JST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : ISSN"

Transkripsi

1 JST Kesehatan, Juli 207, Vol. 7 No. 3 : ISSN PROFIL SITOKIN INTERLEUKIN-β SERUM IBU INFERTIL DENGAN ENDOMETRIOSIS ATAU IBU INFERTIL TANPA ENDOMETRIOSIS DI RSUD. SYEKH YUSUF GOWA The Profile of Cytokines Interleukin-β (Il-β) Serum of Infertile Mothers with Endometriosis and Infertile Mothers without Endometriosis in Syekh. Yusuf Regional Public Hospital of Gowa Wati, 2 Muh. Nasrum Massi, 3 Werna Nontji Bagian Kebidanan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ( whatysalsabila@yahoo.com) 2 Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin ( nasrum2000@yahoo.com) 3 Bagian Kebidanan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin ( werna_uh@yahoo.co.id) ABSTRAK Interleukin-β merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya endometriosis.penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya kadar IL-β dan hubungan kadar IL_β padaibu infertile dengan endometriosis atautanpa endometriosis. Jenis dan rancangan penelitian ini merupakan cross sectional study. Jumlah populasi adalah 42 orang dengan masingmasing 2ibu infertile dengan endometriosis dan 2ibu infertile tanpa endometriosis dengan pemilihan responden dengan menggunakan teknik Mann WhitneyInstrumen penelitian menggunakan uji laboratorium. Hasil penelitian diuji dengan Mann Whitney U menunjukkan rata-rata kadar Interleukin-β padaibu infertile dengan endometriosislebih tinggi ( pg/ml) secara bermakna dibandingkan yang tidak endometriosis ( pg/ml)dengan nilai p=0,007atau p<0.05 danibu infertile dengan endometriosis kemungkinan 6.4 kali memiliki resiko mengalami peningkatan kadar Interleukin-βdibandingkan pada ibu infertile tanpa endometriosis. Kata kunci: Endometriosis, Infertilitas, Interleukin-β ABSTRACT Interleukin-β is one of the factors that influence the occurrence of endometriosis.interleukin-β is one of the factors that influence the occurrence of endometriosis. The aim of research was to determine the level of interleukin-β (IL-β) and correlation between IL-β of infertile mothers with endometriosis or the ones without endometriosis. The research woas a cross sectional study. The samples were infertile mothers consisting of 42 people divided into two groups. Case group was infertile mothers with endometriosis consisted of 2 people and control group was infertile mothers without endometriosis consisting of 2 people. The sample was selected using Mann Withney instrument using laboratory test. The results of Mann Whitney U indicate that average IL-β level of infertile mother with endometriosis is significantly higher ( pg/ml) compared to the ones without endometriosis ( ) with a value of p=0.007 (p<0.05). Infertile mothers with endometriosis are likely 6. Times at risk of having an increase of IL-β level compared to infertile mothers without endometriosis. Keywords: Endometriosis, Infertility, Interleukin-β 273

2 Wati ISSN PENDAHULUAN Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 3 kali seminggu dalam kurun waktu tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono, 2008). World Health Organization 202 memperkirakan sekitar juta pasangan di dunia mengalami infertilitas. Infertilitas di Negara berkembang terjadi lebih tinggi yaitu sekitar 30%, dibandingkan Negara maju hanya 5-8 % (Agarwal et al,. 205). Kejadian infertil primer di ASIA ditemukan pada usia tahun yaitu 30,8% di Kamboja, 0% di Kazakhstan, 43,7% di Turkmenistan, 9,3% di Uzbekistan dan 2,3% di Indonesia (Konsensus Penanganan Infertilitas, 203). Endometriosis adalah penyakit jinak didefinisikan sebagai terdapatnya kelenjar endometrium dan stromaluar uterus.jaringan ektopik endometrium biasanya terdapat di daerah pelvis tetapi juga terdapat dibagian lain dalam tubuh (Speroff & Fritz, 20). Endometriosis Terdapat perbedaan molekuler yang bermakna secara fisiologis antara jaringan endometrium euktopik dan endometrius (endometrium ektopik). Hal ini berdasarkan pada hal-hal berikut: ) bukti aktivitas seluler didalam lesi tersebut, 2) progresivitas (memberatnya) seperti pembentukan perlekatan, 3) kemampuannya mengganngu proses fisiologi normal, dan 4) kemampuannya membentuk massa invasive yang besar (Jacoeb & Hadisaputra, 2009). Kegagalan mekanisme sistem imunitas untuk menghancurkan jaringan ektopik dan diferensiasi yang tidak normal pada endometriosis telah dilaporkan sebagai mekanisme yang mendasari kerusakan sel stroma. Hal ini berhubungan dengan peningkatan produksi estrogen dan prostaglandin, bersama dengan adanya resistensi progesterone. Interleukin-β mempunyai pengaruh yang luas, tidak saja mempunyai sel sasaran dalam sistem imun, bahkan juga berpengaruh pada selsel di luar sistem imun. Pengaruh IL-β sangat luas dan dianggap sebagai mediator pada proses radang, misalnya memberikan efek respon yang mencakup percepatan pertumbuhan sel sasaran (limfosit), menginduksi ekspresi molekul pada permukaan sel (ICAM - pada sel endotel), dan pelepasan mediator sekunder seperti prostaglandin dari sel makrofag dan sitokin lain (IL -2) oleh limfosit T, TNF-α, dan GM-CSF dari sel-sel makrofag dan IL-6 dari fibroblast (Subowo, 2009). Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Hadi dkk (205), yang menunjukkan peningkatan kadar IL-β pada penderita endometriosis dengan p=<0,05 dengan CI 95%=2,09-4,5 dengan selisih rerata 26,8. Kadar IL- β lebih tinggi pada pasien endometriosis. Hasil pengukuran NO pada pasien endometriosis berbeda bermakna dengan p=<0.05 dengan CI 95%= 0,89-2,60 dibanding non endometriosis (rerata perbedaan,78).kadar 8 - OH-dG pada endometriosis lebih tinggi dari non endometriosis dengan nilai p=<0,05 dengan C 95%= 220, ,47 (selisih rerata 504,03). Hasil PCR-RFLP gen enos genotipe GG, GT dan TT ada perbedaan bermakna antara pasien endometriosis dan non endometriosis (p=<0,05, OR=24,50 dan CI 95%=,3256,3. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa endometriosis merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya infertilitas. Pertumbuhan sel abnormal endometriosis tidak lepas dari pengaruh peningkatan kadar IL-β. Jaringan endometrium tumbuh diluar uterus dari tuba Fallopi menuju ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya endometriosis. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dapat terkena endometriosis. adhesi uterus dan tuba fallopi. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopi menyebabkan gerakan spontan ujungujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi penghambat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar IL-β serum pada ibu infertile dengan endometriosis lebih tinggi daripada ibu infertile yang tanpa endometriosis. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juni 207. Lokasi di wilayah kerja RSUD. Syekh Yusuf KabupatenGowa. Penelitian ini 274

3 Endometriosis, Infertilitas, Interleukin-β ISSN menggunakan desain cross sectional study. Dalam penelitian ini akan menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok ibu infertile dengan endometriosis dankelompokibu infertile tanpa endometriosis. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 42 sampelibu infertile dengan endometriosis dankelompokibu infertile tanpa endometriosis di wilayah kerja RSUD. Syekh Yusuf KabupatenGowa. Jumlah sampel sebesar 43 orang dengan teknik Mann Whitney U yang memenuhi kriteria inklusi yaitu ibuterdiagnosa infertile dengan endometriosis, usiareproduktifdan bersedia menjadi responden dengan menandatangai informed consent yang telah dikeluarkan oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Metode Pengumpulan Data Pengambilan spesimen darah dilakukan oleh petugas laboratorium dengan tanggung jawab peneliti. Jumlah sampel darah untuk pemeriksaan kadar IL-β sebanyak 3 (tiga) cc danprosedur pemeriksaan laboratorium menggunakan kit pemeriksaan IL-βdengan menggunakan metode Elisa. Analisis Data Dalam penelitian ini distribusi data normal dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. Uji analisis menggunakan uji Mann Whitneydiolah dengan menggunakan SPSS For Windows 22. HASIL Karakteristik Sampel Tabel rerata umur ibu pada kelompok endometriosis yaitu tahun sedangkan pada kelompok non endometriosis Rerata lama infertil ibu pada kelompok endometriosis yaitu 8.9 tahun sedangkan kelompok ibu non endometriosis yaitu Dismenorea kelompok endometriosis.90 sedangkan kelompok ibu non endometriosis yaitu.62. Hasil uji Mann Whitney U dari ke tigavariabel diatas ada variabel yang nilai p<0.05 dan 2 variabel yang nilai p>0.05, hal ini berarti bahwa rerata Umur dan lama infertil tidak ada perbedaan pada kelompok ibu infertil dengan endometriosis dan tanpa endometriosis sedangkan ada perbedaan rerata dismenore pada kelompok ibu infertil dengan endometriosis dan tanpa endometriosis. Tabel. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian No Variabel Kategori Infertil Umur Lama Infertil Dismenore Siklus Haid 35 Tahun >35 Tahun 3 Tahun >3 Tahun Ya Sumber: Data Primer 207 Tidak Teratur Tidak Teratur Endometriosis Non Endometriosis N % n % Tabel 2 di atas, rerata umur ibu pada kelompok endometriosis yaitu tahun sedangkan pada kelompok non endometriosis Rerata lama infertil ibu pada kelompok endometriosis yaitu 8.9 tahun sedangkan kelompok ibu non endometriosis yaitu Dismenorea kelompok endometriosis.90 sedangkan kelompok ibu non endometriosis yaitu.62. Hasil uji Mann Whitney U dari ke tiga variabel diatas ada variabel yang nilai p<0.05 dan 2 variabel yang nilai p>0.05, hal ini berarti bahwa rerata Umur dan lama infertil tidak ada perbedaan pada kelompok ibu infertil dengan endometriosis dan tanpa endometriosis sedangkan ada perbedaan rerata dismenore pada kelompok ibu infertil dengan endometriosis dan tanpa endometriosis. Tabel 2. Rerata umur, Lama infertil, dan Dismenore pada kelompok Ibu Infertil dengan Endometriosisdan ibu Infertil tanpa Endometriosis Kadar IL-β pada ibu infertildengan endometriosis Tabel 3 Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kadar Interleukin-β responden pada kelompok Kasus dan kelompok control tidak Karakteristik Infertil p Endometriosis (n=2) Non Endometriosis (n=2) Umur Lama infertil Dismenore *Uji Mann Whitney Sumber : Data Primer

4 Wati ISSN memiliki kesamaan hasil. Dan dapat disimpulkan bahwa kelompok kasus dari 2 responden terdapat 6 responden yang memiliki kadar IL-β yang tinggi sedangkan kolompok kontrol sebanyak 7 responden. Tabel 3. Perbedaan kadar IL-β(pg/mL) ibu infertile dengan endometriosis dan infertile tanpa endometriosis Variabel Endometriosis Variabel Non Endometriosis Tinggi Rendah Mean Tinggi Rendah Mean Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Respnden Sumber: data primer 207 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 42 responden (00%) rerata kadar IL -β serum kelompok infertil dengan endometriosis pg/ml sedangkan rerata kadar IL-β serum kelompok infertil tanpa endometriosis pg/mL, Berdasarkan hasil analisis kelompok ini berbeda secara bermakna p =0.007 (a<0,05). Untuk penentuan cut off point berdasarkan uji kurva ROC yaitu pg/ml, dengan nilai sensitivitas 76,2% dan nilai spesifisitas sebesar 66,7%. Sehingga dapat dikatakan kadar IL-β tinggi jika dan dikatakan tidak tinggi jika < Tabel 4. Perbedaan rerata kadar Interleukin-β serum pada kelompok ibu infertil dengan Endometriosis dan kelompok infertil Non Endometriosis Infertil N Kadar IL-β serum (pg/ml) Range (SD) Nilai-p Endometriosis Non Endometriosis Total 42 *Uji Mann Whitney Sumber : Data Primer 207 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 42 responden (00%) mayoritas dengan kadar IL -β serum yang tinggi pada kelompok infertil dengan endometriosis sebanyak 6 responden (76.2%). Sedangkan mayoritas kadar IL-β serum yang rendah pada kelompok infertil tanpa endometriosis (66.7%). Kemudian hasil analisis menunjukkan nilai p=0.03 (α<0.05) terdapat hubungan antara kedua variabel dan nilai OR=6.4 yang berarti kadar IL-β serum yang tinggi 6.4 kali lebih beresiko terjadinya Endometriosis pada ibu infertil yang memiliki kadar IL-β yang tinggi dibandingkan ibu infertil yang memiliki kadar IL- β yang rendah dengan Convidence Interval ( ). Tabel 5. Hubungan Kadar IL-β Serum pada kejadian Infertil dengan Endometriosis Infertil N Kadar IL-β serum (pg/ml) Range (SD) Nilai-p Endometriosis Non Endometriosis Total 42 Uji Chi Square Sumber : Data Primer 207 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p=0.007 (α<0.05) yang menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna. Dimana rerata kadar IL-β pada ibu infertil dengan endometriosis yaitu pg/ml dan ibu infertil tanpa endometriosis pg/ml dengan selisih rerata pg/ml. Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata kadar IL-β pada ibu infertil dengan endometriosis lebih tinggi secara 276

5 Endometriosis, Infertilitas, Interleukin-β ISSN bermakna dibandingkan dengan ibu infertile tanpa endometriosis dengan nilai p=0,007 (p<0,005), asumsi peneliti bahwa pada penelitian ini ditemukan perbedaan secara signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari dkk (206), dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna ekspresi IL-β antara endometriosis dengan karsinoma endometrioid dan karsinoma serosum ovarium, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna ekspresi IL-β antara karsinoma endometrioid ovarium dan karsinoma serosum ovarium.dalam penelitian ini, kenaikan kadar IL-β pada kelompok infertil dengan endometriosis disebabkan terjadinya gangguan keseimbangan hormonal dan sistem imun sehingga menimbulkan reaksi inflamasi kronik yang berlokasi di luar kavum uteri dan memicu pelepasan sitokin-sitokin pro-inflamasi, termasuk interleukin β (Keita et al., 200). IL-β akan merangsang sel-sel stroma untuk mensintesis IL-6 dan vascular endhotelial growth faktor (VEGF) sehingga terjadi angiongenesis untuk perkembangan jaringan endometriosis (Lebovic et al., 2000). IL-β juga merangsang cyclooxygenase 2 (COX2) memproduksi prostaglanding (PG) E 2, merangsang gen steroidogenik dan menekan reseptor gonadothrophin releasing hormone (GnRH) (Nezhat et al., 2008). Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwaada hubungan endometriosis terhadap kenaikan kadar IL-β dengan nilai p=0.03 (p<0.05). Dimana nilai cut off point kadar serum IL-β berdasarkan uji kurva ROC yaitu pg/ml dan nilai OR 6.4 yang menunjukkan ibu infertil dengan endometriosis 6.4 kali beresiko mengalami peningkatan kadar IL-β dibandingkan dengan ibu infertil tanpa endometriosis, maka terbukti bahwa interleukin-β lebih tinggi pada ibu infertil dengan endometriosis daripada infertil tanpa endometriosis. hal ini terjadi karena Endometriosis terjadi perubahan imunologi cairan peritoneum yang menunjukkan peningkatan aktivitas makrofag, sekresinya sitokin IL-β yang menyebabkan terjadinya proses apoptosis patologis. Penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Hadi dkk (205), yang menunjukkan peningkatan kadar IL-β pada penderita endometriosis dengan p=<0,05 dengan CI 95%=2,09-4,5 dengan selisih rerata 26,8. Kadar IL- β lebih tinggi pada pasien endometriosis. Hasil pengukuran NO pada pasien endometriosis berbeda bermakna dengan p=<0.05 dengan CI 95%= 0,89-2,60 dibanding non endometriosis (rerata perb edaan,78).kadar 8-OH-dG pada endometriosis lebih tinggi dari non endometriosis dengan nilai p=<0,05 dengan C 95%= 220, ,47 (selisih rerata 504,03). Hasil PCR-RFLP gen enos genotipe GG, GT dan TT ada perbedaan bermakna antara pasien endometriosis dan non endometriosis (p=<0,05, OR=24,50 dan CI 95%=,3256,3. Dari hasil penelitian ini sesuai dengan teori, bahwa endometriosis merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya infertilitas. Pertumbuhan sel abnormal endometriosis tidak lepas dari pengaruh peningkatan kadar IL-β. Jaringan endometrium tumbuh diluar uterus dari tuba Fallopi menuju ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya endometriosis. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dapat terkena endometriosis. adhesi uterus dan tuba fallopi. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopi menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi penghambat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis. Penelitian Lestari dkk (206), dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna ekspresi IL-ß antara endometriosis dengan karsinoma endometrioid dan karsinoma serosum ovarium, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna ekspresi IL-ß antara karsinoma endometrioid ovarium dan karsinoma serosum ovarium.sehinggapenyebab Endometriosis diduga inflamasi dan respon imun ikut terlibat didalamnya. IL-β merupakan proinflamasi yang merangsang sel endometriosis untuk memproduksi beberapa sitokin lain dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam adhesi, pertumbuhan, invasi, dan angiogenesis pada jaringan endometriosis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IL-β secara signifikan meningkat dalam cairan peritoneal, sel endometrium ektopik dan eutopik dari pasienendometriosis. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu infertile dengan endometriosis 6.4 kali lebih berisiko mengalami peningkatan kadar IL-β 277

6 Wati ISSN dibandingkan dengan ibu infertile tanpa endometriosis. Diperlukan penelitian multisenter, penelitian kasus kontrol atau penelitian kohort dengan memanfaatkan hasil penelitian ini untuk meningkatkan tingkat kepercayaan. DAFTAR PUSTAKA Agarwal A. et al. (205). A unique view on male infertility around the globe. Reproductive Biology and Endocrinology, 3:37 Hadi C.C. dkk. (205). Polimorfisme Gen Endothelial Nitric Oxide Synthase (Enos) Dan Kadar Interleukin-beta (Il -beta), Nitric Oxide (No) Dan 8 -Hydroxy-2 Deoxyguanosine (8 -Oh-Dg) Cairan Folikuler Pada Pasien Endometriosis. Jacoeb T.Z. & Hadisaputra. ( 2009). Penanganan Endometriosis Panduan Klinis Dan Algoritme. Jakarta: CV. Sagung Seto. Djuwantono T. (2008). Hanya 7 hari memahami infertilitas. Bandung: Refika aditama. Keita et al. (200). Expression of Interleukin- (IL-) Ligands System in the Most Common endometriosis-associated Ovarium Cancer Subtypes, (3):2:-8. Konsensus penanganan infertilitas. (203). Diakses tanggal 5 Desember 206. Available from: ploads/205/ref/ref/konsensus_infertilitas_ Revisi_9-.pdf Lebovic D.I. et al. ( 2000). induction of an angiongenic phenotype in endometriotic stromal cell culture by interleuikinbeta.molecular human reproduction 2000, 6: Lestari N.N. dkk. (206). the expression of interleukin- (IL -) β on ovarium endometriosis, endometrioid carcinoma and serous carcinoma. Volume 8 nomor, :2-206 Malutan A.M. et al. (205). Pro-inflammatory cytokines for evaluation of inflammatory status in endometriosis, Central European Journal of Immunology 205: 40(). Iuliu Hatieganu University of Medicine and Pharmacy. Cluj-Napoca. Romania Nezhat F. et al. (2008). The relationship between endometriosis and ovarium malignancy: a review. Fertil: 90: Speroff L. & Fritz M.A. (20).Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.8 th.ed Philadelphia, PA USA: Lippincot Williams &Wilkin. 20: pp Subowo. ( 2009). Imunobiologi.Jakarta: Edisi 2. Sagung Seto. 278

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endometriosis merupakan kelainan ginekologi yang umum terjadi yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar rongga uterus dan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal. BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian. Endometriosis merupakan penyakit yang timbul pada 10% wanita reproduktif dan memiliki gejala nyeri pelvis, dismenorea, dan infertilitas. 1 Endometriosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL Harry Pribadi, 2010. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data

Lebih terperinci

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL. i PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Kesehatan Mata

Lebih terperinci

Oleh: Esti Widiasari S

Oleh: Esti Widiasari S HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR BETHA-1 (TGF Β1) SERUM PADA ENDOMETRIOSIS.

HUBUNGAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR BETHA-1 (TGF Β1) SERUM PADA ENDOMETRIOSIS. HUBUNGAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR BETHA-1 (TGF Β1) SERUM PADA ENDOMETRIOSIS. CORRELATION BETWEEN CONTENT OF TRANSFORMING GROWTH FACTOR BETHA-1 (TGF Β1) SERUM AND ENDOMETRIOSIS Andi Realna Lala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek

Lebih terperinci

PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K)

PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K) PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K) Abstrak Endometriosis adalah masalah ginekologi yang sering ditemui, namun penyebab pastinya belum diketahui. Penelitian

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen.. BAB VI PEMBAHASAN Pembentukan adhesi intraperitoneum secara eksperimental dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu model iskemia, model perlukaan peritoneum, model cedera termal, dengan benda asing,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 vi ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 Aggie, 2011; Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr., M. Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil 4. 1. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis fungsi VEGF 121 rekombinan sebagai terapi preeklamsia, terutama ekspresi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of theories, penelitian telah begitu banyak dilakukan namun angka kejadian Preeklampsia-eklampsia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal 66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Endometriosis Endometriosis merupakan penyakit yang terjadi pada masa belasan tahun sampai mencapai usia menopause, yang berarti dapat diderita sepanjang

Lebih terperinci

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

EKSPRESI INTERLEUKIN-1 (IL-1) Β PADA ENDOMETRIOSIS, KARSINOMA ENDOMETRIOID DAN KARSINOMA SEROSUM OVARIUM

EKSPRESI INTERLEUKIN-1 (IL-1) Β PADA ENDOMETRIOSIS, KARSINOMA ENDOMETRIOID DAN KARSINOMA SEROSUM OVARIUM EKSPRESI INTERLEUKIN-1 (IL-1) Β PADA ENDOMETRIOSIS, KARSINOMA ENDOMETRIOID DAN KARSINOMA SEROSUM OVARIUM THE EXPRESSION OF INTERLEUKIN-1 (IL-1) Β ON OVARIAN ENDOMETRIOSIS, ENDOMETRIOID CARCINOMA AND SEROUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada negara berkembang infeksi Helicobacter pylori terjadi pada 80% populasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada negara berkembang infeksi Helicobacter pylori terjadi pada 80% populasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Pada negara berkembang infeksi Helicobacter pylori terjadi pada 80% populasi, sedangkan di negara maju < 40%. Infeksi Helicobacter pylori lebih banyak didapatkan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36 vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah non eksperimental yang merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross sectional adalah desain

Lebih terperinci

Jurnal Kebidanan 07 (02) Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id

Jurnal Kebidanan 07 (02) Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id Jurnal Kebidanan 07 (02) 115-222 Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id ANALISIS KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DITINJAU DARI RIWAYAT KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP INFERTILITAS DI RS MARGONO

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR- BETHA 1 (TGF-β1) SERUM DENGAN DERAJAT ENDOMETRIOSIS

HUBUNGAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR- BETHA 1 (TGF-β1) SERUM DENGAN DERAJAT ENDOMETRIOSIS 1 HUBUNGAN KADAR TRANSFORMING GROWTH FACTOR- BETHA 1 (TGF-β1) SERUM DENGAN DERAJAT ENDOMETRIOSIS THE CORRELATION BETWEEN THE LEVEL OF TRANSFORMING GROWTH FACTOR- BETHA 1 (TGF-β1) SERUM WITH ENDOMETRIOSIS

Lebih terperinci

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan M. Sudiat 1, Afiana Rohmani 1, Okie Ayu A. 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG Dessy Yunita Dewi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2016

PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2016 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2. BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode Randomized Double Blind Controlled Trial. 4.. Tempat Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan peranan penting dalam beberapa sistem biologis manusia. Diketahui bahwa endothelium-derived

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

PROFIL TNF-α SESUDAH SENAM LANSIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BETHANIA LEMBEAN KOTA MANADO

PROFIL TNF-α SESUDAH SENAM LANSIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BETHANIA LEMBEAN KOTA MANADO PROFIL TNF-α SESUDAH SENAM LANSIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BETHANIA LEMBEAN KOTA MANADO 1 Michael Tulong 2 Siantan Supit 2 Joice N. A. Engka 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau tumor prostat jinak, menjadi masalah bagi kebanyakan kaum pria yang berusia di atas 50 tahun. BPH pada pria muncul tanpa ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini

BAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis merupakan suatu keadaaan ditemukannya jaringan endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini dideskripsikan sejak 1860 dan menjadi salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,

Lebih terperinci

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %. 51 Nilai cut-off-point kadar TNF- dan IL-6 pada serum dan jaringan antara wanita hamil dengan PE-E dan bukan PE-E diperoleh dari Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TO PATIENT SATISFACTION IN INTENSIVE CARE ROOM OF SYEKH YUSUF PUBLIC

Lebih terperinci

Adiponectin Serum Level Difference in Women With Endometriotic and Non-Endometriotic Cysts

Adiponectin Serum Level Difference in Women With Endometriotic and Non-Endometriotic Cysts Adiponectin Serum Level Difference in Women With Endometriotic and Non-Endometriotic Cysts Ruswana Anwar, Fahdiansyah Department of Obstetry and Gynaecology, Faculty of Medicine, Padjadjaran University

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah sindrom klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal maupun global dengan gejala yang berlangsung selama

Lebih terperinci

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Laporan Penelitian PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Difference of Antral Follicle Count Between Users and Non-Users

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab kematian ketiga yang disebabkan oleh kanker baik secara global maupun di Asia sendiri.

Lebih terperinci

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency Jatmiko Susilo, Suci Irina ABSTRACT Depo Medroxy Progesterone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG 120100272 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama teratur tanpa kontrasepsi, namun

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK Pranata Priyo Prakoso, 2014; Pembimbing I: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II: Christine

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

EFEK CENDAWAN ULAT CINA

EFEK CENDAWAN ULAT CINA ABSTRAK EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN 1 PADA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Banu Kadgada Kalingga Murda, 2009. Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

PENGARUH DIET TINGGI FRUKTOSA RENDAH MAGNESIUM TERHADAP JUMLAH MAKROFAG DAN KADAR TNF-α PADA TIKUS PUTIH JANTAN AGUSTINA HUTRIANI PANDUNG

PENGARUH DIET TINGGI FRUKTOSA RENDAH MAGNESIUM TERHADAP JUMLAH MAKROFAG DAN KADAR TNF-α PADA TIKUS PUTIH JANTAN AGUSTINA HUTRIANI PANDUNG PENGARUH DIET TINGGI FRUKTOSA RENDAH MAGNESIUM TERHADAP JUMLAH MAKROFAG DAN KADAR TNF-α PADA TIKUS PUTIH JANTAN AGUSTINA HUTRIANI PANDUNG 2443010154 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci