BAB I PENDAHULUAN. Tugas Besar. [Instalasi Penerangan dan Tenaga Listrik] 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Tugas Besar. [Instalasi Penerangan dan Tenaga Listrik] 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi listrik adalah susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu dengan yang lainnya, serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memiliki satu atau sejumlah tujuan tertentu. Pada dewasa ini, diperkirakan tidak banyak orang yang ahli dalam bidang listrik, orang hanya mengetahui beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan energi listrik, sehingga disana-sini banyak kita temui listrik sebagai penyebab kebakaran. Untuk mengatasi hal tersebut, selain pelu adanya penjelasan baik dari pemerintah beserta medianya, tokoh masyarakat yang lain kiranya perlu dibuatkan suatu pedoman/peraturan yang cukup ketat. Instalasi listrik adalah saluran listrik termasuk alat-alatnya yang terpasang di dalam dan atau di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik setelah atau di belakang pesawat pembatas/meter milik perusahaan. Energi listrik dari pembangkit sampai ke pemakai / konsumen, listrik disalurkan melalui saluran transmisi dan distribusi yang disebut instalasi penyedia listrik. Sedangkan saluran dari alat pembatas dan pengukur (APP) sampai ke beban disebut instalasi pemanfaatan tenaga listrik. Dalam kehidupan yang semakin maju, listrik menjadi penunjang yang utama bagi kehidupan masa kini. Sebagian besar kehidupan kita, terutama perkotaan dtunjang dengan keberadaan listrik. Ini menunjukkan listrik memegang peranan penting dalam kemajuan kehidupan, baik dari rumah tangga hingga industrial besar. Agar pemakai / konsumen listrik dapat memanfaatkan energi listrik dengan aman, nyaman dan kontinyu, maka di perlukan instalasi listrik yang perencanaan maupun pelaksanaannya memenuhi standar berdasarkan peraturan yang berlaku. Kesalahan dalam merencanakan dan merancang instalasi listrik dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran pada daerah padat penduduk akibat arus hubung singkat. Untuk itu dibentuklah peraturan-peraturan yang menjadi syarat-syarat standar dalam instalasi listrik. Maka karena itulah kami mencoba membuat perencanaan instalasi dalam sebuah gedung berikut. Page 1

2 Adapun peraturan-peraturan yang harus diperhatikan diantaranya adalah : 1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000 SNI ). 2. Undang-undang dan peraturan mengenai keselamatan kerja yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970; 3. Undang-undang No 15 Tahun 1985 tentang ketenga listrikan; 4. Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 6. Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintah darah; 7. Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000 tentang kewenagang Pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daaerah Otonomi; 8. Peraturan pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik; 9. Peraturan pemerintah No 51 Tahun 1993 tentang analisa dampak lingkungan; 10. Peraturan pemerintah No 25 Tahun 1995 tentang usaha penunjang Tenaga Listrik; 11. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No 01.P//M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan; 12. Peraturan Menteri Pertambangan dan energi No 02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, sertifikasi dan Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi. Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga untuk rumah/gedung terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang sudah dibuat oleh perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya akan dipasang. Selain itu juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pemilik bangunan/rumah, dan syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang harus dipenuhi dari yang berwajib ialah yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat. Syarat-syarat pekerjaan instalasi rumah /gedung : 1. Gambar situasi untuk menyatakan letak bangunan, dimanainstalasinya akan dipasang serta rencana penyambungannya dengan jaringan PLN. 2. Gambar instalasi Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang dan sarana pelayanannya, misalnya titik lampu, saklar dan kotak kontak, panel hubung bagi, data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang. Page 2

3 3. Rekapitulasi Rekapitulasi atau perhitungan jumlah dari komponen yang diperlukan antara lain : - Rekapitulasi material dan harga - Rekapitulasi daya atau skema bagan arusnya - Rekapitulasi tenaga dan biaya Tujuan Dari Peraturan-Peraturan Adalah Sebagai Berikut: 1. Supaya aman bagi manusia, hewan atau barang (terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus), keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik. 2. Adanya kesatuan atau keseragaman 3. Sebagai tuntunan pemakai energi listrik secara efisien. Pelanggaran pada pelaksanaan instalasi listrik dapat dikenakan sanksi. Peraturan atau pedoman tersebut di Indonesia dinamakan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Pada pemasangan instalasi listrik sebenarnya kebakaran akibat listrik kecil sekali kemungkinannya, mengingat didalam tujuan diadakannya peraturan adalah aman, baik bagi manusia, hewan dan barang. Untuk itu perlu dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan pemasangan instalasi listrik untuk bangunan besar adalah sebagai berikut: 1. Direncanakan oleh konsultan perencana 2. Diperiksa oleh pemilik bangunan 3. Diperiksa oleh pemerintah (cipta karya dept PU) 4. Diperiksa oleh pemborong atau instalatir 5. Dipasang oleh instalatir dan diawasi oleh pengawas lapangan konsultan pengawas dan pemilik bangunan (sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi yang bersangkutan harus memeriksa gambar instalasi yang akan dipasang ke PLN bagi bangunan yang akan mendapat suplai listrik dari jaringan PLN) 6. Setelah selesai pemasangan instalasi, instalatir yang bersangkutan harus mengetes instalasi yang telah dikerjakan, listrik baru dimasukan bila instalasi baik. Page 3

4 Selain hal tersebut diatas kiranya perlu ditengahkan disini bahwa apabila terjadi kebakaran pada bangunan tersebut karena listrik, padahal instalasi belum 5 tahun serta belum ada perubahan instalasi listriknya, maka instalatir pelaksana harus bertanggung jawab terhadap kebakaran yang terjadi. Sehingga instalatir pelaksana harus betul-betul berhati-hati dalam melaksanakan pekrjaannya. Instalasi penerangan listrik adalah instalasi listrik yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari sumbernya kebeban listrik atau peralatan listrik. Pada beban listrik, energi listrik yang berasal dari sumbernya tersebut melalui instalasi listrik diubah menjadi cahaya pada beban lampu. Page 4

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik. Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2000 dan peraturan yang terkait dalam dokumen seperti UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, Peraturan pemerintah NO 51 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga listrik dan peraturan lainnya. 2.2 Ketentuan Umum Perancangan Instalasi Listrik Rancangan suatu system instalasi listrik harus memenuhi ketentuan peraturan umum instalasi listrik (PUIL) dan peraturan lain seperti : a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja beserta peraturan pelaksanaanya. b. Undang undang nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hiduo c. Undang undangan nomor 15 tahun 2002 tentang ketenagalistikan Dalam perancangan system instalasi listrik harus diperhatikan tentang keselamatan manusia, makhluk hidup lain dan keamanan harta benda dari bahaya dan kerusakan yang bias ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik. Selain itu, berfungsinya instalasi listrik harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan maksud penggunaannya. 2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat digunakan secara optimum, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut ialah sebagai berikut : Page 5

6 1. Keandalan Artinya, seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut haruslah handal dan baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya. Keandalan juga berkaitan dengan sesuai tidaknya pemakaian pengaman jika terjadi gangguan, contohnya bila terjadi suatu kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki agar gangguan yang terjadi dapat diatasi. 2. Ketercapaian Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relative mudah dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik tidak susah untuk di operasikan sebagai contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Ketersediaan Artinya kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa daya, peralatanmaupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada perluasan instalasi tidak menggangu system instalasi yang sudah ada. Tetapi kita hanya menghubungkannya pada sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman. 4. Keindahan Artinya dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi harus ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapid an indah serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku. 5. Keamanan Artinya, harus mempertimbangkan factor keamanan dari suatu instalasi listrik, baik keamanan terhadap manusia bangunan atau harta benda makhluk hidup lain dan peralatan itu sendiri. 6. Ekonomis Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dengan teliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan dpat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal diatas. Page 6

7 2.4 Pengaruh Lingkungan Pengaruh pada lingkungan kerja peralatan instalasi listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan normal dan lingkungan tidak normal. Lingkungan tidak normal dapat menimbulkan gangguan pada instalasi listrik yang normal. Untuk itu jika suatu instalasi atau bagian dari suatu instalasi berada pada lokasi yang pengaruh luar yang tidak diimbangi dengan peralatan yang memadai akan menyebabkan rusaknya peralatan dan dapat membahayakan manusia. Demikian juga pengaruh kondisi tempat akan dipasangnya suatu instalasi listrik, misalnya dalam suatu industry apakah penghantar tersebut harus ditanam atau dimasukkan jalur penghantar untuk menghindari tekanan mekanis. Oleh Karena itu pada pemasanganpemasangan instalasi listrik hendaknya mempunyai rencana perhitungan dan analisa yang tepat. 2.5 Penghantar Komponen-komponen perancangan instalasi listrik ialah bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu system sebagai rangkaian control maupun rangkaian daya. Dimana rangkaian control dan rangkaian daya ini dirancang untuk menjalankan fungsi system sesuai dengan deskripsi kerja Jenis penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus dari satu titik ke titik lainnya. Penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat penghantar. Kabel ialah penghantar yang dilindungi dengan isolasi dan keseluruhan inti dilengkapi dengan selubung pelindung bersama, contohnya ialah kabel NYM.NYA dan sebagainya. Sedangkan kawat penghantar ialah penghantar yang tidak diberi isolasi contohnya ialah BC (Bare conductor), penghantar berlubang (hollow conductor), ACSR ( Alumunium conductor steel reinforced), dsb. Page 7

8 Secara garis besar, penghantar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : - Penghantar berisolasi - Penghantar tanpa isolasi a. Penghantar berisolasi Penghantar berisolasi dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Batasan kawat berisolasi adalah rakitan penghantar tunggal, baik serabut maupun pejal yang diisolas, contoh kawat berisolasi ; - NYA - NYAF Batasan kabel ialah rakitan satu penghantar atau lebih, baik itu penghantar serabut ataupun pejal masing-masing diisolasi dan keseluruhannya diselubungi pelindung bersama. Contoh kabel : NYM-04 x 2 mm 2,300/500 V Artinya kabel 4 inti tanpa penghantar (hijau = kuning) berpenghantar tembaga masingmasing luas penampangnya 2 mm 2 berbentuk bulat, pelindung dalam dan selubung luar PVC tegangan nominal penghantar fasa-netral 300V, dan tegangan fasa-fasa 500 V. b. Penghantar Tanpa Isolasi hantaran tak berisolasi mrupakan penghantar yang tidak dilapisi oleh isolator, contoh penghantar tidak berisloasi BC (Bare Conductor) jenis-jenis isolasi yang dipakai pada penghantar listrik meliputi isolasi dari PVC (Poly Vinil Clorida) Jenis Kabel Dilihat dari jenisnya, penghantar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Kabel Instalasi Kabel instalasi biasa digunakan pada instalasi penerangan jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetap ialah NYA dan NYM. Pada penggunaanya kabel NYA menggunakan pipa untuk melindungi secara mekanis ataupun melindungi dari air dan kelembaban yang dapat merusak kabel tersebut. Page 8

9 Gambar 2.1 konstruksi kabel NYA Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini pada umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal, sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruksi kabel NYM terlihat pada gambar 2.2 b. Kabel Tanah kabel tanah terbagi menjadi dua yaitu : Gambar 2.2 Konstruksi kabel NYM Page 9

10 1. Kabel Tanah Thermoplastic Tanpa Perisai Kabel tanah thermoplastic tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industry. Kabel ini juga ditanam dalam tanah dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda. 2. Kabel tanah thermoplastic berperisai Kabel tanah thermoplastic berperisai seperti NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan secara mekanis. Gambar 2.3 Konstruksi Kabel NYY c. Kabel fleksibel Kabel fleksibel biasanya digunakan untuk peralatan yang sifatnya tidak tetap atau berpindah-pindah dan ditempat kemungkinan adanya gangguan mekanis atau getaran dengan peralatan yang harus tahan terhadap tarikan dan gesekan Pemilihan penghantar Dalam pemilihan jenis penghantar yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan luas penghantar yang akan dipakai dalam instalasi tersebut ditentukan berdasarkan 6 pertimbangan : Page 10

11 1. Kemampuan hantar arus Untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan maka harus ditentukan berdasarkan atas arus yang melewati penghantar tersebut. Arus nominal yang melewati suatu penghantar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Untuk arus searah DC ( )[ ] Untuk arus bolak-balik satu fasa ( )[ ] Untuk arus bolak-balik tiga fasa Dimana : ( ) ( ) ( ) ( ) ( )[ ] Kemampuan hantar arus yang dipakai dalam pemilihan penghantar adalah 1,25 kali dari arus nominal yang melewati penghantar tersebut. Apabila kemampuan hantar arus susah diketahui maka tinggal menyesuaikan dengan table untuk mencari luas penampang yang diperlukan. Page 11

12 2. Drop Tegangan (Susut Tegangan) Susut tegangan antara PHB utama dan setiap titik beban, tidak boleh lebih dari 5% dari tegangan di PHB utama. Adapun pembagian penentuan drop tegangan pada suatu penghantar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis : - Untuk arus searah - Untuk arus bolak-balik satu fasa - Untuk arus bolak balik tiga fasa Rugi tegangan biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%) dalam tegangan kerjanya yaitu : Besarnya rugi tegangan (%) yang diijinkan adalah ( ) ( )[ ] Table 2.1 Rugi Tegangan ( ) Penggunaan Jaringan 0,5 Dari jala-jala ke KWH meter 1,5 Dari KWH meter ke rangkaian penerangan 3,0 Dari KWH meter ke motor atau rangkaian daya Untuk menentukan rugi tegangan berdasarkan luas penampang dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Untuk arus searah, penampang minimum : ( )[ ] Page 12

13 Untuk arus bolak-balik satu fasa penampang minimum ( ) ( )[ ] Untuk arus bolak balik tiga fasa penampang minimum ( ) ( )[ ] ( ) ( ) ( ) 3. Kondisi suhu Setiap penghantar memiliki suatu resistansi (R), jika penghantar tersebut dialiri oleh arus maka terjadi rugi-rugi I 2.R,yang kemudian rugi-rugi tersebut berubah menjadi panas, jika dialiri dalam waktu t detik maka panas yang terjadi adalah I 2.R t, jika dialiri dalam waktu yang cukup lama maka ada kemungkinan terjadinya kerusakan pada penghantar tersebut. Oleh Karena itu dalam pemilihan penghantar factor koreksi juga diperhitungkan 4. Kondisi Lingkungan di dalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi dan tempat penghantar tersebut akan ditempatkan atau di pasang. Apakah penghantar tersebut akan di tanam di dalam tanah atau di udara. 5. Kekuatan Mekanis Penentuan luas penampang penghantar kabel juga harus diperhitungkan apakah kemungkinan adanya tekanan mekanis ditempat pemasangan kabel itu besar atau tidak, dengan demikian dapat diperkirakan besar kekuatan mekanis yang mungkin terjadi pada kabel tersebut. Page 13

14 6. Kemungkinan Perluasan Setiap instalasi dirancang dan di pasang dengan perkirakan adanya penambahan beban di masa yang akan datang oleh Karena itu luas penampang penghantar harus dipilih lebih besar minimal satu tingkat diatas luas penampang sebenarnya, tujuannya adalah jika dilakukan penambahan beban maka penghantar tersebut masih mencukupi dan susut tegangan yang terjadi akan kecil. 2.6 Pengaman Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun arus hubung singkat. Fungsi dari pengaman dalam distribusi tenaga listrik adalah : 1) Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik untuk alasan keamanan 2) Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi operasi normal untuk tujuan operasi dan perawatan 3) Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi Mini Circuit Breaker (MCB) Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermos dan elektromagnetis, pengaman thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. MCB dalam kerjanya membatasi arus lebih menggunakan gerakkan dwi logam untuk memutuskan rangkaian. Dwilogam ini akan bekerja dari panas yang diterima oleh Karena energy listrik yang timbul. Pemutusan thermal terjadi pada saat terjadi gangguan arus lebih pada rangkaian secara terus menerus. Cara kerjanya dalah sebagai berikut : Page 14

15 Bimetal Blade (1) akan melengkung akibat pemanasan oleh arus lebih secara kontinyu pada elemen dwi logam ini. Bengkokkan itu akan menggerakkan Trip Lever (2) sampai Release Pawl (3) berubah posisi sehingga Moving Contact Arm (4) membuka memutuskan rangkaian dengan bantuan Release Spring (5) Gambar 2.4 Bagian- Bagian MCB 1 fasa Keterangan gambar : 1. batang bimetal 2. batang penekan 3. tuas pemutus kontak 4. lengan kontak yang bergerak 5. pegas penarik kontak 6. trip koil 7. batang pendorng 8. batang penerik kontak 9. kontak tetap 10. kisi pemadam busur api 11. plat penahan dan penyalur busur api MCB dibuat hanya memilik satu kutub untuk pengaman 1 fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus. Page 15

16 2.6.2 MCCB MCCB merupakan sebuah pemutus tenaga yang memiliki fungsi sama dengan MCB, yaitu mengamankan peralatan dan instalasi listrik saat terjadi hubung singkat dan embatasi kenaikan arus Karena kenaikan beban. Hanya saja yang membedakan MCCB dengan MCB adalah casingnya, dimana untuk MCB tiga phasa memiliki chasing dari tiga buah MCB satu phasa yang dikopel secara mekanis sementara MCCB memiliki tiga buah terminal phasa dalam satu casing yang sama. Itulah sebabnya MCCB dikenal sebagai Molded Case Circuit Breaker ELCB Earth Leakage Circuit Breaker merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan arus bocor yang dirasakannya dengan memutuskan rangkaian dari sumber. Arus bocor sendiri ada yang langsung mengalir ke bumi dan ada juga arus bocor yang mengalir ke tubuh mahluk hidup yang menyentuh badan peralatan yang mengalami kegagalan isolasi. Dari konstruksinya, sakelar ini terdiri dari sebuah mekanik pemutus, penghantar fasa, inti trafo arus seimbang dan penghantar netral. Gambar 2.6 sakelar arus bocor Pada keadaan normal inti transformator akan mendapati jumlah arus yang dilingkarinya akan sama dengan nol. Namun ketika terjadi kegagalan isolasi yang menyebabkan mengalirnya arus bocor ke tanah mka inti transformator akan merasakan adanya keadaan yang tidak Page 16

17 seimbang sehingga pada inti transformator itu akan timbul medan magnet yang akan membangkitkan tegangan pada kumparan sekundernya. Arus jatuh nominal (If) dari sakelar merupakan arus diferensial terkecil yang dapat menyebabkan sakelar ini bekerja. Dengan persyaratan bahwa tegangan sentuh yang diketanahkan tidak boleh melebihi 50 V ke tanah dan syarat untuk tahanan dari lingkaran arus pentanahannya sebesar : ( )[ ] Salah satu jenis sakelar arus bocor yang sering dipakai adalah ELCB dengan arus jatuh nominal 30 ma. Sakelar ini cukup aman karena akan bekerja ketika merasakan adanya arus bocor sebesar 30 ma, dan kita tahu bahwa arus dibawah 50 ma jika dirasakan oleh tubuh masih dapat ditanggung tanpa menimbulkan gejala-gejala berbahaya. Grafik 2.7 Karakteristik Kerja ELCB Dalam grafik - Daerah c yang diarsir adalah daerah pemutusan dari sakelar arus bocor dengan I fn = 30 ma ; - Daerah I dibawah garis b adalah daerah, dimana irama denyut jantung dan susunan syaraf tidak dipengaruhi; Page 17

18 - Daerah II antara garis-garis b dan a adalah daerah, dimana pengaruh arus masih dapat ditahan. Diatas kira-kira 50 Ma korban akan pingsan; - Daerah III diatas garis a adalah daerah berbahaya yang dapat menyebabkan kematian ; korban akan pingsan dan kamar-kamar jantungnya akan mengalami fibrilasi. Gambar 2.8 Kegagalan isolasi Pada toroida terpasang kumparan yang berfungsi merasakan gangguan berupa adanya keseimbangan antara arus line (I L ) dan arus netral (I N ), dimana hubungan ini dapat dijelaskan dengan ketentuan : I L + I N = 0 (2.9) [8] Pada kasus kegagalan isolasi arus bocor mengalir menuju sumber tidak melalui penghantar netral tetapi melalui pentanahan peralatan atau tubuh mahluk hidup yang menyentuhnya, sehingga arus yang mengalir melalui penghantar netral tidak sama besarnya dengan arus yang mengalir pada penghantar phasa, persamaan matematis dari ketiga arus ini menjadi : I L + I N = I f (2.10) [8] Sementara saat terjadi kasus hubung singkat, kenaikan arus hubung singkat begitu besar, tetapi besar arus I L dan I N sama besar yaitu sebesar arus hubung singkatnya, sehingga tripping coil ELCB tidak merasakan adanya perbedaan dan tidak akan melakukan tindakan pemutusan rangkaian. Untuk itulah pada pengaman jaringan listrik, ELCB harus dilengkapi dengan pengaman hubung singkat untuk mengamankan system dari gangguan hubung singkat. Untuk mengetahui berapa besar arus gangguan yang dirasakan tubuh, dapat digunakan perhitungan dengan rumus : Page 18

19 ( ) ( )[ ] Dimana : If = Arus gangguan (A) Vs = Tegangan sumber (V) Rb = Tahanan tubuh (ohm) Sehingga apabila dari perhitungan didapat arus gangguan diatas nilai 30 ma, maka ELCB akan bekerja memutus rangkaian, dan arus sebesar terhitung belum sempat membahayakan tubuh. 2.7 Penerangan Pengetahuan Instalasi Listrik - Instalasi listrik 1. Instalasi Daya : rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada kebutuhan daya, misalnya : trafo distribusi, motor listrik, AC dan lainnya. 2. Instalasi Penerangan : rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada beban-beban penerangan. Berdasarkan keserasian kerja 1. Menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan akibat trgangan sentuh dan kejutan arus yang dapat mengancam keselamatan manusia. 2. Untuk menciptakan suatu system instlasi yang dpat diandalkan tingkat keamanannya. 3. Untuk menghindari kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan akibat kebakaran yang disebabkan oleh kegagalan suatu perancangan. Berdasarkan perencanaan, ketentuan yang diperlukan. 1. Penggunaan warna isolasi penghantar untuk arus bolak-balik Page 19

20 Fasa 1 (R) berwarna merah Fasa 2 (S) berwarna kuning Fasa 3 (T) berwarna hitam Netral (N) berwarna biru Pentanahan (PE) berwarna hijau loreng kuning 2. Kotak kontak harus dipasang pada dinding/ tembok kurang lebih 1,2 m diatas permukaan lantai. 3. Saklar (pelayanan) harus dipasang pada dinding / tembok sekurang kurangnya 1,2 m diatas permukaan lantai. Hal ini sesuai dengan semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang kurangnya sama dengan arus hubung singkat yang dapat terjadi pada system instalasi tersebut Perhitungan Penerangan data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan, diantaranya : 1. dimensi ruang 2. warna dinding dan lantai 3. kegunaan ruangan 4. system penerangan yang dikehendaki 5. penyusunan dan kondisi permukaan 6. kondisi kerja, temperature, kelembaban dan sebagainya Pemilihan Armature Penyebaran cahaya dari suatu cahaya bergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan armatur yang digunakan. Sebagian besar cahaya yang direspon mata tidak langsung di sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan atau melalui benda yang tembus cahaya. Untuk penerangan, secara garis besar penyebaran cahaya ada tiga macam yaitu: 1. Penerangan Langsung 2. Penerangan Tidak Langsung Page 20

21 3. Penerangan Campuran Jika kita berada dalam suatu ruang yang ada sumber cahaya dari sebuah lampu, maka ada dua sumber cahaya, yaitu sumber cahaya primer yang berasal dari lampu tersebut dan sumber cahaya sekunder yang merupakan pantulan dari fiting lampu tersebut. Dari dinding-dinding di sekitar ruangan, gambar 2.51 (a) menunjukkan empat jenis kemungkinan pemantulan yang dapat terjadi dari lapisan penutup armatur yang berbeda. Sedangkan gambar 2.51 (b) menunjukkan berbagai macam armatur. dari data-data diatas dapat dipilih sumber penerangan dan bentuk armature yang sesuai, meliputi : bentuk, tingkat pengamananya dan komponen-komponen sebelum menghitung jumlah lampu yang dibutuhkan, perlu diperhitungkan juga kemungkinan terbaik untuk pengaturan armature. Page 21

22 2.7.4 Konsep Dan Satuan Penerangan dalam system penerangan terdapat beberapa konsep dan satuan penerangan yang digunakan untuk penentuan banyak dan kekuatan cahaya yang dibutuhkan.satuansatuan dari instalasi penerangan tersebut anatara lain : Fluksi cahaya Ialah suatu sumber cahaya yang memancarkan sinar ke segala arah yang berbentuk garis-garis cahaya. Satuan yang dipakai untuk fluksi cahaya ialah lumen. Intensitas cahaya Ialah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Satuan yng digunakan adalah candela. Iluminasi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Page 22

23 2.7.5 Penentuan Jumlah Dan Kekuatan Lampu factor-faktor yang mempengaruhi penentuan jumlah titik cahaya pada suatu ruangan : 1. macam penggunaan ruangan (fungsi ruangan), setiap macam penggunaan ruangan mempunyai kebutuhan kuat penerangan yang berbeda-beda. 2. Ukuran ruangan, semakin besar ukuran ruangan maka semakin besar pula kuat penerangan yang dibutuhkan. 3. Keadaan dinding dan langit-langit (factor refleksi), berdasarkan warna cat dari dinding dan langit-langit pada ruangan tersebut memantulkan ataukah menyerap cahaya. 4. Macam jenis lampu dan armature yang dipakai, tiap-tiap lampu dan armature memiliki konstruksi dan karakteristik yang berbeda. Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga ruangan tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan tersebut menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengaruh dari penerangan tidak membuat cepat lelah mata. Disamping itu harus diperhitungkan juga hal hal berikut : 1. Effisiensi Armatur (v) Effisiensi sebuah armature ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan. Dalam effisiensi penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya. V = ( )[ ] 2. Faktor-faktor refleksi Factor-faktor refleksi dinding (rw) dan factor refleksi (rp) masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit yang mencapai bidang kerja. Page 23

24 Pengaruh dinding dan langit-langit pada system penerangan langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada system-sitem penerangan lain, sebab cahaya yang jatuh pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya. 3. Indeks ruang atau indeks bentuk (k) ( ) ( )[ ] Keterangan : P = panjang ruangan (meter) L = lebar ruangan (meter) H = jarak atau tinggi armature terhadap bidang kerja (meter) 4. Factor penyusutan / depresiasi (kd) ( )[ ] Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai efisiensi yang didapat dari table harus dikalikan dengan factor penyusutan. Factor penyusutan ini dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu: - Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu) - Pengotoran sedang / biasa - Pengotoran berat (daerah banyak debu) Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka factor depresi yang digunakan 0,8 Page 24

25 5. Bidang kerja dan efisiensi Intensitas penerangan harus ditentukan dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Bidang kerja umumnya diambil 0,8 cm diatas lantai. 6. Factor unility ( )[ ] Keterangan : N = jumlah lampu E = illuminasi penerangan yang dibtuhkan ruangan (Iux) A = luas ruangan F = fluks cahaya yang dikeluarkan oleh lampu (lumen) effisiensi armature (%) Kd = factor depresiasi Kp = factor utility (lampiran 4) Lampu Penerangan Prinsip Kerja lampu pijar mengeluarkan cahaya berdasarkan prinsip pemijaran sehingga lampu ini dapat di atur secara mudah dengan menggunakan tahanan geser. Oleh Karena prinsip inilah maka lampu ini dinamakan lampu pijar (incandescen lamp). Umur lampu ini biasanya cukup pendek (hanya sekitar 1000 jam). Konstruksi lampu ini sangat sederhana sehingga harga dari lampu ini cukup muraj dibandingkan dengan lampu jenis lain. Lampu pijar yang sering digunakan untuk penerangan pada umumnya terdiri dari dua macam : Lampu GLS (general Lighting service) Lampu pijar jenis ini sering digunakan untuk penerangan yang umum (general lighting) contohnya : untuk penerangan ruang tamu, penerangan kamar tidur dan lain-lain. Lampu reflector (reflector lamps) Page 25

26 Lampu pijar jenis ini sering digunakan untuk penerangan sorot (spotlighting), contohnya ; penerangan panggung (stage lighting), penerangan studio dan lainlain. Penggunaan Untuk penerangan yang membutuhkan variasi armature dan warna sehingga memebri suasana lebih menarik dan indah misalnya : - ruang pertemuan/ tamu - dekorasi - reklame - pameran, dan lain-lain 2.8 Perbaikan factor daya Semua lampu tabung yang menggunakan ballast berupa reactor atau transformator akan mengakibatkan terjadinya komponen arus tidak berwatt, atau disebut daya reaktif (VAR) dalam rangkaian. Semakin besar daya reaktif yang terjadi mengakibatkan semakin rendahnya factor daya (cos ) lampu. Factor daya diartikan sebagai perbandingan arus yang dibutuhkan untuk kerja nyata (W) terhadap arus total yang disuplai (VA). Atau dengan kata lain, bahwa factor daya ilah perbandingan daya nyata (W) dengan daya semu (VA). Cos = ( )[ ] Diagram segitiga daya : Gambar 2.12 Diagram Segitiga Daya Page 26

27 2.9 Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) PHB harus mempunyai persyaratan yeng meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk semua jenis PHB, baik tertutup maupun terbuka dan pasangan dalam maupun luar Penataan PHB PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga rapid an teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa, sehingga pemeliharaan dan pelayanannya mudah, aman dan mudah dicapai. Seperti instrument ukur, tombol dan saklar harus dapat dilayani dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga Konstruksi PHB konstruksi PHB ada dua jenis, yaitu yang berada di dalam ruangan dan yang berada di luar ruangan. Sehingga konstruksi PHB harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Syarat PHB untuk pemasangan didalam ruangan a.) Rangka, rumah dan bagian konstruksi PHB tertutup harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan lembab dan kokoh. b.) PHB tertutup pasangan dlam harus dibuat dengan konstruksi yang diperkuat. Sehingga tahan terhadap gangguan mekanis. 2. Syarat PHB untuk pemasangan diluar ruangan a.) Selungkup harus kokoh dan dibuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dan lubang ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga binatang dan benda kecil serta air yang jatuh tidak masuk kedalamnya, b.) Semua komponen harus dipasang dibagian dalam, sehingga hanya dapat dilayani dengan membuka tutup yang terkunci. c.) Pintu atau penutup PHB yang terbuat dari logam harus diamankan dengan jalan membumikannya melalui penghantar fleksibel. d.) Bila pintu PHB dibuat dari bahan isolasi, instrument ukur dengan BKT yang terpasang pada pintu tersebut harus dihubungkan dengan penghantar proteksi PHB. Page 27

28 Syarat-Syarat Dari PHB Sesuai Dengan PUIL Pentanahan 1. PHB untuk pemasangan diluar harus dipasang ditempat yang cukup tinggi sehingga tidak akan terendam pada saat banjir. 2. Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus menggunakan terminal, sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman. 3. Disekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman. 4. Untuk memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan sirkit PHB yang mudah dilihat. 5. Instrument ukur dan indicator yang dipasang pada PHB harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk tentang besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang ditunjukkan. Pembumian atau pentanahan adalah hubungan listrik yang sengaja dilakukan dari beberapa bagian instalasi listrik ke system pentanahan. Penghantar tanpa isolasi yang ditanam didalam didalam tanah dianggap sebagai bagian dari elektroda pentanahan dan harus memenuhi ketentuan PUIL Bagian-bagian dari peralatan listrik harus ditabahkan, untuk membatasi tegangan sentuh, yaitu tegangan yang timbul pada bagian peralatan selama terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sehingga menghindari bahaya terhadap manusia. Dan pada pentanahan body system bertujuan untuk memperkecil terjadinya tegangan sentuh dan atau tegangan langkah. Yang dimaksud dengan tegangan sentuh ialah beda tegangan sentuh ialah beda tegangan antara logam yang dihubungkan dengan system pentanahan dengan suatu titik dipermukaan tanah sejauh jangkauan orang normal berdiri dari logam tersebut. Sedangkan tegangan langkah ialah tegangan antara 2 titik pada permukaan tanah disekeliling elektroda pentanahan dimana jarak kedua titik sejauh langkah orang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat system pentanahan yang baik, yaitu : - Tanah Salah satu yang menentukan besarnya hambatan pentanahan R G adalah hambatan jenis tanahnya. Semakin kecil hambatan tanah R earth maka hambatan system pentanahan akan semakin kecil yang berarti semakin baik. Page 28

29 Berdasarkan PUIL 2000, nilai tahanan jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis tanahnya. Table 2.4 resistansi jenis tanah Jenis tanah Resistansi jenis (ohm-m) Tanah rawa Tanah liat dan tanah ladang Pasir basah Kerikil basah Pasir dan kerikil kering Tanah berbatu Table 2.5 hambatan tanah dari beberapa jenis tanah JENIS TANAH HAMBATAN TANAH (ohm) pasir >0 Tanah berpasir 300 Tanah liat 100 Tanah lempung 60 Tanah hitam 50 Tanah gemuk (peat) 20 Tanah tepian sungai >0dan<50 Sumber : pengukuran besaran listrik, oleh : Rudy setiabudy Tujuan pentanahan peralatan : - Agar jika terjadi kegagalan isolasi maka tegangan sentuh yang tinggi dapat dicegah dan pengaman segera bekerja. - Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai suatu harga yang aman. - Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi orang disekitarnya Sistem Pentanahan/ Pembumian System pentanahan rumah mewah ini menggunakan system TT. Jadi system TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung. BKT instalasi dihubungkan ke elektroda bumi yang secara listrik terpisah dari elektroda bumi system instalasi listrik Gambar 2.13 Sistem IT Page 29

30 Jenis elektroda pentanahan Jenis elektroda pentanahan ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kotak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi. Sebagai bahan elektroda digunakan tembaga, atau baja yang digalvanisasi atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain. Macam-macam bentuk elektroda pentanahan. Pada dasarnya bentuk pentanahn dapat dilakukan dengan : - Elektroda batang - Elektroda strip - Eektroda plat Elektroda pentanahan Untuk menentukan diameter (d) elektroda pentanahan dapat dihitung : ( ) ( )[ ] Dimana : ( ) ( ) Panjang elektroda yang ditanam (m) ( ) Page 30

31 2.12 PENENTUAN KAPASITAS PENGAMAN Cara penentuan pengaman pada instalasi penerangan setiap rangkaian akhir sebagai berikut : ( ) ( ) Dalam hal ini teganga system adalah satu fasa maka besarnya 220 V. Kapasitas pengaman rangkaian induk (untuk 3 fasa) di hitung sebagai berikut : ( ) 3 380V ( ) Beban total seluruh fasa ( VA) Beban total seluruh fasa dalam hal ini diperhitungkan beban cadangan. Page 31

32 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Iluminasi Tiap Ruangan yang dibutuhkan 1. Menghitung Penerangan Gedung 1 a. Hall Ukuran ruang : Luas (L) = 58,32 m 2 Panjang (P) = 5,4 m Lebar ( l ) = 12 m 1. Untuk ruangan ini direncanakan menggunakan armatur langit-langit dengan jenis lampu 2 x TL watt. 2. Faktor Refleksi Faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan. Warna putih dan sangat muda : 0,7 Warna muda : 0,5 Warna sedang : 0,3 Warna gelap : 0,1 Untuk ruangan ini ditentukan r p = 0,7 ; r w = 0,5 ; r m = 0,1 3. Tinggi penerangan Karena lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerja berada kira-kira 1 m diatas lantai, maka: h = = 6 m 4. Indeks Ruangan K ( ) K = ( ) Efisiensi penerangan Page 32

33 Dapat dilihat dari perhitungan berikut ; k 1 = 0,6 ; η 1 = 0,25 k 2 =0,8 ; η 2 = 0,32 Jadi efisiensi penerangangannnya adlah: η η ( η η ) η ( ) η 0,257 η = 25,7 % 5. Fluks cahaya yang diperlukan Intesitas penerangan yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan table 1 no.6 untuk penerangan ruangan ini digunakan nilai intensitas (E) = 200 lux dan faktor depresi (d) = 0,8 (lihat table 4), untuk pemakaian baru. Φ 0 = ( ) ( ) η Φ 0 = 6. Jumlah lampu atau armatur n Fluks cahaya lampu atau armatur dapat di lihat dari buku katalog. Untuk lampu TL watt memberi lumen sehingga TL 2 x watt = 4600 lm. Sehingga jumlah tittik lampu dapat di cari : = = 12, titik lampu Page 33

34 Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : No Ruang Ukuran Ruang A (m 2) P (m) L (m) 1 Koridor R. Brefing Office Hall R. Meteorologi R. Manager Operasional Asman Keselamatan Bandara Asman Pelayanan Bandara Asman ops. Lalu lintas penerbangan Asman Elektronika Jenis Lampu Faktor Refleksi rp rw rm h (m) k η (%) E d φo (lm) Lumen titik lampu Daya lampu 2xTL Page 34 Daya yang digunakan untuk lampu 2xTL

35 dan listrik 10 R. Simulator R. Instruktur AFTN R. Elektrnonika R. Mekanikal R. Listrik R. UPS/ Listrik R. Battery R. Peralatan App ± 0.00 R. Peralatan App Control R. Staff Operasional LLU PL-C 18 PL-C 18 PL-C Page 35

36 21 R. Meeting Toilet Wanita Toilet Pria Pantry R. Rest VHS/ TX R. Tellman Equipment mushola Salasar Salasar selasar PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C Page 36

37 32 Hall , , Jumlah Page 37

38 2. Menghitung Penerangan Gedung 2 b. Ruang General Manager Ukuran ruang : Luas (L) = 69,12 m 2 Panjang (P) = 9,6 m Lebar ( l ) = 7,2 m 1. Untuk ruangan ini direncanakan menggunakan armatur langit-langit dengan jenis lampu watt. 2. Faktor Refleksi Faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan. Warna putih dan sangat muda : 0,7 Warna muda : 0,5 Warna sedang : 0,3 Warna gelap : 0,1 Untuk ruangan ini ditentukan r p = 0,7 ; r w = 0,5 ; r m = 0,1 3. Tinggi penerangan Karena lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerja berada kira-kira 1 m diatas lantai, maka: h = 4-0,8 = 3,2 m 4. Indeks Ruangan K ( ) K = ( ) Efisiensi penerangan Dapat dilihat dari perhitungan berikut ; k 1 = 1,2 ; η 1 = 0,42 k 2 =1,5 ; η 2 = 0,47 Jadi efisiensi penerangangannnya adlah: η η ( η η ) η ( ) Page 38

39 η 0,43 5. Fluks cahaya yang diperlukan Intesitas penerangan yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan table 1 no.6 untuk penerangan ruangan ini digunakan nilai intensitas (E) = 250 lux dan faktor depresi (d) = 0,8 (lihat table 4), untuk pemakaian baru. Φ 0 = ( ) ( ) η Φ 0 = 6. Jumlah lampu atau armatur n Fluks cahaya lampu atau armatur dapat di lihat dari buku katalog. Untuk lampu TL watt memberi lumen sehingga TL 2 x watt = 4600 lm. Sehingga jumlah tittik lampu dapat di cari : = = 10, titik lampu Page 39

40 No 1 Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Ruang R. General Manager Ukuran Ruang Faktor Refleksi A (m 2) P (m) L (m) Jenis Lampu rp rw rm R. Rapat Kecil Entrance R.Rapat besar R.Sekretarist R.tunggu Lobby R. ME R. fotocopy PL-C 18 PL-C 18 h (m) k η (%) E d φo (lm) Lumen titik lampu Daya lampu 2xTL Page Daya yang digunakan untuk lampu 2xTL

41 10 R.PABX R. Manager ASMAN Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha R.Tamu I R. Tamu II R. foto R. staff Operasional Bandara 1 R. staff Operasional Bandara R. Manager ASMAN Pelayanan PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C Page 41

42 Bandara ASMAN operasi lalu lintas ASMAN Keselamatan Keamanan Bangunan Rest Room dan R. pantry Toilet Pria Toilet Wanita Mushola R. staff Personalia R. Tamu III Kasir Staff keuangan umum R.manager III PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C Page 42

43 32 ASMAN Teknik Elektronika Listrik Teknik Umum ASMAN teknik Peralatan R. file Pantry Toilet Shower Staff keuangan umum PL-C 18 PL-C 18 PL-C 18 PL-C JUMLAH Page 43

44 3. Menghitung Penerangan Gedung 3 c. Equipment, Forcaster dan Obseration Room Ukuran ruang : Luas (L) = 48 m 2 Panjang (P) = 8 m Lebar ( l ) = 6 m 1. Untuk ruangan ini direncanakan menggunakan armatur langit-langit dengan jenis lampu watt. 2. Faktor Refleksi Faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan. Warna putih dan sangat muda : 0,7 Warna muda : 0,5 Warna sedang : 0,3 Warna gelap : 0,1 Untuk ruangan ini ditentukan r p = 0,7 ; r w = 0,5 ; r m = 0,1 3. Tinggi penerangan Karena lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerja berada kira-kira 1 m diatas lantai, maka: h = 4-0,8 = 3,2 m 4. Indeks Ruangan K ( ) K = ( ) Efisiensi penerangan Dapat dilihat untuk nilai k 1 = 1,0 ; η 1 = 0,42 k 2 =1,2 ; η 2 = 0,47 Jadi efisiensi penerangangannnya adalah: η η ( η η ) η ( ) Page 44

45 η 0,38 η 3,8% 5. Fluks cahaya yang diperlukan Intesitas penerangan yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan table 1 no.6 untuk penerangan ruangan ini digunakan nilai intensitas (E) = 250 lux dan faktor depresi (d) = 0,8 (lihat table 4), untuk pemakaian baru. Φ 0 = ( ) ( ) η Φ 0 = 6. Jumlah lampu atau armatur n Fluks cahaya lampu atau armatur dapat di lihat dari buku katalog. Untuk lampu TL watt memberi lumen sehingga TL 2 x watt = 4600 lm. Sehingga jumlah tittik lampu dapat di cari : = = 9,58 10 titik lampu Page 45

46 Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagi berikut : No 1 2 Ruang Equipment, forcaster dan obseration room sekretarist dan ruang tamu Ukuran Ruang A (m 2) P (m) L (m) kepala meteo koridor keuangan gudang mushola administrasi switchboard dan sensors Jenis Lampu PL-C 18 PL-C 18 Faktor Refleksi rp rw rm h (m) k η (%) E d φo (lm) Lumen titik lampu Daya lampu 2xTL Page 46 Daya yang digunakan untuk lampu 2xTL

47 10 teras PL-C teras depan PL-C R komunikasi R. Arsip toilet PL-C toilet PL-C PL-C teras samping kiri teras samping kanan PL-C PL-C teras belakang PL-C teras belakang kiri teras belakang PL-C kanan JUMLAH Page 47

48 B. Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan Tabel Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan (Gedung 1) No. Nama Ruangan Jumlah Kkb Jumlah Daya Jumlah Jumlah Daya Kkk Jumlah Daya Kkb (W) Kkk (W) Kotak Kontak 1 Koridor R. Brefing Office Hall R. Meteorologi R. Manager Operasional Asman Keselamatan Bandara Asman Pelayanan Bandara Asman ops. Lalu lintas penerbangan Asman Elektronika dan listrik R. Simulator R. Instruktur AFTN R. Elektrnonika R. Mekanikal R. Listrik R. UPS/ Listrik R. Battery R. Peralatan App ± R. Peralatan App Control R. Staff Operasional LLU R. Meeting Toilet Wanita Page 48

49 23 Toilet Pria Pantry R. Rest VHS/ TX R. Tellman Equipment mushola Salasar Salasar Hall JUMLAH Page 49

50 Tabel Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan (Gedung 2) NO. Nama Ruangan Jumlah KKB Jumlah daya KKB (W) Jumlah KKK Jumlah daya KKK (W) Jumlah Daya Kotak Kontak (W) 1 R. General Manager R. Rapat Kecil Entrance R.Rapat besar R.Sekretarist R.tunggu Lobby R. ME R. fotocopy R.PABX R. Manager ASMAN Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha R.Tamu I R. Tamu II R. foto R. Staff Operasional Bandara R. Manager ASMAN Pelayanan Bandara ASMAN operasi lalu lintas ASMAN Keselamatan Keamanan Bangunan Rest Room dan R. pantry Toilet Pria Toilet Wanita Page 50

51 26 Mushola R. staff Personalia R. Tamu III Kasir Staff keuangan umum R.manager III ASMAN Teknik Elektronika Listrik Teknik Umum ASMAN teknik Peralatan R. file Pantry Toilet Shower JUMLAH Page 51

52 Tabel Perhitungan Jumlah, Daya Kotak Kontak dan Pembebanan (Gedung 3) NO. Nama Ruangan Jumlah KKB Jumlah daya KKB (W) Jumlah KKK Jumlah daya KKK (W) Jumlah Daya Kotak Kontak (W) 1 Equipment, Forcaster Dan Obseration Room Sekretarist Dan Ruang Tamu Kepala Meteo Koridor Keuangan Gudang Mushola Administrasi Switchboard Dan Sensors Teras Teras Depan R. Komunikasi R. Arsip Toilet Toilet Tempat Wudhu Teras Samping Kiri Teras Samping Kanan Teras Belakang Teras Belakang Kiri JUMLAH Page 52

53 C. Perhitungan Grouping Gedung 1, 2 dan 3 GROUPING GEDUNG 1 a. Grouping Lampu NO Nama Ruang Unit Instalasi Group I Lampu TL 2 x jumlah 1 R. Manager Operasional Koridor Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 2 Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 Asman Keselamatan Bandara Asman Pelayanan Bandara Asman ops. Lalu lintas 3 penerbangan Asman Elektronika dan listrik Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 3 Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. Peralatan App ± R. Peralatan App Control R. Staff Operasional LLU Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 10 Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 Toilet Wanita Toilet Pria Pantry R. Rest VHS/ TX Page 53

54 6 R. Tellman Equipment Koridor Jumlah Daya Unit Instalasi Group 11 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. Meeting Koridor Jumlah Daya Unit Instalasi Group 12 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 mushola Hall Koridor Jumlah Daya Unit Instalasi Group 19 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. Elektrnonika R. Mekanikal R. Listrik R. UPS/ Listrik R. Battery Koridor Jumlah Daya Unit Instalasi Group 20 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 Hall R. Meteorologi R. Simulator R. Instruktur AFTN Jumlah Daya Page 54

55 Unit Instalasi Group 21 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. Brefing Office Salasar Salasar Jumlah Daya b. Grouping KKB NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 4 KKB (250 ) jumlah 1 R. Manager Operasional Asman Keselamatan Bandara Asman Pelayanan Bandara Asman ops. Lalu lintas penerbangan Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 5 jumlah KKB (250 ) 1 Asman Elektronika dan listrik R. Brefing Office R. Instruktur Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 6 jumlah KKB (250 ) 1 R. Meteorologi R. Simulator AFTN Jumlah Daya Page 55

56 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 13 jumlah KKB (250 ) 1 R. Peralatan App ± R. Peralatan App Control R. Staff Operasional LLU Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 14 jumlah KKB (250 ) 1 R. Meeting Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 15 jumlah KKB (250 ) 1 Mushola Hall Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 22 jumlah KKB (250 ) 1 R. Elektrnonika R. Mekanikal Jumlah Daya Page 56

57 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 23 jumlah KKB (250 ) 1 R. Listrik R. UPS/ Listrik R. Battery Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 24 jumlah KKB (250 ) 1 Pantry R. Rest VHS/ TX R. Tellman Equipment Jumlah Daya c. Grouping KKK Unit Instalasi Group 7 NO Nama Ruang jumlah KKK (750 ) 1 R. Manager Operasional Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 8 jumlah KKK (750 ) 1 Asman Keselamatan Bandara Asman Pelayanan Bandara Jumlah Daya Page 57

58 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 9 jumlah KKK (750 ) 1 Asman ops. Lalu lintas penerbangan Asman Elektronika dan listrik Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 16 jumlah KKK (750 ) 1 R. Peralatan App ± R. Peralatan App Control Jumlah Daya Unit Instalasi Group 17 NO Nama Ruang jumlah KKK (750 ) 1 R.meeting Jumlah Daya Unit Instalasi Group 18 jumlah NO Nama Ruang KKK (750 ) 1 R. Staff Operasional LLU Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 25 jumlah KKK (750 ) 1 R. Elektrnonika R. Mekanikal Jumlah Daya Page 58

59 NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 26 jumlah KKK (750 ) 1 R. Listrik VHS/ TX Jumlah Daya Unit Instalasi Group 27 jumlah NO Nama Ruang KKK (750 ) 1 R. Tellman Equipment Jumlah Daya Page 59

60 GROUPING GEDUNG 2 a. Grouping Lampu Unit Instalasi Group 1 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. General Manager R. Rapat Kecil R.Sekretarist Jumlah Daya Unit Instalasi Group 2 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. Tamu III Kasir Staff keuangan umum Staff keuangan umum Jumlah Daya Unit Instalasi Group 3 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R.tunggu R.manager III ASMAN Teknik Elektronika Listrik ASMAN teknik Peralatan R. file Pantry Toilet Shower Koridor Teknik Umum Jumlah Daya Page 60

61 Unit Instalasi Group 10 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 Entrance Lobby R. fotocopy Jumlah Daya Unit Instalasi Group 11 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R.Rapat Besar Lorong koridor Jumlah Daya Unit Instalasi Group 12 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R. Staff Personalia Mushola ASMAN pelayanan bandara Rest room dan R.pantry R.manager II toilet wanita toilet pria 4 72 Jumlah Daya Unit Instalasi Group 19 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R.Tamu I R.Tamu II R.Foto R.Staff operasional Bandara Asman Operasi lalu lintas Asman keselamatan keamanan bangunan Jumlah Daya Page 61

62 NO 1 Lampu TL 2 x Unit Instalasi Group 20 Lampu PL-C 18 jumlah Nama Ruang Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha R.Manager I Jumlah Daya Unit Instalasi Group 21 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 R.ME R.PABX ASMAN Koridor Jumlah Daya b. Grouping KKB Unit Instalasi Group 4 No Nama Ruang KKB (250 ) Jumlah watt 1 R. General Manager R. Rapat Kecil R.Sekretarist R.tunggu Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 5 KKB (250 ) Jumlah watt 1 Kasir Staff Keuangan Umum R.Tamu III Jumlah Daya Page 62

63 Unit Instalasi Group 6 No Nama Ruang KKB (250 ) Jumlah watt 1 R.manager III ASMAN teknik elektronika listrik ASMAN teknik peralatan teknik umum Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 13 KKB (250 ) Jumlah watt 1 R.Rapat Besar Lobby Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 14 KKB (250 ) Jumlah watt 1 R.ME R.Fotocopy R.PABX R.Tamu I Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 15 KKB (250 ) Jumlah watt 1 R.Manager ASMAN Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 22 KKB (250 ) Jumlah watt 1 R. Staff Personalia Mushola Jumlah Daya Page 63

64 No Nama Ruang Unit Instalasi Group 23 KKB (250 ) Jumlah watt 1 R.Tamu II R.Manager II ASMAN pelayanan bandara ASMAN operasi lalu lintas ASMAN Keselamatan Bangunan Rest room dan R.pantry Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 24 KKB (250 ) Jumlah watt 1 R.Staff Operasional Bandara R.foto Jumlah Daya c. Grouping KKK No Nama Ruang Unit Instalasi Group 7 KKK (750 ) Jumlah watt 1 R. General Manager R. Rapat Kecil R.Sekretarist R.tunggu R. Tamu III Kasir 0 0 Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 8 KKK (750 ) Jumlah watt 1 Staff keuangan umum Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 9 KKK (750 ) Jumlah watt 1 ASMAN Teknik Elektronika Listrik R.manager III Jumlah Daya Page 64

65 No Nama Ruang Unit Instalasi Group 16 KKK (750 ) Jumlah watt 1 R.Rapat Besar Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 17 KKK (750 ) Jumlah watt 1 R.Manager I ASMAN Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 18 KKK (750 ) Jumlah watt 1 Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 25 KKK (750 ) Jumlah watt 1 R.Staff operasional Bandara Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 26 KKK (750 ) Jumlah watt 1 R.Manager II Asman Pelayanan Bandara Jumlah Daya No Nama Ruang Unit Instalasi Group 27 KKK (750 ) Jumlah watt 1 Asman Operasi lalu lintas Asman keselamatan keamanan bangunan Jumlah Daya Page 65

66 GROUPING GEDUNG 3 a. Grouping Lampu NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Unit Instalasi Group I Lampu PL-C 18 Jumlah Equipment, Forcaster Dan Obseration Room Keuangan Gudang Toilet Teras Jumlah Daya Unit Instalasi Group 4 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 Koridor Mushola Administrasi Switchboard Dan Sensors Teras Jumlah Daya Unit Instalasi Group 7 NO Nama Ruang Lampu TL 2 x Lampu PL-C 18 jumlah 1 Sekretarist Dan Ruang Tamu Kepala Meteo R. Komunikasi R. Arsip Teras Toilet Jumlah Daya Page 66

67 b. Grouping KKB NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 2 KKB (250 ) jumlah 1 Keuangan Gudang Mushola Administrasi Jumlah Daya NO Nama Ruang Unit Instalasi Group 5 KKB (250 ) jumlah Equipment, forcaster dan obseration 1 room Sekretarist Dan Ruang Tamu Jumlah Daya Unit Instalasi Group 8 NO Nama Ruang KKB (250 ) jumlah 1 Sekretarist Dan Ruang Tamu Kepala Meteo R. Komunikasi R. Arsip Jumlah Daya c. Grouping KKK Unit Instalasi Group 3 NO Nama Ruang KKK (750 ) jumlah 1 Equipment, forcaster dan obseration room keuangan Jumlah Daya Page 67

68 Unit Instalasi Group 6 NO Nama Ruang KKK (750 ) jumlah 1 Equipment, forcaster dan obseration room kepala meteo Jumlah Daya Unit Instalasi Group 9 NO Nama Ruang KKK (750 ) jumlah 1 administrasi R. komunikasi Jumlah Daya Page 68

69 D. Perhitungan Kebutuhan Maksimum Kebutuhan beban Maksimum Jumlah kebutuhan maksimum pada suatu gedung adalah jumlah daya yang diperlukan untuk suatu instalasi gedung dan cadangan yang dipersiapkan jikalau ada penambahan beban. Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang a. Perhitungan Beban Maksimum Pada Gedung 1 Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + DayaCadang b. Perhitungan Beban Maksimum Pada Gedung 2 Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang = = c. Perhitungan beban maksimum pada Gedung 3 Kebutuhan Maksimum = Daya Total Penerangan + Daya KKK + Daya KKB + Daya Cadang = = Page 69

70 E. Perhitungan Pemilihan Kapasitas Pengaman MCB dan MCCB a. Cara penentuan pengaman pada instalasi penerangan setiap rangkaian akhir sebagai berikut : ( ) ( ) Dalam hal ini tegangan system adalah satu fasa maka besarnya 220 V. Jenis pengaman yang digunakan adalah MCB. b. Kapasitas pengaman rangkaian induk di hitung sebagai berikut : ( ) Beban total seluruh fasa dalam hal ini diperhitungkan beban cadangan. Jenis pengaman yang digunakan adalah MCCB. - PENENTUAN PENGAMAN MCB (Gedung 1) a) Group 1 Jadi dapat di ketahui bahwa untuk group1 kapasitas pengaman yang di butuhkan sebesar 10 Ampere. Page 70

71 Untuk perhitungan kapasitas pengaman (MCB) pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya () Arus Nominal (A) Kapasitas MCB (A) Keterangan : Lampu KKB KKK Page 71

72 PENENTUAN PENGAMAN MCB (Gedung 2) b) Group 1 Jadi dapat di ketahui bahwa untuk group1 kapasitas pengaman yang di butuhkan sebesar 10 Ampere. Page 72

73 Untuk perhitungan kapasitas pengaman (MCB) pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya () Arus Nominal (A) Kapasitas MCB (A) Page 73

74 - PENENTUAN PENGAMAN MCB (Gedung 3) o Group 1 Jadi dapat di ketahui bahwa untuk group 1 kapasitas pengaman yang di butuhkan sebesar 10 Ampere. NO Group Daya () Arus Nominal (A) Kapasitas MCB (A) Page 74

75 PENENTUAN MCB 3 PHASA atau MCCB a. GEDUNG 1 Kapasitas pengaman induk dengan total daya maka : I = ( Diasumsikan = 0,9) In = In = 60,75 A Arus nominal dari panel gedung 1 ialah 60,75 A. Maka dipilih Setting pengaman Panel gedung 1 3 phasa 63 A Page 75

76 Kapasitas Pengaman Induk (MCB 3 Phasa) Ampere 63 Kapasitas MCB Group (A) Rangkaian Akhir (Grup) Page 76

77 b. GEDUNG 2 Kapasitas pengaman induk dengan total daya maka : I = ( Diasumsikan = 0,9) In = In = 69,27 A Arus nominal dari panel gedung 2 ialah 69,27 A. Maka dipilih Setting pengaman Panel gedung 1 3 phasa 82 A Page 77

78 Kapasitas Pengaman Induk (MCB 3 Phasa) Ampere 82 Kapasitas MCB Group (A) Rangkaian Akhir (Grup) Page 78

79 c. GEDUNG 3 Kapasitas pengaman induk dengan total daya maka : I = ( Diasumsikan = 0,9) In = In = 22,41 A Arus nominal dari panel gedung 3 ialah 22,41 A. Maka dipilih Setting pengaman Panel gedung 3 3 phasa 25 A Kapasitas Pengaman Induk (MCB 3 Phasa) Ampere Kapasitas MCB group (Ampere) Rangkaian Akhir (Grup) Page 79

80 F. Perhitungan Pemilihan Kapasitas KHA dan Jatuh Tegangan yang di Izinkan. 1. Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan pada Gedung 1 adalah a. Pada panel bangunan 1, rangkaian akhir 1 (group 1) terpakai daya sebesar 1200 cos ф = 0,9 jadi dayanya 1333,33 VA, dengan tingkat tegangan yang diizinkan sebesar 220 volt dengan toleransi arus yang diizinkan 10 %. Pemilihan kapasitas KHA adalah : ( ) ( ) KHA = Arus + (arus x 10 % ) = + (6,06 x10%) = 6,66 ampere Jadi kabel yang digunakan adalah NYM Jatuh tegangan yang diizinkan adalah kurang dari 10 % dari tegangan yang dizinkan (220). Sehingga jatuh tegangan yang diizinkan : = 220 (220 x 10%) = 198 Volt Page 80

81 Untuk Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya () Arus Nominal (A) KHA (A) Kabel Size (mm²) NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² Page 81

82 2. Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan pada Gedung 2 adalah b. Pada panel bangunan 2, rangkaian akhir 1 (group 1) terpakai daya sebesar 1600 cos ф = 0,9 jadi dayanya 1777,77 VA, dengan tingkat tegangan yang diizinkan sebesar 220 volt dengan toleransi arus yang diizinkan 10 %. Pemilihan kapasitas KHA adalah : ( ) ( ) KHA = Arus + (arus x 10 % ) = + (8,08 x10%) = 8,88 ampere Jadi kabel yang digunakan adalah NYM Jatuh tegangan yang diizinkan adalah kurang dari 10 % dari tegangan yang dizinkan (220). Sehingga jatuh tegangan yang diizinkan : = 220 (220 x 10%) = 198 Volt Page 82

83 Untuk Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya () Arus Nominal (A) KHA (A) Kabel Size (mm²) NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² Page 83

84 3. Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan pada Gedung 3 adalah a. Pada panel 3, rangkaian akhir 1 (grup 1 ) terpakai daya sebesar 18 cos ф = 0,9 jadi dayanya 1564,44 VA, dengan tingkat tegangan yang diizinkan sebesar 220 volt dengan toleransi arus yang diizinkan 10 %. Pemilihan kapasitas KHA adalah : ( ) ( ) KHA = Arus + (arus x 10 % ) = + (7,111x10%) = 7,82 ampere Jadi kabel yang digunakan adalah NYM Jatuh tegangan yang diizinkan adalah kurang dari 10 % dari tegangan yang dizinkan (220). Sehingga jatuh tegangan yang diizinkan : = 220 (220 x 10%) = 198 Volt Untuk Perhitungan kapasitas KHA yang diizinkan pada group selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut : NO Group Daya () Arus Nominal (A) KHA (A) Kabel Size (mm²) NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² NYM 3x 4 mm² Page 84

85 G. Perhitungan Pemilihan Kapasitas BUSBAR Untuk menentukan setting pengaman panel Utama Berdasarkan Tabel standart daya PLN, maka daya yang diajukan ke PLN untuk penyambungan sebesar VA. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan total beban terpasang ini sebesar 81272VA. Beban terpasang = total beban x Faktor keserempakan (0,9) Beban yang terpasang = x 0,9 = 81272VA I = ( Diasumsikan = 0,9) In = In = 152,44 A Arus nominal dari panel ialah 152,44 A Maka dipilih Setting pengaman Panel Utama 160 A 3 phasa A Panjang busbar berdasarkan jumlah rangkaian akhir termasuk cadangan. H. Pengaman Pentanahan Pembumian atau pentanahan adalah hubungan listrik yang sengaja dilakukan dari beberapa bagian instalasi listrik ke system pentanahan. Penghantar tanpa isolasi yang ditanam didalam didalam tanah dianggap sebagai bagian dari elektroda pentanahan dan harus memenuhi ketentuan PUIL Bagian-bagian dari peralatan listrik harus ditanahkan, untuk membatasi tegangan sentuh, yaitu tegangan yang timbul pada bagian peralatan selama terjadi gangguan satu fasa ke tanah, sehingga menghindari bahaya terhadap manusia. Dan pada pentanahan body system bertujuan untuk memperkecil terjadinya tegangan sentuh dan atau tegangan langkah. - Berdasarkan PUIL 2000 Daftar bahwa pada pembebanan terus menurus 600A,Digunakan ukuran x 5 mm, berpenampang 200 mm2, berat 1,78 kg / m di cat. Page 85

86 I. Daftar Material, Data Teknik dan Harga Satuan yang digunakan Berdasarkan Kelompok Beban yang dilayani pada Gedung 1,2 dan 3 Bahan Lampu Philips dan Lampu Harga Satuan Bahan untuk Rangkaian akhir Jumlah Bahan Satuan Rp 1 2 Jumlah Tambahan jumlah akhir Jumlah Harga pcs 165, Lampu PL-C 18 pcs 35, Kotak Kontak Broco buah 25, Kabel Penghantar NYM roll 369, ,500 Kabel Penghantar NYY roll 277, ,000 PHB dari PVC buah MCB 10 A buah 32, MCB 3 FASA 63 A buah 371, ,500 MCB 3 FASA 82 A buah 572, ,500 MCB 3 FASA 25 A buah 42, ,500 Elektroda pentanahan NYM buah Pipa Union atau PVC Batang 18, Tule buah Sambungan lengkung buah 8,500 Shock atau sambungan buah 5,000 Kotak sambung 2 cabang buah 8,000 Kotak sambung 3 buah 9,000 Rp Page 86

87 cabang Kotak sambung 4 cabang buah 10,500 Sakelar tunggal Broco buah 14, Fitting Lampu TL buah 7, Fitting lampu PL-C buah Lasdop dos 23,000 Paku Kabel 1-2 cm pcs 6,000 sakelar ganda Broco buah 19, MCB 6 A buah MCCB 160 A buah Klem Buah Page 87

88 J. Uraian Teknik Instalasi Listrik PANEL 1. Semua box panel terbuat dari besi plat dengan ketebalan 3 mm dan ukuran sesuai dengan banyaknya komponen yang akan di pasang. 2. Panel utama disuplai sedekat mungkin dari gardu distribusi dan ditempatkan di gedung Operational 3. Panel daya ditempatkan didekat ruang listrik berdasarkan tata letak panel. 4. Panel penerangan di gedung proses ditempatkan sedekat mungkin dari panel utama dan tempat yang mudah dijangkau. 5. Semua panel dipasang menempel pada dinding. 6. Busbar setiap panel dipilih yang di cat dengan ukuran sesuai dengan ketentuan PUIL SAKELAR 1. Semua sakelar yang digunakan adalah merk Broco atau yang setara 2. Semua sakelar dipasang tertanam dalam tembok yang dilengkapi dengan dos inbow dari logam setinggi 150 cm dari lantai. 3. Sakelar dipasang di dekat pintu atau tempat yang mudah dijangkau 4. Sakelar yang digunakan pada gedung yaitu sakelar tunggal dan ganda dan setiap sakelar maksimum 8 buah lampu, dipasang sedekat mungkin dengan bebannya 5. Sakelar khusus untuk AC, kipas angin dan fan dipasang di dekat dengan beban yang bersangkutan KKB 1. Semua KKB yang digunakan adalah merek Broco atau yang setara 2. KKB yang dipasang berdekatan dengan sakelar dan sesuai dengan tinggi sakelar dari lantai 3. KKB yang berdiri sendiri dipasang setinggi 30 cm dari lantai 4. Semua KKB dipasang tertanam dalam tembok yang dilengkapi dengan dos inbow dari logam 5. Semua KKB dilengkapi dengan hantaran pentanahan Page 88

89 KKK 1. Semua KKK yang digunakan sesuai dengan persetujuan pengawas 2. KKK yang mensuplai AC, fan dan kipas angin dipasang dekat dengan beban yang bersangkutan 3. Semua KKK dilengkapi dengan hantaran pentanahan ARMATUR 1. Jenis lampu yang digunakan adalah Lampu TL 2 x W, lampu PL-C 18 W 2. Balon, trafo, starter pada lampu TL dan PL-C digunakan merek Philips atau yang setara 3. Kap lampu TL dan PL-C terbuat dari plat besi yang di cat berwarna putih 4. Semua lampu TL dan PL-C dipasang menempel pada plafon. 5. Setiap lampu TL dan PL-C dilengkapi dengan kapasitor 6. Semua lampu TL dan PL-C dilengkapi dengan hantaran pentanahan 7. Penerangan luar dipasang dalam tembok cor setinggi 30 cm dari permukaan tanah 8. Kap penerangan luar terbuat dari kaca bening dan diameter yang disetujui pengawas MCCB atau MCB yang digunakan adalah type S-series atau yang setara.(lihat catalog) KABEL dan PIPA 1. Semua kabel yang digunakan dari merk tranka atau yang setara 2. Instalasi KKB,AC,FAN,kipas angain dan penerangan dalam menggunakan kabel jenis NYM 3. Instalasi penerangan luar menggunakan kabel jenis NYY 4. Suplai dari panel utama ke panel cabang dan dari panel trafo ke panel utama menggukanan kabel NYY 5. Kabel NYY yang berasal dari panel trafo sampai pada panel cabang serta penerangan luar melalui saluran bawah tanah yang dilindungi dengan pipa. 6. Kabel NYM pada gedung proses ditarik melalui saluran kabel dari propel C atau suatu rak kabel yang terbuat dari plat besi yang tertutup dengan ukuran berdasarkan jumlah kabel. Page 89

90 7. Kabel yang menyeberangi jalur yang dilalui kendaraan berat harus dilindungi dengan pipa. 8. Semua kabel untuk penerangan, stop kontak, AC, FAN, dan lainnya yang digunakan berpenampang tidak kurang dari 4 mm² 9. Pipa pelindung kabel NYY bawah tanah berukuran 1,5 inch 10. Semua pipa yang digunakan adalah merk Maspion atau yang setara SISTEM PENTANAHAN 1. Elektroda pentanahan yang digunakan adalah pipa galvani yang panjangnya 300 cm 2. Penghantar pentanahan digunakan dari kawat BC deap dengan ukuran berdasarkan ketentuan PUIL Sistem pemasangan kawat pentanahan pada pipa pentanahan dapat dilihat pada gambar detail. 4. Tahanan pentanahan yang di izinkan maksimal 5 ohm Page 90

91 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1. Daya total pada pada Gedung , maka Daya terpasang dikalikan factor keserempakan (0,9) sebesar VA, sehingga Daya yang dibutuhkan dari PLN untuk penyambungan sebesar 33000VA. 2. Daya total pada pada Gedung 2, 41036, maka Daya terpasang dikalikan factor keserempakan (0,9) sebesar VA, sehingga Daya yang dibutuhkan dari PLN untuk penyambungan sebesar 410 VA. 3. Daya total pada pada Gedung 3, 13276, maka Daya terpasang dikalikan factor keserempakan (0,9) sebesar VA, sehingga Daya yang dibutuhkan dari PLN untuk penyambungan sebesar VA. 4. Kabel penghantar yang akan dihubungkan dengan beban sesuai dengan ketentuan PLN (standard PLN) dalah kabel jenis NYM dengan ukuran 3 x 2,5 mm Kabel penghantar yang digunakan untuk penghubung tiap groupnya adalah kabel jenis NYM dengan ukuran 3 x 4 mm 2 6. Kabel penghantar yang digunakan sebagai penghubung pada panel utama sesuai dengan standard PLN adalah - Untuk pengaman dengan MCB 63 A maka jenis kabel yang digunakan adalah NYY denagn ukuran kabel 4 x 25 mm 2 - Untuk pengaman dengan MCB 82 A maka jenis kabel yang digunakan adalah NYY dengan ukuran kabel 4 x 35 mm 2 - Untuk pengaman dengan MCB 25 A maka jenis kabel yang digunakan adalah NYY dengan ukuran kabel 4 x10 mm 2 7. Pada Penel Utama digunakan penganan (MCCB) sebesar 160 A dengan demikian jenis kabel penghantar yang digunakan sesuai dengan standard PLN adalah jenis NYY dengan ukursn 4 x70 mm 2 Page 91

92 8. Untuk pemilihan kabel penghantar, sebaiknya dilihat terlebih dahulu dari tanda pengenal yang tertera pada kabel tersebut. Pilihlah kabel yang sepanjang permukaannya tertera sekurang-kurangnya : 1. Tanda pengenal standar misalnya SNI,IEC,SPLN. 2. Tanda pengenal produsen 3. Jumlah dan ukuran inti 9. Sesuai dengan PUIL 2000 : Semua penghantar yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan dan penggunaannya, serta telah diperiksa dan diuji menurut standar penghantar yang dikeluarkan atau diakui oleh instansi yang berwenang. 10. Penempatan penghantar yang digunakan untuk instalasi penerangan rumah mewah, terdiri dari dua jenis, yaitu melalui pipa PVC dan melalui Tray kabel (khusus untuk panel ). Penempatan penghantar harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam PUIL 2000, mengenai pemasangan penghantar dalam pipa. 11. Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumberdan tegangan di sisi beban. Dimana tegangan pada sisi sumber lebih besar daripada tegangan di sisi beban. Hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam system instalasinya. Susut tegangan antara terminal konsumen dan sembarang titik dari instalasi tidak boleh melebihi 5% dari tegangan pengenal pada terminal konsumen. Page 92

93 LAMPIRAN 1. Efisiensi Armatur Penerangan Langsung - Tabel efesiensi penerangan untuk Keadaan baru spesifikasi Lampu TL Page 93

94 - Tabel efisiensi penerangan untuk keadaan baru spesifikasi lampu PL-C Page 94

95 1. Besarnya Penerangan yang dianjurkan Lux - Tabel Intensitas Penerangan Page 95

96 2. Jenis Lampu menurut bentuk dan kondisi nya - Tabel konsumsi Daya Lampu Page 96

97 Page 97

98 3. Tingkat Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan dan Renderasi Warna - Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan dan Renderasi Warna Page 98

99 Page 99

100 4. KHA Kabel NYM dan NYY Page 100

101 - Tabel Standard Daya PLN LANGGANAN TEGANGAN RENDAH 220/380 V DAYA (VA) PEMBATAS (A) DAYA (VA) PEMBATAS (A) 450 1x2 53,000 3x x4 66,000 3x x6 82,500 3x x10 105,000 3x x16 131,000 3x x20 147,000 3x x6 164,000 3x x10 197,000 3x x16 233,000 3x x20 279,000 3x x25 329,000 3x x35 414,000 3x x50 526,000 3x x63 630,000 3x1000 Page 101

102 5. Data Sheet MCB Page 102

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini sering kali terjadi kebakaran pada suatu bangunan baik rumah maupun gedung-gedung lainnya yang penyebabnya diduga karena hubung sing kat atau secara

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik Implementasi Rumah PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik JB. Praharto, 1, Fitrizawati 2, Febri Ariwibowo 1, Fakultas Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Abstract Event of a fire due to electrical

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai analisis sistem suplai daya instalasi listrik tenaga. Sehingga, dalam upaya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH 216 217 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) 1 PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) Disusun Oleh : EVARISTUS RATO NIM : 13.104.1011 Program Studi : Teknik Elektro Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA RUMAH DENGAN DAYA LISTRIK BESAR SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA RUMAH DENGAN DAYA LISTRIK BESAR SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA RUMAH DENGAN DAYA LISTRIK BESAR SKRIPSI ISMANSYAH 0706199451 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 34 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi listrik milik pelanggan atau yang ada di sisi pelanggan. Definisi umum : 1. Yang dimaksud

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

Bagian 2 Persyaratan dasar

Bagian 2 Persyaratan dasar Bagian 2 Persyaratan dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan 2.1.1 Umum 2.1.1.1 Persyaratan dalam pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak dan keamanan harta benda dari bahaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah bertingkat. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dasar teori yang dijadikan landasan dalam pemasangan dan perencanaan intalasi listrik adalah standarisasi dan peraturan dasar teknik instalasi listrik, teknik dan sistem penerangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III PERANCANGAN INSTALASI BAB III PERANCANGAN INSTALASI 3.1 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan DTG1I1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan By Dwi Andi Nurmantris Apakah anda pernah kesetrum? Bahaya Listrik q Bilamana anda bekerja dengan alat bertenaga listrik atau instalasinya terdapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Sebagai seorang enjinering yang handal ia akan selalu mempertimbangkan mengenai pertumbuhan beban yang akan terjadi dimasa datang didalam perencanaan tenaga listrik,

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Volt Meter 2. Untuk memperbaiki faktor daya/kerja dalam rangkaian lampu TL dapat dipasang... Kapasitor 3.

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Dalam suatu bangunan atau gedung terdapat 1 unsur yang tidak kalah pentingnya selain arsitektur dan struktur, yaitu sistem mekanikal dan elektrikal.

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA KABEL INSTALASI Kabel instalasi merupakan komponen utama instalasi listrik dimana akan mengalirkan tenaga listrik yang akan digunakan pada peralatan listrik. SAKLAR. Saklar

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu : Nama : Setyawan Rizal Nim : 09501244010 Kelas : D PHB (PANEL HUBUNG BAGI) PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Tahanan (resistansi) isolasi dari kabel instalasi listrik merupakan salah satu unsur yang menentukan kualitas instalasi listrik, mengingat fungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta maryonoam@yahoo.com http://maryonoam.wordpress.com Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Siswa memahami macam-macam kriteria pemilihan

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Arus Nominal dan Kapasitas Dalam instalasi listrik faktor keamanan merupakan hal yang paling krusial, untuk itu penggunaan pengaman dalam instalasi listrik

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah tinggal. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi penerangan.

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse. 34 BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energy listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal.

Lebih terperinci

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya PERINGATAN!! Apakah anda sudah tau peralatan instalasi listrik rumah tangga beserta fungsinya masing masing? AWASS... BAHAYA bila anda belum tau.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Ashydiq Chenny S 1, Drs., Ir. Moch Dhofir, MT. 2, Ir. Hery Purnomo, MT 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2 Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu

BAB IV ANALISA. Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu BAB IV ANALISA 4.1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Listrik Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu dilakukan penaksiran atas beban total seluruh bangunan. Beban total dapat

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI com Mobile :

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI   com Mobile : DASAR INSTALASI LISTRIK Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI email : hasbullahmsee@yahoo. com Mobile :+622291802190 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Sistem penyaluran dan cara pemasangan

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar MCB MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

YB Praharto 1, Hartono 2, Agung Toiwan 3 1,2,3. Abstrak. 1. Pendahuluan

YB Praharto 1, Hartono 2, Agung Toiwan 3 1,2,3. Abstrak. 1. Pendahuluan Analisis Pengaruh Umur Instalasi Listrik Pada Pemakaian Energi Listrik Pascabayar Dan Prabayar 1. Pendahuluan YB Praharto 1, Hartono 2, Agung Toiwan 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kelistrikan Sistem kelistrikan yang baik dan efisien perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi antara satu sama lainnya sesuai dengan ketentuan yang ada. Didalam

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengendalian Proyek Suatu kegiatan pengawasan/monitoring suatu Proyek supaya proyek bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA )

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) OLEH NAMA : OCTO PANTAS M. GULTOM NIM : 050422021 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK

Lebih terperinci