BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI.

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dari studi kasus analisis risiko kredit pada pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis pembiayaan Proyek PLTU Tanah Grogot milik PT.YPG yang mana terbatas hanya pada analisis Character, Capacity, Capital, Condition of Economic, dan Constraints, telah memenuhi kelayakan investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI. 2. Usaha PLTU memerlukan perjanjian PPA (Power Purchasing Aggreement) antara IPP sebagai pemilik PLTU dengan PLN sebagai pembeli, tanpa adanya IPP maka listrik tidak akan ada pembelinya kecuali listrik tersebut dipakai sendiri atau dipakai untuk kompleks industri/pabrik tertentu. Untuk mendapatkan PPA itu sendiri IPP harus memenuhi syarat-syarat legalitas terkait dengan usaha PLTU, disamping itu pembangunan PLTU sudah ditetapkan titik-titik lokasi pembangunannya oleh PLN. Sehingga tiap titik pembangunan yang dibuat dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) milik PLN akan ditenderkan atau ditunjuk langsung IPP mana yang bersedia membangunnya. Oleh sebab itu dalam pembiayaan pembangunan PLTU, pihak bank haruslah mensyaratkan adanya PPA 129

2 yang telah disetujui sebagai dokumen wajib jika permohonan kredit diajukan untuk diproses. Hal itu mencegah risiko regulasi dan risiko PLTU tidak memiliki pembeli. 3. Salah satu syarat untuk dibangunnya PLTU adalah ketersediaan lahan bagi dibangunnya PLTU, jika lokasi pembangunan masih belum ada atau ketersediaan lahan dibawah 80% yang tidak satu hamparan maka untuk mencegah risiko keterlambatan proyek akibat pembebasan lahan yang berlarut-larut, maka bank disarankan untuk tidak memproses kredit atau merealisasikan kredit jika minimal 80% lahan atau lahan yang akan terletak komponen-komponen inti (generator, tungku pembakaran, turbin, dll) belum dibebaskan oleh calon debitur. 4. Masa yang paling tinggi risikonya pada PLTU adalah masa konstruksi dan setahun setelah masa pasca kontruksi. Banyak proyek-proyek PLTU yang terhenti saat masa konstruksi atau proyek dapat selesai tetapi dengan biaya cost over run yang sangat besar. Hal tersebut akan mengganggu pelaksanaan kewajiban debitur dalam membayar kembali pokok dan bunga sesuai dengan waktu yang ditentukan. Oleh sebab itu perencanaan matang pada masa pra konstruksi yakni pemilihan kontraktor EPC yang kompeten dan mesin PLTU yang dapat diandalkan akan mengurangi risiko ini terjadi. Pihak bank haruslah melihat track record dari kontraktor dan spesifikasi mesin yang dipakai oleh calon debitur untuk memastikan bahwa proyek PLTU 130

3 tersebut akan berjalan sesuai dengan rencana begitupula dengan produksi listrik yang dihasilkan. 5. Penerapan struktur fasilitas dengan porsi self financing yang besar dan sistem pencairan kredit secara reimbursement mengurangi risiko overfinancing pada pembiayaan proyek. Perhitungan yang cermat untuk realisasi fasilitas kredit dari laporan konsultan pengawas proyek yang terpercaya akan membantu bank dalam melakukan kontrol terhadap jalannya proyek dan risiko kredit yang ada. 6. Banyak komponen-komponen dari PLTU yang harus diimpor, oleh sebab itu exposure terhadap risiko kurs cukup besar, oleh sebab itu pemberian fasilitas Forex Line untuk hedging atau lindung nilai. Selisih kurs yang cukup besar akan membuat cost over run bertambah sehingga akan membebani IPP dalam melakukan pendanaan terhadap pembangunan PLTU Bentuk pembiayaan proyek pembangkit listrik PT. YPG layak untuk dibiayai oleh bank dan ekonomis sesuai dengan teori Capital Budgeting dan kelayakan investasi. Tetapi proyek sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga dan reliabilitas mesin untuk produksi listrik. Sehingga untuk kelayakan proyek akan masuk dalam kategori tidak layak jika biaya naik seperti kenaikan suku bunga atau kenaikan biaya operasional dan penurunan pendapatan akibat rendahnya availability period (AP). Walaupun begitu kemampuan membayar kewajiban kepada bank masih dapat dipenuhi oleh pendapatan operasional dari PLTU. 131

4 5.2. Saran-Saran Dalam melakukan pembiayaan terhadap suatu perusahaan, seorang analis kredit haruslah menguasai bisnis dari perusahaan yang akan dibiayainya. Industri kelistrikan, dalam hal ini usaha PLTU merupakan usaha yang cukup unik yang mana pendapatannya dan pengeluarannya telah ditentukan sejak awal oleh perjanjian jual beli tenaga listrik dari IPP kepada PLN. Selain itu nilai investasi yang diperlukan cukup besar dan mempunyai risiko yang cukup tinggi, oleh sebab itu banyak proyek PLTU yang mengalami keterlambatan penyelesaian maupun menghasilkan produksi listrik yang tidak sesuai harapan. Dengan risiko yang cukup besar tersebut pemerintah memberikan insentif dan keleluasaan dalam perizinan bagi pelaku industri ini untuk membangun PLTU demi target elektrifikasi di Indonesia tercapai. BNI sebagai bank pemerintah dan juga sebagai agent of development diharapkan mendukung proyek infrastruktur yang ada di indonesia dari segi pembiayaan. Dengan besarnya nilai pembiayaan pada proyek PLTU, maka semakin besar exposure risiko kredit terhadap bank. Oleh sebab itu pembiayaannya memerlukan mitigasi-mitigasi risiko yang kuat terhadap risiko-risiko yang akan timbul di usaha PLTU ini. Dari analisis pembiayaan diatas maka dapat disarankan sebagai berikut: Dalam melakukan pembiayaan PLTU, risiko yang sangat besar berada pada masa konstruksi, yang mana pemilihan kontraktor yang kompeten dan pemilihan mesin pembangkit yang dapat diandalkan menjadi key 132

5 success factor bagi usaha ini dan hampir seluruh kegagalan dalam usaha PLTU disebabkan oleh 2 faktor tersebut. Oleh sebab itu bank memiliki database mengenai kontraktor yang blacklist dan kontraktor yang mempunyai kompetensi yang terbukti dengan keberhasilan dalam membangun PLTU. Oleh sebab itu sebagai salah satu menyeleksi calon debitur yang akan dibiayai adalah melihat kompetensi dan performa historis kontraktor yang akan melakukan pembangunan beserta mesin yang dipakai Dalam melakukan pembiayaan, disarankan bank untuk bekerjasama dengan PLN untuk membantu menganalisis kelayakan secara teknis dan biaya, selain dengan bantuan konsultan. 133