BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah melakukan berbagai program bantuan yang berupa pengembangan modal fisik (infrastruktur), bantuan kredit, dan pembangunan modal manusia (human capital). Dalam proses pembangunan perekonomian sendiri, modal sosial (sosial capital) memiliki peran penting. Modal sosial dapat berbentuk kepercayaan (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jaringan (networking). Modal sosial yang berupa kepercayaan, dapat mengurangi biaya transaksi. Modal sosial yang berupa kerja sama, dapat membuat transaksi-transaksi ekonomi menjadi lebih mudah. Begitupun dengan modal sosial berupa jaringan. Putnam (2001) berpendapat bahwa, ide pokok dari modal sosial adalah jaringan dan norma yang mempunyai nilai saling terkait. Ini memungkinkan seseorang yang mengikuti jaringan sosial akan mendapatkan manfaat dari jaringan yang diikutinya. Hal ini dapat diartikan bahwa, modal sosial dapat menjadi salah satu input bagi pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Coleman (1988) mengidentifikasi tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial. Pertama, kewajiban dan harapan yang timbul dari rasa kepercayaan dalam lingkungan sosial. Rasa kepercayaan menimbulkan harapan dan juga kewajiban dalam lingkungan sosial. Pilar kedua modal sosial menurut 1

2 Coleman(1988) adalah pentingnya arus informasi yang lancar di dalam struktur sosial, untuk mendorong berkembangnya kegiatan dalam masyarakat. Arus informasi yang tidak lancar, cenderung menyebabkan seseorang menjadi tidak tahu sehingga tidak berani melakukan sesuatu. Pilar ketiga adalah norma-norma yang harus ditaati dengan sanksi yang jelas dan efektif. Fukuyama (1995) dengan tegas menyatakan, belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal sosial. Namun hal tersebut hanyalah norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Kepercayaan ini merupakan harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para anggotanya. Putnam (1995) menyatakan bahwa modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial, yaitu jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif, untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Modal sosial dapat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan seseorang. Hubungan antara modal sosial dengan kesehatan mental pernah diteliti oleh Kawachi dan Berkman (2001). Jaringan sosial mempunyai pengaruh penting dalam kesehatan psikologis seseorang. Partisipasi dalam jaringan sosial dapat memengaruhi kesehatan psikologis, karena membuat anggotanya memperoleh bimbingan normatif tentang perilaku kesehatan yang relevan, seperti perilaku merokok dan olahraga teratur yang nantinya berpengaruh terhadap kesehatan mental. Akses terhadap informasi kesehatan juga lebih mudah didapatkan, ketika 2

3 seseorang mengikuti jaringan sosial. Keikutsertaan dalam jaringan sosial juga mengakibatkan keadaan psikologis menjadi lebih baik, karena merasa memiliki tujuan yang sama, kenyamanan, dan pengakuan diri. Partisipasi dalam organisasi kemasyarakatan, keterlibatan dalam jaringan sosial, meningkatkan kemungkinan mengakses berbagai bentuk dukungan yang pada gilirannya dapat mencegah dari rasa stres. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 1.1 di bawah ini. Jaringan Sosial Pengaruh Sosial Posisi afektif (emosi) positif Respon Neuroendocrine Promosi kebiasaan hidup sehat (contoh: latihan, olahraga) Kesehatan mental Gambar 1.1 Mekanisme Hubungan Jaringan Sosial dengan Kesehatan Mental, Sumber: Kawachi dan Berkman (2001:460) Selain mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, modal sosial juga berpengaruh terhadap kesejahteraan. Wetterberg (2005) menemukan bahwa semakin banyak jumlah ikatan sosial yang diikuti, maka dapat meningkatkan potensi untuk mendapatkan sumber daya lebih banyak. Sebagai contoh, keikutsertaan dalam keanggotaan PKK dapat meningkatkan potensi lebih besar untuk mendapatkan bantuan jika ada program bantuan dari Pemerintah. Hal ini 3

4 tentunya dapat berpengaruh pada kesejahteraan rumah tangga. Keikutsertaan dalam organisasi masyarakat yang dimandatkan Pemerintah seperti PKK, Dasawisma, Karang Taruna, Lembaga Masyarakat Desa (LMD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan akses bantuan dari Pemerintah. Penemuan Wetterberg tentang modal sosial ini sejalan dengan Grootaert (1999). Modal sosial dapat meningkatkan akses kredit yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan. Hal ini karena dengan mengikuti partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, dapat dengan lebih mudah mendapatkan informasi termasuk informasi kredit. Modal sosial meningkatkan kesejahteraan melalui kemudahan mendapatkan informasi, mengurangi biaya transaksi dan memfasilitasi keputusan kolektif (Grootaert, 1999). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution et al. (2014), jaringan sosial seseorang membantu dalam mendapatkan lebih banyak informasi. Manfaat lain jaringan sosial dapat memengaruhi akses terhadap kredit, atau faktor lain yang meningkatkan produktivitas rumah tangga. Rumah tangga yang kurang produktif akan cenderung berinteraksi dengan rumah tangga yang lebih produktif, untuk menambah sumber daya (misalkan informasi) dalam upaya peningkatan produktivitas. Dengan kata lain, rumah tangga lebih produktif dapat bekerja sama dengan rumah tangga yang kurang produktif, untuk meningkatkan produktivitas secara bersama-sama. Di Indonesia, bentuk modal sosial sangat beragam. Dari yang berbentuk formal seperti, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), perkumpulan 4

5 ibu-ibu (PKK), karang taruna, dharmawanita, dan dasawisma, sedangkan yang berbentuk informal misalnya seperti arisan. Interaksi hubungan manusia yang berbentuk rasa saling percaya (trust), kerjasama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) inilah, yang diduga mempunyai peran dalam kesejahteraan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah modal sosial yang terdiri dari rasa saling percaya, kerja sama dan jejaring sosial mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan di Indonesia. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang modal sosial telah dilakukan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Modal sosial pada awalnya banyak dibahas oleh ahli dari ilmu sosiologi dan politik, namun kemudian modal sosial juga dikaitkan dengan ekonomi, misalnya dalam hal peran modal sosial terhadap kesejahteraan ekonomi individu. Grotaert (1999) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara modal sosial dengan kesejahteraan rumah tangga. Fokusnya adalah pada keanggotaan mengikuti kegiatan kemasyarakatan, di mana berpengaruh terhadap kesejahteraan dan konsumsi. Rumah tangga yang memiliki modal sosial yang tinggi, memiliki pengeluaran per kapita yang lebih tinggi, memiliki lebih banyak aset, memiliki lebih banyak tabungan, dan mempunyai kemudahan akses yang lebih baik dalam pinjaman. Grootaert (1999) menggunakan data LLI (Level Local Institution) tahun 1996 dengan sampel Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. 5

6 Wetterberg (2005) melakukan penelitian tentang Crisis, Social Ties and Household Welfare: Testing Social Capital Theory with Evidence from Indonesia. Wetterberg (2005) menggunakan data LLI (Level Local Institution) tahun 1996 dengan sampel Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Variabel dependen yang digunakan adalah pengeluaran rumah tangga, bantuan komunitas, dan bantuan pemerintah. Variabel independen yang digunakan adalah modal sosial yang terdiri dari keanggotaan dalam jaringan, keanggotaan dalam organisasi, dan keanggotaan mandat organisasi. Selain modal sosial, variabel independen lain yang digunakan adalah variabel kontrol yang berupa jumlah anggota rumah tangga, kepala rumah tangga perempuan, pendidikan kepala rumah tangga, dan rumah tangga petani. Dalam penelitiannya, Wetterberg (2005) menemukan bahwa dampak dari berbagai macam ikatan sosial (social ties) dapat membantu dalam mengakses sumber daya. Peran dari organisasi yang dibentuk berdasarkan amanat dari Pemerintah (mandatory group), menunjukkan peran efektif dalam mengakses bantuan Pemerintah. Tampubolon (2007) menginvestigasi efek dari krisis seperti krisis finansial di Asia dalam kaitannya dengan akses dan distribusi kesehatan, dan bagaimana modal sosial yang merupakan sumber daya yang dimiliki baik orang kaya maupun orang miskin menjembatani hubungan ini. Dengan menggunakan data dari IFLS, menunjukkan adanya keuntungan dalam keikutsertaan komunitas sosial. Orang yang mengikuti organisasi/komunitas sosial, mempunyai efek positif dalam hal kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan di masa krisis. 6

7 Begazo (2006) mempunyai hasil penelitian yang berbeda dengan Tampubolon. Dalam penelitiannya tentang Better Together or Not? Community Participation, Consumption Smooting and Household Head Employment in Indonesia, menemukan bahwa partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, tidak membantu rumah tangga meringankan shock pada saat krisis ekonomi tahun Hal ini dikarenakan masyarakat mempunyai keterbatasan kapasitas dalam mengamankan pengeluaran selama krisis. Penelitian Begazo (2006) menganalisis apakah partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, baik itu formal maupun informal, dapat membantu rumah tangga di Indonesia dalam mengatasi dampak krisis ekonomi tahun Penelitian ini menggunakan IFLS (Indonesia Family Life Survey) tahun 1997 dan 2000, untuk mengetahui dampak dari krisis terhadap kesejahteraan rumah tangga. Hasil empiris menunjukkan bahwa partisipasi dalam kegiatan masyarakat, tidak berpengaruh pada kemampuan rumah tangga untuk mengamankan pengeluaran pada saat krisis. Efek dari krisis yang sangat besar tampaknya menjadi alasan mengapa modal sosial tidak dapat membantu rumah tangga pada saat krisis. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian kali ini memiliki perbedaan yaitu adanya unsur baru dalam variabel modal sosial, terkait pengukuran kepercayaan (trust) untuk kasus di Indonesia. Seperti telah dijelaskan oleh Fukuyama (2001) bahwa belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu, otomatis menjadi modal sosial, namun hal tersebut hanyalah norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Selain itu, yang 7

8 membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam hal lokasi penelitian dan periode penelitian. Penelitian sebelumnya hanya mengambil tiga sampel wilayah penelitian yaitu Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan penelitian ini menggunakan data yang mewakili lebih besar masyarakat Indonesia dengan periode tahun 2007 dan 2014, yang diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Berbagai penelitian tersebut, terangkum dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Penelitian Empiris Sebelumnya No Penelitian Data Metode Variabel Temuan 1 Grootaert (1999) 1. LLI (Level Local Institution) tahun Jambi, Jawa Tengah, NTT Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS (Instrument Variabel) Pengeluaran rumah tangga per kapita 1. Modal Sosial: Jumlah keanggotaan dalam perkumpulan, indeks heterogenitas, kehadiran dalam pertemuan, indeks partisipasi dalam pengambilan keputusan, nilai kontribusi secara tunai, orientasi komunitas 2. Modal Insani: pendidikan 3. Aset 4. Karakteristik rumah tangga 5. Karakteristik wilayah Modal sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga. Rumah tangga yang memiliki modal sosial yang tinggi memiliki pengeluaran per kapita yang tinggi, lebih banyak aset, tabungan dan kemudahan akses dalam pinjaman. 8

9 Tabel 1.1 Lanjutan 2 Wetterberg (2005) 3 Tampubolon (2007) 1. LLI(Level Local Institution) tahun 1996 dan Jambi, Jawa Tengah dan NTT IFLS gelombang 1 (1993), IFLS gelombang 2 (1997 & 1998), IFLS gelombang 3 (2000) Regresi berganda (Multiple regression) dan regresi logit (logit regression) Linear panel regression 1. Pengeluaran rumah tangga per kapita 2. Bantuan komunitas 3. Bantuan Pemerintah Modal sosial: Keanggotaan dalam jaringan, keanggotaan dalam organisasi, keanggotaan dalam organisasi yang dimandatkan Pemerintah, jaringan eksternal (grup dengan anggota di luar lingkungannya) Kontrol: 1. Jumlah anggota keluarga(house hold size) 2. Kepala rumah tangga perempuan 3. Pendidikan kepala rumah tangga 4. Rumah tangga yang pekerjaan utamanya petani 5. Tipe shock Kunjungan rawat jalan (visit to outpatient care) 1. Modal sosial: kohesi sosial, jumlah keanggotaan menjadi relawan 2. Laki laki 3. Umur 4. Pendidikan 5. Bekerja 6. Kota 7. Konsumsi per kapita 1. Individu yang lebih banyak mengikuti ikatan sosial (social ties) mempunyai akses yang lebih baik dalam mengakses sumber daya. 2. Peran dari organisasi yang diamanatkan Pemerintah (PKK, LMD, LKMD, Karang Taruna, RT/RW) berperan efektif dalam mengakses bantuan Pemerintah. Keikutsertaan dalam komunitas sosial, mempunyai efek positif dalam hal kemudahan akses terhadap kesehatan di masa krisis. 9

10 Tabel 1.1 Lanjutan 4 Begazo et al. (2006) 5 Narayan dan Pritchett (1999) IFLS gelombang 2 (1997) dan IFLS gelombang 3 (2000) The Social Capital and Poverty Survey (SCPS) and Human Resource Development Survey (HRDS) di pedesaan Tanzania Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS (IV) Ordinary Least Square (OLS) dan IV 1. Pengeluaran rumah tangga 2. Probabilitas kepala rumah tangga mendapatkan pekerjaan 1. Partisipasi a. Formal: LKMD, RT/RW, PKK, Siskamling, Gotong royong, Posyandu b. Informal:Arisan Kontrol: 1. Karakteristik rumah tangga: householdsize, Kepemilikan rumah, jumlah anak, pendidikan anggota keluarga 2. Karakteristik kepala rumah tangga:umur,wa nita, pendidikan 3. Perubahan income 4. Urban/ Rural Pendapatan rumah tangga (income) 1. Modal Sosial: Keanggotaan dalam grup, karakteristik grup, nilai-nilai dan sikap individu 2. Ukuran rumah tangga 3. Rata- rata sekolah laki-laki dan perempuan dewasa (di atas 20 tahun) 4. Aset 5. Pekerjaan utama petani 6. Jarak pada pasar Partisipasi tidak membantu rumah tangga meringankan shock krisis ekonomi tahun 1998, dikarenakan komunitas mempunyai keterbatasan kapasitas dalam mengamankan pengeluaran selama krisis. Modal sosial berdampak secara signifikan terhadap besarnya pendapatan rumah tangga pedesaan di Tanzania. 10

11 Tabel 1.1 Lanjutan 6 Gomez dan Santor (2001) 7 Adepoju dan Oni (2012) Data peminjam yang melakukan pinjaman pada Calmeadow Metrofund (organisasi keuangan mikro nonprofit terbesar Kanada) antara tahun 1994 dan Data primer dari 300 rumah tangga di Barat Daya pedesaan Nigeria (Ekiti dan Oyo states) Ordinary Least Square (OLS) dan IV Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS Pendapatan bersih (net earning) 1. Modal sosial: keanggotaan dalam organisasi, koneksi bisnis, pengetahuan tentang lingkungan, 2. Modal insani 3. Karakteristik lingkungan 4. Demografi dan karakteristik bisnis Pengeluaran rumah tangga per kapita 1. Modal sosial: jumlah keanggotaan dalam perkumpulan, indeks heterogenitas, indeks kehadiran dalam pertemuan, nilai kontribusi secara tunai, kontribusi kerja, indeks pengambilan keputusan, indeks agregat modal sosial 2. Modal insani kepala rumahtangga: lama pendidikan 3. Aset: luas lahan pertanian, perlengkapan pertanian 4. Karakteristik kepala rumah tangga 5. Jarak dari desa ke kota terdekat Modal sosial (hubungan sosial yang memfasilitasi aksi individu) sangat penting bagi keberhasilan microentrepreneurial. Modal sosial merupakan penentu positif dari laba wirausaha. 1. Modal sosial dalam hal ini indeks pengambilan keputusan dan kehadiran dalam pertemuan secara signifikan positif berpengaruh kesejahteraan rumah tangga. 2. Usia responden, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, ukuran rumah tangga (HHsize) dan status pertanian (kepemilikan lahan) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga. 11

12 Tabel 1.1 Lanjutan 8 Wang et al. (2015) The Pearl River Delta Economic Zone (PRDEZ) - Guangzhou, Shenzhen, Zhuhai, and Dongguan- Order logit Upah 1. Modal sosial : ikatan modal sosial (dummy informasi lowongan dari teman/kerabat), bridging modal sosial (dummy hubungan dengan pekerja lain) 2. Karakteristik rumah tangga: gender,umur, status pernikahan 3. Karakteristik modal insani: pendidikan, training, pengalaman bekerja 4. Dummy wilayah 5. Dummy status kesehatan Modal sosial baik bonding modal sosial maupun bridging modal sosial memiliki efek positif pada upah tetapi bridging memiliki efek yang lebih signifikan. Hubungan persahabatan antara pendatang (migrant) dan pekerja lokal dapat membantu migrant meningkatkan probabilitas upah lebih tinggi sebesar 6,4%. Migrant yang pekerjaannya diperkenalkan oleh teman atau kerabat memiliki probabilitas penghasilan 1,6% lebih tinggi. Perbedaan gender dalam modal sosial mempunyai efek pada upah. 09 Setyastuti (2014) IFLS gelombang 3 (2000) dan IFLS gelombang 4 (2007) Ordinary Least Square (OLS) Perubahan pengeluaran per kapita rumah tangga tahun Modal sosial: Partisipasi masyarakat baik formal maupun informal 2. Variabel kontrol: pengeluaran tahun 2000, aset tahun 2000, urban, jumlah anak, pendidikan, provinsi, agama Adanya hubungan positif signifikan antara besarnya perubahan modal sosial terhadap perubahan pengeluaran per kapita masyarakat. 12

13 Tabel 1.1 Lanjutan 10 Nasution et al. (2014) Data BPS yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2012 dan Pendataan Potensi Desa (PODES) tahun 2011 Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS Pengeluaran per kapita rumah tangga pedesaan 1. Modal sosial: partisipasi, jejaring dan pengambilan keputusan dalam kelompok 2. Modal insani: pendidikan kepala rumah tangga 3. Aset: status kepemilikan rumah, luas lantai, listrik 4. Karakteristik rumahtangga: jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, umur, status pernikahan, lapangan usaha pertanian 5. Infrastruktur desa: pasar Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pedesaan (yang diukur dari pengeluaran per kapita). Rumah tangga yang berpartisipasi dalam organisasi kemasyarakatan memiliki pengeluaran per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak menjadi anggota dalam organisasi kemasyarakatan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mengidentifikasi bahwa modal sosial yang terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan kerja sama diduga mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan. Namun demikian, penelitian yang berkenaan dengan tema tersebut masih sangat jarang dilakukan untuk kasus di Indonesia yang mempunyai karakteristikkarakteristik sosio-ekonomi dan demografi yang berbeda dengan negara lain, sehingga dapat memberikan implikasi yang berbeda juga. Hal ini terutama 13

14 berkaitan dengan konsep kesejahteraan yang tidak hanya dipengaruhi oleh modal fisik (capital) dan modal manusia (human capital). Selain itu, keunikan modal sosial masyarakat Indonesia yang berbeda dengan karakteristik modal sosial di negara-negara lain merupakan study gap yang menarik untuk diteliti. Lebih jauh, meskipun berbagai program telah dijalankan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia lewat peningkatan modal kapital dan modal manusia (human capital), namun kesejahteraan masyarakat Indonesia masih rendah, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan negara-negara lain dengan latar belakang sosio-ekonomi yang hampir sama. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh modal sosial terhadap kesejahteraan menjadi penting untuk dianalisis, sebagai salah satu masukan pembangunan yang dapat menjelaskan kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan di Indonesia? 2. Berapa besarnya pengaruh modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia? 14

15 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis hubungan modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia. 2. Menganalisis besarnya pengaruh modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memperkaya pengetahuan di bidang ekonomika pembangunan secara umum, dan kesejahteraan masyarakat secara khusus, terkait dengan hubungan antara modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia. 2. Pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan individu dan masyarakat pada umumnya yang berkaitan dengan modal sosial, berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan, di mana peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya difokuskan kepada peningkatan modal kapital dan modal manusia terhadap kesejahteraan masyarakat. 3. Penelitian-penelitian selanjutnya untuk mengembangkan hasil penelitian ini lebih lanjut untuk kepentingan pendidikan, pembangunan, dan pengambilan keputusan. 15

16 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I. Pendahuluan, yang menguraikan secara ringkas latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II. Landasan Teori, yang membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan modal sosial dan kesejahteraan. Selain itu, juga membahas mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hubungan modal sosial dan kesejahteraan yang telah dilakukan sebelumnya. Bab III. Metode Penelitian, yang menguraikan secara ringkas tentang metode pengumpulan data, definisi operasional variabel yang digunakan, serta metode analisis data yang digunakan. Bab IV. Hasil dan Analisis, yang menguraikan secara mendalam tentang hasil analisis berdasarkan olah data yang telah dilakukan, apakah modal sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan di Indonesia dan berapa besar pengaruhnya. Bab V. Simpulan dan Saran, yang menguraikan simpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini akan disampaikan juga keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga dapat dijadikan acuan bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tema modal sosial. 16

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN 115 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji regresi probit dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Two Stage Least Square

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Two Stage Least Square Pengaruh Modal Sosial Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Two Stage Least Square Eko Yulian 1, Yusep Suparman 2, Bertho Tantular 3 Departemen Statistika Universitas Padjajaran okeyulian@gmail.com

Lebih terperinci

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN PENGELUARAN KONSUMSI PER KAPITA RUMAH TANGGA

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN PENGELUARAN KONSUMSI PER KAPITA RUMAH TANGGA PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN PENGELUARAN KONSUMSI PER KAPITA RUMAH TANGGA Rini Setyastuti Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta rsetyastuti@gmail.com ABSTRACT Generally, social capital

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan 157 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis matrik transisi kemiskinan pada empat tipe rumah tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan pinjaman tahun 2000

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS MEROKOK DI INDONESIA: Studi Kasus Individu dalam Rumah Tangga Indonesia Family Life Survey (IFLS) Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS MEROKOK DI INDONESIA: Studi Kasus Individu dalam Rumah Tangga Indonesia Family Life Survey (IFLS) Tahun 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS MEROKOK DI INDONESIA: Studi Kasus Individu dalam Rumah Tangga Indonesia Family Life Survey (IFLS) Tahun 2014 THE FACTORS INFLUENCING THE SMOKING STATUS IN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. dan Sawada 2003), penyedia investasi modal manusia (Raut dan Tran 2005) serta layanan

BAB 1 Pendahuluan. dan Sawada 2003), penyedia investasi modal manusia (Raut dan Tran 2005) serta layanan Daftar Gambar Gambar 2-1 Perilaku Altruism... 87 Gambar 2-2 Model Switching Motivation Transfers... 88 Gambar 3-1 Konsumsi Seumur Hidup... 143 Gambar 4-1 Fungsi Utilitas Model Social Pressure... 191 xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pembangunan dan kemiskinan (United Nations Millenium Declaration (2000) seperti dikutip dalam Todaro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, keamanan ekonomi dan keselamatan personal dan harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sosial, keamanan ekonomi dan keselamatan personal dan harapan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator untuk mengukur kesejahteraan secara umum. Namun, pada Konferensi Bretton Woods tahun 1944, Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

Ahmadriswan Nasution. Ahmadriswan Nasution, Peranan Modal Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan Rumah Tangga di Perdesaan Indonesia 171

Ahmadriswan Nasution. Ahmadriswan Nasution, Peranan Modal Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan Rumah Tangga di Perdesaan Indonesia 171 PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGURANGAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PERDESAAN INDONESIA (The Role of Social Capital on Household Poverty Reduction in Rural Areas of Indonesia) Ahmadriswan Nasution Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring dengan lahirnya peradaban manusia. Meskipun berbagai kajian dan penelitian telah dilakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dalam ruang lingkup mikro, kesehatan berpengaruh

Lebih terperinci

Modal Sosial Dan Pendapatan Masyarakat

Modal Sosial Dan Pendapatan Masyarakat ISSN 1829-9288 Modal Sosial Dan Pendapatan Masyarakat Social Capital And Community Income Fadli 1) 1) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh Kampus Cot Teungku Nie, Reuleut,

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Survei Aspek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Survei Aspek 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia atau Indonesia Family Life Survey (IFLS)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial

Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial Shamika Ravi Indian School of Business Forum Kebijakan Publik Asia, Jakarta, 2013 Kesempatan Kerja dan Perlindungan Sosial Lapangan

Lebih terperinci

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia Membuka 10 Tahun Data Mikro dari Indonesia B A N K D U N I A 2017 BANK DUNIA Local Solutions to Poverty, Jakarta, Indonesia Karya ini merupakan produk staf Bank Dunia, melalui Dana Amanah Local Solutions

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Selo Soemarjan (1964), istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat

Lebih terperinci

Migrasi Orang Tua dan Kejadian Anak yang Bekerja: Bukti dari Indonesia. Niken Kusumawardhani dan Nila Warda SMERU Research Institute

Migrasi Orang Tua dan Kejadian Anak yang Bekerja: Bukti dari Indonesia. Niken Kusumawardhani dan Nila Warda SMERU Research Institute Migrasi Orang Tua dan Kejadian Anak yang Bekerja: Bukti dari Indonesia Niken Kusumawardhani dan Nila Warda SMERU Research Institute Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 Rumusan

Lebih terperinci

111. METODOLOGI PENELLTIAN

111. METODOLOGI PENELLTIAN 111. METODOLOGI PENELLTIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perbedaan struktur sosial dan posisi individu di dalam struktur sosial, dan perbedaan stok kepercayaan dan norma sebagai aset kolektif menimbulkan variasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB XI P E N U T U P. Hasil penelitian memperlihatkan kelembagaan-kelembagaan lokal yang terlibat

BAB XI P E N U T U P. Hasil penelitian memperlihatkan kelembagaan-kelembagaan lokal yang terlibat BAB XI P E N U T U P 11.1 Kesimpulan Hasil penelitian memperlihatkan kelembagaan-kelembagaan lokal yang terlibat pada pasar gambir memiliki tindakan kolektif di pasar gambir. Tindakan-tindakan kolektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lebak yang merupakan wilayah pelaksana Program Nasional Pemberdayaan

III. METODE PENELITIAN. Lebak yang merupakan wilayah pelaksana Program Nasional Pemberdayaan 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak yang merupakan wilayah pelaksana Program Nasional Pemberdayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN Pada tahap pertama pengolahan data, dilakukan transfer data dari Podes 2003 ke Susenas 2004. Ternyata, dari 14.011 desa pada sample SUSENAS 13.349 diantaranya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi merupakan hal penting untuk memutuskan sebuah kebijakan, hal ini karena bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk miskinnya. Semakin banyak jumlah penduduk miskin, maka negara itu disebut negara miskin. Sebaliknya semakin

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI

BAB III DATA DAN METODOLOGI BAB III DATA DAN METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR Kabupaten Bogor tahun 2005 dan data hasil survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya, dengan cara mengembangkan seluruh sektor

Lebih terperinci

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province ABSTRACT NENDEN BUDIARTI. The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province. Under supervision of RINA OKTAVIANI and RATNA WINANDI. 2Education is one of human capital investment,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 1 LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 29 April 2014 Lily Hoo Leni Dharmawan 2 Pengantar Apa itu Studi LLI Mengapa perlu melakukan LLI3? Ikhtisar Latar Belakang Masalah yang dihadapi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diversifikasi pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan ini lebih diarahkan tidak untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diversifikasi pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan ini lebih diarahkan tidak untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Mekanisme Survival Sekecil apapun perubahan kondisi ekonomi makro, baik disebabkan oleh kebijakan pemerintah maupun mekanisme pasar, sangat berpengaruh terhadap kelompok

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana.

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana. BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Berdasarkan ketiga indikator yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan pelaku usaha di Wukirsari mampu memanfatkan bentuk-bentuk modal sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara sedang berkembang (NSB) yang memiliki berbagai masalah ekonomi. Kemiskinan adalah salah satu masalah ekonomi di Indonesia yang sulit dipecahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : 1215151009 ABSTRAK Kemiskinan menjadi masalah besar di Provinsi

Lebih terperinci

Dampak Askeskin Terhadap Status Kesehatan Individu Dewasa

Dampak Askeskin Terhadap Status Kesehatan Individu Dewasa Dampak Askeskin Terhadap Status Kesehatan Individu Dewasa 2 nd Indonesian Health Economics Association Congress Jakarta, 7 10 April 2015 Edy Purwanto SurveyMETER 2015 Background Kondisi Kesehatan Rendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014 Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan World Bank September 2014 Indonesia tumbuh dengan kuat sejak krisis keuangan Asia, dan kelas menengahnya terus bertambah Pertumbuhan PDB Riil (%) 1996

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat tidak bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang berupa sandang, papan, dan pangan. Kemiskinan masih menjadi masalah

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016- Mei 2016 berlokasi di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Kondisi kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 secara umum lebih buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki tujuan besar yang sama yakni kesejahteraan rakyatnya. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu indikator kesuksesan sebuah negara dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kemajuan suatu bangsa melalui peningkatan kesejahteraan rumah tangga atau penduduk. Kemajuan suatu bangsa tidak

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17

Lebih terperinci

swasta serta tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7% (Depkes RI, 2013). Provinsi Aceh menempati ranking tertinggi dalam coverage

swasta serta tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7% (Depkes RI, 2013). Provinsi Aceh menempati ranking tertinggi dalam coverage BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan pilihan utama pemerintah dalam implementasi sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Artinya, pemerintah memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Kondisi Kemiskinan di Indonesia Isu kemiskinan yang merupakan multidimensi ini menjadi isu sentral di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut, manusia membutuhkan instrumen berupa alat pertukaran, yaitu uang. hidupnya, maka ia akan melakukan peminjaman uang.

I. PENDAHULUAN. tersebut, manusia membutuhkan instrumen berupa alat pertukaran, yaitu uang. hidupnya, maka ia akan melakukan peminjaman uang. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar, sekunder, hingga tersier. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia membutuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP 6.1 Perempuan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Posisi perempuan menjadi bagian yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu bagian dari agenda Pemerintah Indonesia dalam rangka memenuhi mandat Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 aliena

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1980-2006 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author

Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership) Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author Deskripsi Lengkap: http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=74507&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Nurfita Sari Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci