BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar kecelakaan kerja, insiden maupun near miss yang menimpa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar kecelakaan kerja, insiden maupun near miss yang menimpa"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar kecelakaan kerja, insiden maupun near miss yang menimpa manusia di tempat kerja disebabkan oleh faktor perilaku dari manusia itu sendiri. Human factor merupakan penyebab langsung kecelakaan kerja di industri tambang di Cina (Li et al., 2015). Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa insiden oleh National Safety Council (2011) disimpulkan bahwa 88% kecelakaan kerja secara langsung berkaitan dengan perilaku tidak selamat sesaat sebelum kejadian kecelakaan kerja. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhang (2016) bahwa unsafe behavior merupakan faktor yang menentukan terhadap kecelakaan kerja di industri tambang di Cina. Ningsih (2013) menjelaskan bahwa pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan mengurangi unsafe behavior melalui penerapan Behavior-Based Safety (BBS). Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermann et al. (2010) yang menyatakan bahwa program BBS mampu mengurangi kecelakaan pada pekerja di industri manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeow and Goomas (2014) di industri manufaktur yang menyatakan bahwa program BBS mampu mengurangi angka kecelakaan kerja sekitar 75%. Program BBS dinilai murah untuk dilakukan dan mudah untuk dipahami, sehingga bisa diterapkan di beberapa industri. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaczmarek et 1

2 2 al. (2015) bahwa pendekatan BBS dapat meningkatkan prestasi K3 dan terbukti efektif untuk diterapkan dalam kegiatan industri di Polandia. Behavior-Based Safety (BBS) berkaitan dengan budaya keselamatan di tempat kerja. Budaya keselamatan bisa dilakukan dengan mengubah cara pandang atau sikap para pekerja melalui pendekatan BBS (Somad, 2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah et al. (2016) bahwa budaya keselamatan memengaruhi sikap pekerja. Salah satu sikap pekerja adalah persepsi mereka terhadap K3 dan risiko kecelakaan di tempat kerja. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Adie et al. (2005) bahwa persepsi pekerja terhadap K3 memengaruhi budaya keselamatan pada pekerja di offshore di Inggris. Untuk mengubah sikap dan persepsi pekerja terhadap K3 bisa dilakukan dengan pendekatan secara psikologis sehingga budaya keselamatan bisa dibentuk untuk mengurangi kecelakaan kerja. Hasil penelitian Boughaba (2015) menyatakan bahwa perusahaan dengan budaya keselamatan yang baik memiliki angka kecelakaan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berbudaya keselamatan pada industri petrokimia. Kecelakaan kerja di tempat kerja disebabkan karena perilaku tidak selamat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saodah et al. (2014) bahwa penyebab utama kecelakaan kerja di pabrik peleburan aluminium adalah perilaku tidak selamat (unsafe behavior). Oleh karena itu, pendekatan BBS diterapkan untuk menarik keterlibatan pekerja untuk berperilaku selamat sehingga mampu mengurangi risiko kecelakaan kerja di tempat kerja. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Mokaliran dan Panjaitan (2015) bahwa

3 3 pendekatan BBS mampu mengurangi perilaku tidak selamat pada pekerja. Salah satu cara untuk mengurangi perilaku tidak selamat adalah dengan melakukan komunikasi keselamatan melalui safety talk dan safety induction sehingga pekerja dapat meningkatkan perilaku selamat dan menghindari perilaku tidak selamat. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyono dan Nawawinetu (2013) bahwa komunikasi berhubungan kuat dengan safety behavior. Komunikasi juga bisa mendorong kepedulian di antara para pekerja sehingga bisa meningkatkan dukungan dan kepedulian dari teman kerja untuk berperilaku selamat. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinanda dan Paskarini (2014) bahwa dukungan teman kerja berhubungan positif dengan perilaku selamat sehingga bisa menekan angka kecelakaan kerja di tempat kerja. Mansur dan Nasution (2016) menyatakan bahwa pendekatan BBS meningkatkan prestasi K3 dan mampu mengurangi kecelakaan kerja di industri minyak dan gas. Berdasarkan hal tersebut, BBS merupakan pendekatan yang efektif, mudah, dan murah untuk diterapkan pada berbagai jenis industri untuk mengurangi angka kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja di Indonesia terus meningkat dalam 5 tahun terakhir. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2012 mencapai angka kasus sedangkan pada tahun 2013 tercatat sebanyak kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2014 BPJS mencatat kasus kecelakaan kerja sebanyak kasus dan pada pertengahan tahun Sebagian besar kecelakaan terjadi karena human factor terutama perilaku tidak selamat (unsafe behavior) di tempat kerja.

4 4 Berdasarkan uraian di atas bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah karena faktor perilaku pekerja. Geller (2001) mengemukakan agar pencapaian perilaku selamat berhasil, akan lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang berupaya mendorong terjadinya peningkatan perilaku aman. Dengan kata lain, pendekatanpendekatan tersebut harus menyentuh faktor perilaku yaitu Behavior-Based Safety (BBS). BBS dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan. BBS merupakan isu seksi dan hal yang sangat mendasar khususnya dalam bidang K3. Sommer (2013) berpendapat bahwa Behavior-Based Safety adalah proses yang digunakan untuk membantu pekerja dalam mengidentifikasi dan memilih suatu perilaku yang selamat melalui suatu tindakan yang tidak selamat. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kecerdasan. Beberapa aspek yang berhubungan dengan BBS antara lain dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri. Kemampuan ini yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan kekuatan pribadi (Steiner, 1997 dalam Goleman, 2009). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu mengendalikan pada saat beban kerja meningkat seperti rasa ketidakadilan, konflik dengan sesama rekan kerja atau adanya konflik internal di rumah tangga (Suma mur, 2013). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wiegand (2007) bahwa kecerdasan emosional mampu meningkatkan perilaku selamat, performansi seseorang, dan juga kehidupan pribadi. Berdasarkan hal tersebut, kecerdasan

5 5 emosional bisa digunakan sebagai pondasi yang kuat bagi seorang pekerja untuk melakukan upaya keselamatan, meningkatkan perilaku selamat, meningkatkan produktivitas, dan pengendalian emosi dalam kehidupan pribadinya. Kecerdasan emosional bukanlah suatu sifat bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah, tetapi kecerdasan emosional dapat dipelajari dan dikembangkan melalui hubungan dengan orang. Kecerdasan emosional ini ditunjukkan melalui sikap empati, kasih sayang dan toleransi kepada orang lain. Sikap tersebut sangat identik dengan prinsip penerapan Behavior-Based Safety dan kawruh jiwa yaitu adanya perilaku caring dan prise yaitu memberikan pujian pada hal-hal yang positif diantara para pekerja, serta mengerti diri sendiri dan lingkungan sekitar. Kecerdasan spiritual juga dapat membawa seseorang untuk selalu menghayati halhal yang ada disekitarnya merupakan sebuah nikmat dan karunia-nya. Tak terkecuali dengan seorang pekerja yang senantiasa berada di tempat kerja bersama dengan rekan kerja lain. Seorang pekerja yang memiliki kecerdasan spiritual akan selalu mencari value dari setiap tindakan yang mereka lakukan sehingga kesadaran diri untuk berperilaku selamat ditempat kerja merupakan sebuah kebutuhan. Hal ini sejalan dengan prinsip kawruh jiwa bahwa seseorang akan menerjemahkan setiap kesakitan dan kesulitan sebagai makna hidup (Suryamentaram, 2015). Selain itu, seorang pekerja yang memiliki kecerdasan spiritual selalu belajar dari pekerja lain, memahami setiap kondisi pekerja tersebut baik yang mengalami gejolak fisik maupun mental. Berawal dari inilah seorang pekerja dapat menunjukkan perhatian yang tulus kepada sesama pekerja atau pekerja lain di tempat kerja. Oleh karena itu, pekerja akan menyinergikan kecerdasan emosional

6 6 dan kecerdasan spiritual secara komprehensif dengan memberi makna terhadap pemikiran, kegiatan dan perilaku (Zohar & Marshall, 2005). Berdasarkan konsep Zohar & Marshall di atas maka BBS dapat ditunjukkan dalam potensinya untuk membuat pekerja merasa senang hati, suka rela dan bukan karena keharusan dengan berpartisipasi dan peduli terhadap keselamatan kerja. Penerapan BBS akan mengarahkan para pekerja untuk saling memerhatikan, mengingatkan dan melindungi keselamatan rekan-rekan kerjanya untuk berperilaku selamat (safe behavior) dan menghindari perilaku tidak selamat (unsafe behavior) di tempat kerja. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moallemi (2014) bahwa kecerdasan spiritual mampu menyelesaikan berbagai persoalan di tempat kerja serta meningkatkan kepedulian dan kemampuan bertoleransi terhadap sesama. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berkaitan dengan kawruh jiwa sebagai pencarian makna dan hakikat hidup (Suryomentaram, 2015). Seseorang yang telah mampu memahami dirinya dengan baik dan jujur, maka akan mampu untuk memahami atau mengerti orang lain dan lingkungannya. Sehingga, muncul keselarasan antara dirinya dengan rekan kerja lainnya. Hal ini akan mempermudah interaksi dan komunikasi di antara pekerja sehingga lebih mudah untuk saling mengingatkan terutama untuk berperilaku selamat di tempat kerja. Kawruh jiwa juga dimaknai sebagai cara seseorang melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Dengan kata lain, kawruh jiwa mampu mengarahkan seseorang dalam pengambilan keputusan dan berperilaku selamat maupun tidak selamat di tempat kerja. Oleh karena itu, pekerja dengan pemahaman atau latar belakang

7 7 kawruh jiwa yang baik akan mampu memahami pekerja lain maupun lingkungannya. Di samping itu, pekerja dengan latar belakang kawruh jiwa yang baik akan senantiasa berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Sehingga, pekerja akan mengutamakan aspek kehati-hatian (Alon-Alon Asal Kelakon) dan berperilaku selamat (safe behavior) dalam bekerja. Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah Unit Produksi di PT. Mega Andalan Kalasan (MAK). PT. Mega Andalan Kalasan merupakan perusahaan manufacturing dan engineering yang menghasilkan perlengkapan maupun peralatan rumah sakit. Produk yang dihasilkan antara lain tempat tidur pasien, troli, kursi roda, furniture kamar pasien, meja operasi, meja pemeriksaan, rak dan lemari, tempat tidur lipat dan lain sebagainya. PT. Mega Andalan Kalasan memiliki jumlah pekerja tetap 430 orang, pekerja kontrak 463 orang, pekerja dengan masa percobaan sebanyak 17 orang sehingga total keseluruhan pekerja 910 orang. Para pekerja di perusahaan memiliki pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat di bagian produksi, sehingga pekerja memilki latar belakang pendidikan yang homogen. Berdasarkan hasil studi lapangan di PT. Mega Andalan Kalasan, terdapat kasus kecelakaan kerja sebanyak 64 kasus pada tahun 2015, 24 kasus pada tahun 2014, sebanyak 23 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2013, terdapat 25 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2012 dan sepanjang tahun 2011 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 24 kasus. Berdasarkan data sekunder tentang kecelakaan kerja yang diperoleh dari perusahaan, jenis kecelakaan kerja yang terdapat di PT. Mega Andalan Kalasan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu (1)

8 8 Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), dan (2) Kecelakaan Akibat Hubungan Kerja (KAH). Penyebab kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh beberapa faktor antara lain (1) jenis pekerjaan yaitu pada saat menggerinda maupun mengelas (2) perilaku tidak selamat (unsafe behavior) seperti bekerja tidak sesuai prosedur misalnya menggerinda tidak memakai sarung tangan dan protective footwear, melanggar garis pembatas area kerja, bekerja pada posisi yang tidak tepat atau tidak ergonomis, serta bekerja sambil bercanda (3) isu terkait Behavior-Based Safety antara lain tidak pernah mengingatkan sesama pekerja ketika salah satu dari mereka tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), tidak pernah berdoa sebelum berangkat bekerja, mengabaikan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) atau tidak peduli terhadap kebersihan (housekeeping) dan tidak melaporkan kejadian near miss maupun insiden di tempat kerja, kurangnya komunikasi antara pekerja dengan pekerja dan antara pekerja dengan atasan (4) isu berhubungan dengan budaya keselamatan antara lain bekerja dengan tergesa-gesa sehingga cenderung mengabaikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3), tidak menggunakan APD yang disediakan manajemen, tidak melaporkan APD yang rusak atau memakai APD yang rusak, dan berangkat bekerja tidak tepat waktu. Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa isu terkait kecerdasan emosional antara lain (1) sulit menerima arahan dari atasan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (2) sulit menerima saran dari sesama pekerja untuk berperilaku selamat. Hal ini berkaitan dengan sistem pengaturan diri pada pekerja yang tidak stabil. Hal ini menyebabkan pekerja kurang bisa menerima dan

9 9 memahami informasi baik dari pekerja maupun dari atasan (3) mudah emosi. Banyaknya target dan complain dari buyer membuat beban kerja dan beban tambahan semakin tinggi sehingga pekerja menjadi sulit mengendalikan emosi saat bekerja. Beberapa masalah terkait kecerdasan spiritual antara lain (1) pekerja tidak pernah berdoa sebelum berangkat bekerja. Hal ini disebabkan karena berdoa bukanlah suatu kebutuhan melainkan sebuah kebiasaan sehingga berdoa bukan menjadi value dan budaya tetapi hanya rutinitas yang bisa kehilangan maknanya sewaktu-waktu (2) rendahnya persepsi pekerja terhadap keselamatan kerja di tempat kerja. Kurangnya pelatihan keselamatan kerja dan dukungan manajemen atas terhadap K3 menjadi salah satu sumber penyebab pekerja mengabaikan bahaya keselamatan kerja. (3) kurangnya perasaan dan bertujuan dalam bekerja (work meaningful). Hal ini disebabkan karena pekerja masih menganggap bekerja hanya terbatas pada kebutuhan fisik. Apabila kondisi tersebut terus berlangsung dan tidak ada pengendalian dari pihak manajemen maka akan memicu masalah baru antara lain kehilangan waktu kerja akibat cedera (lost-time injury), absenteeism, dan presenteeism. Hal tersebut bisa membuat banyak pekerjaan yang tertunda dan tidak selesai sesuai target serta berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan produktivitas pekerja maupun perusahaan. Perusahaan juga harus membayar kompensasi terkait Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) kepada pekerja yang mengalami cedera dan Penyakit Akibat Kerja serius sampai pada fatalitas.

10 10 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menurunkan angka kecelakaan kerja melalui paradigma baru yaitu dengan mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pekerja dengan BBS di Unit Produksi PT. Mega Andalan Kalasan. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pekerja terhadap Behavior-Based Safety di Unit Produksi PT. Mega Andalan Kalasan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional pekerja dan kecerdasan spiritual pekerja terhadap Behavior-Based Safety di Unit Produksi. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: a. Mengidentifikasi hubungan kecerdasan emosional pekerja dengan Behavior-Based Safety di Unit Produksi. b. Mengidentifikasi hubungan kecerdasan spiritual pekerja dengan Behavior- Based Safety di Unit Produksi. c. Mengidentifikasi hubungan antara masa kerja dengan Behavior-Based Safety di Unit Produksi.

11 11 d. Mengidentifikasi hubungan antara usia dengan Behavior-Based Safety di Unit Produksi. e. Mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan emosional pekerja dengan kecerdasan spiritual pekerja. f. Menganalisis hubungan kecerdasan emosional dengan Behavior-Based Safety di Unit Produksi. g. Menganalisis hubungan kecerdasan spiritual pekerja dengan Behavior- Based Safety di Unit Produksi. h. Menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional pekerja dengan kecerdasan spiritual pekerja di Unit Produksi. i. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan Behavior-Based Safety di Unit Produksi. j. Menganalisis hubungan antara usia dengan Behavior-Based Safety di Unit Produksi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Bagi PT. MAK, dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah bagi pimpinan utama tentang pentingnya membangun kesadaran dan spiritual terhadap keselamatan kerja di perusahaan serta faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan sehingga dapat dilakukan Human Risk Management (HRM) untuk meningkatkan excellent safety culture (ESC)

12 12 2. Bagi Unit Produksi, dapat memberikan informasi ilmiah bagi para kepala produksi PT. MAK mengenai pentingnya membangun komunikasi, persepsi, dan keterlibatan pekerja terhadap K3. 3. Bagi pekerja di PT. MAK, dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pentingnya berperilaku selamat dan menghindari perilaku tidak selamat dengan pendekatan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual melalui penerapan Behavior-Based Safety di tempat kerja, sehingga dapat melakukan pencegahan kecelakaan di tempat kerja. 4. Bagi Instansi Pemerintah khususnya Disnakertrans Kabupaten Sleman, sebagai sumber informasi ilmiah untuk melakukan kegiatan pencegahan dan promosi K3 sebagai pertimbangan dasar dalam menyusun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan serta sebagai informasi ilmiah dalam menargetkan Indonesia Berbudaya K3. 5. Bagi Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah yang dapat menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Selain itu juga dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya sebagai masukan kepada instansi pemerintah terkait dan perusahaan karena penelitian ini dilakukan menggunakan metode ilmiah. 6. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta menjadi pengalaman berharga dalam menuntut ilmu di Perguruan Tinggi di bidang riset sehingga dapat diterapkan di tempat kerja untuk menyelesaikan berbagai persoalan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

13 13 E. Keaslian Penelitian 1. Rivers et al. (2013) telah meneliti Emotion Skills as a Protective Factor for Risky Behavior among College Students. Hasil penelitian Rivers et al. (2013) menyatakan bahwa kecerdasan emosional mampu mencegah seseorang dari perilaku berbahaya. Perbedaan penelitian Rivers et al. (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian, lokasi penelitian, variabel terikat, serta analisis multivariat. Persamaan penelitian Rivers et al. (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada variabel bebas, instrumen penelitian dan pengukuran variabel penelitian. 2. Irlianti dan Dwiyanti (2014) telah meneliti Analisis Perilaku Aman Tenaga Kerja menggunakan Model Perilaku ABC (Antecedent Behavior Consequence). Hasil penelitian Irlianti dan Dwiyani (2014) menunjukkan bahwa komitmen manajemen berpengaruh dalam membentuk perilaku selamat pada pekerja. Perbedaan penelitian Irlianti dan Dwiyanti (2014) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian, lokasi penelitian, dan variabel penelitian. Persamaan penelitian Irlianti dan Dwiyanti (2014) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitian, analisis data, dan instrumen penelitian. 3. Sunindijo and Zou (2013) telah meneliti The Role of Emotional Intelligence, Interpersonal Skill and Transformational Leadership in Improving Construction Safety. Hasil penelitian Sunindijo and Zou (2013) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kunci dalam meningkatkan dan mengembangkan skill interpersonal dan keteladanan transformasional. Selain

14 14 itu, kecerdasan emosional juga merupakan kunci dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan yang mampu meningkatkan iklim keselamatan. Perbedaan penelitian Sunindijo and Zou (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah subyek penelitian, lokasi penelitian, dan beberapa variabel penelitian. Persamaan penelitian Sunindijo and Zou (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada beberapa variabel penelitian dan instrumen penelitian. 4. Wiegand (2007) telah meneliti Exploring the Role of Emotional Intelligence in Behavior-Based Safety Coaching. Hasil penelitian Wiegand (2007) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpotensi meningkatkan upayaupaya keselamatan, kinerja seseorang dan kehidupan pribadinya. Perbedaan penelitian Wiegand (2007) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian, lokasi penelitian, analisis data, dan instrumen penelitian. Persamaan penelitian Wiegand (2007) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada beberapa variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kejadian kecelakaan kerja dan timbulnya penyakit akibat kerja merupakan masalah yang besar bagi sebuah perusahaan atau industri. Kerugian yang dapat terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari International Labour Organization (ILO) pada tahun 2011, didapat setiap 15 detik, 160 pekerja mengalami kecelakaan terkait dengan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan wujud dari kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi pekerja berdasarkan amanah undang-undang (UU).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 Luthfil Hadi Anshari 1, Nizwardi Azkha 2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks, menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap perkembangan industri baik itu industri barang maupun jasa. Semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri konstruksi di Indonesia memiliki peluang pertumbuhan yang baik. Hal tersebut terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan nasional yang dilakukan oleh suatu bangsa pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya. Pembangunan sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN BAB VI HASIL PENELITIAN 6.. Karakteristik Responden Distribusi responden yang berpendidikan SMP yaitu 55.6% lebih besar dibandingkan dengan SMA yaitu 38.0%. Umur responden antara 20-35 tahun sebesar 46.30%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita berada dalam era perubahan yang sangat cepat, terutama akibat makin pesatnya kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi itu tidak hanya menciptakan produk

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY (STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT)

ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY (STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT) ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY (STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT) Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini Departemen Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi pada saat ini dikarenakan mencakup permasalahan kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang paling utama. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalahmasalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hal yang paling utama dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan untuk melayani masyarakat. Sebagai rumah sakit swasta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era industrialisasi modern penggunaan teknologi maju sangat dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempersiapkan industry memasuki era pasar bebas, diperlukan kesiapan disemua bidang, termasuk bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena dalam Standarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman dimana pertukaran budaya, seni dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI

Lebih terperinci

: Undangan Seminar / Sosialisasi Kesadaran dan Perilaku K3

: Undangan Seminar / Sosialisasi Kesadaran dan Perilaku K3 No. Lampiran Perihal : 076/IPB-LK/V/2010 : 1 Lembar : Undangan Seminar / Sosialisasi Kesadaran dan Perilaku K3 Kepada YTH. Pimpinan / Departemen HSE/HRD/TRAINING Di tempat Dengan Hormat, Dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuannnya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuannnya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi atau perusahaan memerlukan sumber daya untuk mencapai tujuannnya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di Indonesia mengalami perubahan yang besar. Perubahan ini ditandai dengan bertambah majunya teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia kerja, perubahan dan tantangan terus berganti seiring dengan perkembangan industri. Keadaan ini menuntut sebuah perusahaan untuk selalu produktif. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor industri. Demikian juga kemajuan industri di Indonesia. Setiap industri banyak melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan sering kali terabaikan, hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan kerja pekerja serta Penyakit Akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja tidak pernah terlepas dari masalah yang terkait dengan kecelakaan, kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 204 (The APPLICATION of PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) and WORK ACCIDENT at PT INALUM KUALA TANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban manusia telah mendorong industri di Indonesia untuk berkembang semakin maju dari teknologi yang sederhana sampai berteknologi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titik berat dalam proses pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan kecelakaan..., Ajub Paddy, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan kecelakaan..., Ajub Paddy, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA 1 BAB 1 PENDAHULUAN PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Industri Minyak dan Gas yang beroperasi di Provinsi Aceh. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, PT. X menganggap bahwa

Lebih terperinci

1 Universitas Esa Unggul

1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi pada saat ini yang begitu pesat membuat banyak masalah kompleks yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada kalanya masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerapan peraturan yang tepat dalam suatu organisasi dapat menentukan keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Pemerintah, dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Kepuasan Kerja, Kegairahan Kerja & Keamanan Kerja

Psikologi Dunia Kerja Kepuasan Kerja, Kegairahan Kerja & Keamanan Kerja Psikologi Dunia Kerja Kepuasan Kerja, Kegairahan Kerja & Keamanan Kerja Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Kepuasan Kerja Pendahuluan Motivasi untuk bekerja tidak dapat dikaitkan hanya pada kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor penting dalam rangka perlindungan dunia kerja, dan juga sangat penting untuk produktivitas dan kelangsungan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dinlakukan setia hari secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi (Watson,2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah *) **) Marina Kartikawati *), Baju Widjasena **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien artinya dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sumber Bahaya Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika

Lebih terperinci

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) Putri Hartaningrum *, Binti Mualifatul, Haidar Natsir Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja telah berkembang menjadi isu global saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN ORGANISASI DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KERJA DI INDUSTI MANUFAKTUR

PENGARUH MANAJEMEN ORGANISASI DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KERJA DI INDUSTI MANUFAKTUR PENGARUH MANAJEMEN ORGANISASI DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KERJA DI INDUSTI MANUFAKTUR Handy Febri Satoto 1), Sri Gunani Partiwi 2), dan Dyah Santhi Dewi 3) Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat Indonesia. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Setiap warga Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahaya, Risiko, dan Kecelakaan Kerja Bahaya adalah keadaan yang mempunyai potensi untuk menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan harta benda maupun lingkungan alam.risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian

Lebih terperinci

SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR

SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR Modul-1 Safety Awareness Safety Instinct dasar pembentuk Safety Behaviour Keselamatan kerja wajib diterapkan berdasarkan Undang Undang Nomor 1 tahun 1970.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era modern seperti sekarang ini pembangunan di Indonesia menjadi hal yang sangat mendasar untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber yang dapat mengelola, mempertahankan, dan mengembangkan organisasi. Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S1 Diajukan oleh : DIAH ARIYANINGSIH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hak dari setiap pekerja, hal tersebut didukung dengan dikeluarkannya UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PERILAKU SELAMAT KARYAWAN SABILA CRAFT DENGAN METODE BEHAVIOUR BASED SAFETY GUNA MENDUKUNG PEROLEHAN PENGHARGAAN SNI AWARD Retno Rusdjijati 1* dan Oesman Raliby 2 Prodi Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

Safety Leadership Bag 1 Part 2

Safety Leadership Bag 1 Part 2 Safety Leadership Bag 1 Part 2 1.1. Paradigma Perusahaan Terhadap Sumber Daya Manusia Sebagian besar industri mengeluhkan fenomena tingginya kecelakaan kerja (Accident) ini meskipun sudah mendapatkan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3 EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN Patricia 1, David 2 and Andi 3 ABSTRAK : Perkembangan dunia properti menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tenaga kerja sebagai sumberdaya yang sangat penting di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tenaga kerja sebagai sumberdaya yang sangat penting di dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumberdaya yang sangat penting di dalam suatu organisasi. Organisasi akan lebih maju dan berkembang apabila mempunyai tenaga kerja yang handal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan

Lebih terperinci