MOTIF PEREMPUAN BERGABUNG DALAM KELOMPOK DAMPINGAN LSM LP2M (Studi Kelompok Dampingan LSM LP2M Kel.Kuranji) ARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MOTIF PEREMPUAN BERGABUNG DALAM KELOMPOK DAMPINGAN LSM LP2M (Studi Kelompok Dampingan LSM LP2M Kel.Kuranji) ARTIKEL"

Transkripsi

1 MOTIF PEREMPUAN BERGABUNG DALAM KELOMPOK DAMPINGAN LSM LP2M (Studi Kelompok Dampingan LSM LP2M Kel.Kuranji) ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Vandi Arman PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2

3 Motive Women Join In Group Assisted LSM LP2M (Study Group Assisted LSM LP2M Village of Kuranji) Vandi Arman 1, Isnaini 2, Ariesta 3 Sociology of education courses STKIP PGRI West Sumatra ABSTRACT The greatest burden of poverty lies in marginalized groups and women in general is the injured party. Poverty can push women into situations vulnerable to sexual exploitation. Therefore, it is in need of empowerment for the women. LSM LP2M is an LSM that focuses its activities on women's empowerment in improving the economy of the poor for gender equality are realized through the assistance group. LP2M groups assisted in the Village Kuranji which consists of three groups of beneficiaries, namely Ichiban, Lapau Munggu and Latansa Kampung Guo. Meanwhile, when compared with the poor in the region Kampung Guo, the number of members who joined the group fairly small. This means that members who join in the groups have a strong motive to join. Informan of this research are 11 people. This research used a qualitative approach with descriptive type. Selection of informants through purposive sampling technique. The results showed that the motives of women joined the group assisted of LSM LP2M are: 1. In order to motive (a) Increases Sciences, (b) the influence of the environment, (c) boosting the economy. 2. Because Motive is to get help. The impact of women joined the group assisted of LSM LP2M are: 1. Increase the capacity of self, 2. Problem solving, 3. Social Networking. Keywords Motive, Group Assisted, LSM LP2M, Empowerment Woman 1 Student Of Sociology Education STKIP PGRI West Sumatra Force In Supervisor I and lecturers STKIP PGRI Sumbar 3 Supervisor II and lecturers STKIP PGRI Sumbar

4 Motif Perempuan Bergabung Dalam Kelompok Dampingan LSM LP2M (Studi Kelompok Dampingan LSM LP2M Kelurahan Kuranji) Vandi Arman 1, Isnaini 2, Ariesta 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok marjinal dan kaum perempuan pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Kemiskinan dapat mendorong perempuan kedalam situasi rawan pada eksploitasi seksual. Oleh sebab itu, sangat di butuhkan pemberdayaan bagi kaum perempuan. LSM LP2M merupakan sebuah LSM yang fokus kegiatannya pada pemberdayaan perempuan dalam usaha peningkatan ekonomi masyarakat miskin untuk kesetaraan gender yang diwujudkan melalui kelompok dampingan. Kelompok dampingan LSM LP2M di Kelurahan Kuranji yang terdiri dari 3 kelompok dampingan yaitu Ichiban, Lapau Munggu dan Latansa Kampung Guo. Sementara itu bila dibandingkan dengan warga miskin yang ada di wilayah Kampung Guo, jumlah anggota kelompok yang bergabung terbilang sedikit. Hal ini berarti anggota yang bergabung di kelompok tersebut memilki motif yang kuat untuk bergabung. Informan penelitian ini berjumlah 11 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pemilihan informan melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif perempuan bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M adalah : 1. In order to motive (a) Menambah Ilmu Pengetahuan, (b) pengaruh lingkungan, (c) meningkatkan ekonomi. 2. Because Motive yaitu untuk mendapatkan bantuan. Dampak perempuan bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M adalah: 1. Meningkat kapasitas diri, 2. Problem solving, 3. Social Networking. Kata kunci Motif, Kelompok Dampingan, LSM LP2M,Pemberdayan Perempuan. 1 Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumbar Tahun Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumbar 3 Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumbar

5 PENDAHULUAN Analisis gender dalam sejarah pemukiman manusia tentang ketidakadilan sosial dianggap merupakan suatu analisis baru dan mendapat sambutan akhir-akhir ini. Bila dibandingkan dengan analisis sosial lainnya, analisis gender tidak kalah mendasar. Analisis gender justru ikut mempertajam analisis kritis yang ada (Fakih, 1996 : 4). Menurut Gayle Rubin gender adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki dimana yang membentuk adalah konstruksi sosial dan kebudayaan yang bekerja sama dalam memenuhi kehidupan, jadi bukan karena konstruksi yang dibawa sejak lahir. Jika jenis kelamin adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, maka gender adalah sesuatu yang dibentuk karena pemahaman yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat (Nugroho, 2008 : 3). Mansour Fakih mengatakan bahwa gender telah melahirkan ketidakadilan baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan. Ketidakadilan yang disebabkan oleh perbedaan gender terhadap perempuan dimana adanya pelabelan negatif (stereotype), keterasingan (marginalisasi), dikuasai (subordinasi), beban ganda dan kekerasan yang mengakibatkan munculnya berbagai ketidakadilan di dalam masyarakat, sehingga banyak sekali peran yang diberikan kepada kaum perempuan yang berakibat membatasi, menyulitkan, memiskinkan dan merugikan kaum perempuan. Misalnya, karena adanya keyakinan masyarakat bahwa laki-laki adalah pencari nafkah maka setiap pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dianggap sebagai tambahan dan boleh digaji rendah (Fakih, 1996 : 11). Kedudukan kaum perempuan dalam kehidupan sosial diatur oleh tradisi. Hak dan kewajiban kaum perempuan lebih rendah dibandingkan dengan kaum lelaki. Kebiasaan yang sudah berlangsung lama ini masih saja terjadi. Besarnya peran perempuan sebagai elemen kuat dalam perekonomian menunjukkan betapa pentingnya perempuan didalam masyarakat yang menjadikan tradisi sebagai pedoman hidup dan setiap orang di pandang karena fungsinya dalam sektor ekonomi. Selain itu, peran perempuan sebagai istri dan ibu sangatlah penting bagi kelangsungan hidup masyarakat dan ini berhubungan dengan perannya yang pertama. Hal ini mengukuhkan kedudukannya di masyarakat dan rumah tangga (Cora, 2008 : 45-48). Adanya anggapan bahwa kaum perempuan bersifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, maka anggapan itu membawa akibat semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Oleh karena itu banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi dan memelihara anak. Beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri di kalangan keluarga miskin. Terlebih-lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia mengalami beban kerja ganda (Fakih, 1996 : 20). Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok marjinal dan kaum perempuan pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Perempuan dalam rumah tangga miskin sering menjadi pihak yang menanggung beban kerja yang lebih berat dari pada kaum laki-laki. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat adanya ketidak merataan beban kerja. Kualitas hidup masa depan mereka terancam oleh karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan dan pendidikan (Bahri, 2005). Kombinasi ketiadaan akses pada unsur ekonomi, sosial, dan kuasa yang dihadapi oleh perempuan miskin menyebabkan terjadinya peningkatan feminization of poperty. Pemiskinan perempuan secara langsung terkait pada status ekonomi rendah, termasuk tidak adanya peluang ekonomi dan otonomi, kurangnya akses terhadap sumberdaya ekonomi (termasuk kredit, pemilikan lahan dan pewarisan), kurangnya akses kependidikan dan jasa pendukung dan minimnya partisipasi mereka dalam penentuan keputusan. Kemiskinan juga dapat mendorong perempuan kedalam situasi rawan pada eksploitasi seksual (Susanti, 2006). Oleh sebab itu, sangat di butuhkan pemberdayaan bagi kaum perempuan. Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pemberantasan kemiskinan. Dengan pemberdayaan maka pengetahuan perempuan akan bertambah, kapasitas dan rasa percaya diri pada saat yang bersamaan akan bertambah pula. Artinya, akan ada peningkatan kemampuan perempuan untuk

6 mencapai tujuan pembangunan termasuk untuk menekan angka kemiskinan. Oleh sebab itu, banyak program pemberdayaan dan pembangunan bagi perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, hukum, ketenagakerjaan, sosial, politik, lingkungan hidup dan ekonomi. Program lain yang dilakukan adalah memperkuat kelembagaan pengarus utamaan gender, terutama ditingkat Kabupaten/Kota. Berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, Sumatera Barat khususnya Kota Padang yang memiliki budaya Minangkabau yang dikenal memiliki sistem matrilineal ternyata tidak menjamin tingginya peran dan partisipasi perempuan khususnya dalam ranah publik. Akses dan kontrol perempuan baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap sumberdaya yang ada disekitarnya masih lebih banyak ditentukan oleh orangorang yang berada diluar dirinya. Peluang perempuan untuk mendapatkan modal secara mandiri masih terhalang oleh syarat izin. Disamping itu, beban kemiskinan mempersempit peluang untuk dapat memajukan dan meningkatkan kapasitas diri (LP2M, 2006). Di Sumatera Barat terdapat 419 LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang tersebar diseluruh kota dan kabupaten yang bergerak diberbagai bidang, salah satunya LP2M (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat). LP2M ini merupakan salah satu anggota dari ASPPUK (Assosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil) dengan program kredit mikronya melakukan kegiatan revolving fund yang ditunjukan pada pemberdayaan masyarakat miskin melalui usaha produktif untuk masyarakat miskin yang ada di Sumatera Barat (Ariesta, 2012: 7). Lembaga ini berdiri sejak tahun 1995, merupakan sebuah LSM yang fokus kegiatannya pada pemberdayaan perempuan dalam usaha peningkatan ekonomi masyarakat miskin untuk kesetaraan gender. Pemberdayaan ini dituangkan dalam memfasilitasi pembentukan kelompok perempuan dan membuat jaringan kelompok perempuan yang didalamnya tergabung semua kelompok dampingan LP2M. Jaringan ini dikenal dengan nama JARPUK (Jaringan Perempuan Usaha Kecil) yang menciptakan hubungan yang terpola serta mencerminkan struktur-struktur elemen yang terintegrasi dengan baik. Artinya elemen-elemen yang membentuk struktur memiliki kaitan atau jalinan yang bersifat saling mendukung dan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Pembentukan kelompok ini bertujuan sebagai wadah untuk berdiskusi berbagai masalah perempuan. Salah satu permasalahan yang krusial di tengah masyarakat yaitu kemiskinan, kemiskinan ini memberi efek besar terhadap ketidakadilan gender yang di derita oleh perempuan (Ariesta, 2012: 8-9). Berdasarkan hasil wawancara dengan Community Organizer (CO) LSM LP2M memiliki 35 wilayah dampingan yang dapat di lihat pada Lampiran 1. Sementara itu, jumlah kelompok dampingan di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji sebanyak 3 kelompok yaitu Ichiban, Lapau Munggu dan Latansa Kampung Guo yang dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: TABEL KELOMPOK DAMPINGAN LSM LP2M DI KELURAHAN KURANJI PADANG NO 1 Nama Kelompok Latansa Kampung Guo Jumlah Anggota Tahun Berdiri 9 orang Lapau Munggu 15 orang Ichiban 21 orang 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kelompok dampingan Latansa Kampung Guo merupakan kelompok yang paling awal di dirikan di Kelurahan Kuranji ini. Bila dibandingkan dengan kelompok dampingan lain, anggota kelompok inilah yang paling lama bertahan sehingga dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo memiliki motivasi yang besar untuk bergabung. Kelompok Latansa Kampung Guo terletak di RW IV desa Kampung Guo, dimana masyarakat yang berada di wilayah tersebut sebagian besar adalah petani dan peternak. Kegiatan pada kelompok Latansa Kampung Guo juga bergerak di bidang pertanian dan peternakan seperti bertenak bebek, bersawah, berladang dan pemasaran hasil pertanian. Sementara itu, bila dibandingkan dengan warga miskin yang ada di wilayah Kampung Guo ini jumlah anggota yang bergabung terbilang sedikit. Berdasarkan data

7 dari Kelurahan Kuranji diperoleh data sebanyak 85 keluarga merupakan masyarakat miskin. Sedangkan jumlah anggota kelompok dampingan LSM LP2M di Latansa Kampung Guo hanya 9 orang. Dengan kata lain, hanya sedikit masyarakat miskin yang memiliki kesadaran untuk diberdayakan. Hal ini berarti ada suatu dorongan yang kuat dari dalam maupun luar diri anggota kelompok Latansa Kampung Guo ini untuk mau bergabung dalam pemberdayaan perempuan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa yang menjadi motif perempuan bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M serta dampak yang dirasakan oleh anggota kelompok dampingan LSM LP2M setelah bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M khususnya pada Guo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motif perempuan bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M serta dampak yang dirasakan oleh anggota kelompok dampingan LSM LP2M setelah bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M khususnya pada kelompok dampingan Latansa Kampung Guo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei s/d Juli 2016 di Kampung Guo Kelurahan Kuranji Padang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Teknik yang dipakai dalam pemilihan informan adalah secara purposive sampling, yaitu penarikan sampel secara sengaja. Adapun informan penelitian ini adalah 11 orang. Data primer dalam penelitian ini didapatkan langsung dari informan melalui wawancara dengan anggota Guo, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji Padang. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari referensi atau sumber lain yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian mengenai motif perempuan bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Observasi Pada saat penelitian, peneliti mengamati usaha anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo Peneliti juga mengamati acara petemuan rutin yang diselenggarakan setiap bulannya. Agenda pertemuan rutin tersebut meliputi pembayaran uang kas kelompok, penyelesaian masalah anggota kelompok serta saling berbagi informasi. 2. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang motif perempuan bergabung dalam Guo, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji Padang. Peneliti telah melakukan wawancara mendalam ini pada waktu siang hari antara jam 14:00 sampai pukul 17:00 WIB di di rumah anggota yang bergabung dalam Guo. 3. Studi Dokumen Data yang digunakan dalam studi dokumen adalah berupa buku yang menceritakan peran LSM LP2M dalam pemberdayaan perempuan dengan judul Memancang Mitigasi Memuluhkan Ekonomi, Leaflet LSM LP2M serta profil LSM LP2M. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu anggota serta pendamping di Guo, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji Padang. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model interaktif. Lokasi penelitian adalah di kampung Guo, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji Padang. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelompok Dampingan Latansa Kampung Guo Kelompok dampingan LSM LP2M di Kelurahan Kuranji berdiri pada tahun Awalnya kelompok dampingan tersebut terbentuk atas ajakan seorang warga Kelurahan Kuranji bernama Junaidi. Beliau adalah staff fasilitator dari LSM LP2M yang mendampingi wilayah dampingan Padang tepatnya Kelurahan Kuranji. Beliau menginformasikan tentang kelompok dampingan LSM LP2M ini kepada Ibu-Ibu yang hadir pada suatu acara di sekolah PAUD Mutiara. Ibu-ibu yang mayoritas petani ini tertarik untuk ikut serta dalam kelompok dampingan LSM LP2M dengan berbagai alasan. Anggota kelompok yang telah bergabung serta staff LP2M terus mensosialisasikan kelompok dampingan LSM LP2M kepada masyarakat lainnya. Pada

8 awal berdiri hanya terdapat satu kelompok dampingan LSM LP2M di Kelurahan Kuranji yaitu kelompok dampingan Melati Guo, namun seiring berjalannya waktu kelompok dampingan ini terus bertambah. Pada tahun 2012 dengan alasan jarak dan akses untuk mengikuti dampingan, akhirnya kelompok dampingan Melati Guo dipecah menjadi 2 kelompok yaitu Lapau Munggu Saiyo dan Latansa Kampung Guo. Pada tahun 2016 di bentuk lagi kelompok dampingan LSM LP2M yang bernama Ichiban, sehingga total kelompok dampingan LSM LP2M di Kelurahan Kuranji ada tiga kelompok. Kelompok dampingan Latansa Kampung Guo terdiri atas pendamping, CO serta anggota kelompok dampingan. Pendamping adalah staff LSM LP2M yang di tunjuk untuk mendampingi suatu wilayah dampingan LSM LP2M. Pendamping untuk wilayah kota Padang tepatnya Kelurahan Kuranji bernama Iza. Beliau di utus oleh LSM LP2M untuk mendampingi kelompok Latansa Kampung Guo sejak tahun Pada awal berdiri kelompok ini di dampingi oleh Bu Ariesta pada tahun Setelah itu, kelompok ini di dampingi oleh Bu Ayu, Bu Rifma Fitri dan sekarang saudari Iza. Sedangkan CO adalah anggota yang di pilih oleh LSM LP2M untuk mendampingi anggotanya. CO berfungsi untuk menggerakan dan mengkoordinir anggota kelompok. Mereka yang terpilih merupakan anggota kelompok yang paling aktif dan berpotensi sebagai penggerak anggota kelompok lainnya. Saat ini kelompok dampingan Latansa Kampung Guo memiliki 2 orang CO yaitu Uni Rahmah dan Uni Eli Putri Wati. Sementara itu, ketua adalah seseorang yang dipilih oleh anggota kelompok untuk memimpin anggota kelompoknya. Ketua dari Guo bernama Bu Rita Nurmi. Sedangkan anggota adalah seseorang yang telah bergabung di dalam kelompok dampingan LSM LP2M. Meskipun terdapat perbedaan diantara mereka tetapi mereka tetap menjalin hubungan dengan baik tanpa membedabedakan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2016 terdapat kelompok dampingan LSM LP2M yang bernama kelompok dampingan Latansa Kampung Guo di Kampung Guo RW IV Kelurahan Kuranji. Kelompok dampingan Latansa Kampung Guo memiliki 9 orang anggota yang memfokuskan kegiatan dampingannya pada bidang pertanian dan peternakan serta produk olahan. Pada bidang pertanian anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo memiliki usaha seperti bertani padi, sayur serta jagung. Sedangkan dibidang peternakan anggota Guo memiliki usaha beternak ayam, bebek, kambing dan sapi. Sementara itu pada produk olahan terdapat pembuatan nata de aloe yang merupakan makanan yang di fermentasi dari lidah buaya (Aloe Vera). Kelompok dampingan Latansa Kampung Guo memiliki agenda pertemuan rutin yang dilaksanakan sekali sebulan. Pertemuan ini dilaksanakan pada hari yang disepakati bersama, biasanya dilaksanakan di rumah Uni Rahmah yang merupakan salah satu CO kelompok dampingan ini. Acara pertemuan rutin biasanya dipimpin oleh seorang pendamping yang telah ditunjuk oleh LSM LP2M. Kegiatan-kegiatan dalam agenda pertemuan rutin tersebut diantaranya: 1. Membayar Keuangan Rutin (Kas) Setiap anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo wajib membayar Simpanan Pokok (SP) dan Simpanan Wajib (SW). Simpanan Pokok dibayarkan pada saat anggota kelompok baru mulai bergabung yang besarnya Rp ,00. Sedangkan Simpanan Wajib (SW) dibayarkan setiap bulannya sebesar Rp.5.000,00. Simpanan Wajib biasanya diberikan pada saat pertemuan rutin yang fungsinya untuk Kas kelompok serta pembelian snack untuk acara tersebut. CO Latansa Kampung Guo menuturkan bahwa Simpanan Wajib (SW) sangat berguna disaat ada salah satu dari anggota kelompok yang sakit atau kesulitan ekonomi. Kas kelompok dampingan Latansa Kampung Guo ini dapat di pinjam kepada anggota kelompok paling banyak Rp ,00. Uang yang dipinjamkan dapat digunakan oleh anggota kelompok untuk mengembangkan uasahanya. Selain itu, uang kas tersebut juga digunakan untuk usaha bersama yaitu beternak belut. Hasil ternak belut ini juga dapat membantu perekonomian anggota kelompok dampingan. 2. Menyelesaikan Masalah Anggota Kelompok Sesi yang tidak kalah penting dalam pertemuan tersebut adalah menyelesaikan permasalahan yang ada, baik permasalahan kelompok maupun permasalahan masing-

9 masing anggota kelompok. Pada mulanya pendamping meminta perwakilan dari anggota kelompok untuk menyampaikan permasalahan yang sedang mereka rasakan. Setelah permasalahan tersebut disampaikan selanjutnya dicari solusi penyelesaian masalah secara bersama-sama. Akhirnya,direncanakan program lanjutan untuk penyelesaian masalah dibantu oleh pendamping pada masing-masing kelompok dampingan. 3. Saling Berbagi Informasi Selain agenda pertemuan rutin setiap bulannya, LSM LP2M juga memfasilitasi kelompok dampingan untuk menambah ilmu pengetahuan mereka, baik di bidang pertanian, peternakan, produk olahan, kesehatan dan keluarga. Acara yang di gelar berupa advokasi maupun demonstrasi dari narasumber yang ahli yang diadakan di kantor LSM LP2M setiap hari jum at. Acara ini di adakan satu sampai tiga kali dalam sebulan. Biasanya setiap kelompok dampingan mengutus dua orang perwakilan kelompok untuk mengikuti acara tersebut. Karena tidak semua anggota kelompok yang mengikuti, pada saat pertemuan rutin inilah kesempatan bagi perwakilan anggota kelompok untuk menyampaikan informasi yang di dapatkan dalam acara tersebut. Dari penjelasan diatas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dampingan Latansa Kampung Guo bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan serta membantu perekonomian anggota yang dikenal dengan peningkatan kapasitas perempuan. Motif Perempuan Bergabung dalam Kelompok Dampingan LSM LP2M Motif merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu hal, dorongan tersebut dapat muncul dari luar atau dalam diri seseorang. Begitu juga dengan anggota kelompok dampingan LSM LP2M yang mempunyai motif tersendiri untuk bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M. Berdasarkan teori yang peneliti gunakan yaitu teori fenomenologi yang dikembangkan oleh Alfred Schutz yang memfokuskan pada motif seseorang dalam melakukan sesuatu. Alfred Schtuz membagi motif yang mempengaruhi tindakan manusia ke dalam dua bagian : 1. Because motive, yaitu suatu tindakan yang diarahkan pada pengalaman masa lalu seseorang. Motif seseorang individu dalam melakukan sesuatu didasarkan pada pengalamanpengalaman yang ada pada dirinya. 2. In order to motive, yaitu suatu tindakan atau motivasi yang tumbuh dan timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan seseorang untuk jangkauan masa yang akan datang (Craib, 1986: 134). Motif anggota kelompok dampingan LSM LP2M untuk bergabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M adalah sebagai berikut: 1. Menambah Ilmu Pengetahuan Pada hakikatnya setiap manusia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, hal inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai hal guna mengobati rasa ingin tahunya tersebut untuk terus memperbaharui dan menambah ilmu pengetahuannya. Begitu juga dengan anggota Guo, beberapa Ibu-Ibu yang telah bergabung dalam kelompok tersebut mengatakan awal mulanya tertarik bergabung karena rasa ingin tahu yang mereka miliki untuk menambah ilmu pengetahuannya. Berdasarkan teori Alfred Schutz salah satu motif yang mempengaruhi tindakan manusia yaitu in order to motive yang berarti motivasi yang timbul karena seseorang melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. Teori ini terbukti bahwa anggota yang mengikuti Guo karena berasal dari keinginan individu untuk menambah ilmu pengetahuannya. Schutz juga mengatakan bahwa tindakan manusia ditentukan oleh makna dan alasan tertentu. Anggota yang bergabung kedalam kelompok dampingan Latansa Kampung Guo merupakan tindakan manusia yang sudah dimaknai melalui apa yang dilihatnya kemudian anggota tersebut merasa bahwa apa yang dilihatnya sesuai apa yang ingin dilakukan anggota, maka dari itu anggota mengikuti kelompok dampingan LSM LP2M di Latansa Kampung Guo. 2. Mendapatkan Bantuan Pemberdayaan perempuan dalam LSM LP2M difasilitasi dengan pembentukan kelompok perempuan untuk membantu menyelesaikan masalah didalam kelompok. Penyelesaian masalah tersebut biasanya

10 dilakukan pada saat acara pertemuan rutin yang diadakan setiap bulannya. Penyelesaian masalah didampingi oleh pendamping yang telah di utus oleh LSM LP2M pada masingmasing wilayah dampingan. Setelah berbagai masalah tersampaikan maka dilakukan diskusi atas penyelesaian masalah yang dialami kelompok maupun individu. Pada mulanya pendamping meminta perwakilan dari anggota kelompok untuk menyampaikan permasalahan yang sedang mereka rasakan. Berdasarkan hasil observasi pada saat peneliti mengikuti acara pertemuan rutin tersebut diketahui bahwa kelompok Latansa Kampung Guo sedang kesulitan dalam mengajukan permohonan pupuk murah serta bantuan hewan ternak kepada pemerintah. Salah satu anggota kelompok menuturkan bahwa sampai saat ini mereka masih membeli pupuk dengan harga tinggi meskipun pada kios kelompok tani sendiri. Mereka sudah mencoba mengajukan permohonan ke pejabat pemerintah setempat setingkat RT maupun RW. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan informasi mengenai hal tersebut. Setelah permasalahan tersebut disampaikan selanjutnya dicarikan solusi penyelesaian masalah secara bersama-sama. Akhirnya, pada pertemuan tersebut diperoleh solusi bahwa pendamping akan membantu anggota kelompok untuk berdiskusi dengan ketua RT dan RW setempat. Selain itu, LSM LP2M akan membantu mengajukan permohonan pupuk murah serta bantuan hewan ternak kepada Dinas Pertanian, dimana anggota kelompok diminta untuk membuat proposal pengajuan terlebih dahulu. Berdasarkan teori Alfred Schurt salah satu motif yang mempengaruhi tindakan manusia yaitu because motive yang berarti suatu tindakan yang diarahkan pada pengalaman masa lalu seseorang. Teori ini terbukti bahwa anggota yang mengikuti Guo karena berasal dari keinginan individu agar dapat dibantu dalam menyelesaikan masalah yang terjadi sebelumnya. 3. Pengaruh Lingkungan Lingkungan adalah sesuatu yang berada diluar diri seseorang. Seringkali lingkungan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial (homo sosialis) yang tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Manusia bahkan sering membuat keputusan karena dorongan dari lingkungan. Begitu pula yang dialami oleh sebagian anggota Guo. Mereka mengaku awal bergabung ke kelompok tersebut karena dorongan dari beberapa teman yang telah bergabung. Bagi mereka kelompok ini menjadi wahana untuk memperluas jaringan dalam kehidupan masyarakat. Anggota dampingan Latansa Kampung Guo serta anggota kelompok dampingan lain dapat menjadi teman baru dan saling bekerjasama dalam berbagai hal. Berdasarkan teori Alfred Schurt salah satu motif yang mempengaruhi tindakan manusia yaitu in order to motive yang berarti motivasi yang timbul karena seseorang melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. Mereka bergabung karena pengaruh lingkungan, lingkungan dalam hal ini teman mendorong mereka untuk bergabung karena mereka mengganggap bahwa berteman dapat membentuk persaudaraan serta menambah wawasannya di masa mendatang. 4. Meningkatkan ekonomi Peningkatan ekonomi merupakan suatu proses naiknya pendapatan perekonomian masyarakat. Peningkatan ekonomi masyarakat sangat bergantung pada perekonomian keluarga. Semakin banyak keluarga miskin yang diberdayakan maka perekonomian masyarakat akan meningkat dengan sendirinya. Oleh karena itu, LSM LP2M mempunyai program kelompok dampingan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat miskin khususnya kaum perempuan. LSM LP2M merupakan sebuah LSM yang fokus kegiatannya pada pemberdayaan perempuan dalam usaha peningkatan ekonomi masyarakat miskin. Hal ini diwujudkan melalui pemberian dampingan serta koperasi kelompok. Koperasi kelompok menganut sistem swadaya (dari kita untuk kita oleh kita). Setiap anggota kelompok yang telah bergabung wajib membayar Simpanan Pokok (SP) dan Simpanan Wajib (SW). Simpanan Pokok dibayarkan pada saat anggota kelompok baru mulai bergabung yang besarnya Rp ,00. Sedangkan Simpanan Wajib (SW) dibayarkan setiap bulannya sebesar Rp.5.000,00. Uang yang terkumpul dapat dipinjamkan kepada anggota kelompok yang kesulitan ekonomi sebagai pembantu modal usaha. CO Latansa Kampung Guo

11 menuturkan kas kelompok dampingan Latansa Kampung Guo ini dapat di pinjam kepada anggota kelompok paling banyak Rp ,00. Selain dipinjamkan uang kas tersebut juga digunakan untuk usaha bersama yaitu beternak belut. Hasil ternak belut ini juga dapat membantu perekonomian anggota kelompok dampingan. Berdasarkan teori Alfred Schurt salah satu motif yang mempengaruhi tindakan manusia yaitu in order to motive yang berarti motivasi yang timbul karena seseorang melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. Teori ini terbukti bahwa anggota yang mengikuti Guo karena berasal dari keinginan individu untuk bergabung agar dapat meningkatnya hasil ekonomi atau kebutuhannya didalam rumah tangga. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo memiliki motif awal bergabung kedalam kelompok dampingan Latansa Kampung Guo meliputi : 1. In order to motive (a) rasa ingin tahu, rasa ingin tahu dalam meningkatkan ilmu pengetahuan mendorong mereka untuk bergabung dengan harapan agar ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat merubah kehidupan mereka kedepannya, (b) pengaruh lingkungan, lingkungan dalam hal ini teman mendorong mereka untuk bergabung karena mereka mengganggap bahwa berteman dapat membentuk persaudaraan serta menambah wawasannya di masa mendatang, (c) meningkatkan ekonomi, dengan bergabung kedalam kelompok dampingan LSM LP2M mereka berharap dapat meningkatkan perekonomian untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya. 2. Because Motive yaitu membantu menyelesaikan masalah, mereka bergabung kedalam kelompok dampingan untuk membantu menyelesaikan masalah yang telah ada sebelumnya. Dampak Perempuan Bergabung dalam Kelompok Dampingan LSM LP2M 1. Meningkatkan kapasitas diri Meningkatkan kapasitas diri merupakan suatu cara yang dilakukan oleh individu untuk mengembangkan kemampuan yang berasal dari dalam diri seseorang agar mampu bersaing di dalam masyarakat. LP2M dalam pengorganisasian perempuan menggunakan pendekatan penguatan perempuan yang mengacu pada Kerangka Pemberdayaan Perempuan yang dikembangkan oleh Sarah Longwe. Salah satu kerangka tersebut adalah akses yang dapat berupa peningkatan kapasitas diri. Hal ini di wujudkan melalui program dampingan yang diselenggarakan di berbagai wilayah dampingan. LP2M mengadakan berbagai seminar mengenai keluarga, pertanian, kesehatan dan ilmu lainnya yang di selenggarakan setiap mingggunya. Acara ini didukung dengan narasumber yang telah ahli dan berpengalaman dibidangnya. Pada kesempatan tersebut anggota kelompok dampingan dapat menambah ilmu pengetahuan mereka. Selain itu, mereka juga berkesempatan untuk menggunakan ilmu yang telah mereka dapatkan. LP2M berharap melalui peningkatan kapasitas diri anggota kelompok dampingan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat miskin khususnya kaum perempuan. Peningkatan ekonomi ini diwujudkan melalui dampingan, advokasi serta seminar yang diberikan kepada anggota kelompok dampingan. Sebagai contoh pelatihan mengenai cara pembuatan nata de aloe. Nata de aloe merupakan jenis makanan hasil fermentasi lidah buaya. Jika biasanya orang membuat nata dari air kelapa, saat ini anggota kelompok dampingan telah di ajarkan cara membuat nata dari lidah buaya yang dikenal dengan nata de aloe. Jika anggota kelompok bisa mengembangkan, hal ini bisa menjadi ilmu bagi mereka dalam mengembangkan usahanya. Pencetus pembuatan nata de aloe adalah Uni Rara dan Uni Eva yang merupakan CO dari kelompok Melati Guo sebelum dipecah menjadi Latansa Kampung Guo dan Lapau Munggu Saiyo. Selain pelatihan dan pemberian ide usaha, anggota kelompok juga dapat meminjam modal di koperasi kelompok. Selain dipinjamkan uang kas tersebut juga digunakan untuk usaha bersama seperti usaha beternak belut. Hasil ternak belut ini juga dapat membantu perekonomian anggota Guo ini. 2. Problem Solving Masalah adalah tidak sesuainya antara harapan dengan kenyataan. Setiap orang pasti

12 memiliki masalah baik dipandang dalam segi individu maupun kelompok. Begitu juga dengan kelompok dampingan Latansa Kampung Guo, sebagian besar anggota mengeluh disaat pendamping membuka sesi untuk mengemukakan masalah yang dirasakan anggotanya. Mereka mengaku kesulitan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti subsidi pupuk yang lebih murah, bantuan hewan ternak dan lain sebagainya. 3. Menambah Jaringan Sosial (Sosial Networing) Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari bantuan orang lain. Mereka hidup saling ketergantungan satu sama lainnya. Oleh karena itu, mereka perlu membina hubungan baik dengan sesama agar terbentuk jaringan sosial yang baik. Jaringan Sosial (Sosial Networing) merupakan suatu hubungan terpola di masyarakat dimana elemen-elemennya terintegrasi dengan baik serta saling ketergantungan antara yang satu dengan lainnya. Pemberdayaan perempuan dalam LSM LP2M juga dituangkan dengan pembentukan kelompok perempuan dan membuat jaringan kelompok perempuan yang di dalamnya tergabung semua kelompok dampingan LP2M, jaringan ini di kenal dengan nama JARPUK (Jaringan Perempuan Usaha Kecil). Jaringan ini menciptakan hubungan yang baik dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Mereka saling membantu dan berdiskusi tentang masalah perempuan termasuk kemiskinan. Artinya dengan bergabung ke dalam kelompok dampingan LSM LP2M, anggota kelompok tidak hanya menambah ilmu pengetahuan tetapi juga bisa menambah teman serta saling membantu dalam pemecahan masalah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak perempuan bergabung kedalam kelompok dampingan LSM LP2M adalah: 1. Meningkatkan kapasitas diri, berkumpul dan saling berbagi informasi akan menambah ilmu pengetahuan. Dengan peningkatan kapasitas diri dapat meningkatkan perekonomian anggota kelompok dampingan LSM LP2M. 2. Problem Solving, permasalahan akan lebih cepat terselesaikan jika dirundingkan secara bersama-sama. Anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo ini saling membantu dalam menyelesaikan masalahnya baik dalam bidang pertanian maupun keluarga. 3. Menambah Jaringan Sosial (sosial networking), memiliki banyak teman dapat membentuk persaudaraan serta menambah wawasan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian yang di dapatkan pada kelompok dampingan Latansa di Kampung Guo Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Padang dapat disimpulkan bahwa motif perempuan bergabung kedalam kelompok dampingan LSM LP2M adalah : 1. In order to motive (a) menambah ilmu pengetahuan, rasa ingin tahu dalam meningkatkan ilmu pengetahuan mendorong mereka untuk bergabung dengan harapan agar ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat merubah kehidupan mereka kedepannya, (b) pengaruh lingkungan, lingkungan dalam hal ini teman mendorong mereka untuk bergabung karena mereka mengganggap bahwa berteman dapat membentuk persaudaraan serta menambah wawasannya di masa mendatang, (c) meningkatkan ekonomi, dengan bergabung kedalam kelompok dampingan LSM LP2M mereka berharap dapat meningkatkan perekonomian untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya. 2. Because motive yaitu mendapatkan bantuan, mereka bergabung kedalam kelompok dampingan untuk dapat menerima bantuan dalam menyelesaikan masalah yang telah ada sebelumnya. Dampak perempuan bergabung kedalam kelompok dampingan LSM LP2M adalah: (1) Meningkatkan kapasitas diri, berkumpul dan saling berbagi informasi akan menambah ilmu pengetahuan. Dengan peningkatan kapasitas diri dapat meningkatkan perekonomian anggota kelompok dampingan LSM LP2M. (2) Problem Solving, permasalahan akan lebih cepat terselesaikan jika dirundingkan secara bersama-sama. Anggota kelompok dampingan Latansa Kampung Guo ini saling membantu dalam menyelesaikan masalahnya baik dalam bidang pertanian maupun keluarga. (3) Menambah Jaringan Sosial (sosial networking), memiliki banyak teman dapat membentuk persaudaraan serta menambah wawasan. Dari penelitian yang telah dilakukan tentang motif perempuan begabung dalam kelompok dampingan LSM LP2M ini.

13 Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat dilanjutkan serta dapat menjadi literatur untuk kajian tentang pengentasan kemiskinan lainnya. Selanjutnya peneliti menyarankan kepada pemerintah untuk dapat menjadikan model yang dilakukan oleh LSM LP2M sebagai salah satu cara yang dapat dijadikan sebagai pedoman di dalam melakukan penyelesaian terhadap masalah pengentasan kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA Fakih, Masour Menggeser Konsep Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nugroho, Riant Gender dan Strategi Pengarus-Utamanya di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka pelajar Cora Vreede-D Stuers Sejarah Perempuan Indonesia.Jakarta : Komunitas Bambu Susanti, Mayavanie Dewi Artikel : Peranan Perempuan Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan Ariesta Aksestibilitas dan Sustanabilitas LKP LP2M Terhadap Pengentasan Kemiskinan. Tesis. Pascasarjana UNAND Bahri, Syaiful Faktor - Faktor Determinan yang Mempengaruhi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Pada Program Gerdu Taskin Di Kabupaten Jombang. Artikel Tesis. Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Surabaya LP2M Leaflet Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Masyarakat (LP2M). Padang-Sumatera Barat Craib, Ian Teori-teori Sosial Modern dari Parsons Sampai Habermas. Jakarta: CV Rajawali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan telah ada sejak lama. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, terutama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BANTUAN PNPM MANDIRI DALAM BIDANG SIMPAN PINJAM BAGI PEREMPUAN DI NAGARI SUNGAI LIKU KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BANTUAN PNPM MANDIRI DALAM BIDANG SIMPAN PINJAM BAGI PEREMPUAN DI NAGARI SUNGAI LIKU KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL BANTUAN PNPM MANDIRI DALAM BIDANG SIMPAN PINJAM BAGI PEREMPUAN DI NAGARI SUNGAI LIKU KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap sesama manusia telah memiliki sumber atau alasan yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi gender. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

KETERLEKATAN JULO-JULO DALAM MEMBANTU PEREKONOMIAN MASYARAKAT

KETERLEKATAN JULO-JULO DALAM MEMBANTU PEREKONOMIAN MASYARAKAT KETERLEKATAN JULO-JULO DALAM MEMBANTU PEREKONOMIAN MASYARAKAT (Kasus: Dusun Tampunik Jorong IV Koto Barat Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat) ARTIKEL NETRA YUNITA 12070198 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO A. Proses Pendampingan Awal mula pendamping datang ke Kampung Wonorejo ini yaitu bermaksud untuk bertemu dengan perangkat Kampung Wonorejo. Pada hari Sabtu

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG A. Kondisi Geografis Desa Rendeng Secara Administrasi Desa Rendeng terletak sekitar 1 Km dari Kecamatan Malo, kurang lebih 18 Km dari Kabupaten Bojonegoro,

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (PKP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG (EFFECTIVENESS AND PARTICIPATION SOCIETY AGAINST THE URBAN POVERTY ERADICATION

Lebih terperinci

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0 Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologi. Keadaan alam masih lebih menentukan sebagian

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan seperti masalah yang tanpa ujung pangkal. Barangkali, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan masalah kemiskinan adalah mati satu tumbuh seribu. Kemiskinan

Lebih terperinci

Strategi Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) Dalam Pengembangan Program Pemberdayaan Perempuan Di Kota Padang

Strategi Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) Dalam Pengembangan Program Pemberdayaan Perempuan Di Kota Padang Jurnal Agrium 1(1), Maret 015. Hlm. - ISSN 189-988 Strategi Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pengembangan Program Pemberdayaan Perempuan Di Kota Padang Strategy Institute Research

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita

Abstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita Judul : Peran Koperasi Wanita dalam Upaya Pemberdayaan Perempuan pada Koperasi Wanita di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Nama : Cyntia Putri Devanty NIM : 1306105108 Abstrak Kabupaten Gianyar sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah pengembangan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI Masyarakat serta kehidupan sosial di Desa Raci Kulon hampir sama dengan kehidupan pada masyarakat lainnya. Desa Raci Kulon merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan pembangunan di setiap

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

Kata Kunci: Perempuan pengrajin batik, gender, sosial ekonomi keluarga

Kata Kunci: Perempuan pengrajin batik, gender, sosial ekonomi keluarga ABSTRAK Tinuk Nawangsih. K8410057. PERAN PEREMPUAN PENGRAJIN BATIK DALAM PENINGKATAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pungsari, Plupuh, Sragen). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT)

STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT) STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT) Cici Rahma Sari 1, Elvawati 2, Dian Kurnia Anggreta 3 Program

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang BAB II KAJIAN TEORI A. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan dan keputusan Menteri Kesehatan No. 114/MenKes/SK/VII

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga

Lebih terperinci

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Konsep Dasar Gender dalam kespro Konsep dasar gender Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok Wanita Tani Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 Rahmat Surabaya BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya A. Skema Pemberdayaan Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid di KJKS KUM3 Rahmat Surabaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN REHABILITASI LOKAL HUTAN MANGROVE

ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN REHABILITASI LOKAL HUTAN MANGROVE ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN REHABILITASI LOKAL HUTAN MANGROVE (BAKAU) PADA KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN (PAPELING) DI DESA SIDODADI, KECAMATAN PADANG CERMIN, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, PROPINSI

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA Dyah Hapsari ENH, E.S. Halimi, Rudy Kurniawan, Yusnaini, dan Rogaiyah Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS Sirajuddin Saleh, & Hariati Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem nilai, norma, stereotipe, dan ideologi gender telah lama dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan antara perempuan dengan laki-laki,

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana Lembaga Bakti Indonesia sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1 Kesimpulan Krisis ekonomi tahun 1998 memberikan dampak yang positif bagi kegiatan usaha rajutan di Binongjati. Pangsa pasar rajutan yang berorientasi ekspor menjadikan

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

STUDI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA GEMPA TAHUN 2010 DI DESA SAUMANGANYA KECAMATAN PAGAI UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

STUDI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA GEMPA TAHUN 2010 DI DESA SAUMANGANYA KECAMATAN PAGAI UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI STUDI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA GEMPA TAHUN 2010 DI DESA SAUMANGANYA KECAMATAN PAGAI UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Afnita Lily *, Drs. Dasrizal **, Rozana Eka Putri ** ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TASIKMALAYA

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh : EDDY NURMANA, Drs. M.Si Kepala BPMKB Kab. Tasikmalaya BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TASIKMALAYA 1 BIODATA Nama : EDDY NURMANA, Drs. M.Si NIP : 19610228 198204 1

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus di bidang fisik, ekonomi dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menerus di bidang fisik, ekonomi dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pedesaan merupakan suatu proses perubahan secara terus menerus di bidang fisik, ekonomi dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa. Novita Anggraeni

Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa. Novita Anggraeni Aksi Sosial: Bentuk Aksi Kolektif Masyarakat Sebagai Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa Novita Anggraeni novitaanggraeni.51@gmail.com novi@pattiro.org Latar Belakang Ø Masyarakat sebagai penerima

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia pada umumnya memposisikan perempuan sebagai pekerja domestik, mempunyai tugas untuk mengurus

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat, interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

kesehatan, politik, hukum, pendidikan, teknologi dan informasi, keagamaan, dan sebagainya dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kemandirian.

kesehatan, politik, hukum, pendidikan, teknologi dan informasi, keagamaan, dan sebagainya dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kemandirian. PUSAT STUDI WANITA UGM BEKERJASAMA DENGAN SEKOLAH PASCASARJANA UGM MENYELENGGARAKAN LOMBA MENGARANG TEMA PARTISIPASI PEREMPUAN INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN DALAM RANGKA PERINGATAN 100 TAHUN KEBANGKITAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori. Konsep Buruh Buruh menurut Undang-Undang (No 3 tahun 2003 Bab Pasal ) adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tata cara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI NAGARI TANJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI NAGARI TANJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI NAGARI TANJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : YULIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci