BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
|
|
- Teguh Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pendidikan sekarang ini berkaitan dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan lainnya terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Tantangan masa depan di dalam bidang pendidikan menuntut pembelajaran, khususnya pembelajaran sains lebih mengembangkan higher order of thinking, yang selanjutnya disingkat HOT. Tantangan tersebut dapat dinyatakan berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Peserta didik sering berhasil memecahkan masalah tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah. Hal tersebut terjadi karena peserta didik belum terbiasa berpikir tingkat metakognitif. Hasil penelitian lain menunjukkan hal yang sama, yaitu adanya defisit penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran (Baker, L. & Brown, A., 1984: 353). 1
2 Salah satu ranah kemampuan HOT yaitu analytical thinking. Analytical thinking merupakan pembelajaran sains dalam meningkatkan kemampuan bekerja secara sistematis dan logis untuk mengatasi masalah, mengidentifikasi penyebab suatu masalah, mengantisipasi hasil yang tidak diharapkan, mengelola isu-isu berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, serta sumber daya yang diperlukan. Faktanya, pembelajaran masih banyak yang berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji daya ingat peserta didik sehingga kemampuan berpikir peserta didik direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto, 2005: 44). Selain itu, mengakibatkan peserta didik terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara logis, kreatif, dan reflektif (Iwan Sugiarto, 2011: 14). Kemampuan analytical thinking merupakan kemampuan yang penting dikuasai untuk pembelajaran sepanjang hayat (longlife learning). Analytical thinking seharusnya dibelajarkan kepada peserta didik agar peserta didik memperoleh bekal untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan hidup ke depan yang tentunya lebih kompleks. Di tingkat analitis, peserta didik dituntut mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Berdasarkan hasil observasi di SMP N 1 Jetis Bantul diketahui bahwa kemampuan analytical thinking peserta didik masih rendah yang terlihat dari 2
3 perilaku peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan sebuah permasalahan tertentu, peserta didik cenderung menjawab dengan spontan dan tidak dilandasi dengan teori. Hal tersebut membuktikan bahwa peserta didik tidak mampu membedakan sesuatu yang relevan dari bagian yang tidak relevan dari masalah tersebut. Selain itu, peserta didik malas untuk berpikir mencari penyelesaian masalah yang tepat dan mengaitkan penyelesaian tersebut dengan fakta dilingkungan sekitar ataupun dengan teori yang ada. Peserta didik juga belum mampu dalam merumuskan sebuah hipotesis dari suatu permasalahan, masih ada beberapa peserta didik yang belum mengerti apa yang dimaksud dengan hipotesis (dugaan sementara). Ketika guru memberikan pertanyaan, guru harus menunjuk peserta didik yang bersangkutan untuk menjawab. Proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan sebatas latihan soal secara teoritis, belum berorientasi untuk mengembangkan kemampuan analytical thinking pada persoalan yang kontekstual. Pembelajaran masih didominasi guru sebagai sumber informasi (teacher centered). Hal ini diperkuat dengan hasil studi PISA dan TIMSS tentang pengukuran prestasi IPA peserta didik. Hasil studi PISA pada tahun 2015 menunjukkan bahwa prestasi IPA peserta didik Indonesia menempati peringkat 69 dari 76 negara peserta (PISA, 2015: 5). Hasil studi TIMSS tahun 2015 menunjukkan bahwa prestasi IPA peserta didik Indonesia menempati peringkat 36 dari 49 negara peserta (TIMSS, 2015: 6). Hasil studi PISA dan TIMSS menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia masih dalam level dasar pada kemampuan analytical thinking dalam pembelajaran IPA. 3
4 Dalam menghadapi tantangan abad 21, banyak negara telah melakukan reformasi pada kurikulum dengan tujuan mempersiapkan peserta didik untuk kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi dan pekerjaan di abad ke-21. Sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia, seiring perkembangan zaman kurikulum Indonesia juga mengalami perkembangan yaitu dengan adanya Kurikulum Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dimasa depan, yaitu tuntutan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati (2015: 5) mengatakan bahwa perkembangan kurikulum di Indonesia pada tahun 2013 untuk pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik dan menuntut guru memiliki kreativitas dan pola berpikir tingkat tinggi dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA di kelas. Pada pembelajaran IPA, untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan analytical thinking tentunya tidaklah mudah. Untuk menghadapi tantangan abad 21 lebih baik guru mempersiapkan peserta didik untuk menjadi seorang penyelidik, pemecah masalah, berpikiran analitis, kritis, dan kreatif. Oleh karena itu, untuk pencapaian hasil belajar yang optimal diperlukan suatu pendekatan pembelajaran. Penerapan pendekatan pembelajaran harus dapat melatih caracara memperoleh informasi baru, menyeleksi dan kemudian mengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu permasalahan. Untuk mencapai 4
5 tujuan pembelajaran tersebut pendekatan pembelajaran yang lebih efektif digunakan adalah pendekatan pembelajaran berbasis konstruktivisme. Salah satu pendekatan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme adalah pendekatan inkuiri. W. Gulo (2008: 84-85) mendefinisikan inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dengan melakukan kegiatan inkuiri, peserta didik mendapatkan pengalaman belajar secara langsung dalam menemukan pengetahuan-pengetahuan. Sund & Trowbridge (1973: 71) membagi pendekatan inkuiri menjadi tiga macam, yaitu: inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri semi terbimbing (modified free inquiry), dan inkuiri bebas (free inquiry). Upaya membelajarkan peserta didik dengan pendekatan inkuiri diperlukan media pembelajaran. Media pembelajaran yang baik menginterpretasikan konsep yang abstrak menjadi konsep yang mudah dipahami. Media pembelajaran yang lengkap akan membantu guru dalam mengajar, dan membantu peserta didik dalam proses belajar. Media pembelajaran yang beredar di sekolah adalah media pembelajaran yang hanya cover-nya saja IPA terpadu, tetapi kontennya belum menunjukkan keterpaduan. Tentunya ketersediaan media pembelajaran IPA terpadu yang masih minim dapat menjadi kendala berarti karena media pembelajaran diperlukan untuk 5
6 mendukung pencapaian kompetensi pembelajaran. Media pembelajaran yang tersistematis untuk melatih analytical thinking peserta didik sangat jarang. Selain itu, media pembelajaran yang memanfaatkan penggunaan ICT sebagai tuntutan era globalisasi masih jarang diterapkan di sekolah. Penggunaan ICT dalam proses pembelajaran sangatlah penting karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan ICT guru maupun peserta didik. Dalam memanfaatkan ICT perlu diantisipasi melalui pengelolaan penggunaan ICT secara baik sehingga bisa meminimalisir dampak negatif menjadi dampak yang positif. Penerapan ICT dalam media pembelajaran dapat melatih cara-cara memperoleh informasi baru, menyeleksinya dan kemudian mengolahnya, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Salah satu sub materi pembelajaran IPA di SMP yaitu Fotosintesis. Materi ini dimuat dalam KD 3.5 yaitu memahami konsep energi, berbagai sumber energi, dan perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari termasuk fotosintesis dan KD 4.5 yaitu menyajikan hasil percobaan tentang perubahan bentuk energi, termasuk fotosintesis. Dari KD tersebut, maka setelah dianalisis membutuhkan kegiatan yang berupa eksperimen. Sementara itu, pembelajaran eksperimen di laboratorium diyakini sebagai suatu faktor kunci dalam pendidikan IPA karena melalui kegiatan laboratorium maka peserta didik dapat memahami fenomena alam dan dapat mengembangkan cara bernalar ilmiah. Akan tetapi kegiatan laboratorium yang real berbasis hands-on dirasa lebih banyak memakan waktu oleh sebagian guru, termasuk dalam hal penyiapan alat dan bahan, serta harus memberikan instruksi arahan kegiatan 6
7 eksperimen yang baik dan benar. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka virtual laboratory sebagai salah satu alternatif cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan mensimulasikan kegiatan percobaan di laboratorium. Sementara laboratorium merupakan lingkungan tradisional untuk melakukan pembelajaran berbasis inkuiri. Beberapa penelitian mengumpulkan bukti bahwa laboratorium virtual juga cocok untuk memenuhi tujuan penyelidikan ilmiah tersebut. Secara khusus, mereka dianggap setidaknya sama kondusif untuk manipulasi aktif untuk eksperimen yang dipandang sebagai aspek penting dari pembelajaran inkuiri. Asri Widowati, dkk (2016: 7) menyatakan bahwa di era digital ini, sudah mulai dikembangkan penerapan inkuiri secara online (digital) dengan variasi berupa blended learning ataupun fully online (melalui suatu kombinasi dari synchronous tools). Virtual laboratory sebagai suatu produk inovasi media pembelajaran berbasis komputer dapat diterapkan di sekolah dengan teknologi informasi dalam proses pembelajarannya. Virtual laboratory lebih murah, aman dan cocok digunakan oleh peserta didik yang memiliki gaya belajar visual karena peserta didik dapat mengeksplorasi virtual laboratory sesuai kecepatan dan kebutuhannya (Dobrzanki & Honysz 2010: 197). Virtual laboratory IPA telah digunakan sebagai simulasi percobaan pada materi yang abstrak dan sulit dipahami untuk mengatasi kurangnya sarana, alat dan bahan di laboratorium, mahalnya alat dan zat-zat kimia. Kegiatan percobaan yang disimulasikan menggunakan virtual laboratory dengan bantuan komputer telah terbukti 7
8 kebermanfaatannya sebesar 82,81% (Sunendar, 2007 dalam Felintina Yuniarti, Pramesti Dewi, dan R. Susanti, 2012: 29). Virtual laboratory diharapkan dapat menstimulasi peserta didik berpikir tentang kegiatan laboratorium real (hands on) melalui layar komputer dengan suatu penggambaran visual dan fungsi-fungsi alat serta prosedur kerja dengan mempergunakan teknologi multimedia modern. Virtual laboratory yang dimaksud bukan secara total menggantikan kegiatan laboratorium secara real tetapi sebagai media yang mendukung. Kemampuan analytical thinking menjadi prioritas, mengingat pendekatan inkuiri juga berkaitan dengan aktivitas minds-on dan hands-on dalam virtual laboratory hanya sebatas simulasi. Flowers (2011: 114) menyatakan bahwa implementasi virtual laboratory dalam pembelajaran IPA dapat mendorong pemahaman terhadap materi pelajaran, mengajarkan critical thinking, dan meningkatkan problem solving. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Februari 2016 dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Jetis Bantul menyatakan bahwa media pembelajaran IPA yang ada masih kurang khususnya media pembelajaran untuk materimateri yang sulit dilakukan eksperimen secara nyata. Materi yang tidak mudah untuk dilakukan pengamatan dengan menggunakan panca indera saja. Salah satu materi pembelajaran IPA tersebut yaitu proses terjadinya fotosintesis pada tumbuhan. Materi tersebut mencakup daun sebagai organ berlangsungnya fotosintesis, jaringan penyusun daun, proses fotosintesis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Media yang biasanya digunakan saat pembelajaran pada materi ini yaitu melalui slide powerpoint atau meminta 8
9 peserta didik untuk merangkum materi yang ada pada buku peserta didik. Pemanfaatan komputer yang ada di laboratorium komputer ataupun LCD di laboratorium IPA dalam pembelajaran IPA masih kurang optimal. Selain itu, jika waktu memungkinkan untuk melakukan eksperimen, maka akan dilakukan pembuktian terjadinya proses fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat (Uji Sach) dan oksigen (Uji Ingenhousz). Tujuannya untuk memperjelas pengetahuan peserta didik mengenai proses fotosintesis. Akan tetapi berdasarkan wawancara dengan peserta didik, mereka merasa jenuh dan kurang tertarik apabila harus memperhatikan materi yang disajikan melalui slide powerpoint atau mengamati proses fotosintesis pada buku. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penting untuk peneliti mengadakan penelitian mengenai Pengembangan Virtual Laboratory IPA Materi Fotosintesis Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Analytical Thinking Peserta Didik Kelas VII SMP karena sebagai bukti empiris tentang penggunaan virtual laboratory berbasis inkuiri terbimbing dalam mengembangkan higher order of thinking (HOT) yang berfokus pada peningkatan kemampuan analytical thinking (berpikir analitis). B. Identifikasi Masalah Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut: 1. Salah satu dari kemampuan pembelajaran abad 21 adalah kemampuan berpikir analitis (analytical thinking) dalam memecahkan masalah. Secara realita, pembelajaran yang mengorientasikan pemecahan masalah secara 9
10 analitis (analytical thinking) di Indonesia masih tergolong rendah yang ditunjukkan dengan peserta didik masih bergantung pada guru. 2. Pendekatan inkuiri dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada peserta didik dalam menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. Namun pembelajaran IPA yang dilakukan di kelas masih teacher centered. 3. Media pembelajaran IPA yang ada masih kurang khususnya media pembelajaran untuk materi Fotosintesis, padahal materi pembelajaran yang rumit dapat disederhanakan dengan bantuan media pembelajaran. 4. Peserta didik merasa jenuh apabila penjelasan materi melalui slide powerpoint atau dengan membaca buku. Padahal banyak media pembelajaran lainnya yang lebih menarik untuk memperjelas pengetahuan peserta didik mengenai Fotosintesis. 5. Materi Fotosintesis yang sifatnya abstrak, rumit, dan sulit dipahami, serta prosesnya membutuhkan waktu yang lama mengakibatkan kurangnya sarana, alat dan bahan di laboratorium. 6. Laboratorium IPA memiliki alat-alat dan fasilitas laboratorium yang sudah lengkap namun penggunaan alat-alat laboratorium untuk kegiatan laboratorium masih kurang karena terbatasnya waktu. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini menekankan pada pembuatan suatu produk media virtual laboratory IPA berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking peserta didik kelas VII SMP pada sub materi Fotosintesis. 10
11 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kelayakan pengembangan produk media virtual laboratory IPA berbasis inkuiri terbimbing yang berpotensi untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking peserta didik berdasarkan kriteria kualitas media pembelajaran yang baik? 2. Bagaimana respon peserta didik terhadap media virtual laboratory IPA berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan? 3. Apakah penggunaan media virtual laboratory IPA berbasis inkuiri terbimbing yang dihasilkan dapat meningkatkan kemampuan analytical thinking perserta didik Kelas VII SMP pada materi Fotosisntesis? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan media virtual laboratory IPA yang layak digunakan pada materi Fotosintesis untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking peserta didik berdasarkan kriteria kualitas media pembelajaran yang baik. 2. Mengetahui respon peserta didik terhadap media virtual laboratory IPA yang dikembangkan. 3. Mengetahui peningkatan kemampuan analytical thinking perserta didik setelah menggunakan media virtual laboratory IPA pada materi Fotosisntesis. 11
12 F. Spesifikasi Produk dan Keterbatasan Pengembangan 1. Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah media virtual laboratory IPA berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking peserta didik SMP kelas VII. Media virtual laboratory ini didesain dan dibuat dengan menggunakan software Adobe Flash CS4. Media virtual laboratory IPA yang dikembangkan mencakup kajian tentang fotosintesis khususnya pada percobaan Ingenhousz. Media virtual laboratory IPA di desain sesuai dengan fakta dilapangan. Pada media virtual laboratory tersebut berisikan mengenai simulasi percobaan Ingenhousz, yang disajikan berupa gambar, teks, soal, serta rangkuman materi. Pengembangan media virtual laboratory mengandung langkah-langkah pendekatan inkuiri dengan tipe guided inquiry (inkuiri terbimbing) sehingga dapat meningkatkan kemampuan analytical thinking peserta didik. Media virtual laboratory IPA yang dikembangkan memenuhi standar kualitas media yang baik. Standar tersebut yaitu sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran, memberikan peningkatan kemampuan analytical thinking peserta didik, mudah terbaca dan menggunakannya, tampilan warna yang sesuai dengan fakta, dan mudah dipahami. Selain itu media virtual laboratory IPA yang sesuai standar yaitu mudah diakses di berbagai 12
13 jenis komputer, simple, dan dapat digunakan oleh semua umur (secara individu maupun kelompok-kelompok kecil). 2. Keterbatasan Pengembangan Media virtual laboratory IPA juga mempunyai keterbatasan. Salah satu keterbatasan media virtual laboratory IPA yaitu tidak memberikan pengalaman di lapangan secara nyata, tetapi mengurangi keterbatasan waktu, jika waktu terbatas untuk menyampaikan seluruh materi kepada peserta didik hingga mereka paham. Selain itu, penggunaan media bagi sekolahan yang terbatas dalam fasilitis jumlah komputer dan untuk peserta didik yang tidak memiliki komputer/laptop tidak dapat menggunakannya. G. Manfaat Penelitian Hasil pengembangan virtual laboratory IPA berbasis inkuiri dengan materi Fotosintesis untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking diharapkan mampu memberikan manfaat bagi: 1. Peserta didik Melalui penggunaan media virtual laboratory IPA ini, kemampuan analytical thinking peserta didik diharapkan dapat lebih ditingkatkan, serta menjadikan IPA lebih menarik dan terasa lebih mudah sehingga dapat memenuhi kebutuhan peserta didik untuk belajar. 2. Guru Memberikan informasi dan masukan kepada guru dalam hal mengembangkan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. 13
14 3. Sekolah Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat menambah media yang membantu dalam proses pembelajaran. Selain itu, dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan inovasi pembelajaran IPA pada khususnya dan pelajaran lain pada umumnya. 4. Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai media virtual laboratory IPA sehingga dapat digunakan sebagai bekal saat mengajar ataupun ahli media pembelajaran. H. Definisis Operasional Agar terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka definisi-definisi terkait dengan penelitian dikemukakan sebagai berikut: 1. Pengembangan Pengembangan adalah proses untuk menghasilkan suatu produk atau mengembangkan suatu produk. Salah satu model penelitian dan pengembangan yaitu penelitian 4-D (four-d model). Proses pengembangan pada model ini dilakukan melalui tahap pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. 2. Virtual Laboratory Virtual laboratory atau bisa disebut dengan istilah laboratorium eksperimen maya yaitu suatu lingkungan belajar berwujud simulasi komputer dimana di dalamnya terdapat kebutuhan inti dalam eksperimen di laboratorium ekperimen. 14
15 3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pendekatan inkuiri terbimbing adalah pendekatan yang membelajarkan peserta didik tentang permasalahan melalui penyelidikan dengan bimbingan guru. Ketercakupan aspek inkuiri terbimbing yaitu identifikasi masalah, menyusun hipotesis, menganalisis data dan fakta, menghubungkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah, menyusun kesimpulan, belajar aktif, dan melakukan percobaan. 4. Kemampuan Analytical Thinking Analytical thinking atau berpikir secara analitis adalah komponen berpikir kritis (critical thinking) yang memberikan satu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cepat dan efektif. Pemikiran analitis melibatkan proses mengumpulkan informasi yang relevan dan mengidentifikasi isu-isu, membandingkan kumpulan data dari sumber yang berbeda; mengenali kemungkinan penyebab dan efek pola, dan menarik kesimpulan yang tepat dari suatu data untuk mencapai solusi yang tepat. 15
BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan
Lebih terperincijawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013
1 BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 A. Sekilas Tentang Kurikulum 2013 Sebelum membahas mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013, sebaiknya kita pahami dulu tentang latar belakang, arah, dan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat menyebabkan terjadinya persaingan di berbagai bidang kehidupan salah satunya yaitu bidang pendidikan. Untuk
Lebih terperincisaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan disiplin ilmu yang erat kaitannya kegiatan eksperimen. Puskur (2009:4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI ORGANISASI
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Sekolah Sejak 30 Juli 1966 SMP Negeri 61 berdiri sebagai sekolah pemerintah. Pada awalnya SMP Negeri 61 beralamat di Jalan Palmerah Utara. Bangunan yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat. Beberapa tantangan yang akan dihadapi di masa depan adalah WTO, ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 adalah pendidikan era digital yang memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan di Indonesia, harapannya dapat dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan.seiring pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bagian penting dalam pendidikan karena bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan yang begitu ketat dari berbagai macam bidang pada era globalisasi abad 21 ini, salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Persaingan yang terjadi pada era
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Dalam belajar fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang mencakup bidang keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dipungkiri lagi. Pasalnya hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan pembelajaran yang menjadi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata. Di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah memasuki abad ke-21. Abad 21 merupakan abad dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Batasan
Lebih terperincimengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di abad 21 menjadikan manusia dituntut untuk semakin mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Abad 21 ditandai dengan perubahan dan pergeseran dalam segala bidang yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di era globalisasi saat ini merupakan suatu tantangan setiap bangsa untuk menciptakan generasi yang dapat memperkuat landasan segala sektor kehidupan. Setyawati
Lebih terperinciABDUL ROHMAN, 2015 KORELASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN TEORI MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdirinya organisasi antar bangsa seperti World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia- Pacific Economic Cooperation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap
Lebih terperinciPENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan fakta yang ada di lapangan saat ini, pembelajaran sains secara utuh belum dilaksanakan, banyak ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran kimia diarahkan pada pendekatan saintifik dimana ketrampilan proses sains dilakukan melalui percobaan untuk membuktikan sebuah kebenaran sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menginginkan kualitas lulusan pendidikannya dapat bersaing di pasar global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang dapat memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran kimia di sekolah seringkali menemui kesulitan, salah satu kesulitan yang sering ditemui adalah penguasaan konsep siswa yang rendah. Pembelajaran
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013
LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 DASAR HUKUM, RASIONAL PENGEMBANGAN SERTA ELEMEN PERUBAHAN TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN, PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN RANCANGAN KURIKULUM 2013 Oleh : Intan Mustika Noor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan alam lahir dari pengamatan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciE043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI
E3 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI Widodo SMP Negeri 1 Sidoharjo Kabupaten Wonogiri Email: dwijowidodo@gmail.com
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE INKUIRI TERPIMPIN DISERTAI PENGGUNAAN LCD PROYEKTOR SEBAGAI PENGUATAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMP N 1 KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada intinya merupakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, karena itu peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu-ilmu dasar (basic science) yang perlu diberikan pada siswa. Hal ini tak lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia global menuntut kesiapan bagi bangsa Indonesia untuk membentuk generasi muda penerus bangsa yang memiliki dedikasi tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi.
Lebih terperinciPembelajaran Matematika SD
Pembelajaran Matematika SD Yasin Yusuf, S.Pd Kurikulum 2013 1 Perkembangan Penduduk sebagai Modal SDM Usia Produktif (2020-2035) Melimpah Kompeten Tidak Kompeten Modal Pembangunan Transformasi melalui
Lebih terperinciPERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG
PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Guru Pembimbing TIK : Nama : Retno Kusumawati, S Kom. NUPTK : 0252756657300063
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. Menurut Trowbridge et.al (1973) : Sains adalah batang tubuh dari pengetahuan dan suatu proses. Batang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia. Ilmu ini mempelajari alam sekitar beserta isinya, mulai dari benda-benda yang berada di alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu mengenai cara mencari tahu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis pada abad ini merupakan fakta dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke 21 yaitu (1) dari berpusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan abad ke-21 menuntut setiap orang untuk melek terhadap sains dan teknologi guna menunjang kehidupan di berbagai bidang. Khusunya dalam bidang pendidikan, peserta
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.1a RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 2 Kurikulum 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil, namun kini pembelajaran sains telah berkembang dan berorietasi pada sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi struktur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas VIII C Tahun Pelajaran 2013/2014 diketahui persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya sehingga dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang positif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil penelitian Program for International Student Assesment (PISA) 2012 yang befokus pada literasi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengukuhkan peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peserta anak didik pada masa kini tidak hanya mementingkan pada aspek pengetahuannya, melainkan juga pada aspek sikap dan keterampilannya. Khususnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad ke-21 merupakan era reformasi dan globalisasi yang ditandai dengan munculnya persaingan bebas antar bangsa di segala bidang. Persaingan yang terjadi antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa yang disebut dengan IPA membutuhkan sebuah pengalaman langsung, agar tujuan dari pembelajaran IPA tersebut dapat tercapai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat dengan mudah menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains bukan hanya kumpulan pengetahuan saja. Cain dan Evans (1990, dalam Rustaman dkk. 2003) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu: konten/produk, proses/metode,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah mutu menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kecerdasan merupakan hal yang dimiliki oleh setiap manusia. Banyak anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku kepada kemampuan seseorang dalam belajar. Apabila
Lebih terperinci