SKRIPSI. Oleh Lukman Primadi NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Oleh Lukman Primadi NIM"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SD KELAS IV SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Lukman Primadi NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Memperlakukan alam dan segala isinya dengan baik adalah cara lain manusia menghargai Tuhan. (Penulis) v

6 PERSEMBAHAN Dengan menyebut nama Allah SWT dan mengucap syukur atas karunia-nya, karya ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku yang telah menjadi sosok penyemangat, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang belum sempat kubalas. 2. Almamater UNY. 3. Tanah Airku. vi

7 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SD KELAS IV Oleh Lukman Primadi NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal yang layak digunakan sebagai media pembelajaran pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV di SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development) dengan mengacu pada model 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Selanjutnya model tersebut diadaptasi menjadi tahap pendefinisan (Define), perancangan (Design), dan pengembangan (Develop). Bahan ajar yang dikembangkan divalidasi oleh satu orang ahli materi dan satu orang ahli media. Sebelum dilakukan uji coba kepada siswa, bahan ajar juga mendapatkan tanggapan dari guru selaku praktisi melalui angket respon guru. Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan angket. Teknik analisis data yaitu deskriptif. Hasil validasi dan review dari ahli materi dan media menyatakan bahwa bahan ajar cetak yang dikembangkan dengan mengangkat muatan lokal berupa materi tentang permasalahan lingkungan akibat fenomena alam abrasi di Kabupaten Bantul yang dikemas berbasis komunikasi visual sudah layak diujicobakan di lapangan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil validasi ahli materi pada aspek kelayakan isi dan bahasa mendapatkan skor rata-rata 4,05 dan 3,84 termasuk dalam kategori baik. Hasil validasi ahli media pada aspek kelayakan kegrafikan dan penyajian mendapatkan skor rata-rata 4,06 dan 4,00 termasuk dalam kategori baik. Hasil angket respon guru mendapatkan skor rata-rata 4,22 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba kelompok kecil (terbatas) mendapatkan skor rata-rata 4,16 termasuk dalam kategori baik. Hasil uji coba lapangan (luas) mendapatkan skor rata-rata 4,44 termasuk dalam kategori sangat baik. Kata kunci: bahan ajar cetak, komunikasi visual, muatan lokal vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD Kelas IV dengan baik. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 5. Dosen Pembimbing serta ahli materi Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. yang memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Deni Hardianto, M.Pd. selaku ahli media yang telah memberikan banyak masukan pada produk yang dikembangkan. viii

9 7. Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru SD Negeri 1 Srandakan yang telah memberi ijin, bimbingan dan masukan. 8. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan yang telah banyak membantu selama penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta, 7 November 2016 Penulis ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi vii viii x xiii xv xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan G. Manfaat Penelitian H. Definisi Istilah x

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka Mengenai Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Karakteristik Bahan Ajar Jenis Bahan Ajar Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran Penyusunan Bahan Ajar Aspek Kelayakan Bahan Ajar B. Kajian Pustaka Mengenai Pembelajaran Tematik Pengertian Pembelajaran Tematik Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar C. Kajian Pustaka Mengenai Komunikasi Visual Pengertian Komunikasi Visual Unsur-Unsur Visual Prinsip-Prinsip Desain Jenis Media Grafis D. Kajian Pustaka Mengenai Muatan Lokal Pengertian Muatan Lokal Tujuan Kurikulum Muatan Lokal E. Desain Komunikasi Visual Bermuatan Lokal F. Materi Kelas IV SD pada Kurikulum G. Karakteristik Siswa SD Kelas IV xi

12 H. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan I. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Validasi dan Uji Coba Produk C. Subjek Penelitian D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan E. Jenis Data F. Metode Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Revisi Produk C. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk D. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran C. Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Lembar Validasi Ahli Materi dan Ahli Media Lampiran 2. Surat Permohonan Judgement Instrumen Lampiran 3. Surat Permohonan Nara Sumber Ahli Lampiran 4. Surat Pernyataan Validator Instrumen Lampiran 5. Surat Pernyataan Validator Materi Lampiran 6. Surat Pernyataan Validator Media Lampiran 7. Instrumen Penilaian Ahli Materi Lampiran 8. Instrumen Penilaian Ahli Media Lampiran 9. Instrumen Lembar Respon Guru Lampiran 10. Instrumen Lembar Respon Siswa Lampiran 11. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Pertama Lampiran 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Kedua Lampiran 13. Hasil Validasi Ahli Media Tahap Pertama Lampiran 14. Hasil Validasi Ahli Media Tahap Kedua Lampiran 15. Data Hasil Respon Guru Tahap Pertama Lampiran 16. Data Hasil Respon Guru Tahap Kedua Lampiran 17. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) Lampiran 18. Data Hasil Uji Coba Lapangan (Luas) Lampiran 19. Lembar Respon Siswa Lampiran 20. Dokumentasi Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas xiii

14 Lampiran 22. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Bantul Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian xiv

15 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Daftar Tema dan Subtema untuk Kelas IV SD Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Materi Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Media Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Guru Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Siswa Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif Tabel 7. Konversi Data Kuantitatif menjadi Data Kualitatif Tabel 8. Kompetensi Inti Tabel 9. Pemetaan Kompetensi Dasar Tabel 10. Indikator Tabel 11. Rumusan Tujuan Pembelajaran Tabel 12. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap I Tabel 13. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap I Tabel 14. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap II Tabel 15. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap II Tabel 16. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap I. 101 Tabel 17. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap I Tabel 18. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap II 104 Tabel 19. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap II. 105 Tabel 20. Data Respon Guru Tahap Pertama Tabel 21. Data Respon Guru Tahap Kedua xv

16 Tabel 22. Data Respon Siswa Uji Coba Terbatas Tabel 23. Data Respon Siswa Uji Coba Lapangan Tabel 24. Saran Perbaikan Ahli Materi Tabel 25. Saran Perbaikan Ahli Media xvi

17 DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Gambar 2. Desain Validasi dan Uji Coba Produk Gambar 3. Desain Pengembangan Bahan Ajar yang Diadaptasi dari 4D.. 70 Gambar 4. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi Gambar 5. Diagram Batang Penilaian Ahli Media Gambar 6. Diagram Batang Respon Guru Gambar 7. Perubahan Lokasi menjadi Lebih Spesifik Gambar 8. Perubahan pada Gambar Penjelasan Percobaan Gambar 9. Perubahan dan Penambahan Gambar Gambar 10. Penambahan Materi Jenis Penyu dan Glosarium Gambar 11. Penambahan Sampul Dalam Gambar 12. Perubahan pada Karakter Tokoh Gambar 13. Perubahan pada Kecerahan Gambar Gambar 14. Perubahan pada Daftar Isi Gambar 15. Penambahan Caption pada Ilustrasi Gambar Gambar 16. Penyesuaian KD dengan Edisi Revisi Terbaru xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik melalui pembelajaran secara sadar dan terencana untuk aktif mengoptimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga terbentuk watak, karakter, dan kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Peserta didik diberikan pengalaman untuk dapat mengembangkan kemampuannya selaras dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Sejalan dengan hal tersebut, mengacu kepada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Dwi Siswoyo, 2011: 55). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kemajuan, kualitas, serta kapasitas suatu bangsa dan negara dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat global. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pendidikan tidak dapat lepas dan dipisahkan dari kurikulum karena keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut Wina Sanjaya (2010: 10), Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Dengan demikian, kurikulum memiliki fungsi sebagai sarana 1

19 dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yakni untuk mempersiapkan peserta didik hidup di dalam lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Selaras dengan perkembangan dan kemajuan zaman yang senantiasa berubah-ubah dari masa ke masa, kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu, di Indonesia sempat beberapa kali mengalami perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum awal yaitu Rentjana Pembelajaran 1947, CBSA, KBK, KTSP, kemudian terakhir adalah Kurikulum 2013 yang dalam penerapannya masih menemui banyak kendala sehingga harus dikembalikan lagi pada kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Selanjutnya, pemerintah sebagai pemangku kebijakan akan menerapkan Kurikulum 2013 secara bertahap sehingga dapat diimplementasikan sempurna pada tahun ajaran 2019/2020 (Okezone.com). Walaupun dirasakan belum matang, khususnya dalam pergantian dari KTSP ke Kurikulum 2013, pada dasarnya pergantian kurikulum tersebut dilandaskan pada tuntutan zaman yang dinamis serta isu-isu global yang tengah berkembang di masyarakat. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016 ini merupakan salah satu contoh tantangan yang harus dihadapi Indonesia berkaitan dengan daya saing dan kesiapan dari berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak terkecuali dalam aspek pendidikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laman Okezone.com (30/11/2015) pada kolom News / Kampus CEO gurubicara.com, Namin AB Ibnu Solihin mengemukakan bahwasanya berkenaan dengan Masyarakat 2

20 Ekonomi ASEAN (MEA), setidaknya masih ada empat permasalahan pendidikan yang dihadapi Indonesia. Permasalahan pertama adalah kurikulum yang masih memerlukan beberapa perbaikan. Permasalahan berikutnya adalah guru yang berperan sebagai ujung tombak dalam pendidikan, akan tetapi masih kurang mendapatkan pelatihan yang aplikatif dan berkualitas. Selain itu, budaya literasi di kalangan guru masih sangat lemah. Sedangkan permasalahan terakhir adalah buku pelajaran yang digunakan masih bersifat lower order thinking skill (LOTS). Misalnya, membahas tentang sunat. Buku di Indonesia masih sekadar membahas apa itu sunat. Padahal kalau buku di luar negeri sampai detail membahas siapa orang pertama yang disunat dan sebagainya, kata Namin saat dihubungi di Jakarta selaku pembicara dalam acara Indonesia Youth Conference (IYC) Permasalahan-permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa perlu adanya suatu usaha perbaikan di berbagai lini, mulai dari kurikulum, guru, sampai pada permasalahan bahan ajar berupa buku pelajaran. Pergantian acuan pendidikan dari KTSP ke Kurikulum 2013 tentunya membutuhkan penyesuaian, salah satunya adalah pada bahan ajar yang digunakan oleh sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diimplementasikan melalui interaksi belajar di kelas atau biasa disebut proses pembelajaran. Buku pelajaran atau sering disebut dengan buku ajar merupakan salah satu bentuk sumber belajar yang memiliki fungsi sebagai alat bantu dan pendukung dalam proses pembelajaran, sehingga memiliki peranan yang tidak kalah penting di samping tujuan, materi, metode, serta evaluasi pada sistem 3

21 proses pembelajaran. Oleh karena itu, penyesuaian terhadap bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan supaya relevan dan sejalan dengan realitas kehidupan serta permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. Buku ajar yang umumnya digunakan sebagai salah satu sumber belajar utama siswa di sekolah pada kenyataannya masih memiliki beberapa kelemahan dalam hal konten, isi, serta kemampuan dalam membangun pengetahuan dan pengalaman belajar secara mandiri. Dengan kata lain, buku ajar belum memberikan ruang yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena maupun permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Akibatnya, siswa akan terhambat untuk mendapatkan sumber belajar yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang bermakna. Hal tersebut tidak sejalan dengan pemaparan Muhammad Nuh (Imas Kurniasih, 2014: 7) mengenai ciri kurikulum 2013 yang mendorong siswa untuk lebih memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal maupun antarpersonal, serta memiliki kemampuan untuk berfikir kritis melalui proses pembelajaran. Berkaitan dengan buku ajar, Putu Sukerni (2014: 387) dalam Jurnal Pendidikan Nasional menyatakan permasalahan lain yang masih sering terjadi di sekolah yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah: kajian materi setiap buku ajar bervariasi, materi yang terdapat dalam buku ajar tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa usia sekolah dasar yang berada dalam tahap perkembangan operasional konkrit menuntut adanya sebuah sarana atau media yang dapat menyampaikan pesan dan informasi dengan 4

22 baik. Akan tetapi, sistem pengorganisasian dan penyampaian pesan atau isi dalam buku ajar yang ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya kurang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. Dampaknya siswa menjadi kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran yang dari segi tampilan kurang menarik dan lebih dominan berisi teks. Didasari oleh kondisi tersebut, dipandang perlu adanya usaha perbaikan dalam proses penyampaian pesan yang biasanya dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol verbal berupa rangkaian huruf yang membentuk tulisan serta pengkombinasian simbol visual dalam bentuk ilustrasi, gambar, foto, desain grafis, diagram, warna, dan lain sebagainya. Penggunaan simbol-simbol visual menjadi penting karena memiliki fungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila tidak digrafiskan (Arief S. Sadiman, 2008: 28). Untuk itu, diperlukan sebuah alat yang difungsikan sebagai sarana penyampai pesan atau informasi. Pengorganisasian dan pengolahan media visual sebagai proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain yang berkaitan dengan indera penglihatan inilah yang dikenal dengan istilah komunikasi visual (visual communication). Guru sebagai sebuah pekerjaan profesi menjadikan guru berada pada garda terdepan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Hal tersebut memberikan konsekuensi bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional. Melalui Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, pemerintah telah mengatur tentang prosedur perencanaan 5

23 proses pembelajaran yang mewajibkan setiap guru pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sumber belajar merupakan salah satu aspek yang terdapat di dalam sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang tidak boleh luput dari perhatian guru. Menurut Wina Sanjaya (2010: 206) seiring dengan kemajuan teknologi, peran dan tugas guru sebagai sumber belajar kini bergeser menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar. Melalui pengelolaan sumber belajar yang baik dan bervariasi diharapkan kualitas pembelajaran akan meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan secara kreatif mampu mengembangkan sumber belajar, salah satunya adalah dalam pengembangan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan serta karakteristik siswa. Selain itu, dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah sebagai konsekuensi dari sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut Negara Indonesia, sistem pendidikan nasional didorong untuk menyelenggaraan pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman, memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat (Hasbullah, 2007: 1). Hal tersebut membuka peluang bagi guru sebagai salah satu bagian dari lembaga pendidikan atau sekolah untuk ikut andil dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan daerah yang lebih bernuansa lokal sebagai lingkungan terdekat siswa. Hal tersebut didasari oleh fakta bahwa penggunaan bahan ajar berupa buku yang seragam selama ini kurang memberikan tempat kepada konteks kelokalan dalam pembelajaran di sekolah. 6

24 Padahal, pembelajaran baru terjadi ketika siswa mampu memahami materi pembelajaran dari sudut pandang budaya yang ada pada lingkungan mereka sendiri, sehingga pengetahuan dan kearifan lokal berupa aktivitas penduduk lokal, lingkungan, serta interaksi penduduk dengan lingkungan sekitarnya perlu diintegrasikan dalam pendidikan formal, yaitu sekolah (Mukhyati, 2015: 152). Buku ajar yang digunakan secara nasional memang telah dirancang sesuai dengan standar isi menurut kurikulum yang sedang diberlakukan oleh pemerintah. Diperlukan sebuah buku ajar pelengkap sebagai sarana untuk mengakomodasi keberadaan konteks kelokalan dan budaya setempat yang merupakan sebuah keniscayaan sehingga tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Namun demikian, bahan ajar harus tetap disesuaikan dengan latar belakang sosial, budaya, tahap perkembangan, minat, serta potensi yang dimiliki siswa. Guru sebagai seorang yang menguasai materi pelajaran, memahami situasi lingkungan sekitar dan kemampuan peserta didik, serta lebih mengerti peralatan atau perlengkapan yang diperlukan dalam penyampaian suatu bahan pelajaran dapat menyusun bahan ajar sendiri seperti modul, diktat, maupun buku ajar atau buku teks (Syaiful Sagala, 2009: 15). Pengembangan materi bahan ajar yang memuat konteks kelokalan harus mengacu pada karakteristik daerah yang bersangkutan, meliputi kondisi tentang alam, potensi sumber daya alam, kondisi sosial, ekonomi, serta budaya masyarakatnya. Kabupaten Bantul sendiri merupakan salah satu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di sebelah selatan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 7

25 dokumen Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul tahun 2014, Kabupaten Bantul memiliki garis pantai sepanjang 17 kilometer meliputi tiga wilayah kecamatan yaitu Srandakan, Sanden, dan Kretek. Disamping potensi wisata bahari yang dimiliki, terdapat usaha pemanfaatan sumber daya alam yang telah dikembangkan di daerah pesisir pantai, yaitu pemanfaatan energi alternatif berupa pembangkit listrik tenaga kincir angin dan tenaga surya. Selain beragam potensi sumber daya alam, Kabupaten Bantul juga memiliki kawasan konservasi laut daerah berupa perlindungan terhadap penyu di kawasan Patihan serta perlindungan terhadap perikanan laut di kawasan Baros dan Parangtritis. Kawasan konservasi laut tersebut memiliki luas secara keseluruhan yaitu 105 Ha. Khusus di kawasan Baros, terdapat pula kawasan konservasi hutan mangrove atau pohon bakau seluas 6 Ha yang mulai dikembangkan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pengikisan tanah areal pantai oleh air laut atau lebih dikenal dengan istilah abrasi. Usaha tersebut cukup beralasan karena dari kurun waktu tahun 2009 sampai 2013 saja telah terjadi sepuluh kejadian abrasi di sepanjang kawasan pantai Kabupaten Bantul. Fenomena alam tersebut berdampak pada perubahan lingkungan kawasan pantai. Kerusakan yang nyata meliputi kerusakan sarana prasarana pariwisata pantai berupa los pasar, tempat pelelangan ikan, bangunan rumah warga, maupun kerusakan ekosistem lingkungan serta kerusakan lahan kawasan konservasi laut. Perubahan lingkungan kawasan pantai selain diakibatkan oleh fenomena alam juga disebabkan oleh maraknya pembangunan lahan tambak buatan untuk komoditas udang. Aktivitas tersebut berdampak pada 8

26 berkurangnya lahan ekosistem pohon cemara udang yang digunakan sebagai lahan penyangga kawasan pantai. Adanya hama penyakit yang melanda tambak udang membuat satu persatu pengusaha tambak udang bangkrut dan menutup usahanya. Akibatnya, bekas lahan tambak yang tidak digunakan lagi sebagian besar hanya dibiarkan mengering tak terurus. Hal tersebut tentu saja menambah luas lahan kritis dari lahan bekas tambak yang ditinggalkan. Upaya pengolahan lahan bekas tambak untuk bisa ditanami kembali membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah karena kualitas lahan terlampau rusak akibat pengolahan tambak yang kurang ramah lingkungan. Kerusakan lingkungan tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian bagi seluruh warga, khususnya yang berada di lingkungan pesisir pantai termasuk kalangan siswa. Kelestarian lingkungan dan kekayaan potensi alam perlu untuk senantiasa dijaga agar keberlangsungan keseimbangan lingkungan tidak terganggu. Oleh karena itu, konteks kelokalan berupa lingkungan sekitar beserta permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan pesisir pantai perlu untuk diangkat dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengintregasikannya ke dalam bahan ajar supaya siswa lebih memahami kondisi yang nyata terjadi di lingkungan terdekat mereka. Dengan demikian, sikap kepedulian siswa terhadap kelestarian lingkungan dapat ditanamkan melalui upaya tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD Negeri 1 Srandakan pada Februari 2016, buku teks/ paket serta buku LKS masih dominan digunakan oleh guru sebagai sumber belajar utama. Intensitas penggunaan bahan ajar berupa buku teks/ paket ini tidak diimbangi dengan kualitas buku yang sesuai 9

27 dengan karakteristik siswa. Sebagian besar buku teks yang ada di sekolah masih bersifat menjejali siswa dengan lebih banyak terfokus pada sajian materi dan penyelesaian soal saja. Selain itu, bahasa yang digunakan kurang komunikatif sehingga pesan dalam buku kurang dapat tersampaikan dengan baik pada siswa. Lebih lanjut, keberadaan konteks kelokalan belum banyak diangkat dalam buku ajar karena memang buku yang tersedia dan digunakan dalam pembelajaran umumnya berpaku pada standar isi dari kurikulum berskala nasional. Di sisi lain, pengembangan bahan ajar yang mengangkat konteks lokal masih tergolong rendah. Selanjutnya, apabila dilihat dari segi tampilan atau perwajahan, buku ajar yang digunakan minim variasi dalam desain grafis, tata letak, layout, serta pengilustrasian isi sehingga kurang menarik dan kurang sesuai untuk siswa yang masih tergolong usia anak-anak. Padahal, tampilan buku akan memberikan kesan pertama terhadap keseluruhan isi buku. Siswa akan lebih tertarik pada bahan ajar yang memiliki banyak gambar dan penggunaan teks yang tidak terlalu dominan. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa SD Negeri 1 Srandakan. Ketika dilakukan wawancara dengan guru kelas mengenai pengembangan bahan ajar, selama ini guru belum terlalu banyak melakukan pengembangan bahan ajar karena berbagai keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Penguasaan guru akan pemanfaatan teknologi yang sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar masih kurang. Di sisi lain, belum banyak pelatihan kepada guru yang aplikatif tentang 10

28 penggunaan dan pengembangan bahan ajar yang variatif. Beberapa faktor tersebut yang menjadi kendala dan menghambat guru untuk dapat mengembangkan sumber belajar berupa bahan ajar yang memadai dan mengangkat konteks kelokalan untuk para siswanya. Kondisi di atas mendorong peneliti melakukan penelitian pengembangan bahan ajar yang menghasilkan produk berupa satu paket buku pelengkap pembelajaran yang mengangkat konteks kelokalan pada tema peduli terhadap lingkungan di kelas IV. Bahan ajar dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai peserta didik. Muatan konteks kelokalan berdasarkan kondisi serta permasalahanpermasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar siswa diintegrasikan di dalam bahan ajar. Bahan ajar dikemas menarik dengan bahasa yang komunikatif dan memberikan tantangan serta merangsang rasa ingin tahu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran dengan pemberian kuis yang bervariasi, teka-teki silang, rubrik serta artikel mengenai pengetahuan dan penjelasan fakta-fakta yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, tidak hanya sekedar pemberian informasi. Selain itu, pemberian simbol-simbol grafis seperti ilustrasi, gambar, kartun, dan lain sebagainya dikemas memperhatikan komposisi warna serta tata letak, sehingga buku ajar akan terlihat lebih menarik bagi anak-anak. Judul dari penelitian ini adalah Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD Kelas IV. 11

29 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang muncul adalah sebagai berikut. 1. Masih terbatasnya guru yang secara mandiri melakukan pengembangan bahan ajar cetak berbentuk buku ajar pelengkap sebagai pegangan siswa. 2. Buku yang digunakan siswa umumnya masih bersifat lower order thinking skill, sehingga kedalaman materi yang diajarkan masih terkesan dangkal serta masih menjejali siswa dengan materi berupa hafalan. 3. Sistem pengorganisasian dan penyampaian pesan/ isi dari buku ajar yang ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya kurang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. 4. Masih terbatasnya ruang pengangkatan konteks kelokalan di kawasan pesisir Kabupaten Bantul dalam bahan ajar khususnya buku ajar pelengkap yang digunakan dalam pembelajaran siswa di sekolah sebagai upaya penanaman sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih fokus dan mendalam dalam menjawab permasalahan yang ada. Dengan masih adanya kelemahan bahan ajar dari segi desain grafis, penggunaan bahasa yang tidak komunikatif, serta terbatasnya ruang pengangkatan konteks kelokalan dalam bahan ajar, peneliti akan memfokuskan penelitian kepada penyusunan bahan ajar cetak berbentuk buku ajar cetak tematik pelengkap tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema 12

30 Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV SD. Pengembangan bahan ajar dengan materi pembelajaran yang mengintegrasikan konteks kelokalan berupa kondisi dan permasalahan lingkungan sekitar ke dalam pembelajaran. Bahan ajar berupa buku ajar pelengkap tersebut diterapkan pada proses pembelajaran kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kelayakan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV berdasarkan penilaian ahli/ validator dan praktisi? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV yang mendapatkan kriteria layak dengan kategori baik berdasarkan penilaian ahli/ validator dan praktisi. 13

31 F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1. Bahan ajar cetak untuk kelas IV (empat) berbentuk buku ajar pelengkap pembelajaran dengan tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan. 2. Bahan ajar cetak untuk kelas IV (empat) berbentuk buku pelengkap pembelajaran dengan ukuran kertas A4, bahan kertas untuk isi buku adalah Art Paper 120 gram, serta untuk halaman sampul berbahan kertas Ivory 260 gram dan terdiri dari 30 halaman bolak-balik. 3. Bahan ajar disusun sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013 terdiri peta konsep, daftar isi, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, uraian materi yang dilengkapi dengan soal-soal latihan berupa kuis yang bervariasi, kegiatan sains, proyek sains, juga dilengkapi berbagai rubrik serta artikel untuk menambah wawasan dan sumber pendukung. 4. Pengintegrasian muatan konteks kelokalan berupa kondisi serta permasalahan yang terjadi di lingkungkan kawasan pantai Kabupaten Bantul ke dalam pembelajaran sebagai upaya penanaman sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dengan menekankan pada penggunaan unsur-unsur dalam komunikasi visual berupa komik, gambar, kartun, poster, foto, serta karikatur pada setiap kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kesesuaian dan keterkaitannya dengan materi. 14

32 5. Memberikan variasi tugas yang menyenangkan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, serta percobaan tentang fenomena-fenomena alam yang berkaitan dengan tema. G. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV baik secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan referensi dan menambah wawasan guna pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal dalam pembelajaran, khususnya melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap berbagai pihak, antara lain kepada: a. Bagi siswa, dapat menambah motivasi siswa untuk lebih giat belajar dan meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui bahan ajar yang komunikatif, menarik, merangsang rasa ingin tahu siswa, dan menanamkan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. b. Bagi guru, dapat menambah wawasan serta merangsang kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar, khususnya dalam 15

33 pembelajaran yang mengangkat muatan konteks kelokalan dengan memperhatikan kebutuhan, karakteristik, dan tahap perkembangan siswa. c. Bagi sekolah, dapat memberikan tambahan koleksi bahan ajar dengan variasi yang berbeda, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai salah satu alternatif sumber belajar dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran individu di perpustakaan. d. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan rujukan dalam pengembangan bahan ajar dengan bentuk produk yang berbeda dan materi pembelajaran lain. H. Definisi Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda, maka perlu diberikan penjelasan tentang arti beberapa istilah penting. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi Visual Komunikasi visual merupakan salah satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengorganisasian dan pengolahan media visual sebagai proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain yang berkaitan dengan indera penglihatan. Komunikasi visual bertujuan untuk mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar tatanan huruf serta komposisi warna serta tata letak (layout). 16

34 2. Muatan Lokal Muatan lokal dalam kaitannya dengan kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang khas dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam serta lingkungan budaya serta kebutuhan daerah, baik berupa lingkungan alam fisik maupun lingkungan masyarakat. Bahan yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada di alam sekitar. 17

35 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka Mengenai Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Paulina Panen (2001: 6) menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pendapat senada juga disampaikan oleh Andi Prastowo (2012: 17) bahwa bahan ajar dapat diartikan sebagai segala bahan yang dapat berupa informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis serta menampilkan secara utuh kompetensi yang akan dikuasai siswa melalui proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Selanjutnya, bahan ajar disusun dengan mengacu pada kurikulum yang digunakan sebagai sarana pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sungkono (2003: 1) suatu bahan ajar memuat materi atau isi pelajaran yang dapat berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah, atau teori yang tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran. Oleh karena itu, suatu bahan ajar memuat: Tujuan Pembelajaran Umum (TPU), Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), kegiatan pembelajaran, materi pelajaran, latihan atau tugas, evaluasi, dan umpan balik. Hal ini sejalan dengan pendapat Ika Lestari (2013: 2) yang menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi 18

36 pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan tergantung jenis pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka mencapai kompetensi-kompetensi yang ditentukan. Khusus dalam Kurikulum 2013, kompetensi-kompetensi tersebut tercermin dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa tersebut dapat diartikan sebagai suatu tujuan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, melalui bahan ajar siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis. Selanjutnya, siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran secara utuh dan terpadu. Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, bahan ajar lazimnya berisi tentang semua cakupan materi dari semua mata pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, baik berupa pesan yang sifatnya visual, audio, maupun pesan audio visual. Secara umum, media atau sarana penyampaian pesan tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak (printed materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non-printed materials) (Udin Syaefudin Sa ud, 2009: 215). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang berisi materi pembelajaran, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang disusun secara sistematis dan runtut untuk mencapai kompetensi yang diharapkan 19

37 sesuai dengan bidang studi tertentu. Penyusunan bahan ajar perlu mengacu pada kurikulum yang digunakan supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan tercapainya kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, melalui bahan ajar yang runtut dan terarah siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. 2. Karakteristik Bahan Ajar Terdapat beragam bentuk buku yang digunakan oleh sekolah, misalnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku diktat. Segala bahan atau materi yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran dapat disebut sebagai bahan ajar apabila memenuhi beberapa karakteristik yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pedoman penulisan bahan ajar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (dalam Ika Lestari, 2013: 2-3), bahan ajar memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Self instructional, yaitu bahan ajar dituntut untuk dapat membantu siswa mampu belajar secara mandiri maupun dengan panduan guru. Untuk itu, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas agar siswa dapat mengetahui kompetensi apa saja yang harus dicapai pada saat pembelajaran berlangsung. b. Self contained, yaitu bahan ajar sebisa mungkin dapat memuat seluruh materi pelajaran dari kompetensi yang dipelajari secara utuh. c. Stand alone, dengan kata lain bahan ajar dapat berdiri sendiri, artinya bahan ajar dikembangkan dengan tidak bergantung pada bahan ajar 20

38 lain atau pada saat penggunaanya tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. d. Adaptive, yaitu bahan ajar diharapkan memiliki daya adaptif yang tinggi sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. User friendly, yaitu bahan ajar dapat digunakan dengan mudah serta bersahabat dengan pemakainya. Selanjutnya, berkaitan dengan pembelajaran tematik sebagai salah satu ciri pengimplementasian Kurikulum 2013 khususnya di sekolah dasar, bahan ajar yang digunakan harus didesain dan disusun sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajaran. Menurut Andi Prastowo (2013: ) bahan ajar tematik memiliki empat macam karakteristik sebagai berikut. a. Aktif, artinya bahan ajar memuat materi yang menekankan pada pengalaman belajar serta mampu mendorong siswa untuk aktif baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran. b. Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar bersifat merangsang, menarik perhatian siswa, serta mendorong siswa untuk senantiasa belajar melalui tantangan yang diberikan, sehingga siswa memicu adrenalin serta keterlibatan siswa secara langsung. c. Holistik, artinya bahan ajar memuat segala fenomena dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak melalui sudut pandang yang terkotakkotak, sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari berbagai sisi. 21

39 d. Autentik, artinya bahan ajar memberikan suatu pengalaman langsung dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari siswa sendiri. Selain itu, bahan ajar memberikan informasi yang kontekstual dengan realitas yang ada di sekitar siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Karakteristik menjadi sebuah identitas dan ciri yang melekat pada sebuah bahan ajar. Hal tersebut akan membedakan bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain yang disesuaikan dengan peruntukkannya. Oleh karena itu, aspek-aspek yang menjadi ciri khas sebuah bahan ajar harus ada dan dapat tercermin dari bahan ajar itu sendiri. 3. Jenis Bahan Ajar Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diimplementasikan melalui interaksi belajar yang melibatkan guru dan siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Selanjutnya, interaksi tersebut dapat disebut dengan proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan bahan ajar, guru dapat berperan sebagai fasilitator, sumber tunggal, ataupun sebagai penyaji dari bahan ajar yang dipilih dan dikembangkannya sendiri (Trianto, 2013: 235). Berkenaan dengan hal itu, saat ini tersedia berbagai jenis bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran, baik bahan ajar yang berbentuk media cetak maupun bahan ajar berbasis komputer. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, bentuk dan jenis bahan ajar telah berkembang menjadi lebih variatif. Menurut Andi Prastowo (2013: 306), berdasarkan bentuk atau teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 22

40 a. Bahan cetak (printed) merupakan segala bahan yang berisi sejumlah materi pembelajaran yang disiapkan dalam kertas, dapat berupa buku, modul, lembar kerja siswa, maket, brosur, serta wall chart. b. Bahan ajar dengar (audio) dapat diartikan sebagai seperangkat bahan ajar menggunakan sinyal suara secara langsung yang hanya dapat didengar, sebagai contohnya adalah kaset, radio, piringan hitam, dan compact audio disk. c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu bahan ajar yang dapat dilihat dan didengar melalui pengkombinasian antara sinyal audio dan gambar bergerak, bahan ajar ini biasanya berupa video, film, dan compact disk. d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials) merupakan kombinasi dari dua atau beberapa jenis media (multimedia) yang dimanipulasikan atau diberi perlakuan khusus, sehingga dapat menampilkan perintah tertentu, misalnya compact disk pembelajaran interaktif, bahan ajar berbasis web, serta computer assisted instruction. Dari berbagai jenis bahan ajar tersebut, bahan ajar jenis cetak merupakan bahan ajar yang paling umum digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain karena dalam pembuatannya tidak serumit bahan ajar jenis lain, bahan ajar cetak cenderung memiliki harga yang lebih murah dan terjangkau. Dari segi kemudahan penggunaannya, bahan ajar cetak juga lebih mudah digunakan karena tidak membutuhkan perangkatperangkat pendukung lain layaknya bahan ajar berbasis multimedia ataupun yang sifatnya audio visual. Disamping itu, tidak semua sekolah 23

41 memiliki fasilitas memadai yang dapat mendukung secara optimal penggunaan bahan ajar berbasis multimedia, audio, maupun audio visual. Dengan demikian, bahan ajar cetak sebagai bahan ajar yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran perlu dioptimalkan dengan cara dikemas secara lebih menarik dan bervariasi. 4. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran Terdapat beberapa alasan mengapa bahan ajar menjadi penting pada proses pembelajaran. Keberadaan bahan ajar memiliki sejumlah fungsi dalam proses pembelajaran. Andi Prastowo (2013: ) menyebutkan fungsi bahan ajar bagi guru sebagai berikut: (1) menghemat waktu guru dalam mengajar, (2) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator, (3) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, (4) pedoman bagi guru untuk mengarahkan segala aktivitasnya dalam pembelajaran, (5) alat evaluasi pencapaian hasil belajar. Adapun bagi siswa, bahan memiliki fungsi antara lain sebagai berikut: (1) siswa dapat belajar mandiri tanpa harus ada guru atau siswa yang lain, (2) siswa dapat belajar kapanpun dan dimanapun yang ia kehendaki, (3) siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing terkait dengan tingkat kecepatan memahami suatu materi, (4) siswa dapat belajar sesuai urutan yang ia kehendaki, (5) menjadi pedoman bagi siswa untuk mengarahkan segala aktivitasnya dalam pembelajaran. Dengan melihat beberapa fungsi bahan ajar baik bagi guru sebagai pendidik dan siswa bagi peserta didik, bahan ajar dapat menjadi alat untuk 24

42 mengoptimalkan proses pembelajaran menjadi efektif serta dapat menghidupkan suasana belajar yang interaktif. Selain itu, dengan bahan ajar proses pembelajaran akan lebih terarah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Kemampuan siswa yang beragam dalam memahami suatu materi dapat disiasati dengan adanya bahan ajar karena siswa dapat menyesuaikan diri dalam belajar. Terkadang guru dalam menjelaskan suatu materi terlalu cepat dan kurang jelas bagi sebagian siswa, dengan adanya bahan ajar siswa dapat belajar secara mandiri untuk memahami materi yang diajarkan guru. Sejumlah fungsi yang dimiliki oleh bahan ajar tersebut akan terasa kebermanfaatannya apabila bahan ajar yang digunakan memenuhi kriteria dan standar yang telah ditentukan. Dengan terpenuhinya kriteria buku pelajaran yang memenuhi standar, fungsi dan peran buku pelajaran sebagai bahan ajar akan benar-benar tampak dan dapat dirasakan kebermanfaatanya. 5. Penyusunan Bahan Ajar Sama halnya dengan bentuk bahan ajar yang beragam, dalam penyusunan sebuah bahan ajar juga terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh. Dapat melalui cara yang sederhana maupun yang rumit, dari yang hanya membutuhkan sedikit biaya sampai yang membutuhkan banyak biaya. Adapun menurut Paulina Pannen (2001: 11-16), secara umum penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Menulis sendiri (starting from scratch), merupakan sebuah cara penyusunan bahan ajar dimana guru diasumsikan sebagai seorang pakar yang dapat dipercaya, mempunyai kemampuan menulis, serta 25

43 mengerti kebutuhan siswa. Dengan beberapa asumsi tersebut, guru dapat menulis sendiri bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Penulisan bahan ajar dengan cara ini dapat menekan biaya pembuatan bahan ajar sehingga merupakan cara yang paling ekonomis, namun beban guru menjadi cukup berat. Beratnya beban yang diemban guru ini akan setimpal dengan manfaat yang diperoleh guru, yaitu dapat menambah keterampilan guru dalam menulis bahan ajar secara mandiri. b. Pengemasan kembali informasi (information repackaging atau text transformation), penyusunan bahan ajar yang tidak memposisikan guru sebagai penulis bahan ajar sendiri dari awal (from nothing), akan tetapi guru memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali berdasarkan kebutuhan dan strategi yang sesuai. Adanya proses penyesuaian atau penggubahan melalui penambahan dan pengurangan konten dalam buku sumber ini tentu membutuhkan ijin dari pengarang aslinya. Oleh karena itu, meskipun beban guru tidak terlalu berat namun membutuhkan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan penulisan dari awal. c. Penataan informasi (compilation atau wrap around text), penyusunan bahan ajar cara ini hampir mirip dengan proses pengemasan kembali informasi. Perbedaannya adalah dalam proses penataan informasi ini tidak mengubah sama sekali bahan yang diambil dari sumber-sumber lain yang sudah ada. Dengan kata lain, bahan atau materi pelajaran yang diambil dari buku, jurnal, artikel, dan sebagainya dikompilasikan 26

44 atau dikumpulkan dengan pemilahan terlebih dahulu, selanjutnya disusun sesuai kompetensi yang akan dicapai. Selanjutnya, terdapat berbagai pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar. Pada dasarnya pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan atau kompetensi yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014: ) beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut. a. Sesuai dengan tahapan saintifik yang mengacu pada Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Dimana di dalamnya mengisyaratkan pembelajaran yang sesuai dengan kaidah pendekatan ilmiah atau saintifik. Oleh karena itu, bahan ajar disusun dengan memunculkan komponen-komponen tahapan saintifik, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. b. Kompetensi-kompetensi yang akan dicapai diintegrasikan pada satu unit melalui pengorganisasian Kompetensi Dasar pada setiap mata pelajaran. Dengan demikian, konten setiap tema yang dibicarakan pada setiap mata pelajaran menjadi lebih padat dan lebih sederhana karena berada dalam satu unit. c. Konten yang ada dalam bahan ajar menumbuhkan sikap positif, baik berupa gambar, perkataan, atau kutipan yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa.akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah konten- 27

45 konten tersebut tidak menimbulkan interpretasi yang menyimpang, berbau SARA atau diskriminasi terhadap subjek tertentu. d. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa, dapat dengan cara menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing daya imajinasi ataupun dengan menunjukkan bahwa pengetahuan itu penting dan menarik. e. Keseimbangan antara tugas individu dan kelompok untuk membiasakan siswa memiliki sikap tanggung jawab dengan kewajiban masing-masing siswa. Selain itu, dapat mengajarkan siswa untuk saling bertukar pendapat, belajar berinteraksi dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan sendiri. f. Memiliki keluasan materi untuk mencapai kompetensi yang dikehendaki, dapat dengan cara melibatkan orang tua, serta pemberian tugas pengayaan dari berbagai sumber. g. Reflektif dengan adanya penilaian diri oleh siswa. h. Rencana aksi untuk mengaplikasikan apa yang telah didapat di kelas melalui materi yang disampaikan. Selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan atau sikap di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan uraian tentang penyusunan bahan ajar tersebut, bahan ajar dapat disusun dengan beragam cara sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang dimiliki oleh guru. Bahan ajar disusun dengan mengacu pada pencapaian tujuan pembelajaran serta disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, dalam penyusunan bahan ajar juga perlu memperhatikan 28

46 karakteristik siswa, baik dari segi tampilan, konten, serta cara penyajiannya. Dengan demikian, bahan ajar yang disusun akan akan berdampak positif bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. 6. Aspek Kelayakan Bahan Ajar Berdasarkan observasi di lapangan, bahan ajar yang umumnya yang digunakan oleh sekolah berbentuk bahan ajar cetak berupa buku pelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Standar Nasional Pendidikan (Urip Purwono, 2008) telah menentukan beberapa acuan dan kriteria sebagai pedoman penyusunan bahan ajar buku pelajaran yang memenuhi standar. Selanjutnya, BSNP merinci kompenen tersebut menjadi empat instrumen penilaian, sebagaimana dijelaskan dalam rincian berikut. a. Kelayakan Isi Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut. 1) Kesesuaian materi dengan KI dan KD. 2) Keakuratan materi. 3) Kemutakhiran materi. 4) Mendorong keingintahuan. b. Kebahasaan Komponen kelayakan kebahasaan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut. 1) Lugas. 2) Komunikatif. 29

47 3) Dialogis dan interaktif. 4) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik. 5) Kesesuaian dengan kaidah bahasa. 6) Penggunaan istilah, simbol, atau ikon. c. Penyajian Komponen kelayakan penyajian ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut. 1) Teknik penyajian. 2) Pendukung penyajian. 3) Penyajian pembelajaran. 4) Koherensi dan keruntutan alur pikir. d. Kegrafikan 1) Ukuran buku. 2) Desain sampul buku. 3) Desain isi buku. B. Kajian Pustaka Mengenai Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang dengan melibatkan tema-tema tertentu sebagai penghubung antar mata pelajaran. Menurut Andi Prastowo (2013: 126) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang melibatkan beberapa pelajaran baik yang serumpun maupun lintas rumpun yang diikat dalam tema-tema tertentu. Dengan demikian, di dalam 30

48 pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi serta indikator dari satu mata pelajaran maupun beberapa mata pelajaran dalam satu waktu. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Abdul Majid (2014: 87), menurutnya pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari beberapa mata pelajaran. Dengan kata lain, suatu tema dapat ditinjau dari beberapa mata pelajaran atau bidang studi lain, sehingga pembelajaran jenis ini menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum. Sependapat dengan hal itu, Trianto (2011: 155) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai kompetensi dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu penentuan berdasarkan keterkaitan kompetensi, tema, dan masalah yang dihadapi. Lebih lanjut, pemberian tema dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh sehingga siswa dapat mengenal berbagai konsepkonsep dalam konten pembelajaran secara lebih mudah dan jelas. Adapun menurut Rusman (2011: 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang mana di dalam sistem pembelajarannya memungkinkan siswa terlibat aktif baik secara individual maupun kelompok menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan atau pengetahuan secara holistik, bermakna dan otentik. Dengan demikian, konsep-konsep yang disampaikan melalui proses pembelajaran tidak terkesan terpisah-pisah antara satu dengan yang 31

49 lainnya, sehingga akan memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dari beragam pengertian di atas mengenai pembelajaran tematik, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dirancang dengan melibatkan secara aktif siswa untuk menemukan konsep-konsep keilmuan secara utuh melalui penggunaan tema sebagai sarana untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna. Kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan bahasan konsep-konsep pokok pengetahuan dari berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan tema yang diusung. Tema ditentukan dengan mengacu pada dunia nyata dimana siswa dapat secara langsung memahami suatu konsep melalui pengamatan langsung untuk kemudian dihubungkan dengan konsep lain. 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang diterapkan pada tingkat sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik-karakteristik yang dimiliki menjadi suatu ciri khas yang dapat membedakan dengan model pembelajaran yang lain. Abdul Majid (2014: 89-90) menyebutkan beberapa kakteristik yang dimiliki oleh pembelajaran tematik antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel atau luwes, serta (6) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 32

50 Adapun menurut Rusman (2011: ), karakteristik pembelajaran tematik dapat dilihat dari kelebihan yang dimilikinya apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Karakteristik pembelajaran tematik yang sekaligus menjadi keunggulannya yaitu: (1) pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar, (2) aktivitas pembelajaran mengacu pada minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar lebih bermakna dan memberi kesan bagi siswa, (4) membantu dalam pengembangan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa. Apabila merujuk pada pendapat Indrawati (dalam Trianto, 2013: ), selain keenam karakteristik yang telah disebutkan di atas, terdapat tiga karakteristik lain, yaitu: (1) meningkatkan kerjasama antarguru; guru dengan siswa; siswa dengan siswa; guru atau siswa dengan narasumber, apabila pembelajaran tematik didesain bersama sehingga belajar lebih menyenangkan, (2) menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran, dan (3) memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, semakin jelas bahwa pembelajaran tematik menekankan pada peran siswa sebagai subjek yang sudah selayaknya lebih aktif atau dominan dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa serta memberikan pengalaman langsung sehingga pembelajaran lebih bermakna. Sifatnya 33

51 yang fleksibel menjadikan bahan ajar yang digunakan dapat dikaitkan dengan lingkungan dan kondisi sekitar siswa. Di samping itu, sekat-sekat antara mata pelajaran tidak tampak karena pembelajaran difokuskan kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa. 3. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah dasar sebelumnya hanya dilaksanakan di kelas rendah saja, sedangkan untuk kelas tinggi setiap mata pelajaran berdiri sendiri. Pemberlakuan kurikulum 2013 tiga tahun terakhir berimplikasi terhadap penggunaan model pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Salah satu ciri khas yang melekat pada proses pembelajarannya adalah dengan adanya pengintegrasian berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Sebagaimana tercantum dalam salinan lampiran Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses, bahwa pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Lebih lanjut, Abdul Majid (2014: 50) menjelaskan bahwa pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta keterpaduan berbagai konsep dasar yang berkaitan satu sama lain. Tema berperan dalam merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa tidak belajar konsep dasar yang terdapat dalam beberapa mata pelajaran secara parsial atau terpisah-pisah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan 34

52 bahwa proses pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa. Pendapat serupa dikemukakan oleh Andi Prastowo (2013: 223), konsep dasar yang termuat dalam tiap-tiap mata pelajaran diikat oleh tema yang diintegrasikan melalui pendekatan intradisipliner, multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner. Pendekatan intradisipliner ditandai dengan adanya usaha dalam mengintegrasikan kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan dalam satu kesatuan yang utuh pada setiap mata pelajaran. Integrasi multidisipliner dan interdisipliner dilakukan dengan merumuskan kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran dalam satu jenjang kelas. Selanjutnya, untuk integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahan yang dijumpai di lingkungan sekitar. Sedangkan E. Mulyasa (2013: 170) lebih memandang bahwa pengimplementasian pembelajaran tematik didasari oleh kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter. Dengan demikian, pembelajaran dirancang untuk mempersiapkan siswa memiliki sikap atau budi pekerti yang baik serta keterampilan disamping aspek pengetahuan yang sebelumnya lebih mendominasi. Kesemuanya itu dimaksudkan sebagai bekal siswa untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Selanjutnya, menurut M. Jamroh Latief (2014: 100), pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai salah satu konsekuensi dari pengimplementasian kurikulum 2013 di sekolah dasar membawa tema- 35

53 tema yang dekat dan berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar siswa. Hal itu dapat dilihat dari tema yang dipilih khususnya pada kelas rendah berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, proses pembelajaran akan memberikan makna dan pengalaman langsung karena dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki siswa. Harapannya, melalui pemberian pengalaman belajar yang demikian itu dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah yang kelak mereka akan hadapi di kemudian hari. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran tematik khususnya yang dilaksanakan di jenjang sekolah dasar hendaknya dijalankan dengan menyeimbangkan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Di samping itu, penggunaan tema yang dikaitkan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar siswa akan memberikan makna karena siswa dihadapkan pada peristiwa atau keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat menarik bagi siswa, menyenangkan, serta memberikan pengalaman langsung kepada siswa. C. Kajian Pustaka Mengenai Komunikasi Visual 1. Pengertian Komunikasi Visual Komunikasi visual dapat diartikan sebagai salah satu bentuk atau cara berkomunikasi melalui tanda visual yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Dalam bukunya, Adi Kusriyanto (2009: 10) mengemukakan bahwa komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, 36

54 dimana unsur dasar bahasa visual sebagai kekuatan utama dalam penyampaian pesan adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan kepada penerima pesan yang dituju. Sependapat dengan hal itu, Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 14) menyatakan bahwa komunikasi visual adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain dengan menggunakan media yang hanya terbaca oleh indera penglihatan atau mata. Dengan kata lain, sarana penyampaian informasi menggunakan media yang bersifat kasat mata. Informasi atau pesan yang disampaikan melalui komunikasi visual akan sampai pada sasaran apabila dikemas melalui pengolahan elemenelemen visual atau grafis. Sumbo Tinarbuko (2015: 5) menyatakan bahwa desain komunikasi visual sebagai salah satu bagian dari seni terap yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan ke dalam berbagai media komunikasi visual. Penerapan dalam media tersebut dilakukan dengan mengolah unsur-unsur visual yang terdiri dari gambar atau ilustrasi, huruf, warna, komposisi, serta tata letak atau layout. Semuanya itu dilakukan sebagai konsekuensi dari desain komunikasi visual yang mengemban tugas menyampaikan pesan verbal visual kepada target sasaran yang dituju. Oleh karena itu, keberadaanya perlu dikemas seartistik dan semenarik mungkin serta dinyatakan dalam bahasa sederhana dan komunikatif. Hal tersebut bertujuan supaya pesan tersebut mudah dimengerti oleh komunikan tanpa ada kesalahan interpretasi makna atas pesan yang disampaikan. 37

55 Penyebutan istilah desain komunikasi visual sering dikaitkan dengan istilah desain grafis. Kedua istilah tersebut pada dasarnya memang memiliki arti yang hampir sama. Menurut Daniel Surya (dalam Lia Anggraini dan Kirana Nathalia, 2014: 5) desain grafis merupakan suatu bentuk komunikasi visual dan seni yang mampu menyampaikan informasi dan pesan kepada konsumen ataupun penikmat. Desain grafis mencakup tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak di dalamnya. Baik desain komunikasi visual maupun desain grafis menyinggung mengenai penyampaian informasi kepada pihak lain menggunakan media yang mengandung unsur-unsur visual atau grafis. Lebih lanjut, apabila merujuk pada pendapat Rakhmat Supriyono (2004: 56), penyebutan kedua istilah tersebut pada dasarnya bisa dikatakan sama, hanya terdapat perbedaan pada ruang lingkupnya. Desain komunikasi visual datang menggantikan istilah desain grafis disebabkan oleh peran dan ruang lingkup komunikasi visual berkembang lebih luas. Sependapat dengan hal itu, Sumbo Tinarbuko (2015: 5) mengemukakan bahwa istilah desain komunikasi visual digunakan untuk memperbaharui atau memperluas cakupan ilmu serta wilayah kerja desain grafis yang pada mulanya diterapkan hanya pada media-media statis. Ruang lingkup serta cakupan desain grafis pada saat ini berkembang luas sebagai akibat dari perkembangan pada media digital berupa media interaktif dan multimedia. Berdasarkan pada hal tersebut, istilah desain grafis berkembang menjadi istilah desain komunikasi visual. 38

56 Dari beberapa pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi visual merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat mata sebagai kekuatan utama dalam rangka penyampaian informasi atau pesan yang efektif kepada penerima pesan. Unsur-unsur visual sebagai perwujudan dan penggambaran pesan yang perlu diolah di dalamnya dapat berupa garis, warna, bidang, tipografi, dan sebagainya. Pengolahan unsur-unsur visual tersebut disusun dengan memperhatikan aspek tata letak dan komposisi. Dengan demikian, tujuan utama komunikasi visual untuk menyampaikan sebuah pesan kepada sasaran yang dituju tentu harus menyesuaikan dengan karakteristik penerima pesan itu sendiri. Pada posisi ini kreativitas penyampai pesan dibatasi oleh penerima pesan sebagai sasaran yang dikehendaki. Penyampai pesan yang berperan sebagai desainer komunikasi visual tidak dapat seenaknya sendiri menentukan media, ukuran, bahan, serta teknik yang digunakan. Hal tersebut didasari bahwa komunikasi visual mengedepankan pada penyampaian informasi kepada subjek yang dituju melalui sebuah media, bukan hanya pada pengekpresian ide melalui sebuah karya yang mengedepankan aspek seni semata. 2. Unsur-Unsur Visual Desain komunikasi visual sebagai seni dalam menyampaikan informasi melalui bahasa visual mengunakan suatu media berupa desain. Sebuah desain tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya unsur-unsur dasar penyusunnya. Menurut Adi Kusriyanto (2009: 30-32) untuk mewujudkan 39

57 suatu tampilan visual sebuah desain, beberapa unsur yang diperlukan adalah titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur. Hal senada dikemukakan oleh Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 32-40), menurutnya dalam membuat suatu hasil karya dibutuhkan beberapa unsur penyusun. Unsur tersebut sebenarnya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dimana pada setiap hasil karya desain dapat dipastikan memiliki unsur-unsur seperti garis, bentuk, tekstur, kontras atau gelap terang, ukuran, dan warna. Merujuk pada pendapat Arsianti Latifah (2011: 27-29), unsur dasar dalam desain komunikasi visual meliputi garis, bidang atau bentuk, kontras nilai, warna, tekstur, serta tipografi. Unsur dasar tersebut membentuk satu kesatuan yang menyusun sebuah karya visual atau media visual/ grafis untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu pada sasaran yang dituju. Dengan demikian, sebenarnya unsur-unsur dapat dilihat dari sebuah media visual yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, seperti media periklanan, poster, bahkan rambu-rambu lalu lintas. Apabila mengacu pada pendapat ketiga ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah karya grafis/ visual tersusun dari beberapa unsur dasar visual sebagai berikut. a. Titik Titik merupakan salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dengan kata lain dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Biasanya, titik cenderung ditampilkan dalam bentuk 40

58 kelompok dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan atau kerapatan tertentu. b. Garis Garis dikenal sebagai goresan atau coretan, selain itu garis juga menjadi batasan suatu bidang atau warna. Di samping itu, garis juga dapat diartikan sebagai dua titik yang dihubungkan yang memiliki ciri khas memiliki arah dan dimensi memanjang. Bentuknya dapat berupa garis lurus (straight) maupun lengkung (curve). Susunan bentuk, huruf, bahkan cahaya yang diletakkan secara beraturan dapat membentuk sebuah garis. Dalam desain komunikasi visual, garis dapat difungsikan sebagai sarana untuk memperjelas dan mempermudah pembaca sebagai penerima pesan. c. Bentuk Bentuk adalah segala sesuatu yang memiliki diameter, tinggi, dan lebar. Selain itu, bentuk merupakan gambaran umum sesuatu atau formasi yang tertutup atau jalur yang tertutup. Bentuk-bentuk dasar yang umumnya dikenal adalah bentuk lingkaran, persegi, segitiga, lonjong, dan lain-lain. Pada dasarnya bentuk-bentuk tersebut terbentuk salah satunya dengan cara melukiskan garis hingga membentuk bentuk-bentuk tertentu, kemudian bentuk diisi dengan warna, nada, atau tekstur, sehingga akan menggambarkan atau menampilkan kualitasnya. Menurut sifatnya, bentuk dikategorikan menjadi tiga yaitu bentuk geometris, bentuk natural, dan bentuk abstrak. 41

59 d. Kontras Kontras merupakan warna yang berlawanan antara satu dengan yang lainnya, terdapat perbedaan baik warna atau titik fokus. Kontras digunakan untuk menggambarkan rentang kecerahan dan kegelapan suatu elemen visual. Dengan mengatur komposisi gelap terang suatu media visual, akan membantu nilai keterbacaan, fokus, dan titik berat suatu desain sehingga dapat menonjolkan pesan atau informasi yang disampaikan. e. Warna Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain media visual/ grafis. Warna mampu berbicara sebagai warna itu sendiri, warna sebagai representasi alam, warna sebagai lambang atau simbol, dan warna sebagai ekspresi. Warna merupakan salah satu unsur visual yang dapat menarik perhatian, meningkatkan suasana hati pembaca, serta menggambarkan citra suatu objek tertentu. Lebih lanjut, setiap warna memiliki karakter dengan sifat yang berbeda (Lia Anggraini & Kirana Nathalia, 2014: 38). Sifat-sifat warna tersebut sebagai berikut. 1) Merah: menyimbolkan agresivitas, keberanian, semangat, percaya diri, gairah, kekuatan dan vitalitas. 2) Oranye: melambangkan sosialisasi, keceriaan, kehangatan, segar, semangat, keseimbangan, dan energi. 42

60 3) Biru: tidak bisa lepas dari elemen langit, air, dan udara, berasosiasi dengan alam, melambangkan keharmonisan, memberi kesan lapang, kesetiaan, ketenangan, sensitif, kepercayaan. 4) Kuning: menyimbolkan warna persahabatan, optimis, santai, gembira, harapan, toleran, menonjol dan eksentrik. 5) Hijau: melambangkan alam, kehidupan, dan simbol kesuburan, sehat, natural. 6) Hitam: warna yang kuat dan penuh percaya diri, penuh perlindungan, maskulin, elegan, dramatis, dan misterius. f. Tekstur Tekstur adalah tampilan permukaan atau corak dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Tekstur dikategorikan menjadi dua, yaitu tekstur nyata (tactile) dan tekstur semu/ ilusi (visual). Penggunaan tekstur pada desain media visual akan menambah pengalaman dan menjadi nilai lebih daripada sekedar estetik. Selain itu, tekstur banyak digunakan untuk mengatur keseimbangan pada sebuah desain. g. Tipografi Tipografi adalah seni merancang, menyusun, dan mengatur tata letak huruf dan jenis huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. 43

61 3. Prinsip-Prinsip Desain Sebuah pesan visual yang baik adalah apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh penerima pesan. Oleh karena itu, pesan visual harus kreatif, asli, inovatif, komunikatif, efisien, dan efektif, sekaligus indah secara estetis. Merujuk pada pendapat Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 41-46), dalam mendesain sebuah pesan visual, seorang desainer harus memperhatikan beberapa prinsip kerja desain yang harus diterapkan. Prinsip-prinsip desain yang dimaksud adalah sebagai berikut. a. Keseimbangan Keseimbangan merupakan pembagian berat yang sama, sehingga menimbulkan kesan seimbang secara visual. Suatu desain dikatakan seimbang apabila obyek pada bagian kanan atau kiri, bagian atas atau bawah terkesan sama berat. Hal itu perlu dilakukan agar desain yang dibuat nyaman dipandang. Ada dua pendekatan untuk menciptakan keseimbangan yaitu keseimbangan simetris atau formal dan keseimbangan asimetris atau informal. Keseimbangan simetris/ formal artinya membagi sama berat antara kanan dan kiri, antara atas dan bawah secara simetris atau setara. Sedangkan keseimbangan asimetris/ informal adalah penyusunan unsur desain yang tidak sama antara sisi kanan dengan kiri atau atas dengan bawah, namun tetap terasa seimbang. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bentuk atau warna yang berbeda. 44

62 b. Irama Irama merupakan pengulangan gerak atau penyusunan bentuk secara berulang-ulang. Dalam desain, irama dapat berupa repetisi yaitu perulangan unsur visual yang dibuat secara berulang-ulang dan konsisten. Selain itu, dapat berupa variasi yaitu perulangan unsur visual disertai perubahan bentuk, ukuran, atau posisi. c. Penekanan Penekanan merupakan suatu prinsip dasar tata rupa yang digunakan untuk membangun unsur-unsur visual sebagai pusat perhatian. Hal itu bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsur sebagai pusat perhatian sehingga mencapai nilai yang artistik. Informasi yang dianggap paling penting untuk disampaikan pada penerima pesan harus ditonjolkan dengan mencolok melalui unsur visual yang kuat. Terdapat beberapa cara untuk menonjolkan suatu unsur visual dalam sebuah karya desain, yaitu dengan menggunakan kontras, isolasi obyek, dan penempatan obyek. d. Kesatuan Prinsip kesatuan pada dasarnya merupakan sebuah prinsip hubungan. Di mana apabila salah satu atau beberapa unsur visual mempunyai hubungan baik dari segi warna, raut, maupun arah, maka prinsip kesatuan tercapai. Dengan kata lain, merupakan prinsip bagaimana mengatur dan mengorganisasi seluruh elemen dalam suatu tampilan grafis dan membangun ikatan atau hubungan diantaranya. 45

63 Desain dikatakan menyatu apabila dipandang tampak harmonis serta terdapat kesatuan antara tema, tipografi, dan ilustrasi/ foto. 4. Jenis Media Grafis Media grafis atau media visual merupakan salah satu jenis media yang lazim digunakan di Indonesia. Selain sederhana dan mudah baik dalam pembuatan maupun penggunaannya, media grafis termasuk media yang relatif murah apabila ditinjau dari segi biaya. Apabila mengacu pada pendapat Eko Budi Prasetyo (2000: 47-79), terdapat banyak jenis media grafis yang umum digunakan dalam kegiatan pembelajaran, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. a. Gambar Di antara media pendidikan, gambar merupakan media yang paling umum dipakai. Sifat gambar yang konkret, dapat lebih menunjukkan pokok masalah jika hanya dibandingkan dengan media verbal semata. Selain itu, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, di mana tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas. Melalui media gambar, hal tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, dunia pendidikan telah lama menyadari pentingnya peran media gambar dalam mencapai tujuannya. Berbagai peralatan untuk membuat sebuah gambar telah dikenal sejak zaman dulu. Mulai dari yang sederhana berupa pewarna, alat lukis, dan sebagainya. Bahkan seiring kemajuan teknologi, gambar bisa di buat menggunakan program komputer. Program komputer yang 46

64 cukup popular dan familiar digunakan untuk keperluan tersebut adalah Corel Draw. b. Bagan Bagan merupakan penyajian visual yang menggunakan titik, garis, gambar atau simbol visual lain dengan sedikit keterangan, agar siswa belajar lebih jelas menerima apa yang dikomunikasikan oleh guru. Sering kali siswa bingung ketika dihadapkan pada data yang banyak sekaligus. Oleh karena itu, penggunaan bagan dapat membantu siswa untuk menerima pesan yang disajikan oleh guru secara bertahap. c. Grafik Grafik merupakan suatu jenis penyajian informasi yang bersifat visual dengan menggunakan titik, garis, gambar, atau simbol grafis lain untuk memvisualisasikan suatu data kuantitatif. Selain itu grafik digunakan untuk menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif. Ada beberapa macam grafik yang dapat digunakan, antara lain grafik garis (line graphs), grafik batang (bar graphs), grafik lingkaran (pie graphs), dan grafik gambar (pictorial graphs). d. Diagram Diagram juga merupakan salah satu penyajian secara visual dengan menggunakan garis atau menggunakan gambar geometris tertentu. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antar 47

65 komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Diagram umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. e. Sketsa Sketsa merupakan suatu gambar sederhana yang melukiskan bagian-bagian pokok tanpa detailnya. Penggunaan sketsa dimaksudkan untuk memperjelas pesan belajar dan menarik perhatian siswa, sehingga dapat konsentrasi serta terlibat aktif dalam pembelajaran. Di samping itu, penggunaan sketsa akan mengurangi pengalaman belajar yang verbalistis. f. Poster Poster adalah suatu gambar yang cukup besar yang ditekankan pada penyampaian pokok suatu ide pokok. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan akan cepat dipahami. Penggunaan warna dalam poster adalah salah satu cara menambah daya tarik untuk menarik perhatian sehingga fungsi poster akan semakin kuat. Selain untuk menyampaikan kesan tertentu, poster mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya, termasuk siswa. g. Kartun dan Karikatur Kartun merupakan gambar intepretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas. Kartun dapat berupa lukisan tentang seseorang, suatu pemikiran atau peristiwa yang digambarkan secara lucu, menyindir atau mengejek akan mudah menarik perhatian dan menimbulkan kesan 48

66 yang cukup kuat. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana. Oleh karena itu, kartun yang sempurna sebenarnya tidak memerlukan keterangan dengan menggunakan teks, sebab gambar yang dibuat sudah menjadi simbol pesan itu sendiri. h. Komik Komik merupakan salah satu jenis media grafis yang berupa gambar berseri. Pada awalnya komik hanya terbatas pada cerita lucu, namun kemudian berkembang mencakup semua jenis cerita bergambar. Komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengkomunikasikan materi-materi pelajaran dengan cara yang berbeda. Hal tersebut tentu saja perlu dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Beberapa pertimbangan itu antara lain adalah dari segi aspek kebermanfaatan atau keuntungan dan kerugian penggunaan komik, keterkaitan dengan tujuan pembelajaran, serta kesesuaian dengan karakteristik siswa. i. Peta Datar (Dua Dimensi) Peta merupakan penggambaran permukaan bumi yang menyajikan informasi tentang lokasi, luas, jarak, keadaan, serta informasi lainnya dengan menggunakan berbagai simbol visual. Peta dapat berisi informasi dari berbagai bidang kehidupan seperti bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya seringkali melibatkan kajian mengenai peta. Peta dapat dikelompokkan menjadi beberapa 49

67 jenis, antara lain peta keadaan alam, peta politik, peta ekonomi, peta ethnografi, serta peta sejarah. j. Media Cetak Seiring ditemukannya teknologi percetakan, berbagai jenis media cetak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pendidikan, khususnya pada proses pembelajaran. Jenis-jenis media cetak yang sering digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: buku pelajaran, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedi, dan lain-lain. Selain beberapa jenis media grafis yang telah dipaparkan di atas, Arief S. Sadiman, dkk (2009: 48-49) dalam buku Media Pendidikan menambahkan dua jenis media grafis, yaitu: a. Papan Flanel Papan flanel merupakan salah satu media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada siswa. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah, sehingga dapat digunakan berkali-kali. Selain gambar, dapat pula dipakai untuk menempelkan angka dan huruf sebagai pengenalan di kelas-kelas awal. Penyajiannya yang praktis dan seketika membuat sajian lebih efisien dan menarik perhatian siswa. b. Papan Buletin Papan buletin berbeda dengan papan flanel, di mana papan buletin tidak dilapisi kain flanel melainkan langsung ditempel gambar, tulisan, dan simbol visual lain. Papan buletin memiliki fungsi sebagai 50

68 media untuk menerangkan sesuatu serta memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Pada penelitian pengembangan ini tidak semua jenis media grafis dimasukkan dalam bahan ajar yang akan dikembangkan. Beberapa jenis media ada yang akan digunakan dan tidak akan digunakan, sifatnya fleksibel menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik bahan ajar itu sendiri. Dikarenakan bahan ajar yang akan dikembangkan berupa media cetak atau buku, maka jenis media grafis berupa papan flanel dan papan buletin tidak dapat dimasukkan dalam bahan ajar. D. Kajian Pustaka Mengenai Muatan Lokal 1. Pengertian Muatan Lokal Penerapan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh Indonesia menjadi dasar pijakan pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu dampak dari kebijakan tersebut adalah adanya pengembangan kurikulum muatan lokal disamping kurikulum yang bersifat nasional. Menurut E. Mulyasa (2004: 40) adanya kurikulum muatan lokal dimaksudkan untuk mengimbangi kelemahan pengembangan kurikulum nasional yang bersifat umum dengan cakupan yang luas, sehingga konten lokal yang bersifat regional atau kedaerahan kurang diangkat di dalamnya. Hal tersebut dapat dimaklumi karena keberagaman yang dimiliki Indonesia begitu kaya, baik dari keragaman lingkungan alam maupun lingkungan budaya masyarakatnya. 51

69 Muatan lokal menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1987 (Yufiarti, 1999: 2) adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari murid di daerah itu. Senada dengan pendapat tersebut, Dakir (2010: 111) menyatakan bahwa muatan lokal merupakan sebuah kurikulum yang disusun dengan mengacu pada keadaan masyarakat setempat. Berbagai kondisi lingkungan sekitar berupa lingkungan alam fisik dan lingkungan masyarakat menjadi bahan yang diajarkan dalam program pendidikan muatan lokal. Adapun menurut Soewardi (dalam Suharsimi Arikunto dan Asnah Said, 2007: 1.10) muatan lokal pada intinya adalah program pendidikan yang di dalamnya memuat materi pelajaran dan pengenalan berbagai hal yang memperlihatkan ciri khas daerah tertentu. Tidak hanya terdiri dari keterampilan dan kerajinan tradisional saja, akan tetapi juga berbagai manifestasi kebudayaan daerah yang bersangkutan. Manifestasi kebudayaan suatu daerah dapat meliputi bahasa daerah, tulisan daerah, legenda, serta adat istiadat. Selanjutnya, Zainal Arifin (2011: 205) mendefinisakan muatan lokal secara umum dan secara khusus. Secara umum, muatan lokal diartikan sebagai sebuah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara yang 52

70 digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa muatan lokal merupakan program pendidikan yang memuat materi pelajaran yang dikaitkan dengan keadaan lingkungan sekitar, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya masyarakat, serta memperhatikan kebutuhan daerah. Berakar dari simpulan tersebut, selain memuat pengenalan potensi serta ciri khas yang dimiliki suatu daerah, permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat dalam penyelenggaraan muatan lokal. Dengan demikian, dampak kerusakan lingkungan akibat permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi dapat diminimalisir baik dengan langkah penanggulangan maupun yang sifatnya pencegahan. Salah satu cara yang dapat diupayakan adalah melalui penanaman kesadaran pada siswa untuk mencintai lingkungan lewat proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. 2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa adanya kurikulum muatan lokal adalah sebagai salah satu konsekuensi logis penerapan otonomi dalam bidang pendidikan. Hal tersebut merupakan dampak dari 53

71 penyelenggaraan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh Indonesia. Oleh karena itu, selain diberlakukannya muatan kurikulum nasional yang sifatnya menyeluruh, ada pula muatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan daerah. Muatan kurikulum tersebut selanjutnya yang dikenal dengan kurikulum muatan lokal. Sama halnya dengan kurikulum yang sifatnya nasional, kurikulum muatan lokal berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang tentu tidak terlepas dari tujuan umum pendidikan nasional. Merujuk pada pendapat Dakir (2010: ), adanya pemberlakuan muatan lokal dalam sistem pendidikan nasional memiliki tujuan agar siswa memiliki beberapa kompetensi antara lain: (1) berbudi pekerti luhur, (2) berkepribadian, (3) mandiri, (4) terampil, (5) beretos kerja, (6) professional, (7) produktif, (8) sehat jasmani rohani, (9) cinta lingkungan, (10) kesetiakawanan sosial, (11) kreatif dan inovatif, (12) mementingkan pekerjaan yang praktis, dan (13) rasa cinta budaya dan tanah air. Adapun menurut Suharsimi Arikunto dan Asnah Said (2007: ), muatan lokal diajarkan pada siswa memiliki tujuan secara umum dan khusus. Secara umum tujuan pengajaran muatan lokal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan keterampilan, pembentukan dan perilaku siswa. Harapannya, agar siswa memiliki wawasan yang luas, dan mantap tentang keadaan lingkungan sekitarnya dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan secara khusus, pengajaran muatan lokal bertujuan antara lain sebagai berikut. 54

72 a. Siswa lebih mengenal kondisi alam lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya. b. Siswa dapat menerapkan kemampuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya. c. Siswa memiliki keterampilan khusus sehingga dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. d. Siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di daerah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. e. Siswa memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai aturan yang berlaku di daerahnya serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan pengajaran muatan lokal di atas, terdapat beberapa tujuan yang terkandung di dalamnya. Idealnya dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal yang bertujuan mengembangkan potensi siswa sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, peran Pemerintah Daerah seharusnya lebih besar jika dibandingkan dengan Pemerintah Pusat. Hal tersebut karena pada dasarnya Pemerintah Daerah akan lebih mengetahui keadaan lingkungan alam, sosial, dan budaya serta kebutuhan daerah itu sendiri. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran mutan lokal khususnya pada jenjang sekolah dasar akan berjalan sesuai dengan apa yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Adapun pengembangan muatan lokal dalam bahan ajar pada penelitian ini 55

73 menitikberatkan pada tujuan penanaman sikap cinta lingkungan. Hal tersebut dirasa perlu untuk dilakukan karena memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan sebagai dampak dari permasalahan lingkungan yang terjadi. Dengan demikian, disamping sebagai langkah pencegahan, diharapkan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan juga dapat dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang alam sekitar melalui bahan ajar. E. Desain Komunikasi Visual Bermuatan Lokal Desain komunikasi visual dan muatan lokal sebelumnya telah dijelaskan secara terpisah berdasarkan pengertian masing-masing. Menurut kesimpulan yang diperoleh sebelumnya, muatan lokal merupakan program pembelajaran yang memuat materi pelajaran yang memuat tentang keadaan lingkungan sekitar, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya masyarakat. Lingkungan alam di dalamnya memuat mengenai lingkungan hidup, termasuk menyinggung konteks permasalahan lingkungan hidup yang terjadi. Selain itu, berdasarkan pemaparan sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa komunikasi visual merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat mata sebagai kekuatan utama dalam rangka penyampaian informasi atau pesan yang efektif kepada penerima pesan. Berkenaan dengan kedua pengertian tersebut, peneliti mencoba menjelaskan hubungan diantara keduanya dengan menyebutkan istilah desain komunikasi visual bermuatan lokal. Melalui suatu karya desain komunikasi 56

74 visual, muatan lokal khususnya berkenaan dengan pelestarian lingkungan hidup menjadi perlu disampaikan kepada masyarakat secara umum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sumbo Tinarbuko (2015: 22) yang menyatakan bahwa konsep dan karya desain komunikasi visual sebagai sebuah ilmu pengetahuan senantiasa membawakan pesan etika dan moralitas kehidupan manusia. Dengan demikian, desain komunikasi visual bermuatan lokal pada dasarnya adalah suatu cara untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi yang bersifat muatan lokal mengenai keadaan lingkungan sekitar melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat mata sebagai kekuatan utamanya dalam membawakan pesan etika dan pesan moral dalam kehidupan manusia. Berkaitan dengan siswa sekolah dasar yang dijadikan sebagai subjek penerima pesan, penyampaian konten dan informasi muatan lokal harus disesuaikan dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar supaya pesan atau informasi dapat tersampaikan dengan baik. F. Materi Kelas IV SD pada Kurikulum 2013 Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari kelas I sampai kelas VI. Sedangkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikecualikan tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu melainkan berdiri sendiri. Berdasarkan salinan lampiran Permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang kurikulum sekolah dasar, pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema pada semua 57

75 jenjang kelas. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Daftar Tema dan Subtema untuk Kelas IV Sekolah Dasar No. Tema Subtema 1. Indahnya Kebersamaan a. Keragaman Budaya Bangsaku b. Kebersamaan dan Keberagaman c. Bersyukur atas Keberagaman 2. Selalu Berhemat Energi a. Macam-Macam Sumber Energi b. Pemanfaatan Energi c. Gaya dan Gerak 3. Peduli terhadap Makhluk Hidup a. Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku b. Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku c. Ayo Cintai Lingkungan 4. Berbagai Pekerjaan a. Jenis-Jenis Pekerjaan b. Barang dan Jasa c. Pekerjaan Orangtuaku 5. Pahlawanku a. Perjuangan para Pahlawan b. Pahlawanku Kebanggaanku c. Sikap Kepahlawanan 6. Indahnya Negeriku a. Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan b. Keindahan Alam Negeriku c. Indahnya Peninggalan Sejarah 7. Cita-Citaku a. Aku dan Cita-Citaku b. Hebatnya Cita-Citaku c. Giat Berusaha Meraih Cita-Cita 8. Tempat Tinggalku a. Lingkungan Tempat Tinggalku b. Keunikan Daerah Tempat Tinggalku c. Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku 9. Makananku Sehat dan Bergizi a. Makananku Sehat dan Bergizi b. Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi c. Kebiasaan Makanku 58

76 Pada jenjang kelas I, II, dan III menggunakan pendekatan sains yang menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya adalah multi-disipliner, walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu. Berkenaan dengan pengintegrasian muatan lokal, dapat dilakukan dengan penerapan prinsip pengintegrasian inter-disipliner muatan lokal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. G. Karakteristik Siswa SD Kelas IV Siswa sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas rendah berlangsung antara usia 6 atau 7 tahun sampai dengan usia 9 atau 10 tahun yang biasanya duduk di kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan untuk masa kelas tinggi berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai dengan usia 12 atau 13 tahun yang biasanya duduk di kelas 4, 5, dan 6. Adapun menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: ), ciri khas masa kelas tinggi sekolah dasar dalah sebagai berikut. 1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. 3. Timbul minat pada mata pelajaran tertentu. 4. Memandang nilai sebagai ukuran yang tepat dalam mengukur prestasi di sekolah. 59

77 5. Suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup, utamanya dalam bermain. Menurut Piaget (Abdul Majid, 2014: 8-10) anak usia sekolah dasar khususnya yang berada pada jenjang kelas 4 berada pada tahapan operasi konkret pada tahap perkembangan intelektualnya. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, (2) mulai berpikir secara operasional, (3) menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan bendabenda, (4) membentuk dan menghubungkan aturan-aturan yang ada, termasuk menggunakan hubungan sebab-akibat, serta (5) memahai konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Berkenaan dengan tahapan berpikir tersebut, lebih lanjut Abdul Majid (2014: 10) menyatakan bahwa kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu bersifat konkret, integratif, dan hierarkis. Konkret artinya proses belajar beranjak dari hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Bersifat integratif artinya anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, dengan kata lain mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan hierarkis maksudnya cara belajar anak berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih rumit/ kompleks. Berdasarkan uraian tentang karakteristik siswa sekolah dasar tersebut, maka proses pembelajaran khususnya pada kelas tinggi sudah selayaknya disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, yaitu tahap operasional konkret. 60

78 Dengan demikian, proses pembelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan kecenderungan belajar siswa yang bersifat konkret, integratif, dan hierarkis. Penggunaan media atau bahan ajar yang konkret akan membantu siswa dalam belajar. Selain itu, pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan bernilai karena siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Guru sebagai fasilitator tidak berperan sebagai sumber belajar utama sehingga tidak mengajarkan materi kepada siswa secara penuh. Akan tetapi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan bereksplorasi lebih jauh dalam mencari tahu suatu informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar yang merupakan jenjang paling dasar pada jalur pendidikan formal, pembelajaran di sekolah dasar pada dasarnya merupakan pondasi awal yang menentukan proses pendidikan pada jenjang selanjutnya. Penanaman kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya di mana siswa tersebut hidup dapat dilaksanakan sejak dini. Merujuk pada pendapat yang disampaiakan oleh Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 105) menyatakan bahwa pada usia anak khususnya pada jenjang kelas IV sekolah dasar yang umumnya berusia 8 sampai 13 tahun, anak sudah dapat mengenal ukuran baik, buruk secara batin (tak nyata) meskipun masih terbatas, yaitu anak sudah dapat menghargai pendapat atau alasan dari perbuatan orang lain. Dengan kata lain, anak mulai dapat menghormati orang lain yang patuh, taat, atau sebaliknya. Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa anak mulai dapat 61

79 mengendalikan dirinya sendiri, walaupun dalam keterbatasan. Dengan demikian, nilai kecintaan, kepedulian, dan kebanggaan pada lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah sendiri atau lokalitas (locality) dapat ditanamkan di sekolah dasar melalui proses pembelajaran yang bernuansa lokal dan sesuai dengan tahap perkembangan moral siswa. H. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Yusuf Saputro yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Cetak IPA Berbasis Komunikasi Visual untuk SD Kelas V Semester I. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar yang dikembangkan mempunyai kriteria dalam kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemahaman dan penguasaan materi siswa terhadap bahan ajar memperoleh nilai rata-rata 81,4. Bahan ajar dikembangkan secara konseptual dan telah memenuhi kriteria validitas dari aspek media, materi, penyajian, serta kebahasaan dengan kriteria sangat layak. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhyati dan Sriyati dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan Berbasis Realitas Lokal dan Literasi Lingkungan disimpulkan bahwa (1) bahan ajar perubahan lingkungan telah berhasil dikembangkan, divalidasi, dan diujicobakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan, kelayakan isi, dan kegrafikan, (2) kualitas bahan ajar berdasarkan penilaian dari ahli materi dalam kategori layak diujicobakan dengan rata-rata skor komposit 3.05, penilaian ahli teknologi dalam kategori layak dengan rata-rata skor komposit 3.00, dan penilaian guru 62

80 sebagai pengguna dalam kategori sangat baik dengan persentase 93.4%, (3) bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan memenuhi syarat dan layak untuk digunakan oleh siswa kelas X SMA ditinjau dari aspek keterbacaan, hal ini ditunjukkan dari hasil uji keterbacaan bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan memiliki keterbacaan dengan kategori tinggi, (4) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan melalui implementasi pada jumlah sekolah yang lebih banyak agar diperoleh bahan ajar yang lebih layak dan teruji untuk meningkatkan kecakapan literasi lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Anwari yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan Lokal di Taman Nasional Gunung Merapi untuk SMA/ MA Kelas X Materi Keanekaragaman Hayati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Turgo memiliki kearifan lokal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan atau dikenal dengan kearifan ekologi. Kearifan tersebut tergambar pada pandangan masyarakat Turgo terhadap Merapi, pemanfaatan dan budidaya berbagai jenis tumbuhan serta upacara adat. Adapun modul yang dikembangkan layak digunakan dengan hasil penilaian ahli, peer reviewer, guru biologi, dan respon siswa sebagai dasar. Secara berurutan hasil penilaiannya yaitu ahli materi 94,87% (sangat baik), ahli media 93,95% (sangat baik), peer reviewer 84,59% (baik), guru biologi 92,67% (sangat baik), dan respon siswa 85,46% (sangat baik). 63

81 I. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam pengembangan bahan ajar cetak tematik berbasis komunikasi visual bermuatan lokal khususnya pada pembelajaran di sekolah dasar dapat digambarkan melalui bagan berikut. Buku pelajaran yang digunakan siswa umumnya masih bersifat lower order thinking skill dan sistem pengorganisasian serta penyampaian pesan/ isi dari buku ajar yang ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya kurang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. dan Masih terbatasnya ruang pengangkatan konteks kelokalan di kawasan pesisir Kabupaten Bantul dalam bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran siswa di sekolah sebagai upaya penanaman sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Pengembangan buku ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV SD. dengan cara melatarbelakangi Pemenuhan kebutuhan akan bahan ajar yang memuat konteks kelokalan serta menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa SD. disesuaikan dengan Karakteristik tahap perkembangan intelektual dan perkembangan moral anak usia sekolah dasar. melalui Validasi ahli media dan materi, serta respon praktisi. Bahan ajar yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai buku pelengkap dalam kegiatan pembelajaran di SD. sehingga Gambar 1. Skema Kerangka Pikir 64

82 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pengembangan bahan ajar berupa buku ajar pelengkap tematik ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Reseacrh and Development). Menurut Sugiyono (2011: 297) penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian dengan tujuan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah mengembangkan bahan ajar tematik berbasis komunikasi visual yang memuat konteks kelokalan berdasarkan kondisi lingkungan sekitar. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar tematik untuk kelas IV dengan tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan. Model yang digunakan dalam pengembangan ini adalah model pengembangan 4-D. Model pengembangan ini dimodifikasi dari model pengembangan perangkat yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974: 5). Secara keseluruhan model ini memiliki empat tahapan pengembangan yaitu: Define, Design, Develop, dan Disseminate. Tahap define adalah tahapan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap design merupakakan tahapan yang bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Tahap develop adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan perangkat pembelajaran. Sedangkan tahap disseminate merupakan tahapan akhir yang dilakukan untuk mempromosikan atau menyebarkan produk pengembanagan agar bisa diterima 65

83 pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Akan tetapi, peneliti tidak melakukan keempat tahapan tersebut. Peneliti melakukan penelitian sampai pada tahap ketiga yaitu develop. Peneliti melakukan hanya sampai pada tahap ketiga karena menyesuaikan dengan kemampuan peneliti dan kondisi penelitian di lapangan. B. Validasi dan Uji Coba Produk Desain uji coba produk pada penelitian dan pengembangan ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap satu adalah tahap validasi oleh validator yang terdiri dari ahli media dan ahli materi. Sedangkan tahap kedua adalah uji coba produk pada siswa yaitu uji coba skala kecil (terbatas) dan uji coba lapangan (luas). 1. Validasi Validasi adalah proses pengesahan terhadap kesesuaian produk bahan ajar yang dikembangkan, dalam hal ini yang dikembangkan oleh peneliti adalah bahan ajar berupa buku tematik berbasis komunikasi visual bermuatan lokal. Bahan ajar tersebut akan digunakan sebagai buku pelengkap dalam pembelajaran. Validasi bertujuan untuk mengetahui apakah prototype atau draft produk yang dihasilkan layak, menarik dan cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Validasi dibagi menjadi dua yaitu validasi ahli media dan validasi ahli materi. Validasi media mencakup penilaian terhadap komponen kelayakan kegrafikan dan penyajian serta validasi materi meliputi komponen isi dan kebahasaan. Setelah melalui proses validasi, maka 66

84 produk bahan ajar yang dikembangkan diujicobakan untuk mendapatkan respon praktisi, baik guru maupun siswa sebagai pengguna produk. 2. Uji Coba Produk Setelah bahan ajar divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, maka media diujicobakan. Uji coba dilakukan adalah (1) uji coba kelompok kecil (terbatas), dan (2) uji coba lapangan (luas). Uji coba skala kecil dilaksanakan pada 6 siswa yang heterogen. Hasil uji coba kelompok kecil akan digunakan untuk merevisi produk sebelum diujicobakan pada uji coba lapangan. Sedangkan uji coba lapangan dilaksanakan pada kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dengan jumlah siswa 22. Uji coba lapangan ini bertujuan untuk menentukan apakah produk yang dikembangkan memiliki kelayakan, baik dari aspek isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, maupun aspek kegrafisan. Dengan demikian, hasil yang akan diperoleh berupa produk akhir bahan ajar berbentuk buku tematik untuk kelas IV layak untuk digunakan. Berdasarkan uraian di atas, prosedur atau rancangan uji coba bahan ajar dalam penelitian ini secara skematis ditampilkan pada bagan berikut. 67

85 TAHAP I Media Draft 1 Validasi Revisi 1 Draft 2 Materi Uji Coba Lapangan Draft 3 Revisi 2 Uji Coba Kelompok Kecil TAHAP II Gambar 2. Desain Validasi dan Uji Coba Produk C. Subjek Penelitian Uji coba dilakukan di SD Negeri 1 Srandakan Kelas IV. Siswa menggunakan bahan ajar berupa buku pelajaran pelengkap tematik dalam pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa yang digunakan sebagai subjek yang terlibat dalam penelitian pengembangan ini sebanyak 6 siswa pada uji coba kelompok kecil (terbatas) dan 22 siswa pada uji coba lapangan (luas). D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Penelitian memiliki langkah-langkah tertentu sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Prosedur atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi model pengembangan 4-D. Secara keseluruhan model penelitian dan pengembangan tersebut meliputi empat tahap yaitu: define, design, develop, dan disseminate, namun peneliti 68

86 tidak menjalani keempat langkah tersebut. Peneliti melakukan penelitian hingga tahap ketiga, yaitu tahap develop. Selanjutnya, tahap pengembangan tersebut diapdatasikan menjadi tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan. Secara skematis model pengembangan perangkat pembelajaran ditampilkan dalam Gambar 3. 69

87 P E N D E F I N I S I A N Analisis Ujung Depan Analisis Siswa Analisis Kurikulum Analisis Konsep Analisis Tugas Analisis Materi P E R A N C A N G A N Pemilihan Media Pemilihan Format berdasarkarn Kriteria Rancangan Awal Draft 1 Validasi Ahli Revisi 1 P E N G E M B A N G A N Uji Coba Kelompok Kecil Revisi 2 Draft 3 Uji Coba Lapangan Draft 2 Analisis Hasil Revisi Akhir Produk Akhir Gambar 3. Desain Pengembangan Bahan Ajar yang Diadaptasi dari 4-D 70

88 Keterangan: : Tahap-tahap pengembangan model 4-D. : Hasil dari tahap-tahap pengembangan yang berupa draft. : Proses pengambilan data. Prosedur penelitian dan pengembangan tersebut secara garis besar dijabarkan sebagai berikut. 1. Tahap Pendefinisian (Define) a. Analisis Ujung Depan (Front-end Analysis) Analisis ujung depan dapat dilakukan dengan studi pendahuluan dan studi literatur. Pada tahap ini peneliti melaksanakan studi pendahuluan dengan melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas mengenai pembelajaran dan khususnya tentang penggunaan bahan ajar. Tahap analisis ujung depan ini merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Salah satu temuan masalah yang ditemukan adalah belum adanya pengembangan bahan ajar, khususnya yang di dalamnya mengangkat muatan lokal. Melalui analisis ini, didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yaitu dengan melakukan pengembangan bahan ajar berupa buku pelengkap pembelajaran bagi siswa. 71

89 b. Analisis Siswa (Learner Analysis) Tahapan ini merupakan telaah mengenai karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik yang dimaksud meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilanketerampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat kemampuan atau perkembangan intelektual dan keterampilan individu, serta sikap yang kemudian dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. c. Analisis Kurikulum (Curriculum Analysis) Tahap analisis kurikulum ini meliputi dua komponen tahapan, yaitu: (1) analisis konsep (concept analysis) dan (2) analisis tugas (task analysis). Analisis konsep diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan pada materi yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu langkah yang bertujuan untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas materi yang diajarkan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan kompetensi inti. Tahapan analisis ini meliputi pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam mengembangkan materi, serta analisis mengenai sumber belajar yang mendukung penyusunan bahan ajar. Sementara itu, analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti. Analisis ini memastikan ulasan yang 72

90 menyeluruh tentang tugas-tugas pokok yang harus dikuasai siswa dalam materi pembelajaran. d. Analisis Materi (Material Analysis) Analisis materi dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan. Selanjutnya, materi tersebut disusun kembali secara sistematis yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Tahapan ini meliputi perumusan tujuan pembelajaran dengan cara merangkum analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian, yaitu siswa. 2. Tahap Perancangan (Design) a. Pemilihan Media (Media Selection) Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi media yang relevan dengan karakteristik materi. Selain itu, media dipilih menyesuaikan dengan analisis kurikulum, karakteristik siswa, dan materi yang diajarkan. Hal tersebut dilakukan untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan serta temuan bahwa buku cetak merupakan bahan ajar yang paling umum digunakan serta berbagai kelebihan yang dimilikinya, maka peneliti memilih mengembangkan bahan ajar berupa buku ajar cetak. Bahan ajar cetak tersebut dimaksudkan sebagai bahan ajar pelengkap sebagai penunjang buku pelajaran utama yang umumnya digunakan dalam proses pembelajaran. 73

91 b. Pemilihan Format berdasarkan Kriteria (Format Selection based on Criterion-Referenced) Pada tahapan ini, peneliti memilih format buku yang akan dibuat dengan mengacu pada rambu-rambu tema yang telah ditentukan dalam kurikulum. Sedangkan untuk format penyajian diadaptasi dari format kriteria buku yang memenuhi syarat kelayakan sesuai dengan pedoman kelayakan buku ajar menurut BSNP. Tentunya format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik bagi siswa serta memudahkan dan membantu dalam pembelajaran. c. Rancangan Awal (Initial Design) Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan bahan ajar yang harus dikerjakan sebelum uji coba dilaksanakan. Dalam penyusunan rancangan awal ini akan menghasilkan sebuah rancangan berupa draft buku ajar pertama. Sebuah buku ajar sekurang-kurangnya di dalamnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut. 1) Judul yang menggambarkan materi yang tertuang dalam buku. 2) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai setelah mempelajari buku. 3) Materi yang berisi komponen pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh siswa. 4) Prosedur kegiatan yang harus diikuti oleh siswa untuk mempelajari materi di dalam buku. 74

92 3. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir bahan ajar yang dikembangkan setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli dan praktisi serta data hasil uji coba pada siswa. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut. a. Validasi Ahli (Expert Appraisal) Sebelum melakukan uji coba pada produk berupa bahan ajar yang dikembangkan yaitu berbentuk buku, produk yang diproduksi harus melalui validasi oleh sekurang-kurangnya satu ahli materi, satu ahli media, dan praktisi. Penilaian para ahli atau praktisi terhadap produk yang dikembangkan mencakup aspek isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, serta aspek kegrafikan. Berdasarkan masukan dari para ahli, draft produk direvisi untuk membuatnya lebih tepat, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi. Dengan demikian, rancangan awal berupa draft produk yang dikembangkan mendapatkan jaminan layak untuk diujicobakan kepada subjek uji coba. Setelah draft buku ajar pertama melewati tahap revisi, selanjutnya dihasilkan draft buku ajar kedua yang kemudian akan diujicobakan pada siswa. b. Uji Coba Pengembangan (Developmental Testing) Uji coba pengembangan dibagi menjadi dua, yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil dilaksanakan dalam skala kecil pada sebagian siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan. Langkah tersebut bertujuan untuk 75

93 mengoperasionalkan produk buku ajar yang dikembangkan dalam skala kecil. Selanjutnya hasil uji coba skala kecil akan dijadikan sebagai masukan dalam langkah perbaikan pada uji coba lapangan. Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat (observer) terhadap produk bahan ajar berupa buku yang telah disusun. E. Jenis Data Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif merupakan data mengenai proses pengembangan bahan ajar yang dikembangkan berupa masukan kritik dan saran dari ahli materi, ahli media, praktisi baik dari guru maupun siswa tentang kelayakan buku. Selain itu, data kualitatif mencakup data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dalam tahap studi pendahuluan, serta studi pengembangan yang berupa tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan berupa buku. 2. Data kuantitatif merupakan data pokok penelitian yang berupa data penilaian oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi tentang bahan ajar yang dikembangkan berupa buku ajar tematik pelengkap pembelajaran. Data ini meliputi skor penilaian dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. 76

94 F. Metode Pengumpulan Data Tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Oleh karena itu, metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Wawancara Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2016: 216) wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kalitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dengan tatap muka secara individu saat studi pendahuluan melalui observasi terhadap guru kelas dan beberapa siswa. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur sehingga pedoman wawancara hanya memuat garis besar yang ditanyakan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pada studi pendahuluan. Wawancara terhadap guru bertujuan untuk menggali informasi tentang proses pembelajaran secara umum, penggunaan media khususnya bahan ajar, dan pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru. Selain itu, untuk memperoleh informasi mengenai materi yang mendesak untuk dikembangkan ke dalam bahan ajar. 77

95 Sebelum melakukan wawancara dengan guru dan siswa, peneliti menyiapkan pedoman wawancara untuk mengetahui kondisi yang disebutkan sebagai berikut. a. Wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran secara umum. b. Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran di dalam kelas. c. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru. 2. Observasi Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan yang dimaksud adalah yang berkenaan dengan proses pembelajaran di sekolah dan semua yang terkait di dalamnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 220). Dalam penelitian ini observasi dilaksanakan bertujuan untuk melihat secara langsung proses pembelajaran secara umum di kelas IV SD Negeri 1 Srandakan. Selain itu, berkenaan dengan aspek muatan lokal, peneliti juga melakukan observasi lapangan mengenai kondisi lingkungan sekitar, utamanya lingkungan sepanjang pantai Kabupaten Bantul. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi tidak terstruktur. Secara teknis pelaksanaannya observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Dengan demikian, peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap objek penelitian tanpa melalui perantara dan tidak melibatkan diri dalam situasi pembelajaran dan aktivitas masyarakat pesisir pantai. 78

96 Sebelum melakukan observasi di lapangan, peneliti menyiapkan pedoman observasi. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui kondisi yang disebutkan sebagai berikut. a. Proses pembelajaran di dalam kelas secara umum. b. Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran. c. Kondisi lingkungan beserta permasalahan lingkungan yang ada di area pesisir pantai Kabupaten Bantul. 3. Angket Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 219) menyebutkan bahwa angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung, artinya peneliti tidak secara langsung bertanya jawab dengan responden. Angket merupakan alat pengumpulan data yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dan direspon oleh responden. Angket digunakan untuk mngukur kualitas bahan ajar yang dikembangkan. Instrumen angket pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dari ahli media, ahli materi, praktisi, dan siswa sebagai bahan untuk dijadikan sebagai acuan tahap evaluasi dan perbaikan bahan ajar yang dikembangkan. Kerangka pikir atau kisi-kisi instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari instrumen penilaian buku teks pelajaran sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang kemudian dirinci oleh BSNP (Urip Purwono, 2008) menjadi empat instrumen penilaian. Komponen penilaian buku teks pelajaran tersebut meliputi komponen kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan 79

97 kegrafikan. Angket penilaian kelayakan produk meliputi beberapa aspek dengan indikator atau subkomponen masing-masing. Pada umumnya instrumen kelayakan bahan ajar menggunakan Skala Likert dengan lima (5) alternatif jawaban, yaitu: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang (Sugiyono, 2011: 93). Supaya diperoleh data kuantitatif, maka setiap alternatif jawaban diberi skor yakni sangat baik bernilai 5, baik bernilai 4, cukup baik bernilai 3, kurang baik bernilai 2, dan sangat kurang baik bernilai 1. Sebelum menyusun instrumen penelitian, peneliti perlu membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Untuk mendapatkan instrumen yang layak digunakan, kisi-kisi yang disusun perlu untuk dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing. Selanjutnya, kisi-kisi tersebut dikembangkan menjadi sebuah instrumen penelitian dengan menyusun butir-butir penilaian instrumen. Setelah itu, instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, ahli media, dan ahli materi sehingga instrumen mendapat jaminan dan persetujuan layak digunakan dalam langkah pengumpulan data. Kisi-kisi angket untuk ahli media, ahli materi, praktisi yaitu guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut. 80

98 Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Materi No Kriteria Indikator No. Butir Penilaian Jumlah Item 1. Aspek Kesesuaian materi dengan 1, 2, 3 3 Kelayakan Isi KI dan KD Keakuratan materi 4, 5, 6, 7, 8, 9, 7 10 Kemutakhiran materi 11, 12, 13, 14, 5 15 Mendorong keingintahuan 16, Aspek Lugas 1, 2, 3 3 Kelayakan Komunikatif 4, 5 2 Bahasa Dialogis dan interaktif 6,7 2 Kesesuaian dengan 8, 9 2 perkembangan siswa Kesesuaian dengan kaidah 10, 11 2 bahasa Penggunaan istilah, simbol, 12, 13 2 atau ikon Jumlah butir penilaian 30 Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Media No Kriteria Indikator No. Butir Penilaian 1. Aspek Kelayakan Kegrafikan 2. Aspek Kelayakan Penyajian Jumlah Item Ukuran buku 1, 2 2 Desain sampul buku 3, 4, 5, 6a, 6b, 8 7, 8a, 8b Desain isi buku 9a, 9b, 10a, 19 10b, 10c, 11a, 11b, 12a, 12b, 13a, 13b, 13c, 13d, 13e, 14a, 14b, 15a, 15b, 15c Teknik penyajian 1, 2 2 Pendukung penyajian 3, 4, 5, 6, 7, 8, 8 9, 10 Penyajian pembelajaran 11 1 Koherensi dan keruntutan 12, 13 2 alur pikir Jumlah butir penilaian 42 81

99 Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Guru No Kriteria Indikator No. Butir Penilaian Jumlah Item 1. Aspek Keseuaian materi dengan 1 1 Kelayakan Isi KI dan KD Cakupan materi Aspek Kelayakan Penyajian 3. Aspek Kelayakan Bahasa 4. Aspek Kelayakan Kegrafikan Keakuratan materi 3, 4 2 Teknik penyajian 5 1 Pendukung penyajian 6, 7 2 materi Penyajian pembelajaran 8 1 Keterbacaan 9 1 Kesesuaian dengan kaidah 11 1 bahasa Indonesia yang baik dan benar Komunikatif 11 1 Ukuran fisik buku 12 1 Tata letak sampul buku 13 1 Tipografi sampul buku 14 1 Ilustrasi sampul buku 15 1 Tata letak isi buku 16 1 Tipografi isi buku 17 1 Ilustrasi isi buku 18 1 Jumlah butir penilaian 18 Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Siswa Kriteria Indikator No. Butir Penilaian Jumlah Item Respon Siswa Materi/ Isi 1, 2, 3, 4 4 Penyajian 5, 6, 7 3 Bahasa 8, 9 2 Kegrafikan 10, 11, 12, 13 4 G. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data yang dihimpun dari hasil wawancara, observasi, maupun angket. Analisis data dibagi menjadi dua jenis, yakni analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. 82

100 1. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini merupakan data deskriptif, artinya data berupa pemaparan data kualitatif dari para ahli, praktisi dan responden pada uji coba lapangan. Sumber data kualitatif berasal dari koreksi dan masukan saran yang diisi dalam angket. Koreksi dan masukan tersebut digunakan sebagai acuan revisi produk yang dikembangkan. 2. Analisis Data Kuantitatif Teknik analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan rumus sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2010: 238). Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif Rumus Rerata Skor Klasifikasi X > Xi + 1,8 sbi > 4,2 Sangat Baik Xi + 0,6 sbi < X Xi + 1,8 sbi > 3,4 4,2 Baik Xi 0,6 sbi < X Xi + 0,6 sbi > 2,6 3,4 Cukup Xi 1,8 sbi < X Xi + 0,6 sbi > 1,8 2,6 Kurang X Xi 1,8 sbi 1,8 Sangat Kurang Keterangan: Xi (rerata ideal) = ½ (skor maksimum ideal + skor minimum ideal) sbi (simpangan baku ideal) =1/6 (skor maksimum ideal skor minimum ideal) X = skor empiris Perolehan rentang rerata skor tersebut dengan ketentuan bahwa pada Skala Likert skor maksimum ideal sama dengan 5 dan skor minimum 83

101 ideal sama dengan 1. Dengan demikian diperoleh perhitungan Xi dan sbi sebagai berikut. Xi = ½ (5+1) = 3 sbi = 1/6 (5-1) = 0,67 Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh hasil perhitungan skala lima sebagaimana dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Konversi Data Kuantitatif menjadi Data Kualitatif Skala Perhitungan Hasil Kriteria 5 X > 3+(1,8 x 0,67) X > 4,2 Sangat Baik 4 3+(0,6 x 0,67) < X 3+(1,8 x 0,67) 3,4 < X 4,2 Baik 3 3-(0,6 x 0,67) < X 3+(0,6 x 0,67) 2,6 < X 3,4 Cukup 2 3-(1,8 x 0,67) < X 3-(0,6 x 0,67) 1,8 < X 2,6 Kurang 1 X 3-(1,8 x 0,67) X 1,8 Sangat Kurang Suatu produk yang dikembangkan dapat dikatakan layak digunakan sebagai bahan ajar apabila hasil uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik. 84

102 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Bahan Ajar Penelitian ini menggunakan model pengembangan yang diadaptasi dari model 4-D terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Akan tetapi, dalam penelitian ini belum dilaksanakan tahap penyebaran (disseminate) karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti. Berdasarkan model pengembangan 4-D langkah-langkah pengembangan bahan ajar cetak tematik berbasis komunikasi visual bermuatan lokal adalah sebagai berikut. a. Pendefinisian (Define) Tahap pendefinisian dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Secara umum, dalam tahap ini dilakukan analisis kebutuhan pengembangan dan syaratsyarat pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna melalui beberapa kegiatan, yaitu: 1) Analisis Ujung Depan Langkah ini dilaksanakan dengan studi pendahuluan dan studi literatur. Pengembangan bahan ajar cetak pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan ini dilaksanakan berdasarkan pada analisis kebutuhan yang disimpulkan setelah mendapat beberapa informasi mengenai 85

103 kondisi lingkungan sekitar dan proses pembelajaran di SD Negeri 1 Srandakan. Pada tahap pengumpulan informasi, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran kelas IV di SD Negeri 1 Srandakan pada bulan Februari Selain melakukan observasi di sekolah, peneliti perlu melakukan studi lapangan di lingkungan sekitar sekolah untuk mengetahui permasalahan apa yang perlu diangkat dalam pembelajaran. Berdasarkan studi lapangan, peneliti menemukan beberapa permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar kawasan pesisir pantai, khususnya berkaitan dengan abrasi yang sering terjadi di sepanjang pantai Kabupaten Bantul. Fenomena alam tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap keberlangsungan makhluk hidup ekosistem pantai dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal itu karena abrasi berdampak pada kerusakan lingkungan, fasilitas pendukung aktivitas masyarakat sekitar, dan keberlangsungan makhluk hidup di sekitar ekosistem pantai utamanya kawasan konservasi penyu serta kawasan hutan bakau. Pengetahuan akan abrasi dan segala hal yang berkaitan dengan fenomena alam tersebut menjadi penting untuk disampaikan kepada setiap elemen masyarakat, termasuk siswa sekolah dasar. Berdasarkan observasi dan wawancara di sekolah, secara umum proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 1 Srandakan belum banyak mengangkat permasalahan lingkungan yang disebutkan sebelumnya. Belum memadainya sarana prasarana 86

104 pendukung pembelajaran serta keterbatasan kemampuan guru menjadikan buku teks pelajaran serta LKS masih dominan digunakan sebagai sumber belajar utama. Oleh karena itu, konteks kelokalan tersebut perlu diangkat dalam sebuah bahan ajar yang mudah digunakan oleh guru sehingga membantu guru dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada siswa. Untuk itu, bahan ajar perlu dikemas secara menarik sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa usia kelas IV sekolah dasar. 2) Analisis Siswa Tahap analisis ini merupakan telaah mengenai karakteristik siswa melalui pengamatan langsung dan studi pustaka. Langkah tersebut dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik siswa usia sekolah dasar, khususnya pada usia kelas IV. Di samping itu, peneliti juga membutuhkan informasi mengenai karakteristik bahan ajar yang akan digunakan sebagai media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Melalui studi pustaka, diperoleh informasi bahwa siswa usia sekolah dasar yang dalam tahap operasional konkret cenderung menyukai sesuatu yang bergambar dan berwarna. Bahan ajar yang ada dan digunakan dalam pembelajaran umumnya masih bersifat tekstual dan kurang memberikan variasi gambar serta unsur visual lainnya. Dengan demikian, untuk menyampaikan pengetahuan muatan lokal yang akan diangkat dalam pembelajaran membutuhkan sebuah media berbasis media grafis atau komunikasi 87

105 visual yang interaktif. Diharapkan dengan media tersebut, pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan secara menyenangkan dan menarik bagi siswa kelas IV sekolah dasar. 3) Analisis Kurikulum Peneliti perlu menganalisis dan mengkaji kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran karena kurikulum memuat kompetensi maupun keterampilan yang harus dicapai siswa. Tahap analisis ini meliputi dua komponen tahapan, yaitu analisis konsep dan analisis tugas. Peneliti menganalisis kurikulum berdasarkan materi yang dikembangkan, yaitu materi muatan lokal mengenai kawasan konservasi penyu dan kawasan hutan bakau di sepanjang pantai Kabupaten Bantul yang dikaitkan dengan fenomena alam abrasi. Pengembangan materi tersebut didasarkan pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tertuang dalam standar isi Kurikulum Hasil analisis kurikulum dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 8. Kompetensi Inti Kompetensi Inti 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. 88

106 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia PPKn IPA IPS Matematika Tabel 9. Pemetaan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar 2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan Bahasa Indonesia 3.1 Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks lisan, tulis, atau visual (gambar, film) 2.3 Menerima hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari 3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Bekerjasama melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari 1.1 Bertambahnya keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi 3.8 Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya 4.8 Melakukan kegiatan upaya pelestarian sumber daya alam bersama orang-orang di lingkungannya 1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungnnya 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya 3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/ kabupaten sampai tingkat provinsi 2.3 Menunjukkan perilaku patuh, tertib dan mengikuti prosedur dalam melakukan operasi hitung campuran 3.3 Menjelaskan dan melakukan penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun pecahan 89

107 Tabel 10. Indikator Mata Pelajaran Indikator Bahasa Indonesia Memahami isi teks tentang sikap peduli lingkungan yang berkaitan dengan fenomena alam abrasi. PPKn Menyebutkan sikap-sikap yang mencerminkan kewajiban melestarikan dan peduli lingkungan. Menghubungkan sila Pancasila dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kewajiban melestarikan dan peduli lingkungan. Merancang poster yang berisi kalimat ajakan tentang kewajiban melestarikan dan peduli lingkungan. IPA Menjelaskan pemanfaatan salah satu sumber daya alam, yaitu pohon bakau dan cemara dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat abrasi dalam bentuk laporan tertulis. Mengumpulkan informasi tentang abrasi dan pencegahannya melalui pecobaan simulasi terjadinya abrasi. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara makhluk hidup di ekosistem pantai. IPS Menemukan contoh interaksi manusia dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Matematika Menentukan jawaban hasil dari soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama. 4) Analisis Materi Tahapan analisis materi ini meliputi perumusan tujuan yang diperoleh dari tahapan sebelumnya, yaitu pengembangan indikator pembelajaran. Tujuan pembelajaran dijadikan sebagai dasar untuk mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan kepada siswa. Dalam memilih materi utama yang akan diajarkan perlu pula dilakukan tahap pengumpulan dan pemilihan materi yang relevan untuk kemudian disusun kembali secara sistematis sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Rumusan tujuan pembelajaran dapat dilihat dilihat pada tabel berikut. 90

108 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tabel 11. Rumusan Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Setelah membaca teks cerita petualangan, siswa dapat memahami isi teks tentang sikap peduli lingkungan yang berkaitan dengan fenomena alam abrasi dengan benar. Melalui kegiatan membaca teks cerita petualangan, siswa dapat menunjukkan sikap teliti, percaya diri, dan peduli terhadap lingkungan dengan baik. PPKn Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa mampu menyebutkan sikap-sikap yang mencerminkan peduli lingkungan dengan benar. Melalui kegiatan tanya jawab, siswa dapat menghubungkan sila Pancasila dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sikap cinta lingkungan dengan tepat. Melalui kegiatan membuat poster, siswa dapat menunjukkan sikap peduli lingkungan sebagai kewajiban sebagai warnga negara dengan baik. IPA Setelah melakukan percobaan simulasi abrasi, siswa dapat menjelaskan pemanfaatan salah satu sumber daya alam, yaitu pohon bakau dan cemara dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat abrasi dalam bentuk laporan tertulis dengan benar. Melalui kegiatan percobaan simulasi abrasi, siswa dapat mengumpulkan informasi tentang abrasi dan pencegahannya dengan tepat. Melalui kegiatan percobaan, siswa dapat menunjukkan perilaku ilmiah dengan baik. Melalui kegiatan simulasi bermain peran, siswa dapat menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara makhluk hidup di ekosistem pantai dengan tepat IPS Setelah memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat menemukan contoh interaksi manusia dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan peduli lingkungan dengan tepat. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menunjukkan sikap toleran, santun, dan peduli dengan lingkungan dan teman sebaya dengan baik Matematika Dengan mengamati gambar, siswa dapat menentukan jawaban hasil dari soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dengan tepat. Dengan mengerjakan soal, siswa dapat menunjukkan sikap tertib terhadap prosedur operasi hitung dengan baik. 91

109 Materi yang dikembangkan dalam penelitian ini menitikberatkan pada muatan lokal yang terdapat di Kabupaten Bantul. Akan tetapi, materi muatan lokal yang dikembangkan pada bahan ajar ini dibatasi pada pengetahuan mengenai fenomena alam abrasi dan kawasan konservasi laut yang terdapat di wilayah Kabupaten Bantul. Materi yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi pada jenjang kelas IV tingkat sekolah dasar. Pengembangan materi disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan pada jenjang kelas IV sekolah dasar yaitu Kurikulum Materi pokok yang disampaikan antara lain mengenai perilaku peduli terhadap lingkungan, fenomena alam abrasi beserta dampak yang ditimbulkan dan langkah-langkah pencegahannya, ekosistem hutan bakau, dan pengetahuan mengenai kawasan konservasi laut. Materi-materi tersebut dikemas dalam pembelajaran tematik yang disisipkan pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup, subtema Ayo Cintai Lingkungan. b. Perancangan (Design) Tahapan perancangan (design) merupakan langkah yang dilakukan setelah tahapan pendefinisian selesai dilakukan. Tahap perancangan dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu pemilihan media, pemilihan format berdasarkan kriteria, dan rancangan awal produk. Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 92

110 1) Pemilihan Media Media yang digunakan untuk mengemas materi muatan lokal dalam penelitian ini adalah bahan ajar cetak berbentuk buku ajar pelengkap. Pemilihan media buku cetak ini didasarkan atas pertimbangan bahwa buku cetak merupakan bahan ajar yang paling umum digunakan di lapangan berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebelumnya. Di samping itu, aspek kemudahan penggunaan buku cetak juga menjadi pertimbangan pemilihan media jenis ini. Hal tersebut karena belum semua guru dapat dengan mahir menggunakan media jenis lain, misalnya media yang berbasis multimedia. Berdasarkan pengamatan di lapangan, buku yang memuat muatan lokal khususnya yang berkaitan dengan materi yang dikembangkan oleh peneliti belum banyak dijumpai. Atas berbagai pertimbangan tersebut, bahan ajar cetak dimaksudkan dapat digunakan sebagai buku penunjang dalam pembelajaran utama yang belum secara khusus dan mendalam memberikan materi muatan lokal yang dikembangkan oleh peneliti. 2) Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Format buku cetak yang dikembangkan peneliti mengacu pada rambu-rambu tema yang telah ditentukan dalam Kurikulum Sedangkan untuk format penyajian buku, peneliti mengadaptasi format kriteria buku yang memenuhi syarat kelayakan sesuai dengan pedoman pengembangan bahan ajar menurut BSNP sebagai acuan. Aspek-aspek yang perlu 93

111 diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar tersebut adalah aspek kegrafikan, aspek penyajian, aspek isi, dan aspek kebahasaan. Buku cetak yang dikembangkan memuat materi muatan lokal disusun dengan penggunaan unsur-unsur visual dalam penyampaian informasi di dalamnya (komunikasi visual). 3) Rancangan Awal Produk Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan rancangan awal produk berupa buku ajar pelengkap tematik berjudul Ayo Cintai Lingkungan. Proses pembuatan desain buku dilakukan oleh peneliti sendiri. Pembuatan desain buku tersebut menggunakan software berbasis vektor Corel Draw X7 dan software berbasis bitmap Adobe Photoshop CS5. Jenis huruf yang digunakan dalam adalah Comic Sans MS, Bebas Neue, dan MV Boli dengan ukuran 12 pt. Pemilihan jenis huruf disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga mudah dalam membacanya. Setelah proses desain selesai, rancangan awal bahan ajar kemudian dicetak menggunakan kertas ivory 230 gsm untuk sampul buku dan kertas art paper 150 gsm untuk bagian isi buku. Buku yang dibuat berukuran kuarto A4 dengan panjang 297 mm dan lebar 210 mm berisikan 32 halaman berwarna bolak-balik. Pemilihan warna yang bervariasi dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa sekolah dasar yang menyukai warna-warna cerah. Penyusunan materi mengacu pada beberapa sumber buku yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan materi yang 94

112 dikembangkan. Materi dikemas menggunakan dialog interaktif yang dikombinasikan dengan penggunaan gambar dan unsur-unsur visual lainnya. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat mempelajari materi dengan cara yang berbeda dari pembelajaran biasanya. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, siswa diharapkan dapat tertarik untuk belajar layaknya membaca buku cerita bergambar. c. Pengembangan (Develop) Tahap pengembangan bahan ajar terdiri dari tahap validasi ahli dan uji coba pengembangan. Tahap validasi ahli dibagi menjadi dua, yaitu validasi ahli materi dan ahli media. Uji coba pengembangan terbagi menjadi dua tahapan, yaitu uji coba kelompok kecil (terbatas) dan uji coba lapangan (luas). Pada penelitian ini, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan dilaksanakan pada siswa kelas IV-A SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul. 2. Data Validitas Produk Setelah rancangan awal produk bahan ajar yang dikembangkan selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah validasi oleh dua ahli, yakni ahli materi dan ahli media. Validasi materi dan media dilakukan dalam beberapa tahap yang dijabarkan sebagai berikut. a. Validasi Ahli Materi Ahli materi memberikan penilaian terhadap bahan ajar dari aspek kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa. Dosen yang menjadi ahli materi dalam pengembangan ini adalah Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, 95

113 M.Pd., dosen jurusan Pendidikan Sekolah Dasar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Validasi ahli materi dilakukan dalam dua (2) tahap. Validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2016 bertempat di ruang dosen Kampus Wates UNY. Ahli materi mengevaluasi produk bahan ajar berdasarkan kriteria yang telah tersedia beserta saran perbaikan. Hasil validasi tahap pertama dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 12. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap I Butir Penilaian Aspek Kelayakan Isi Skor Ket. 1. Kelengkapan materi. 4 Baik 2. Keluasan materi. 3 Cukup 3. Kedalaman materi. 3 Cukup 4. Keakuratan konsep dan definisi. 4 Baik 5. Keakuratan data dan fakta. 3 Cukup 6. Keakuratan contoh dan kasus. 4 Baik 7. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. 4 Baik 8. Keakuratan istilah-istilah. 3 Cukup 9. Keakuratan notasi, simbol, dan ikon. 4 Baik 10. Keakuratan acuan pustaka. 3 Cukup 11. Kesesuaian materi dengan perkembangan 4 Baik muatan lokal. 12. Contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari. 4 Baik 13. Gambar, diagram, dan ilustrasi dalam kehidupan 4 Baik sehari-hari. 14. Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam 4 Baik kehidupan sehari-hari. 15. Kemutakhiran pustaka. 4 Baik 16. Mendorong rasa ingin tahu. 4 Baik 17. Menciptakan kemampuan bertanya. 3 Cukup Jumlah 62 Rata-rata 3,64 Baik 96

114 Tabel 13. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap I Butir Penilaian Aspek Kelayakan Bahasa Skor Ket. 1. Ketepatan struktur kalimat. 4 Baik 2. Keefektifan kalimat. 3 Cukup 3. Kebakuan istilah. 3 Cukup 4. Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 3 Cukup 5. Keefektifan penyampaian pesan/ informasi 4 Baik secara visual dengan bantuan gambar, ilustrasi, poster, komik, atau kartun. 6. Kemampuan memotivasi peserta didik. 4 Baik 7. Kemampuan mendorong berpikir kritis. 3 Cukup 8. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik. 3 Cukup 9. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 3 Cukup emosional peserta didik. 10. Ketepatan tata bahasa. 4 Baik 11. Ketepatan ejaan. 4 Baik 12. Konsistensi penggunaan istilah. 3 Cukup 13. Konsistensi penggunaan simbol atau ikon. 4 Baik Jumlah 45 Rata-rata 3,46 Baik Hasil penilaian ahli materi tahap pertama pada aspek kelayakan isi memperoleh jumlah skor 62 dengan rata-rata 3,64. Sedangkan untuk aspek kelayakan bahasa memperoleh skor 45 dengan rata-rata 3,46. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti baik dari aspek kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa termasuk dalam kategori baik. Pada tahap ini masih terdapat beberapa bagian yang perlu direvisi, antara lain sebagai berikut. 1) lokasi lebih dispesifikkan, 2) untuk tugas diberi keterangan gambar, 3) materi disesuaikan, dan 4) ditambahkan glosarium. 97

115 Selain itu, secara umum ahli memberikan komentar mengenai penggunaan istilah disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Berdasarkan saran tersebut maka perlu adanya revisi. Setelah selesai melakukan revisi tahap pertama, maka dilanjutkan validasi tahap kedua. Validasi tahap kedua dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2016 di ruang dosen Kampus Wates UNY. Hasil validasi tahap kedua dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 14. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap II Butir Penilaian Aspek Kelayakan Isi Skor Ket. 1. Kelengkapan materi. 4 Baik 2. Keluasan materi. 4 Baik 3. Kedalaman materi. 3 Cukup 4. Keakuratan konsep dan definisi. 4 Baik 5. Keakuratan data dan fakta. 5 Sangat Baik 6. Keakuratan contoh dan kasus. 4 Baik 7. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. 5 Sangat Baik 8. Keakuratan istilah-istilah. 4 Baik 9. Keakuratan notasi, simbol, dan ikon. 4 Baik 10. Keakuratan acuan pustaka. 3 Cukup 11. Kesesuaian materi dengan perkembangan 4 Baik muatan lokal. 12. Contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari. 5 Sangat Baik 13. Gambar, diagram, dan ilustrasi dalam kehidupan 4 Baik sehari-hari. 14. Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam 4 Baik kehidupan sehari-hari. 15. Kemutakhiran pustaka. 4 Baik 16. Mendorong rasa ingin tahu. 5 Sangat Baik 17. Menciptakan kemampuan bertanya. 4 Baik Jumlah 69 Rata-rata 4,05 Baik 98

116 Tabel 15. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap II Butir Penilaian Aspek Kelayakan Bahasa Skor Ket. 1. Ketepatan struktur kalimat. 4 Baik 2. Keefektifan kalimat. 4 Baik 3. Kebakuan istilah. 4 Baik 4. Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 3 Cukup 5. Keefektifan penyampaian pesan/ informasi 4 Baik secara visual dengan bantuan gambar, ilustrasi, poster, komik, atau kartun. 6. Kemampuan memotivasi peserta didik. 4 Baik 7. Kemampuan mendorong berpikir kritis. 3 Cukup 8. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik. 4 Baik 9. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 4 Baik emosional peserta didik. 10. Ketepatan tata bahasa. 4 Baik 11. Ketepatan ejaan. 4 Baik 12. Konsistensi penggunaan istilah. 4 Baik 13. Konsistensi penggunaan simbol atau ikon. 4 Baik Jumlah 50 Rata-rata 3,84 Baik Hasil penilaian ahli materi pada tahap kedua sekaligus menjadi tahap terakhir, jumlah skor yang diperoleh pada aspek kelayakan isi adalah 69 dengan rata-rata 4,05. Sedangkan untuk aspek kelayakan bahasa memperoleh skor 50 dengan rata-rata 3,84. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitaif ke kualitatif maka produk yang dikembangkan dinilai dari aspek materi masuk dalam kategori baik. Pada tahap kedua ini tidak ada saran perbaikan dari ahli materi sehingga produk bahan ajar yang dikembangkan layak diujicobakan ke lapangan tanpa adanya revisi. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hasil penilaian oleh ahli materi tahap pertama dan tahap kedua dapat dilihat pada diagram batang berikut ini. 99

117 Kelayakan Isi Kelayakan Bahasa Validasi Tahap Pertama Validasi Tahap Kedua Gambar 4. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi Adanya revisi pada produk bahan ajar dari aspek materi menunjukkan kenaikan rata-rata dari kedua aspek yang dinilai. Revisi yang dilakukan menghasilkan produk berupa buku ajar cetak yang layak diujicobakan pada siswa kelas IV sekolah dasar. b. Validasi Ahli Media Ahli media memberikan penilaian terhadap bahan ajar dari aspek kelayakan kegrafikan dan aspek kelayakan penyajian. Dosen yang menjadi ahli media dalam pengembangan ini adalah Bapak Deni Hardianto, M.Pd., dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan di FIP UNY. Validasi ahli media dilakukan dalam dua (2) tahap. Validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2016 bertempat di ruang Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY. Ahli media mengevaluasi produk bahan ajar berdasarkan kriteria yang telah tersedia beserta saran perbaikan. Hasil validasi tahap pertama dapat dilihat dalam tabel berikut. 100

118 Tabel 16. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap I Butir Penilaian Aspek Kelayakan Kegrafikan Skor Ket. 1. Kesesuaian ukuran bahan ajar dengan standar ISO. 4 Baik 2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. 4 Baik 3. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik belakang dan punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsistensi. 4. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik. 4 Baik 5. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas 4 Baik fungsi. 6a.Ukuran huruf judul bahan ajar lebih dominan dan proporsional dibandingkan ukuran bahan ajar, nama pengarang. 4 Baik 6b.Warna judul bahan ajar kontras dengan warna latar 4 Baik belakang. 7. Tidak menggunakan jenis huruf yang terlalu dekoratif. 5 Sangat Baik 8a.Menggambarkan isi/ materi ajar dan mengungkapkan 4 Baik karakter obyek. 8b.Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. 3 Cukup 9a.Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. 3 Cukup 9b.Pemisahan antar paragraf jelas. 4 Baik 10a.Bidang cetak dan marjin proporsional. 4 Baik 10b.Marjin dua halaman yang berdampingan proporsional. 4 Baik 10c.Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 4 Baik 11a.Judul kegiatan belajar, subjudul kegiatan belajar, dan 3 Cukup angka halaman/ folio. 11b.Ilustrasi dan keterangan gambar (caption). 3 Cukup 12a.Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang 4 Baik tidak mengganggu judul, teks, angka, halaman. 12b.Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan 3 Cukup gambar. 13a.Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf. 4 Baik 13b.Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, 4 Baik small capital) tidak berlebihan. 13c.Lebar susunan teks normal. 4 Baik 13d.Spasi antar baris susunan teks normal. 3 Cukup 13e.Spasi antar huruf (kerning) normal. 4 Baik 14a.Jenjang/ hierarki judul-judul jelas, konsisten dan 4 Baik proporsional. 14b.Tanda pemotongan kata (hyphenation). 4 Baik 15a.Mampu mengungkap makna/ arti dari objek. 3 Cukup 15b.Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan 3 Cukup kenyataan. 15c.Kreatif dan dinamis. 3 Cukup Jumlah 108 Rata-rata 3,72 Baik 101

119 Tabel 17. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap I Butir Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian Skor Ket. 1. Konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan 4 Baik belajar. 2. Keruntutan konsep. 4 Baik 3. Contoh-contoh soal dalam setiap kegiatan belajar. 3 Cukup 4. Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar. 3 Cukup 5. Pengantar. 4 Baik 6. Umpan balik soal latihan. 3 Cukup 7. Daftar pustaka. 4 Baik 8. Glosarium 2 Kurang 9. Rangkuman. 3 Cukup 10. Daftar isi. 4 Baik 11. Keterlibatan peserta didik. 3 Cukup 12. Ketertautan antar kegiatan belajar/ sub kegiatan 4 Baik belajar/ alenia. 13. Keutuhan makna dalam kegiatan belajar/ sub 3 Cukup kegiatan belajar/ alinea. Jumlah 4 Rata-rata 3,38 Cukup Hasil penilaian ahli media tahap pertama pada aspek kelayakan kegrafikan memperoleh jumlah skor 108 dengan rata-rata 3,72. Sedangkan untuk aspek kelayakan bahasa memperoleh skor 44 dengan rata-rata 3,38. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti, untuk aspek kelayakan kegrafikan masuk dalam kategori baik. Sedangkan untuk aspek kelayakan penyajian termasuk dalam kategori cukup. Pada tahap ini masih terdapat beberapa bagian yang perlu direvisi, antara lain sebagai berikut. 1) penambahan sampul dalam agar tidak langsung pada halaman kata pengantar, 2) karakter gambar tokoh disesuaikan dengan anak usia sekolah dasar, 102

120 3) kecerahan gambar lebih dipertajam, 4) daftar isi lebih disempurnakan lagi, dan 5) penggunaan teks yang terlalu banyak, perlu dikurangi. Berdasarkan saran tersebut maka perlu adanya revisi. Setelah selesai melakukan revisi tahap pertama, maka dilanjutkan validasi tahap kedua. Validasi tahap kedua dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2016 di rumah Bapak Deni Hardianto, M.Pd. Hasil validasi tahap kedua dapat dilihat dalam tabel berikut. 103

121 Tabel 18. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap II Butir Penilaian Aspek Kelayakan Kegrafikan Skor Ket. 1. Kesesuaian ukuran bahan ajar dengan standar ISO. 4 Baik 2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. 4 Baik 3. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik belakang dan punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsistensi. 4. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik. 4 Baik 5. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas 4 Baik fungsi. 6a.Ukuran huruf judul bahan ajar lebih dominan dan proporsional dibandingkan ukuran bahan ajar, nama pengarang. 5 Sangat Baik 6b.Warna judul bahan ajar kontras dengan warna latar 5 Sangat belakang. Baik 7. Tidak menggunakan jenis huruf yang terlalu dekoratif. 5 Sangat 8a.Menggambarkan isi/ materi ajar dan mengungkapkan karakter obyek. Baik 5 Sangat Baik 8b.Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. 3 Cukup 9a.Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. 4 Baik 9b.Pemisahan antar paragraf jelas. 4 Baik 10a.Bidang cetak dan marjin proporsional. 4 Baik 10b.Marjin dua halaman yang berdampingan proporsional. 4 Baik 10c.Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 4 Baik 11a.Judul kegiatan belajar, subjudul kegiatan belajar, dan 4 Baik angka halaman/ folio. 11b.Ilustrasi dan keterangan gambar (caption). 3 Cukup 12a.Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang 4 Baik tidak mengganggu judul, teks, angka, halaman. 12b.Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan 4 Baik gambar. 13a.Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf. 4 Baik 13b.Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, 5 Baik small capital) tidak berlebihan. 13c.Lebar susunan teks normal. 4 Baik 13d.Spasi antar baris susunan teks normal. 4 Baik 13e.Spasi antar huruf (kerning) normal. 4 Baik 14a.Jenjang/ hierarki judul-judul jelas, konsisten dan 4 Baik proporsional. 14b.Tanda pemotongan kata (hyphenation). 4 Baik 15a.Mampu mengungkap makna/ arti dari objek. 4 Baik 15b.Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan 3 Cukup kenyataan. 15c.Kreatif dan dinamis. 4 Baik Jumlah 118 Rata-rata 4,06 Baik 104

122 Tabel 19. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap II Butir Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian Skor Ket. 1. Konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan 4 Baik belajar. 2. Keruntutan konsep. 4 Baik 3. Contoh-contoh soal dalam setiap kegiatan belajar. 3 Cukup 4. Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar. 5 Sangat Baik 5. Pengantar. 4 Baik 6. Umpan balik soal latihan. 3 Cukup 7. Daftar pustaka. 4 Baik 8. Glosarium 5 Sangat Baik 9. Rangkuman. 4 Baik 10. Daftar isi. 4 Baik 11. Keterlibatan peserta didik. 4 Baik 12. Ketertautan antar kegiatan belajar/ sub kegiatan 4 Baik belajar/ alenia. 13. Keutuhan makna dalam kegiatan belajar/ sub 4 Baik kegiatan belajar/ alinea. Jumlah 52 Rata-rata 4 Baik Hasil penilaian ahli media pada tahap kedua sekaligus menjadi tahap terakhir, jumlah skor yang diperoleh pada aspek kelayakan kegrafikan adalah 118 dengan rata-rata 4,06. Sedangkan untuk aspek kelayakan penyajian memperoleh skor 52 dengan rata-rata 4. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitaif ke kualitatif maka produk yang dikembangkan dinilai dari aspek media masuk dalam kategori baik. Pada tahap kedua ini ada saran perbaikan dari ahli media yaitu: 1) tambahkan caption pada ilustrasi gambar. Berdasarkan saran tersebut, produk bahan ajar yang dikembangkan layak diujicobakan ke lapangan dengan adanya revisi terlebih dahulu. 105

123 Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hasil penilaian oleh ahli media tahap pertama dan tahap kedua dapat dilihat pada diagram batang berikut ini Validasi Tahap Pertama Validasi Tahap Kedua Kelayakan Kegrafikan Kelayakan Penyajian Gambar 5. Diagram Batang Penilaian Ahli Media Adanya revisi pada produk bahan ajar dari aspek media menunjukkan kenaikan rata-rata dari kedua aspek yang dinilai. Revisi yang dilakukan menghasilkan produk berupa buku ajar cetak yang layak diujicobakan pada siswa kelas IV sekolah dasar. 3. Data Angket Respon Guru Selain melakukan uji validasi dengan ahli, produk bahan ajar yang dikembangkan juga mendapat respon guru kelas sebagai praktisi. Respon yang diberikan oleh praktisi berupa tanggapan mengenai produk bahan ajar yang dikembangkan secara menyeluruh. Praktisi guru dalam pengembangan ini adalah guru kelas IV-A SD Negeri 1 Srandakan yaitu Ibu Sri Kabul, S.Pd. Pengisian angket respon pertama dilaksanakan pada tanggal 8 September Adapun hasil tanggapan pertama praktisi guru 106

124 terhadap produk bahan ajar yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 20. Data Respon Guru Tahap Pertama Butir Penilaian Skor Ket. 1. Kesesuaian KI dan KD terhadap materi yang 4 Baik disampaikan. 2. Kelengkapan materi dalam buku. 4 Baik 3. Ketepatan fakta. 4 Baik 4. Kesesuaian dengan kehidupan nyata. 5 Sangat Baik 5. Keruntutan penyampaian konsep. 4 Baik 6. Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi. 4 Baik 7. Soal latihan dalam setiap akhir pembelajaran. 4 Baik 8. Keterlibatan peserta didik. 4 Baik 9. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah 4 Baik dipahami. 10. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah 4 Baik bahasa Indonesia yang baik dan benar. 11. Menciptakan komunikasi interaktif. 4 Baik 12. Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO (A4, 4 Baik A5, dan B5). 13. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity) dan irama yang baik. 14. Tidak terlalu banyak menggunakan kombinasi 4 Baik jenis huruf. 15. Sampul buku menggambarkan isi/ materi yang 5 Baik diajarkan. 16. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, dan angka halaman. 4 Sangat Baik 17. Secara keseluruhan huruf dapat terbaca dengan 4 Baik baik 18. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik dan serasi. 4 Baik Jumlah 74 Rata-rata 4,11 Baik Hasil respon praktisi guru tahap pertama memperoleh jumlah skor 74 dengan rata-rata 4,11. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti masuk dalam kategori baik. Secara umum, guru sebagai 107

125 praktisi memberikan komentar produk bahan ajar baik dan sesuai dengan materi, namun pada tahap ini masih terdapat beberapa bagian yang perlu direvisi, antara lain pada KI dan KD perlu disesuaikan dengan buku materi yang terbaru (edisi revisi 2016). Berdasarkan saran tersebut maka peneliti perlu melakukan revisi kecil pada beberapa bagian produk bahan ajar. Setelah selesai melakukan revisi tahap pertama, maka dilanjutkan dengan memberikan angket respon praktisi tahap kedua. Pengisian angket respon praktisi tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 15 September 2015 di ruang guru SD Negeri 1 Srandakan. Adapun hasil tanggapan dari praktisi adalah sebagai berikut. 108

126 Tabel 21. Data Respon Guru Tahap Kedua Butir Penilaian Skor Ket. 1. Kesesuaian KI dan KD terhadap materi yang disampaikan. 5 Sangat Baik 2. Kelengkapan materi dalam buku. 4 Baik 3. Ketepatan fakta. 4 Baik 4. Kesesuaian dengan kehidupan nyata. 5 Sangat Baik 5. Keruntutan penyampaian konsep. 4 Baik 6. Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi. 4 Baik 7. Soal latihan dalam setiap akhir pembelajaran. 4 Baik 8. Keterlibatan peserta didik. 4 Baik 9. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah 4 Baik dipahami. 10. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah 4 Baik bahasa Indonesia yang baik dan benar. 11. Menciptakan komunikasi interaktif. 4 Baik 12. Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO (A4, 4 Baik A5, dan B5). 13. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity) dan irama yang baik. 14. Tidak terlalu banyak menggunakan kombinasi 4 Baik jenis huruf. 15. Sampul buku menggambarkan isi/ materi yang diajarkan. 5 Sangat Baik 16. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, dan angka halaman. 5 Sangat Baik 17. Secara keseluruhan huruf dapat terbaca dengan 4 Baik baik 18. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik dan serasi. 4 Baik Jumlah 76 Rata-rata 4,22 Sangat Baik Hasil angket respon praktisi tahap kedua sekaligus menjadi tahap terakhir, jumlah skor yang diperoleh adalah 76 dengan rata-rata 4,22. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti masuk dalam kategori sangat baik. Pada tahap ini tidak ada saran perbaikan dari 109

127 praktisi sehingga produk bahan ajar tidak memerlukan adanya revisi dan layak diujicobakan ke lapangan pada skala yang lebih luas. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hasil respon praktisi (guru) tahap pertama dan tahap kedua dapat dilihat pada diagram batang berikut ini Tahap Pertama Tahap Kedua Gambar 6. Diagram Batang Respon Guru 4. Data Hasil Uji Coba Pengembangan Tahap uji coba pengembangan produk (developmental testing) dilakukan dalam dua tahapan berikut. a. Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) Uji coba kelompok kecil (terbatas) dilakukan pada tanggal 8 September Pada uji coba terbatas ini melibatkan responden sebanyak 6 siswa yang terdiri dari 3 siswa laki-laki bernama AF, BJ, dan RY, serta 3 siswa perempuan bernama AD, DM, dan YC. Uji coba dilaksanakan di ruang perpustakaan SD Negeri 1 Srandakan. Responden diminta untuk menggunakan produk bahan ajar berupa 110

128 buku cetak yang dikembangkan peneliti dengan mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah selesai menggunakan produk bahan ajar, responden mengisi angket yang telah disediakan oleh peneliti. Adapun hasil uji coba terbatas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22. Data Respon Siswa Uji Coba Terbatas No Nama Rata-rata Skor Ket. 1. AD 4,53 Sangat Baik 2. AF 3,38 Cukup 3. BJ 4,15 Baik 4. DM 4,30 Sangat Baik 5.. RY 4,00 Baik 6. YC 4,30 Sangat Baik Jumlah 25 Rata-rata 4,16 Baik Pada hasil angket respon siswa pada uji coba terbatas diperoleh jumlah skor rata-rata adalah 25 dengan rata-rata keseluruhan 4,16. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti masuk dalam kategori baik. Pada tahap ini peneliti juga mengamati perilaku responden. Responden tampak antusias dalam menggunakan produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti. Selain itu, siswa sebagai responden juga diminta untuk menuliskan kata-kata sulit yang tidak mereka ketahui artinya sebagai bahan pertimbangan untuk penambahan kosakata atau istilah penting dalam glosarium. Komentar tertulis yang diberikan responden sebagai berikut. 1) Buku ini bagus dan menarik, sampul buku ini menarik. 111

129 2) Bagus dan menarik. 3) Buku ini menarik karena buku ini dapat menambah ilmu pengetahuan. 4) Bagus menarik dan bukunya warnanya indah/ bagus. 5) Buku ini menarik. 6) Bukunya bagus, sampulnya, gambarnya menarik, dan tulisannya rapi singkat dan jelas. Gambarnya juga bagus dan menarik. b. Uji Coba Lapangan (Luas) Uji coba lapangan (luas) dilakukan pada tanggal 15 September Pada uji coba terbatas ini melibatkan guru kelas IV-A dan sebanyak 20 siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan dari 22 siswa. Dua siswa tidak dapat mengikuti uji coba lapangan karena sakit sehingga tidak masuk sekolah. Uji coba dilaksanakan di ruang kelas IV-A SD Negeri 1 Srandakan. Responden diminta untuk menggunakan produk bahan ajar berupa buku cetak yang dikembangkan peneliti dengan mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah selesai menggunakan produk bahan ajar, responden mengisi angket yang telah disediakan oleh peneliti. Adapun hasil uji coba lapangan dapat dilihat pada tabel berikut. 112

130 Tabel 23. Data Respon Siswa Uji Coba Lapangan No Nama Rata-rata Skor Ket. 1. AA 3,92 Baik 2. AD 4,61 Sangat Baik 3. AF 4,46 Sangat Baik 4. BJ 4,53 Sangat Baik 5. DA 4,61 Sangat Baik 6. DI 4,53 Sangat Baik 7. DM 4,61 Sangat Baik 8. DK 4,53 Sangat Baik 9. DY 4,61 Sangat Baik 10. HG 4,69 Sangat Baik 11. JS 4,38 Sangat Baik 12. JT 4,61 Sangat Baik 13. MC 4,76 Sangat Baik 14. MD 4,38 Sangat Baik 15. RS 4,38 Sangat Baik 16. RY 4,00 Baik 17. RG 4,00 Baik 18. SA 4,69 Sangat Baik 19. SY 4,46 Sangat Baik 20. YC 4,00 Baik Jumlah 88,84 Rata-rata 4,44 Sangat Baik Pada hasil angket respon siswa pada uji coba lapangan diperoleh jumlah skor rata-rata adalah 88,84 dengan rata-rata keseluruhan 4,44. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti masuk dalam kategori sangat baik. Pada tahap ini peneliti juga mengamati perilaku responden. Responden tampak antusias dalam menggunakan produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti. Komentar tertulis yang diberikan responden antara lain sebagai berikut. 113

131 1) Buku ini bagus dan menarik, gambarnya menarik, warnanya tajam, dan hurufnya berwarna. 2) Bagus dan menarik, tulisan bisa dibaca dan mudah dipahami. 3) Buku ini menarik karena soal-soalnya menantang. 4) Saya ingin belajar terus dengan buku ini. B. Revisi Produk 1. Revisi Ahli Materi Revisi yang dilakukan berdasarkan saran perbaikan ahli materi terhadap produk bahan ajar cetak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24. Saran Perbaikan Ahli Materi No Saran Perbaikan Bentuk Revisi 1. Lokasi lebih dispesifikkan. Berkaitan dengan muatan lokal, penggunaan lokasi lebih diperjelas letak wilayah administrasi pemerintahannya. 2. Untuk tugas diberi keterangan gambar. Gambar diganti dengan gambar berwarna dan ditambahkan keterangan gambar. 3. Materi disesuaikan. Penambahan materi mengenai jenis penyu dan konten rubrik fakta diganti dengan data peristiwa dan fakta yang berkaitan dengan konteks lokal. 4. Ditambahkan glosarium. Penambahan glosarium pada bagian akhir buku. 5. Penggunaan istilah disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Istilah-istilah yang ada dalam penggunaannya lebih konsisten dan perbaikan pada beberapa kalimat yang tidak efektif. 114

132 Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 7. Perubahan Lokasi menjadi Lebih Spesifik Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 8. Perubahan pada Gambar Penjelasan Percobaan 115

133 Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 9. Perubahan dengan Penambahan Gambar Gambar 10. Penambahan Materi Jenis Penyu dan Glosarium 116

134 2. Revisi Ahli Media Revisi yang dilakukan berdasarkan saran perbaikan ahli media terhadap produk bahan ajar cetak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 25. Saran Perbaikan Ahli Media No Saran Perbaikan Bentuk Revisi 1. Penambahan sampul dalam agar tidak langsung pada halaman kata pengantar. Ditambahkan sampul dalam pada bagian awal buku sebelum kata pengantar. 2. Karakter gambar tokoh disesuaikan dengan anak usia sekolah dasar. 3. Kecerahan gambar lebih dipertajam. 4. Daftar isi lebih disempurnakan lagi. 5. Penggunaan teks yang terlalu banyak, perlu dikurangi. 6. Tambahkan caption pada ilustrasi gambar. Gambar karakter tokoh diganti dengan tokoh anak-anak SD. Intensitas kecerahan gambar ditambahkan sehingga gambar tampak lebih terang dan jelas. Penambahan kompetensi dalam daftar isi. Teks pada cerita dikurangi dan penambahan gambar pada beberapa bagian isi buku. Penambahan caption pada ilustrasi gambar. Gambar 11. Penambahan Sampul Dalam 117

135 Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 12. Perubahan pada Karakter Tokoh Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 13. Perubahan pada Kecerahan Gambar 118

136 Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 14. Perubahan pada Daftar Isi Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 15. Penambahan Caption pada Ilustrasi Gambar 119

137 3. Revisi Guru (Praktisi) Guru kelas selaku praktisi memberikan beberapa saran perbaikan yang dijadikan pertimbangan peneliti untuk menyempurnakan produk bahan ajar yang dibuat. Salah satunya adalah penyesuaian Kompetensi Dasar dengan edisi revisi terbaru (edisi revisi 2016). Secara umum materi sudah sesuai dan sudah baik. Sebelum Revisi Sesudah Revisi Gambar 16. Penyesuaian KD dengan Edisi Revisi Terbaru 4. Revisi Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) Uji coba kelompok kecil/ terbatas bertujuan untuk mengetahui kualitas buku sebelum diujicobakan ke lapangan secara luas. Dalam uji coba terbatas ada beberapa hal dalam produk bahan ajar yang perlu diperbaiki. Perbaikan pada uji coba terbatas dilakukan pada penggunaan istilah dan penambahan beberapa istilah penting dalam glosarium. 120

138 5. Revisi Akhir Setelah uji coba lapangan, masih perlu ada revisi atau perbaikan pada produk bahan ajar yang dikembangakan. Revisi tersebut antara lain adalah perbaikan pada penomoran soal teka-teki silang, dan penyesuaian soal latihan pada mata pelajaran matematika. C. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk Pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak ini dilaksanakan dalam beberapa tahap sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Peneliti mengadaptasi model desain pengembangan 4D Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) yang kemudian disesuaikan menjadi tahap pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan (develop). Tahap pertama adalah pendefinisian, dalam tahap ini dilakukan beberapa tahap analisis untuk mengetahui kebutuhan dan syarat-syarat pengembangan produk melalui penelitian pendahuluan, studi pustaka, dan studi lapangan. Tahap selanjutnya adalah tahap perancangan yaitu dengan memilih media yang relevan, menentukan format produk yang akan dikembangkan, dan membuat rancangan awal produk. Tahap ketiga adalam melakukan pengembangan produk dengan melakukan uji validitas produk oleh ahli dan uji coba langsung di lapangan. Sebelum diujicobakan kepada siswa, produk yang dikembangkan perlu melalui uji validitas atau uji kelayakan. Dengan demikian, perlu dilakukan validasi materi dan validasi media. Validasi materi dilakukan oleh Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. Validasi materi tahap pertama mendapat skor rata- 121

139 rata 3,64 pada aspek kelayaan isi dengan kategori baik. Sedangkan untuk aspek kelayakan bahasa mendapat skor rata-rata 3,46 dengan kategori baik dengan beberapa catatan perbaikan, sehingga perlu dilakukan revisi. Setelah revisi dilakukan validasi tahap kedua dan mendapatkan skor rata-rata 4,05 untuk aspek kelayakan isi dan 3,84 pada aspek kelayakan bahasa dengan kategori baik dan tanpa ada revisi. Validasi ahli media dilakukan oleh Bapak Deni Hardianto, M.Pd. Validasi media tahap pertama mendapatkan skor rata-rata 3,72 pada aspek kelayakan kegrafikan dengan kategori baik dan 3,38 pada aspek kelayakan penyajian dengan kategori cukup. Untuk itu, perlu dilakukan revisi pada beberapa bagian produk bahan ajar. Setelah revisi, dilakukan validasi media tahap kedua dan mendapatkan skor rata-rata 4,06 pada aspek kelayakan kegrafikan dan 4,00 pada aspek kelayakan penyajian. Kedua aspek masuk dalam kategori baik, sehingga produk bahan ajar layak diujicobakan namun dengan revisi kecil. Selain melakukan validasi dengan ahli, produk bahan ajar yang dikembangkan juga mendapat respon dari guru kelas sebagai praktisi. Guru praktisi yang memberikan respon dalam pengembangan ini adalah guru kelas IV-A SD Negeri 1 Srandakan, yaitu Ibu Sri Kabul, S.Pd. Angket respon tahap pertama mendapat skor rata-rata 4,11 dengan kategori baik dengan catatan perbaikan. Setelah revisi, dilakukan tahap kedua dimana angket respon guru tahap ini mendapat skor rata-rata 4,22 dengan kategori sangat baik. Oleh karena itu, produk layak diujicobakan tanpa adanya revisi terlebih dahulu. 122

140 Setelah melalui tahap-tahap di atas, produk bahan ajar berupa buku ajar cetak diujicobakan kepada siswa. Ujicoba dilakukan sebanyak dua kali dengan pemberian angket skala penilaian menggunakan skala Likert. Tahap ujicoba kelompok kecil atau terbatas melibatkan 6 siswa dengan hasil perolehan skor rata-rata 4,16 dengan kategori baik. Pada tahap ujicoba lapangan atau luas yang melibatkan 20 siswa mendapat perolehan skor ratarata 4,44 dengan kategori sangat baik. Melalui serangkaian tahapan validasi ahli dan uji coba, maka produk bahan ajar cetak yang dihasilkan adalah sebagai berikut. 1. Bahan ajar cetak yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini berbentuk buku ajar pelengkap pembelajaran tematik dengan materi muatan lokal. 2. Judul : Ayo Cintai Lingkungan 3. Sasaran : Siswa kelas IV tingkat sekolah dasar 4. Tebal : 2 halaman sampul + 32 halaman isi (bolak-balik) 5. Ukuran : A4 (Kuarto) 210mm x 290 mm 6. Jenis Kertas : Ivory 230gsm (sampul), dan Art Paper 120gsm (isi) 7. Penulis : Lukman Primadi 8. Materi : Pembelajaran 1 dan 2, Tema 3 Subtema 3 9. Disusun berdasarkan standar isi Kurikulum Bahan ajar memuat materi muatan lokal berupa kondisi serta permasalahan yang terjadi di lingkungkan kawasan pantai Kabupaten Bantul ke dalam pembelajaran sebagai upaya penanaman sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dengan menekankan pada penggunaan 123

141 unsur-unsur dalam komunikasi visual berupa komik, gambar, kartun, poster, foto, serta karikatur pada setiap kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kesesuaian dan keterkaitannya dengan materi. 11. Bahan ajar dilengkapi dengan soal-soal latihan berupa kuis yang bervariasi, kegiatan sains, proyek sains, juga dilengkapi berbagai rubrik serta artikel untuk menambah wawasan dan sumber pendukung, pemberian variasi tugas yang menyenangkan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, serta percobaan tentang fenomena-fenomena alam yang berkaitan dengan tema. D. Pembahasan Pengembangan bahan ajar cetak dalam penelitian ini dilatarbelakangi terlebih dahulu dengan adanya permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh fenomena alam, yaitu abrasi di kawasan pesisir pantai Kabupaten Bantul. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan berdampak pada kehidupan warga dan makhluk hidup ekosistem pantai, dan aktivitas kawasan konservasi laut berupa hutan bakau serta perlindungan terhadap populasi penyu. Kondisi tersebut tidak dibersamai dengan usaha penanggulangan dan pencegahan kerusakan lingkungan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Belum adanya media yang secara spesifik digunakan untuk menyampaikan materi tersebut menjadi salah satu kendala di samping keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar. Dengan demikian perlu adanya sebuah media berisi materi tentang muatan lokal tersebut. Materi yang bersifat fakta maupun konsep memerlukan media agar 124

142 siswa mudah dalam memahami materi (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai: 2010: 4). Melalui pengintegrasian muatan lokal dalam pendidikan formal, maka pengetahuan serta kearifan lokal berupa aktivitas penduduk lokal, lingkungan, serta interaksi antara keduanya akan dipahami siswa dengan sudut pandang budaya dan lingkungan mereka sendiri (Mukhyati, 2015: 152) Langkah-langkah pengembangan bahan ajar ini menggunakan model desain pengembangan 4-D yang diusulkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974). Produk bahan ajar yang dikembangkan berupa bahan ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal sebagai bahan ajar pelengkap pembelajaran yang disesuaikan dengan Kurikulum Penyampaian materi menitikberatkan pada penggunaan unsur-unsur visual yang kasat mata berupa gambar, ilustrasi, komik, dan lain-lain. Adanya keterbatasan dan kelemahan bahan ajar yang umum digunakan pada penggunaan ilustrasi yang tidak komunikatif menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk mengembangkan produk bahan ajar yang komunikatif dan sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar. Oleh karena itu, materi muatan lokal dalam bahan ajar ini dikemas semenarik mungkin menggunakan kaidah-kaidah desain komunikasi visual. Unsur-unsur visual ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan layout yang harmonis dan menyenangkan (Rakhmat Supriyono, 2004:56). Tampilan yang menarik bertujuan untuk menitikberatkan ketersampaian pesan atau informasi berupa materi pembelajaran kepada siswa. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan saat ujicoba lapangan dengan adanya soal yang menantang dan tugas-tugas yang menyenangkan dapat 125

143 membuat siswa antusias dalam pemenuhan rasa ingin tahunya. Kegiatan tersebut sesuai dengan pendapat Rita Eka Izzaty (2008: 117) yang menyatakan bahwa siswa pada usia sekolah dasar khususnya pada tingkat kelas tinggi memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, dan realistisnya tinggi. Tugas-tugas yang bersifat positif dapat mengakomodir rasa ingin tahu siswa menjadi terarah. Siswa yang tertantang untuk menyelesaikan soal-soal dan tugas-tugas yang ada dalam bahan ajar menjadi salah satu indikasi ketertarikan siswa pada bahan ajar yang digunakan. Berdasarkan deskripsi data validitas produk yang tersaji sebelumnya, maka bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan nahan ajar sesuai dengan pedoman menurut BSNP. Hal itu didukung dengan hasil penilaian dari ahli materi, ahli media, dan respon praktisi menyatakan bahwa produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti sudah mendapat kategori baik dan layak digunakan. Hasil validasi ahli materi dari aspek kelayakan isi dan kebahasaan mendapat skor 4,05 dan 3,84 masuk dalam kategori baik. Hasil validasi ahli media dari aspek kelayakan kegrafikan dan penyajian mendapat skor 4,06 dan 4,00 dengan kategori baik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran di lapangan. Sedangkan utuk respon praktisi, dari guru mendapatkan skor rata-rata 4,22 dengan kategori sangat baik. Serupa dengan hasil tersebut, dari hasil angket respon siswa perolehan skor rata-rata menunjukkan angka 4,44 dan masuk ke dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, bahan ajar dapat digunakan sebagai buku ajar pelengkap dalam proses pembelajaran di kelas IV sekolah dasar. 126

144 Dengan adanya hasil pengembangan berupa buku ajar pelengkap tersebut di atas khususnya mengenai materi muatan lokal yang berkaitan kondisi dan permasalahan lingkungan kawasan pesisir pantai Kabupaten Bantul tersebut, diharapkan dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi serta lebih mengenal lingkungan sekitar beserta potensi sumber daya yang dimiliki. Selanjutnya, siswa dapat mengamalkan sikap peduli terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan kelestarian lingkungan alam dan segala isinya dapat terjaga pada khususnya di Kabupaten Bantul. 127

145 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Bahan ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV yang dikembangkan secara konseptual telah memenuhi kriteria kelayakan bahan ajar ditinjau dari aspek isi, bahasa, kegrafikan, dan penyajian yang secara berturut-turut mendapatkan skor 4,05, 3,84, 4,06, dan 4,00 berdasarkan validasi ahli materi dan media dengan kategori baik. 2. Secara empiris, tingkat kelayakan bahan ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV yang dikembangkan telah terpenuhi berdasarkan angket respon praktisi, yaitu guru dengan skor 4,22 termasuk dalam kategori sangat baik dan siswa dengan skor 4,16 pada uji coba kelompok kecil (terbatas) termasuk dalam kategori baik serta skor 4,44 pada uji coba lapangan (luas) termasuk dalam kategori sangat baik. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. 128

146 1. Bahan ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal dapat dikembangkan lagi dengan materi-materi lain. 2. Penelitian lanjutan masih sangat diperlukan untuk menguji efektivitas bahan ajar cetak yang dikembangkan dengan melanjutkan pengembangan ke tahap implementasi dan penyebaran (disseminate). C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian pengembangan ini adalah penggunaan kertas art paper 120 gsm pada produk bahan ajar khsusunya untuk halaman isi dapat menghasilkan gambar yang tajam dan jelas, akan tetapi jenis kertas tersebut kurang bisa menyerap tinta pena atau bolpoin dengan baik sehingga tinta dapat luntur karena tidak segera kering. 129

147 DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya. Abu Ahmadi & Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta Adi Kusriyanto. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi. Andi Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIVA Press. Arif S. Sadiman, dkk. (2008). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Arsianti Latifah. (2011). Desain Komunikasi Visual. Online. Diakses dari pada tanggal 4 April 2016 pukul WIB. Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul. (2014). Data Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Diakses dari pada tanggal 17 Maret 2016, pukul WIB. Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press. E. Mulyasa. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Bandung: Remaja Rosdakarya. Eko Budi Prasetyo. (2000). Media Sederhana dan Grafis. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Universitas Negeri Yogyakarta. Eko Putro Widoyoko. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hasbullah. (2007). Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 130

148 Ika Lestari. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan KTSP. Padang: Akademia Permata. Imas Kurniasih & Berlin Sani. (2014). Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013: Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum Surabaya: Kata Pena. Iradhatie Wurinanda. (2015). Empat Masalah Utama Pendidikan Indonesia. Okezone.com. Diakses dari pada tanggal 24 Februari Lia Anggraini & Kirana Nathalia. (2014). Desain Komunikasi Visual: Dasar- Dasar Panduan untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia. M. Jamroh Latief. (2014). Education Transformation Toward Excellent Quality Based On ASEAN Community Characteristics. Proceeding. Seminar Internasional. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Mukhyati & Siti Sriyati. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan Berbasis Realitas Lokal dan Literasi Lingkungan. Proceeding, Seminar Nasional. Surakarta: FKIP UNS. Nana Sudjana & Ahmad Rivai. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya (Bekerja sama dengan Program Pascasarjana UPI). Paulina Pannen, Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses. Permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Dasar. Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Putu Sukerni. (2014). Pengembangan Buku Ajar Pendidikan IPA Kelas IV Semester I SD No.4 Kaliuntu dengan Model Dick and Carey. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 3, No 1. Hlm Rakhmat Supriyono. (2010). Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. 131

149 Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R n D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto & Asnah Said. (2007). Materi Pokok Pengembangan Program Muatan Lokal; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumbo Tinarbuko. (2015). DEKAVE Desain Komunikasi Visual: Penanda Zaman Masyarakat Global. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service) Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Syaiful Sagala. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Alfabeta. Thiagarajan, Semmel D.S., & Semmel M.I. (1974).Instructional Development for Training Teacher of Exceptional Children a Sourcebook. Bloomington: Center for innovation on Teaching the Handicaped. Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana. Udin Syaifudin Sa ud. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Urip Purwono. (2008). Standar Penilaian Buku Pelajaran. Diakses dari Standar%20Penilaian%20Buku%20Teks%20Pelajaran%20TIK.ppt, pada tanggal 11 April Wina Sanjaya. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Yufiarti. (1999). Modul Pengembangan Muatan Lokal. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zainal Arifin. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 132

150 LAMPIRAN 133

151 Lampiran 1. Pedoman Lembar Validasi Ahli Media dan Ahli Materi 1. ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN MENURUT BSNP (Urip Purwono, 2008) BUTIR PENILAIAN Ukuran buku 1. Kesesuaian ukuran bahan ajar dengan standar ISO. 2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. Desain sampul buku 3. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, belakang dan punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsistensi. 4. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik. 5. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi. 6. Huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca. a. Ukuran huruf judul bahan ajar lebih dominan dan proporsional dibandingkan ukuran bahan ajar, nama pengarang. b. Warna judul bahan ajar kontras dengan warna latar belakang. 134 DESKRIPSI Ukuran bahan ajar A4 (210 x 297 mm), A5 (148 x 210 mm), B5 (76 x 250 mm) Pemilihan ukuran bahan ajar disesuaikan dengan materi isi bahan ajar berdasarkan muatan lokal. Hal ini akan mempengaruhi tata letak bagian isi dan jumlah halaman bahan ajar. Desain sampul muka, punggung dan belakang merupakan suatu kesatuan yang utuh. Elemen warna, ilustrasi, dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling terkait satu dan lainnya. Adanya kesesuaian dalam penempatan unsur tata letak pada bagian sampul maupun isi bahan ajar berdasarkan pola yang telah ditetapkan dalam perencanaan awal bahan ajar. Sebagai daya tarik awal dari bahan ajar yang ditentukan oleh ketepatan dalam penempatan unsur/ materi desain yang ingin ditampilkan atau ditonjolkan di antara unsur/ materi desain lainnya sehingga memperjelas tampilan teks maupun ilustrasi dan elemen dekoratif lainnya. Memperhatikan tampilan warna secara keseluruhan yang dapat memberikan nuansa tertentu dan dapat memperjelas materi/isi bahan ajar. Judul bahan ajar harus dapat memberikan informasi secara cepat tentang materi isi bahan ajar berdasarkan muatan lokal. Warna judul bahan ajar ditampilkan lebih menonjol daripada warna latar belakangnya.

152 7. Tidak menggunakan jenis huruf yang terlalu dekoratif. 8. Ilustrasi sampul. a. Menggambarkan isi/ materi ajar dan mengungkapkan karakter obyek. b. Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. Desain isi buku 9. Tata letak (lay out). a. Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. b. Pemisahan antar paragraf jelas. 10. Unsur tata letak harmonis. a. Bidang cetak dan marjin proporsional. b. Marjin dua halaman yang berdampingan proporsional. c. Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 11. Unsur tata letak lengkap. a. Judul kegiatan belajar, subjudul kegiatan belajar, dan angka halaman/ folio. Menggunakan beberapa jenis huruf agar lebih komunikatif dalam menyampaikan informasi yang disampaikan. Untuk membedakan dan mendapatkan kombinasi tampilan huruf dapat menggunakan variasi dan seri huruf. Dapat memberikan gambaran tentang materi ajar tertentu dan secara visual dapat mengungkap jenis ilustrasi yang ditampilkan berdasarkan materi ajarnya. Ditampilkan sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran obyeknya sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran maupun pengertian peserta didik (misalnya atap gedung dengan ukuran yang sesuai), warna yang digunakan sesuai sehingga tidak menimbulkan salah pemahaman dan penafsiran. Penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, kata pengantar, daftar isi, ilustrasi dll.) pada setiap awal kegiatan konsisten. Penempatan unsur tata letak pada setiap halaman mengikuti pola, tata letak dan irama yang telah ditetapkan. Susunan teks pada akhir paragraf terpisah dengan jelas, dapat berupa jarak (pada susunan teks rata kiri-kanan/ blok) ataupun dengan inden (pada susunan teks dengan alenia). Penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, ilustrasi, keterangan gambar, nomor halaman) pada bidang cetak proporsional. Susunan tata letak halaman berpengaruh terhadap tata letak halaman disebelahnya. Merupakan kesatuan tampilan antara teks dengan ilustrasi dalam satu halaman. 135 Judul kegiatan ditulis secara lengkap disertai dengan angka kegiatan belajar

153 b. Ilustrasi dan keterangan gambar (caption). 12. Tata letak mempercepat halaman. a. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, angka, halaman. b. Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar. 13. Tipografi isi bahan ajar sederhana. a. Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf. b. Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, small capital) tidak berlebihan. c. Lebar susunan teks normal. (Kegiatan Belajar 1, Kegiatan Belajar 2, Kegiatan Belajar 3, dst). Penulisan sub judul dan sub-sub judul disesuaikan dengan hierarki penyajian materi ajar. Penempatan nomor halaman disesuaikan dengan pola tata letak. Mampu memperjelas penyajian materi baik dalam bentuk, ukuran yang proporsional serta warna yang menarik sesuai obyek aslinya. Keterangan gambar/ legenda ditempatkan berdekatan dengan ilustrasi dengan ukuran lebih kecil daripada huruf teks. Menempatkan hiasan/ilustrasi pada halaman sebagai latar belakang jangan sampai mengganggu kejelasan, penyampaian informasi pada teks, sehingga dapat menghambat pemahaman peserta didik. Judul, sub judul, ilustrasi dan keterangan gambar ditempatkan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi terhadap materi yang disampaikan. Menggunakan beberapa jenis huruf sehingga tidak mengganggu perserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan. Untuk membedakan unsur teks dapat mempergunakan variasi dan seri huruf dari suatu keluarga huruf. Digunakan untuk membedakan jenjang/ hirarki judul, dan subjudul serta memberikan tekanan pada susunan teks yang dianggap penting dalam bentuk tebal dan miring. Sangat mempengaruhi tingkat keterbacaan susunan teks. Jumlah perkiraan untuk buku teks antara karakter (sekitar 5-11 kata) termasuk tanda baca, spasi antar kata dan angka. Untuk bahan ajar sendiri tidak terlalu 136

154 d. Spasi antar baris susunan teks normal. e. Spasi antar huruf (kerning) normal. 14. Tipografi isi bahan ajar memudahkan pemahaman. a. Jenjang/ hierarki juduljudul jelas, konsisten dan proporsional. b. Tanda pemotongan kata (hyphenation). 15. Ilustrasi isi. a. Mampu mengungkap makna/ arti dari objek. b. Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan kenyataan. terikat dengan ketentuan lebar susunan teks. Jarak spasi tidak terlalu lebar atau tidak terlalu sempit sehingga memudahkan dalam membaca. Mempengaruhi tingkat keterbacaan susunan teks (tidak terlalu rapat atau terlalu renggang). Menunjukkan urutan/hierarki susunan teks secara berjenjang sehingga mudah dipahami. Hierarki susunan teks dapat dibuat dengan perbedaan jenis huruf, ukuran huruf dan varisasi huruf (bold, italic, all capital, small caps). Pemotong kata lebih dari 2 (dua) baris akan mengganggu keterbacaan susunan teks. Berfungsi untuk memperjelas materi/teks sehingga mampu menambah pemahaman dan pengertian perserta didik pada informasi yang disampaikan. Bentuk dan ukuran ilustrasi harus realistis dan secara rinci dapat memberikan gambaran yang akurat tentang obyek yang dimaksud. Bentuk ilustrasi harus proporsional sehingga tidak menimbulkan salah tafsir peserta didik. c. Kreatif dan dinamis. Menampilkan ilustrasi dari berbagai sudut pandang dan mampu divisualisasikan secara dinamis yang dapat menambah kedalaman pemahaman dan pengertian perserta didik. 137

155 2. ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN MENURUT BSNP (Urip Purwono, 2008) BUTIR PENILAIAN Teknik penyajian 1. Konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan belajar. 138 DESKRIPSI Sistematika penyajian dalam setiap kegiatan belajar taat asas (memiliki pendahuluan, isi dan penutup). 2. Keruntutan konsep. Penyajian konsep disajikan secara runtut mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke abstrak dan dari yang Pendukung penyajian 3. Contoh-contoh soal dalam setiap kegiatan belajar. 4. Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar. sederhana ke kompleks, dari yang dikenal sampai yang belum dikenal. Materi bagian sebelumnya bisa membantu pemahaman materi pada bagian selanjutnya. Terdapat contoh-contoh soal yang dapat membantu menguatkan pemahaman konsep yang ada dalam materi. Soal-soal yang diberikan dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan konsep yang berkaitan dengan materi dalam kegiatan belajar. 5. Pengantar. Memuat informasi tentang peran bahan ajar dalam proses pembelajaran. 6. Umpan balik soal latihan. Terdapat kriteria penguasaan materi. 7. Daftar pustaka. Daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan bahan ajar diawali dengan nama pengarang (yang disusun secara alfabetis), tahun terbitan, judul buku/ majalah/ makalah/ artikel, tempat, dan nama penerbit, nama dan lokasi situs internet serta tanggal akses situs (jika memakai acuan yang memiliki situs). 8. Glosarium. Glosarium berisi istilah-istilah penting dalam teks dengan penjelasan arti istilah tersebut, dan ditulis alfabetis. 9. Rangkuman. Rangkuman merupakan konsep kunci kegiatan belajar yang bersangkutan yang dinyatakan dengan kalimat ringkas dan jelas, memudahkan memahami keseluruhan isi kegiatan belajar. 10. Daftar isi. Tersedia daftar isi yang memudahkan peserta didik mengetahui keseluruhan isi dan halaman bahan ajar.

156 Penyajian pembelajaran 11. Keterlibatan peserta didik. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif (ada bagian yang mengajak pembaca untuk berpartisipasi). Koherensi dan keruntutan alur piker 12. Ketertautan antar kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/ alenia. 13. Keutuhan makna dalam kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/ alinea. Penyampaian pesan antara sub kegiatan belajar dengan kegiatan belajar lain/sub kegiatan belajar dengan sub kegiatan belajar/antar alinea dalam sub kegiatan belajar yang berdekatan mencerminkan keruntutan dan keterkaitan isi. Pesan atau materi yang disajikan dalam satu kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/ alinea harus mencerminkan kesatuan tema. 139

157 3. ASPEK KELAYAKAN ISI MENURUT BSNP (Urip Purwono, 2008) BUTIR PENILAIAN DESKRIPSI Kesesuaian materi dengan KI dan KD 1. Kelengkapan materi. Materi yang disajikan mencakup materi yang terkandung dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). 2. Keluasan materi. Materi yang disajikan mencerminkan jabaran yang mendukung pencapaian semua Kompetensi Dasar (KD). 3. Kedalaman materi. Materi yang disajikan dari pengenalan konsep definisi, prosedur, tampilan output, contoh, kasus, latihan, sampai dengan interaksi antar-konsep sesuai dengan tingkat pendidikan di Sekolah Dasar dan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Kompetensi Dasar (KD). Keakuratan materi 4. Keakuratan konsep dan definisi. Konsep dan definisi yang disajikan tidak menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan konsep dan definisi yang brlaku dalam muatan lokal. 5. Keakuratan data dan fakta. Fakta dan data yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. 6. Keakuratan contoh dan kasus. Contoh dan kasus yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. 7. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. Gambar, diagram, dan ilustrasi yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. 8. Keakuratan istilah-istilah. Istilah-istilah teknis sesuai dengan kelaziman yang berlaku dalam muatan lokal. 9. Keakuratan notasi, simbol, dan ikon. Notasi, simbol, dan ikon disajikan secara benar menurut kelaziman yang digunakan dalam muatan lokal. 10. Keakuratan acuan pustaka. Pustaka disajikan secara benar menurut kelaziman yang digunakan dalam muatan lokal. Kemutakhiran materi 11. Kesesuaian materi dengan perkembangan muatan lokal. 12. Contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang disajikan aktual yaitu sesuai dengan perkembangan muatan lokal. Contoh dan kasus aktual yaitu sesuai dengan perkembangan muatan lokal dan 140

158 13. Gambar, diagram, dan ilustrasi dalam kehidupan sehari-hari. 14. Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Gambar, diagram dan ilustrasi diutamakan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari., namun juga dilengkapi penjelasan. Contoh dan kasus yang disajikan sesuai dengan situasi serta kondisi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 15. Kemutakhiran pustaka. Pustaka dipilih dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Mendorong keingintahuan 16. Mendorong rasa igin tahu. Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan mendorong peserta didik untuk mengerjakannya lebih jauh dan menumbuhkan kreativitas. 17. Menciptakan kemampuan bertanya. Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan mendorong peserta didik untuk mengetahui materi lebih jauh. 141

159 4. ASPEK KELAYAKAN BAHASA MENURUT BSNP (Urip Purwono, 2008) BUTIR PENILAIAN DESKRIPSI Lugas 1. Ketepatan struktur kalimat. Kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi yang ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat Bahasa Indonesia. 2. Keefektifan kalimat. Kalimat yang digunakan sederhana dan langsung ke sasaran. 3. Kebakuan istilah. Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan / atau adalah istilah teknis yang telah baku digunakan dalam muatan lokal. Komunikatif 4. Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 5. Keefektifan penyampaian pesan/ informasi secara visual dengan bantuan gambar, ilustrasi, poster, komik, atau kartun. Dialogis dan interaktif 6. Kemampuan memotivasi peserta didik. 7. Kemampuan mendorong berpikir kritis. Kesesuaian dengan perkembangan siswa 8. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik. Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis Bahasa Indonesia. Pesan atau komunikasi yang disampaikan secara visual dengan bantuan gambar, kartun, komik, menarik dan dapat ditangkap dengan mudah. Bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk mempelajari buku tersebut secara tuntas. Bahasa yang digunakan mampu merangsang peserta didik untuk mempertanyakan suatu hal lebih jauh, dan mencari jawabnya secara mandiri dari buku teks atau sumber informasi lain. Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan suatu konsep harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. 9. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta didik. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan emosional peserta didik. 142

160 Kesesuaian dengan kaidah bahasa 10. Ketepatan tata bahasa. Tata kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengacu kepada kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 11. Ketepatan ejaan. Ejaan yang digunakan mengacu kepada pedoman Ejaan Yang Disempurnakan. Penggunaan istilah, simbol, atau ikon 12. Konsistensi penggunaan istilah. 13. Konsistensi penggunaan simbol atau ikon. Penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep harus konsisten antar-bagian dalam bahan ajar. Penggambaran simbol atau ikon harus konsisten antar-bagian dalam bahan ajar. 143

161 Lampiran 2. Surat Permohonan Judgement Instrumen 144

162 Lampiran 3. Surat Permohonan Nara Sumber Ahli 145

163 Lampiran 4. Surat Pernyataan Validator Instrumen 146

164 147

165 Lampiran 5. Surat Pernyataan Validator Materi 148

166 Lampiran 6. Surat Pernyataan Validator Media 149

167 Lampiran 7. Instrumen Penilaian Ahli Materi LEMBAR PENILAIAN AHLI MATERI Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan Materi Pokok : Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV Validator : Hari/ tanggal : Petunjuk Pengisian Lembar Penilaian! Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu tentang Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV. Aspek penilaian materi bahan ajar ini diadaptasi dari komponen penilaian aspek kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa bahan ajar oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pendapat, penilaian, saran, dan koreksi dari Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon Bapak/ Ibu dapat membeberkan tanda di bawah kolom skor penilaian berikut sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu. Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik 150

168 I. ASPEK KELAYAKAN ISI INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN A. Kesesuaian materi dengan KI dan KD 1. Kelengkapan materi. 2. Keluasan materi. 3. Kedalaman materi. B. Keakuratan materi 4. Keakuratan konsep dan definisi. 5. Keakuratan data dan fakta. 6. Keakuratan contoh dan kasus. 7. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. 8. Keakuratan istilahistilah. 9. Keakuratan notasi, simbol, dan ikon. 10. Keakuratan acuan pustaka. C. Kemutakhiran materi D. Mendorong keingintahuan 11. Kesesuaian materi dengan perkembangan muatan lokal. 12. Contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari. 13. Gambar, diagram, dan ilustrasi dalam kehidupan sehari-hari. 14. Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 15. Kemutakhiran pustaka. 16. Mendorong rasa igin tahu. 17. Menciptakan kemampuan bertanya. 151

169 II. ASPEK KELAYAKAN BAHASA INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN A. Lugas 1. Ketepatan struktur kalimat. 2. Keefektifan kalimat. 3. Kebakuan istilah. B. Komunikatif 4. Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 5. Keefektifan penyampaian pesan/ informasi secara visual dengan bantuan gambar, ilustrasi, poster, komik, atau kartun. C. Dialogis dan interaktif D. Kesesuaian dengan perkembangan siswa E. Kesesuaian dengan kaidah bahasa F. Penggunaan istilah, simbol, atau ikon 6. Kemampuan memotivasi peserta didik. 7. Kemampuan mendorong berpikir kritis. 8. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik. 9. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik. 10. Ketepatan tata bahasa. 11. Ketepatan ejaan. emosional 12. Konsistensi penggunaan istilah. 13. Konsistensi penggunaan simbol atau ikon. 152

170 Kami juga berharap Bapak/ Ibu berkenan memberikan isian mengenai bagian yang perlu diperbaiki serta saran untuk bahan ajar ini secara tertulis pada kolom yang tersedia. Atau Bapak/ Ibu cukup merevisi dengan mencoret pada bagian yang salah dalam bahan ajar dan menuliskan apa yang seharusnya dibetulkan oleh peneliti. Atas kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, kami ucapkan terimakasih. Saran untuk Perbaikan Komentar secara umum:

171 Kesimpulan Bahan Ajar ini dinyatakan*) : 1. Layak diujicobakan di lapangan tanpa ada revisi. 2. Layak diujicobakan di lapangan dengan revisi. 3. Tidak layak diujicobakan di lapangan. *) : Lingkari salah satu Yogyakarta, 2016 Validator/ Ahli Media.. NIP.. 154

172 Lampiran 8. Instrumen Penilaian Ahli Media LEMBAR PENILAIAN AHLI MEDIA Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan Materi Pokok : Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV Validator : Hari/ tanggal : Petunjuk Pengisian Lembar Penilaian! Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu tentang Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV. Aspek penilaian media bahan ajar ini diadaptasi dari komponen penilaian aspek kelayakan kegrafikan dan aspek kelayakan penyajian bahan ajar oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pendapat, penilaian, saran, dan koreksi dari Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon Bapak/ Ibu dapat membeberkan tanda di bawah kolom skor penilaian berikut sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu. Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik 155

173 I. ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN A. Ukuran buku 1. Kesesuaian ukuran bahan ajar dengan standar ISO. 2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. B. Desain sampul buku C. Desain isi buku 3. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, belakang dan punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsistensi. 4. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik. 5. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi. 6. Huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca. a. Ukuran huruf judul bahan ajar lebih dominan dan proporsional dibandingkan ukuran bahan ajar, nama pengarang. b. Warna judul bahan ajar kontras dengan warna latar belakang. 7. Tidak menggunakan jenis huruf yang terlalu dekoratif. 8. Ilustrasi sampul. a. Menggambarkan isi/ materi ajar dan mengungkapkan karakter obyek. b. Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. 9. Tata letak (lay out). a. Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. 156

174 b. Pemisahan antar paragraf jelas. 10. Unsur tata letak harmonis. a. Bidang cetak dan marjin proporsional. b. Marjin dua halaman yang berdampingan proporsional. c. Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 11. Unsur tata letak lengkap. a. Judul kegiatan belajar, subjudul kegiatan belajar, dan angka halaman/ folio. b. Ilustrasi dan keterangan gambar (caption). 12. Tata letak mempercepat halaman. a. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, angka, halaman. b. Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar. 13. Tipografi isi bahan ajar sederhana. a. Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf. b. Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, small capital) tidak berlebihan. c. Lebar susunan teks normal. d. Spasi antar baris susunan teks normal. e. Spasi antar huruf (kerning) normal. 14. Tipografi isi bahan ajar memudahkan pemahaman. a. Jenjang/ hierarki juduljudul jelas, konsisten dan proporsional. b. Tanda pemotongan kata (hyphenation). 157

175 15. Ilustrasi isi. a. Mampu mengungkap makna/ arti dari objek. b. Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan kenyataan. c. Kreatif dan dinamis. II. ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN A. Teknik penyajian 1. Konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan belajar. B. Pendukung penyajian C. Penyajian Pembelajaran D. Koherensi dan keruntutan alur pikir 2. Keruntutan konsep. 3. Contoh-contoh soal dalam setiap kegiatan belajar. 4. Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar. 5. Pengantar. 6. Umpan balik soal latihan. 7. Daftar pustaka. 8. Rangkuman. 9. Daftar isi. 10. Keterlibatan peserta didik. 11. Ketertautan antar kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/ alenia. 12. Keutuhan makna dalam kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/ alinea. 158

176 Kami juga berharap Bapak/ Ibu berkenan memberikan isian mengenai bagian yang perlu diperbaiki serta saran untuk bahan ajar ini secara tertulis pada kolom yang tersedia. Atau Bapak/ Ibu cukup merevisi dengan mencoret pada bagian yang salah dalam bahan ajar dan menuliskan apa yang seharusnya dibetulkan oleh peneliti. Atas kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, kami ucapkan terimakasih. Saran untuk Perbaikan Komentar secara umum:

177 Kesimpulan Bahan Ajar ini dinyatakan*) : 1. Layak diujicobakan di lapangan tanpa ada revisi. 2. Layak diujicobakan di lapangan dengan revisi. 3. Tidak layak diujicobakan di lapangan. *) : Lingkari salah satu Yogyakarta, 2016 Validator/ Ahli Materi.. NIP.. 160

178 Lampiran 9. Instrumen Lembar Respon Guru LEMBAR RESPON GURU Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan Materi Pokok : Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV Nama Guru : Hari/ tanggal : Petunjuk Pengisian Lembar Instrumen Respon Guru! Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu tentang Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV. Pendapat, penilaian, saran, dan koreksi dari Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon Bapak/ Ibu dapat membeberkan tanda di bawah kolom skor penilaian berikut sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu. Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik 161

179 No. PERNYATAAN 1. Kesesuaian KI dan KD terhadap materi yang disampaikan. 2. Kelengkapan materi dalam buku. 3. Ketepatan fakta. 4. Kesesuaian dengan kehidupan nyata. 5. Keruntutan penyampaian konsep. 6. Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi. 7. Soal latihan dalam setiap akhir pembelajaran. 8. Keterlibatan peserta didik. 9. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami. 10. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. 11. Menciptakan komunikasi interaktif. 12. Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO (A4, A5, dan B5). 13. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity) dan irama yang baik. 14. Tidak terlalu banyak menggunakan kombinasi jenis huruf. 15. Sampul buku menggambarkan isi/ materi yang diajarkan. 16. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, dan angka halaman. 17. Secara keseluruhan huruf dapat terbaca dengan baik 18. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik dan serasi. SKOR

180 Kami juga berharap Bapak/ Ibu berkenan memberikan isian mengenai bagian yang perlu diperbaiki serta saran untuk bahan ajar ini secara tertulis pada kolom yang tersedia. Atau Bapak/ Ibu cukup merevisi dengan mencoret pada bagian yang salah dalam bahan ajar dan menuliskan apa yang seharusnya dibetulkan oleh peneliti. Atas kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, kami ucapkan terimakasih. Saran untuk Perbaikan Komentar secara umum:

181 Kesimpulan Bahan Ajar ini dinyatakan*) : 1. Layak diujicobakan di lapangan tanpa ada revisi. 2. Layak diujicobakan di lapangan dengan revisi. 3. Tidak layak diujicobakan di lapangan. *) : Lingkari salah satu Yogyakarta, 2016 Praktisi.. NIP.. 164

182 Lampiran 10. Instrumen Lembar Respon Siswa LEMBAR RESPON SISWA Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan Materi Pokok : Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV Nama Siswa : Hari/ tanggal : Petunjuk Pengisian Lembar Instrumen Respon Siswa! Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV. Pendapat dari para siswa akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon para siswa dapat membeberkan tanda silang pada kolom pilihan jawaban berikut sesuai dengan pendapat masing-masing. Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-Ragu S = Setuju SS = Sangat Setuju 165

183 No. PERNYATAAN 1. Dalam buku ini terdapat gambar/ ilustrasi dalam menjelaskan suatu materi sehingga membantu saya memahami isi materi. 2. Buku ini menggunakan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari. 3. Materi yang terdapat dalam buku ini mendorong keingintahuan saya. 4. Belajar materi tentang cinta lingkungan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 5. Penyajian materi dalam bahan ajar ini mendorong saya untuk berdiskusi dengan teman-teman yang lain. 6. Buku ini mendorong saya untuk merangkum materi sendiri pada lembar rangkuman. 7. Buku ini memuat tes yang dapat menguji pemahaman saya mengenai materi yang diajarkan. 8. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana dan mudah dimengerti. 9. Buku ini menyampaikan materi menggunakan gambar/ ilustrasi yang komunikatif sehingga membuat belajar tidak membosankan. 10. Tampilan buku ini menarik. 11. Huruf yang digunakan sederhana dan mudah dibaca. 12. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik dan serasi. 13. Ilustrasi di setiap awal materi dapat memberikan motivasi untuk mempelajari materi. PENDAPAT STS TS R S SS Komentar secara umum:

184 Lampiran 11. Hasil Validasi Ahli Materi I 167

185 168

186 169

187 170

188 171

189 172

190 Lampiran 12. Hasil Validasi Ahli Materi II 173

191 174

192 175

193 176

194 177

195 178

196 Lampiran 13. Hasil Validasi Ahli Media I 179

197 180

198 181

199 182

200 183

201 184

202 185

203 186

204 Lampiran 14. Hasil Validasi Ahli Media II 187

205 188

206 189

207 190

208 191

209 192

210 193

211 194

212 Lampiran 15. Data Hasil Respon Guru I 195

213 196

214 197

215 198

216 199

217 Lampiran 16. Data Hasil Respon Guru II 200

218 201

219 202

220 203

221 204

222 Lampiran 17. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) No. Nama Siswa Butir Pernyataan Jumlah Ratarata Kategori Skor 1. Adeline Dascha ,53 Sangat Baik 2. Ahmad Fadhil ,38 Cukup 3. Bagas Jona R ,15 Baik 4. Devia Maulizha ,30 Sangat Baik 5. Rayhan ,00 Baik 6. Yihan Cici S ,30 Sangat Baik Jumlah Rata-Rata ,16 4,16 Baik 205

223 Lampiran 18. Data Hasil Uji Coba Lapangan (Luas) No. Nama Siswa Butir Pernyataan Jumlah Ratarata Kategori Skor 1. Andhika Arya ,92 Baik 2. Adeline Dascha ,61 Sangat Baik 3. Ahmad Fadhil ,46 Sangat Baik 4. Bagas Jona R ,53 Sangat Baik 5. Danisya ,61 Sangat Baik 6. Diaz ,53 Sangat Baik 7. Devia Maulizha ,61 Sangat Baik 8. Dinda K ,53 Sangat Baik 9. Dyas Kusuma ,61 Sangat Baik 10. Hegel ,69 Sangat Baik 11. Janis Siwigati ,38 Sangat Baik 12. Jonatan ,61 Sangat Baik 13. Muh. Cicko R ,76 Sangat Baik 14. Mutia Dewi L ,38 Sangat Baik 15. Rafi Surya S ,38 Sangat Baik 16. Rayhan ,00 Baik 17. Riski Garda ,00 Baik 18. Sherly Auliya ,69 Sangat Baik 19. Syisa ,46 Sangat Baik 20. Yihan Cici S ,00 Baik Jumlah ,84 Rata-Rata 4,85 3,8 4,35 4,55 4,05 4,1 4,5 4,6 4,55 4,8 4,5 4,55 4,55 57,75 4,44 Sangat Baik 206

224 Lampiran 19. Lembar Respon Siswa 207

225 208

226 209

227 210

228 211

229 212

230 213

231 214

232 215

233 Lampiran 20. Dokumentasi Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) 216

234 217

235 Uji Coba Lapangan (Luas) 218

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP UNTUK SD KELAS IV

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP UNTUK SD KELAS IV 230 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-6 2017 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP UNTUK SD KELAS IV THE DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 2 Ruang Lingkup Bahan AJar Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember Coba Jelaskan A. Pengertian Bahan Ajar B. Karakteristik Bahan Ajar C. Tujuan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

KONSEP KURIKULUM 2013

KONSEP KURIKULUM 2013 Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai bahan ajar. Dalam Prastowo (2015: 17), bahan ajar merupakan segala bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.

Lebih terperinci

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2.

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2. Santia dan Jatmiko, Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika... 11 Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berdasarkan Proses Berpikir Relasional Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada zaman modern ini merupakan bagian dari kebutuhan primer manusia. Pendidikan mempunyai peran yang semakin penting karena peradaban dunia modern

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lembar berarti helai, kerja berarti melakukan kegiatan, dan siswa berarti murid atau pelajar untuk tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan melaksanakan perubahan kurikulum. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI Oleh: Sri Kurniawati NIM 090210102048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Dilain sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOGRAFI BER- BASIS PENDEKATAN SAINTIFIK.

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOGRAFI BER- BASIS PENDEKATAN SAINTIFIK. TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 10-15

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS KOMPUTER UNTUK SISWA SMP KELAS VII DENGAN TEMA HUJAN ASAM SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS KOMPUTER UNTUK SISWA SMP KELAS VII DENGAN TEMA HUJAN ASAM SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS KOMPUTER UNTUK SISWA SMP KELAS VII DENGAN TEMA HUJAN ASAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat Dian Fitriani *, Edrizon, Yusri Wahyuni, Rita Desfitri Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkurangnya sabuk hijau (green belt) di Indonesia terutama didaerah Jakarta, disebabkan oleh gelombang air laut yang langsung mengenai daratan sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia, sehingga setiap manusia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang tujuannya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS Elvas Sugianto Efendhi Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Bagan,Tematik, Tema 7 Subtema 3.

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Bagan,Tematik, Tema 7 Subtema 3. ABSTRAK Suwardika, Agus.2017. Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Bagan berbasis Tematik pada Tema 7 subtema 3 kelas III Sekolah Dasar. Pembimbing I Drs. Andi Suhandi, S.Pd, M.Pd.I; dan Pembimbing II Dwi

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Atira, Unggul Wahyono, dan Sahrul Saehana Atirasudirman066@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS MASALAH PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS MASALAH PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS MASALAH PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peralatan praktik, penyempurnaan kurikulum maupun peningkatan. profesionalisme guru yang dilakukan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. peralatan praktik, penyempurnaan kurikulum maupun peningkatan. profesionalisme guru yang dilakukan secara nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan sebagai tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di era globalisasi akan terus berlangsung diupayakan. Perhatian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Sebagai guru, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan bahan ajar cetak yang satu ini. Lembar Kerja Siswa atau biasa disingkat LKS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA RINGKASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

Ajeng Kusumaningrat S1 Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

Ajeng Kusumaningrat S1 Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya Pengembangan Bahan Ajar berupa Cerpen Akuntansi sebagai Pendukung Implementasi Pembelajaran berbasis Scientific Approach pada Materi Persamaan Dasar Akuntansi di SMK NAHDLATUL ULAMA GRESIK Ajeng Kusumaningrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses komunikasi antara guru, siswa dan materi pembelajaran. Oemar Hamalik dalam Hernawan dkk. (2007, hlm. 3) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN IMPLEMENTASINYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN IMPLEMENTASINYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN IMPLEMENTASINYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PAPEGA (PAPAN PETAK BERGAMBAR) PEMBELAJARAN TEMATIK SUBTEMA MACAM-MACAM SUMBER ENERGI KELAS IV SD SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PAPEGA (PAPAN PETAK BERGAMBAR) PEMBELAJARAN TEMATIK SUBTEMA MACAM-MACAM SUMBER ENERGI KELAS IV SD SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA PAPEGA (PAPAN PETAK BERGAMBAR) PEMBELAJARAN TEMATIK SUBTEMA MACAM-MACAM SUMBER ENERGI KELAS IV SD SKRIPSI OLEH: ABDURRAHMAN WAKHID NIM: 201010430311589 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan senantiasa harus dinamis dan tanggap dalam menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan bukan sesuatu yang statis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA

SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA Vinaya Suci Wiharany Susanti PENDIDIKAN AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI, UNESA ABSTRAK The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradaban kehidupan di era globalisasi semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut telah dirasakan oleh seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desain Komunikasi Visual 1

I. PENDAHULUAN. Desain Komunikasi Visual 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia, yakni tercatat sekitar 95.181 km. Panjang garis pantai tersebut menyimpan hutan bakau yang luas dan rindang.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL Oleh: Faeza Rezi S 17232/ 2010 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA Fetro Dola Syamsu STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPDIKNAS DIT. PEMBINAAN SMA HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPDIKNAS DIT. PEMBINAAN SMA HALAMAN 1 1 IDENTIFIKASI SNP Standar Kompetensi Lulusan Standar Isi Standar Pengelolaan Standar Proses Standar Penilaian ANALISIS KONTEKS ANALISIS KONDISI SATUAN PENDIDIKAN Kekuatan dan Kelemahan : Peserta Didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan diartikan sebagai suatu proses belajar berupa aktivitas yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia tidak dapat lepas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR SKRIPSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR SKRIPSI PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI UNTUK SISWA SMA KELAS XI

PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI UNTUK SISWA SMA KELAS XI iii PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa penelitian pengembangan Research and Development (R&D) yang

BAB III METODE PENELITIAN. berupa penelitian pengembangan Research and Development (R&D) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini mengembangkan buku ajar pendamping pada tema 5 (pahlawanku) kelas 4 sekolah dasar dengan menggunakan model penelitian berupa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 4 Pengembangan dan Pemanfaatan Modul Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember Apa Bedanya MODUL dgn HANDOUT?? MODUL HANDOUT DIKTAT BUKU Pengertian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengembangan Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sumber belajar berbentuk komik yang diberi nama KOMIKA (Komik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT MIJIL MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT MIJIL MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT MIJIL MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) SKRIPSI Oleh : Indah Syurya Ningsih NIM. 090210101010

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA MATA PELAJARAN IPA Encep Andriana, Mudmainah Vitasari, Yuvita Oktarisa, Diana Citra Damayanti Universitas Sultan Ageng Tirtayasa andriana1188@untirta.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

TUGAS I PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MATRIKS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

TUGAS I PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MATRIKS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT TUGAS I PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MATRIKS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT Oleh REFNITA 14175056 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Festiyed, MS Dr. Usmeldi,

Lebih terperinci

EKOSISTEM BERBASIS PROBLEM BASED

EKOSISTEM BERBASIS PROBLEM BASED PENGEMBANGAN E-MODUL EKOSISTEM BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA SUB POKOK BAHASAN ALIRAN ENERGI UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh : ISMA AZIZ FAKHRUDIN K4310044 FAKULTAS

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap individu. Dengan adanya pendidikan yang diberikan kepada setiap individu dapat berpengaruh terhadap kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Sadiman, dkk. (2008: 17-18) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara manusia untuk menggunakan akal /rasional mereka untuk jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan Indonesia saat ini sangat membutuhkan sosok pendidik yang mempunyai dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Namun pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Indonesia tak pernah berhenti berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan. Begitu banyak agenda dan program yang telah, sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegitan

Lebih terperinci

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul Pada bahasan ini akan dibahas antara lain: 1. Pengertian Salah satu bahan ajar yang dianjurkan untuk pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik adalah modul. Modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengembangan diri suatu individu tak lepas dari peran pendidikan. Pengembangan yang dilakukan tidak terbelenggu pada ranah kognitif saja, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DWI BAHASA UNTUK KELAS INTERNASIONAL VINTA A. TIARANI

TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DWI BAHASA UNTUK KELAS INTERNASIONAL VINTA A. TIARANI TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DWI BAHASA UNTUK KELAS INTERNASIONAL VINTA A. TIARANI Universitas Negeri Yogyakarta 2011 PENDAHULUAN Dewasa ini, sekolah bertaraf internasional atau rintisan sekolah bertaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach yang dilakukan meliputi tahapan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan sebuah masyarakat yang memiliki pemikiran, sikap serta tindakan yang mampu mendukung gerak negara

Lebih terperinci