BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian tersebut sebagai acuan penelitan yang akan dilakukan. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut tetap mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan tentang penelitian terdahulu adalah sebagai berikut. 1. Penggunaan Konjungsi Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa SMP N 1 Cilacap Tahun Pelajaran Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2011) berjudul Penggunaan Konjungsi Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa SMPN 1 Cilacap Tahun Pelajaran Penelitian ini membahas jenis-jenis konjungsi yang digunakan dan hubungan semantik yang ditunjukkan oleh konjungsi tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa karangan-karangan siswa SMP N 1 Sampang Cilacap tahun pelajaran Perbedaan penelitan Indriani dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sumber data. Sumber data untuk penelitian Indiriani berupa karangan-karangan siswa SMP N 1 Sampang Cilacap tahun pelajaran , sedangkan sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah koran Suara Merdeka. 2. Penggunaan Konjungsi Antarklausa pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor Tahun Pelajaran Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2016) berjudul Penggunaan Konjungsi Antarklausa Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII D SMP N Negeri 3 7

2 8 Kalibagor Tahun pelajaran Penelitian ini telah membahas penggunaan konjungsi koordinatif, subordinatif, dan korelatif yang terdapat pada karangan narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor. Peneliti mendeskripsikan kalimat-kalimat yang menggunakan konjungsi pada karangan narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor tahun ajaran Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh berupa (kata-kata, gambar, dan perilaku) tidak dituangkan ke dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk uraian yang memberikan penjelasan mengenai penggunaan konjungsi tersebut. Perbedaan penelitian Hidayah dengan penelitian ini adalah sumber data yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu karangan narasi siswa sedangkan pada penelitian ini sumber data adalah koran. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai penggunaan konjungsi intrakalimat. Berdasarkan paparan dari penelitian-penelitian di atas menunjukan bahwa penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini sangat relevan. Penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini sama, yaitu subjek kajiannya adalah konjungsi. Namun sumber data yang diteliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya berbeda. Sumber data penelitian yang akan dilakukan ini adalah rubrik Nasional dan Hukum pada koran Suara Merdeka edisi September Rumusan masalah pada penelitian juga memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar dapat melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya. B. Klausa 1. Pengertian Klausa Menurut Alwi, dkk (2003: 39), istilah klausa digunakan untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki

3 9 intonasi atau tanda baca tertentu. Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat menurut Cook; Ekson dan Pickett dalam ( Tarigan, 2009: 43). Menurut Ramlan dalam (Tarigan, 2009: 43) klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen berupa frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagainya (Chaer, 2009: 41) 2. Jenis-Jenis Klausa Menurut Chaer (2009: 42) berdasarkan distribusinya, klausa dapat dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk subordinatif disebut klausa atas, dan klausa terikat disebut klausa bawahan (Chaer, 2009:161). Disebut klausa bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak lengkap. Klausa bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain. C. Kalimat 1. Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan di atas klausa dan di bawah satuan wacana. Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009: 44). Menurut Alwi dkk (2003 : 245), kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucakan dengan suara naik turun dan keras lembut,

4 10 disela jeda, dan di akhiri dengan intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi atau proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). 2. Jenis-Jenis Kalimat Menurut Putrayasa (2010: 26) kalimat bahasa Indonesia berdasarkan klausa dibagi menjadi dua yaitu kalimat tunggal dan dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sedangkan kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau bahkan lebih. Kalimat majemuk bisa bersifat setara, tidak setara, maupun campuran. Gagasan tunggal yang dinyatakan sebagai kalimat tunggal dan gagasan yang lebih dari satu dapat diungkapkan dengan kalimat majemuk. Berikut ini penjelasan lebih lanjut jenisjenis kalimat. a. Kalimat Tunggal Menurut Rusyana dan Samsuri (dalam Putrayasa, 2010: 26) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen SP (Subjek-Predikat). Hal tersebut berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib. Disamping itu tidak mustahil juga terdapat unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu dan alat. Oleh karena itu kalimat tunggal tidak tentu berwujud pendek tetapi juga dalam wujud panjang.

5 11 b. Kalimat Majemuk Menururt Veerhar (1996: 275), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Menurut Tarigan (1996: 14) kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih peristiwa dalam satu kalimat. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk bertingkat. Adapun penjelasan ketiga kelompok kalimat majemuk berikut: 1) Kalimat Majemuk Setara Meurut Putrayasa (2010: 55) kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan bahwa antara unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukannya setara. Kalimat majemuk setara diberi nama sesuai jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan. Secara garis besar, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk berlawanan, kalimat majemuk penunjukan. Kalimat majemuk sejalan adalah kalimat yang digabungkan itu menunjuk kepada makna pertentangan, dan kalimat majemuk penunjukan adalah bagian satu menunnjuk kembali pada bagian kalimat lain. 2) Kalimat Majemuk Rapatan Menurut Putrayasa (2010: 57) kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terdiri dari penggabungnan beberapa kalimat tunggal yang unsurunsurnya yang sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja. Kalimat majemuk rapatn

6 12 ini terdiri atas empat macam yaitu kalimat majemuk rapatan sama subjek, kalimat majemuk rapatan sama predikat, kalimat majemuk rapatan sama objek, dan kalimat majemuk sama keterangan. 3) Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat terbentuk dari sebuah unsur kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2010: 59). Kalimat majemuk bertingkat terbentuk dengan ketentuan (a) sisa kalimat sumber disebut dengan induk kalimat, (b) kalimat bentukan disebut anak kalimat, (c) anak kalimat diberi nama sesuai dengan unsur kalimat yang digantinya. D. Pengertian Konjungsi Menurut Chaer (2008: 98), banyak istilah yang dipakai untuk menyebut kata penghubung. Chaer menyebut kata penghubung dengan sebutan konjungsi. Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Alwi dkk, (2003: 296) menyebut kata penghubung adalah konjungtor. Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi ini menggabungkan klausa yang setara atau klausa bertingkat. Kridalaksana (2008: 102) menyatakan konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaksis, dan selalu

7 13 menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksinya. Artinya, konjungsi berperan sebagai peluas didalam sebuah kalimat. Biasanya konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Berikut ini adalah contoh konjungsi berperan sebagai kata penghubung. (1) Hidup atau mati kita bergantung pada upaya kita sendiri (2) Tim ahli Amerika dan utusann UNESCO berunding lebih dari seminggu (3) Bibi sedang memasak dan Sarah sedang bermain boneka Dalam contoh (1) di atas kata atau menghubungkan dua kata yaitu hidup, mati. Pada contoh (2) kata dan menguhungkan frase tim ahli Amerika dengan frase utusan UNESCO. Pada contoh kalimat (3) konjungsi dan menghubungkan klausa Bibi sedang memasak dengan klausa Sarah sedang bermain boneka. E. Klasifikasi Konjungsi Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Menurut Chaer (1990:53), konjungsi intrakalimat berfungsi menghubungkan satuan-satuan klausa dengan klausa yang berada di dalam sebuah kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan klausa dan kalimat. Menurut Alwi dkk, (2003: 297) dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat. Konjungsi koordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan kalimat yang sejajar. Konjungsi subordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan

8 14 kalimat yang tidak sejajar, yakni induk kalimat dan yang lainnya anak kalimat. Konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi antarkalimat, yakni konjungsi yang menghubungkan satuan kalimat dengan kalimat yang lain. 1. Konjungsi Intrakalimat Kridalaksana (2005: 102) menjelaskan bahwa konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa. Konjungsi intrakalimat biasanya terletak di tengah-tengah kalimat. Dengan demikian konjungsi intrakalimat merupakan satuan kebahasaan yang menghubungkan antara klausa dengan klausa yang terletak di tengah-tengah kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksisnya konjungsi intrakalimat dibagi ke dalam tiga jenis kelompok yaitu, konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif. Namun, kelompok-kelompok di dalam konjungsi intrakalimat juga memiliki beberapa kelompok kecil yang mendukung penggunaannnya didalam kalimat. Adapun pengelompokan penggunaan konjungsi tersebut adalah sebagai berikut: a. Konjungsi Koordinatif Menurut Alwi dkk. (2003: 297), konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur klausa atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lainnya karena konjungsi koordinatif ini selain dapat menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Chaer (2011: ) membagi konjungsi koordinatif ke dalam beberapa kelompok kecil berdasarkan sifat hubungannya. Konjungsi

9 15 koordinatif ini dibagi menjadi delapan kelompok kecil, yakni koordinatif menyatakan penambahan, koordinatif menyatakan pemilihan, koordinatif menyatakan pertentangan, koordinatif menyatakan penjelas, koordinatif menyatakan urutan kejadian, koordinatif menyatakan pembetulan, dan koordinatif menyatakaan pembatasan. Bagian kelompok kecil itulah yang menjadikan setiap konjungsi memiliki fungsi menghubungkan satu kata dengan kata yang lain, berikut ini anggota kelompok kecil dari konjungsi koordinatif yaitu: 1) Konjungsi Koordinatif Penambahan Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat (klausa) dengan kedudukan yang sama atau sederajat. Anggota konjungsi ini adalah kata dan dan serta. Konjungsi dan yaitu konjungsi untuk menyatakan gabungan, biasanya digunakan di antaradua kata benda atau dua kata kerja dalam satu kalimat (Chaer, 1994: ). Konjungsi dan menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki status yang sama. Dua unsur tersebut dapat berupa kata, frasa, atau klausa. Biasanya kalimat yang menggunakan konjungsi dan dan serta yaitu kalimat yang memiliki jumlah variabel maknanya lebih dari satu. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi koordinatif penambahan. (4) Ibu dan ayah pergi ke Bogor (5) Mereka makan gorengan dan minum susu dikelas Pada kalimat (4) konjungsi dan menghubungkan kata Ibu kata Ayah. Konjungsi dan tersebut menyatakan makna penambahan. Makna penambahan ini, yaitu kata ibu ditambah kata ayah sehingga menjadi dua variable. Pada contoh kalimat (5) kata dan menghubungkan frase makan gorengan dan minum susu. Makna penambahan ini yaitu

10 16 mereka tidak hanya makan gorengan tetapi juga minum didalam kelas. Contoh-contoh tersebut menandakan bahwa konjungsi koordintaif dan menandakan hubungan penambahan di antara dua bagian kalimat atau lebih yang berkedudukan sama. 2) Konjungsi Koordinatif Pemilihan Konjungsi yang menyatakan pemilihan atau alternatif digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna pemilihan. Anggota konjungsi ini hanya ada sebuah, yaitu kata atau. Konjungsi atau berfungsi untuk menyatakan pilihan di antara dua kata di dalam satu kalimat (Chaer, 1994: ). Konjungsi atau bisa pula disebut konjungsi pemilihan, karena konjungsi ini digunakan untuk memilih salah satu kata dalam satu kalimat. Pernyataan pilihan yang menggunakan konjungsi atau ini dapat digunakan di antara kalimatkalimat berikut ini: (i) Konjungsi atau dapat digunakan di antara dua buah kata benda atau dua frase benda pada satu kalimat untuk memilih salah satu variabel. Berikut adalah contoh penggunaanya: (6) Nama orang itu Adi atau Andi? (7) Sarjana teknik atau sarjana sastra sama pentingnya dalam pembangunan Pada kalimat (6) penggunaan konjungsi atau menghubungkan dua buah kata benda Adi dengan Andi. Pada kalimat (7) konjungsi atau digunakan di antara dua buah frasa yaitu sarjana teknik dengan sarjana sastra. Dengan demikian, konjungsi atau dapat digunakan di antara dua buah variabel dalam satu kalimat. (ii) Konjungsi atau digunakan pada suatu kalimat untuk memilih dua buah kata kerja. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut :

11 17 (8) Jangan menegur atau mengajak bicara anak-anak nakal itu (9) Najwa berangkat kerja mengendarai motor atau jalan kaki Pada kalimat (8) konjungsi atau menghubungkan kata kerja menegur dan kata mengajak. Pada kalimat (9) konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan antara dua kelompok kata kerja mengendarai motor dan jalan kaki. (iii) Konjungsi atau dapat digunakan untuk memilih dua buah kata sifat yang berlawanan. (10) Kaya atau miskin dihadapan Tuhan tidak ada bedanya (11) Mahal atau murah ibuku akan membelikan buku yang aku inginkan Pada kalimat (10) dan (11) penggunaan konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan dua kata sifat yang memiliki makna berlawanan. Tetapi konjungsi atau tetap menyatakan makna pemilihan terhadap kedua kata sifat tersebut. Pada kalimat (10) terdapat kata yang memiliki makna berlawanan yaitu kaya dan miskin. Pada kalimat (11) konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan di antara dua kata sifat mahal dan murah yang memiliki makna berlawan. (iv) Konjungsi atau digunakan pada kata kerja atau kata sifat dengan ingkarannya. Contohnya adalah sebagai berikut: (12) Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu (13) Sabrina mau olahraga atau tidak, tetap saja langsing Contoh kalimat (12) dan (13) menggunakan konjungsi atau untuk memilih kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarannya. Pada kalimat (12) penggunaan konjungsi atau menghubungkan kata datang dengan tidak datang. Kata tersebut adalah kata kerja dan bentuk ingkarannya. Pada kalimat (13) konjugsi atau digunakan untuk menghubungkan kata olahraga dan tidak olahraga. (v) Konjungsi atau berada pada dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk setara. Contohnya adalah sebagai berikut:

12 18 (14) Saya datang kerumahnya, atau kamu yang datang kerumahku? Pada kalimat (14) penggunaan konjungsi atau untuk menghubungkan dua klausa dalam satu kalimat. Namun, yang perlu diketahui adalah bahwa jika yang dipilih dalam suatu kalimat lebih dari dua buah, maka konjungsi atau digunakan di antaraunsur yang terakhir. Contohnya adalah sebagai berikut ini. (15) Teh, kopi atau air putih yang akan kamu minum. Pada contoh kalimat (15) konjungsi atau digunakan pada unsur terakhir sebagai pemilih dari teh, kopi, dan air putih. 3) Konjungsi Koordinatif Pertentangan Konjungsi koordinatif yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan kedudukan setara dan bermakna pertentangan. Anggota konjungsi ini adalah tetapi, sedangkan dan sebaliknya. Anggota konjungsi ini menyatakan gabungan mempertentangkan dalam sebuah kalimat. Konjungsi tetapi memiliki fungsi untuk menyatakan sesuatu yang bersifat menentang atau menyanggah (Chaer, 1988: ). Kaidah penggunaan konjungsi ini sebagai berikut: (i) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada suatu identitas yang sama, tetapi predikatnya berupa dua buah kata sifat yang berkontras. Berikut adalah contoh penggunaan konjungsi tetapi: (16) Rumah itu besar dan indah tetapi halamannya sempit Pada kalimat (16) konjungsi tetapi berfungsi sebagai penghubung dua klausa yang subjeknya sama yaitu rumah, tetapi predikatnya berupa kata-kata sifat yang bertentangan, yaitu besar dan indah dengan sempit.

13 19 (ii) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah kata sifat yang berkontras/sejajar. Contohnya adalah sebagai berikut: (17) Dia memang bodoh tetapi rajin (18) Herlambang cerdas tetapi nakal Pada kalimat (17) konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan kata bodoh dan rajin, konjungsi tetapi memiliki makna perlawanan. Pada kalimat (18) penggunaan konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan kata cerdas dan nakal, konjungsi tetapi ini memiliki makna pertentangan. (iii) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa, namun klausa pertama berisi pernyataan, dan klausa kedua berisi pengingkaran kata tidak, seperti pada contoh berikut. (19) Di luar rumah sangat gelap sekali tetapi tidak memiliki penerangan (20) Zahra ingin melanjutkan SMP tetapi tidak memiliki biaya Kalimat (19) dan (20) menggunakan konjungsi tetapi untuk menghubungkan dua klausa yang berisi pernyataan dan pengingkaran. Pada kalimat (19) konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan klausa 1, yaitu diluar rumah gelap sekali dan klausa ke-2 yang berisi pengingkaran, yaitu tidak memiliki penerangan. Pada kalimat (20) konjungsi tetapi menghubungkan klausa 1, yaitu Zahra ingin melanjutkan SMP dan klausa ke-2 yang berisi pengingkaran, yaitu tidak memiliki biaya. (iv) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada suatu identitas yang memiliki predikat yang berbeda, yang berupa dua buah kata sifat yang berlawanan, seperti pada contoh berikut. (21) Dirumah pak Mukodir sangat panas tetapi dirumahku sangat dingin (22) Najlaa sangat rajin tetapi adiknya kurang rajin. Kalimat (21) dan (22) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi tetapi untuk menghubungkan dua klausa yang subjeknya merujuk kepada predikat yang berupa

14 20 kata sifat yang berlawanan. Pada kalimat (21) konjungsi tetapi berfungsi menghubungkan klausa 1 dengan klausa 2, tetapi klausa 2 yang dihubungkan sangat kontras. Pada contoh kalimat (22) konjungsi tetapi berfungsi menghubungkan klausa 1 yaitu Najlaa sangat rajin dan kluasa 2, yaitu adiknya kurang rajin. Namun dalam penggunaan, perlu diperhatikan bahwa konjungsi tetapi juga dapat digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Seperti pada contoh data berikut. (23) Saya ingin melanjutkan bekerja di luar negeri. Tetapi orang tua saya tidak mengizinkan Pada kalimat (23) konjungsi tetapi memiliki fungsi menghubungkan dua kalimat atau konjungsi tetapi sebagai konjungsi antarkalimat. 4) Konjungsi Koordinatif Penjelas Konjungsi koordinatif penjelas digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat. Bagian kalimat yang satu merupakan penjelas untuk bagian kalimat sebelumnya. Anggota konjungsi ini adalah kata-kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni. Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat di mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian kedua. Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi adalah. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi koordinatif yang menyatakan penjelas. (24) Bis adalah kendaraan umum yang dapat mengangkut banyak penumpang (25) Yang kami butuhkan adalah kertas, gunting, perekat, dan cat (26) Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Sukarno dimakamkan di Blitar Pada kalimat (24) konjungsi adalah di antara dua buah unsur kalimat yang sama maknanya. Pada contoh kalimat (25) konjungsi adalah digunakan pada awal suatu

15 21 perincian. Pada kalimat (26) konjungsi yaitu digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang maujudnya sama. 5) Konjungsi Koordinatif Urutan Kejadian Konjungsi yang menyatakan urutan waktu digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian. Anggota konjungsi ini lalu, kemudian, dan selanjutnya. Anggota konjungsi tersebut berfungsi menggabungkan-mengurutkan dan digunakan di antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk setara. Contoh penggunaan konjungsi tersebut sebagai berikut. (27) Dipetiknya bunga itu, lalu diberikannya kepadaku. (28) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk, kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan apa maksud kedatangan kami. Pada kalimat (27) konjungsi lalu digunakan di antara klausa dipetiknya bunga itu dengan diberikannya kepadaku berdasarkan urutan yang lebih dulu dan mana yang kemudian. Pada kalimat (28) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri dari sejumlah klausa setara yang berisi urutan kejadian. Dengan begitu konjungsi lalu, kemudian, selanjutnya merupakan konjungsi yang berfungsi menggabungkan setelah itu dapat mengurutkan. 6) Konjungsi Koordinatif Pembetulan Konjungsi koordinatif pembetulan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa untuk menyatakan pembetulan atau koreksi terhadap hal yang disebutkan pada

16 22 klausa pertama. Anggota konjungsi ini adalah kata melainkan. Konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama berisi pernyataan yang disertai adverbial bukan; klausa kedua berisi ralat atau pembetulan terhadap klausa pertama, seperti pada contoh berikut ini. (29) Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan mau menuntut hak kami (30) Rekening koruptor itu bukan 33 miliar, melainkan 340 miliar Pada contoh kalimat (29) peggunaan konjungsi melainkan menghubungkan klausa ke- 1 yaitu kami bukan mau menentag pemerintah dan pada klausa ke-2 sebagai bentuk pembetulan dari klausa ke-1, yaitu mau menuntut hak kami. Kalimat (30) konjungsi melainkan menghubungkan klausa ke-1 yaitu rekening koruptor itu bukan 33 miliar dan klausa ke-2 sebagai pembetul dari klausa pertama yaitu 340 miliar. 7) Konjungsi Koordinatif Pembatasan Konjungsi koordinatif pembatasan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa; klausa pertama menyatakan suatu tindakan atau keadaan, dan klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama itu. Anggota konjungsi ini adalah kata kecuali dan hanya. Konjungsi kecuali digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan; klausa kedua menyatakan pembatasan atau perkecualian. Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal; klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama. Selain konjungsi, kata hanya lazim juga digunakan sebagai adverbial yang menyatakan pembatasan. Sebagai adverbial hanya bisa membatasi semua unsur kalimat. Contoh penggunaan konjungsi kecuali dan hanya terlihat pada kalimat sebagai berikut.

17 23 (31) Untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban kecuali tuan Ali yang kaya raya itu. (32) Soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik hanya nomor tujuh yang kubuat asal jadi saja. Pada kalimat (31) konjungsi kecuali digunakan di antara dua buah klausa, klausa pertama untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban dan klausa kedua Tuan Ali yang kaya raya itu. Konjungsi kecuali membatasi klausa pertama. Pada kalimat (32) konjungsi hanya digunakan di antara dua buah klausa yaitu klausa pertama soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik dengan klausa kedua nomor tujuh yang kubuat asal jadi saja. Pada kalimat tersebut konjungsi hanya berfungsi sebagai pembatas klausa pertama. b. Konjungsi Subordinatif Konjungsi subordiantif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan induk, sedangkan yang lainnya anak kalimat. Induk kalimat dapat berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat harus disandingkan dengan induk kalimat karena tidak dapat berdiri sendiri. Jika dilihat dari makna hubungan ini, konjungsi subordinatif dapat dibedakan atas kelompok kecil yang menyatakan hubungan sebab, syarat, tujuan, kesewaktuan, penyungguhan, perbandingan, batas akhir, dan pengandaian. 1) Konjungsi Subordinatif Sebab Konjungsi subordinatif sebab, yaitu konjungsi yang berfungsi untuk menggabungkan dua bagian kalimat yang didalamnya terdapat makna penyebaban

18 24 (Chaer, 2011: 104). Konjungsi subordinatif sebab menyatakan semua hal yang menimbulkan terjadinya sesuatu. Konjungsi subordinatif sebab ini dapat memberikan keterangan mengenai sebab terjadinya sesuatu dalam suatu kalimat. Penggunaan konjungsi subordinatif sebab ini dapat menjadi penguat bagi keterangan mengenai sesuatu yang terjadi. Anggota konjungsi subordinatif yang menyatakan sebab adalah karena, sebab, dan lantaran. Berikut contoh penggunaan konjungsi subordinatif yang menyatakan sebab. (33) Kemenangan itu harus dibayar mahal karena juru tembaknya terkena kartu merah. (34) Jenggotnya panjang tak karuan sebab tak dicukur selama 2 bulan. Pada contoh kalimat (33) konjungsi karena berfungsi menyatakan sebab dari suatu hal, yakni kemenangan itu harus dibayar mahal, sebab juru tembaknya terkena kartu merah. Pada contoh kalimat (34) digunakan konjungsi sebab yang memiliki makna penyebab. Konjungsi sebab dapat menggantikan konjungsi karena. Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan konjungsi sebab ini, yaitu konjungsi sebab tidak ditempatkan pada awal kalimat. Kata sebab yang berkategori konjungsi berhomonim dengan kata sebab yang berkategori nomina, sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual menyebabkan dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab), tetapi tidak ada bentuk mengkarenakan atau dikarenakan karena tidak ada kata karena yang berkategori nomina. 2) Konjungsi Subordinatif Syarat Menurut Chaer (2011:105), konjungsi subordinatif syarat yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat. Konjungsi ini biasanya digunakan untuk menyatakan suatu syarat didalam suatu kalimat. Hubungan syarat ini

19 25 akan terjadi apabila salah satu klausa menyatakan syarat agar peristiwa, tindakan, atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa lain dapat dilaksanakan. Anggota konjungsi subordinatif syarat seperti kata jika, jikalau, kalau, asal (kan), bila, manakala. Adapun beberapa contoh kalimat yang menyatakan suatu syarat atau ketetntuan sebagai berikut: (35) Semua logam akan meleleh jika dipanaskan (36) Ini hanya dilakukan dalam keadaaan darurat kalau memang mendesak. (37) Pak Toyo akan membelikan Kaswin baju baru asalkan dia bekerja dengan giat Pada contoh kalimat (35) konjungsi jika menandai makna syarat bagi peristiwa logam meleleh, syaratnya adalah dipanaskan. Konjungsi kala pada kalimat (36) menyatakan makna syarat bagi dilakukannya tindakan, syaratnya adalah keadaan mendesak. Begitu juga pada kalimat (37) konjungsi asalkan menyatakan syarat, yaitu Kaswin bekerja dengan giat, bagi tindakan pak Toyo membelikan Kaswin baju baru. 3) Konjungsi Subordinatif Tujuan Konjungsi subordinatif tujuan yaitu konjugsi yang digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan yang dinyatakan didalam induk kalimat (Chaer, 2011:106). Subordinatif yang bermakna tujuan digunakan apabila klausa yang satu menyatakan maksud bagi klausa lainnya. Anggota konjungsi subordinatif tujuan adalah kata agar, supaya, biar. Contoh kalimat yang menggunakan konjungsi subordinatif tujuan adalah sebagai berikut. (38) Desti sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana. (39) Amrul selalu mencoba resep masakan baru supayaia dapat lebih mahir memasak.

20 26 Contoh kalimat (38) penggunaan konjungsi agar menyatakan maksud memberitahukan atau menyampaikan tujuan bahwa Desti mencoba untuk tinggal di kota kecil. Tujuannya, yaitu agar dia dapat mengetahui kehidupan disana. Kedua klausa tersebut dihubungkan dengan konjungsi agar yang menyatakan hubungan tujuan. Pada kalimat (39) konjungsi supaya menyatakan tujuan Amrul selalu mencoba resep masakan baru, yakni dapat lebih mahir memasak. Pada contoh kalimat (38) dan (39) konjungsi subordinatif ini memiliki makna memberi maksud atau tujuan yang akan disampaikan kepada pembaca. 4) Konjungsi Subordinatif Waktu Konjungsi subordinatif waktu yaitu konjungsi yang menyatakan kesewaktuan. Menurut Chaer, (2011: 109) konjungsi subordinatif waktu yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang menyatakan bahwa perbuatan pada klausa yang satu akan terjadi dalam waktu yang disebutkan oleh klausa kedua. Konjungsi subordinatif waktu ini lebih berfokus pada suatu peristiwa atau kejadian. Anggota konjungsi subordinatif waktu seperti kata sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu seraya, selama, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seuasai, hingga sampai. Hubungan waktu itu dapat dibedakan lagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok yang membedakan hubungan waktu tersebut yaitu, waktu batas permulaan, konjungsi yang digunakan yaitu sejak dan sedari. Waktu bersamaan, konjungsi yang dipakaiantara lain: (se) waktu, ketika, seraya, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama. Waktu berurutan, konjungsi yang bisa dipakai adalah sebelum, sesudah, setelah, sesuai, begitu dan sehabis. Waktu batas akhir, konjungsi yang dipakai adalah sampai dan sehingga.

21 27 (40) Peri selalu tertarik pada roda yang berputar sejak ia mulai belajar merangkak. (41) Beberapa orang beriring-iringan melewati depan rumah kami sementara hujan turun lebat dimalam hari yang sepi dan pekat itu. (42) Gotong royong itu berjalan dengan lancer sampai kami menyelesaikan sekolah Kalimat (40), (41), dan (42) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi subordinatif waktu yang menggunakan konjungsi sejak, sementara, dan sampai. Konjungsi-konjungsi tersebut termasuk konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu, karena menyatakan makna kewaktuan atau berkaitan dengan waktu. Pada contoh kalimat (40) klausa ia mulai belajar merangkak merupakan batas awal permulaan peri tertarik pada roda yang berputar. Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi sejak untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan. Pada kalimat (41) klausa hujan turun lebat dimalah hari yang sepi dan pekat terjadi pada waktu yang bersamaan dengan peristiwa yang dinyatakan klausa pertama, yakni beberapa orang beriringan melewati depan rumah kami. Kedua klausa dihubungkan untuk menyatakan waktu bersamaan. Pada contoh kalimat (40) kluasa kami menyelesaikan sekolah merupakan klausa yang dihubungkan dengan konjungsi sampai yang menyatakan waktu batas akhir. Klausa tersebut menyatakan kewaktuan karena memiliki konjungsi yang bermakna waktu. 5) Konjungsi Subordinatif Penyungguhan Konjungsi subordinatif penyungguhan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan penyungguhan. Penyungguhan itu sendiri suatu tindakan meskipun itu bertentangan dengan tindakan lain (Chaer, 2011:111). Penggunaan konjungsi subordinatif penyungguhan ini menyatakan makna berlawanan

22 28 pada suatu kalimat. Kebalikan atau perlawanan ini digunakan untuk membersihkan suatu alasan mengenai keadaan atau kondisi. Anggota konjungsi ini adalah meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun. Berikut adalah contoh penggunaan konjungsi subordinatif yang bermakna penyungguhan. (43) Hatinya sangat hancur meskipun dia tidak pernah menangis di hadapanku (44) Dia akan pergi sekalipun kami mencoba menahannya. Pada contoh kalimat (43) konjungsi meskipun digunakan untuk suatu alasan mengenai keadaan atau kondisi yang dilakukan oleh kluasa ke-1, yaitu hatinya sangat hancur dan klausa ke-2, yaitu dia tidak pernah menangis di hadapanku dan klausa tersebut saling bertentangan. Pada contoh (44) konjungsi sekalipun menyatakan alasan mengenai keaadan atau kondisi pada konjungsi ke-1, yaitu dia akan pergi, konjungsi sekalipun dapat digunakan menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan semantik. 6) Konjungsi Subordinatif Perbandingan Konjungsi subordinatif perbandingan ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau mirip dengan peristiwa yang dinyatakan pada klausa kedua (Chaer, 2011: 112). Konjungsi subordinatif perbandingan ini memiliki maksud yaitu membandingkan persamaan di antara dua klausa. Anggota konjungsi ini adalah seperti, sebagai, bagai, laksana dan seumpama. Berikut adalah contoh penerapan konjungsi yang bermakna perbandingan. (45) Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan (46) Gaduhnya dan ramainya mereke bukan kepalang bagai anak ayam kehilangan induk

23 29 Pada contoh kalimat (45) konjungsi seperti digunakan menghubungkan dua bagian kalinat yang menyatakan perbuatan, yaitu dimakanannya nasi itu dengan lahap sedangkan peristiwa pertama, yaitu layaknya orang tiga hari belum makan. Dalam contoh kalimat (46) konjungsi bagai bermakna perbandingan membandingkan persamaan antara klausa pertama, yaitu gaduhnya dan ramainya mereka bukan kepalang dengan kalusa kedua, yaitu anak ayam kehilangan induk, pada klausa pertama dan kedua terjadi peristiwa yang mirip. 7) Konjungsi Subordinatif Pengandaian Konjungsi subordinatif pengandaian merupakan konjungsi yang menghubungkan dua bagian kalimat untuk menyatakan suatu peristiwa, hal, bahkan tindakan yang dinyatakan kalimat klausa utama (induk kalimat) akan terjadi apabila peristiwa, hal, atau tindakan pada klausa bawahan (anak kalimat) terjadi (Chaer, 2011:114). Konjungsi subordinatif pengandaian ini berfungsi sebagai pernyataan yang berisi suatu keinginan atau angan-angan. Anggota konjungsi ini adalah andaikata, seandainya, dan andaikan. Adapun contoh pengguanaan kalimat berkonjungsi subordinatif pengandaian, sebagai berikut: (47) Saya akan membelikan kamu sebuah mobil baru andaikata saya mendapat lotere 100 juta (48) Saya akan berjuang menurunkan harga sembako seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif Pada contoh kalimat (47) penggunaan konjungsi andaikata memiliki makna pengandaian. Contoh kalimat (48) menggunakana konjungsi seandainya yang juga memiliki makna pengandaian. Pada kalimat (47) dan (48) menggunakan konjungsi subordinatif pengandaian yang mana konjungsi tersebut adalah kata yang bersifat mengandai-andai.

24 30 c. Konjungsi Korelatif Menurut Chaer (2011: ) konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama. Konjungsi yang bersifat korelatif maksudnya konjungsi-konjungsi tersebut harus hadir berpasangan atau berkolerasi dengan kata yang menjadi pasangannya. Dua bagian dalam konjungsi itu tidak dapat dipisahkan agar membentuk satu kesatuan makna yang utuh, misalnya konjungsi baik selalu disandingkan dengan maupun. Bentuk-bentuk korelatif yang berpasangan tersebut cenderung bersifat standar, baku, dan idiomatis. Maka, bentuk pasangan korelatif sama sekali tidak dapat diubah atau dimodifikasi. Chaer ( ) menjelaskan bahwa anggota konjungsi korelatif ini terdiri atas antara dan; baik maupun; entah entah; jangankan pun; tidak hanya tetapi juga; bukan hanya melainkan juga; demikian sehingga, dan sedemikian rupa sehingga. Berikut contoh penggunaan konjungsi korelatif. (49) Tidak hanya pedagang tetapi juga pejabat memang ada kerjasama dalam mengeruk keuntungan pribadi (50) Baik pejabat eksekutif maupun pejabat legislative dan judikatif banyak yang terlibat dalam tidak pidana korupsi Kalimat (49) dan (50) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi korelatif yang lebih dari satu kata dalam kalimat. Pada kalimat (49) bagian kalimat yang dihubungkan adalah pedagang dan pejabat, konjungsi peghubungnya adalah kata tidak hanya dan kata tetapi juga yang digunakan secara bersamaan. Begitu juga pada contoh kalimat (50) konjungsi korelatif baik dan maupun menghubungkan frasa pejabat eksekutif dengan pejabat legistaltive dan judikatif yang digunakan dalam satu kalimat secara bersamaaan.

25 31 2. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat, bukan klausa dengan klausa (Chaer, 2011: 126). Chaer menegaskan bahwa konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Oleh karena itu, konjungsi semacam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Dilihat dari makna penghubungnya, konjungsi antarkalimat ini dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok kecil yaitu konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan, dan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan. a. Konjungsi Antarkalimat Kesimpulan Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan ini menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau kejadian, dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya (Chaer, 2011:126). Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu, kalau begitu, oleh karena itulah, begitu, dengan demikian, dan itulah sebabnya. Berikut ini adalah contoh konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan. (51) Dua bulan lalu Anda meminjami uang saya RP ;-; tiga minggu lalu Anda meminjami lagi Rp ,-; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp ,-. Jadi, utang anda semua berjumlah Rp ,- (52) Ahmad, teman kami sekalas, memang sangat nakal. Selain sering bolos, dia juga membuat kegaduhan di kelas, sering mengejek dengan kata-kata kasar. Oleh karena itu, dia sering dimarahi guru. Pada contoh kalimat (51) konjungsi jadi menyatakan bahwa kalimat di belakangnya merupakan kesimpulan dari kalimat pertama. Pada contoh (52) konjungsi oleh karena

26 32 itu menghubungkan kalimat kesimpulan dengan kalimat sebelumnya. Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan dapat pula ditafsirkan sebagai kesimpulan sebab, kesimpulan akibat, kesimpulan jumlah, dan kesimpulan lain. b. Konjungsi Antarkalimat Pertentangan Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat yang pertama menyatakan suatu keadaan, suatu peristiwa, atau suatu tindakan; dan kalimat yang kedua menyatakan kebalikan atau pertentangan dari kalimat pertama. (Chaer, 2011: 127). Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan hampir sama dengan konjungsi koordinatif pertentangan. Perbedaaanya adalah konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan ini merupakan konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, sedangkan konjungsi koordinatif pertentangan intrakalimat digunakan untuk menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat yang lainnya, dan bagian-bagian kalimatnya itu terdapat dalam satu kalimat. Anggota konjungsi ini adalah namun, namun demikian, namun begitu, akan tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begittu, walaupun demikian, walaupun begitu, dan biarpun begitu. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan. (53) Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyeronot masuk jalur khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa. (54) Dengan galak dan bersuara keras seorang polantas memarahi beberapa pengendara sepeda motor yang memasuki jalur busway. Akan tetapi, dia diam saja ketika seorang prajurit TNI melaju dengan sepeda motornya di jalur busway itu. Pada contoh (53) dan (54) konjungsi namun dan konjungsi akan tetapi digunakan untuk menyatakan hubungan-hubungan antara kalimat pertama dengan kalimat kedua.

27 33 Konjungsi namun adalah konjungsi antarkalimat. Jadi, jangan digunakan sebagai konjungsi intrakalimat. Untuk konjungsi intrakalimat yang mempertentangkan haruslah digunakan kata tetapi. c. Konjungsi Antarkalimat Penambahan Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu keadaan, peristiwa, atau tindakan; dan kalimat kedua menambahkan isi kalimat pertama (Chaer, 2011: 128). Jadi konjungsi ini menyatakan adanya hal lain dari yang telah disampaikan sebelumnya. Anggota konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan ini adalah tambahan pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu, malahan, tetapi juga, dan kecuali. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan. (55) Sungguhpun nasib para korban ledakan tabung gas 3 kg; rumah hancur; seluruh tubuh luka terbakar. Tambahan pula perhatian dari pemerintah hamper tidak ada (56) PLN menaikan Tarif Dasar Listrik (TDI) dan jasa marga menaikan tariff jalan Tol. Begitu pula yang dilakukan para pedagang di pasar. (57) Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya bukan perkara mudah. Buktinya, banyak perkara korupsi yang mengendap lama dikajaksaan, atau di kepolisia. Malahan, banyak pula tersangka koruptor yang divonis bebas oleh pengadilan dengan alasan tidak cukup bukti. Pada contoh (55) konjungsi tambahan pula digunakan sebagai penghubung dua buah kalimat, kalimat pertama menyatakan suatu keadaan, kalimat kedua menambahkan isi kalimat pertama. Pada contoh (56) konjungsi begitu pula menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan bahwa PLN menaikan tarif dasar listrik, kalimat keduamenambahkan isi kalimat pertama. Contoh (57) konjungsi malahan menghubungkan kalimat kedua yang menyatakan keadaan dalam pemberantasan korupsi dengan kalimat ketiga yang menambahkan informasi tentang keadaan pemberantasan korupsi.

28 34 d. Konjungsi Antarkalimat Penegasan Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan adanya suatu keadaan atau tindakan; dan kalimat kedua menyatakan penegasan terhadap keadaan atau tindakan yang ada pada kalimat pertama (Chaer, 2011: 130). Anggota konjungsi ini adalah kata-kata lagipula, apalagi, dan bahkan. Berikut ini adalah beberapa contoh konjungsi yang menyatakan penegasan. (58) Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus hari masih pagi. Lagipula, bukankah jam perta hari ini tidak ada kuliah? (59) Buka puasa dengan semangkuk kolak pisang rasnaya nikmat sekali. Apalagi, kalau disantap dengan secangkir kopi pahit (60) Bang jali terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu. Bahkan untuk makan pun dia selalu mencari masakan yang paling murah. Pada contoh (58), (59), dan (60) berisi kalimat-kalimat yang menyatakan penegasan. Pada contoh (58) kalimat pertama menyatakan kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus hari masih pagi. ditegaskan dengan kalimat kedua, yaitu bukankah jam perta hari ini tidak ada kuliah. Pada contoh (59) konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat yang menegaskan kalimat pertama yaitu, kalau disantap dengan secangkir kopi pahit. Contoh kalimat (60) konjungsi bahkan digunakan untuk menegaskan pernyataan bang jali terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu. e. Konjungsi Antarkalimat Urutan Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kelanjutan peristiwa digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Konjungsi ini menyatakan secara runtut urutan beberapa kejadian. Konjungsi ini digunakan pada awal kalimat kedua untuk menyatakan kejadian atau peristiwa lain dalam urutan waktu tertentu setelah kejadian

29 35 yang dinyatakan kalimat pertama (Chaer, 2011: 129). Anggota konjungsi ini adalah setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian daripada itu, dan dalam waktu yang bersamaan. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan konjungsi yang menyatakan urutan kejadian. (61) Para saksi diminta maju ke muka. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas masing-masing (62) Kobaran api membumbung tinggi di tempat kejadian. Sebelum itu terdengar beberapa kali suara ledakan keras. (63) Dari rumah mula-mula kami berjalan kaki ke jalan raya. Lalu, kami menumpang angkot ke terminal bus Damri ke Bandara Sukarno Hatta Pada contoh (61), (62), dan (63) berisi kalimat-kalimat yang menyatakan kelanjutan peristiwa dan dihubungkan oleh konjungsi yang menyatakan kelanjutan. Pada contoh (61) kalimat pertama menyatakan saksi diminta maju ke muka. Peristiwa selanjutnya dalam urutan tertentu dinyatakan pada kalimat kedua, satu persatu ditanyanama dan idendtitas masing-masing. Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi setelah itu. Pada contoh (62) konjungsi sebelum itu digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat yang menjelaskan urutan atau mengurutkan kejadian kebakaran. Contoh kalimat (63) konjungsi lalu digunakan untuk mengurutkan penjelasan mengenai peristiwa perjalanan. E. Kerangka Berpikir Kegiatan menulis merupakan salah satu bentuk perbuatan melibatkan unsur kebahasaan, yaitu kode dan pesan. Untuk membentuk sebuah kalimat yang baik agar pesan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh pembaca, maka diperlukan keterkaitan dan kepaduan antara unsur kebhasaan yang terkandung didalamnya. Dengan demikian penggunaan konjungsi mempunyai fungsi penting dalam pembentukan kalimat. Peneliti mencoba mengkaji penggunaan konjungsi dalam rubrik Nasioanal dan Hukum pada koran Suara Merdeka edisi September Peneliti

30 36 akan membahas bagaimana penggunaan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat yang terdapat dalam rubrik Nasional dan Hukum pada koran Suara Merdeka edisi September Selain itu peneliti juga akan membahas menganai hubungan makna yang ada pada konjungsi yang dibawanya. Penggunaan Konjungsi dalam Rubrik Nasional dan Hukum pada Koran Suara Merdeka Edisi September 2016 Klausa Kalimat Konjungsi Pengertian Konjungsi Klasifikasi Konjungsi Konjungsi Intrakalimat Konjungsi Antarkalimat Koordinatif Penambahan Pemilihan Pertentangan Penjelas Urutan kejadian Pembetulan Pembatasan Subordinatif Sebab Syarat Tujuan Waktu Penyungguhan Perbandingan Pengandaian Korelatif Kesimpulan Pertentangan Penambahan Penegasan Urutan

Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat. Anggota konjungsi ini adalah (karena, sebab, gara-gara, dan lantaran)

Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat. Anggota konjungsi ini adalah (karena, sebab, gara-gara, dan lantaran) Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat A. Konjungsi Subordinatif 1) Menyatakan sebab Anggota konjungsi ini adalah (karena, sebab, gara-gara, dan lantaran) a. Konjungsi karena Konjungsi ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah dilakukan oleh peneliti bahasa. Konjungsi sebagai bagian dari ilmu kebahasaan sudah tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata yang oleh 13 BAB II LANDASAN TEORI Segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata atau menjadi subgolongan jenisjenis kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI 1. Pengertian Verba 2. Verba Dasar 3. Verba Turunan 4. Verba Majemuk VERBA . Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG Mutoharoh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN 2016/2017

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN 2016/2017 PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini menunjukkan bahwa, masih sering

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 1. (1).Aku sudah selesai belajar. (2).Besok aku siap pulang (3).Karena ingin mendapat nilai yang baik,aku lebih Lama belajar dan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF SATUAN BAHASA TERKECIL YG MERUPAKAN KESATUAN PIKIRAN. KALIMAT DIAWALI DAN DIAKHIRI DG KESENYAPAN (LISAN) KALIMAT DIAWALI DENGAN HURUF KAPITAL DAN DIAKHIRI DENGAN TANDA

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1. Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 Oleh Esi Pitriani 1 Siti Samhati 2 Eka Sofia Agustina 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Email: Esi.pitriany@gmail.com

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. rapi dan rasional akan membuat sebuah wacana lebih mudah pahami. Kalimat

II. LANDASAN TEORI. rapi dan rasional akan membuat sebuah wacana lebih mudah pahami. Kalimat 6 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kalimat Kalimat merupakan unsur terpenting dalam sebuah wacana. kalimat yang tersusun rapi dan rasional akan membuat sebuah wacana lebih mudah pahami. Kalimat adalah

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai kebutuhan utama yang harus dipelajari dan dikembangkan karena bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Chaer (2009: 3) berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Anwar, dkk. (2009:

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

KONJUNGSI. Karina Jayanti

KONJUNGSI. Karina Jayanti KONJUNGSI Karina Jayanti Konjungsi Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragraf atau lebih. 1.Konjungsi antar klausa 2.Konjungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam. SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9 1. Imbuhan ber dengan makna menggunakan terdapat dalam kalimat Makanan itu beracun. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh

PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh Z. Soraya Ayu P. S. Wini Tarmini Iqbal Hilal Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Rika Kustina 1 ABSTRAK

Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Rika Kustina 1 ABSTRAK Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia Rika Kustina 1 ABSTRAK Penelitian ini merupakan suatu kajian tentang kemampuan siswa kelas VIII

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penggunaan bahasa Indonesia dikenal empat kegiatan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kegiatan berbahasa ini sangat memerlukan

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun 7 II. LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun yang menentukan satuan kalimat bukannya banyakanya kata yang menjadi unsurnya, melainkan

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah. 1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai alat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013 PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata ABSTRAK Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata Susse Ragi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anita Dahlan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anita Dahlan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan yang dapat dipandang sebagai suatu keterampilan, proses berpikir, kegiatan transformasi dan, sebuah proses. (Resmini, 2010: 221). Kemampuan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menurut Harimurti Kridalaksana (Sumarlam,2009: 11), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap: dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER

THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER 1 THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER Mintari J. E. Sirait 1, Charlina 2, Mangatur Sinaga 3 mintarisirait74@gamil.com, charlinahadi@yahoo.com, mangatur.sinaga83162@gmail.com.

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci