KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Transkripsi

1 KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JURNAL OLEH: UMMI MAFTUKAH RAHMAWATI NIM. K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2 KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ummi Maftukah Rahmaati dan Soeharto Program Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRACT Ummi Maftukah Rahmawati. KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/ Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pengungkapan diri yang dilakukan siswa, (2) tingkat penerimaan teman sebaya yang diterima oleh siswa, (3) kontribusi penerimaan teman sebaya terhadap pengungkapan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Masaran. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 154 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket pengungkapan diri dan angket penerimaan teman sebaya. Hasil analisis dengan t-tes satu sampel untuk variabel pengungkapan diri menghasilkan t hitung (-11,940) < t tabel (1,66) dan untuk variabel penerimaan teman sebaya menghasilkan t hitung (4,130) > t tabel (1,66). R square yang dihasilkan dari teknik analisis regresi sederhana adalah 0,093. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel penerimaan teman sebaya memberikan kontribusi terhadap pengungkapan diri siswa sebesar 9,3%. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa tingkat pengungkapan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran pada tahun pelajaran 2013/2014 tergolong pada kategori sedang dan tingkat penerimaan teman sebaya siswanya tergolong pada kategori tinggi. Kontribusi penerimaan teman sebaya terhadap pengungkapan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran pada tahun pelajaran 2013/2014 sebesar 9,3%. Kata kunci: penerimaan teman sebaya, pengungkapan diri siswa 2

3 ABSTRACT Ummi Maftukah Rahmawati. THE CONTRIBUTION OF PEER ACCEPTANCE TO STUDENTS SELF DISCLOSURE IN VIII GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 1 MASARAN 2013/2014. Undergraduate Thesis, Teacher training and education faculty. Sebelas maret university Surakarta. January This research is aimed to know: (1) self disclosure level that is done by the students, (2) peer acceptance level that is obtained by the students, (3) the contribution of peer acceptance to students self disclosure in VIII grade students of SMP Negeri 1 Masaran 2103/2014. This research is a quantitative descriptive research. The research was carried out in SMP Negeri 1 Masaran. The samples of the research were 54 VIII grade students. The data was collected by using self disclosure questionnaire and peer acceptance questionnaire. The result of the analysis using one sample t-test for self disclosure variable shows t count (-11,940) < t table (1,66) and for peer acceptance variable shows t count (4,130) > t table (1,66). The result of R square from simple regression analysis technique is 0,093. This means that peer acceptance variable gives contribution to students self disclosure for 9,3%. The conclusion that can be drawn from the result of data analysis above is that the students self disclosure level of VIII grade students in SMP Negeri 1 masaran in 2013/2014 is categorized as a medium level and the peer acceptance level is categorized as a high level. The contribution of peer acceptance to student s self disclosure in VIII grade students of SMP Negeri 1 Masaran 2103/2014 is 9,3%. Keywords: peer acceptance, students self disclosure 3

4 A. PENDAHULUAN Komunikasi merupakan kebutuhan penting yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial untuk menjalin interaksi dalam hubungan interpersonal. Interaksi dalam hubungan interpersonal tersebut dapat terjalin dengan siapa saja meliputi; teman akrab (sahabat), orang tua/ saudara, teman biasa, maupun kenalan. Interaksi antar individu dalam hubungan interpersonal, pada tingkat tertentu akan menimbulkan pengungkapan diri dari masing-masing individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilihat dalam hubungan persahabatan, yang tidak akan terjalin jika masing-masing pihak hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat tidak mendalam. Samter (dalam Muhammad Budyatna dan Leila Mona Gainem 2011: 38) mengungkapkan bahwa salah satu kompetensi penting diperlukan oleh individu untuk meningkatkan hubungan persahabatan supaya menjadi lebih akrab adalah pengungkapan diri. Joseph A. Devito (alih bahasa Agus Maulana, 1997: 65) menjelaskan bahwa pengungkapan diri dapat memperbaiki komunikasi menjadi lebih. Altman dan Taylor (dalam Sears dkk, alih bahasa Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno, 1999: 254) menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan media utama untuk mencapai keakraban dalam hubungan antarpribadi. Pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa pengungkapan diri merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam berinteraksi secara interpersonal. Hasil penelitian terdahulu mengenai pengungkapan diri memiliki hasil yang beragam. Hasil penelitian Qurrotul A. R dan Hamim Rosydi mengenai pengungkapan diri, pada remaja pengguna facebook menunjukkan bahwa model pengungkapan diri di facebook tergantung pada kepercayaan dan kedekatan. Kepercayaan tersebut terbangun karena adanya banyak dukungan dan perhatian. Semakin banyak perhatian yang diberikan, maka kepercayaan yang terbangun 4

5 juga semakin besar, dan informasi yang dibagi juga semakin banyak dan mendetail (dalam Jurnal penelitian Psikologi: 2010). Penelitian lain mengenai pengungkapan diri yang dilakukan oleh Elvira Damayanti,dkk. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, bahwa pengungkapan diri yang tepat dipengaruhi oleh pendidikan dan kualitas komunilasi yang dilakukan. Pendidikan dapat membantu seseorang memecahkan suatu persoalan dan membantu beradaptasi lebih baik, yang secara tidak langsung kepuasaan hidup juga lebih baik. Ketika berkomunikasi maka seseorang akan membuka dirinya, hal tersebut juga dapat menimbulkan kepuasan tersendiri dalam hidup (dalam Anima: 1995). Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan diri tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengungkapan diri menciptakan kepuasaan hidup tersendiri sebagai makhluk sosial. Kepuasaan hidup yang didapat, juga tidak lepas dari kebutuhan untuk diterima oleh orang lain didalam lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial remaja terdiri dari teman sebaya dan anggota keluarga. Masa remaja kebutuhan untuk mengandalkan teman sebayanya dan bukan orang tua semakin meningkat. Hal tersebut dilakukan remaja untuk memperoleh dukungan sosial dalam menghadapi masa-masa kritis atau kebingungan sebagai akibat dari perubahan tahap perkembangannya, yaitu dari anakanak menjadi remaja. Andi Mappiare (1982: 168) mengungkapkan bahwa, pada masa ini, remaja sering kali dihinggapi rasa takut akan dikucilkan oleh teman sebayanya. Mengatasi hal tersebut, remaja mencoba untuk mengembangkan keterampilanketerampilan sosial mereka sebagai cara untuk memperoleh keakrabaan dan mempertahankan hubungan pertemanan yang sudah terjalin dengan baik. Buhrmester, dkk (dalam Santrock alih bahasa Shinto E. Adelar dan Sherly Siragih, 2003: ) menjelaskan bahwa, semakin besar tingkat keakraban yang dijalin, maka remaja harus mempelajari beberapa kemampuan untuk mempertahankan kedekatan tersebut, 5

6 seperti; cara untuk melakukan pengungkapan diri secara tepat, mampu menyediakan dukungan emosi untuk teman, dan mampu untuk menangani perbedaan pendapat agar tidak merusak keakraban yang terjalin dalam persahabatan. penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa, pengungkapan diri merupakan prasyarat untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebaya. Penerimaan teman sebaya berkaitan erat dengan penerimaan sosial. Hurlock (alih bahasa Agus Dhama, 1991: 293) mengemukakan bahwa hal tersebut berarti dipilihnya seseorang teman untuk suatu aktivitas didalam kelompok. Hurlock (alih bahasa Istiwidayanti dan Soedjarwo, 2004: 215) mengungkapkan bahwa pada masa remaja, pertemanan dijalin berdasarkan minat dan nilai yang sama, adanya sifat pengertian, memberikan rasa aman, dan dapat dipercaya ketika membicarakan masalah-masalah yang bersifat pribadi yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru. Hal tersebut disebabkan oleh pikiran remaja yang menyatakan bahwa hanya remaja lainnya lebih bisa mengerti dan memahami dirinya daripada anggota keluarganya berdasarkan pada persamaan usia dan tingkat kedewasaan tersebut. Pertemanan berdasarkan persamaan usia dan tingkat kedewasaan pada remaja tersebut banyak dijumpai dilingkungan sekolah. Pernyataan tersebut didukung oleh Jeanne Ellis Ormrod (alih bahasa Wahyu Indrianti dkk, 2008: 109) yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya sekolah merupakan suatu lokasi sosial, para siswa menikmati hubungan sosial yang menyenangkan bersama dengan teman-temannya, baik itu teman sekelas maupun teman beda kelas. Pertemanan pada remaja disekolah, tidak hanya terjadi antar siswa dengan kelas yang sama, tetapi pertemanan tersebut juga memungkinkan dijalin oleh siswa dengan tingkat jejang kelas atau sekolah yang berbeda. B.B. Brown dkk, (dalam Jeanne Ellis Ormrod alih bahasa Wahyu Indrianti dkk, 2009: 109) mengungkapkan bahwa bagi banyak siswa, interaksi dan 6

7 penerimaan teman sebaya dianggap lebih penting daripada pembelajaran dikelas dan prestasi belajar itu sendiri. Pernyataan-pernyataan di atas menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan. Penerimaan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pengungkapan diri remaja menjadikan fungsi sekolah mengalami pergeseran. Sekolah pada saat sekarang bukan hanya sebagai tempat menuntut ilmu, tetapi juga menjadi suatu lokasi sosial, tempat siswa menghabiskan aktivitas dan juga mengembangkan pengungkapan dirinya. Dalam melakukan aktifitas di sekolah, siswa juga mengalami hambatan- hambatan dalam mengikuti pelajaran maupun kesulitan berinteaksi sosial. Salah satu bagian sekolah yang mampu membantu siswa dalam mengatasi hambatan tersebut adalah peran Bimbingan dan Konseling. BK di SMP Negeri 1 Masaran sudah melaksanakan program- program BK dengan semestinya sesuai dengan kurikulum BK yang berlaku. Hal tersebut dapat ditemukan pada kegiatan pelaksanaan BK di sekolah diantaranya guru BK telah menggunakan instrumen DCM (Daftar Cek Masalah) dan AUM (Alat Ungkap Masalah) satu tahun sekali sebagai acuan dalam menyusun program kerja layanan BK yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemberian layanan BK SMP Negeri 1 Masaran dilaksanakan oleh lima guru BK profesional. Kedua pernyataan tersebut menegaskan bahwa seharusnya layanan BK di SMP tersebut mampu membuat siswa-siswinya memiliki pengungkapan diri yang tepat. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Gainem (2011: 40-44) yang menjelaskan bahwa pengungkapan diri yang tepat ditandai oleh perilaku saling berbagi data biografis, gagasan atau ide pribadi, dan perasaan yang tidak diketahui kepada orang lain. Dalam hubungan antar pribadi, keadaan saling berbagi tersebut memerlukan rasa percaya yang cukup terhadap satu dengan lainnya, dan adanya kepentingan di dalam suatu hubungan, sehingga 7

8 antar individu mampu menerima resiko untuk melakukan pengungkapan diri dan mampu memberikan respon terhadap pengungkapan diri orang lain secara baik (melakukan umpan balik). Kenyataan yang terjadi dilapangan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK SMP Negeri 1 Masaran, kesulitan mengenai pengungkapan diri dan penerimaan teman sebaya masih dialami oleh beberapa siswanya. Kesulitankesulitan tersebut antara lain seperti; beberapa siswa masih merasa cemas dan takut ketika dipanggil oleh guru/ guru BK, beberapa siswa merasa enggan/canggung untuk mengungkapkan permasalahannya, beberapa siswa masih kurang jujur dalam mengungkapkan dirinya, siswa merasa takut untuk mengungkapkan dirinya kepada orang lain dan orang tersebut tidak bisa menjaga rahasia, beberapa siswa merasa iri dengan prestasi dan kecantikan yang dimiliki oleh temannya, dan beberapa siswa mengalami penolakan teman sebaya karena sifat jail atau nakal yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa terdapat kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang senyatanya dilapangan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Kontribusi Penerimaan Teman Sebaya Terhadap Pengungkapan Diri Siswa SMP Negeri 1 Masaran. B. METODE PENELITIAN Tempat penelitian mengambil lokasi di SMPN 1 Masaran yang berlokasi di Jl Raya Masaran Sragen Km 11, Masaran, Sragen. Penelitian ini dilaksanakan selama dua semester tepatnya mulai bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Januari Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Masaran tahun pelajaran 2013/2014 yaitu berjumlah 254 siswa. Pengambilan jumlah sampel didasarkan dari tabel Krecjie. Berdasarkan tabel Krecjie (Sugiono, 8

9 2005: 62-63), apabila jumlah populasi 254 siswa maka jumlah sampelnya adalah 152 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Penggunaan teknik Simple random sampling dalam penelitian ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi, karena anggota populasinya homogen atau relatif homogen homogen (Sugiono, 2012: 82). Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, yaitu angket tertutup. Penggunaan angket sebagai alat pengumpul data mengacu pada skala likert yang telah dimodifikasi yaitu dengan daftar pernyataan yang menggunakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari alternatif jawaban sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Hipotesis pertama dan hipotesis kedua diuji menggunakan t tes satu sampel yang kemudian menggunakan uji satu pihak, yaitu uji pihak kiri. Pengujian hipotesis ketiga menggunakan teknik analisis regresi. Pengujian ketiga hipotesis tersebut dilakukan menggunakan bantuan SPSS C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Pengungkapan Diri Siswa (Y). Tingkat pengungkapan diri siswa tergolong tinggi,ditolak. Kasil tersebut dibuktikan dari perolehan t hitung sebesar (-11,940 ) < t tabel 1,66. Rata-rata skor pengungkapan diri sisa kelas VIII SMPN 1 Masaran < 72 yaitu terletak pada interval (kategori sedang). Pengungkapan diri siswa pada kategori sedang menunjukkan bahwa tidak semua siswa mampu melakukan pengungkapan diri secara tepat. Hal tersebut diduga disebabkan oleh karakteristik siswa kelas VIII, yang rata-rata berusia 13 sampai dengan 14 mengalami perubahan-perubahan dalam hidupnya. Mulai dari perubahan fisik, perubahan dalam hal berfikir, perubahan dalam hal perkembangan emosi, perubahan dalam kehidupan sosial, perubahan dalam perkembangan moral sampai 9

10 pada perubahan terhadap kesadaran dalam beragama. Perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja tersebut biasanya menimbulkan ketidaknyamanan secara emosional. Syamsu yusuf (2004: ) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Perkembangan emosi pada usia remaja awal mengacu pada perubahan sifat menjadi lebih sensitif dan reaktif dalam menanggapi situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental. Remaja menjadi lebih mudah marah atau tersinggung, menjadi lebih mudah sedih atau murung. Tanpa bantun dan dukungan dari lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya yang memberikan perhatian, kasih sayang, dan pengakuan, seorang remaja menjadi cenderung akan mengalami kecemasan atau ketidaknyamanan emosional karena tertekan. Untuk menghadapi ketidaknyamanan tersebut, sebagian remaja akan memberikan respon secara defensif sebagai cara untuk melindungi kelemahan-kelemahan dirinya. Berdasarkan penjelasan diatas hendaknya pengungkapan diri siswa harus ditingkatkan agar pengungkapan diri yang tepat dimiliki oleh siswa. Siswa yang memiliki pengungkapan diri secara tepat akan cenderung lebih mudah untuk diterima dalam lingkungan sosialnya. Dengan memiliki pengungkapan diri yang tepat seorang siswa akan lebih mampu untuk mengatasi ketidaknyamananketidaknyamanan yang mengganggunya untuk bisa berkembang secara optimal. Pengungkapan diri yang tepat dapat dipelajari siswa dan dimiliki oleh seorang siswa. Melalui layananlayanan BK, seorang guru BK dapat membantu siswanya memiliki pengungkapan diri yang tepat. (2) Penerimaan Teman Sebaya (X). Hasil perhitungan t tes satu sampel terhadap variabel penerimaan teman sebaya, diketahui bahwa t hitung sebesar 4,130 > dari t tabel 1,66 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat penerimaan teman sebaya siswa kelas VIII SMPN 1 Masaran tergolong tinggi diterima, rata-rata skor yang diperoleh siswa 75 10

11 (interval ) yaitu tergolong pada kategori tinggi. Hasil tersebut dapat dimaknai bahwa pada umumnya siswa telah memiliki kesadaran tentang pentingnya penerimaan teman sebaya. Perolehan skor penerimaan teman sebaya yang menunjukkan kategori tinggi dimungkinkan disebabkan oleh perubahan remaja dalam perkembangan sosialnya. Remaja pada usia 13 sampai 14 tahun tersebut mulai mengalami perubahan dalam kehidupan sosialnya. Remaja usia tersebut mulai menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebayanya. Kebutuhan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan teman sebayanya bersifat heteroseksual. Mereka mulai berteman dengan laki-laki dan perempuan. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan pertemanan biasa, pertemanan yang akrab (persahabatan) maupun percintaan. Kebutuhan remaja untuk berhubungan secara akrab dengan teman sebaya mereka diawali oleh sikap saling menerima. Penerimaan tersebutlah yang menjadikan hubungan tersebut dapat berubah menjadi hubungan pertemanan biasa, persahabatan, maupun percintaan. Faktor lingkungan sekolah negeri yang mencampurkan antara laki-laki dan perempuan juga mendorong siswa untuk mulai berinteraksi secara heteroseksual dengan sebaya mereka, baik laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, maupun laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka siswa hendaknya menjaga dan memelihara hubungan pertemanan tersebut agar tetap terpelihara secara baik. Penerimaan teman sebaya yang diterima oleh remaja dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan berharga dalam dirinya, sehingga remaja mampu untuk menghadapi perubahanperubahan dalam hidupnya. (3) Kontribusi tingkat penerimaan teman sebaya (X) terhadap pengungkapan diri siswa (Y). Hasil analisis data pada hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara penerimaan teman sebaya terhadap pengungkapan diri sisa kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran tahun pelajaran 2013/2014 sebesar 9,3%. Hasil tersebut dapat 11

12 dimaknai bahwa penerimaan teman sebaya turut memberikan kontribusi terhadap pengungkapan diri siswa. Berdasarkan perhitungan garis regresinya dapat katakan bahwa setiap kenaikan variabel penerimaan teman sebaya akan diikuti dengan meningkatnya variabel pengungkapan diri siswa. Penerimaan teman sebaya yang diterima siswa disekolah secara langsung maupun tidak langsung saling mempengaruhi dan turut memberikan peranan terhadap tingkat pengungkapan diri siswa. Hal tersebut didukung oleh kesimpulan Santrock terhadap hampir semua penelitian mengenai keakraban dan persahabatan, yaitu keakraban dalam persahabatan (intimacy in friendship) secara sempit diartikan sebagai pengungkapan diri atau membagi pemikiran-pemikiran pribadi (Santrock alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Siranggih, 2003: 230). Teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan tempat untuk berinteraksi secara sosial diluar lingkungan keluarga. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja berpengaruh penting terhadap terhadap pikiran, sikap, perasaan perbuatan dan penyesuaian diri mereka.remaja menganggap bahwa teman-temannya lebih bisa memahaminya dibanding anggota keluarganya sendiri. Oleh karena itu, remaja yang diterima secara baik oleh teman sebayanya maka ia akan berusaha untuk mempertahankan hubungan tersebut atau mengembangkannya menjadi lebih akrab. Salah satu cara untuk mempertahankan atau mengembangkan suatu hubungan adalah dengan bersikap terbuka. Sikap terbuka dengan saling melakukan pengungkapan membuat seorang remaja akan lebih mengenal sosok temannya tersebut Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penerimaan teman sebaya yang akrab memerlukan pengungkapan diri yang tepat, karena dengan adanya pengungkapan, keakraban akan semakin meningkat. Hartup (dalam Santrock alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Siranggih, 2003: 223) mengungkapkan bahwa anakanak yang memiliki tingkat 12

13 penerimaan teman sebaya tinggi (anak-anak yang populer) akan mampu untuk memberikan dukungan, kesediaan untuk menjadi pendengar yang baik, mempertahankan komunikasi dengan baik (terbuka dengan teman sebayanya), bahagia, perhatian terhadap orang lain, dan percaya diri tanpa berubah menjadi sombong. D. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat diambil untuk penelitian ini adalah tingkat pengungkapan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran pada tahun pelajaran 2013/2014 tergolong pada kategori sedang dan tingkat penerimaan teman sebaya siswanya tergolong pada kategori tinggi. Variabel penerimaan teman sebaya memiliki kontribusi terhadap variabel pengungkapan diri siswa. Kontribusi variabel penerimaan teman sebaya terhadap variabel pengungkapan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran pada tahun pelajaran 2013/2014 yaitu sebesar 9,3%. Berdasarkan pada simpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan, yaitu (1) Sebaiknya siswa mempelajari mengenai pengungkapan diri dan tentang cara menanggapi pengungkapan diri orang lain sehingga siswa tersebut mampu menanggapinya secara tepat. (2) Penerimaan teman sebaya merupakan sesuatu yang berpengaruh penting dalam kehidupan remaja. Sebaiknya siswa mampu menjaga penerimaan teman sebayanya secara baik karena penerimaan teman sebaya memiliki kaitan erat dengan kemampuan untuk melakukan pengungkapn diri seara tepat. (3) Dalam konseling pengungkapan diri merupakan sesuatu yang penting dan harus ada. Oleh karena itu, agar siswa memiliki pengungkapan diri yang tepat maka seorang guru BK juga harus mampu memberikan layanan-layanan yang dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk memiliki pengungkapan diri yang tepat. (4) Diharapkan guru BK memperhatikan faktor penerimaan teman sebaya khususnya siswa disekolah dalam memberikan layanan bimbingan tentang pengungkapan diri, karena penerimaan teman sebaya 13

14 memberikan kontribusi terhadap pengungkapan diri siswa. (5) Bagi peneliti selanjutnya, disarankan meneliti tentang pengungkapan diri tetapi ditinjau dari aspek-aspek lain yang diperkirakan mempengaruhi tingkatan pengungkapan diri, sehingga diperoleh hasil yang beragam. 14