses pembelajaran diawali dengan mengamati video yang berisi tentang perubahan musim. Siswa diminta untuk duduk membentuk setengah lingkaran agar setiap siswa dapat melihat video dengan baik. Kemudian siswa menerima penjelasan lebih lanjut mengenai isi video agar dapat memperdalam pengetahuan siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan siswa membaca secara klasikal sebuah mengenai negara yang memiliki empat musim. Kemudian siswa diminra untuk mengemukakan perasaannya apabila berada di negara yang memiliki empat musim. Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang langkahlangkah kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Siswa dengan bimbingan guru membentuk lima kelompok secara heterogen dengan nama kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, dan kelompok 5. Setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya. Kemudian masing-masing siswa mendapatkan dua kancing bicara yang dibagikan oleh guru yang akan digunakan untuk mengemukakan pendapat dalam diskusi. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan secara berkelompok. Selain itu, setiap kelompok juga mendapatkan sebuah amplop berisi sepuluh kata yang berhubungan dengan 103

120 negara empat musim. Setiap kelompok nantinya akan berlomba untuk menyesuaikan kata-kata yang mereka dapatkan dengan satu kata kunci yang dituliskan guru di papan tulis. Tugas sederhana ini bertujuan untuk memupuk kekompakan antar anggota kelompok. Pada akhir kegiatan, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengemukakan penjelasan mengenai pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Kegiatan dilanjutkan dengan mendiskusikan negara-negara yang memiliki empat musim menggunakan kancing bicara yang dimiliki siswa. Siswa juga mendiskusikan perbedaan suasana antar musim. Berdasarkan jumlah kancing yang dimiliki, setiap siswa memiliki dua kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, siswa menggunakan pengetahuan yang berhasil dihimpun melalui kegiatan diskusi untuk melengkapi teks percakapan yang ada di buku siswa. Dalam kegiatan diskusi yang dilakukan pada pertemuan pertama siklus II, siswa menunjukkan performa yang meningkat. Pada aspek keberanian, siswa yang masih pasif pada pertemuan sebelumnya telah mampu untuk mengemukakan pendapat dengan mandiri. Siswa yang dengan berani mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok akan mendapatkan satu bintang pada kartu bintang yang dimilikinya. 104

121 Kemudian siswa membuat peta konsep berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan peta konsep yang telah dibuat. Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penekanan kepada siswa bahwa negara yang memiliki empat musim disebut dengan negara beriklim sub tropis. Keempat musim yang dimiliki antara lain musim dingin, musim panas, musim gugur, dan musim semi. Setelah kegiatan diskusi, siswa dibimbing untuk menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan operasi perkalian. Dalam penyelesaian soal, siswa sudah tidak mengalami kesulitan karena pernah menghadapi jenis soal yang sama pada pertemuan sebelumnya. Beberapa siswa mendapat kesempatan untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis sebagai acuan bagi teman-temannya untuk mengoreksi jawaban. Untuk menambah pemahaman siswa terhadap musim yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat montase. Siswa menciptakan karya sesuai dengan imajinasi dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru membimbing siswa untuk menciptakan karya yang baik. Saat siswa mengerjakan pembuatan montase, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada materi yang belum jelas. Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan secara 105

122 individu. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru langsung meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan dan melakukan refleksi terkait materi yang telah dipelajari. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya. Kemudian guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa secara bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 7x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu Perubahan di Alam dengan sub tema Perubahan Musim pemblajaran 4. Siswa bersama guru memulai pembelajaran dengan berdoa dan menyanyikan lagu wajib bersama-sama. Kegiatan dilanjutkan dengan guru mengkonfirmasi kehadiran siswa. Siswa bersama guru melakukan apersepsi. Guru bertanya pada siswa Anak-anak apakah kalian memiliki waktu luang ketika berada di rumah?, Digunakan untuk apa waktu luang yang kalian miliki?. Beberapa siswa menjawab masih, namun ada pula yang menjawab tidak. Mereka menyebutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan ketika memiliki waktu luang, seperti menonton televise, bermain bersama 106

123 teman, dan membantu pekerjaan orang tua. Kemudian guru memberikan informasi terkait materi yang akan dipelajari yaitu dengan tema perubahan di alam dengan sub tema perubahan musim serta menyampaikan tujuan yang akan dicapai. Kegiatan inti pada pembelajaran diawali dengan guru menunjukkan berbagai gambar yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan ketika memiliki waktu luang. Setiap siswa diberi kesempatan untk mengemukakan pendapatnya dengan menuliskan kegiatan yang dapat dilakukan di waktu luang di papan tulis. Setelah selutuh siswa menuliskan pendapatnya, guru mengkonfirmasi pendapat siswa dan memberikan penekanan bahwa setiap waktu yang dimiliki dapat digunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa dengan nama kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, dan kelompok 5. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe kancing gemerincing. Guru juga menjelaskan kegunaan kancing bicara yang dibagikan agar siswa dapat menggunakannya secara efisien. Siswa akan melakukan diskusi terkait kegiatan yang dapat dilakukan di waktu luang. Secara berkelompok, siswa akan menuliskan hasil diskusinya pada 107

124 tabel yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penekanan bahwa sangat banyak kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan ketika memiliki waktu luang. Siswa diminta untuk membaca teks laporan yang terdapat dalam buku siswa. Siswa diberi tugas untuk menentukan gagasan pokok teks laporan tersebut. Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penekanan bahwa gagasan pokok merupakan inti dari sebuah paragraf yang terdapat pada teks. Setiap paragraf memiliki satu ide pokok. Siswa mengamati kegiatan pengamalan sila pertama Pancasila melalui gambar yang terdapat di buku siswa dan mengamati aktivitas di sekitar lingkungan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat terkait apa yang telah mereka amati. Siswa yang pada pertemuan sebelumnya masih pasif, diberi kesempatan lebih untuk mengemukakan pendapat. Selain itu, siswa yang berani mengemukakan pendapat mendapatkan reward berupa satu bintang pada kartu bintang yang dimilikinya. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penekanan oleh guru. Guru memberikan penjelasan bahwa apa yang dilakukan sebagai pengamalan sila pertama termasuk tindakan yang 108

125 menunjukkan rasa syukur manusia atas nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Pada siklus kedua, keterampilan kedua teramati dari diskusi yang dilakukan baik secara kelompok maupun klasikal. Siswa kembali menunjukkan peningkatan pada aspek kejelasan lafal, intonasi, pemilihan kata, dan kosakata. Pada aspek sikap, keberanian, dan kejelasan juga telah mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan siswa telah mampu menunjukkan sikap yang tenang ketika mengemukakan pendapat, baik saat diskusi kelompok, diskusi klasikal, maupun presentasi. Keberanian siswa tampak meningkat dengan tampilnya siswa-siswa yang pada siklus sebelumnya masih perlu disuruh dan dibimbing untuk mengemukakan pendapat, namun pada siklus II mau dengan mandiri mengemukakan pendapatnya dan melakukan presentasi. Sementara itu aspek kejelasan didukung dengan siswa yang pada siklus sebelumnya masih belum stabil dalam penyampaian gagasan, pada siklus II mampu menyampaikan gagasan dengan pengucapan yang stabil. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, siswa dan guru membahas hasil pekerjaan siswa kemudian meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang 109

126 telah dipelajari. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk mencari informasi mengenai tanda-tanda alam yang ada sebelum terjadi perubahan cuaca atau iklim sesuai dengan kepercayaan masyarakat di tempat tinggalnya. Kemudian guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa secara bersama-sama dan menutup pembelajaran dengan salam penutup. Adapun hasil tes keterampilan berbicara pada siklus II bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil analisis nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa pada siklus II dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 10. Hasil Analisis Nilai Keterampilan Berbicara pada Siklus II Total Nilai 2292 Nilai Rata-rata 76,4 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 69 Berdasarkan tabel, hasil analisis nilai keterampilan berbicara menunjukkan bahwa total nilai kelas adalah Nilai rata-rata kelas pada siklus kedua adalah 76,4. Nilai tertinggi keterampilan berbicara pada siklus II adalah 90, sedangkan nilai terendah adalah 69. Selanjutnya, hasil tes keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk presentase (%), sehingga akan diperoleh presentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus II yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. 110

127 Tabel 11. Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II No Nilai Frekuensi Presentase Keterangan % Tuntas 2 < % Belum Tuntas Jumlah % Jumlah Nilai 2291 Nilai rata-rata 76,4 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil tes keterampilan berbicara pasca tindakan siklus II diikuti oleh 30 siswa. hasilnya adalah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan sebanyak 28 siswa atau sebesar 93%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 7%. Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 76,4. Hasil tes keterampilan berbicara pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes siklus I dan hasil tes pra siklus. Peningkatan tersebut sudah mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar telah mencapai taraf keberhasilan lebih dari atau sama dengan 70. Adapun peningkatan keberhasilan dapat dilihat pada tabel berikut. 111

128 Tabel 12. Perbandingan Hasil Tes Keterampilan berbicara pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II F Presentase F Presentase F Presentase 1 Tuntas 9 30 % 20 67% 28 93% 2 Belum Tuntas % 10 33% 2 7% Jumlah % % % Jumlah Nilai Nilai Rata-rata 59,93 71,5 76,4 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui adanya peningkatan pada keterampilan berbicara siswa. Data awal sebelum dilakukan tindakan diperoleh hasil dengan rata-rata kelas 59,93, dengan ketuntasan sebesar 30% dan ketidaktuntasan 70%. Pada siklus I diperoleh rata-rata kelas 71,5, dengan ketuntasan mencapai 67% dan ketidaktuntasan 33%. Pada siklus II diperoleh rata-rata kelas 76,4, dengan ketuntasan mencapai 93% dan ketidaktuntasan 7%. Berdasarkan perolehan data tersebut, pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 37 %, yaitu dari 30% menjadi 67%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 26%, yaitu dari 67% menjadi 93%. Peningkatan yang terjadi dari pra siklus hingga siklus II jika diakumulasi telah terjadi peningkatan sebesar 56%. Hasil peningkatan pada keterampilan berbicara siswa dapat dilihat secara lebih jelas pada diagram batang berikut. 112

129 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% pra siklus siklus I siklus II tuntas belum tuntas Gambar 3. Diagram Batang Peningkatan Keterampilan berbicara Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II c. Observasi Observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya siklus II. Observasi dilaksanakan dari kegiatan dimulai hingga kegiatan berakhir. Peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Untuk memudahkan pengamatan, observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. kegiatan observasi bertujuan untuk memantau keseuaian antara aktivitas guru dan siswa dengan perencanaan yang telah dibuat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan 113

130 pembelajaran pada siklus I. Hasil pengamatan menunjukkan pembelajaran telah berjalan sesuai dengan perencanaan. Kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I telah dapat diperbaiki pada siklus II. Peningkatan hasil observasi aktivitas guru dan siswa secara lebih lanjut dapat dilihat pada uraian berikut. a) Aktivitas Guru Penampilan guru pada pertemuan pertama hari Senin tanggal 10 Oktober 2016 sudah menunjukkan perbaikan apabila dibandingkan dengan siklus I, meskipun masih ada sedikit kekurangan yang terjadi. Peningkatan performa guru terlihat dari cara guru menyampaikan pembelajaran. Hasil pengamatan menunjukkan guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam perencanaan. Guru telah memberikan ulasan terkait materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya dan memberikan apersepsi yang relevan dengan materi yang akan dipelajari. Guru memberikan motivasi kepada siswa secara lebih intens. Guru memberikan penjelasan yang sistematis terkait tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Guru membimbing siswa membentuk kelompok secara heterogen. Guru menjelaskan langkah kerja pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing secara runtut dan jelas sehingga meminimalisir siswa untuk mempertanyakan penjelasan. 114

131 Guru telah mempersiapkan kotak berisi kancing-kancing yang akan digunakan siswa sebelum pembelajaran dimulai, sehingga tidak mengganggu jalannya persiapan diskusi. Guru membagikan kancing kepada masing-masing anggota kelompok secara adil, sesuai dengan prosedur yang telah disepakati. Sebelum kegiatan diskusi dimulai, guru memastikan dengan baik semua siswa telah siap untuk melakukan diskusi. Guru memberikan arahan apabila terdapat kelompok yang mengalami kesulitan. Guru juga mengamati dan memberikan penilaian pada siswa saat diskusi berlangsung. Guru melakukan penilaian secara obyektif terhadap hasil kerja siswa serta memberikan masukan pada siswa. Guru telah memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat kemudian memberikan masukan dan kritik yang mmebangun agar siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil kerjanya. Guru memberikan siswa kesempatan untuk berpendapat saat melakukan refleksi terkait materi yang telah dipelajari terhadap kehidupan sehari-hari. Guru membimbing siswa dalam melakukan pengambilan kesimpulan kemudian memberi penekanan pada apa yang telah disampaikan oleh siswa. Guru memberikan soal evaluasi namun tidak membahasnya bersama siswa karena keterbatasan waktu. Guru memberikan tugas lanjutan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada 115

132 pertemuan selanjutnya. Pembelajaran diakhiri dengan membaca doa bersama kemudian dilanjutkan dengan salam penutup. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 Oktober Keberhasilan penerapan model kooperatif kancing gemerincing terlihat dari cara guru menyampaikan pembelajaran serta membimbing siswa dalam keterlaksanaan proses pembelajaran. Guru telah melakukan apersepsi dengan sangat baik, yaitu dengan diawali dengan membahas sedikit materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini dilakukan untuk membantu siswa memahami materi yang akan dipelajari. Guru memberikan motivasi kepada siswa secara intens sehingga siswa dapat menjaga konsentrasinya pada proses pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara runtut dan jelas kepada siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan apa yang belum mereka mengerti dari penyampaian guru. Dalam mengelompokkan siswa, guru membimbing secara penuh pengelompokan siswa sehingga kelas dapat terbagi secara adil dan kelas tetap kondusif. Guru telah menyampaikan langkahlangkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing secara runtut dan jelas. 116

133 Penjelasan yang dilakukan oleh guru akan bermanfaat untuk semakin memperdalam pemahaman siswa sehingga pembelajaran berjalan lebih baik. Guru telah menyiapkan kotak berisi kancing yang akan digunakan siswa sesaat sebelum pembelajaran dimulai, sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Selain itu, kancing juga dibagikan secara adil. Guru kembali mengontrol kesiapan diskusi siswa dengan baik, memastikan setiap kelompok telah siap melakukan diskusi. Saat diskusi berlangsung, guru memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa baik secara mandiri maupun kelompok secara objektif. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat pada berbagai kesempatan kemudian guru akan memberikan penguatan terhadap apa yang telah disampaikan siswa. Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dalam melakukan refleksi terkait materi yang telah dipelajari terhadap kehidupan sehari-hari. Guru membimbing siswa dalam penarikan kesimpulan pembelajaran kemudian memberikan penekanan kembali terhadap kesimpulan yang diberikan siswa. Guru meberikan soal tes evaluasi kepada siswa untuk mengonfirmasi pengetahuan siswa. Setelah siswa selesai 117

134 mengerjakan soal evaluasi, guru kemudian membahas jawabannya bersama siswa. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk mencari tahu mengenai kepercayaan-kepercayaan masyarakat tenrang tanda alam yang terjadi sebelum pergantian musim dan cuaca. Tindak lanjut yang diberikan akan digunakan untuk mendukung pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. b) Aktivitas Siswa Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama telah terlihat meningkat. Siswa telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Selain itu, selama kegiatan pembelajaran, siswa juga lebih baik dalam mengemukakan pendapat saat kegitan diskusi. Siswa telah menunjukkan sikap kerjasama yang baik dan menghargai pendapat teman. Saat pebagian kancing, siswa juga terlihat lebih tenang yaitu dengan menunggu hingga guru memberikan kancing kepadanya. Saat guru memberikan penjelasan terkait materi pembelajaran, siswa juga telah dapat menerimanya dengan baik. Fokus siswa memang kadang masih teralihkan, namun hal ini tidak mempengaruhi berkurangnya pemahaman siswa. Siswa dengan kesadaran diri mau bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Siswa telah mampu mengedepankan kepentingan bersama 118

135 dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Setiap siswa telah tampak bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas sehingga tujuan kelompok dapat tercapai dengan baik. Aktivitas siswa terlihat meningkat pada pertemuan kedua. Siswa semakin terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran. hal ini terlihat sejak awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Siswa tampak tetap antusias dalam menerima materi pembelajaran dari guru. Sebagian besar siswa sudah dapat menjaga konsentrasinya dalam pembelajaran sehingga tidak banyak waktu yang hilang untuk bermain-main. Namun, beberapa siswa yang terkenal terlalu aktif memang harus menerima teguran berulang kali dari guru agar dapat memfokuskan perhatiannya pada pembelajaran. Siswa telah menunjukkan sikap sportif pada saat bekerja kelompok sehingga setiap anggota kelompok dapat berkontribusi dengan porsi yang sama. Siswa bersama kelompoknya terlihat lebih kompak dalam menyelesaikan tugas dari guru. Tugas untuk berdiskusi dapat diselesaikan tepat waktu berkat kesungguhan siswa dalam melaksanakan tugasnya. Kepercayaan diri siswa juga telah meningkat, baik dalam mengemukakan pendapat secara mandiri maupun dalam kelompok. Siswa secara sadar mau dan mampu untuk mengemukakan pendapat saat membuat refleksi dan kesimpulan. Siswa dapat 119

136 mengaitkan materi pembelajaran yang telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari saat melakukan refleksi. Saat mengerjakan soal tes evaluasi, siswa dapat mengerjakannya secara mandiri sehingga keadaan kelas jauh lebih tenang. Pengamatan yang dilakukan oleh guru dan peneliti tidak hanya menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa selama pembelajaran. Namun keterampilan berbicara siswa juga teramati mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi pra siklus dan siklus I. peningkatan tersebut dapat teramati melalui kegiatan unjuk kerja, baik saat diskusi maupun presentasi di depan kelas. Pada aspek kejelasan lafal teramati delapan siswa mendapatkan predikat sangat baik karena pelafalan saat berbicara sangat jelas dan isi pembicaraan mudah dipahami. Jumlah ini meningkat, mengingat pada siklus sebelumnya belum ada siswa yang mencapai predikat sangat baik. Sebelas siswa teramati mendapatkan predikat baik dengan kriteria pelafalan jelas dan mudah dipahami, meskipun beberapa ucapan masih menggunakan bahasa yang tidak baku. Sementara itu Sembilan siswa mendapatkan predikat cukup karena beberapa pelafalan dalam pembicaraan tidak jelas sehingga menyulitkan pemahaman lawan bicara. 120

137 Selanjutnya pada aspek intonasi teramati sembilan belas siswa yang masuk kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan siswa menggunakan intonasi dengan jelas, meskipun masih terdapat sebagian kecil dari pembicaraan dengan intonasi yang kurang sesuai. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan siklus I dimana jumlah siswa yang termasuk kategori baik sebanyak tujuh belas siswa. sementara itu sebelas siswa lainnya termasuk dalam kategori cukup, dengan indicator masih terdapat penggunaan intonasi yang kurang sesuai sehingga pembicaraan sulit dipahami. Pada aspek pemilihan kata teramati dua belas siswa masuk dalam kategori sangat baik dengan indikator siswa telah mampu mengutarakan pendapat dengan pemilihan kata yang sangat tepat. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya, yaitu hanya terdapat empat orang siswa yang masuk dalam kategori sangat baik. Sementara itu delapan belas orang siswa masuk dalam kategori baik. Kategori baik tersebut dengan indikator siswa telah memilih kata yang tepat, namun masih terdapat beberapa kata dalam pembicaraan yang kurang tepat. Pada aspek kosakata, hampir seluruh siswa telah masuk dalam kategori sangat baik, dengan indikator penggunaan kosakata yang luas, beragam, dan pengucapannya jelas. Namun, masih terdapat enam siswa yang termasuk dalam kategori baik. Keenam 121

138 siswa tersebut adalah siswa dengan inisial EZP, KAP, MLSF, SFA, SNF, VNA, dan ZARR. Keenam siswa tersebut telah menggunakan kosakata yang beragam dan tepat penggunaannya. Pada aspek sikap, terdapat dua belas siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik. Jumlah ini meningkat apabila dibandingkan dengan jumlah siswa yang termasuk kategori yang sama pada siklus I, yaitu delapan orang siswa. Pada siklus II terdapat delapan belas orang siswa yang termasuk dalam kategori baik. Peningkatan juga ditunjukkan dengan tidak adanya siswa yang masuk dalam kategori cukup pada aspek sikap. Pada aspek keberanian hampir seluruh siswa sudah masuk dalam ketegori sangat baik, yaitu siswa mampu menyampaikan pendapat di hadapan teman-temannya tanpa ragu. Sementara itu lima orang siswa lainnya masih perlu didampingi guru ketika menyampaikan pendapat agar dapat bersuara keras. Pada aspek kelancaran teramati hampir seluruh siswa termasuk dalam kategori baik, yaitu telah mengemukakan pendapat dengan lancar meskipun kadang kurang stabil. Peningkatan terlihat pada tidak ada lagi siswa yang termasuk dalam kategori cukup. Selain itu, pada siklus II juga terdapat satu siswa dengan inisial ADPBN yang termasuk dalam kategori sangat baik. Siswa tersebut telah mampu mengemukakan pendapat atau berbicara dengan lancar tanpa terputus-putus. 122

139 d. Refleksi Peneliti melakukan refleksi terkait prosedur pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil tindakan. Peneliti dan guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer kemudian dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis tindakan, peneliti menemukan adanya peningkatan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang menjadi bahan refleksi pada siklus I antara lain: siswa belum melaksanakan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dengan baik, siswa masih tampak ragu dalam menyampaikan pendapat, kekompakan siswa dalam kelompok belum terjalin, dan penghargaan pada pendapat teman sekelompok yang masih kurang. Pada siklus II, kendala yang sempat muncul pada siklus I telah dapat teratasi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil observasi aktivitas siswa. Sehingga dapat dikatakan, pada siklus II pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing telah berjalan sesuai dengan rencana. Hasil tes ketmampuan berbicara siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes pra siklus dan siklus I. Data awal sebelum dilakukan tindakan diperoleh hasil ketuntasan sebesar 30%, 123

140 pada siklus I diperolah hasil ketuntasan sebesar 67%, dan pada siklus II diperoleh hasil ketuntasan sebesar 93%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan tindakan telah lebih dari target yang ditentukan, yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan minimal lebih dari atau sama dengan 70. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dihentikan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan berbicara siswa. Pada kondisi awal atau pra tindakan terdapat 21 orang siswa yang tidak mencapai KKM dengan nilai rata-rata 59,93 dan presentase 30%. Hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan diri dan motivasi pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat, sehingga hanya siswa yang memiliki kepercayaan diri saja yang sering mengemukakan pendapat. Selain itu, pemerataan kesempatan untuk menyampaikan pendapat siswa juga masih kurang. Berdasarkan data tersebut, peneliti berusaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Pada siklus I, keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari sama dengan 70 mencapai 20 orang siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat 11,57 (dari kondisi awal 59,93 124

141 menjadi 71,5). Jika dipresentase, maka peningkatan yang terjadi adalah sebesar 37%, yaitu dengan perincian 30% pada pra siklus menjadi 67% setelah tindakan siklus I. Peningkatan membuktikan bahwa tindakan pada siklus I memiliki pengaruh positif terhadap keterampilan berbicara siswa. Pada siklus I telah terlihat adanya pemerataan penyampaian pendapat pada setiap kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Lie (2002: 63) yang menyatakan bahwa keunggulan dari model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing ini adalah memeratakan kesempatan anggota kelompok untuk berkontribusi. Namun, peningkatan yang telah didapatkan pada siklus I belum dapat dikatakan berhasil karena presentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan belum mencapai 75%. Selain itu hasil refleksi pasca tindakan siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dirasa masih kurang optimal dan belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan rencana, tetapi masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki, antara lain: siswa masih tampak ragu dalam menyampaikan pendapat. Siswa masih tampak kurang kompak dalam menyelesaikan tugas kelompok. Siswa juga masih tampak kurang memberikan penghargaan pada teman satu kelompok saat penyampaian pendapat. Kendala tersebut dapat diperbaiki pada siklus II dengan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih memperhatikan kebutuhan siswa, yaitu guru lebih memperhatikan kesiapa siswa sebelum memulai diskusi, memberikan 125

142 motivasi kepada siswa secara lebih intens, dan menguatkan pendapat siswa agar siswa semakin percaya diri saat menyampaikan pendapatnya. Hal tersebut dilakukan agar pembelajaran dapat berjalan secara lebih optimal. Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan sebesar 4,8 (dari siklus I 71,5 menjadi 76,3). Apabila dipresentasekan, maka peningkatan yang terjadi adalah 26%, yaitu dari siklus I 67 % meningkat menjadi 93% pada siklus II. Refleksi yang dilakukan setelah tindakan pada siklus II selesai menunjukkan bahwa langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing telah terlaksana sesuai dengan rencana. Kendala yang terdapat pada siklus I telah teratasi pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru, dapat dilihat bahwa pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat dilihat dari cara guru mengampaikan pembelajaran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Guru telah berhasil meminimalkan berbagai kekurangan yang terdapat pada pertemuan sebelumnya sehingga kinerja guru semakin meningkat. Berdasarkan observasi proses pembelajaran keterampilan berbicara terkait dengan aktivitas siswa, siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan cara berkelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Izzaty dkk. (2008: 115) yang 126

143 menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak akhir anak mulai memiliki minat terhadap kegiatan kelompok sebaya. Anak memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Hasil observasi menunjukkan bahwa bahwa terdapat aktivitas jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. Peningkatan tersebut antara lain terlihat pada siswa yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, kompak dalam berdiskusi kelompok, sikap saling menghargai teman saat kegiatan diskusi, dank keberanian siswa untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya. Hasil pengamatan dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajara kooperatif tipe kancing gemerincing menunjukkan peningkatan dan perbaikan. Hal ini dirasa berhasil karena indikator keberhasilan yang dutentukan telah tercapai. Berdasarkan hasil tes pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 37% dari 30% menjadi 67% dengan nilai rerata kelas 71,5. Sementara pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 26% dari 67% menjadi 93% dengan nilai rerata kelas 76,3. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dari pra siklus sampai siklus II dapat diakumulasi sebesar 56%. Keterampilan berbicara siswa yang diperoleh cukup memuaskan karena indicator keberhasilan sudah tercapai yaitu 28 siswa atau 93% dari jumlah keseluruhan siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tahap pra siklus sampai dengan tindakan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe 127

144 kancing gemerincing memberikan dampak positif dan dinilai dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui pemerataan kesempatan berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Huda (2011: 142) yang menyatakan kancing gemerincing dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas. Selain itu, Warsono dan Hariyanto (2013: 234) menyatakan bahwa aktivitas kancing gemerincing akan mendorong timbulnya partisipasi setara dan ketrampilan berwacana dalam kelompok. Melalui model pembelajaran ini, siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam kelompoknya, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk berperan serta dan meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi. C. Keterbatasan Penelitian Dalam proses penelitian ini terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pembagian kelompok dilakukan dalam waktu yang cukup lama karena siswa sulit untuk dikondisikan. 2. Terdapat satu orang siswa yang masih kurang dalam aspek keberanian karena kepribadiannya yang pemalu. 128

145 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan berbicara pada siswa kelas IIIA SD Negeri 4 Wates sebagai berikut: Peningkatan keterampilan berbicara terlihat dari hasil pengamatan terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi keterampilan berbicara. Aspekaspek tersebut antara lain kejelasan lafal, intonasi, pemilihan kata, kosakata, sikap, keberanian, dan kelancaran dalam menyampaikan sesuatu. Pada aspek kejelasan lafal, siswa telah mampu berbicara dengan lafal yang jelas. Aspek kejelasan lafal ditunjukkan dengan pengucapan kata yang mengandung huruf vokal dengan jelas sehingga isi pembicaraan dapat ditangkap dengan mudah oleh lawan bicara. Penggunaan intonasi dalam berbicara sudah tepat penggunaannya. Pada aspek pemilihan kata dan kosakata sudah mengalami perbaikan sehingga isi pembicaraan lebih baik. Pada aspek sikap, keberanian, dan kelancaran juga telah mengalami peningkatan. Siswa yang awalnya pemalu sudah mampu mengemukakan pendapat dan presentasi dengan baik. Peningkatan rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 11,57 dari kondisi awal 59,93 menjadi 71,5. Sedangkan peningkatan pada siklus II sebesar 5,2, yang kondisi awal 71,5 menjadi 76,3. 129

146 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan sebagaimana disampaikan diatas, terdapat beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Guru Guru hendaknya dapat memaksimalkan penggunaan waktu saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing untuk meningkatkan keterampilan berbicara setiap siswa. 2. Bagi Siswa Sebaiknya siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa juga hendaknya lebih berani dalam mengemukakan gagasan 130

147 DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. (2007). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Asis Saefuddin dan Ika Berdiati. (2014). Pembelajaran efektif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Djago Tarigan. (1990). Pendidikan Bahasa Indonesia I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Etin Solihatin dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Haryadi dan Zamzani. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Henry Guntur Tarigan. (1987). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Maidar G Arsjad dan Mukti U.S. (1991). Pembinaan Keterampilan berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Miftahul Huda. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mukhsin Ahmadi. (1990). Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nur Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pardjono, dkk. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY. Rochiati Wiriaatmadja. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sabarti Akhadiah, dkk. (1992). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. 131

148 Setyawan Pujiono. (2012). Terampil Menulis: Cara Mudah dan Praktis dalam Menulis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 132

149 LAMPIRAN 133

150 DAFTAR NAMA SISWA KELAS IIIA SD N 4 WATES No. Nama Jenis Kelamin 1. ADPBN L 2. AFH L 3. ANA L 4. AAAS L 5. BJA P 6. BFAW L 7. CDBAJL L 8. DA L 9. DRFNP L 10. DAK P 11. ED P 12. EZP P 13. FKNP L 14. IFA L 15. KAP P 16. MC P 17. MFZI L 18. MLSF L 19. NZRH P 20. NIN L 21. NZS P 22. PRA L 23. PFP L 24. QA P 25. RS L 26. SFA L 27. SNF L 28. VNAV P 29. ZARR P 30. ZJP P 134

151 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SD Negeri 4 Wates Kelas / Semester : 3 A / 1 Tema Sub Tema : 3. Perubahan di Alam : 3. Perubahan Musim Pembelajaran : 1 Alokasi Waktu : 1 kali pertemuan A. Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam keluarga, teman, dan guru. 3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar Mata Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika 3.5 Menyederhanakan kesamaan dua ekspresi dengan menggunakan penambahan/ pengurangan Indikator Mengidentifikasi operasi hitung perkalian dan pembagian. 135

152 Bahasa Indonesia bilangan sampai dua angka Merumuskan dengan kalimat sendiri, membuat model matematika, dan memilih strategi yang efektif dalam memecahkan masalah nyata sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian bilangan bulat, waktu, panjang, berat benda, dan uang, serta memeriksa kebenaran jawabnya. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan informative hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman Melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian Mengidentifikasii teks laporan informative tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat. 136

153 SBDP 4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informative hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian. 3.2 Membedakan pola irama rata dan bervariasi lagu bertanda birama enam. 4.7 Menyanyikan lagu anakanak bertanda birama enam sesuai dengan isi lagu. 4.7 Menyanyikan lagu anakanak bertanda birama enam sesuai dengan isi lagu Menceritakan kembali isi teks laporan informatif tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat Mengidentifikasi pola irama bervariasi lagu bertanda birama enam Menyanyikan lagu anak-anak bertanda birama enam dengan mandiri. 137

154 C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan keterampilan melakukan percobaan simulasi revolusi bumi, siswa dapat mengamati penyebab terjadinya perubahan musim dengan cermat. 2. Dengan membaca teks laporan mengenai perubahan musim di Indonesia, siswa dapat menjawab pertanyaan tentang perubahan musim di Indonesia secara lisan dengan percaya diri. 3. Dengan mengamati gambar satwa hutan hujan tropis, siswa dapat mengidentifikasi penggunaan operasi hitung perkalian dengan teliti. 4. Dengan mengamati gambar tumbuhan hutan hujan tropis, siswa dapat mengidentifikasi penggunaan operasi hitung pembagian dengan teliti. 5. Dengan mendengarkan bentuk pukulan alat musik ritmis, siswa dapat mengidentifikasi pola irama lagu bertanda birama enam dengan teliti. 6. Dengan penugasan, siswa dapat menyanyikan lagu anak-anak bertanda birama enam dengan percaya diri. D. Materi Pembelajaran 1. Operasi hitung perkalian dan pembagian 2. Teks laporan tentang perubahan iklim dan cuaca 3. Lagu anak bertanda birama enam E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pendekatan : scientific Model : kooperatif tipe kancing gemerincing Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan F. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Siswa bersama guru membuka 15 menit pembelajaran dengan salam. 138

155 2. Siswa dan guru berdo a menurut agama dan keyakinan masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas untuk mengawali kegiatan pembelajaran. 3. Siswa mengkonfirmasi kehadiran pada guru. 4. Siswa meneerima motivasi dari guru untuk membangkitkan sebelum memulai pembelajaran. 5. Siswa dan guru melakukan apersepsi terkait cuaca pada hari sebelumnya. 6. Siswa menerima informasi dari guru terkait tema yang akan dipelajari yaitu Perubahan di Alam dengan sub tema perubahan musim. 7. Siswa menerima penjelasan tujuan dari guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaat materi pelajaran untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Inti 1. Siswa bersama guru melakukan diskusi secara klasikal. 2. Siswa menjawab pertanyaan Apakah setiap hari kondisi cuaca sama?, Apakah setiap bulan kondisi cuaca sama?, dan mengapa kondisi cuaca berbeda-beda? 3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. 4. Siswa menerima jawaban konfirmasi atas jawaban yang telah disampaikan 139

156 siswa. 5. Siswa diminta untuk membaca teks bacaan yang ada di buku siswa. 6. Secara mandiri, siswa diminta untuk memahami apa yang ada dalam bacaan kemudian menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengisi teks laporan. 7. Siswa menceritakan kembali apa yang telah ia baca di depan kelas. 8. Siswa menerima konfirmasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa. 9. Siswa dengan bimbingan guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. 10. Siswa melakukan percobaan secara berkelompok. 11. Siswa menerima pembagikan lembar kerja pelaksanaan percobaan. 12. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan secara berkelompok. 13. Setelah selesai melakukan percobaan, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan diskusi. 14. Siswa bersama guru menyiapkan kotak berisi kancing-kancing yang akan digunakan siswa untuk mengemukakan pendapat dalam diskusi. 140

157 15. Siswa menerima pembagian kancingkancing. 16. Setiap siswa mendapatkan dua kancing sebagai tiket mengemukakan pendapat. 17. Siswa menerima penjelasan tentang penggunaan kancing yang akan membantu dalam diskusi kelompok. 18. Siswa bersama guru melakukan diskusi terkait dengan percobaan yang dilakukan. 19. Diskusi dilakukan sampai seluruh kancing yang dimiliki siswa habis. 20. Setiap kelompok menggambarkan hasil pengamatan dan diskusinya pada lembar yang telah disediakan. 21. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergiliran. 22. Siswa mendapatkan apresiasi dari guru. 23. Siswa dibimbing untuk membaca teks laporan. 24. Siswa dibimbing untuk memahami isi teks kemudian mendiskusikannya secara klasikal. 25. Siswa diminta untuk mengamati gambar hutan hujan tropis. 26. Siswa dibimbing oleh guru untuk menceritakan secara lisan mengenai gambar yang diamati dengan mengarahkan jawaban siswa pada 141

158 pertanyaan berikut: Sebutkan namanama hewan pada gambar!, Ada berapakah hewan berkaki empat pada gambar?, Hitunglah jumlah kaki hewan pada gambar!. 27. Siswa mengamati gambar kelompok hewan. 28. Siswa menggunakan operasi hitung perkalian untuk menjawab pertanyaan pada gambar. 29. Siswa dibimbing untuk menggunakan operasi hitung perkalian. 30. Setelah selesai, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai keanekaragaman satwa di hutan hujan tropis. 31. Siswa menerima penjelasan bahwa dengan keanekaragaman flora di Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki banyak satwa seperti aneka burung. 32. Siswa memperhatikan guru memainkan irama lagu birama enam dengan alat music ritmis. 33. Siswa ikut memainkannya dengan alat music ritmis yang dibawanya. 34. Siswa dengan bimbingan guru menyanyikan lagu burung tantina. 35. Siswa menyanyikan lagu burung Tantina dengan diiringi alat music ritmis. 142

159 Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan belajar selama sehari. 2. Siswa ditanya bagaimana perasaan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Siswa mendapatkan pekerjaan rumah dan tugas untuk mempelajari materi pelajaran pertemuan berikutnya. 4. Siswa dan guru berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. 10 menit G. Sumber Pembelajaran 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Guru SD/ MI Kelas 3 Tema 3 Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Siswa SD/ MI Kelas 3 Tema 3Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Soal evaluasi H. Penilaian 1. Prosedur Penilaian a. Penilaian Proses Menggunakan format pengamatan selama kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. b. Penilaian Hasil Belajar 143

160 Menggunakan instrument penilaian hasil belajar. 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian Proses Penilaian proses dalam menyelesaikan tugas diskusi kelompok. b. Penilaian Hasil Belajar Uraian. Mengetahui, Kepala Sekolah Wates, September 2016 Guru Kelas IIIA Drs. Teguh Riyanta, M.Pd NIP Utari Budi Harti, S.Pd NIP

161 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SD Negeri 4 Wates Kelas / Semester : 3 A / 1 Tema Sub Tema : 3. Perubahan di Alam : 3. Perubahan Musim Pembelajaran : 2 Alokasi Waktu : 1 kali pertemuan A. Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam keluarga, teman, dan guru. 3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Mata Kompetensi Dasar Pelajaran PJOK 3.8 Mengetahui konsep kebutuhan istirahat, tidur, dan pengisian waktu luang untuk menjaga kesehatan. Indikator Menjelaskan konsep pengisian waktu luang untuk menjaga kesehatan. 145

162 Bahasa Indonesia 4.8 Menpraktikkan pemenuhan kebutuhan istirahat, tidur, dan pengisian waktu luang untuk menjaga kesehatan. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan informative hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energy alternative, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. 4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informatif hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta secara mendiri dalam bahasa Indonesia dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan Mempraktikkan pemenuhan kebutuhan waktu luang untuk menjaga kesehatan Mengidentifikasi teks laporan informative tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat Menceritakan kembali isi teks laporan informative tentang perunbahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat. 146

163 PPKn berakhlak mulia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian. 3.1 Memahami symbol-simbol sila Pancasila dalam lambing Negara Garuda Pancasila 4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dan mengaitkan dengan pemahamannya terhadap simbol sila-sila Pancasila Menjelaskan makna simbol sila pertama Pancasila Melakukan pengamatan tentang perilaku yang sesuai dengan sila pertama Pancasila. C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan membaca teks laporan mengenai musim kemarau dan musim hujan siswa dapat menjawab pertanyaan tentang isi teks dengan tepat. 2. Dengan menjawab pertanyaan tentang isi teks laporan, siswa dapat menceritakan kembali isi teks secara lisan dengan percaya diri. 3. Dengan menggambar lambing sila pertama Pancasila, siswa dapat memahami makna lambang sila pertama Pancasila dengan tepat. 4. Dengan membuat table kegiatan harian, siswa dapat menentukan waktu luang yang dimiliki dengan tepat. 5. Dengan mengidektifikasi waktu luang yang dimiliki siswa, siswa dapat merancang kegiatan yang menyehatkan tubuh dengan tepat. D. Materi Pembelajaran Perbedaan musim Lambang sila pertama Pancasila Tabel kegiatan harian 147

164 E. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran Pendekatan : scientific Model : kooperatif kancing gemerincing Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan F. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan 15 menit salam. 2. Siswa dan guru berdo a menurut agama dan keyakinan masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas untuk mengawali kegiatan pembelajaran. 3. Siswa mengkonfirmasi kehadiran kepada guru. 4. Siswa menerima motivasi sebagai apersepsi yang digunakan untuk meningkatkan semangat belajar siswa 5. Siswa menerima informasi terkait tema yang akan dipelajari yaitu Perubahan di Alam dengan sub tema perubahan musim. 6. Siswa menerima informasi terkait tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaat materi pelajaran untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Inti 1. Secara klasikal, siswa dibimbing untuk mendeskripsikan perbedaan antara dua ilustrasi gambar. 210 menit 2. Siswa diberi kesempatan untuk 148

165 mengemukakan pendapatnya secara mandiri maupun dengan perintah dari guru. 3. Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. 4. Guru menyiapkan kotak berisi kancing-kancing yang akan digunakan siswa selama diskusi berlangsung. 5. Setiap anggota kelompok akan mendapatkan 3 kancing yang telah disiapkan guru. 6. Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai penggunaan kancing dalam pembelajaran. 7. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan terkait penjelasan guru. 8. Guru memeriksa kembali kesiapan siswa sebelum memulai kegiatan diskusi. 9. Guru memberikan penjelasan sekilas mengenai materi yang akan dijadikan bahan diskusi, yaitu mengenai musim kemarau dan penghujan. 10. Guru membagikan lembar kerja pada setiap kelompok. 11. Siswa dipersilahkan untuk memulai diskusi bersama teman sekelompoknya. 12. Setelah setiap kelompok 149

166 mengemukakan pendapatnya, guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari setiap pendapat. 13. Siswa diminta untuk membaca teks mengenai musim kemarau dan musim penghujan. 14. Guru mengamati kegiatan membaca siswa dan membimbing siswa memahami isi teks laporan. 15. Siswa mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada kedua teks dengan mengisi tabel perbedaan. 16. Siswa menuliskan perbedaan tersebut dalam sebuah peta konsep yang dikerjakan secara berkelompok. 17. Siswa diminta untuk menceritakan secara lisan mengenai kedua teks laporan. 18. Guru memberikan penjelasan bahwa perubahan musim yang terjadi adalah sebuah nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri. Mensyukuri nikmat Tuhan termasuk pengamalan sila pertama Pancasila. 19. Siswa mengamati gambar lambang sila pertama Pancasila 20. Siswa mendeskripsikan secara tertulis lambang sila pertama Pancasila. 21. Secara berkelompok, siswa kembali menggunakan kancing-kancing untuk berdiskusi tentang kegiatan ibadah 150

167 Penutup yang dilakukan di rumah. 22. Siswa mendiskusikan kegiatan harian di sekolah. 23. Siswa secara berkelompok menuliskan hasil diskusinya dalam sebuah tabel. 24. Dengan membuat tabel kegiatan harian siswa mengidentifikasi waktu luang di sekolah yang dimilikinya. 25. Siswa mempresentasikan tabel kebiatan hariannya secara berkelompok. 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan belajar selama sehari. 2. Siswa ditanya bagaimana perasaan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Siswa mendapatkan pekerjaan rumah dan tugas untuk mempelajari materi pelajaran pertemuan berikutnya. 4. Siswa dan guru berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. 15 menit G. Sumber Pembelajaran 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Guru SD/ MI Kelas 3 Tema 3 Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Siswa SD/ MI Kelas 3 Tema 3Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 151

168 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Soal evaluasi H. Penilaian A. Prosedur Penilaian 1. Penilaian Proses Menggunakan format pengamatan selama kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. 2. Penilaian Hasil Belajar Menggunakan instrument penilaian hasil belajar. B. Instrumen Penilaian 1. Penilaian Proses Penilaian proses dalam menyelesaikan tugas diskusi kelompok. 2. Penilaian Hasil Belajar Uraian. Mengetahui, Kepala Sekolah Wates, September 2016 Guru Kelas IIIA Drs. Teguh Riyanta, M.Pd NIP Utari Budi Harti, S.Pd NIP

169 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SD Negeri 4 Wates Kelas / Semester : 3 A / 1 Tema Sub Tema : 3. Perubahan di Alam : 3. Perubahan Musim Pembelajaran : 3 Alokasi Waktu : 1 kali pertemuan A. Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam keluarga, teman, dan guru. 3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar Mata Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika 3.5 Menyederhanakan kesamaan dua ekspresi dengan menggunakan Indikator Mengidentifikasi operasi bilangan yang terlebih dahulu digunakan 153

170 Bahasa Indonesia penambahan/ pengurangan bilangan sampai dua angka Merumuskan dengan kalimat sendiri, membuat model matematika, dan memilih strategi yang efektif dalam memecahkan masalah nyata sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian bilangan bulat, waktu, panjang, berat benda, dan uang, serta memeriksa kebenaran jawabnya. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan informative hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu dalam penyelesaian masalah Menentukan operasi bilangan yang digunakan dalam pemecahan masalah berkaitan dengan perkalian dan pembagian bilangan perkalian dan pembagian Mengidentifikasii teks laporan informative tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat. 154

171 SBDP pemahaman. 4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informative hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian. 3.1 Mengenal karya seni gaya dekoratif. 4.2 Membuat karya seni montase dari berbagai media Menceritakan kembali isi teks laporan informatif tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat. 3.2 Membuat karya seni montase dari berbagai media Membuat karya montase hasil rancangan sendiri C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan melakukan permainan tebak kata, siswa dapat mengidentifikasi kata tentang empat musim dengan tepat. 2. Dengan membaca teks laporan mengenai negara empat musim, siswa dapat menjawab pertanyaan tentang isi teks dengan tepat. 155

172 3. Dengan menjawab pertanyaan tentang isi teks laporan, siswa dapat menceritakan kembali isi teks secara tertulis dengan tepat. 4. Dengan membaca soal cerita, siswa dapat mengunakan operasi hitung perkalian dengan tepat. 5. Dengan merancang karya maltase, siswa dapat membuat karya montase tentang negara empat musim dengan percaya diri. D. Materi Pembelajaran 1. Negara yang memiliki empat musim 2. Soal cerita menggunakan operasi hitung perkalian 3. Montase E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pendekatan : scientific Model : kooperatif tipe kancing gemerincing Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan F. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan salam. 2. Siswa dan guru berdo a menurut agama dan keyakinan masing-masing yang 15 Menit dipimpin oleh ketua kelas untuk mengawali kegiatan pembelajaran. 3. Guru mengkomunikasikan kehadiran siswa. 4. Guru memberikan motivasi sebagai apaersepsi yang digunakan untuk meningkatkan semangat belajar siswa 5. Guru menyampaikan informasi tema yang akan dipelajari yaitu Perubahan di Alam dengan sub tema perubahan musim. 156

173 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaat materi pelajaran untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Inti 1. Siswa dikondisikan untuk duduk melingkar. 2. Siswa diminta untuk membaca bacaan mengenai kondisi negara dengan empat musim. 3. Siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya jika berada di daerah 4 musim 4. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. 5. Guru menyaipakan kotak berisi kancingkancing. 6. Setiap siswa mendapatkan 2 kancing untuk mengemukakan pendapat. 7. Guru kembali menjelaskan keguanaan kancing dalam pembelajaran 8. Setiap kelompok akan mendapatkan 10 kata yang berhubungan dengan negara empat musim. 9. Guru menempelkan kata yang berkaitan dengan musim di papan tulis. 10. Setiap siswa dalam kelompok akan berlomba untuk menempelkan kata pada musim yang tepat kemudian memberikan sedikit penjelasan di kelas. 11. Siswa diberi kesempatan untuk 210 menit 157

174 berdiskusi menggunakan kancing gemerincing agar diskusi berjalan lancer dan adil. 12. Siswa berdiskusi mengenai negaranegara yang memiliki empat musim. 13. Siswa berdiskusi mengenai perbedaan suasana antara musim panas dan musim semi. 14. Guru membimbing setiap kelompok untuk membaca dan memahami bacaan tentang suasana negara empat musim. 15. Siswa kembali diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya untuk melengkapi isi percakapan. 16. Siswa menerima penjelasan dari guru bahwa negara yang memiliki empat musim disebut dengan negara sub-tropis. Keempat musim yang dimiliki adalah musim salju, musim semi, musim panas, dan musim gugur. 17. Siswa secara berkelompok membuat peta konsep tentang isi teks laporan. 18. Siswa diberi kesempatan untuk menceritakan kembali isi teks laporan yang tertera pada peta konsep secara lisan. 19. Siswa bersama kelompoknya diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal cerita menggunakan operasi hitung perkalian. 20. Guru membimbing siswa untuk 158

175 Penutup menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan operasi hitung perkalian. 21. Guru memberikan kumpulan gambar kepada setiap kelompok berkaitan dengan 4 musim 22. Siswa secara mandiri merancang karya montase dengan tema negara 4 musim. 23. Siswa dapat melanjutkan pekerjaannya bersama orang tua. 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan belajar selama sehari. 2. Siswa ditanya bagaimana perasaan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Siswa mendapatkan pekerjaan rumah dan tugas untuk mempelajari materi pelajaran pertemuan berikutnya. 4. Siswa dan guru berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. 10 menit G. Sumber Pembelajaran 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Guru SD/ MI Kelas 3 Tema 3 Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Siswa SD/ MI Kelas 3 Tema 3Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 159

176 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Soal evaluasi H. Penilaian 1. Prosedur Penilaian a. Penilaian Proses Menggunakan format pengamatan selama kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. b. Penilaian Hasil Belajar Menggunakan instrument penilaian hasil belajar. 3. Instrumen Penilaian a. Penilaian Proses Penilaian proses dalam menyelesaikan tugas diskusi kelompok. b. Penilaian Hasil Belajar Uraian. Mengetahui, Kepala Sekolah Wates, September 2016 Guru Kelas IIIA Drs. Teguh Riyanta, M.Pd NIP Utari Budi Harti, S.Pd NIP

177 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SD Negeri 4 Wates Kelas / Semester : 3 A / 1 Tema Sub Tema : 3. Perubahan di Alam : 3. Perubahan Musim Pembelajaran : 4 Alokasi Waktu : 1 kali pertemuan A. Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam keluarga, teman, dan guru. 3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator PJOK 3.8 Mengetahui konsep Menjelaskan konsep kebutuhan istirahat, tidur, dan kebutuhan pengisian waktu pengisian waktu luang luang untuk menjaga untukmenjaga kesehatan. kesehatan. 4.8 Mempraktikkan Mempraktikkan 161

178 pemenuhan kebutuhan istirahat, tidur, dan pengisian waktu luang untuk menjaga kesehatan. pemenuhan kebutuhan waktu luang untuk menjaga kesehatan. Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan informative hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. 4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informatif hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia dan dalam tindakan yang Mengidentifikasii teks laporan informative tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat Menceritakan kembali isi teks laporan informatif tentang perubahan iklim dan cuaca secara lisan atau tulis dengan tepat. 162

179 PPKn mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian. 3.1 Memahami simbolsimbol sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila. 4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dan mengaitkan dengan pemahamannya terhadap simbol silasila Pancasila Menjelaskan makna simbol sila pertama Pancasila Melakukan pengamatan tentang perilaku yang sesuai dengan pengamalan sila pertama Pancasila. C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan menyusun kegiatan waktu luang, siswa dapat melaksanakan kegiatan di waktu luang dengan disiplin. 2. Dengan melaksanakan kegiatan di waktu luang, siswa dapat menentukan kegiatan waktu luang yang menyehatkan dengan tepat. 3. Dengan membaca teks laporan mengenai kegiatan di musim kemarau dan musim hujan, siswa dapat menentukan gagasan pokok pada teks laporan dengan cermat. 4. Dengan mengidentifikasi kegiatan ibadah, siswa dapat melakukan pengamatan pengamalan sila pertama Pancasila dengan cermat. D. Materi Pembelajaran 1. Gagasan pokok sebuah teks 2. Sila pertama Pancasila E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pendekatan : scientific 163

180 Model : kooperatif tipe kancing gemerincing Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan F. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan salam. 2. Siswa dan guru berdo a menurut agama 15 menit dan keyakinan masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas untuk mengawali kegiatan pembelajaran. 3. Guru mengkomunikasikan kehadiran siswa. 4. Guru memberikan motivasi sebagai apaersepsi yang digunakan untuk meningkatkan semangat belajar siswa 5. Guru menyampaikan informasi tema yang akan dipelajari yaitu Perubahan di Alam dengan sub tema perubahan musim. 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaat materi pelajaran untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Inti 1. Guru mengajak siswa berdiskusi secara klasikal mengenai berbagai kegiatan yang biasa dilakukan siswa untuk mengisi waktu luang. 210 menit 2. Guru menunjukkan berbagai gambar mengenai kegiatan pengisi waktu luang untuk mengonfirmasi jawaban siswa. 3. Siswa diberi kesempatan untuk menuliskan 164

181 kegiatan pengisi waktu luang. 4. Saat istirahat, siswa mendapatkan tugas untuk mengamati kegiatan yang dilakukan teman sekelasnya. 5. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. 6. Setiap siswa akan mendapatkan dua kancing yang telah disiapkan oleh guru. 7. Guru menjelaskan keguanaan kancing dalam pembelajaran. 8. Guru mengecek kesiapan siswa dalam melakukan diskusi. 9. Setiap kelompok mendapatkan tugas untuk melakukan diskusi terkait dengan kegiatan yang dapat dilakukan ketika memiliki waktu luang. 10. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya pada tabel. 11. Siswa diminta untuk membaca teks laporan. 12. Setelah memahami isi laporan, siswa diminta untuk menentukan gagasan pokok dari teks laporan. 13. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati kegiatan pengamalan sila pertama Pancasila. 14. Guru memberikan penjelasan bahwa harus selalu bersyukur atas nikmat kesehatan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang MahaEsa. 165

182 Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan belajar selama sehari. 2. Siswa ditanya bagaimana perasaan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Siswa mendapatkan pekerjaan rumah dan tugas untuk mempelajari materi pelajaran pertemuan berikutnya. 4. Siswa dan guru berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. 10 menit G. Sumber Pembelajaran 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Guru SD/ MI Kelas 3 Tema 3 Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Buku Siswa SD/ MI Kelas 3 Tema 3Perubahan di Alam Buku Tematik Terpadu Kurikulum Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Soal evaluasi H. Penilaian 1. Prosedur Penilaian a. Penilaian Proses Menggunakan format pengamatan selama kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. b. Penilaian Hasil Belajar Menggunakan instrument penilaian hasil belajar. 166

183 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian Proses Penilaian proses dalam menyelesaikan tugas diskusi kelompok. b. Penilaian Hasil Belajar Uraian. Mengetahui, Kepala Sekolah Wates, September 2016 Guru Kelas IIIA Drs. Teguh Riyanta, M.Pd NIP Utari Budi Harti, S.Pd NIP

184 LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN Siklus I Pertemuan 1 Perubahan Musim di Indonesia Indonesia termasuk negara tropis yaitu negara yang memiliki dua musim. Kedua musim itu adalah musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi di antara bulan Oktober sampai April. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai Oktober. Perubahan musim disebabkan karena posisi kemiringan bumi dan revolusi bumi. Revolusi Bumi adalah gerakan Bumi mengelilingi Matahari. Saat bumi mengelilingi matahari, bumi membentuk sudut kemiringan. Revolusi Bumi tidak dapat kita rasakan, namun revolusi dan kemiringan bumi menyebabkan banyaknya sinar matahari yang diterima permukaan bumi berbeda-beda. Inilah yang menyebabkan terjadi pergantian musim di Bumi. Kedua musim yang terjadi di Indonesia menyebabkan Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Indonesia memiliki hutan musim dan hutan hujan tropis. Siklus I Pertemuan 2 Musim Kemarau Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Oktober. Ketika musim kemarau, hujan jarang turun. Sehingga cuaca terasa panas. Di beberapa daerah, musim kemarau yang panjang dapat berakibat kekeringan. Jika terjadi kekeringan, maka hasil pertanian dapat berkurang. Hal ini disebabkan karena tanaman sulit mendapatkan air. Akan tetapi, ada juga tanaman yang dapat beradaptasi di musim kemarau. Walaupun sulit mendapat air dan jarang hujan, tanaman ini mampu tetap hidup. Tanaman tanaman itu adalah jagung, ubi jalar, jagung, dan sorgum. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan 168

185 bencana kekeringan. Kita dapat mengatasi kekeringan dengan membuat hujan buatan. Cara membuat hujan buatan adalah dengan menebarkan garam dapur di udara. Penawaran garam dapur di udara biasanya dilakukan dengan bantuan pesawat. Musim Hujan Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April. Ciri musim hujan adalah hujan sering terjadi. Saat musim hujan, cuaca terasa sejuk. Hujan yang sering terjadi dapat menambah air di tanah. Tanaman yang cocok ditanam saat musim hujan adalah padi. Padi ditanam saat hujan sering turun. Jika hujan tidak terlalu sering turun, petani dapat menanam tanaman sayuran. Saat musim kemarau sayuran dapat dipanen. Musim hujan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Bencana banjir dapat kita cegah. Salah satu caranya adalah dengan membuang sampah pada tempatnya dan menanam pohon di lahan yang kosong. Siklus II Pertemuan 1 Negara subtropis mempunyai empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Jarak waktu antara musim yang satu ke musim yang lain yaitu tiga bulan. Musim semi terjadi pada bulan Maret hingga Juni. Setelah musim semi datang musim panas. Musim panas terjadi pada bulan Juni hingga September. Di musim panas biasanya digunakan untuk berlibur. Setelah musim panas datang musim gugur. Pada saat musim gugur daun dari pepohonan berguguran. Musim dingin datang setelah musim gugur. Pada saat musim dingin, udara dapat mencapai minus 4 Celcius. Di banyak tempat, pada musim dingin terjadi turun salju. Salju terjadinya karena awan-awan yang terkumpul berada di suhu sangat dingin sehingga menjadi butiran es. Pada musim salju banyak anak-anak yang bergembira bermain dengan salju. 169

186 Siklus II Pertemuan 2 Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan Perubahan musim yang terjadi di Indonesia, menyebabkan kondisi lingkungan yang berbeda pada musim kemarau dan musim hujan. Saat musim kemarau udara terasa panas sehingga banyak daun yang berguguran. Tanah pun banyak yang retak. Karena jarang turun hujan, mata air pun mengering. Musim hujan, hujan sering turun, sehingga banyak terdapat persediaan air. Udara pun terasa dingin. Kegiatan bertani banyak yang disesuaikan dengan kondisi cuaca. Para petani dapat menjemur padi saat musim kemarau. Panen sayuran dan buah-buahan pun dapat dilakukan pada musim kemarau. Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan berbagai musim agar manusia dapat melakukan banyak aktivitas dengan baik. Kita harus mensyukuri nikmat Tuhan. Beribadah dan tidak merusak lingkungan adalah cara mensyukuri nikmat dari Tuhan. Amatilah tabel kegiatan temanmu. Saat musim hujan, petani akan menanam padi dan tanaman lain seperti tanaman sayuran dan buahbuahan. Kegiatan siswa di sekolah pun dapat menyesuaikan dengan kondisi cuaca. Bermain sepak bola, bola basket di lapangan adalah contoh kegiatan yang dapat dilakukan di musim kemarau. Jika musim hujan tiba, membaca buku, bemain congklak, atau bola bekel dapat dilakukan di dalam ruangan. 170

187 LAMPIRAN LEMBAR KERJA SISWA Siklus I Pertemuan 1 1. Lakukanlah percobaan berikut Alat dan Bahan : a. 1 buah jeruk b. 1 batang tusuk sate c. 1 senter Cara Kerja a. Nyalakanlah sentermu b. Tusuklah jeruk dengan tusuk sate c. Buatlah garis vertikal pada buah jeruk sehingga jeruk terbagi dua bagian. d. Berilah tanda huruf A pada satu bagian dan tanda huruf B pada bagian yang lain. e. Peganglah buah jeruk pada tusuk sate dengan sedikit miring. f. Hadapkanlah bagian A pada lilin atau senter sehingga bagian A terkena sinar. g. Putarkan buah jeruk dengan tusuk sate sebagai porosnya. h. Selain berputar pada porosnya, buatlah gerakan buah jeruk mengelilingi lilin atau senter. i. Lakukan hingga buah jeruk mengelilingi lilin sebanyak 1 putaran. 2. Setelah selesai melakukan percobaan, diskusikanlah bersama teman sekelompokmu mengenai hasil percobaan. 3. Tuliskanlah pada lembar yang telah disediakan! 4. Presentasikanlah hasil pekerjaan kalian bersama kelompok! 171

188 Siklus I Pertemuan 2 Petunjuk pelaksanaan 1. Lengkapilah bersama teman sekelompokmu! 2. Lengkapilah tabel berikut dengan benar! 3. Buatlah Ringkasan bersama kelompokmu dalam peta konsep! Jenis Musim Waktu Terjadi Tanaman yang Cocok Ditanam Oktober sampai April April sampai Oktober Bencana yang Dapat Ditimbulkan Lengkapilah peta konsep berikut Musim Hujan 172

189 Siklus II Pertemuan 1 Petunjuk Penyelesaian: 1. Diskusikanlah bersama kelompokmu bagaimana jika berda pada kondisi berikut! a. Apakah yang akan kalian lakukan saat hujan turun? b. Bagaimana perasaan kalian saat menyaksikan daun-daun berguguran di musim gugur? c. Apa yang akan kalian lakukan ketika salju turun? d. Apa yang akan kalian lakukan jika berada di daerah yang mengalami musim semi? 2. Tuliskan hasil diskusi kalian pada selembar kertas! 3. Presentasikan hasil diskusi kelompok di hadapan teman-teman sekelas! Siklus II Pertemuan 2 Petunjuk pelaksanaan : 1. Amatilah kegiatan yang dilakukan temanmu ketika istirahat! 2. Tuliskan hasil pengamatanmu pada buku tulis! 3. Diskusikan bersama teman sekelompokmu mengenai manfaat dari kegiatan yang dilakukan! 4. Tuliskan hasil pekerjaan kelompok pada selembar kertas, lalu presentasikan di hadapan teman-temanmu! 173

190 SOAL EVALUASI Siklus I Pertemuan 1 1. Indonesia sebagai daerah tropis memiliki dua musim, yaitu musim dan musim 2. Sebutkanlah tiga hewan yang biasa menghuni hutan hujan tropis! 3. Cuaca selalu berubah-ubah karena. 4. Perhatikanlah gambar berikut! Jadi jumlah seluruh ikan dalam bak hasil tangkapan adalah = atau x = 5. Saat libur sekolah telah tiba, keluarga pak Budi akan melakukan tamasya bersama ke kota Batu, Malang. Untuk melakukan perjalanan mereka menggunakan 5 mobil Avanza dan setiap mobil ditumpangi oleh 7 orang anggota keluarga. Berapakah jumlah orang yang ikut dalam rombongan wisata keluarga pak Budi? Siklus I Pertemuan 2 1. Musim kemarau terjadi pada bulan sampai. 2. Bencana yang mungkin terjadi saat musim kemarau adalah. 3. Tanaman yang dapat tetap hidup saat musim kemarau antara lain. 4. Musim hujan terjadi pada bulan sampai. 5. Tanaman yang cocok ditanam saat musim penghujan adalah. 6. Bencana yang dapat terjadi saat musim penghujan adalah. 7. Sila pertama Pancasila berisi tentang. 8. Kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di rumah antara lain. 174

191 9. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang di sekolah antara lain. 10. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang di rumah antara lain. Siklus II Pertemuan 1 1. Negara yang memiliki empat musim, disebut dengan negara beriklim. 2. Musim yang ada pada negara sub-tropis antara lain,,, dan. 3. Selesaikanlah soal cerita berikut! Saat musim salju, banyak anak yang bermain lempar bola salju. Permainan dilakukan secara berkelompok. Ada tiga kelompok yang sedang bermain lempar bola salju. Setiap kelompok terdiri dari 5 anak. Berapakah jumlah anak yang bermain bola salju? Jumlah anak yang bermain adalah Selesaikanlah soal cerita berikut! Ayah Udin memiliki sembilan kandang kerbau. Setiap kandang berisi 5 ekor kerbau. Kerbau-kerbau itu akan merumput di ladang rumput. Berapakah jumlah kerbau yang dimiliki Ayah Udin? 5. Peralatan apa saja yang digunakan untuk membuat karya montase? 175

192 Siklus II Pertemuan 2 1. Sebutkanlah tiga kegiatan yang dapat dilakukan ketika musim kemarau! 2. Sebutkanlah tiga kegiatan yang dapat dilakukan ketika musim penghujan! 3. Berikanlah tiga contoh kegiatan yang mencerminkan sikap pengamalan sila pertama Pancasila! 4. Ceritakanlah salah satu kegiatanmu dalam mengisi waktu luang! 176

193 Hari/ Tanggal : Materi : LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA Aspek yang Dinilai No Nama Kejelasan Lafal Kebahasaan Pemilihan Intonasi Kata Non-Kebahasaan Kosakata Sikap Keberanian Kelancaran Total Total Rata-rata 177

194 Rubrik Penilaian Keterampilan berbicara No Aspek Indikator Skor Penilaian 1. Kejelasan Pelafalan sangat jelas dan mudah dipahami Lafal yang ditunjukkan dengan kejelasan pengucapan setiap kata Pelafalan jelas dan mudah dipahami, namun ada beberapa ucapan yang menggunakan bahasa tidak baku. Pembicaraan dapat dipahami namun ada 9-12 beberapa pelafalan vocal yang tidak jelas. Terdapat banyak pelafalan yang tidak jelas 6-8 sebingga pembicaraan sulit dipahami. Pembicaraan tidak dapat dipahami karena 1-5 pelafalan yang tidak jelas. 2. Intonasi Penempatan intonasi yang digunakan siswa tepat sehingga pembicaraan mudah dipahami Intonasi tepat, namun ada beberapa penggunaan yang kurang sesuai. Pembicaraan dapat dipahami, namun 9-12 penggunaan intonasi kadang kurang sesuai sehingga pembcaraan sulit dipahami. Terdapat intonasi yang tidak tepat sehingga 6-8 pembicaraan sulit untuk dimengerti. Penggunaan intonasi tidak tepat Pemilihan Siswa dalam berbicara menggunakan Kata pemilihan kata yang sangat tepat. Siswa dapat memilih kata dengan tepat, 8-11 namun demikian terdapat beberapa pemilihan kata yang kurang sesuai. 178

195 Dalam berbicara, banyak pemilihan kata yang 4-7 tidak tepat. Siswa tidak dapat memilih kata yang tepat 1-3 untuk digunakan dalam pembicaraan. 4. Kosakata Penggunaan kosa kata luas, beragam, dan 9-10 pengucapannya jelas. Penggunaan kosa kata beragan dan tepat 7-8 penggunaannya. Kosa kata terbatas, namun penggunaan dan 5-6 pengucapannya tepat. Kosa kata terbatas, namun benar dalam 3-4 pengucapannya. Kosa kata terbatas, nmaun penggunaannya 1-2 kurang tepat dan pengucapannya sering salah. 5. Sikap Saat berbicara, siswa menunjukkan sikap 9-10 yang wajar, yaitu tenang dan tidak kaku. Siswa menunjukkan sikap tenang dan tidak 7-8 kaku meskipun terkadang masih sering mebuang pandangan dari audien Siswa menunjukkan sikap yang tenang saat 5-6 mengungkapkan pendapatnya. Siswa menunjukkan sikap yang tenang, 3-4 namun demikian masih sering terlihat kaku. Siswa menunjukkan sikap tidak tenang dan 1-2 kaku saat berbicara di depan audien. 6. Kelancaran Dalam berbicara siswa lancer dan tidak terputus-putus Dalam berbicara siswa lancer namun kurang stabil Dalam berbicara siswa lancer namun kadanag

196 masih ragu dan lambat Pembicaraan masih terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi yang menandakan tidak jelas, seperti e, em, apa itu Pembicsraan terputud-putus, lambat, dan banyak berhenti. 7. Keberanian Siswa berani menyampaikan pendapat di depan teman-temannya tanpa ragu-ragu. Siswa mampu menyampaikan pendapat di depan teman sekelasnya dengan didampingi oleh guru. Siswa harus didampingi oleh guru agar dapat berbicara dengan suara yang lantang di hadapan teman-temannya. Siswa tampak malu-malu saat berbicara di hadapan teman-temannya. Siswa tidak berani berbicara di hadapan teman-temannya

197 PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS GURU No Pendahuluan Aktivitas Guru Skor Guru melakukan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti 4. Guru mengelompokkan siswa 5. Guru menjelaskan langkah kerja pembelajaran dengan kooperatif kancing gemerincing 6. Guru menyiapkan kotak berisi kancingkancing yang akan digunakan siswa mengemukakan pendapat 7. Guru membagikan kancing pada setiap anggota kelompok 8. Guru mengontrol kesiapan diskusi 9. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok 10. Guru melakukan penilaian presentasi siswa 11. Guru menanggapi hasil kegiatan siswa Penutup 12. Guru memimpin siswa melakukan refleksi 181

198 13. Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan 14. Guru memberikan tes evaluasi 15. Guru memberikan tindak lanjut 182

199 RUBRIK OBSERVASI AKTIVITAS GURU No Kegiatan Aktivitas Guru Indikator Skor Kriteria 1 Guru melakukan apersepsi Pendahuluan Guru memberikan 4 Sangat ulasan singkat tentang baik materi yang telah diajarkan di pertemuan sebelumnya serta memberikan apersepsi yang relevan Guru mengulas sedikit 3 Baik tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya namun apersepsi yang disampaikan hanya secara singkat Guru hanya mengulas 2 Cukup sedikit mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya Guru langsung 1 Kurang melanjutkan materi pembelajaran tanpa member apersepsi Guru Guru selalu memberikan 4 Sangat memberikan motivasi dengan nada baik motivasi dan intonasi yang sesuai sehingga dapat membangkitkan semangat siswa 183

200 Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai Guru menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran Guru memberikan motivasi kepada siswa, meskipun tidak intens Guru memberikan motivasi kepada siswa namun kurang dapat membangkitkan semangat siswa Guru tidak memberi motivasi Guru memberikan penjelasan secara sistematis tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai Guru menjelaskan secara singkat tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran Guru menjelaskan tujuan namun kurang relevan Guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran secara runtut dan jelas Guru menjelaskan langkah-langkah 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 184

201 pembelajaran secara singkat Guru menjelaskan 2 Cukup langkah-langkah proses pembelajaran namun kurang jelas Guru tidak memberikan 1 Kurang penjelasan mengenai proses pembelajaran 2 Guru Guru membmbing siswa 4 Sangat mengelompokkan membentuk kelompok baik siswa secara acak berdasarkan tingkat kemampuan akademik Guru mengarahkan 3 Baik siswa dalam membentuk kelompok Guru meminta siswa 2 Cukup untuk membentuk Inti kelompok sendiri Guru tidak membimbing 1 Kurang siswa dalam membentuk kelompok Guru Guru telah menyiapkan 4 Sangat menyiapkan kotak berisi kancing Baik kotak berisi bicara sesaat sebelum kancing-kancing pembelajaran dimulai (kancing bicara) Guru dengan bantuan 3 Baik yang akan siswa menyiapkan kotak digunakan siswa berisi kancing bicara 185

202 berdiskusi. Guru membimbing siswa untuk menyiapkan kotak berisi kancing bicara pada masingmasing kelompok. Guru tidak mempersiapkan kotak berisi kancing dan tidak membimbing siswa untuk mempersiapkannya. Guru Guru membagikan membagikan kancing pada setiap kancing pada kelompok secara adil setiap kelompok (dengan jumlah yang sama) Guru dengan bantuan siswa membagikan kancing pada setiap kelompok Guru membimbing setiap kelompok untuk mengambil sendiri kancing yang akan digunakan Guru tidak membagikan maupun membimbing siswa untuk mendapatkan kancing sebagai tiket 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 186

203 Guru mengontrol kesiapan diskusi Guru mengamati jalannya diskusi pada setiap kelompok mengemukakan pendapat Guru memberikan arahan kepada siswa dan memastikan bahwa siswa telah siap melakukan diskusi Guru memastikan siswa telah siap melakukan diskusi Guru mengontrol kesiapan diskusi siswa namun tidak memberikan arahan lebih lanjut mengenai diskusi Guru tidak mengontrol kesiapan siswa untuk berdiskusi Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok dan memberikan arahan serta memberikan bimbingan bagi kelompok yang mengalami kesulitan Guru memberikan arahan apabila terdapat kelompok yang mengalami kesulitan 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 187

204 Guru melakukan penilaian presentasi Guru menanggapi hasil kegiatan siswa Guru hanya sekedar 2 Cukup mengamati saat diskusi dalam kelompok berlangsung Guru tidak mengamati jalannya diskusi 1 Kurang Guru melakukan 4 Sangat penilaian dan baik memberikan masukan kepada siswa Guru melakukan 3 Baik penilaian dan memberikan masukan secara singkat kepada siswa Guru hanya sebatas 2 Cukup melakukan penilaian saja tanpa memberikan masukan kepada siswa Guru tidak melakukan 1 Kurang penilaian terhadap presentasi yang dilakukan siswa Guru memberikan 4 Sangat kesempatan kepada baik siswa untuk berpendapat kemudian memberikan kesimpulan jawaban yang benar Guru member tanggapan 3 Baik 188

205 3 Penutup terhadap hasil kegiatan yang telah dilakukan siswa dengan singkat Guru langsung 2 Cukup membenarkan atau menyalahkan jawaban siswa tanpa member kesempata kepada siswa untuk berpendapat Guru tidak memberikan tanggapan terhadap hasil kegiatan siswa 1 Kurang Guru memimpin Guru membimbing dan 4 Sangat siswa melakukan menerima pendapat baik refleksi siswa dalam melakukan refleksi terkait materi yang telah dipelajari terhadap kehidupan sehari-hari. Guru membimbing 3 Baik siswa untuk melakukan refleksi terkait materi yang telah dipelajari Guru melakukan sendiri 2 Cukup refleksi terkait materi yang telah dipelajari Guru tidak melakukan 1 Kurang refleksi terkait materi yang telah dibahas Guru Guru membimbing 4 Sangat 189

206 membimbing siswa mengambil kesimpulan Guru memberikan tes evaluasi siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran, lelu memberikan penekanan kembali kesimpulan yang diberikan siswa Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk membuat kesimpulan tanpa membimbingnya Guru langsung menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari Guru tidak menyimpulkan pembelajaran Guru memberikan tes evaluasi dan membahas bersama siswa mengenai jawaban dari evaluasi yang diberikan Guru memberikan evaluasi namun tidak membahasnya bersama dengan siswa Guru hanya melakukan tanya jawab ringan dengan siswa baik 3 Baik 2 Cukup 1 Cukup 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 190

207 Guru memberikan tindak lanjut Guru tidak memberikan tes evaluasi Guru memberikan tindak lanjut terkait materi yang telah dipelajari berupa pekerjaan rumah, tugas, atau meminta siswa untuk mempelajari materi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah Guru hanya meminta siswa untuk mempelajari materi pelajaran untuk pertemuan berikutnya Guru langsung menutup proses pembelajaran tanpa memberikan tindak lanjut 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 191

208 PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA No Aspek yang diamati pada saat siswa mengikuti pembelajaran Skor Siswa aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa menerima penjelasan mengenai penggunaan kancing gemerincing 3. Siswa menerima pembagian kancing dari guru sebagai tiket untuk mengemukakan pendapat 4. Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing 5. Siswa tertib dalam menggunakan kancing sebagai tiket mengemukakan pendapat 6. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru 7. Siswa bekerja sama dalam kelompok 8. Siswa aktif dalam berdiskusi 9. Siswa menunjukkan sikap bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas 10. Siswa bersama kelompok, kompak dalam menyelesaikan tugas 11. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai saat berdiskusi 12. Siswa berani tampil presentasi ke 192

209 depan 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi setelah pembelajaran 14. Siswa bersama guru mengambil kesimpulan 15. Siswa mengerjakan evaluasi 193

210 RUBRIK OBSERVASI AKTIVITAS SISWA No Aspek yang Diamati Indikator Skor Kriteria 1. Siswa aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa menerima penjelasan mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing Siswa terlihat antusias dalam 4 Sangat melakukan setiap kegiatan baik selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Siswa antusias mengikuti 3 Baik pembelajaran walaupun kadang fokus teralihkan Siswa menunjukkan sikap 2 Cukup bosan dalam mengikuti pembelajaran Siswa terlihat malas dan tidak 1 Kurang memiliki semangat mengikuti proses pembelajaran Siswa menerima penjelasan 4 Sangat dari guru dengan sikap penuh baik perhatian dan mencatat bagaimana penjelasan guru. Siswa menerima penjelasan 3 Baik dari guru dengan sikap memperhatikan, namun tidak menulis catatan Siswa menerima penjelasan 2 Cukup dari guru namun terkadang perhatiannya teralihkan Siswa asyik bermain atau 1 Kurang berbicara dengan teman satu kelompoknya saat guru memberkan penjelasan 194

211 3. Siswa menerima pembagian kancing dari guru sebagai tiket mengemukakan pendapat 4. Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing Siswa menerima pembagian kancing dari guru dengan tertib dan mau menunggu di tempat duduk masing-masing Siswa menerima pembagian kancing dari guru dengan tertib Siswa menerima pembagian kancing secara berebut antar anggota kelompok Siswa gaduh saat pembagian kancing berlangsung Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing sesuai dengan prosedur yang disampaikan oleh guru Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing dengan menggunakan sebagian besar prosedur yang telah disampaikan guru. Siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing sesuai dengan pemahaman siswa 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 195

212 5. Siswa tertib dalam menggunakan kancing sebagai tiket untuk mengemukakan pendapat 6. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru Siswa tidak mengikuti 1 Kurang prosedur yang telah disampaikan guru dalam mengikuti pembelajaran Siswa menggunakan kancing 4 Sangat sebagai tiket mengemukakan baik pendapat secara tertib bergantian dan menghargai kesempatan yang dimiliki teman sekelompoknya Siswa menggunakan kancing 3 Baik sebagai tiket mengemukakan pendapat dengan tertib sesuai kesepakatan kelompok Siswa menggunakan kancing 2 Cukup sebagai tiket mengemukakan pendapat tanpa memperhatikan kesempatan berbicara yang dimiliki teman satu kelompoknya Siswa menggunakan kancing 1 Kurang sebagai tiket mengemukakan pendapat dengan berebut kesempatan Siswa memperhatikan setiap 4 Sangat penjelasan yang diberikan guru baik dengan baik serta membuat caratan hal-hal penting yang perlu dicatat Siswa memperhatikan 3 Baik 196

213 7. Siswa bekerja dalam kelompok 8. Siswa aktif dalam berdiskusi penjelasan guru namun terkadang fokus teralihkan Siswa hanya memperhatikan penjelasan guru ketika diminta oleh guru Siswa sama sekali tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru Siswa dengan penuh kesadaran mau bekerja dalam kelompok dan mengemkakan pendapat sesuai dengan porsinya tanpa diminta oleh teman sekelompoknya Siswa dengan kesadarannya mau berkontribusi dalam kelompok meskipun tidak sampai selesai Siswa hanya mau berkontribusi dalam menyelesaikan tugas kelompok apabila disuruh oleh teman sesame kelompoknya. Siswa tidak mau bekerja dalam kelompoknya Siswa dengan kesadarannya sendiri aktif dalam memberikan argumen, meminta pendapat, atau member masukan saat berdiskusi 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat Baik 197

214 9. Siswa menunjukkan sikap bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru 10. Siswa besama kelompok, kompak dalam menyelesaikan tugas Siswa memberikan pendapat walaupun tidak sering 3 Baik Siswa hanya memberikan 2 Cukup pendapat apabila diminta untuk mengemukakan pendapat Siswa tidak mampu 1 Kurang menyatakan pendapat dan hanya diam saja Siswa bersungguh-sungguh 4 Sangat dalam menyelesaikan tugasnya baik dan memberikan kontribusi yang cukup besar di dalam kelompok. Siswa ikut serta dalam 3 Baik penyelesaian tugas dari guru meskipun kontribusi yang diberikan tidak terlalu besar Siswa ikut menyelesaikan 2 Cukup tugas dari guru namun tidak sampai selessai Siswa meninggalkan 1 Kurang penyelesaian tugas kelompok dan tidak berkontribusi. Siswa bekerjasama dengan 4 Sangat baik dalam kelompoknya, baik siswa dapat melengkapi apabila jawaban dari teman sekelompoknya belum sempurna Siswa bekerjasama dalam 3 Baik 198

215 11. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai saat berdiskusi 12. Siswa berani tampil presentasi kelomponya dan berdiskusi dengan baik pula Siswa mengikuti diskusi dalam kelompoknya, namun kerjasama dalam kelompok kurang Siswa tidak mau bekerja sama dalam kelompok dan berdiskusi dengan kelompoknya Dalam kegiatan pembelajaran siswa terbuka untuk menerima pendapat yang disampaikan orang lain dan mau menerima menerima apabila pendapatnya mendapatkan sanggahan Siswa terbuka untuk menerima pendapat baru yang dikemukakan orang lain Siswa menerima pendapat dari orang lain, namun sering memotong pembicaraan orang lain yang sedang mengemukakan pendapat Siswa tidak mau menerima pendapat orang lain dan memotong pembicaraan orang lain. Siswa berani tampil di depan dengan penuh percaya diri 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 199

216 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi setelah pembelajaran 14. Siswa bersama guru mengambil kesimpulan Siswa berani tampil di depan kelas namun kurang menunjukkan sikap percaya diri Siswa berani tampil di depan kelas karena dibujuk oleh guru Siswa tidak berani tampil untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya Siswa dengan kesadarannya aktif dalam mengemukakan pendapatnya saat guru membimbing melakukan refleksi Siswa mengemukakan pendapatnya apabila guru memintanya untuk berpendapat Siswa hanya mau berpendapat apabila diminta oleh guru dan teman sebangku atau sekelompoknya Siswa tidak berkontribusi dalam kegiatan refleksi Siswa dengan penuh percaya diri aktif dalam kegiatan penarikan kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari Siswa banyak mengemukakan pendapat namun setelah guru 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 200

217 15. Siswa mengerjakan soal evaluasi memintanya untuk mengemukakan pendapat Siswa sedikit berperan dalam perumusan kesimpulan meskipun guru telah memintanya berulang kali Siswa tidak berperan aktif dalam penarikan kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari seharian Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru dengan mandiri dan percaya diri Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan didampingi guru apabila ada soal yang belum dimengerti Siswa siswa mengerjakan soal evaluasi namun sesekali fokus siswa teralihkan oleh kegaduhan yang dibuat temannya Siswa mengerjakan soal evaluasi namun tidak dengan konsentrasi yang baik (siswa gaduh dan mengganggu temannya saat pengerjaan soal evaluasi) 2 Cukup 1 Kurang 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang 201

218 HASIL TES KETERAMPILAN BERBICARA PRA SIKLUS Hari/ Tanggal : Jumat, 7 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 2 Aspek yang dinilai N o Nama kejelasan lafal intonasi Kebahasaan pemiliha n kata non kebahasaan kosakata sikap keberanian kelancaran Total 1 ADPB AFH ANA AAAS BJA BFA CDBA DA DRFN DAK ED EZP FKNP IFA KAP MC MFZI MLSF NZRH NIN NZS PRA PFP QA RS SFA SNF VNA ZARR ZIP Jumlah Nilai 1979 Nilai rata-rata 59,93 202

219 HASIL TES KETERAMPILAN BERBICARA SIKLUS 1 Hari/ Tanggal : Sabtu, 8 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 No Nama kejelasan lafal intonasi Kebahasaan pemilihan kata 203 Aspek yang dinilai non kebahasaan kosakata Sikap keberanian kelancaran 1 ADPB AFH ANA AAAS BJA BFA CDBA DA DRFN DAK ED EZP FKNP IFA KAP MC MFZI MLSF NZRH NIN NZS PRA PFP QA RS SFA SNF VNA ZARR ZIP Rata-rata 12,3 12,4 10,2 8,4 8,3 9,2 10,5 71,53 Total Total nilai 2146

220 HASIL TES KETERAMPILAN BERBICARA SIKLUS 2 Hari/ Tanggal : Selasa, 11 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 No Nama kejelasan lafal intonasi kebahasaan pemilihan kata 204 Aspek yang dinilai non kebahasaan kosakata sikap keberanian kelancaran 1 ADPBN AFH ANA AAAS BJA BFA CDBA DA DRFN DAK ED EZP FKNP IFA KAP MC MFZI MLSF NZRH NIN NZS PRA PFP QA RS SFA SNF VNA ZARR ZIP Rata-rata 14,6 12,6 11,1 9,2 8,6 9,5 10,6 76,4 Total Total Nilai 2292

221 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS I PERTEMUAN I Hari/ Tanggal : Jumat / 7 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 1 Pengamat No : Siti Nurjanah Pendahuluan Aktivitas Guru Skor Guru melakukan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti 4. Guru mengelompokkan siswa 5. Guru menjelaskan langkah kerja pembelajaran dengan kooperatif kancing gemerincing 6. Guru menyiapkan kotak berisi kancingkancing yang akan digunakan siswa mengemukakan pendapat 7. Guru membagikan kancing pada setiap anggota kelompok 8. Guru mengontrol kesiapan diskusi 9. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok 10. Guru melakukan penilaian presentasi siswa 205

222 11. Guru menanggapi hasil kegiatan siswa Penutup 12. Guru memimpin siswa melakukan refleksi 13. Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan 14. Guru memberikan tes evaluasi 15. Guru memberikan tindak lanjut Jumlah Skor

223 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS I PERTEMUAN II Hari/ Tanggal : Jumat / 8 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 2 Pengamat No : Siti Nurjanah Pendahuluan Aktivitas Guru Skor Guru melakukan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti 4. Guru mengelompokkan siswa 5. Guru menjelaskan langkah kerja pembelajaran dengan kooperatif kancing gemerincing 6. Guru menyiapkan kotak berisi kancingkancing yang akan digunakan siswa mengemukakan pendapat 7. Guru membagikan kancing pada setiap anggota kelompok 8. Guru mengontrol kesiapan diskusi 9. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok 10. Guru melakukan penilaian presentasi siswa 207

224 11. Guru menanggapi hasil kegiatan siswa Penutup 12. Guru memimpin siswa melakukan refleksi 13. Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan 14. Guru memberikan tes evaluasi 15. Guru memberikan tindak lanjut Jumlah Skor

225 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS II PERTEMUAN I Hari/ Tanggal : Jumat / 10 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 3 Pengamat No : Siti Nurjanah Pendahuluan Aktivitas Guru Skor Guru melakukan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti 4. Guru mengelompokkan siswa 5. Guru menjelaskan langkah kerja pembelajaran dengan kooperatif kancing gemerincing 6. Guru menyiapkan kotak berisi kancingkancing yang akan digunakan siswa mengemukakan pendapat 7. Guru membagikan kancing pada setiap anggota kelompok 8. Guru mengontrol kesiapan diskusi 9. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok 10. Guru melakukan penilaian presentasi siswa 209

226 11. Guru menanggapi hasil kegiatan siswa Penutup 12. Guru memimpin siswa melakukan refleksi 13. Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan 14. Guru memberikan tes evaluasi 15. Guru memberikan tindak lanjut Jumlah Skor

227 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS II PERTEMUAN II Hari/ Tanggal : Selasa / 11 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 4 Pengamat No : Siti Nurjanah Pendahuluan Aktivitas Guru Skor Guru melakukan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti 4. Guru mengelompokkan siswa 5. Guru menjelaskan langkah kerja pembelajaran dengan kooperatif kancing gemerincing 6. Guru menyiapkan kotak berisi kancingkancing yang akan digunakan siswa mengemukakan pendapat 7. Guru membagikan kancing pada setiap anggota kelompok 8. Guru mengontrol kesiapan diskusi 9. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok 10. Guru melakukan penilaian presentasi siswa 211

228 11. Guru menanggapi hasil kegiatan siswa Penutup 12. Guru memimpin siswa melakukan refleksi 13. Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan 14. Guru memberikan tes evaluasi 15. Guru memberikan tindak lanjut Jumlah Skor

229 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I PERTEMUAN I Hari/ Tanggal : Jumat / 7 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 1 Pengamat No : Siti Nurjanah Aspek yang diamati pada saat siswa mengikuti pembelajaran Skor Siswa aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa menerima penjelasan mengenai penggunaan kancing gemerincing 3. Siswa menerima pembagian kancing dari guru sebagai tiket untuk mengemukakan pendapat 4. Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing 5. Siswa tertib dalam menggunakan kancing sebagai tiket mengemukakan pendapat 6. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru 7. Siswa bekerja sama dalam kelompok 8. Siswa aktif dalam berdiskusi 9. Siswa menunjukkan sikap bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas 10. Siswa bersama kelompok, kompak 213

230 dalam menyelesaikan tugas 11. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai saat berdiskusi 12. Siswa berani tampil presentasi ke depan 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi setelah pembelajaran 14. Siswa bersama guru mengambil kesimpulan 15. Siswa mengerjakan evaluasi Jumlah Skor

231 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I PERTEMUAN II Hari/ Tanggal : Sabtu / 8 OKtober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 2 Pengamat No : Siti Nurjanah Aspek yang diamati pada saat siswa mengikuti pembelajaran Skor Siswa aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa menerima penjelasan mengenai penggunaan kancing gemerincing 3. Siswa menerima pembagian kancing dari guru sebagai tiket untuk mengemukakan pendapat 4. Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing 5. Siswa tertib dalam menggunakan kancing sebagai tiket mengemukakan pendapat 6. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru 7. Siswa bekerja sama dalam kelompok 8. Siswa aktif dalam berdiskusi 9. Siswa menunjukkan sikap bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas 10. Siswa bersama kelompok, kompak dalam menyelesaikan tugas 215

232 11. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai saat berdiskusi 12. Siswa berani tampil presentasi ke depan 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi setelah pembelajaran 14. Siswa bersama guru mengambil kesimpulan 15. Siswa mengerjakan evaluasi Jumlah Skor

233 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II PERTEMUAN I Hari/ Tanggal : Senin / 10 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 3 Pengamat No : Siti Nurjanah Aspek yang diamati pada saat siswa mengikuti pembelajaran Skor Siswa aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa menerima penjelasan mengenai penggunaan kancing gemerincing 3. Siswa menerima pembagian kancing dari guru sebagai tiket untuk mengemukakan pendapat 4. Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing 5. Siswa tertib dalam menggunakan kancing sebagai tiket mengemukakan pendapat 6. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru 7. Siswa bekerja sama dalam kelompok 8. Siswa aktif dalam berdiskusi 9. Siswa menunjukkan sikap bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas 10. Siswa bersama kelompok, kompak dalam menyelesaikan tugas 217

234 11. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai saat berdiskusi 12. Siswa berani tampil presentasi ke depan 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi setelah pembelajaran 14. Siswa bersama guru mengambil kesimpulan 15. Siswa mengerjakan evaluasi Jumlah Skor

235 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II PERTEMUAN II Hari/ Tanggal : Selasa / 11 Oktober 2016 Materi : Tema 3 Subtema 3 Pembelajaran 4 Pengamat No : SIti Nurjanah Aspek yang diamati pada saat siswa mengikuti pembelajaran Skor Siswa aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa menerima penjelasan mengenai penggunaan kancing gemerincing 3. Siswa menerima pembagian kancing dari guru sebagai tiket untuk mengemukakan pendapat 4. Siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing 5. Siswa tertib dalam menggunakan kancing sebagai tiket mengemukakan pendapat 6. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru 7. Siswa bekerja sama dalam kelompok 8. Siswa aktif dalam berdiskusi 9. Siswa menunjukkan sikap bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas 10. Siswa bersama kelompok, kompak dalam menyelesaikan tugas 219

236 11. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai saat berdiskusi 12. Siswa berani tampil presentasi ke depan 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi setelah pembelajaran 14. Siswa bersama guru mengambil kesimpulan 15. Siswa mengerjakan evaluasi Jumlah Skor

237 DOKUMENTASI KEGIATAN SISWA Gambar 1. Siswa membentuk kelompok Gambar 2. Siswa melakukan percobaan secara berkelompok 221

238 Gambar 3. Siswa dengan bimbingan guru melakukan diskusi Gambar 4. Siswa melakukan diskusi kelompok 222

239 Gambar 5. Siswa mendengarkan pengarahan dari guru sebelum pembelajaran dimulai Gambar 6. Siswa menuliskan hasil pekerjaan kelompok di papan yang disediakan 223

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN 1.996 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 21 Tahun ke-5 2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN IMPROVING THE STUDENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan III. PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Stephen

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW inamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR ERITA PENEK MELALUI METOE JIGSAW S Negeri Kasimpar Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

III PROSEDUR PENELITIAN

III PROSEDUR PENELITIAN III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu metode permodelan. Metode ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa yang kurang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 SD Negeri 02 Rembun Siwalan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP SISWA KELAS III SD NEGERI GEMBONGAN KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum diberikan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, langkah awal yang dilakukan adalah menguji instrument yang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: EDI BADRISYEH NIP. 19670501 199212 1 001 ABSTRAK Model Ccoperative Learning adalah suatu model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V SD NEGERI DELI TUA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V SD NEGERI DELI TUA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V SD NEGERI 104214 DELI TUA Erlinda Simanungkalit Surel: istarisyaira@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II Linna Perbowati 1), Rukayah 2), Hartono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi 36 A, Surakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research) dan bersifat kolaboratif, yaitu peneliti bersama guru bahasa Indonesia serta guru

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR Nur Widya Ichsani, Suryani, Siti Halidjah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 01 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 01 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 0 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/200 DISUSUN OLEH EVY TRIANA DEWI S NIM X70867 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4 874 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-5 2016 METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4 THE ROLE PLAYING METHOD TO IMPROVE SPEAKING SKILLS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Konsep Dasar Berbicara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif, metode kualitatif mendeskripsikan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah formal di Indonesia. Hal ini tentu saja merupakan upaya untuk mempertahankan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: BAHASA INDONESIA Berbicara untuk Keperluan Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Menurut Lagousi (1992: 25),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sangat strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia harus dapat dikuasai oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD 166492 TEBING TINGGI Usdin Simbolon Surel: usdinsimbolon23@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Berbicara a. Definisi Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara

Lebih terperinci

Keywords: speaking skill, continous story telling technique, elementary school

Keywords: speaking skill, continous story telling technique, elementary school Meningkatkan Keterampilan Berbicara... (Nirmala Ratna Sari) 157 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI SISWA KELAS IV IMPROVING SPEAKING SKILL OF FOURTH GRADE STUDENTS TROUGHOUT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bagi seorang. pelajar, belajar merupakan sebuah kewajiban.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bagi seorang. pelajar, belajar merupakan sebuah kewajiban. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Belajar terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir, menyatakan pendapat, keinginan, perasaan serta pengalaman-pengalamannya. Di samping itu, manusia

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS III SD N 1 SRIBITAN KASIHAN, BANTUL 2011 / 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL 852 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL IMPROVING THE SPEAKING SKILL

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN TEKNIK NUMBERED HEADS TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GEDONGKIWO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang kemampuan siswa menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh serta alasan mengidolakannya dengan pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PADA SISWA KELAS IV SD KARANGTENGAH BARU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PADA SISWA KELAS IV SD KARANGTENGAH BARU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PADA SISWA KELAS IV SD KARANGTENGAH BARU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BANJAREJO PURING

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BANJAREJO PURING Peningkatan Kemampuan Komunikasi... (Ita Nur Jannah) 89 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BANJAREJO PURING KEBUMEN ENHANCEMENT OF THE VERBAL

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sirenja pada Materi Teorema Pythagoras Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS CERITA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD NEGERI 1 KENDEL, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: DEVI HAYUNINGATI

SKRIPSI. Oleh: DEVI HAYUNINGATI PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV MELALUI PENERAPAN VIDEO PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI SDN PADOMASAN 01 JEMBER SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual.

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS MEDIA VISUAL DI KELAS IV SDN 02 TEMULUS Oleh: Yulina Ismiyanti PGSD FKIP Universitas Islam Sultan Agung ABSTRAK

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK PELANGGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI SMK PELITA BUANA SEWON Diajukan

Lebih terperinci

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

MEIDITA CAHYANINGTYAS K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat terlihat dari tingkat pemahaman

Lebih terperinci