BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pengupahan buruh/ pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan (selanjutnya dalam tulisan ini disebut PP Pengupahan Tahun 2015). Formulasi sistem pengupahan buruh/ pekerja yang diatur di dalam PP Pengupahan Tahun 2015, berdasarkan versi pemerintah ialah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja. Namun, tidak demikian berdasarkan versi buruh/pekerja, PP Pengupahan Tahun 2015 ini bahkan dianggap sangat tidak memihak kepada buruh/pekerja sehingga terjadi pro dan kontra dan demonstrasi terjadi di mana-mana. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seluruh pekerjaan pembangunan tersebut dilakukan oleh banyak tenaga kerja dimana 1 tenaga kerja merupakan salah satu subjek pembangunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses produksi barang dan jasa, disamping itu juga merupakan pihak yang ikut menikmati hasil pembangunan. Pekerja merupakan aset utama perusahaan, mereka menjadi perencana, pelaksana, pengendali dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Perusahaan dengan 1 Yuriandi, A, Analisis Juridis Terhadap Pelayanan Program JAMSOSTEK Dalam Perlindungan Hukum Tenaga Kerja, 2011, hlm, 7 1

2 2 pekerja memiliki hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan, pekerja menjadi salah satu faktor produksi perusahaan untuk mencapai tujuan dan perusahaan memberikan sejumlah upah kepada pekerja yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja. Batasan istilah pekerja/buruh diatur secara jelas dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi: pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Upah merupakan komponen penting dalam ketenagakerjaan, yaitu sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan hubungan industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukannya bagi pihak lain, sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan pekerja untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. 2 Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah, yaitu salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah di setiap perusahaan agar memperoleh upah sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup layak. Penetapan kebijakan upah sebagai jaring pengaman (social safety net) dimaksudkan agar upah tidak terus merosot sebagai akibat dari ketidakseimbangan pasar kerja (disequilibrium labour market). 3 2 Sofiana, E.M, Formulasi Upah Minimum Kota Medan Tahun 2014, (Jakarta: Kompas, Tanggal 4 Februari 2014), hlm, 3 3 Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktek, (Jakarta: Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia, 2014), hlm, 5

3 3 Kebijakan penetapan upah diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) selain memberi jaminan pekerja/buruh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dan inflasi yang tinggi berkaitan dengan tingkat upah yang dibayarkan kepada pekerja, faktor-faktor ini juga akan berpengaruh terhadap employment yang ada di Indonesia. Besarnya pendapatan sebagian masyarakat dapat juga mendorong terjadinya inflasi. Upah yang semakin meningkat membuat permintaan meningkat dan diiringi oleh meningkatnya harga dan ini dapat memicu kenaikan inflasi karena peredaran uang melimpah. 4 Beberapa permasalahan umum yang kerap mengikuti penetapan upah minimum antara lain bersumber dari proses penentuan besaran Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan proses penetapan UMP/UMK. Untuk meminimalkan potensi permasalahan penetapan UMP/UMK, hal yang perlu menjadi perhatian yaitu perlunya penyempurnaan standar pelaksanaan survei dalam proses penetapan Kebutuhan Hidup Layak (KHL), terutama pada aspek spesifikasi dan kualitas komoditas. 5 Dalam menentukan tingkat upah terdapat 4 (empat) pihak yang saling terkait yaitu Dinas Tenaga Kerja, Dewan Pengupahan Nasional, Asosiasi Pengusaha dan Federasi/ Serikat Pekerja. Ketentuan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (dalam penelitian ini disingkat dengan UUK), dalam Pasal 88 ayat (4) diamanatkan bahwa; Pemerintah menetapkan upah 4 Sadariawati, R, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Upah Terhadap Pengangguran di Sumatera Selatan, (Skripsi: Manajemen Informatika Politeknik Negeri Sriwijaya, 2009), hlm, 34 5 Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktek, (Jakarta: Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia, 2003), hlm,

4 4 minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kemudian dalam Pasal 89 UUK, dijelaskan bahwa Kebutuhan Hidup Layak dalam penetapan upah minimum dicapai secara bertahap. Kebutuhan Hidup Layak adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial untuk kebutuhan 1 (satu) bulan (Permenakertrans Nomor PER-17/MEN/VIII/2005, Pasal 1). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai dasar penetapan UMP sangatlah krusial dalam perumusan pengupahan. Sehingga apabila kebijakan upah minimum belum setara dengan hasil survei KHL maka upah yang layak sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 88 ayat (4) dan Pasal 89 UUK belum terlaksana. Melalui Formulasi kebijakan pengupahan dirumuskan tingkat upah yang menjadi dasar pengupahan setiap daerah. Oleh karena itu besaran tingkat upah masing-masing daerah kabupaten/kota berbeda. Hal ini disesuaikan berdasarkan kemampuan ekonomi makro setiap daerah. 6 Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, maka formula penghitungan pengupahan, dihitung dengan RUMUS: Upah Minimum yang baru = Upah minimum saat ini + (upah minimum x (persentase inflasi + persentase pertumbuhan produk domestik bruto yang sedang berjalan). Sebagai contoh, mengambil tingkat Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp.2,7 juta, dengan asumsi inflasi 5% 6 Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktek, (Jakarta: Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia, 2003), hlm,

5 5 dan pertumbuhan ekonomi 5%, maka Upah Minimum Baru Provinsi DKI Jakarta adalah Rp.2,7 juta + (Rp.2,7 juta x (5 persen + 5 persen), yaitu Rp.2,97 juta. Tetapi formula tersebut tidak berlaku bagi 8 (delapan) Provinsi yang dikecualikan, karena UMP yang diberikan belum mencapai 100 % KHL. 7 Adapun Provinsi-provinsi dimaksud ialah; 1) Maluku; 2) Maluku Utara; 3) Kalimantan Tengah, 4) Sulawesi Barat, 5) NTB; 6) NTT; 7) Papua Barat; 8) Gorontalo. Bagi daerah yang belum memenuhi KHL tersebut, formula pengupahan menjadi: Upah Minimum Baru = Upah Minimum Saat ini + (Upah Minimum x (Persentase Inflasi + Persentase Pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang sedang berjalan + Rencana Besaran Road Map Pemerintah Daerah Per Tahun)). Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah adalah imbalan dari pemilik modal terhadap buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan dalam bentuk nilai uang yang ditentukan berdasarkan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang termasuk tunjangan untuk buruh beserta keluarganya. Kemudian di dalam UUK Bab X Bagian Kedua, diatur Upah 7 Suara Merdeka, 16 Oktober 2015)

6 6 Minimum yang berlaku hari ini adalah Upah Minimum Provinsi (UMP), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang tiap tahunnya ditentukan oleh Gubernur untuk UMP dan Bupati/Walikota untuk UMK atas usulan dari Dewan Pengupahan Daerah atau Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota dengan proses tahapan pembahasan dan survey terlebih dahulu. Penetapan Upah Minimum Provinsi didasarkan pada Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012 yang direvisi dari Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005, namun hasil revisi tersebut tidak jauh berbeda dengan Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005, dimana kebutuhan hidup yang menjadi dasar survei harga hanyalah untuk kebutuhan hidup buruh lajang. Kebutuhan hidup bagi para buruh yang sudah berkeluarga, sampai sejauh ini tidak masuk dalam hitungan. Dalam Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012 yang di maksud dengan Kebutuhan Hidup Layak adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik dalam kurun waktu 1 (satu) bulan. Hal ini sangat bertentangan dengan Pasal 88 UUK, yang mengatakan, setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi manusia. Ketentuan yang terdapat di dalam UUK juga diatur tentang Dewan Pengupahan sebagai salah satu aktor dalam penetuan upah minimum, yang bertugas mensurvey harga-harga komoditas untuk pemenuhan kebutuhan hidup seorang buruh, yang kemudian diakumulasikan guna menetapkan nilai upah yang kemudian direkomendasikan kepada pemerintah. Dewan Pengupahan terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat

7 7 pekerja/serikat buruh dengan komposisi dua banding satu banding satu (2:1:1), sehingga dapat kita lihat dari komposisi dewan pengupahan saja sudah ada intervensi dari pemerintah yang sangat besar dalam menentukan UMP/UMK. Oleh karena itu sering di akhir tahun terjadi unjuk rasa oleh buruh/serikat pekerja yang menuntut pemerintah dalam menetapkan nilai upah yang sesuai dengan keinginan/tuntutan buruh/serikat pekerja, termasuk menuntut untuk dicabutnya atau merevisi kebijakan atas upah. 8 Di Indonesia sejak diberlakukannya cultuur stelsel jaman Kolonial tahun 1817, masalah upah sudah menjadi tuntutan buruh 9. Pihak kolonial melalui kerjasama dengan pemerintahan lokal melangsungkan politik pengupahan terhadap rakyat. Rakyat dituntut memberikan kerja dan hasil yang maksimal, sementara imbalan atas kerjanya diberikan minimal, tentunya ini mendapat penentangan dari warga lokal dan hal ini juga yang memaksa pemerintah kolonial harus mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah dengan metode transmigrasi dari politik etis, hal ini tak ubahnya terjadi di jaman sekarang, buruh tidak juga mendapatkan upah sesuai dengan kerjanya bahkan sangat minim. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas masalah Implementasi Politik Hukum Pengupahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun Hand book. Minimalisasi Penetapan Upah Layak. Analisis Terhadap Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 17/Men/VII/ Iskandar Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Seerikat Buruh Indonesia, (Jakarta: TURC, 2007), hlm, 3

8 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diungkapkan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan dianalisis dan dikaji dalam penelitian ini. Pokok permasalahan tersebut adalah; 1. Mengapa diperlukan Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan dan apa latar belakang diterbitkannya PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan? 2. Bagaimana efektifitas PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dalam meredam gejolak gerakan buruh dalam isu upah minimum? 3. Bagaimana Federasi Perjuangan Buruh Jabodetabek memperjuangkan hak upah buruh? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitan ini ialah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat keperluan Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan dan latar belakang diterbitkannya PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dalam meredam gejolak gerakan buruh dalam isu upah minimum. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis Federasi Perjuangan Buruh Jabodetabek dalam memperjuangkan hak upah buruh. D. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis:

9 9 a. Memberikan masukan ilmu pengetahuan dalam ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya yang berkaitan dengan politik hukum pengupahan di Indonesia. b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang. 2. Kegunaan Praktis: a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. b. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya hukum perdata yang berkaitan dengan implementasi politik hukum pengupahan di Indonesia. c. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya dan dunia perusahaan, pengusaha, buruh, serikat buruh tentang politik hukum pengupahan berdasarkan PP Pengupahan. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini murni asli karya penulis sendiri. Adapun hasil penelitian yang pernah penulis temukan dan mirip dengan penelitian ini adalah: a) Penelitian Tesis dengan judul Faktor Penentu Kebutuhan Hidup Layak, ditulis oleh Deliza Shaifa. 10 Penelitian tersebut membahas tentang; apakah faktor penentu Kebutuhan Hidup Layak (KHL)? Apakah Kebutuhan Hidup Layak (KHL) memberikan pengaruh terhadap Upah Minimum Provinsi (UMP)? 10 Shaifa, Deliza, 2013, Faktor Penentu Hidup Layak, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

10 10 b) Penelitian tesis dengan judul Pengawasan Hubungan Kerja di Bidang Pengupahan, ditulis oleh Sdri. Martha Andini. 11 Penelitian tersebut membahas tentang; Apa pengaturan pengawasan ketenaga-kerjaan di bidang pengupahan telah sesuai dengan prinsip perlindungan hukum dalam memenuhi hak-hak konstitusional pekerja/buruh? Bagai-mana perwujudan tanggungjawab pemerintah untuk mengakomodasikan aspirasi pekerja/buruh di bidang pengupahan dalam kerangka pengawasan ketenagakerjaan? c) Penelitian tesis dengan judul Penetapan Upah Minimum Terhadap Tenaga Kerja di Sulawesi, ditulis oleh, Hermawan. 12 Penelitian tersebut membahas tentang; Pertama, bagaimana pengaturan pengupahan di Sulawesi? Kedua, Apa hambatan dalam pengaturan pengupahan di Sulawesi? d) Penelitian tesis yang dibuat oleh Bambang Karsono 13, dengan judul: Perinsip-perinsip Perlindungan Hukum Tenaga Kerja dan Upah Minimum. Penelitian ini juga semata-mata hanya berdasarkan yuridis normatif saja dan teori yang digunakan hanya melihat dari hukum positif semata. 11 Martha, Andini, 2015, Pengawasan Hubungan Kerja di Bidang Pengupahan, Tesis, Program Pascasarjana Magister Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Poerwokerto, Jawa Tengah. 12 Hermawan, 2015, Penetapan Upah Minimum Terhadap Tenaga Kerja di Sulawesi, Tesis, Program Pascasarjana Magister Hukum, Universitas Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan. 13 Karsono, Bambang, 2015, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Tenaga Kerja dan Upah Minimum, Universitas Borobudur, Jakarta.