BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini sering kali terjadi kebakaran pada suatu bangunan baik rumah maupun gedung-gedung lainnya yang penyebabnya diduga karena hubung sing kat atau secara umum karena listrik. Pada suatu rumah pun banyak sekali ditemukan instalasi listrik yang mengabaikan peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) dan tidak memperhatikan ketentuan dari keamanan dan teknologi modern dan juga estetika keindahan. Perencanaan sistem instalasi listrik pada suatu bangunan haruslah mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan PUIL 2000 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan tahun 2002.Pada gedung biasanya membutuhkan energy listrik yang cukup besar, oleh karena itu pendistribusian energi listriknya harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada tugas besar ini, penulis akan merancang instalasi listrik gedung yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga Peraturan Umum Instalasi Listrik Instalasi (PUIL). Pada perencanaan instalasi listrik gedung ini, penulis akan menggunakan metode perhitungan dan analisa sebagai pendekatan untuk menentukan spesifikasi kompnenkomponen yang akan digunakan yang mengacu pada peraturan dan ketentuan berdasarkan PUIL 2000 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan tahun Adapun peraturan-peraturan yang harus diperhatikan diantaranya adalah : 1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000 SNI ). 2. Undang-undang dan peraturan mengenai keselamatan kerja yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970; 3. Undang-undang No 15 Tahun 1985 tentang ketenga listrikan; 4. Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 6. Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintah darah; 7. Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000 tentang kewenagang Pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daaerah Otonomi; 1

2 8. Peraturan pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik; 9. Peraturan pemerintah No 51 Tahun 1993 tentang analisa dampak lingkungan; 10. Peraturan pemerintah No 25 Tahun 1995 tentang usaha penunjang Tenaga Listrik; 11. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan; 12. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No 02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, sertifikasi dan Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi. Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga untuk rumah/gedung terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang sudah dibuat oleh perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya akan dipasang. Selain itu juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pemilik bangunan/rumah, dan syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang harus dipenuhi dari yang berwajib ialah yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat. Syarat-syarat pekerjaan instalasi rumah /gedung : 1. Gambar situasi untuk menyatakan letak bangunan, dimanainstalasinya akan dipasang serta rencana penyambungannya dengan jaringan PLN. 2. Gambar instalasi Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang dan sarana pelayanannya, misalnya titik lampu, saklar dan kotak kontak, panel hubung bagi, data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang. 3. Rekapitulasi Rekapitulasi atau perhitungan jumlah dari komponen yang diperlukan antara lain : - Rekapitulasi material dan harga - Rekapitulasi daya atau skema bagan arusnya - Rekapitulasi tenaga dan biaya Tujuan Dari Peraturan-Peraturan Adalah Sebagai Berikut: 1. Supaya aman bagi manusia, hewan atau barang (terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus), keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik. 2. Adanya kesatuan atau keseragaman 2

3 3. Sebagai tuntunan pemakai energi listrik secara efisien. 4. Merancang instalasi listrik yang sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI), PUIL 2000 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan Pelanggaran pada pelaksanaan instalasi listrik dapat dikenakan sanksi.peraturan atau pedoman tersebut di Indonesia dinamakan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Pada pemasangan instalasi listrik sebenarnya kebakaran akibat listrik kecil sekali kemungkinannya, mengingat didalam tujuan diadakannya peraturan adalah aman, baik bagi manusia, hewan dan barang. Untuk itu perlu dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan pemasangan instalasi listrik untuk bangunan besar adalah sebagai berikut: 1. Direncanakan oleh konsultan perencana 2. Diperiksa oleh pemilik bangunan 3. Diperiksa oleh pemerintah (cipta karya dept PU) 4. Diperiksa oleh pemborong atau instalatir 5. Dipasang oleh instalatir dan diawasi oleh pengawas lapangan konsultan pengawas dan pemilik bangunan (sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi yang bersangkutan harus memeriksa gambar instalasi yang akan dipasang ke PLN bagi bangunan yang akan mendapat suplai listrik dari jaringan PLN) 6. Setelah selesai pemasangan instalasi, instalatir yang bersangkutan harus mengetes instalasi yang telah dikerjakan, listrik baru dimasukan bila instalasi baik. Selain hal tersebut diatas kiranya perlu ditengahkan disini bahwa apabila terjadi kebakaran pada bangunan tersebut karena listrik, padahal instalasi belum 5 tahun serta belum ada perubahan instalasi listriknya, maka instalatir pelaksana harus bertanggung jawab terhadap kebakaran yang terjadi. Sehingga instalatir pelaksana harus betul-betul berhati-hati dalam melaksanakan pekrjaannya. Instalasi penerangan listrik adalah instalasi listrik yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari sumbernya kebeban listrik atau peralatan listrik.pada beban listrik, energi listrik yang berasal dari sumbernya tersebut melalui instalasi listrik diubah menjadi cahaya pada beban lampu. 3

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik. Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2000 dan peraturan yang terkait dalam dokumen seperti UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, Peraturan pemerintah NO 51 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga listrik dan peraturan lainnya. 2.2 Ketentuan Umum Perancangan Instalasi Listrik Rancangan suatu system instalasi listrik harus memenuhi ketentuan peraturan umum instalasi listrik (PUIL) dan peraturan lain seperti : a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja beserta peraturan pelaksanaanya. b. Undang undang nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hiduo c. Undang undangan nomor 15 tahun 2002 tentang ketenagalistikan Dalam perancangan system instalasi listrik harus diperhatikan tentang keselamatan manusia, makhluk hidup lain dan keamanan harta benda dari bahaya dan kerusakan yang bias ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik. Selain itu, berfungsinya instalasi listrik harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan maksud penggunaannya. 2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat digunakan secara optimum, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut ialah sebagai berikut : 1. Keandalan Artinya, seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut haruslah handal dan baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya.keandalan juga berkaitan dengan sesuai tidaknya pemakaian pengaman jika terjadi gangguan, contohnya bila terjadi suatu 4

5 kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki agar gangguan yang terjadi dapat diatasi. 2. Ketercapaian Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relative mudah dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik tidak susah untuk di operasikan sebagai contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Ketersediaan Artinya kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa daya, peralatanmaupun kemungkinan perluasan instalasi.apabila ada perluasan instalasi tidak menggangu system instalasi yang sudah ada.tetapi kita hanya menghubungkannya pada sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman. 4. Keindahan Artinya dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi harus ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapid an indah serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku. 5. Keamanan Artinya, harus mempertimbangkan factor keamanan dari suatu instalasi listrik, baik keamanan terhadap manusia bangunan atau harta benda makhluk hidup lain dan peralatan itu sendiri. 6. Ekonomis Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dengan teliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan dpat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal diatas. 2.4 Pengaruh Lingkungan Pengaruh pada lingkungan kerja peralatan instalasi listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan normal dan lingkungan tidak normal.lingkungan tidak normal dapat menimbulkan gangguan pada instalasi listrik yang normal. Untuk itu jika suatu instalasi atau bagian dari suatu instalasi berada pada lokasi yang pengaruh luar yang tidak diimbangi dengan peralatan yang memadai akan menyebabkan rusaknya peralatan dan dapat membahayakan manusia. 5

6 Demikian juga pengaruh kondisi tempat akan dipasangnya suatu instalasi listrik, misalnya dalam suatu industry apakah penghantar tersebut harus ditanam atau dimasukkan jalur penghantar untuk menghindari tekanan mekanis. Oleh Karena itu pada pemasanganpemasangan instalasi listrik hendaknya mempunyai rencana perhitungan dan analisa yang tepat. 2.5 Penghantar Komponen-komponen perancangan instalasi listrik ialah bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu system sebagai rangkaian control maupun rangkaian daya. Dimana rangkaian control dan rangkaian daya ini dirancang untuk menjalankan fungsi system sesuai dengan deskripsi kerja Jenis penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus dari satu titik ke titik lainnya.penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat penghantar. Kabel ialah penghantar yang dilindungi dengan isolasi dan keseluruhan inti dilengkapi dengan selubung pelindung bersama, contohnya ialah kabel NYM.NYA dan sebagainya. Sedangkan kawat penghantar ialah penghantar yang tidak diberi isolasi contohnya ialah BC (Bare conductor), penghantar berlubang (hollow conductor), ACSR ( Alumunium conductor steel reinforced), dsb. Secara garis besar, penghantar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : - Penghantar berisolasi - Penghantar tanpa isolasi 6

7 - a. Penghantar berisolasi Penghantar berisolasi dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Batasan kawatberisolasi adalah rakitan penghantar tunggal, baik serabut maupun pejal yang diisolasi, contoh kawat berisolasi ; - NYA - NYAF Batasan kabel ialah rakitan satu penghantar atau lebih, baik itu penghantar serabut ataupun pejal masing-masing diisolasi dan keseluruhannya diselubungi pelindung bersama.contoh kabel : NYM-04 x 2 mm 2,300/500 V Artinya kabel 4 inti tanpa penghantar (hijau = kuning) berpenghantar tembaga masing-masing luas penampangnya 2 mm 2 berbentuk bulat, pelindung dalam dan selubung luar PVC tegangan nominal penghantar fasa-netral 300V, dan tegangan fasa-fasa 500 V. b. Penghantar Tanpa Isolasi hantaran tak berisolasi mrupakan penghantar yang tidak dilapisi oleh isolator, contoh penghantar tidak berisloasi BC (Bare Conductor) jenis-jenis isolasi yang dipakai pada penghantar listrik meliputi isolasi dari PVC (Poly Vinil Clorida) Jenis Kabel Dilihat dari jenisnya, penghantar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Kabel Instalasi Kabel instalasi yang biasa digunakan pada instalasi penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetap ialah NYA dan NYM.Pada penggunaannya kabel NYA menggunakan pipa untuk melindungi secara mekanis ataupun melindungi dari air dan kelembaban yang dapat merusak kabel tersebut. 7

8 Penghantar NYA Gambar 2.1 kabel penghantar NYA Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini pada umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya pada instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau PVC Penghantar NYM Gambar 2.2 kabel penghantar NYM 8

9 Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung pada gambar. Konstruksi dari kabel NYM terlihat Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding / beton menggunakan pipa PVC b. Kabel Tanah Penghantar NYY. Gambar 2.3 kabel penghantar NYY Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri.kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu.pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan susunan NYM. Hanya tebal isolasi dan 9

10 selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda.warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya 0,6/1 kv dimana maksudnya yaitu : - 0,6 kv : Tegangan nominal terhadap tanah. - 1,0 kv : Tegangan nominal antar penghantar. Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. NYY dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis.kabel tanah terbagi menjadi dua yaitu : 1. Kabel Tanah Thermoplastic Tanpa Perisai Kabel tanah thermoplastic tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industry. Kabel ini juga ditanam dalam tanah dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis.pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda Penghantar N2XY Gambar 2.4 kabel penghantar N2XY 10

11 Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai yang biasanya di pakai di industri, kabel N2XY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi XLPE, berpelindung bebat tembaga serta berselubung PVC dengan tegangan pengenal 0,6/1 kv (1,2 kv) yang dipasang sejajar pada suatu sistem tiga fase. 2. Kabel tanah thermoplastic berperisai Pengantar NYFGBY Gambar 2.5 kabel penghantar NYFGBY Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel NYFGbY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC, penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi pelindung PVC warna hitam. Selain dari tipe penghantar yang dijelaskan disini masih banyak jenis penghantar yang belum/tidak dapat dijelaskan disini. a. Kabel fleksibel Kabel fleksibel biasanya digunakan untuk peralatan yang sifatnya tidak tetap atau berpindah-pindah dan ditempat kemungkinan adanya gangguan mekanis atau getaran dengan peralatan yang harus tahan terhadap tarikan dan gesekan. Kode Pengenal Kabel Huruf Kode Komponen N :Kabel jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar NA :Kabel jenis standar dengan aluminium sebagai penghanar 11

12 Y :Isolasi PVC re :Penghantar padat bulat M :Selubung PVC A :Kawat Berisolasi Rm :Penghantar bulat berkawat banyak Se :Penghantar padat bentuk sektor sm :Penghantar dipilin bentuk sektor -1 :Kabel dengan sistem pengenal warna urat dengan hijau-kuning -0 :Kabel dengan sistem pengenal warna urat tanpa hijau-kuning Pemilihan penghantar Dalam pemilihan jenis penghantar yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan luas penghantar yang akan dipakai dalam instalasi tersebut ditentukan berdasarkan 6 pertimbangan : 1. Kemampuan hantar arus Untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan maka harus ditentukan berdasarkan besar arus yang melewati penghantar tersebut. Arus nominal yang melewati suatu penghantar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Untuk arus searah DC I = P V A Untuk arus bolak-balik satu fasa I = P Vxcosφ 2.2 [9] Untuk arus bolak-balik tiga fasa P I = 3 xvxcosφ Dimana : I = arus nominal A A 2.3 [9] 12

13 P = daya aktif W V = Tegangan V I = arus nominal A cosφ = Faktor Daya Kemampuan hantar arus yang dipakai dalam pemilihan penghantar adalah 1,25 kali dari arus nominal yang melewati penghantar tersebut. Apabila kemampuan hantar arus susah diketahui maka tinggal menyesuaikan dengan table untuk mencari luas penampang yang diperlukan. 2. Drop Tegangan (Susut Tegangan) Susut tegangan antara PHB utama dan setiap titik beban, tidak boleh lebih dari 5% dari tegangan di PHB utama. Adapun pembagian penentuan drop tegangan pada suatu penghantar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis : - Untuk arus searah - Untuk arus bolak-balik satu fasa - Untuk arus bolak balik tiga fasa Rugi tegangan biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%) dalam tegangan kerjanya yaitu : ΔV % = ΔVx100% V 2.4 [21] Besarnya rugi tegangan (%) yang diijinkan adalah 13

14 Table 2.1 Rugi Tegangan ΔV % Penggunaan Jaringan 0,5 Dari jala-jala ke KWH meter 1,5 Dari KWH meter ke rangkaian penerangan 3,0 Dari KWH meter ke motor atau rangkaian daya Untuk menentukan rugi tegangan berdasarkan luas penampang dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Untuk arus searah, penampang minimum : ΔV = 2x1xI X. A volt 2.5 [21] Untuk arus bolak-balik satu fasa penampang minimum ΔU = 2xIxl (RL cosφ + XL sin φ) 2.6 [21] Untuk arus bolak balik tiga fasa penampang minimum ΔU = 3 xixl (RL cosφ + XL sin φ) 2.7 [21] dimana ΔU = rugi tegangan dalam pengantar V I = kuat arus dalam pengantar A L = Jarak dari permulaan pengantar sampai ujung (m) 3. Kondisi suhu Setiap penghantar memiliki suatu resistansi (R), jika penghantar tersebut dialiri oleh arus maka terjadi rugi-rugi I 2.R,yang kemudian rugi-rugi tersebut berubah menjadi panas, jika dialiri dalam waktu t detik maka panas yang terjadi adalah I 2.R t, jika dialiri dalam waktu yang cukup lama maka ada kemungkinan terjadinya kerusakan pada penghantar tersebut. Oleh Karena itu dalam pemilihan penghantar factor koreksi juga diperhitungkan 14

15 4. Kondisi Lingkungan di dalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi dan tempat penghantar tersebut akan ditempatkan atau di pasang. Apakah penghantar tersebut akan di tanam di dalam tanah atau di udara. 5. Kekuatan Mekanis Penentuan luas penampang penghantar kabel juga harus diperhitungkan apakah kemungkinan adanya tekanan mekanis ditempat pemasangan kabel itu besar atau tidak, dengan demikian dapat diperkirakan besar kekuatan mekanis yang mungkin terjadi pada kabel tersebut. 6. Kemungkinan Perluasan Setiap instalasi dirancang dan di pasang dengan perkirakan adanya penambahan beban di masa yang akan datang oleh Karena itu luas penampang penghantar harus dipilih lebih besar minimal satu tingkat diatas luas penampang sebenarnya, tujuannya adalah jika dilakukan penambahan beban maka penghantar tersebut masih mencukupi dan susut tegangan yang terjadi akan kecil. 2.6 Pengaman Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun arus hubung singkat. Fungsi dari pengaman dalam distribusi tenaga listrik adalah : 1) Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik untuk alasan keamanan 2) Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi operasi normal untuk tujuan operasi dan perawatan 3) Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi. 15

16 2.6.1 Mini Circuit Breaker (MCB) Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermos dan elektromagnetis, pengaman thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. MCB dalam kerjanya membatasi arus lebih menggunakan gerakkan dwi logam untuk memutuskan rangkaian. Dwilogam ini akan bekerja dari panas yang diterima oleh Karena energy listrik yang timbul. Pemutusan thermal terjadi pada saat terjadi gangguan arus lebih pada rangkaian secara terus menerus. Cara kerjanya dalah sebagai berikut : Bimetal Blade (1) akan melengkung akibat pemanasan oleh arus lebih secara kontinyu pada elemen dwi logam ini. Bengkokkan itu akan menggerakkan Trip Lever (2) sampai Release Pawl (3) berubah posisi sehingga Moving Contact Arm (4) membuka memutuskan rangkaian dengan bantuan Release Spring (5) Gambar 2.6 Bagian- Bagian MCB 1 fasa Keterangan gambar : 1. batang bimetal 2. batang penekan 3. tuas pemutus kontak 4. lengan kontak yang bergerak 16

17 5. pegas penarik kontak 6. trip koil 7. batang pendorng 8. batang penerik kontak 9. kontak tetap 10. kisi pemadam busur api 11. plat penahan dan penyalur busur api MCB dibuat hanya memilik satu kutub untuk pengaman 1 fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus MCCB MCCB merupakan sebuah pemutus tenaga yang memiliki fungsi sama dengan MCB, yaitu mengamankan peralatan dan instalasi listrik saat terjadi hubung singkat dan embatasi kenaikan arus Karena kenaikan beban. Hanya saja yang membedakan MCCB dengan MCB adalah casingnya, dimana untuk MCB tiga phasa memiliki chasing dari tiga buah MCB satu phasa yang dikopel secara mekanis sementara MCCB memiliki tiga buah terminal phasa dalam satu casing yang sama. Itulah sebabnya MCCB dikenal sebagai Molded Case Circuit Breaker ELCB Earth Leakage Circuit Breaker merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan arus bocor yang dirasakannya dengan memutuskan rangkaian dari sumber.arus bocor sendiri ada yang langsung mengalir ke bumi dan ada juga arus bocor yang mengalir ke tubuh mahluk hidup yang menyentuh badan peralatan yang mengalami kegagalan isolasi. Dari konstruksinya, sakelar ini terdiri dari sebuah mekanik pemutus, penghantar fasa, inti trafo arus seimbang dan penghantar netral. 17

18 Gambar 2.7 sakelar arus bocor Pada keadaan normal inti transformator akan mendapati jumlah arus yang dilingkarinya akan sama dengan nol. Namun ketika terjadi kegagalan isolasi yang menyebabkan mengalirnya arus bocor ke tanah mka inti transformator akan merasakan adanya keadaan yang tidak seimbang sehingga pada inti transformator itu akan timbul medan magnet yang akan membangkitkan tegangan pada kumparan sekundernya. Arus jatuh nominal (If) dari sakelar merupakan arus diferensial terkecil yang dapat menyebabkan sakelar ini bekerja. Dengan persyaratan bahwa tegangan sentuh yang diketanahkan tidak boleh melebihi 50 V ke tanah dan syarat untuk tahanan dari lingkaran arus pentanahannya sebesar : Ra 50 If volt 2.8 [8] Salah satu jenis sakelar arus bocor yang sering dipakai adalah ELCB dengan arus jatuh nominal 30 ma. Sakelar ini cukup aman karena akan bekerja ketika merasakan adanya arus bocor sebesar 30 ma, dan kita tahu bahwa arus dibawah 50 ma jika dirasakan oleh tubuh masih dapat ditanggung tanpa menimbulkan gejala-gejala berbahaya. Grafik 2.8 Karakteristik Kerja ELCB 18

19 Dalam grafik - Daerah c yang diarsir adalah daerah pemutusan dari sakelar arus bocor dengan I fn = 30 ma ; - Daerah I dibawah garis b adalah daerah, dimana irama denyut jantung dan susunan syaraf tidak dipengaruhi; - Daerah II antara garis-garis b dan a adalarban akan pingsan; - Daerah III diatas garis a adalah daerah berbahaya yang dapat menyebabkan kematian ; korban akan pingsan dan kamar-kamar jantungnya akan mengalami fibrilasi. Gambar 2.9 Kegagalan isolasi Pada toroida terpasang kumparan yang berfungsi merasakan gangguan berupa adanya keseimbangan antara arus line (I L ) dan arus netral (I N ), dimana hubungan ini dapat dijelaskan dengan ketentuan : I L + I N = 0 (2.9) [8] Pada kasus kegagalan isolasi arus bocor mengalir menuju sumber tidak melalui penghantar netral tetapi melalui pentanahan peralatan atau tubuh mahluk hidup yang menyentuhnya, sehingga arus yang mengalir melalui penghantar netral tidak sama besarnya dengan arus yang mengalir pada penghantar phasa, persamaan matematis dari ketiga arus ini menjadi : I L + I N = I f (2.10)[8] Sementara saat terjadi kasus hubung singkat, kenaikan arus hubung singkat begitu besar, tetapi besar arus I L dan I N sama besar yaitu sebesar arus hubung singkatnya, sehingga tripping coil ELCB tidak merasakan adanya perbedaan dan tidak akan melakukan tindakan pemutusan rangkaian. Untuk itulah pada pengaman jaringan listrik, ELCB harus dilengkapi dengan pengaman hubung singkat untuk mengamankan system dari gangguan hubung singkat. 19

20 Untuk mengetahui berapa besar arus gangguan yang dirasakan tubuh, dapat digunakan perhitungan dengan rumus : Dimana : If = Arus gangguan (A) Vs = Tegangan sumber (V) Rb = Tahanan tubuh (ohm) If = Vs Rb A 2.11 [8] Sehingga apabila dari perhitungan didapat arus gangguan diatas nilai 30 ma, maka ELCB akan bekerja memutus rangkaian, dan arus sebesar terhitung belum sempat membahayakan tubuh. 2.7 Penerangan Pengetahuan Instalasi Listrik Instalasi listrik 1. Instalasi Daya : rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada kebutuhan daya, misalnya : trafo distribusi, motor listrik, AC dan lainnya. 2. Instalasi Penerangan : rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada beban-beban penerangan. Berdasarkan keserasian kerja 1. Menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan akibat trgangan sentuh dan kejutan arus yang dapat mengancam keselamatan manusia. 2. Untuk menciptakan suatu system instlasi yang dpat diandalkan tingkat keamanannya. 3. Untuk menghindari kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan akibat kebakaran yang disebabkan oleh kegagalan suatu perancangan. Berdasarkan perencanaan, ketentuan yang diperlukan. 1. Penggunaan warna isolasi penghantar untuk arus bolak-balik 20

21 Fasa 1 (R) berwarna merah Fasa 2 (S) berwarna kuning Fasa 3 (T) berwarna hitam Netral (N) berwarna biru Pentanahan (PE) berwarna hijau loreng kuning 2. Kotak kontak harus dipasang pada dinding/ tembok kurang lebih 1,2 m diatas permukaan lantai. 3. Saklar (pelayanan) harus dipasang pada dinding / tembok sekurang kurangnya 1,2 m diatas permukaan lantai. Hal ini sesuai dengan semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang kurangnya sama dengan arus hubung singkat yang dapat terjadi pada system instalasi tersebut Perhitungan Penerangan Data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan, diantaranya : 1. dimensi ruang 2. warna dinding dan lantai 3. kegunaan ruangan 4. system penerangan yang dikehendaki 5. penyusunan dan kondisi permukaan 6. kondisi kerja, temperature, kelembaban dan sebagainya Pemilihan Armature Penyebaran cahaya dari suatu cahaya bergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan armatur yang digunakan.sebagian besar cahaya yang direspon mata tidak langsung di sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan atau melalui benda yang tembus cahaya. Untuk penerangan, secara garis besar penyebaran cahaya ada tiga macam yaitu: 1. Penerangan Langsung 2. Penerangan Tidak Langsung 3. Penerangan Campuran 21

22 Jika kita berada dalam suatu ruang yang ada sumber cahaya dari sebuah lampu, makaada dua sumber cahaya, yaitu sumber cahaya primer yang berasal dari lampu tersebutdan sumber cahaya sekunder yang merupakan pantulan dari fiting lampu tersebut.dari dinding-dinding di sekitar ruangan, gambar 2.51 (a) menunjukkan empat jeniskemungkinan pemantulan yang dapat terjadi dari lapisan penutup armatur yang berbeda.sedangkan gambar 2.51 (b) menunjukkan berbagai macam armatur. dari data-data diatas dapat dipilih sumber penerangan dan bentuk armature yang sesuai, meliputi : bentuk, tingkat pengamananya dan komponen-komponen sebelum menghitung jumlah lampu yang dibutuhkan, perlu diperhitungkan juga kemungkinan terbaik untuk pengaturan armature. 22

23 2.7.4 Konsep Dan Satuan Penerangan Dalam system penerangan terdapat beberapa konsep dan satuan penerangan yang digunakan untuk penentuan banyak dan kekuatan cahaya yang dibutuhkan.satuansatuan dari instalasi penerangan tersebut anatara lain : Fluksi cahaya Ialah suatu sumber cahaya yang memancarkan sinar ke segala arah yang berbentuk garis-garis cahaya.satuan yang dipakai untuk fluksi cahaya ialah lumen. Intensitas cahaya Ialah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Satuan yng digunakan adalah candela. Iluminasi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. 23

24 2.7.5 Penentuan Jumlah Dan Kekuatan Lampu Factor-faktor yang mempengaruhi penentuan jumlah titik cahaya pada suatu ruangan : 1. macam penggunaan ruangan (fungsi ruangan), setiap macam penggunaan ruangan mempunyai kebutuhan kuat penerangan yang berbeda-beda. 2. Ukuran ruangan, semakin besar ukuran ruangan maka semakin besar pula kuat penerangan yang dibutuhkan. 3. Keadaan dinding dan langit-langit (factor refleksi), berdasarkan warna cat dari dinding dan langit-langit pada ruangan tersebut memantulkan ataukah menyerap cahaya. 4. Macam jenis lampu dan armature yang dipakai, tiap-tiap lampu dan armature memiliki konstruksi dan karakteristik yang berbeda. Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga ruangan tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan tersebut menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengaruh dari penerangan tidak membuat cepat lelah mata. Disamping itu harus diperhitungkan juga hal hal berikut : 1. Effisiensi Armatur (v) Effisiensi sebuah armature ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan.dalam effisiensi penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya. V = Fluks ca aya yang dipantulkan Flu ks ca aya yang dipancarkan sumber 2.12 [2] 24

25 2. Faktor-faktor refleksi Factor-faktor refleksi dinding (rw) dan factor refleksi (rp) masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit yang mencapai bidang kerja. Pengaruh dinding dan langit-langit pada system penerangan langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada system-sitem penerangan lain, sebab cahaya yang jatuh pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya. 3. Indeks ruang atau indeks bentuk (k) Keterangan : P = panjang ruangan (meter) L = lebar ruangan (meter) k = pxl (p + 1) 2.13 [2] H = jarak atau tinggi armature terhadap bidang kerja (meter) 4. Factor penyusutan / depresiasi (kd) kd = E dalam keadaan dipakai E dalam keadaan baru

26 Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai efisiensi yang didapat dari table harus dikalikan dengan factor penyusutan. Factor penyusutan ini dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu: - Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu) - Pengotoran sedang / biasa - Pengotoran berat (daerah banyak debu) Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka factor depresi yang digunakan 0,8 5. Bidang kerja dan efisiensi Intensitas penerangan harus ditentukan dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Bidang kerja umumnya diambil 0,8 cm diatas lantai. 6. Factor unility Keterangan : N = jumlah lampu kp = E x A Fxkpxηarm x kd 2.16 [2] E = illuminasi penerangan yang dibtuhkan ruangan (Iux) A = luas ruangan F = fluks cahaya yang dikeluarkan oleh lampu (lumen) η = effisiensi armature (%) Kd = factor depresiasi Kp = factor utility (lampiran 4) Lampu Penerangan Prinsip Kerja lampu pijar mengeluarkan cahaya berdasarkan prinsip pemijaran sehingga lampu ini dapat di atur secara mudah dengan menggunakan tahanan geser. Oleh Karena prinsip inilah maka lampu ini dinamakan lampu pijar (incandescen lamp).umur 26

27 lampu ini biasanya cukup pendek (hanya sekitar 1000 jam). Konstruksi lampu ini sangat sederhana sehingga harga dari lampu ini cukup muraj dibandingkan dengan lampu jenis lain. Lampu pijar yang sering digunakan untuk penerangan pada umumnya terdiri dari dua macam : Lampu GLS (general Lighting service) Lampu pijar jenis ini sering digunakan untuk penerangan yang umum (general lighting) contohnya : untuk penerangan ruang tamu, penerangan kamar tidur dan lain-lain. Lampu reflector (reflector lamps) Lampu pijar jenis ini sering digunakan untuk penerangan sorot (spotlighting), contohnya ; penerangan panggung (stage lighting), penerangan studio dan lainlain. Penggunaan Untuk penerangan yang membutuhkan variasi armature dan warna sehingga memebri suasana lebih menarik dan indah misalnya : - ruang pertemuan/ tamu - dekorasi - reklame - pameran, dan lain-lain 2.8 Perbaikan factor daya Semua lampu tabung yang menggunakan ballast berupa reactor atau transformator akan mengakibatkan terjadinya komponen arus tidak berwatt, atau disebut daya reaktif (VAR) dalam rangkaian. Semakin besar daya reaktif yang terjadi mengakibatkan semakin rendahnya factor daya (cosφ) lampu. Factor daya diartikan sebagai perbandingan arus yang dibutuhkan untuk kerja nyata (W) terhadap arus total yang disuplai (VA). Atau dengan kata lain, bahwa factor daya ilah perbandingan daya nyata (W) dengan daya semu (VA). Daya ny ata Cos φ = atau cos φ = W 2.17 [2] Daya Semu VA 27

28 Diagram segitiga daya : Gambar 2.12 Diagram Segitiga Daya 2.9 Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) PHB harus mempunyai persyaratan yeng meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk semua jenis PHB, baik tertutup maupun terbuka dan pasangan dalam maupun luar Penataan PHB PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga rapid an teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa, sehingga pemeliharaan dan pelayanannya mudah, aman dan mudah dicapai. Seperti instrument ukur, tombol dan saklar harus dapat dilayani dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga Konstruksi PHB Konstruksi PHB ada dua jenis, yaitu yang berada di dalam ruangan dan yang berada di luar ruangan. Sehingga konstruksi PHB harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Syarat PHB untuk pemasangan didalam ruangan a.) Rangka, rumah dan bagian konstruksi PHB tertutup harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan lembab dan kokoh. b.) PHB tertutup pasangan dlam harus dibuat dengan konstruksi yang diperkuat. Sehingga tahan terhadap gangguan mekanis. 2. Syarat PHB untuk pemasangan diluar ruangan a.) Selungkup harus kokoh dan dibuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dan lubang ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga binatang dan benda kecil serta air yang jatuh tidak masuk kedalamnya, b.) Semua komponen harus dipasang dibagian dalam, sehingga hanya dapat dilayani dengan membuka tutup yang terkunci. c.) Pintu atau penutup PHB yang terbuat dari logam harus diamankan dengan jalan membumikannya melalui penghantar fleksibel. 28

29 d.) Bila pintu PHB dibuat dari bahan isolasi, instrument ukur dengan BKT yang terpasang pada pintu tersebut harus dihubungkan dengan penghantar proteksi PHB Syarat-Syarat Dari PHB Sesuai Dengan PUIL PHB untuk pemasangan diluar harus dipasang ditempat yang cukup tinggi sehingga tidak akan terendam pada saat banjir. 2. Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus menggunakan terminal, sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman. 3. Disekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman. 4. Untuk memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan sirkit PHB yang mudah dilihat. 5. Instrument ukur dan indicator yang dipasang pada PHB harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk tentang besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang ditunjukkan Pentanahan Pembumian atau pentanahan adalah hubungan listrik yang sengaja dilakukan dari beberapa bagian instalasi listrik ke system pentanahan.penghantar tanpa isolasi yang ditanam didalam didalam tanah dianggap sebagai bagian dari elektroda pentanahan dan harus memenuhi ketentuan PUIL Bagian-bagian dari peralatan listrik harus ditabahkan, untuk membatasi tegangan sentuh, yaitu tegangan yang timbul pada bagian peralatan selama terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sehingga menghindari bahaya terhadap manusia.dan pada pentanahan body system bertujuan untuk memperkecil terjadinya tegangan sentuh dan atau tegangan langkah. Yang dimaksud dengan tegangan sentuh ialah beda tegangan sentuh ialah beda tegangan antara logam yang dihubungkan dengan system pentanahan dengan suatu titik dipermukaan tanah sejauh jangkauan orang normal berdiri dari logam tersebut. Sedangkan tegangan langkah ialah tegangan antara 2 titik pada permukaan tanah disekeliling elektroda pentanahan dimana jarak kedua titik sejauh langkah orang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat system pentanahan yang baik, yaitu : 29

30 - Tanah Salah satu yang menentukan besarnya hambatan pentanahan R G adalah hambatan jenis tanahnya. Semakin kecil hambatan tanah R earth maka hambatan system pentanahan akan semakin kecil yang berarti semakin baik. Berdasarkan PUIL 2000, nilai tahanan jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis tanahnya. Table 2.4 resistansi jenis tanah Jenis tanah Resistansi jenis (ohm-m) Tanah rawa Tanah liat dan tanah lading Pasir basah Kerikil basah Pasir dan kerikil kering Tanah berbatu Table 2.5 hambatan tanah dari beberapa jenis tanah JENIS TANAH HAMBATAN TANAH (ohm) Pasir >400 Tanah berpasir 300 Tanah liat 100 Tanah lempung 60 Tanah hitam 50 Tanah gemuk (peat) 20 Tanah tepian sungai >0dan<50 Sumber : pengukuran besaran listrik, oleh : Rudy setiabudy Tujuan pentanahan peralatan : - Agar jika terjadi kegagalan isolasi maka tegangan sentuh yang tinggi dapat dicegah dan pengaman segera bekerja. - Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai suatu harga yang aman. - Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi orang disekitarnya Sistem Pentanahan/ Pembumian System pentanahan rumah mewah ini menggunakan system TT.Jadi system TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung. BKT instalasi dihubungkan ke elektroda bumi yang secara listrik terpisah dari elektroda bumi system instalasi listrik 30

31 Gambar 2.13 Sistem IT Jenis elektroda pentanahan Jenis elektroda pentanahan ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kotak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi. Sebagai bahan elektroda digunakan tembaga, atau baja yang digalvanisasi atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain. Macam-macam bentuk elektroda pentanahan. Pada dasarnya bentuk pentanahan dapat dilakukan dengan : - Elektroda batang - Elektroda strip - Eektroda plat Elektroda pentanahan Untuk menentukan diameter (d) elektroda pentanahan dapat dihitung : 2xπxl ρ = ln (4x [2] ) d Dimana : ρ = Taana n jenis tana (Ω) R = Taanan pentanaan (Ω) l = Panjang elektroda yang ditanam (m) d = diameter batang elektroda pentanaan (m) 31

32 2.11. PENENTUAN KAPASITAS PENGAMAN Cara penentuan pengaman pada instalasi penerangan setiap rangkaian akhir sebagai berikut : Kapasitas MCB = Beban Max Rangkaian Akir (VA) Tegangan system (V) Dalam hal ini teganga system adalah satu fasa maka besarnya 220 V. Kapasitas pengaman rangkaian induk (untuk 3 fasa) di hitung sebagai berikut : Kapasitas MCCB = Beban Total seluru Fasa (VA) (V) Beban total seluruh fasa ( VA) 3 380V Beban total seluruh fasa dalam hal ini diperhitungkan beban cadangan. 32

33 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Iluminasi Tiap Ruangan yang dibutuhkan 1. Menghitung Penerangan Gedung 1 a. Lorong Ukuran ruang : Luas (L) = 144 m 2 Panjang (P) Lebar ( l ) = 48 m = 3 m 1. Untuk ruangan ini direncanakan menggunakan armatur langit-langit dengan jenis lampu 2 x TL 40 watt. 2. Faktor Refleksi Faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan. Warna putih dan sangat muda : 0,7 Warna muda : 0,5 Warna sedang : 0,3 Warna gelap : 0,1 Untuk ruangan ini ditentukan r p = 0,7 ; r w = 0,5 ; r m = 0,1 3. Tinggi penerangan Karena lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerja berada kira-kira 1 m diatas lantai, maka: h = = 3,2 m 4. Indeks Ruangan K = K = = p x l t(p+l) 48 x 3 3,2( 48+3) = 0,882 Efisiensi penerangan Dapat dilihat dari perhitungan berikut ; k 1 = 0,8 ; η 1 = 0,38 k 2 =1 ; η 2 = 0,43 Jadi efisiensi penerangangannnya adalah: 33

34 k k1 η = η1 + x η2 η1 k2 k1 0,882 0,8 η = 0,38 + x ( 0,43 0,38) 1 0,8 η =0,39 η = 39% 5. Fluks cahaya yang diperlukan Intesitas penerangan yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan table 1 no.6 untuk penerangan ruangan ini digunakan nilai intensitas (E) = 200 lux dan faktor depresi (d) = 0,8 (lihat table 4), untuk pemakaian baru. Φ 0 = E (lux )x A(luas ) η x d Φ 0 = 200x144 0,39 x 0.8 = 93150,7lm 6. Jumlah lampu atau armatur n Fluks cahaya lampu atau armatur dapat di lihat dari buku katalog. Untuk lampu TL 40 watt memberi lumen sehingga TL ϕ lampu/armatur = 2 x 2400 watt = 4800 lm. Sehingga jumlah tittik lampu dapat di cari : = 93150, n = ϕ0 ϕlampu/armature = 19,6 20titik lampu 34

35 Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : No Ruang A (m 2) Ukuran Ruang P (m) L (m) Jenis Lampu Faktor Refleksi rp rw rm h (m) k k1 k2 n1 n2 η (%) E d φo (lm) Lumen titik lampu Daya lampu 2xTL 40 Watt Daya yang digunakan untuk lampu 1 Lorong x TL 40 Watt Selasar x TL 40 Watt x TL 40 Watt Lorong Tangga Kiri x TL 40 Watt Lorong Tangga Kanan x TL 40 Watt Lab. Bio Proses part x TL 40 Watt x TL 40 Watt Lab. THP x TL 40 Watt x TL 40 Watt Gudang x SL 20 Watt Gudang x SL 20 Watt Ruang Ekstraksi x SL 20 Watt Ruang Lemari Asam x SL 20 Watt Ruang Lemari Asam x SL 20 Watt Lab. THP x TL 40 Watt x TL 40 Watt Lab. Tanah & Air x TL 40 Watt Lab. Alsin x TL 40 Watt x TL 40 Watt Lab. Mikro x TL 40 Watt Ruang Storage x SL 20 Watt Ruang Penyimpanan x SL 20 Watt Ruang Penyimpanan x SL 20 Watt

36 19 Kantin x TL 40 Watt Musholla x TL 40 Watt Teras x TL 40 Watt Koridor x TL 40 Watt Kamar Mandi PL-C 18 Watt Kamar Mandi PL-C 18 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt Ruang Dosen x TL 40 Watt R. Lift x TL 40 Watt

37 B. Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan Tabel Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan NO Nama Ruangan Jumlah KKB Jumlah daya KKB (W) Jumlah KKK Jumlah daya KKK (W) JUMLAH DAYA KOTAK KONTAK 1 Lorong Selasar Lorong Tangga Kiri Lorong Tangga Kanan Lab. Bio Proses Lab. THP Gudang Gudang Ruang Ekstraksi Ruang Lemari Asam Ruang Lemari Asam Lab. THP Lab. Tanah & Air Lab. Alsin Lab. Mikro Ruang Storage Ruang Penyimpanan Ruang Penyimpanan Kantin Musholla Teras Koridor

38 23 Kamar Mandi Kamar Mandi Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen Ruang Dosen R. Lift TOTAL

39 C. Perhitungan Grouping Gedung 1 dan 2 a. Grouping Lampu Unit Instalasi Group I NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. Bioproses R. Dosen Total Unit Instalasi Group 2 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lorong Koridor R. Dosen R. Dosen Total Unit Instalasi Group 3 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lorong Koridor Teras Total

40 Unit Instalasi Group 4 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 Tangga Kanan Lab. Mikro R. Storage R. Penyimpanan R. Penyimpanan Total Unit Instalasi Group 5 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Kantin R. Gudang R. Ekstraksi Lab. THP R. Dosen R. Dosen R. Dosen Total NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Unit Instalasi Group 6 Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. THP R. Gudang R. Lemari Asam Total

41 Unit Instalasi Group 7 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 R. Lemari Asam Selasar R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Lift 1 80 Total Unit Instalasi Group 8 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. THP Kamar Mandi Musholla R. Dosen Total NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Unit Instalasi Group 9 Lampu SL 20 Watt Lampu PL-C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lorong Tangga Kiri Selasar Kamar Mandi Lab. Alsin Total NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Unit Instalasi Group 10 Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen

42 5 R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen Total NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Unit Instalasi Group 11 Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. Tanah & Air Total NO Nama Ruang Lampu TL 2 x 40 Watt Unit Instalasi Group 12 Lampu SL 20 Watt Lampu PL- C 18 Watt Jumlah Watt 1 Lab. Alsin Total b. Grouping KKK NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 13 KKK (750 Watt) jumlah Watt 1 Lab. Bioproses Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 14 KKK (750 Watt) jumlah Watt 2 Lab. Mikro Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 15 KKK (750 Watt) jumlah Watt 1 Lab. THP Jumlah Daya

43 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 16 KKK (750 Watt) jumlah Watt 2 Lab. THP Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 17 KKK (750 Watt) jumlah Watt 1 Lab. Tanah & Air Lab. Alsin Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 18 KKK (750 Watt) jumlah Watt 2 Lab. Alsin Jumlah Daya c. Grouping KKB NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 19 KKB (250 Watt) jumlah Watt 1 Lab. Bioproses Lab. Mikro R. Dosen R. Dosen R. Dosen Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 20 KKB (250 Watt) jumlah Watt 2 Lab. Mikro R. Storage R. Penyimpanan R. Penyimpanan Jumlah Daya

44 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 21 KKB (250 Watt) jumlah Watt 1 Lorong Lab. THP R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Gudang R. Lemari Asam R. Lemari Asam Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 22 KKB (250 Watt) jumlah Watt 3 Kantin R. Ekstraksi Musholla Lab THP R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Gudang Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 23 KKB (250 Watt) jumlah Watt 3 R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen R. Dosen Jumlah Daya

45 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 24 KKB (250 Watt) jumlah Watt 1 Lab. Tanah & Air Lab. Alsin Jumlah Daya

46 D. Perhitungan Kebutuhan Maksimum Kebutuhan beban Maksimum Jumlah kebutuhan maksimum pada suatu gedung adalah jumlah daya yang diperlukan untuk suatu instalasi gedung dan cadangan yang dipersiapkan jikalau ada penambahan beban. Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang (10% dari Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB) Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang = = 56062,6 Watt E. Perhitungan Pemilihan Kapasitas Pengaman MCB dan MCCB a. Cara penentuan pengaman pada instalasi penerangan setiap rangkaian akhir sebagai berikut : = Beban maksimum rangkaian akir (VA) Tegangan sistem (volt) Dalam hal ini tegangan system adalah satu fasa maka besarnya 220 V. Jenis pengaman yang digunakan adalah MCB. b. Kapasitas pengaman rangkaian induk di hitung sebagai berikut : Beban total seluru fasa (VA) 3 x 380 Beban total seluruh fasa dalam hal ini diperhitungkan beban cadangan. Jenis pengaman yang digunakan adalah MCCB. 46

47 a) PENENTUAN PENGAMAN MCB I = P V x cos ⱷ I = 1920 = 9,69 Ampere 220 x0,9 Jadi dapat di ketahui bahwa untuk group1 kapasitas pengaman yang di butuhkan sebesar 10 Ampere. Untuk perhitungan kapasitas pengaman (MCB) pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya (Watt) Arus Nominal (A) Kapasitas MCB (A)

48 Keterangan : Lampu KKB KKK 48

49 PENENTUAN MCB 3 PHASA atau MCCB Kapasitas pengaman induk dengan total daya 56062,6 Watt maka : daya total group x faktor keserempakan = 56062,6 x 0,9 = 50456,34 VA I = In = P 3xV x cos φ 50456, x 3 x 0,9 ( Diasumsikancos φ = 0,9) In = 85,17 A Arus nominal dari panel gedung ialah 85,17 A. Maka dipilih Setting pengaman Panel gedung 3 phasa 87,5 A Kapasitas Pengaman Induk (MCB 3 Phasa) Ampere 87,5 Kapasitas MCB Group Rangkaian Akhir (Group)

50 F. Perhitungan Pemilihan Kapasitas KHA dan Jatuh Tegangan yang di Izinkan. a. Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan Pada panel bangunan, rangkaian akhir 1 (group 1) terpakai daya sebesar 1920 Watt cos ф = 0,9 jadi dayanya 2133 VA, dengan tingkat tegangan yang diizinkan sebesar 220 volt dengan toleransi arus yang diizinkan 10 %. Pemilihan kapasitas KHA adalah : Arus = daya terpasang VA Tingkat tegangan yang diizinkan Volt = 2133,3 220 = 9,7 Ampere KHA = Arus + (arus x 10 % ) = 9,7 + (9,7 x10%) = 10,67 ampere Jadi kabel yang digunakan adalah NYM 3 x 4 mm 2 b. Perhitungan jatuh tengangan yang diizinkan Jatuh tegangan yang diizinkan adalah kurang dari 10 % dari tegangan yang dizinkan (220). Sehingga jatuh tegangan yang diizinkan = 220 (220 x 10%) = 198 Volt Untuk Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkanpada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya (Watt) Daya Terpasang (VA) Arus Nominal (A) Arus Nominal + 10% KHA Kabel Size (mm²) NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² 50

51 NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² NYM 3 x 4 mm² G. Perhitungan Pemilihan Kapasitas BUSBAR Untuk menentukan setting pengaman panel Utama Berdasarkan Tabel standart daya PLN, maka daya yang diajukan ke PLN untuk penyambungan sebesar VA. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan total beban terpasang ini sebesar 46229,4 VA. Beban terpasang = total beban x Faktor keserempakan (0,9) Beban yang terpasang = x 0,9 = 46229,4 VA I = P 3xV x cos φ ( Diasumsikancos φ = 0,9) In = 46229,4 380 x 3 x 0,9 In = 78 A Arus nominal dari panel ialah 78 A Maka dipilih Setting pengaman Panel Utama 87,5 A 3 phasa A Panjang busbar berdasarkan jumlah rangkaian akhir termasuk cadangan. 51

52 H. Pengaman Pentanahan Pembumian atau pentanahan adalah hubungan listrik yang sengaja dilakukan dari beberapa bagian instalasi listrik ke system pentanahan.penghantar tanpa isolasi yang ditanam didalam didalam tanah dianggap sebagai bagian dari elektroda pentanahan dan harus memenuhi ketentuan PUIL Bagian-bagian dari peralatan listrik harus ditanahkan, untuk membatasi tegangan sentuh, yaitu tegangan yang timbul pada bagian peralatan selama terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sehingga menghindari bahaya terhadap manusia.dan pada pentanahan body system bertujuan untuk memperkecil terjadinya tegangan sentuh dan atau tegangan langkah. - Berdasarkan PUIL 2000 Daftar bahwa pada pembebanan terus menurus 87,5 A, Digunakan ukuran 40 x 5 mm, berpenampang 200 mm2, berat 1,78 kg / m di cat. I. Daftar Material, Data Teknik dan Harga Satuan yang digunakan Berdasarkan Kelompok Beban yang dilayani pada Gedung 1,2 dan 3 Bahan Harga Satuan Jumlah Jumlah Harga Satuan Rp Bahan Rp Lampu Philips 2 x TL 40 Watt Pcs 165, ,385,000 Lampu Philips 2 x SL 20 Watt Pcs 78, ,340,000 Lampu PL-C 18 Watt Pcs 25, ,000 Kotak Kontak Broco Buah 25, ,925,000 Kabel Penghantar NYM roll (100m) 1,740, ,220,000 MCB 10 A Buah 43, ,000 MCB 20 A Buah 43, ,000 MCB 16 A Buah 43, ,000 MCB 3 FASA 87,5 A Buah 1,718, ,718,200 Pipa Union atau PVC Batang 18, ,452,800 Sakelar tunggal Broco Buah 14, ,500 Fitting Lampu TL Buah 7, ,766,000 Fitting Lampu SL Buah 5, ,000 Fitting lampu PL-C Buah ,000 Sakelar ganda Broco Buah 19, ,000 Panel Box 60x80x20 (SAKA) Buah 968, ,000 Grounding Paket 560, ,000 TOTAL 65,291,500 52

53 J. Uraian Teknik Instalasi Listrik PANEL 1. Semua box panel terbuat dari besi plat dengan ketebalan 3 mm dan ukuran sesuai dengan banyaknya komponen yang akan di pasang. 2. Panel utama disuplai sedekat mungkin dari gardu distribusi dan ditempatkan di gedung Operational 3. Panel daya ditempatkan didekat ruang listrik berdasarkan tata letak panel. 4. Panel penerangan di gedung proses ditempatkan sedekat mungkin dari panel utama dan tempat yang mudah dijangkau. 5. Semua panel dipasang menempel pada dinding. 6. Busbar setiap panel dipilih yang di cat dengan ukuran sesuai dengan ketentuan PUIL SAKELAR 1. Semua sakelar yang digunakan adalah merk Broco atau yang setara 2. Semua sakelar dipasang tertanam dalam tembok yang dilengkapi dengan dos inbow dari logam setinggi 150 cm dari lantai. 3. Sakelar dipasang di dekat pintu atau tempat yang mudah dijangkau 4. Sakelar yang digunakan pada gedung yaitu sakelar tunggal dan ganda dan setiap sakelar maksimum 8 buah lampu, dipasang sedekat mungkin dengan bebannya 5. Sakelar khusus untuk AC, kipas angin dan fan dipasang di dekat dengan beban yang bersangkutan KKB 1. Semua KKB yang digunakan adalah merek Broco atau yang setara 2. KKB yang dipasang berdekatan dengan sakelar dan sesuai dengan tinggi sakelar dari lantai 3. KKB yang berdiri sendiri dipasang setinggi 30 cm dari lantai 4. Semua KKB dipasang tertanam dalam tembok yang dilengkapi dengan dos inbow dari logam 5. Semua KKB dilengkapi dengan hantaran pentanahan 53

54 KKK 1. Semua KKK yang digunakan sesuai dengan persetujuan pengawas 2. KKK yang mensuplai AC, fan dan kipas angin dipasang dekat dengan beban yang bersangkutan 3. Semua KKK dilengkapi dengan hantaran pentanahan ARMATUR 1. Jenis lampu yang digunakan adalah Lampu TL 2 x 40 W, lampu PL-C 18 W, dan SL 2 x 20 W 2. Balon, trafo, starter pada lampu TL, SL dan PL-C digunakan merek Philips atau yang setara 3. Kap lampu TL, SL dan PL-C terbuat dari plat besi yang di cat berwarna putih 4. Semua lampu TL, SL dan PL-C dipasang menempel pada plafon. 5. Setiap lampu TL, SL dan PL-C dilengkapi dengan kapasitor 6. Semua lampu TL, SL dan PL-C dilengkapi dengan hantaran pentanahan 7. Penerangan luar dipasang dalam tembok cor setinggi 30 cm dari permukaan tanah 8. Kap penerangan luar terbuat dari kaca bening dan diameter yang disetujui pengawas MCCB atau MCB yang digunakan adalah type S-series atau yang setara.(lihat catalog) KABEL dan PIPA 1. Semua kabel yang digunakan dari merk tranka atau yang setara 2. Instalasi KKB,AC,FAN,kipas angain dan penerangan dalam menggunakan kabel jenis NYM 3. Instalasi penerangan luar menggunakan kabel jenis NYY 4. Suplai dari panel utama ke panel cabang dan dari panel trafo ke panel utama menggukanan kabel NYY 5. Kabel NYY yang berasal dari panel trafo sampai pada panel cabang serta penerangan luar melalui saluran bawah tanah yang dilindungi dengan pipa. 54

55 6. Kabel NYM pada gedung proses ditarik melalui saluran kabel dari propel C atau suatu rak kabel yang terbuat dari plat besi yang tertutup dengan ukuran berdasarkan jumlah kabel. 7. Kabel yang menyeberangi jalur yang dilalui kendaraan berat harus dilindungi dengan pipa. 8. Semua kabel untuk penerangan, stop kontak, AC, FAN, dan lainnya yang digunakan berpenampang tidak kurang dari 4 mm² 9. Pipa pelindung kabel NYY bawah tanah berukuran 1,5 inch 10. Semua pipa yang digunakan adalah merk Maspion atau yang setara SISTEM PENTANAHAN 1. Elektroda pentanahan yang digunakan adalah pipa galvani yang panjangnya 300 cm 2. Penghantar pentanahan digunakan dari kawat BC deap dengan ukuran berdasarkan ketentuan PUIL Sistem pemasangan kawat pentanahan pada pipa pentanahan dapat dilihat pada gambar detail. 4. Tahanan pentanahan yang di izinkan maksimal 5 ohm 55

56 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1. Daya total pada pada Gedung adalah 56062,6 Watt, maka Daya terpasang dikalikan factor keserempakan (0,9) sebesar 50456,34 VA, sehingga Daya yang dibutuhkan dari PLN untuk penyambungan sebesar VA. 2. Kabel penghantar yang akan dihubungkan dengan beban sesuai dengan ketentuan PLN (standard PLN) dalah kabel jenis NYM dengan ukuran 3 x 2,5 mm Kabel penghantar yang digunakan untuk penghubung tiap groupnya adalah kabel jenis NYM dengan ukuran 3 x 4 mm Kabel penghantar yang digunakan sebagai penghubung pada panel utama sesuai dengan standard PLN adalah - Untuk pengaman dengan MCB 87,5 A maka jenis kabel yang digunakan adalah NYY denagn ukuran kabel 4 x 35 mm 2 5. Pada Penel Utama digunakan penganan (MCCB) sebesar 87,5 A dengan demikian jenis kabel penghantar yang digunakan sesuai dengan standard PLN adalah jenis NYY dengan ukursn 4 x35 mm 2 6. Untuk pemilihan kabel penghantar, sebaiknya dilihat terlebih dahulu dari tanda pengenal yang tertera pada kabel tersebut. Pilihlah kabel yang sepanjang permukaannya tertera sekurang-kurangnya : 1. Tanda pengenal standar misalnya SNI,IEC,SPLN. 2. Tanda pengenal produsen 3. Jumlah dan ukuran inti 56

57 7. Sesuai dengan PUIL 2000 : Semua penghantar yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan dan penggunaannya, serta telah diperiksa dan diuji menurut standar penghantar yang dikeluarkan atau diakui oleh instansi yang berwenang. 8. Penempatan penghantar yang digunakan untuk instalasi penerangan rumah mewah, terdiri dari dua jenis, yaitu melalui pipa PVC dan melalui Tray kabel (khusus untuk panel ). Penempatan penghantar harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam PUIL 2000, mengenai pemasangan penghantar dalam pipa. 9. Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumberdan tegangan di sisi beban. Dimana tegangan pada sisi sumber lebih besar daripada tegangan di sisi beban. Hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam system instalasinya. Susut tegangan antara terminal konsumen dan sembarang titik dari instalasi tidak boleh melebihi 5% dari tegangan pengenal pada terminal konsumen. 57

58 LAMPIRAN 1. Efisiensi Armatur Penerangan Langsung - Tabel efesiensi penerangan untuk Keadaan baru spesifikasi Lampu TL 58

59 Tabel- tabel Penerangan Tabel 2 sampai dengan tabel 6 berikut ini dikutip dari buku "Tabellen voor verlichting" (Tabel-tabel penerangan), yang diterbitkan oleh Philips. 59

60 60

61 61

62 62

63 - Tabel efisiensi penerangan untuk keadaan baru spesifikasi lampu PL-C 63

64 1. Besarnya Penerangan yang dianjurkan Lux - Tabel Intensitas Penerangan 64

65 2. Jenis Lampu menurut bentuk dan kondisi nya - Tabel konsumsi Daya Lampu 65

66 66

67 3. Tingkat Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan dan Renderasi Warna - Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan dan Renderasi Warna 67

68 68

69 69

70 4. KHA Kabel NYM dan NYY 70

71 - Tabel Standard Daya PLN 71

72 5. Data Sheet MCB 6. Datasheet Lampu TL 72

73 73

74 74

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Besar. [Instalasi Penerangan dan Tenaga Listrik] 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Besar. [Instalasi Penerangan dan Tenaga Listrik] 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi listrik adalah susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu dengan yang lainnya, serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memiliki satu atau sejumlah tujuan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai analisis sistem suplai daya instalasi listrik tenaga. Sehingga, dalam upaya

Lebih terperinci

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik Implementasi Rumah PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik JB. Praharto, 1, Fitrizawati 2, Febri Ariwibowo 1, Fakultas Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Abstract Event of a fire due to electrical

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH 216 217 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) 1 PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) Disusun Oleh : EVARISTUS RATO NIM : 13.104.1011 Program Studi : Teknik Elektro Jurusan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 34 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi listrik milik pelanggan atau yang ada di sisi pelanggan. Definisi umum : 1. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah bertingkat. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA RUMAH DENGAN DAYA LISTRIK BESAR SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA RUMAH DENGAN DAYA LISTRIK BESAR SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA RUMAH DENGAN DAYA LISTRIK BESAR SKRIPSI ISMANSYAH 0706199451 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan DTG1I1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan By Dwi Andi Nurmantris Apakah anda pernah kesetrum? Bahaya Listrik q Bilamana anda bekerja dengan alat bertenaga listrik atau instalasinya terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

Bagian 2 Persyaratan dasar

Bagian 2 Persyaratan dasar Bagian 2 Persyaratan dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan 2.1.1 Umum 2.1.1.1 Persyaratan dalam pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak dan keamanan harta benda dari bahaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dasar teori yang dijadikan landasan dalam pemasangan dan perencanaan intalasi listrik adalah standarisasi dan peraturan dasar teknik instalasi listrik, teknik dan sistem penerangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Sebagai seorang enjinering yang handal ia akan selalu mempertimbangkan mengenai pertumbuhan beban yang akan terjadi dimasa datang didalam perencanaan tenaga listrik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

Jenis Bahan Konduktor

Jenis Bahan Konduktor Jenis Bahan Konduktor Bahan bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Volt Meter 2. Untuk memperbaiki faktor daya/kerja dalam rangkaian lampu TL dapat dipasang... Kapasitor 3.

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Tahanan (resistansi) isolasi dari kabel instalasi listrik merupakan salah satu unsur yang menentukan kualitas instalasi listrik, mengingat fungsi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energi listrik semaksimal dan seefisien

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA KABEL INSTALASI Kabel instalasi merupakan komponen utama instalasi listrik dimana akan mengalirkan tenaga listrik yang akan digunakan pada peralatan listrik. SAKLAR. Saklar

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Dalam suatu bangunan atau gedung terdapat 1 unsur yang tidak kalah pentingnya selain arsitektur dan struktur, yaitu sistem mekanikal dan elektrikal.

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Ashydiq Chenny S 1, Drs., Ir. Moch Dhofir, MT. 2, Ir. Hery Purnomo, MT 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2 Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III PERANCANGAN INSTALASI BAB III PERANCANGAN INSTALASI 3.1 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta maryonoam@yahoo.com http://maryonoam.wordpress.com Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Siswa memahami macam-macam kriteria pemilihan

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK 117 Berdasarkan kondisinya : 1. Mentah, merupakan bahan dasar yang masih perlu diolah untuk dijadikan bahan setengah jadi atau bahan jadi (siap pakai).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya.

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kelistrikan Sistem kelistrikan yang baik dan efisien perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi antara satu sama lainnya sesuai dengan ketentuan yang ada. Didalam

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK. Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK. Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak e SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Terdapat dua risiko utama dalam pemanfaatan energi listrik, yaitu arus kejut listrik dan suhu

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse. 34 BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energy listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal.

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah tinggal. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi penerangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengendalian Proyek Suatu kegiatan pengawasan/monitoring suatu Proyek supaya proyek bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Arus Nominal dan Kapasitas Dalam instalasi listrik faktor keamanan merupakan hal yang paling krusial, untuk itu penggunaan pengaman dalam instalasi listrik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Memperhatikan masalah keamanan baik terhadap peralatan dan pekerjaan, maka diperlukan usaha untuk membuat suatu sistem keamanan yang bisa melindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana ABSTRAK Tahanan pentanahan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000). Jakarta. [2] Mohammad Hasan Basri. 2008. Rancang Bangun Diagram Satu Garis Rencana Sistem

Lebih terperinci

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu : Nama : Setyawan Rizal Nim : 09501244010 Kelas : D PHB (PANEL HUBUNG BAGI) PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI com Mobile :

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI   com Mobile : DASAR INSTALASI LISTRIK Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI email : hasbullahmsee@yahoo. com Mobile :+622291802190 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Sistem penyaluran dan cara pemasangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar MCB MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

Lebih terperinci

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV JENIS GARDU 1. Gardu Portal Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai DISTRIBUSI kontruksi dua tiang atau lebih

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

KETENTUAN PEMASANGAN INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

KETENTUAN PEMASANGAN INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK KETENTUAN PEMASANGAN INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK Pekerjaan pemasangan instalasi listrik di dalam atau di luar bangunan harus memenuhi ketentuan peraturan PUIL 2000, sehingga instalasi aman untuk

Lebih terperinci