BAB I. Pendahuluan. Sehingga aktivitas produk rokok untuk beriklan dibatasi dengan tidak. pembatasan yang telah ditentukan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. Pendahuluan. Sehingga aktivitas produk rokok untuk beriklan dibatasi dengan tidak. pembatasan yang telah ditentukan."

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Rokok merupakan produk familier di kalangan masyarakat. Saat ini keberadaan rokok dinilai membawa dampak buruk bagi kesehatan. Sehingga aktivitas produk rokok untuk beriklan dibatasi dengan tidak diperbolehkan menampilkan wujud rokok. Untuk itu dibutuhkan iklan kreatif agar dapat lulus sensor dengan menghilangkan unsur-unsur pembatasan yang telah ditentukan. Iklan atau advertising dalam buku Periklanan Komunikasi Pemasaran, Alexander mendefinisikan, any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor (Setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Maksud dibayar pada definisi di atas bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan umumnya harus dibeli. Kata nonpersonal berarti iklan melibatkan media massa yaitu TV, radio, majalah, koran. (Morissan, 2010:17). Dengan demikian, iklan merupakan sebuah komunikasi yang dilakukan secara nonpersonal (melalui media massa) yang dilakukan oleh pembeli iklan atau pengiklan (advertiser) dengan cara membeli atau 1

2 2 membayar ruang dan waktu. Meski dengan keterbatasan dalam mengekspresikan iklan rokok, namun tidak menutup kemungkinan iklan rokok tidak bisa bangkit. Untuk menciptakan sebuah iklan yang berbobot dan menarik, dibutuhkan sebuah strategi kreatifitas dan kepekaan dalam menangkap berbagai isu sosial. Sehingga diharapkan iklan yang dibuat dapat tepat pada sasaran. Definisi strategi iklan kreatif, Junaedi dalam bukunya Quo Vadis Komunikasi Kotemporer mengutip dari Suyanto. Suyanto mendefinisikan : Berhasil tidaknya suatu perusahaan menjual produk iklannya yang bukan hanya menjual produk tetapi juga merek. Dalam merancang pesan menggabungkan merek dan citra kedalam sebuah struktur dengan menggunakan kekuatan emosional. Dalam sebuah pembuatan iklan dibutuhkan dalam sebuah strategi yang digunakan sebagai ide penjualan yang akan menjadi tema kampanye periklanan. (Junaedi dkk, 2010: 184). Iklan rokok pada umumnya menampilkan berbagai adegan berhubungan dengan petualangan, motivasi, kritik sosial, rasa atau cita rasa, pertemanan atau kebersamaan, budaya, keindahan alam, dan kreatifitas. Dari berbagai macam bentuk iklan tersebut, kini industri periklanan menjadi peluang strategis bagi para pemilik produk untuk beriklan. Ide pesan yang diciptakan memiliki value, sehingga tidak di pungkiri bahwa iklan rokok lebih dapat menggambarkan keadaan dan realitas jika dibandingkan dengan iklan-iklan produk makanan ataupun produk kosmetik. Iklan berkembang sangat pesat, terutama dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir iklan-iklan rokok tidak pernah menampilkan

3 3 wujud rokok. Iklan rokok tidak lagi mempersuasi untuk merokok, melainkan lebih pada edukasi dan kritik sosial. Konstruksi pesan yang disampaikan berasal dari realitas sosial. Seperti pada iklan rokok Djarum 76, beberapa tema yang ditampilakan merupakan kritik sosial mengenai wakil rakyat dan maraknya kasus korupsi di dalamnya. Pada penelitian ini, peneliti lebih menitik beratkan pada iklan rokok Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, dan Korupsi Pungli & Sogokan. Kritik sosial yang ditampilkan dalam tiga versi iklan rokok Djarum 76 ini merupakan bentuk sindiran terhadap wakil rakyat dan maraknya kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Ungkapan secara tidak langsung dijadikan sebagai cermin untuk menyadarkan para wakil rakyat bahwa tugas mereka pengayom rakyat, dan bukan sebaliknya melupakan rakyat dengan meminta imbalan kepada rakyat dengan bentuk pungli dan sogokan. Dan maraknya kasus korupsi yang terjadi, iklan Djarum 76 menggambarkan kegirangan masyarakat saat kasus korupsi hilang. Hal ini diharapkan bila korupsi lenyap, maka kehidupan rakyat akan lebih baik dan mereka bergembira. Dari scene yang ditampilkan, sosok sentral dalam iklan tersebut adalah sosok Jin. Jin yang mengenakan pakaian adat dari budaya Indonesia ini berpenampilan jenaka namun memiliki kelebihan dengan mengabulkan permintaan dan menghilangkan sesuatu. Sosok Jin ini dimaksud memiliki makna penolong. Dalam iklan ini, Jin berperan sebagai pengabul permintaan dari orang yang meminta pertolongannya.

4 4 Realitanya wakil rakyat yang berada di kursi-kursi penting pemerintahan sebagai perwakilan rakyat kecil telah mencederai hati masyarakat. Mereka memanfaatkan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Beberapa dari mereka tidak segan-segan memakai uang rakyat dengan berlebihan hanya untuk melakukan hal yang bila ditafsirkan biayanya bisa diminimkan. Pembelian dan penggunaan dana berlebihan yang dilakukan wakil rakyat menggunakan APBN. Dikutip dari Detik.com, dana untuk renovasi toilet sebesar 2 Miliar, selanjutnya terungkap pula nilai proyek pengharum ruangan DPR 1,59 Miliar, proyek kelender 1,3 Miliar, proyek layar welcome DPR 4,8 Miliar, dan proyek makanan rusa senilai 598 juta. (detik.com, 2012). Masih pada tahun yang sama, Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementrian Dalam Negeri dalam situs resminya Keuda.kemendagri.go.id, membeberkan nilai proyek perawatan gedung DPR yang dianggarkan 500 Miliar. Selain perawatan tersebut, vivanews memberitakan pada awal tahun 2012 terungkap proyek renovasi ruang badan anggaran DPR dengan menelan biaya fantastis sebesar 20 milliar. Pada kasus ini, Soemirat sebagai Kepala Biro Pemeliharaan Pembangunan dan Instalasi DPR ditetapkan sebagai orang yang bertanggung jawab atas proyek renovasi ini. (politik.news.viva.co.id/, 26/12/2012). Selain berbagai polemik dari pengadaan wakil rakyat tersebut, seakan tak ada habisnya adalah kasus korupsi. Beberapa kasus korupsi membelit beberapa tokoh wakil rakyat. Di antaranya kasus korupsi Wisma

5 5 Atlet Hambalang, dari pembangunan itu terkuak bahwa dana dari megaproyek merugikan negara senilai 2,5 Triliun. Sampai saat ini beberapa aliran dana tersebut mengalir ke beberapa wakil rakyat dan menteri negara. Dan masih banyak lagi kasus korupsi yang membelit sehingga membuat masyarakat saat ini kepercayaan terhadap wakil rakyat berkurang. Dari sederet problematik di negeri ini, iklan Djarum 76 memandang dengan kepekaannya menyentil atau menyindir melalui sebuah iklan. Iklan kreatif yang diciptakannya selain memiliki unsur komedi dan ringan, namun pesan yang disampaikan jelas sebagai kritik sosial pada pemangku kepentingan aparatur negara ini. Memilih iklan Djarum 76 sebagai objek penelitian karena peneliti melihat sisi ide kreatif dalam bentuk edukasi realitas sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi. Khalayak dinilai aktif dan kuat dalam menginterpretasikan pesan media. Selain itu resepsi audience memiliki sifat yang berbeda pada tiap individu audience, karena dipandang setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil sampel masyarakat yang di dalamnya terdapat mahasiswa, guru, petani, pedagang dan pejabat publik dalam satu wilayah. Alasan mengambil sampel dari mahasiswa karena peneliti memandang mahasiswa sebagai agen perubahan dan memiliki strata berpendidikan tinggi. Dari

6 6 latar belakang profesi peneliti memilih guru, petani dan pedagang. Dalam hal ini dipandang sebagai individu-individu bagian dari masyarakat yang merasakan berbagai kebijakan dari wakil rakyat secara langsung. Dan peneliti memilih pejabat publik karena dinilai sebagai wakil rakyat yang bekerja di pemerintahan yang memiliki kewenangan mengambil kebijakan. Dalam penelitian terdahulu, Anggi Adhitya Utama dkk (Unpad, 2012) melakukan penelitian Representasi Budaya Korupsi Dalam Iklan Rokok Djarum 76, versi Korupsi, Pungli & Sogokan di Media Televisi. Pada penelitian ini di latar belakangi maraknya budaya korupsi yang ditampilkan dalam sebuah iklan dengan tindak korupsi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan dengan pendekatan teori Semiotik dari Roland Barthes. Penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap adegan yang dilakukan memiliki tanda-tanda yang penting, baik dari gerakan tangan, tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam iklan, ekspresi wajah dan tokoh jin dalam iklan. Hasil penelitian ini menguak makna konotasi, yaitu suap terjadi di birokrasi dan dilakukan tanpa rasa malu, identik dengan korupsi pegawai negeri, orang-orang sangat marah tentang korupsi tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, orang tidak lagi mempercayai pihak berwenang untuk menghapus korupsi, korupsi sangat sulit untuk dihapus. Selain itu, peneliti juga mengungkapkan ada tiga mitos dalam iklan ini, yakni pada umumnya korupsi dilakukan oleh pejabat, korupsi sudah menjadi budaya di negara kita, lembaga antikorupsi belum bekerja maksimal. Para peneliti

7 7 juga menemukan sebuah ideologi yang muncul pada iklan ini adalah konsumerisme dan ideologi kapitalis. Eva Marsteffy Suhartono (Unmul, 2013), Analisis Deskriptif Pemaknaan Iklan Djarum 76 Versi Wakil Rakyat di Televisi. Penelitian ini di latar belakangi iklan rokok yang bertindak kreatif dalam mempromosikan produknya tanpa menampilkan wujud rokok. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi dokumen, observasi dan wawancara. Peneliti memandang iklan rokok Djarum 76 memiliki konsep berbeda dengan iklan rokok lainnya. Fokus penelitian ini adalah tandatanda audiovisual yang memiliki makna, yaitu kata (bahasa), isyarat tubuh, cahaya, warna, teks, dan efek suara. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa tampilan visual dari Iklan Djarum 76 Versi Wakil Rakyat terdiri dari tanda-tanda audiovisual yang memberikan makna keseluruhan secara utuh ketika semua unsur digabungkan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis model Miles dan Huberman. Kesimpulan penelitian ini adalah iklan Djarum 76 Versi Wakil Rakyat ini tidak hanya mempromosikan produk tapi juga memberikan kritik sosial terhadap permasalahan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada perlakuan terhadap objek penelitian. Dua penelitian di atas berfokus pada iklan dengan melihat tanda dan makna dalam iklan berpengaruh terhadap citra dan promosi produk dengan menggunakan tema realitas sosial. Penelitian yang akan dilakukan akan fokus pada

8 8 tanggapan penonton terhadap iklan Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, dan Korupsi Pungli & Sogokan. Serta bagaimana interpretasi dari berbagai latar belakang, nantinya akan dilakukan wawancara secara mendalam untuk menggali pesan apa yang ditangkap oleh setiap individu. B. Rumusan Masalah Bagaimana resepsi masyarakat mengenai KKN dalam Iklan Rokok Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan di Desa Tugu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana khalayak meresepsikan pesan iklan mengenai KKN dalam Iklan Rokok Djarum 76 Versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan di Desa Tugu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis. Dijelaskan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khazanah pengetahuan untuk khalayak umum dan pribadi peneliti dalam memaknai sebuah fenomena media periklanan yang mengangkat tema realitas sosial.

9 9 b. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi kegiatan akademik terhadap fenomena realitas sosial dalam periklanan. 2. Manfaat Praktis Mahasiswa dan masyarakat mengetahui bagaimana industri periklanan dapat mengangkat sebuah tema realitas sosial ke dalam tayangan iklan dengan bentuk sindiran terhadap pelaku korupsi dan KKN. E. TINJAUAN PUSTAKA a. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Massa Televisi Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepaskan dari proses komunikasi. Sejak kecil hingga beranjak dewasa, manusia talah melakukan berbagai tindakan komunikasi yang merupakan kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan melajutkan kehidupan. Maka setiap hari pula manusia sebagai makhluk sosial melakukan komunikasi Banyak berkembang mengenai definisi komunikasi (commuunication), definisi secara sederhana adalah pengiriman pesan dari sumber ke penerima. Dalam perkembangannya, Harold Lasswell (1948) mengemukakan cara terbaik dalam mendeskripsikan komunikasi dengan cara mengidentifikasi siapa sumber sebuah pesan, mengatakan pesan apa, melalui apa (media),

10 10 kepada siapa (penerima), dan efek seperti apa yang ditimbulkan. (Baran, 2011 : 5). Definisi komunikasi menjadi perdebatan hangat di setiap perkembangannya, karena proses dari sebuah komunikasi memerlukan media dan sebuah timbal balik. Oleh karena itu, komunikasi merupakan proses yang terus menerus dan timbal balik dengan berbagai pihak yang terlibat, sehingga menciptakan arti. Dari sini, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan persamaan arti. (Baran, 2011 : 5). Komunikasi memiliki lima level komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organinasi, dan komunikasi massa. Pada penelitian ini, iklan Djarum 76 masuk dalam tataran komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan dua definisi dari definisi komunikasi dan massa. Komunikasi massa merupakan bagian dari ilmu komunikasi yang lebih luas. Menurut Berger dan Cheffe (1987:17) dalam McQuail, Mass Communications Theory, ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami produksi, proses dan efek dari sistem simbol dan tanda dengan mengembangkan teori-teori yang dapat diuji, berisi generalisasi hukum yang menjelaskan gejala-gejala yang berhubungan dengan produksi, proses dan efek. (Morissan dkk, 2010 : 5).

11 11 Komunikasi massa menurut Winarso (2005), adalah produksi dan distribusi secara institusional dan teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat industri. (Rosmawaty, 2010:115). Sedangkan komunikasi massa menurut Cangara (2002) mendefinikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. (Cangara, 2002: 35). Untuk memudahkan dalam melihat kedudukan komunikasi massa, (McQuail, 2000) menganggap bahwa komunikasi massa terletak dalam level puncak piramida komunikasi. Dalam artian, komunikasi memiliki tingkatan atau level sesuai dengan kedudukan yang terjadi atau berlangsung dalam suatu organisasi masyarakat. Semakin rendah tingkat komunikasi pada piramida tersebut, maka semakin banyak peristiwa komunikasi yang terjadi. Setiap level komunikasi memiliki permasalahan sendiri dan memerlukan perlakuan yang berbeda-beda. (Morissan dkk, 2010:6). Delam definisi lain dalam Baran (2012) Pengantar Komunikasi Massa, komunikasi massa adalah penciptaan makna

12 12 bersama antara media massa dan khalayaknya. Masih dalam buku yang sama, Schramm dan Osgood memberikan pemaparan mengenai komunikasi massa. Mereka mengatakan bahwa komunikasi massa menawarkan banyak pesan yang identik, namun model komunikasi massa menspesifikasikan umpan balik. Model komunikasi massa Schramm, umpan balik digambarkan dalam sebuah garis putus-putus yang dinamakan umpan balik inferensial yang terlambat, dimaksudkan umpan balik lebih bersifat tidak langsung daripada langsung. (Baran, 2012: 8). Perkembangan komunikasi tidak lain merupakan efek perkembangan teknologi elektronik yang kian hari semakin meningkat. Selain itu, konsumsi masyarakat atau khalayak mengenai teknologi itupun semakin sadar akan melek media dan kini membutuhkannya. Arus informasi meluas ke seluruh dunia, globalisasi informasi dan media massa menciptakan keseragaman pemberitaan maupun preferensi berita. Seperti yang dikutip Kuswandi (1996) dalam buku Megatrend 2000 (1991), John Naisbitt dan Patricia Aburdene berpendapat bahwa dunia telah menjadi Global Village. (Kuswandi, 1996: 1). Komunikasi media massa di era teknologi saat ini berkembang dengan memanfaatkan teknologi elektronik media televisi. Kini komunikasi massa televisi telah memasuki eranya.

13 13 Berbagai informasi, edukasi, hiburan masuk kedalam wadah komunikasi massa televisi. Berikut definisi komunikasi massa televisi menurut Wahyudi (1991) dalam Kuswandi (1996), Komunikasi Massa; Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual).(kuswandi, 1996: 16). 2. Iklan Televisi Beriklan menjadi suatu kegiatan yang ramai dilakukan oleh pemilik produk, meski untuk menggunakan ruang iklan tersebut berbayar. Institut Praktis Periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan dalam buku Jefkins (1996), Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. (Jefkins, 1996:5). Kelebihan dalam beriklan tersebut dimiliki oleh media televisi. Televisi memiliki kelebihan audio dan visual yang dapat memberikan stimulus kepada audiens-nya dengan memanfaatkan

14 14 kedua inderanya yaitu mata dan telinga. Stimulus mata berupa gambar dengan perpaduan telinga dengan suara akan memiliki daya tarik bagi khalayak. Iklan televisi berkembang melalui kreativitas dan selalu mengahasilkan kebaruan sesuai perkembangan. Dan setiap media baik televisi, surat kabar, radio, internet, memiliki sifat yang berbeda-beda. Pada umumnya, iklan televisi menyerupai film-film pendek yang di dalamnya menggambarkan simbol-simbol verbal dan divisualisasikan. Dalam iklan televisi adalah salah satu dari iklan lini atas (above the line). Umumnya iklan televisi terdiri atas iklan sponsorship, iklan layanan masyarakat, iklan spot (Bovee, 1995: 405), Promo Ad, dan iklan politik. (Bungin, 2008: ) : a. Iklan Sponsorship atau juga dimaksudkan dengan iklan konsumen merupakan dominasi utama dalam iklan televisi. Bersifat konsumtif, karena pada perkembangannya didukung dengan dana yang besar dan kreativitas yang mumpuni. b. Iklan layanan masyarakat, penayangan iklan di televisi dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lembaga nonkomersial atau divisi non komersial dari perusahaan komersial. Iklan ini dimaksudkan memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat luas.

15 15 c. Iklan Spot, sebuah iklan televisi hanya menampilkan gambar-gambar yang tidak bergerak dengan latar suara tertentu sebagai dukungan utama terhadap gambar tersebut. Iklan semacam ini juga dapat dikatakan sebagai iklan kecil. d. Promo Ad, iklan ini penayangannya untuk mendukung acara tertentu yang diharapkan dapat meraih banyak pemirsa. Biasanya iklan Promo Ad ini sebelumnya menayangkan lead acara tertentu atau film disepanjang waktu dan sekiranya tayangan lead ini dapat disisipkan. Iklan ini bertujuan untuk meningkatkan rating terhadap suatu acara tersebut guna meraih sponsor yang banyak. e. Iklan Politik, media televisi telah digunakan sebagai media iklan untuk kepentingan politik. Terutama pada waktu-waktu menjelang pemilihan umum. Iklan politik pada umumnya berupaya mengkonstruksi pemirsa yang juga adalah segmen politik sebuah partai pada saat pemilihan umum partai tersebut. Etika Pariwara Indonesia (EPI) memberikan batasan untuk setiap produk yang akan ditayangkan. Dalam hal ini iklan rokok dan produk tembakau mendapat perhatian khusus dari EPI. EPI pasal 2.2 tentang Rokok dan Produk Tembakau ayat 2.2.1

16 16 menyatakan iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang sasaran utama khalayaknya berusia di bawah 17 tahun. Dan pada EPI pasal 2.2 ayat menyatakan bahwa penyiaran iklan rokok dan produk tembakau wajib memenuhi ketentuan berikut: a. Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; b. Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan; c. Tidak memperagakan atau menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan, atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok, atau orang sedang merokok, atau mengarah pada orang yang sedang merokok; d. Tidak ditujukan terhadap atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan, atau gabungan keduanya, anak, remaja, atau wanita hamil; e. Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok; f. Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. 3. Encoding Decoding Pada penelitian iklan Djarum 76 ini menggunakan proses komunikasi melalui media televisi. Dengan kelebihan sebagai

17 17 media audio-visual, televisi menjadi penyampaian makna strategis bagi pemilik kekuasaan. Dalam artian kekuasaan adalah para profesional media yang terlibat di dalamnya. Dalam pandangan teori Encoding Decoding Stuart Hall, setiap pesan atau makna yang disampaikan merupakan sebuah rangkaian peristiwa sosial yang mentah dan terdapat ideologiideologi di dalamnya. (Storey, 2006 : 11-12). Hall dalam buku (Storey, 2010) menjelaskan sirkulasi makna dalam wacana televisual melewati tiga momen yang berbeda. Masing-masing memiliki kondisi eksistensi dan modalitasnya yang spesifik. Pada momen pertama, para profesional media memaknai wacana televisual dengan suatu peristiwa mentah yang di dalamnya terdapat serangkaian cara melihat dunia (ideologi-ideologi) berada dalam kekuasaan. Momen pertama ini para profesional media yang terlibat di dalamnya menentukan bagaimana peristiwa sosial mentah di-encoding dalam wacana. (Storey, 2006:12-13). Pada momen yang kedua, wacana dan pesan terangkum dalam sebuah wacana televisual yang menjadikan sebuah bahasa dan wacana bebas dikendalikan sehingga suatu pesan kini terbuka. Dan pada momen ketiga, decoding yang dilakukan khalayak merupakan sebuah cara melihat dunia (ideologi) yang bisa dengan bebas dilakukan. Khalayak tidak dihadapkan dalam

18 18 peristiwa sosial mentah, melainkan sudah dalam terjemahan suatu peristiwa. (Storey, 2006:13) Dalam buku John Storey (2010), Hall menjabarkan model komunikasi televisual dalam bentuk gambar. Gambar 1.1 Iklan Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, dan Korupsi Pungli & Sogokan, merupakan sebuah rangkaian peristiwa mentah dari dunia nyata yang kemudian di (encoding) terjemahkan dari dunia tiga dimensi ke dalam pesawat televisi dua dimensi. Pada momen ini sutradara iklan Djarum 76 memiliki kekuasaan dalam menerjemahkan makna yang akan di konsumsi khalayak. Pada tahap kedua, program yang telah di terjemahkan menjadi suatu wacana yang bebas dikendalikan, sehingga khalayak dapat men-decoding pesan dengan bebas. Pada momen ketiga, khalayak dapat dengan bebas menerjemahkan (decoding) iklan

19 19 Djarum 76 yang ditampilkan dalam televisi. Di sini khalayak tidak lagi dihadapkan dalam suatu peristiwa mentah, melainkan dengan terjemahan yang dirangkai dalam tampilan iklan yang menarik. Meski decoding dapat dilakukan oleh khalayak dengan bebas, decoding dapat terjadi jika suatu peristiwa yang ditampilkan bermakna bagi khalayak, sehingga khalayak dapat menginterpretasikan dan paham terhadap wacana. Namun jika tidak ada makna yang diambil maka bisa jadi tidak ada konsumsi khalayak terhadap wacana, sehingga tidak ada efek yang ditimbulkan. Khalayak dalam menerjemahkan makna didasari dari berbagai latar belakang khalayak. Sehingga khalayak menerjemahkan makna yang terjadi melalui sirkulasi wacana, produksi menjadi reproduksi lagi. (Storey, 2010 : 13). Dalam hal ini juga perlu diketahui bahwa suatu proses penerimaan pesan (decoding) tidak akan terjadi apabila khalayak tidak memiliki kemampuan dalam menerima pesan. Proses decoding menurut Morissan dkk, (2010) dalam buku Teori Komunikasi Massa, hegemoni dan hegemoni tandingan tidak akan ada tanpa adanya kemampuan khalayak untuk menerima pesan dan membandingkan pesan tersebut dengan makna yang sebelumnya telah disimpan di dalam ingatan mereka. (Morissan dkk, 2010: 170).

20 20 Melalui decoding, khalayak memaknai peristiwa berdasar ketertarikan atau tidaknya terhadap wacana yang ditampilkan. Sehingga hal tersebut memunculkan tiga kategori penafsiran, yaitu Dominant, Negotiated, dan Oppositional. Hall dalam buku (Baran, 2010), memaparkan ketiga penafsiran tersebut. Pertama, penafsiran Dominant atau pemahaman yang disukai. Hall berasumsi bahwa makna yang dimaksudkan oleh pembuat pesan dari konten tersebut, diasumsikan untuk mendukung status quo. Kedua penafsiran negotiated, khalayak membuat pesan alternatif atau khalayak membentuk sebuah penafsiran sendiri terhadap sebuah konten, sehingga khalayak tidak setuju atau menyalah artikan beberapa aspek dari pesan tersebut dan memberikan sebuah alternatif. Dan ketiga Oppositional, seorang anggota khalayak membangun penafsiran konten yang sama sekali berlawanan dari pemaknaan Dominant. (Baran dan Davis, 2010: 304). Morley mengembangkan pemahaman penafsiran yang dilakukan Hall. Dalam sebuah riset penafsiran mengenai suatu program. Tiga kategori penafsiran Morley antara lain, Dominant, Negotiated, dan Oppositional. Morley menyampaikan pendapatnya menenai penafsiran Dominant, Ia mengatakan bahwa dalam kelompok ini tidak menolak akan suatu program dan mereka tidak protes mengenai pandangan program tersebut. Hal ini dilakukan

21 21 Morley kepada kelompok atas yang menganggap program tersebut sebagai suatu hiburan. (Baran dan Davis, 2010: 305). Penafsiran yang kedua yaitu Negotiated, pada penafsiran ini Morley melihat latar belakang kelompok terdidik secara akademik. Pada penafsiran ini hanya sedikit yang manyampaikan penafsirannya secara Dominant terhadap program. Dan Oppositional, Morley melihat pada kelompok menengah ke bawah, mereka menyukai dengan program tersebut, namun menolak akan pesan yang disampaikan. Hal ini di karenakan ke tidak sesuian dengan apa yang kelompok menengah ke bawah harapkan. (Baran dan Davis, 2010: 305). Dari ketiga penafsiran yang dikemukakan Morley tersebut, dapat digaris bawahi bahwa penafsiran dari sebuah program tontonan dapat dipengaruhi oleh beberapa latar belakang, seperti halnya oleh pekerjaan, pendidikan, lingkungan, jabatan dan bagaimana mereka menanggapinya. 4. Reception Audience (Studi Penerimaan) Resepsi Audience atau studi penerimaan memandang khalayak aktif dan memiliki power dalam menginterpretasikan pesan media. Sifat resepsi audience berbeda pada tiap individu, karena setiap individu dipandang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan Latar belakang tersebut menjadi pembeda dalam setiap individu untuk penafsiran.

22 22 Menurut Hadi (2008) dalam e-jurnal ilmiahnya Penelitian Khalyak Dalam Perspektif Reception Analysis, mengatakan bahwa salah satu standart untuk mengukur khalayak media adalah dengan menggunakan reception analysis, di mana analisis ini mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. (Hadi, 2008 : 2). Hadi (2008) menambahkan fokus analisis ini pada pengalaman dan pemirsaan khalayak (penonton/ pembaca), serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman tersebut. Faktor konstektual termasuk elemen identitas khalayak, persepsi penonton atas film atau genre program televisi dan produksi, latar belakang sosial, sejarah, dan isu politik mempengaruhi cara khalayak memirsa atau membaca media. (Hadi, 2008 : 2). Dalam menjelaskan pandangan mengenai penafsiran, pendekatan yang dilakukan Hall terhadap khalayak dikenal sebagai studi penerimaan atau analisis penerimaan. Dan salah satu ciri utamanya adalah berfokus terhadap isi. Pada pendapatnya ini, Hall menggunakan teori semiotika Perancis yang mengemukakan bahwa semua konten media dapat dianggap sebagai teks yang terdiri dari lambang-lambang. Lambang-lambang yang terstruktur, sehingga saling terhubung dengan yang satu dengan lainnya dalam cara spesifik. Hall menambahkan, untuk mengartikan teks, untuk

23 23 membaca teks, pemirsa harus dapat menafsirkan lambang dan strukturnya. (Baran dan Davis, 2010: 304). Pada perkembangannya, menurut Alasuutari (1999) analisis resepsi atau penelitian penerimaan telah memasuki tahap ketiga. Tahap pertama pendekatan pengkodean oleh Hall, dan tahap kedua didominasi studi etnografi oleh Morley. (Baran dan Davis, 2010: 305). Alasuutari (1999) memaparkan generasi ketiga sebuah kerangka luas di mana orang membentuk media dan pengguna media. Pada generasi ini tidak berfokus hanya pada penerimaan dan pemaknaan dari sebuah program oleh khalayak tertentu. Akan tetapi tujuannya adalah untuk memahami budaya media kontemporer, terutama yang terlihat dalam peranan media seharihari baik sebagai topik dan sebuah aktivitas yang dibentuk dan membentuk wacana. (Baran dan Davis, 2010: ).

24 24 b. Kerangka Pemikiran Fenomena Wakil Rakyat yang Korupsi dan KKN Iklan Rokok Djarum 76 Versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin,Korupsi Pungli & Sogokan Resepsi Audience Penerimaan Khalayak (Masyarakat) terhadap Iklan Rokok Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan di Desa Tugu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo F. Metodologi a. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan metode analisis resepsi audience. Penelitian kualitatif adalah riset yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2010: 56). Dalam riset kualitatif besarnya populasi tidak menjadi hal yang utama, bahkan populasi maupun sampling dalam

25 25 riset kualitatif sangat terbatas. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada kedalaman data, bukan pada banyaknya. Pada penelitian ini, pendekatan metode analisis resepsi audience digunakan untuk mengungkap pesan atau makna dari isi iklan rokok Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, dan Korupsi Pungli & Sogokan yang diresepsi oleh khalayak. Khalayak dalam resepsi audience merupakan individu-individu yang memiliki berbagai macan latar belakang yang berbeda-beda, selain itu resepsi audience memandang khalayak memiliki peran aktif dan memiliki power dalam menafsirkan pesan dari wacana program. Oleh karena itu, pesan yang di resepsi dari masing-masing individu pun berbedabeda. b. Subjek Penelitian Pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari lima informan yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Yaitu mahasiswa, guru, petani, pedagang dan pejabat publik. Penelitian ini mengambil tempat di satu wilayah, dimaksudkan untuk membingkai masyarakat yang akan dilakukan penelitian agar dapat melihat interpretasi masyarakat terhadap konten iklan dengan berbagai latar belakang. Informan mahasiswa karena peneliti memandang mahasiswa sebagai agen perubahan dan memiliki strata berpendidikan tinggi. Guru, petani, dan pedagang dipandang sebagai individu bagian dari masyarakat itu sendiri yang merasakan berbagai

26 26 kebijakan dari wakil rakyat secara langsung. Dan pejabat publik dinilai sebagai wakil rakyat yang bekerja di pemerintahan. Pengambilan sampel tersebut didasari dari iklan rokok Djarum 76 mengenai realitas sosial dalam versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan. Diharapkan dengan pengambilan beberapa informan dengan latar belakang berbeda dapat memberikan data yang beragam dan keberimbangan data. c. Objek Penelitian Peneliti dalam penelitian ini menggunakan objek penelitian dari iklan Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan, yang mengangkat tema realitas sosial berupa bentuk sindiran terhadap wakil rakyat dan maraknya kasus korupsi. d. Sumber Data Pada penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, antara lain : 1) Data Primer Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam. Wawancara ini dilakukan kepada informan yang pernah melihat iklan Djarum 76 dengan cara peneliti memilih narasumber yang berkompeten. Interview (wawancara) merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi

27 27 kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. (Pawito, 2008: 132). 2) Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan peneliti untuk mengungkap penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan data pendukung berupa video iklan Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan. Selain itu peneliti juga menambahkan beberapa referensi dari buku-buku terkait, penelitian terdahulu, jurnal, arsip foto, rekaman wawancara, gambar, dan informasi pendukung lainnya. e. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dalam menggali makna teks media dari informan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada informan sesuai alur dari interview guide yang telah disusun. Wawancara ini menitikberatkan pada penerimaan realitas sosial dalam iklan Djarum 76 berupa bentuk sindiran terhadap wakil rakyat dan maraknya kasus korupsi. Kemudian data seputar informan dan wawancara yang dilakukan di abadikan dalam sebuah catatan serta dalam bentuk rekaman wawancara. Selanjutnya peneliti melakukan

28 28 studi pustaka menggunakan buku-buku, literatur, jurnal, dan sumber lainnya. f. Teknik Sampling Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Selain menggunakan teknik penelitian purposive sampling, peneliti juga menggunakan teknik populasi area. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil sampel dengan membatasi suatu area agar penelitian yang dilakukan fokus dan tidak meluas. Sehingga pada penelitian ini berfokus pada satu desa (area) dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini, peneliti mengambil informan di wilayah desa berletak di Provinsi Jawa Timur. Yaitu Desa Tugu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo. Peneliti memilihi Desa Tugu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo karena di desa tersebut memiliki lima elemen kriteria informan dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa, guru, petani, pedagang dan pejabat publik. Selain itu pemilihan ini karena peneliti memiliki akses terhadap informan di desa tersebut. Informan yang dimaksud adalah berasal dari latar belakang masyarakat yang berbeda-beda dari mahasiswa, guru, petani, pedagang, dan pejabat publik. Kriteria yang ditentukan peneliti adalah informan mahasiswa dengan latar belakang sebagai individu strata berpendidikan. Informan guru, petani, dan pedagang memiliki latar

29 29 belakang individu yang telah terjun di masyarakat umum dan netral dapat merasakan langsung berbagai kebijakan, dan informan dari pejabat publik dinilai sebagai pejabat publik yang bekerja di pemerintahan. Dari kriteria yang ditentukan ini diharapkan akan mendapatkan data yang beragam dan berimbang. g. Validitas Data Alat untuk mengukur data harus dipilih secara tepat. Menurut Kriyantono (2010), Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrumen (misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. (Kriyantono, 2010: 143). Pada penelitian ini menggunakan instrumen trianggulasi Data. Yaitu dengan menggunakan dokumen, arsip, penelitian terdahulu, jurnal, rekaman wawancara, dan video. h. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi. (Kriyantono, 2010: 196) Penelitian ini berfokus pada pemaknaan pesan yang diterima khalayak dengan menggunakan metode Encoding -Decoding Struat Hall. Di mana peneliti ingin mengetahui bagaimana Djarum 76 meng-

30 30 encoding-kan pesan iklan versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Korupsi Pungli & Sogokan dan bagaimana khalayak meng-decodingkan-kan pesan yang disampaikan. Peneliti ingin melihat bagaimana khalayak menerima sebuah teks dari media dengan mengetahui makna dan pemahaman mereka terhadap pesan yang disampaikan. Khalayak sebagai individu yang menganalisis teks media dengan kajian resepsi berfokus pada pengalaman khalayak serta bagaimana makna diciptakan berdasarkan pengalaman tersebut. Teknik Analisis data yang dilakukan peneliti sebagai berikut : 1) Menyeleksi Pada tahap menyeleksi, peneliti melakukan pemilihan informan dan menentukan tempat penelitian. Peneliti akan memilih dan melakukan wawancara secara mendalam kepada informan yang sudah dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria pada penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif dalam bidang akademik, masyarakat umum meliputi profesi petani, pedagang, guru, dan pejabat publik yang masih aktif di pemerintahan. Dan selanjutnya menentukan tempat penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk mencangkup ruang lingkup agar penelitian yang

31 31 dilakukan lebih fokus pada pola masyarakat dalam area tersebut. 2) Mengklasifikasi Penelitian ini menggunakan resepsi audience berdasar model Stuart Hall (Dominant, Negotiated, dan Oppositional). Selanjutnya akan mengklasifikasikan aspek perbedaan latar belakang mahasiswa, guru, petani, pedagang, dan aparature pemerintah dalam artian pejabat publik dengan latar belakang pendidikan, profesi, pekerjaan, dan status sosial. 3) Mengolah Data Peneliti pada tahap ini melakukan transfer hasil rekaman wawancara kedalam bentuk deskripsi atau tulisan. 4) Menganalisis Peneliti akan menganalisis adegan dalam iklan rokok Djarum 76 versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes Jin, Kuropsi Pungli dan Sogokan dengan mengkategorikan adegan dalam ketiga iklan tersebut. Selanjutnya peneliti menganalisis hasil transfer rekaman wawancara penerimaan informan yang sudah dideskripsikan kedalam bentuk laporan. Kemudian menentukan bagaimana penerimaan informan yaitu mahasiswa, guru, petani, pedagang, dan pejabat publik

32 32 berdasar latar belakang yang berbeda-beda dengan menggunakan teori analisis penerimaan Stuart Hall (Dominant, Negotiated, dan Oppositional). Dominant adalah mendukung pesan atau makna dari konten program. Negotiated adalah khalayak yang membentuk pesan alternatif. Dan Oppositional adalah khalayak yang membangun penafsiran konten yang sama sekali berlawanan dari pemaknaan Dominant. (Baran dan Davis, 2010: 304).

ANALISIS RESEPSI AUDIENCE TENTANG ANTI KORUPSI DALAM IKLAN ROKOK NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi

ANALISIS RESEPSI AUDIENCE TENTANG ANTI KORUPSI DALAM IKLAN ROKOK NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi ANALISIS RESEPSI AUDIENCE TENTANG ANTI KORUPSI DALAM IKLAN ROKOK NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi Oleh : Andri Qoirul Syaifudin L100100069 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun ) POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun 2006-2009) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN ) Poligami Dalam Film 37 ABSTRAK POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN 2006-2009) Rahmalia Dhamayanti Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Iklan dikenal berperan sebagai salah satu sarana komunikasi untuk mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas melalui berbagai jenis media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Arus teknologi dan informasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi massa melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan guna memberikan informasi atau mempengaruhi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian analisis resepsi menekankan poin penting terhadap khalayak yang dapat memaknai sendiri teks yang dibacanya dan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak ke pihak lainnya. Perkembangan zaman juga mempengaruhi. perkembangan media massa. Dimana media massa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pihak ke pihak lainnya. Perkembangan zaman juga mempengaruhi. perkembangan media massa. Dimana media massa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi menjadi suatu kebutuhan yang memegang peranan penting, terutama dalam proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa

Bab 1 PENDAHULUAN. yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari sekian banyak media yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (diproduksi) dapat mencapai tujuan (penjualan) yang telah diharapkan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi telah menjadi begitu lazim sehingga hampir tidak pernah memperhatikan apa itu televisi dan apa pengaruhnya. Televisi telah menciptakan sebentuk kemelekan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah cara penyampaian pesan kepada seseorang yangbisa berupa informasi berbentuk bahasa ataupun lewat simbol- simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari sutu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukaan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era teknologi dan persaingan pasar yang makin ketat sekarang ini, banyaknya informasi dan kemudahan untuk mengakses suatu informasi, membuat konsumen semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi elektronik semakin pesat pada era globalisasi. Teknologi yang semakin canggih dapat mempermudah khalayak atau audiens untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan wilayah yang luas, pertumbuhan media dari waktu kewaktu semakin menunjukan peningkatan. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi karena di dalamnya terdapat elemen elemen komunikasi yang diantaranya terdapat komunikator sebagai pembuat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah sebuah hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini pun menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana informasi yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika Internet sudah menjadi suatu hal yang biasa dan kini bergeser menjadi salah satu kebutuhan masyarakat umum di Indonesia. Para pelaku bisnis pun melihat hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Iklan pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Iklan pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklan pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada sebagian atau seluruh khalayak dengan menggunakan media. Iklan atau periklanan didefinisikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring munculnya berbagai macam industri ditengah masyarakat, membuat persaingan antar industri yang menghasilkan produk sejenis semakin ketat. Banyak dari mereka

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern, dan hanya bisa ditemukan di Negara-negara maju atau Negara-negara yang tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap teks mengandung makna yang sengaja disisipkan oleh pembuat teks, termasuk teks dalam karya sastra. Meski sebagian besar karya sastra berfungsi sebagai media rekreatif

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN 1 ABSTRAK Perkembangan dunia komunikasi dan media massa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui media massa saat ini, masyarakat dapat memperoleh informasi yang tidak terbatas. Tidaklah heran

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film sudah

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa saat ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, tak dapat kita pungkiri bila animo masyarakat terhadap berbagai program komunikasi melalui media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha kian gencar seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran penting menggerakkan roda ekonomi secara nasional, hampir dari berbagai kalangan menggemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

Marketing Communication Management

Marketing Communication Management Modul ke: Marketing Communication Management Ruang Lingkup Bisnis Komunikasi Pemasaran Fakultas FIKOM Mujiono Weto, S.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran yang sangat penting. Setiap manusia yang hidup memerlukan media massa. Masyarakat mendapat informasi dengan membaca surat kabar, menonton

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat ditunjang

Lebih terperinci