KETAHANAN PANGAN BERPERSPEKTIF GENDER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN PANGAN BERPERSPEKTIF GENDER"

Transkripsi

1 KETAHANAN PANGAN BERPERSPEKTIF GENDER DRS. PURWANTO, SU., M.Phil. (Di Presentasikan dalam Konggres dan Seminar Nasional II: Madura; Perempuan, Budaya dan Perubahan) Tanggal 11 Oktober 2016 di UTM Madura Abstrak World Food Programme (WFT) telah melakukan kampanye besar-besaran guna mengantisipasi secara sistematis kerawanan pangan global (global food insecurity). Gerakan tersebut secara signifikan tidak akan tercapai apabila tidak dimulai dari gerakan yang dilakukan oleh masyarakat. Indonesia sebagai negara agraris sudah selayaknya mulai memobilisasi semua komponen bangsa untuk mengatasi kerawanan pangan melalui sebuah kebijakan yang tepat dan adaptif di tingkat masyarakat. Peran masyarakat dalam perspektif gender sangat signifikan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, karena selama ini penguasaan pangan masih identik dengan peran laki-laki. Aspek gender yang melihat lebih dalam terkait dengan peran perempuan menjadi tolok ukur keberhasilan pemberdayaan dari aspek kelembagaan ketahanan pangan kerena aspek kultur yang selama ini meminggirkan peran perempuan dalam mengakses pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah, (1) mengidentifikasi peran perempuan dalam rangka pemenuhan pangan dari aspek ketersediaan, keterjangkauan, kemerataan, dan keamanan pangan, (2) mengidentifikasi sumberdaya pangan lokal aternatif sebagai penunjang ketahanan pangan yang adaptif terhadap peran perempuan, (3) meningkatkan pemanfaatan sumber pangan lokal sebagai sumber pangan alternatif bagi masyarakat yang adaptif terhadap peran perempuan, dan (4) pembuatan model pemberdayaan perempuan di daerah rawan pangan berbasis potensi sumber daya pangan lokal sebagai upaya menunjang ketahanan pangan. Untuk mendukung tujuan penelitian tersebut dilakukan kajian dengan menggali data melalui kuesioner, FGD dan wawancara. Hasil kajian ini menunjukkan pentingnya rekayasa kelembagaan ketahanan pangan dari dimensi ketersediaan, keterjangkauan, kemerataan, dan keamanan pangan pada tingkat masyarakat (keluarga). Hasil kajian ini merupakan data penting terkait dengan peran perempuan dalam peningkatan ketahanan pangan, pemanfaatan sumber pangan lokal yang adaptif terhadap peran perempuan dan model pemberdayaan perempuan dalam peningkatan ketahanan pangan. Kata kunci: Ketahanan, Pangan, Gender A. PENDAHULUAN Organisasi pangan sedunia (FAO) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai suatu kondisi dimana semua orang, setiap waktu, mempunyai akses fisik, sosial dan ekonomi pada bahan pangan yang aman dan bergizi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh; sesuai dengan kepercayaannya sehingga bisa hidup secara aktif dan sehat. Undang-undang Pangan Indonesia Nomor 7 tahun 1996 mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Definisi tersebut tidak secara jelas menghubungkan antara ketahanan pangan dengan model intervensi dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Bagaimana pemenuhan tersebut apakah lebih mementingkan intervensi dari luar ataukah mengembangkan pemenuhan melalui kekuatan lokal. Indikasi kerawanan pangan dan krisis telah terjadi di banyak negara berkembang di dunia. Prediksi kebutuhan beras pada tahun 2025 secara global akan mencapai 800 juta ton, 161

2 sedangkan tingkat produksi yang sekarang mampu dipenuhi masih dibawah 600 juta ton (Raharjo: 2009). Angka tersebut menunjukan bahwa selama kurun waktu 15 tahun mendatang dunia harus meningkatkan produksi pangan sebesar 200 juta ton. Di Indonesia tanda-tanda kerawanan pangan dan krisis pangan bisa menjadi ancaman serius bila tidak segera diantisipasi. Pembangunan nasional yang bias industri, mengabaikan pengembangan potensi pangan lokal dan pemenuhan kebutuhan warga. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan lokal melalui kemampuan pangan dalam negeri. Hasil Penelitian Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM tahun 2009, menemukan bukti bahwa pengeluaran terbesar untuk bahan makan keluarga terletak pada kebutuhan lauk, bumbu dan sayur. Di daerah pertanian sawah pengeluaran untuk jenis bahan pangan tersebut mencapai 43 %, di daerah produksi sayur mencapai 26 %, di daerah pesisir mencapai 54 % dan di daerah lahan kering mencapai 41 %. Jumlah pengeluaran tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan pengeluaran beras sebagai bahan utama pangan keluarga. Di daerah pertanian pengeluaran beras mencapai 22 %, Di daerah penghasil sayuran mencapai 12 %, di daerah pesisir mencapai 26 % dan di daerah lahan kering mencapai 21 %. Kebutuhan akan lauk pauk, bumbu dan sayur tersebut hanya sedikit saja yang dihasilkan oleh keluarga sendiri dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Hal tersebut terjadi karena tipe pemanfaatan pekarangan yang dilakukan oleh masyarakat masih mengandalkan pada tanaman keras. Pada dasarnya, laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam memilih, mengakses, dan mempunyai kemampuan daya beli yang cukup dalam pengadaan pangan. Dengan demikian ketahanan pangan dapat disebut sebagai hak dan kemampuan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan untuk menentukan dan mengendalikan sistem produksi, sistem distribusi, serta sistem konsumsi pangan. Pada saat belum terpenuhinya hak atas pangan layak, yang menjadi korban adalah kelompok perempuan dan anak perempuan. Masih banyak ditemukan anak perempuan yang menderita kurang gizi, perempuan hamil yang menderita anemia, dan lain-lain. Hal tersebut diperburuk dengan faktor budaya yang melegitimasi budaya patriarki. Studi tentang peran perempuan dalam ketahanan pangan ini, diharapkan bisa meminimalisasi kesenjangan gender dalam ketahanan pangan, sehingga dapat ditemukan faktorfaktor penyebabnya serta langkah-langkah pemecahan masalah secara tepat. Pemberdayaan perempuan dalam rangka menunjang ketahanan pangan keluarga merupakan cara yang tepat untuk mengatasi kerawanan pangan tingkat keluarga yang akan berdampak pada tingkat komunitas, wilayah maupun nasional. B. METODOLOGI Pengumpulan data dalam studi ini dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut: a. Studi pustaka: dilakukan untuk memperkaya dan menyamakan persepsi berkaitan dengan permasalahan pemberdayaan perempuan dalam ketahanan pangan. b. Kuesioner: dilakukan untuk mengumpulkan data pemenuhan kebutuhan pangan berkait dengan ketersediaan, keterjangkauan dan kemerataan, dan keamanan pangan pada tingkat masyarakat berbasis peran. c. Observasi: dilakukan untuk mengumpulkan data potensi sumber pangan lokal. d. Focus Groups Discusion (FGD): dilakukan terhadap kelompok berbeda antara laki-laki dan perempuan untuk menggali persepsi dan peran mereka terhadap kegiatan peningkatan ketahanan pangan dengan penekanan pada pemberdayaan perempuan. Focus Groups Discusion dilakukan dengan panduan pertanyaan yang telah dipersiapkan. e. Wawancara Mendalam: dilakukan menggunakan pedoman wawancara dengan informasi kunci seperti aparat pemerintah dan tokoh masyarakat untuk mendapatkan informasi mendalam tentang ketahanan pangan setempat dan pelibatan peran masyarakat di wilayah tersebut. 162

3 Lokasi kajian akan dilakukan di beberapa wilayah di Jawa dengan mengambil sampel pada daerah-daerah dengan karakteristik lingkungan yang berbeda yaitu: daerah kering-pantai, daerah kering-pegunungan dan daerah kering-sawah. Masing-masing lokasi desa yang menjadi wilayah kajian adalah: Tabel 1. Lokasi Kajian No Kabupaten Spesifikasi Wilayah 1 Gunungkidul Kering Pegunungan 2 Jepara Kering Pantai 3 Kulonprogo Sawah C. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pendapatan Rumah Tangga Di desa yang bertipologi desa kering (Desa Tepus), proporsi pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani cukup menonjol (83%), dibandingkan dengan pendapatan dari usahatani yang hanya mencapai 17% saja. Hal tersebut dapat dipahami ketika melihat kondisi alam di Desa Tepus yang banyak berupa lereng bukit yang kering. Kondisi tersebut menuntut para penduduk menjadikan sekitar ha lahan di Desa Tepus sebagai lahan tegalan atau ladang. Fenomena menarik justru terjadi di desa yang memiliki tipologi sawah (Desa Plumbon). Di desa ini, proporsi pendapatan rumah tangga yang berasal dari usahatani cukup minim, yakni sebesar 22%. Adapun sisanya (78%) justru berasal dari luar usahatani. Meskipun data di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk masih memiliki sawah yang luas, namun sebagian besar dari mereka tidak lagi berusia produktif, sehingga sawah tersebut disewakan kepada orang lain untuk ditanami. Di desa yang memiliki tipologi desa nelayan, proporsi pendapatan rumah tangga dari usahatani nelayan di desa ini (Desa Kedungmalang) lumayan besar, yang mencapai 42%. Adapun proporsi pendapatan yang berasal dari luar usahatani nelayan mencapai 58%. Besarnya proporsi pendapatan yang berasal dari usahatani nelayan ini oleh penduduk desa ini tidak terlepas dari kondisi geografis desa. Desa Kedungmalang sebagai desa nelayan memiliki sumber daya alam ikan laut serta tambak yang cukup berlimpah. Hal tersebut didukung dengan keahlian masyarakat untuk mencari ikan di laut. 3.2 Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rumah tangga masyarakat desa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan dan bahan bukan makanan. Secara normatif, pengeluaran rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan bahan makanan harus diatur secara bijaksana. Dalam pengaturan ini yang banyak berperan adalah ibu rumah tangga. Seorang ibu harus dapat mengelola pendapatan yang terbatas untuk dapat memenuhi seluruh keperluan bahan makanan, yang biasanya untuk memenuhi keperluan dalam jangka waktu selama satu bulan. Berikut ini proporsi pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan berdasarkan tipologi desa. Tabel 2. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga untuk Bahan Makanan Berdasarkan Tipologi Desa Variabel Proporsi Berdasarkan Tipologi Desa Kering Sawah Pantai Beras 19,30% 7,40% 14,60% Lauk-pauk 11,50% 9,20% 13,40% Rokok 8,50% 1,70% 8,40% Ikan 7,50% 6,70% 5,10% Bumbu 6,90% 4,20% 5,40% 163

4 Sayur 6,00% 3,40% 4,10% Minuman 5,60% 3,30% 6,30% Bahan bakar 4,00% 2,70% 2,00% Jumlah 69% 39% 59% Sumber : data primer Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, maka sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan bahan makanan, sehingga persentase pengeluaran untuk bahan makanan akan relatif besar. Dalam hal ini perempuan yang tinggal di daerah dengan kriteria rawan pangan kurang leluasa untuk menyediakan pangan yang sesuai dengan kriteria tahan pangan. Dampak positifnya perempuan di wilayah ini lebih kreatif dalam hal produksi maupun pengolahan pangan. Peningkatan pendapatan rumah tangga menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan lain selain bahan makanan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran bahan bukan makanan. Pengeluaran bahan bukan makanan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi bukan makanan semua anggota keluarga, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th). Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 3. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga untuk Bahan Bukan Makanan Berdasarkan Tipologi Desa No Variabel Proporsi Berdasarkan Tipologi Desa Kering Sawah Pantai 1 Tabungan 5,50% 5,30% 8,10% 2 Kesehatan 4,00% 5,60% 3,40% 3 Penerangan/ bahan bakar 3,50% 3,40% 3,00% 4 Perbaikan rumah 2,60% 16,00% 11,40% 5 Biaya pendidikan 2,60% 15,70% 2,50% 6 Hiburan/ rekreasi 2,40% 2,20% 1,70% 7 Pajak 2,40% 2,90% 0,50% 8 Pakaian 2,10% 1,90% 3,40% 9 Perabot rumah tangga 1,50% 0,80% 0,90% 10 Kegiatan social 1,20% 6,20% 2,80% 11 Perbaikan sarana 0,80% 1,20% 2,60% 12 Lainnya 2,30% 0,30% 0,50% Jumlah 31% 61% 41% Sumber : data primer 3.3 Tingkat Ketahanan Pangan Tingkat ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur dengan besarnya proporsi pengeluaran bahan makanan (pangan) terhadap pengeluaran total. Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah ( 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan. 164

5 Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan rendah berarti kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang tinggi secara ekonomi juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran tinggi dan kurang mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan tinggi berarti lebih dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi. Hasil anailis proporsi tersebut di masing-masing wilayah kajian adalah sebagai berikut: Tabel 4. Proporsi Pengeluaran Pangan Terhadap Pengeluaran Total Berdasarkan Tipologi Desa No Variabel Prosentase Tingkat Ketahanan Pangan 1 Desa Kering Perbukitan 69% Rawan pangan 2 Desa Sawah 39% Tahan pangan 3 Desa Pantai 59% Tahan pangan Sumber : data primer 3.4 Peran Perempuan dalam Pendapatan Keluarga Pendapatan rumahtangga dapat diperoleh dari berbagai aktivitas yang dilakukan, baik oleh perempuan maupun laki-laki dengan cara memanfaatkan sumberdaya alam, keahlian, dan ketrampilan, serta cara mereka dalam mengalokasikan waktu. perempuan mempunyai kontribusi untuk menambah pendapatan rumah tangga yang dirasakan tidak cukup. Peningkatan partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi terjadi karena pertama, adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan pria, serta makin disadarinya perlunya kaum perempuan ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, adanya kemauan perempuan untuk mandiri dalam bidang ekonomi, dalam arti berusaha untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya. Kemungkinan lain yang menyebabkan peningkatan partisipasi perempuan dalam peningkatan pendapatan rumah tangga adalah makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap pekerja perempuan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kontribusi perempuan cukup besar dalam pendapatan keluarga, sebagai berikut: Tabel 6. Peran Perempuan dalam Pendapatan Keluarga No Variabel Tipologi Desa Kering Sawah Pantai 1 Pendapatan bersama dari usahatani 16,9% 21,9% 41,6% 2 Pendapatan suami dari luar usahatani 30,1% 16,8% 12,2% 3 Pendapatan istri dari luar usahatani 15,0% 23,5% 13,8% 4 Pendapatan bersama dari luar 36,4% usahatani 32,9% 28,4% 5 Pemberian dari anak/ keluarga lain 1,5% 4,8% 4,0% Pendapatan Total Keluarga 100% 100% 100% Sumber: Data primer 165

6 3.5 Peran Perempuan dalam Produksi Pangan dan Non Pangan Dari segala aspek yang melingkupinya, peran kaum perempuan di sektor produksi pangan tentu tidak terbantahkan. Dalam usahatani tanaman pangan misalnya, pembagian kerja antara laki-laki dan perermpuan sangat jelas terlihat, sering dikatakan bahwa laki-laki bekerja untuk kegiatan yang banyak menggunakan otot sedangkan perempuan bekerja untuk kegiatan yang memerlukan ketelitian dan kerapihan atau yang banyak memakan waktu. Oleh karena kaum perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi keluarga (peran produktif), maka kaum perermpuan memiliki peran ganda yakni sebagai ibu rumah tangga yang bertanggungjawab atas peran domestik juga berperan didalam kegiatan produktif yang membantu suami mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarga. Wanita dianggap ikut berperan karena selain mengurus pekerjaan rumahtangga seperti mengurus, membimbing, dan mendidik anak-anak yang merupakan tanggung jawab utama seorang ibu, wanita tani juga ikut berperan (membantu suami) dalam proses usahatani padi sawah. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usahatani sawah antara lain menentukan komoditas, menentukan waktu usahatani, menentukan pengadaan faktor produksi, mengatur keuangan usahatani, menjual hasil usahatani, serta beberapa kegiatan bercocok tanam. Hasil kajian menunjukkan bahwa perempuan di desa kering, dsa sawah mapun desa pantai mempunyai peran terbesar (antara 54 % - 70 %) dalam hal mengatur keuangan dan menjual hasil pertanian ataupun perikanan. Disamping itu untuk di desa sawah maupun dea kering perempuan mempunyai peran menentukan komoditas (33 %) dan penanaman (43 %). Di desa yang memiliki tipologi desa sawah, kaum perempuan memiliki peran yang cukup menonjol di seluruh kegiatan berternak, mulai dari penentuan jenis hewan ternak sampai pada penjualan hasil ternak. Hal tersebut ditunjukkan dengan besaran persentase di setiap kegiatan (48-72%), dan hampir menyamai persentase peran laki-laki. Di sisi lain, peran perempuan cukup menonjol dalam pengaturan keuangan (72%) dan penjualan hasil ternak (52%). Peran perempuan yang menonjol di seluruh kegiatan peternakan dapat dipahami dengan beberapa alasan, pertama banyaknya waktu kaum perempuan berada di sekitar rumah yang tidak jauh dari tempat hewan ternak. Kedua, banyaknya aktivitas peternakan yang bersifat detail sehingga perlu ditangani secara detail pula oleh kaum perempuan. Ketiga, banyaknya aktivitas domestik kaum perempuan yang sejalan dengan kegiatan beternak, seperti pemberian pakan, pembersihan kandang, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain. Di semua tipologi desa, baik desa sawah, kering, maupun pantai, kaum perempuan di desa memiliki peran yang cukup signifikan dalam kegiatan usaha dagang. Hal tersebut ditunjukkan dengan besaran persentase di setiap kegiatan (67-100%). Peran perempuan cukup menonjol hampir di semua kegiatan usaha perdagangan, mulai dari penentuan komoditas yang diperdagangkan, pengaturan waktu usaha, pengadaan modal dan bahan baku, pengadaan peralatan, pengadaan tenaga kerja, pengaturan keuangan, sampai pada pengaturan pemasaran. Meskipun peran perempuan cukup menonjol dalam usaha perdagangan, namun realitas di lapangan menunjukkan adanya beberapa aspek yang menjadi kekurangan mereka dalam rangka peningkatan usaha, antara lain kurang berani bersaing (dalam arti pengembangan diri), terlalu fokus pada beberapa hal kecil yang bersifat detail (dengan melupakan tujuan besar), sering emosionil dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat (ketika menjalankan usaha), kurang berani mengambil risiko usaha (cenderung melakukan kegiatan usaha yang aman), kurang agresif, lebih senang bereaksi daripada mengambil inisiatif, dan lebih berorientasi pada tugas dari pada tujuan. 3.6 Perempuan dan Diversifikasi Pangan Wanita mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya konsumsi bahan pangan pada tingkat rumah tangganya mengingat bahwa di tangan wanita atau seorang ibulah bahan pangan direncanakan, diolah dan dipersiapkan sebagai hindangan bagi keluarganya. Besar kecilnya anggaran dalam merencanakan, mengolah, mempersiapkan dan menghidangkan bahan 166

7 pangan juga menjadi dasar bagi seorang wanita (ibu rumah tangga) dalam upaya memperbaiki kualitas pangan yang dikonsumsi oleh keluarganya. Berbagai sumber pangan alternatif non beras, di wilayah penelitian mempunyai relasi yang kuat dengan peran perempuan dalam penyediaan pangan keluarga. Perempuan berperan dari proses produksi, pengolahan dan distribusi pangan alternatif tersebut. Sumber pangan tersebut biasanya tumbuh di pekarangan dekat rumah ataupun pekarangan yang mudah dijangkau dari rumah, oleh karena itu setiap saat perempuan bisa memanfaatkan bahan pangan tersebut sebagai pangan pengganti ataupun substitusi pangan utama yaitu beras. Beberapa jenis makanan alternatif tersebut bukan makanan komersial, artinya pangan tersebut lebih banyak digunakan oleh keluarga sebagai cadangan pangan. Jenis tanaman yang banyak ditanam oleh masyarakat adalah pisang, ketela, jagung, ubi jalar dan sukun. Sedangkan tanaman lain yang ditanam oleh masyarakat, tetapi dengan jumlah sedikit adalah talas, ganyong, garut, juwawut, dan siwalan. Tanaman tersebut, selain jagung dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga. Di samping menanam tanaman yang menghasilkan karbohidrat, masyarakat juga menanam tanaman yang menghasilkan vitamin seperti buah dan sayur. Hasil wawancara masyarakat menunjukkan bahwa, masyarakat sudah semakin sedikit menanam tanaman sayuran dan buah-buahan di pekarangan sendiri. Mereka lebih banyak mengusahakan buah dan sayur dari membeli di pasar atau pada pedagang eceran yang setiap hari berkeliling kampung. Tanaman sayur yang masih di tanam oleh warga adalah daun ketela, daun pepaya dan daun melinjo (so). Selain sayur tersebut, seperti bayam, sawi, kol, kacang panjang, kangkung dan lain-lain masyarakat membeli di pasar atau pedagang keliling. Sedangkan buah yang masih ditanam dengan intensitas sedikit adalah manggga, papaya, rambutan. Pada musim-musim tertentu masyarakat memanfaatkan buah tersebut untuk konsumsi sendiri. D. KESIMPULAN Untuk menjamin keberlangsungan ketahanan pangan di Indonesia, maka segenap komponen bangsa harus digerakkan untuk menjaga ketahanan pangan tersebut. Keterlibatan perempuan dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi, dari kajian ini tidak terbantahkan lagi. Dari sisi produksi, perempuan bersama dengan laki-laki secara bersama bekerja untuk mengolah lahan, menanam, merawat tanaman, memanen. Disamping itu juga perempuan berperan besar dalam diversifikasi tanaman dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam bahan makanan non beras. Dari sisi distribusi perempuan berperan dalam penjualan hasil pertanian maupun hasil perikanan. Sedangkan dari sisi konsumsi perempuan berberan sangat signifikan terutama dalam mengolah makanan baik yang bersumber dari beras ataupun non beras. Perempuan mempunyai peranan penting untuk tetap menjaga kualitas bahan makanan, model sajian dan ketersediaan sajian setiap harinya di dalam keluarga. Berbicara ketahanan pangan terutama ketahanan pangan pada tingkat mikro (keluarga dan individu), peran perempuan sangatlah menentukan. Oleh karena itu setiap akses kebijakan, pengambilan keputusan kebijakan pangan, keterlibatan perempuan dalam pelatihan pangan harus semakin ditingkatkan oleh semua stake holder penentu kebijakan pangan di negeri ini. Jadikan perempuan sebagai subyek pangan untuk menjaga keberlangsungan ketahanan pangan. DAFTAR PUSTAKA Dillon, H.S., 1999, Pertanian Membangun Bangsa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Fakultas Teknologi Pertanian, 2003, Penyusunan Model Ketahanan Pangan pada KegiatanPeningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat Kabupaten Tegal (laporan akhir), Fak. Teknologi Pertanian, UGM, Yogyakarta 167

8 Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, 2005, Penelitian Pemodelan Desa Mandiri Pangan Provinsi Jawa Tengah (laporan akhir), Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, Yogyakarta, 2009, Ketahanan Pangan di Berbagai Tipologi Area Provinsi DIY (laporan akhir), Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, Yogyakarta Pusat Studi Wanita UGM, 2010, Pengentasan Kemiskinan Melalui Kearifan Lokal yang Berperspektif Gender di Daerah rawan Bencana, Pusat Studi Wanita UGM, Yogyakarta Raharjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Gadja Mada Perss, Yogyakarta Subejo, 2009, Kedaulatan Pertanian dan Pangan: Potensi Sumberdaya dan Ancaman Global Pembangunan Pertanian di Indonesia, Makalah Seminar Lustrum ke 2 MM Agribisnis UGM, Yogyakarta Suryana, Ahmad, 2001, Kapita Selekta Ketahanan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Jakarta Usman, Sunyoto, 2004, Politik Pangan, Cired, Yogyakarta Wahono, Francis, 2008, Runtuhnya Kedaulatan Pangan dan Rapuhnya Ketahanan Bangsa, Majalah Basis NI 15-08, hal 13-15, Yogyakarta Internet Milis Ekonomi Nasional, 12 Juni

MODEL KETAHANAN PANGAN BERPERSPEKTIF GENDER

MODEL KETAHANAN PANGAN BERPERSPEKTIF GENDER Dimensi, 2016, Vol 9(2): 93-101 MODEL KETAHANAN PANGAN BERPERSPEKTIF GENDER Poerwanto, Muhamad Supraja, Harsoyo, Soeprapto Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada email : psw@ugm.ac.id Abstract This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-11 PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Dr. Ir. Budiarto, MP. Program Studi Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta 1 PANGAN Definisi PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjuan Pustaka Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang di setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan pertanian setiap tahunnya berkurang kuantitas maupun kualitasnya. Dari sisi kuantitas, lahan pertanian berkurang karena alih fungsi lahan pertanian menjadi

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang 29 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Diversifikasi Pangan 2.1.1. Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Pangan Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Karakteristik antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara bertujuan untuk mewujudkan kehidupan seluruh masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai 163 BAB IX KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan Status laki-laki dan perempuan dalam keluarga berkaitan dengan bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai mengenai status anak laki-laki

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan Masyarakat

Ketahanan Pangan Masyarakat Ketahanan Pangan Masyarakat TIK : MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN KONSEP UMUM, ARAH DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Pendahuluan Pada akhir abad ini penduduk dunia sudah 6 miliar Thomas Malthus (1798):

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam peranan perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata pencaharian di sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) 66 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 66-73 Mewa Ariani et al. ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) Mewa Ariani, H.P.S. Rachman, G.S. Hardono, dan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Memperoleh pangan yang cukup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar berada dalam kondisi sehat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG

PENJABAT BUPATI SEMARANG 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA KE-35 DAN FESTIVAL PANGAN TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 19 NOVEMBER 2015 HUMAS DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci