BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Transkripsi

1 BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 5.1. Pemimpin Lokal Pilihan Warga PNPM Mandiri Perdesaan khususnya pada bidang infrastruktur tentunya tidak dapat berjalan dengan baik, tanpa adanya keterlibatan pemimpin lokal didalamnya. Dengan demikian perlunya menentukan pemimpin lokal yang memiliki basis yang berbeda dalam penelitian ini untuk melihat bagaimana keterlibatan pemimpin lokal tersebut. Pemimpin lokal pada penelitian ini dipilih oleh responden yang termasuk dalam kategori pertama yaitu pengurus PNPM Mandiri Perdesaan dimana pemimpin lokal termasuk dari pengurus tersebut. Adapun sebelum membahas alur pemilihan pemimpin lokal, maka sebelumnya karakteristik responden dari penelitian ini akan dibahas dalam pembahasan dibawah ini. Responden dalam penelitian ini berjumlah 33 orang. Responden terdiri dari dua kelompok, pertama, responden yang termasuk dalam panitia dari PNPM Mandiri Perdesaan pembangunan sarana fisik, kedua, responden yang merupakan penerima manfaat dari pembangunan infrastruktur tersebut. Umumnya karakteristik responden kelompok pertama adalah pengurus PNPM Mandiri Perdesaan yang terdiri dari Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Tim Pengusulan kegiatan (TPU), Kader Pemberdayaan Desa (KPD), Ketua Badan Kordinasi Desa (BKD) dan Tokoh Masyarakat setempat. Beberapa responden yang termasuk pengurus desa ini juga merupakan orang-orang penting di desa, pengusaha, dan elit agama. Selain itu, Ketua-ketua RT dari wilayah dimana tempat sarana fisik ini dibangun juga termasuk responden dari kelompok pertama. Kemudian responden yang termasuk dalam kelompok ini merupakan responden yang memiliki pengaruh terhadap warga. Mereka merupakan responden yang cukup mengenal pemimpin lokal dan memiliki posisi yang disegani oleh warga. Beberapa responden masih memiliki hubungan kerabat dengan pemimpin lokal. Responden ini dipilih dikarenakan mereka merupakan

2 43 orang-orang yang cukup sering berinteraksi dengan pemimpin lokal dalam kegiatan pembangunan infrastruktur ini. Sementara itu responden kelompok kedua merupakan penerima manfaat dari pembangunan fisik tesebut. Responden ini lebih banyak dari kalangan ibu-ibu yang berprofesi sebagai tukang cuci, maupun keluarga yang tidak memiliki kamar mandi di rumahnya, serta para pekerja dan pemilik tambak yang memanfaatkan bendungan / saluran irigasi yang dibangun. Responden kelompok ini adalah murni pemakai infrastruktur yang dibangun, yang saat pembangunan mereka juga ikut berpartisipasi. Namun demikian, responden ini merupakan warga setempat yang biasanya tidak sering terlibat dalam kepanitiaan desa. Adapun jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 33 orang dengan rincian kelompok pertama berjumlah 11 orang dan kelompok kedua sebanyak 22 orang. Adapun karakteristik dari responden penelitian ini berdasarkan masing-kategorinya dapat lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status, dan Tingkat Pendidikan. Laki-laki (%) Perempuan (%) Kategori Menikah Belum Menikah Menikah Belum Menikah < SD > SD < SD > SD < SD > SD < SD > SD Pertama 0 63,6 0 9,1 9,1 18,2 0 0 Kedua 13,6 4,5 0 13,6 54,5 9,1 0 4,5 Tabel 4 menunjukkan bahwa reponden pada kategori pertama sebanyak 72,7 persennya adalah laki-laki dan 27,3 persen perempuan. Dari total reponden laki-laki pada kategori pertama, 63,6 persen persennya telah menikah, sedangkan 9,1 persennya belum menikah. Semua responden laki-laki berpendidikan diatas SD. Sedangkan untuk responden perempuan, seluruh responden perempuan sudah menikah namun 18,2 persen responden berpendidikan di atas SD sedangkan 9,1 persen berpendidikan SD atau dibawahnya. Pada responden kategori kedua yaitu penerima manfaat sebanyak 31,8 persen laki-laki dan 68,2 persen perempuan. Dari total responden laki-laki, sebanyak 18,2 persen responden berstatus sudah menikah, sedangkan 13,6 persen belum menikah. Selain itu 93,3 persen responden telah memiliki status sudah

3 44 menikah dan 6,7 persennya belum menikah. Hal ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar P e r s e n t a s e % SD (L,Menikah) > SD (L, Menikah) SD (L,Belum Menikah) > SD (L, Belum Menikah) SD (P,Menikah) > SD (P, Menikah) SD (P,Belum Menikah) > SD (P, Belum Menikah) 0 Kategori Pertama Kategori Kedua Responden Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status, dan Tingkat Pendidikan. Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden memiliki pendidikan SD ke bawah dan didominasi oleh perempuan, maka responden penelitian ini juga sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga. (lihat Gambar 4) Gambar 4. Pekerjaan Responden

4 45 Fokus dari penelitian ini adalah melihat keterlibatan pemimpin lokal dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Dengan demikian pemimpin lokal dalam penelitian ini ditentukan oleh masyarakat yang termasuk pengurus dari PNPM Mandiri Perdesaan ini. Oleh sebab itu dilakukan pengambilan data dengan menanyakan pendapat kepada 15 orang pengurus PNPM Mandiri Perdesaan mengenai siapakah pemimpin lokal di Desa Dramaga yang termasuk pengurus PNPM Mandiri Perdesaan. (lihat Tabel 5) Tabel 5. Pemimpin Lokal Menurut Pilihan Pengurus PNPM Mandiri Perdesaan (Responden), Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun Pengurus Pilihan Responden PNPM Total Total Ket: Daftar Pengurus PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilihat pada Lampiran 3 Pada Tabel 5 terlihat bahwa hasil dari pilihan Pengurus PNPM Mandiri Perdesaan cukup beragam. Oleh sebab itu akan dipilih empat pemimpin lokal yang memiliki suara terbanyak untuk di lihat bagaimana pengaruhnya terkait keterlibatannya dalam PNPM Mandiri Perdesaan Karakteristik Pemimpin Lokal Pada penelitian ini terdapat empat pemimpin lokal yang cenderung memiliki pengaruh yang lebih dibandingkan pemimpin lokal lainnya, yaitu AR, YT, DM, dan AQ.

5 46 Keempat pemimpin lokal di atas, dianggap lebih memiliki pengaruh dibandingkan dengan yang lainnya dilihat dari jawaban pengurus PNPM Mandiri, latar belakang dan peran sosial yang mereka miliki. Adapun penjelasan mengenai keempat pemimpin lokal tersebut dibahas secara rinci di bawah ini Pemimpin Lokal AR Pemimpin lokal AR merupakan warga asli Desa Dramaga dan salah satu tokoh masyarakat di desa tersebut. Selain itu, AR merupakan salah satu orang yang paham akan sejarah desa serta karakteristik warganya. Karenanya, warga menyebut AR sebagai sesepuh desa dan beliau sering diikut sertakan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan di desa. Terkait di atas, contoh yang dapat mengilustrasikan kesepuhan AR adalah saat pembangunan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK). Saat pembangunan MCK tersebut, terdapat masalah diantara warga. Adapun masalah tersebut terkait dengan kepemilikan tanah tempat MCK akan dibangun, dimana terdapat masalah ahli waris. Menurut sebagian pihak bahwa tanah tersebut merupakan tanah hibah, namun ahli waris tidak mengakui hal tersebut. AR diminta untuk menyelesaikan permasalahan itu dikarenakan AR mengetahui sejarah dari tanah tersebut. Selain itu, saat pembangunan MCK terdapat kekurangan dana dan lahan untuk penampungan air. AR melakukan pendekatan dengan beberapa warga yang akhirnya warga yang bersangkutan bersedia menanggung secara swadaya, sehingga kekurangan dana dan lahan yang kurang pun terselesaikan karena salah satu warga ada yang menghibahkan sedikit lahan yang dimilikinya. Kepribadian AR yang tenang dan bijak membuat warga segan untuk menentangnya. Selain itu, norma dan budaya yang berlaku di Desa Dramaga adalah menghormati orang yang lebih tua, terlebih lagi orang tersebut merupakan tokoh masyarakat dan warga mematuhi norma tersebut. Saat usia AR masih tergolong muda, AR aktif dalam kegiatan desa. Namun saat ini, AR hanya mengikuti kegiatan-kegiatan tertentu saja. Kondisi ini sebagaimana dipaparkan NA: Dulu itu MCK disini gak bisa dibangun karena masalah tanah, ahli warisnya gak setuju kalau lahan ini dijadikan MCK. Cuma

6 47 setelah pak AR turun tangan, jadinya beres. Setelah dibangun ternyata dananya kurang, pak AR ngajak warga untuk menanggung kekurangan, akhirnya selesai MCKnya, udah selesai ada masalah lagi, tempat penampungan airnya kurang, jadi pak AR dateng kerumah warga yang punya lahan, akhirnya sedikit lahan rumahnya dijadiin tempat penampungan air Sedari dulu AR memiliki keterlibatan pada dunia pendidikan, keterlibatan AR terhadap bidang pendidikan akhirnya membuat AR menekuni pendidikan untuk menjadi seorang guru di SD dan SMP. Selain itu, AR menjadi ketua Persatuan Orang Tua Murid (POM) hingga saat ini, untuk itulah AR lebih banyak fokus untuk mengurusi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang digulirkan oleh pemerintah ke sekolah tempat beliau mengajar. Merujuk pada Teori Kartodirdjo, terlihat bahwa adanya interaksi kepribadian AR yang bijak serta pengetahuan AR terhadap kondisi desa dengan situasi masyarakat desa yang mulai tidak mengetahui dengan jelas silsilah maupun sejarah desanya. Analisis lebih rinci dijelaskan dengan melihat ketiga faktor, yaitu sifat dan golongannya, kepribadian, serta situasi atau kejadian. Faktor sifat dan golongan menjelaskan bahwa sifat AR yang bijak serta paham sejarah desa berinteraksi dengan faktor kepribadian yaitu AR yang perhatian terhadap warganya. Ini sesuai dengan faktor ketiga yaitu situasi dimana kondisi warga yang mulai tidak paham tentang sejarah desanya. Interaksi ketiga faktor ini membuat AR memiliki pengaruh terhadap warganya, hal ini ditunjukkan oleh warga yang segan dan menghormati perkataan serta kebijakan AR. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa AR merupakan salah satu pemimpin lokal di Desa Dramaga. Pemimpin menurut Etzioni (1985) terbagi menjadi dua, yaitu pemimpin formal dan informal. AR merupakan pemimpin lokal yang tidak memiliki kekuatan posisional dan hanya mengandalkan kekuatan pribadi yang dimilikinya, untuk itu AR dapat disebut sebagai pemimpin informal Pemimpin Lokal YT Pemimpin Lokal YT merupakan penduduk Desa Dramaga asli. Sejak muda YT telah aktif dalam kegiatan-kegiatan desa maupun di lingkungan tempat

7 48 tinggalnya. Keluarga YT juga termasuk keluarga yang aktif dalam kegiatan desa, sebagai contoh paman YT pernah menjabat sebagai Kepala Desa Dramaga. Keaktifan YT dalam aktivitas atau kegiatan di desa sudah dimulai sebelum YT menjabat sebagai ketua RT. Adapun bentuk keaktifan tersebut adalah dengan keterlibatan YT dalam menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan tempat tinggalnya dan kepengurusan di Koperasi Unit Desa (KUD). Keaktifan YT di desa dan sifat beliau yang ramah serta peduli dengan warga di lingkungannya membuat YT dipilih menjadi ketua RT. Warga sangat menghormati YT dikarenakan beliau sangat peduli serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini terlihat dari keaktifan beliau dalam mendengarkan keluhan-keluhan warga serta ikut serta dalam mencari solusi. Walaupun solusi yang diberikan tidak dapat membantu banyak, tetapi hal tersebut menunjukkan bentuk keseriusan beliau dalam menjalankan tugasnya. Kepemimpinan beliau sebagai ketua RT ternyata tidak hanya memiliki opini positif dikalangan warganya saja, tetapi juga menyebar di beberapa RT. Kepemimpinan YT yang sangat diakui oleh masyarakatnya membuat YT menjadi contoh bagi ketua RT lainnya, seperti yang diungkapkan Ketua RT 04, MG: Bapak YT itu orangnya bertanggung jawab, kalau ada masyarakat yang kesulitan uang, pasti dibantu walaupun gak seberapa. Kalau ada yang sakit atau meninggal pasti dateng, gak peduli kaya atau miskin, kalau gak dikasih tau ada yang sakit atau meninggal dia pasti marah. Saya sedang berusaha jadi kayak gitu, bantu masyarakat sedikit-sedikit, lagian kan masih saudara juga. Semua RT-RT disini juga pengen kayak dia Setelah menjadi ketua RT, pada periode selanjutnya beliau terpilih menjadi Kepala Desa dengan perolehan suara sebanyak 75,0 persen suara. Menurut penuturan beberapa warga Desa Dramaga saat beliau menjabat sebagai Kepala Desa banyak perubahan positif yang terjadi, jika dibandingkan dengan kepemimpinan sebelumnya. Perubahan tersebut tidak selalu berarti dalam lingkup yang mendasar tetapi juga hal-hal tekhnis. Misalnya semenjak kepemimpinan YT kantor desa lebih terlihat aktif dan teratur, baik dari segi manajemen pegawai kantor desa maupun fisik dari kantor desa tersebut. Selain itu, untuk kepentingan warga, beliau membangun sebuah aula tepat di depan kantor desa. Aula tersebut

8 49 biasanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan desa. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu responden bernama NY : Iya, kalau dulu mah kantor desa sepi, kalau sekarang banyak kegiatannya, itu juga sekarang jadi rapi, ada tanamantanamannya didepan. Pembuatan aula juga ide Kepala Desa, katanya untuk kegiatan warga, pernah juga dipakai untu kegiatan PNPM. Secara pribadi, tidak ada yang berubah dari sikap Kepala Desa kepada warganya baik pada saat YT menjabat sebagai Ketua RT dan Kepala Desa. Sikap YT yang peduli terhadap warga tanpa memandang status tersebut juga tetap diakui oleh ketua-ketua RT dan tokoh masyarakat lainnya. Selain itu, YT juga dapat merangkul para tokoh masyarakat setempat untuk ikut aktif berperan dalam kegiatan-kegiatan desa. Tidak hanya itu saja, YT juga mengajak tokoh masyarakat untuk ikut berdiskusi dalam mengambil keputusan-keputusan terkait kebijakannya atas kegiatan di Desa Dramaga. Pada pelaksanaan keputusan tersebut, Kepala Desa juga mengajak ketua-ketua RT untuk membahasnya bersama. Selain aktif di Desa, YT juga aktif mengikuti kegiatan pada tingkat Kecamatan Dramaga. Kartodirjo (1984) menyatakan bahwa pemimpin merupakan akibat adanya interaksi antara orang dengan kepribadian yang kuat dengan faktor situasional. Merujuk pendapat Kartodirjo YT dapat digolongkan sebagai pemimpin karena adanya interaksi kepribadian YT yang kuat. Kepribadian YT yang kuat ini, berinteraksi dengan keadaan atau situasi dimana warga menginginkan seorang pemimpin yang peduli dengan warganya tanpa mengenal status. Hal ini oleh Kartodirdjo juga disebut sebagai teori kepribadian dalam situasi yang secara rinci merupakan interaksi dari tiga faktor: (1) sifat dan golongannya, (2) kepribadian, dan (3) situasi atau kejadian. Terkait dengan faktor sifat dan golongan, YT memiliki sifat yang ramah dan peduli, hal ini juga didukung oleh latar belakang keluarganya yang memang berasal dari keluarga yang cukup aktif di desa. Selain itu, jika melihat faktor kedua yaitu kepribadian, YT memiliki kepribadian yang bertanggung jawab dalam tugasnya, baik sebagai ketua RT maupun Kepala Desa. Beliau juga bijak dalam mengambil keputusan maupun dalam memberikan solusi. Terkait dengan faktor ketiga, yaitu situasi atau kejadian, dimana masyarakat desa

9 50 ingin memiliki pemimpin yang peduli dan mengerti masalah-masalah warga. Interaksi dari ketiga faktor sebenarnya menunjukkan bahwa YT adalah seorang pemimpin yang memiliki pengaruh. YT merupakan pemimpin yang dapat mempengaruhi warga sekitarnya. Ini dapat dilihat dari sikap warga yang selalu menyambut baik keputusan atau kebijakan yang dibuat oleh YT. Oleh karena itu YT digolongkan sebagai pemimpin lokal, selain statusnya sebagai Kepala Desa yang mempunyai kekuasaan posisional yang oleh Etzioni (1985) disebut sebagai pemimpin formal Pemimpin Lokal DM DM lahir dan tinggal di Desa Dramaga yang berarti merupakan penduduk asli Desa Dramaga. DM merupakan salah satu sesepuh Desa Dramaga. Pemimpin lokal DM merupakan tokoh masyarakat yang dulu ikut membangun desa. DM lahir dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai keagamaan, yaitu Islam, sehingga DM dari awal telah disekolahkan di pesantren di daerah Jasinga. Minat DM tidak hanya pada bidang keagamaan, tetapi juga bidang sosial lainnya, akhirnya membuat DM aktif mengikuti kegiatan kegiatan kepemudaan di daerah Jasinga. Hal ini membuat DM menjadi dikenal di daerah Jasinga dan cukup disegani. Keaktifan DM tersebut membuatnya belajar mengenai bagaimana menangani orang-orang yang sedang mengalami masalah, seperti: terlibat narkoba, alkohol, hubungan pria dan wanita yang tidak seharusnya, atau masalahmasalah sosial lainnya. Setelah lulus dari pesantren di Jasinga, DM kembali ke Desa Dramaga. DM aktif dan ikut membangun desa. Dengan nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam diri DM, membuat DM disebut sebagai ustadz Desa Dramaga dan menjadi tempat masyarakat bertanya tentang masalah-masalah keagamaan. Selain itu DM juga ikut memberikan pertimbangan dalam kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Kepala Desa. Menurut pemaparan responden, DM merupakan ustadz yang memegang teguh nilai Islam serta aktif dan dekat dengan warga. Sebagaimana dipaparkan MG: Ustadz DM itu dulu yang ngebangun desa ini barengan sama kakek saya. Karena kakek saya sudah meninggal, tinggal beliau

10 51 yang menjadi sepuh didesa ini. Orangnya memang bijak dan aktif diacara-acara pengajian, terus juga suka membela hak-hak warga, seperti pembangunan jembatan didaerah tempat tinggalnya, itu dia yang banyak turun tangan biar itu disetujui Selain sebagai ustadz tempat masyarakat bertanya, DM juga sebagai orang yang menjaga ketentraman wilayah sekitarnya. Pemimpin lokal DM juga mengawasi kelakuan dan kegiatan pemuda di daerahnya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Untuk itulah, selain segan, warga sekitar juga takut terhadap DM. DM juga aktif mengisi di Majelis Ta'lim maupun ceramah di mesjidmesjid yang ada di desa. Beliau juga mengisi perkumpulan pengajian atau ta'lim yang diadakan salah satu tokoh politik. Tidak hanya itu, DM juga merupakan aktivis disalah satu partai politik. Merujuk kepada teori kepribadian dalam situasi Kartodirjo, DM dapat disebut sebagai pemimpin dikarenakan adanya interaksi kepribadian DM yang kuat dengan nilai-nilai agama. Kepribadian DM dan pengalamannya berinteraksi dengan keadaan (masuknya budaya modern). Oleh sebab itu, dibutuhkan pemimpin yang tegas dan berpengalaman untuk membatasi tindakan serta pergaulan warga sekitar agar tetap dalam norma-norma yang berlaku. Hal ini dijelaskan lebih lanjut terkait tiga faktor yang diungkapkan oleh Kartodirdjo, yaitu (1) sifat dan golongannya, (2) kepribadian, dan (3) situasi atau kejadian, terlihat bahwa pertama, DM memiliki sifat yang tegas khususnya pada nilai-nilai agama dan norma. Pemimpin lokal DM juga termasuk ustadz yang dihormati di desa. Kedua, jika melihat kepribadian DM yang kuat, khususnya dalam menangani perilaku warga maupun dalam menegakkan nilai-nilai agama, serta ketiga, situasi dimana warga membutuhkan pemimpin yang tegas, maka interaksi ketiga faktor ini dapat menyimpulkan bahwa DM merupakan pemimpin. DM juga memiliki pengaruh terhadap warganya, hal ini terlihat dengan warga yang menyambut positif kata-kata maupun kebijakan yang diambil oleh DM, oleh sebab itu DM dapat disebut sebagai pemimpin lokal di Desa Dramaga. Pemimpin lokal DM dapat mepengaruhi warga sekitarnya didasari kekuatan pribadi yang dimilikinya, oleh sebab itu merujuk pada pendapat Etzioni maka DM disebut sebagai pemimpin informal.

11 Pemimpin Lokal AQ AQ adalah warga asli Desa Dramaga, lahir dan tinggal di Desa Dramaga selama 22 tahun. Keluarga AQ merupakan keluarga yang cukup dihormati didaerahnya, dikarenakan kakek AQ memiliki lahan yang luas disekitar tempat tinggalnya. Saat masih berstatus pelajar (tepatnya saat masih studi di bangku SMA), AQ aktif mengikuti organisasi, baik organisasi di dalam sekolah seperti ekstrakurikuler maupun organisasi sosial di luar sekolah. Organisasi sekolah yang diikuti AQ saat SMA adalah Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK), dan ekstrakurikuler Kuliah Ilmiah Remaja (KIR). Selain itu, AQ juga aktif dalam organisasi sosial di luar sekolah, seperti Yoda Club Bogor. Yoda Club Bogor merupakan organisasi yang bergerak di bidang pencegahan narkoba dan AIDS. Tidak jauh berbeda dengan Yoda Club Bogor, AQ juga aktif dalam organisasi PKPR yang juga bergerak dalam pencegahan narkoba yang lebih spesifik, yaitu pencegahan narkoba terhadap remaja. Pemimpin lokal AQ awalnya tidak terlalu aktif dalam kegiatan desa. Walaupun AQ tetap bersosialisasi atau bergaul dengan masyaakat desa, khususnya warga di sekitar tempat tinggalnya, akan tetapi AQ jarang mengikuti kegiatankegiatan desa. Hal ini dikarenakan pandangan AQ mengenai budaya kebersamaan di Desa Dramaga mulai luntur. Lunturnya kebudayaan ini salah satunya dikarenakan tokoh-tokoh masyarakat yang ada semakin sedikit dan semakin sepuh, sehingga menyebabkan semakin sedikitnya penggerak atau pelopor yang dapat membangun kebersamaan kembali. Oleh sebab itu, AQ tidak termotivasi untuk terlalu aktif dalam kegiatan desa dan lebih memilih untuk aktif di luar desa. Setelah lulus SMA, AQ mulai berpikir apa yang dapat dilakukan untuk desa. Pemimpin lokal AQ mulai ikut membangun desa bersama masyarakat yang lainnya. Niat ini disambut positif dengan masuknya PNPM Mandiri di Desa Dramaga. Dengan adanya kesempatan untuk menjalankan niat ini melalui wadah PNPM Mandiri, akhirnya AQ memutuskan untuk keluar dari Yoda Club Bogor

12 53 dan fokus di PNPM Mandiri. Pernyataan AQ sebagai bentuk komitmennya untuk membangun desa adalah selama kita mampu, kenapa tidak. Terkait dengan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa AQ memiliki kepribadian yang kuat yang berinteraksi dengan faktor situasional, yaitu sebagaimana pendapat salah satu responden, yaitu NY: Dia itu aktif, supel, tanggung jawab juga. Disini walaupun posisinya TPK, dia mah aktif juga merangkap dibagian-bagian lain, kayaknya soal PNPM itu ada di otaknya semua deh, maklum aja keluarganya juga memang bagus, kayak tanah yang deket bendungan itu kan punya kakeknya, itu boleh kemaren pohonnya di tebang untuk pembangunan bandungan Merujuk pada pendapat tersebut dan jika dikaitkan dengan tiga faktor dalam teori kepribadian dan situasi, yaitu sifat dang golongannya, kepribadian, dan situasi, terlihat bahwa sifat AQ yang supel, rajin dan berasal dari keluarga yang memang cukup dipandang, AQ juga merupakan individu berkepribadian yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Hal ini di didukung oleh situasi yang mana warga menginginkan adanya pemimpin yang dapat membangun desa serta dapat dipercaya. Interaksi ketiga faktor inilah yang akhirnya dapat menyimpulkan bahwa AQ termasuk pemimpin. AQ merupakan individu yang memiliki tujuan.tujuan tersebut diwujudkan AQ dalam bentuk tindakan yang akhirnya dapat mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, AQ disebut sebagai pemimpin lokal. Pada awalnya secara struktur desa, AQ tidak memiliki jabatan struktural apapun, namun dengan masuknya PNPM Mandiri Perdesaan, AQ terlibat menjadi pengurus yang dipercayai dan disetujui oleh Kepala Desa. Selain itu PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah yang terikat dengan institusi pemerintahan, sehingga AQ memiliki kekuasaan posisional, karena itulah AQ dapat digolongkan sebagai pemimpin formal.

13 Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam PNPM Mandiri Perdesaan Pembangunan Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan pembangunan infrastruktur merupakan program yang memiliki struktur pengurus yang cukup kompleks. Sehingga dibutuhkan pihak-pihak tertentu untuk mengisi jabatan tersebut. Adapun pihak-pihak yang dimaksud terbagi dalam susunan kepengurusan sebagai berikut: (1) Penanggung Jawab (PJ), (2) Badan Kordinasi Antar Desa (BKAD), (3) Kader Pemberdayaan Desa (KPD) teknik dan perempuan, (4) Tim Pengelola Kegiatan (TPK), terdiri dari tiga orang, (5) Tim Pengusulan Kegiatan (TPU), terdiri dari tiga orang, (6) Tim Monitoring (TM), dan (7) Tim Pemelihara (TP). Ketujuh bagian ini dipilih dan dijabat oleh masyarakat desa. Pemilihan ada yang berlangsung terbuka dan adapula yang secara langsung dijabat tanpa dilakukan pemilihan karena jabatan formal yang dimilikinya, sebagai contoh jabatan Kepala Desa. Kedudukan pemimpin lokal yang berinisial YT sebagai Kepala Desa Dramaga, secara langsung menempatkan YT sebagai PJ pada kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan pembangunan infrastruktur tersebut. Walaupun terlihat hanya sekedar formalitas sebagai PJ, YT tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan yang seharusnya. YT tetap aktif datang pada setiap pertemuan dan aktif memberikan usulan. Salah satu contoh adalah pembangunan bendungan. Pembangunan bendungan Cirawakalong di Kampung Manggis merupakan aspirasi warga sejak lama. Pembangunan bendungan ini sudah sering diajukan warga kepada pemerintah, namun hal ini tidak dapat direalisasikan oleh pemerintah dikarenakan bendungan ini tidak terdaftar lokasinya di administrasi pemerintahan. Usulan pembangunan bendungan ini merupakan usulan yang sangat diperjuangkan oleh Kepala Desa. Oleh sebab itu, walaupun posisi Kepala Desa sebagai penanggung jawab, beliau juga sering langsung turun ke lokasi untuk melihat dan mengawasi secara langsung pembuatan bendungan tersebut. Sebagai Kepala Desa, tentunya YT memiliki porsi yang lebih untuk memberikan pendapat mengenai orang yang akan menempati posisi pada struktur tersebut. Oleh sebab itu, berbeda dengan posisi Kepala Desa dalam kepengurusan PNPM Mandiri perdesaan pembangunan infrastruktur, beliau mengusulkan untuk

14 55 menempatkan DM dan AR sebagai TM. Hal ini dikarenakan posisi DM dan AR yang merupakan tokoh masyarakat dari latar belakang agama dan pendidikan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat desa, sehingga akan lebih memudahkan dalam pengerjaan pembangunan tersebut. Pada awal keterlibatan AR dan DM memang merupakan usulan Kepala Desa, namun dalam pelaksanaannya AR dan DM mengerjakan fungsi monitoring mereka dengan baik. Walaupun kendalanya adalah kesehatan dikarenakan usia kedua pemimpin ini yang telah lanjut mengakibatkan mereka tidak dapat mengunjungi semua lokasi pembangunan secara langsung. Tetapi setiap diadakan pertemuan, mereka hadir untuk memberikan laporan dan pertimbangan. Saat ini, AQ merupakan anggota pengurus PNPM Mandiri Perdesaan, dengan posisi sebagai bendahara TPK. Awal keterlibatan AQ dalam kepengurusan dikarenakan AQ diminta oleh Kepala Desa dan beberapa pihak untuk menggantikan bendahara TPK yang saat itu tidak bisa menjalankan tugasnya. Pada saat menjabat sebagai pengganti dari bendahara TPK sebelumnya, AQ melihat bahwa tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ini ternyata tidak hanya membangun infrastruktur desa, tetapi juga ingin memberdayakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan beliau, yaitu mengembalikan rasa kebersamaan, gotong royong dan swadaya masyarakat dalam membangun desa. Oleh karena itu, AQ termotivasi untuk fokus dalam kepengurusan dan akhirnya secara tetap dan dipilih oleh masyarakat untuk menjadi bendahara TPK menggantikan bendahara sebelumnya. Penjelasan sebelumnya memberikan gambaran bagaimana masing-masing pemimpin lokal dapat terlibat dalam kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan. Terlihat bahwa, awal keterlibatan AQ, DM, dan AR adalah dikarenakan rekomendasi dari YT. Artinya pemimpin lokal YT lah yang dapat mengajak dan mempengaruhi pemimpin lokal lainnya untuk terlibat dalam kepengurusan PNPM Mandiri ini. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah keterlibatan pemimpin lokal lainnya disebabkan oleh pemimpin lokal YT.

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 6.1. Modal Internal Pemimpin lokal dalam penelitian ini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7.1. Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, pada bab ini akan dikemukakan pokok-pokok penting sebagai kesimpulan tentang Pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG A. Kondisi Geografis Desa Rendeng Secara Administrasi Desa Rendeng terletak sekitar 1 Km dari Kecamatan Malo, kurang lebih 18 Km dari Kabupaten Bojonegoro,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini disajikan data yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis lakukan dengan cara mengajukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA SAWAHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 39 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA PADA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya (TIDAR)

Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya (TIDAR) Anggaran Rumah Tangga Tunas Indonesia Raya (TIDAR) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Tunas Indonesia Raya adalah organisasi pemuda Indonesia yang berfungsi untuk menyerap, menampung dan menyalurkan aspirasi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 9/E, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terwujudnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 113 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian, Karang Taruna RW 10 yang berada di Cireundeu, tidak menjalankan organisasi sesuai dengan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pemimpin Lokal dalam Pembangunan Kartodirdjo (1986) menyebutkan bahwa dalam setiap masyarakat secara wajar timbullah dua kelompok yang berbeda peranan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :... LAMPIRAN Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam Nama :............................. Jenis Kelamin Umur : Laki-laki/Perempuan* :.... Tahun Peran di PNPM-MPd :............................. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak hanya pada masalah belajar seperti membolos, mencontek,

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA 49 BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA 6.1 Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Kawasan Ekowisata Islami Curug Cigangsa Mulai tahun 2012, Curug Cigangsa telah dibuka menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KIARASARI Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Ibu ke-86 Thn 2014, Jakarta, tgl. 22 Des 2014 Senin, 22 Desember 2014

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Ibu ke-86 Thn 2014, Jakarta, tgl. 22 Des 2014 Senin, 22 Desember 2014 Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Ibu ke-86 Thn 2014, Jakarta, tgl. 22 Des 2014 Senin, 22 Desember 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI IBU KE-86 TAHUN 2014 DI GOR CIRACAS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2009 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW)

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 34 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : Mengingat : a. b. 1. 2. 3. 4. 5. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat membutuhkan kerja keras dari semua pihak untuk menyukseskan program pendidikan nasional. Tantangan akan akan

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar LAMPIRAN Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar Saya yang bernama Indah Kurniati Nurhuda, mahasiswa tingkat akhir departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci