BAB 1 PENDAHULUAN. Definisi wanita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) ialah

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi wanita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) ialah perempuan dewasa yang berada pada rentang umur tahun dalam penjabaran yang secara teoritis digolongkan atau tergolong masuk pada area rentang umur di masa dewasa awal atau dewasa muda. Wanita berasal dari bahasa sansekerta yaitu vani yang berarti keinginan dan mengandung makna yang selalu diinginkan. Arti konotasi dari kata lain adalah objek seks yang berarti selalu diinginkan (Varanasi, 1981). Pada zaman dahulu peranan wanita sangat berbeda dengan kehidupan peranan wanita zaman sekarang. Hal ini bisa diketahui peranan wanita pada masa kolonial Belanda. Dahulu, wanita tidak bisa memperoleh pendidikan yang layak. Kebijakan yang diterapkan oleh Belanda, mengatur bahwa pendidikan hanya untuk kalangan elit dan dikhususkan untuk laki-laki. Pada umumnya pendidikan yang diterima oleh wanita pada saat itu, hanyalah sebatas pendidikan mengenai rumah tangga. Wanita kalangan bawah, mereka akan bekerja sebagai buruh perkebunan, pembantu rumah tangga, buruh tani dan penari keliling. Peranan wanita selalu mendapat perlakuan yang sewenang-wenang dan selalu dinomorduakan dalam segala hal. Misalnya saja dalam bidang pendidikan, kaum wanita hanya segelintir saja yang memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki. 1

2 2 Sehingga hal ini berdampak pada pola pikir dan budaya yang berkembang terhadap pandangan mengenai posisi kaum wanita (Suhartono, 1994). Namun pada zaman yang telah mengalami berbagai perkembangan dengan corak persoalan yang sama sekali baru dalam peradaban umat manusia, peranan wanita yang bekerja di luar rumah, termasuk ibu, merupakan tuntutan pembangunan masyarakat yang tidak dapat dihindari. Saat ini bila mengamati data statistik maka terlihat bahwa proporsi jumlah antar wanita dengan pria berimbang, bahkan beberapa penelitian menunjukkan jumlah penduduk wanita yang lebih besar (Baswedan, 2015:49). Dengan majunya tingkat kehidupan dan semakin canggihnya teknologi, pergeseran nilai dan pola kehidupan manusia tidak dapat dihindari. Raksha Dewi Sharma, Direktur Pusat Pelayanan Sosial di Singapura berpendapat bahwa filosofi keberhasilan kaum wanita saat ini sudah berubah. Kesempatan bagi wanita untuk berkembang dan mengaktualisasikan dirinya akan semakin terbuka bersamaan dengan makin tingginya tingkat pendidikan mereka. Pada dasarnya saat ini wanita merasa berhasil bukan saja karena menjadi ratu rumah tangga yang berkutat dengan urusan rumah tangga, tetapi merasa berhasil jika dapat mengaktualisasi dirinya di luar rumah (Republika, dalam buku Baswedan, 2015:50 ). Berdasarkan perkembangan ini dapat dilihat dengan adanya fenomena baru masyarakat masa kini dan masa depan dimana pasangan suami istri akan semakin bertambah jumlahnya secara drastis dan pesat. Posisi dan peran pihak wanita dalam pasangan berkarier ganda ini mempunyai masalah yang jauh lebih kompleks dibanding pihak laki-laki, karena secara kodrat wanita bertanggung

3 3 jawab dalam pemeliharaan anaknya terutama yang masih kecil dan bertanggung jawab terhadap penddikan anak. Pada wanita yang bekerja ditemukan kenyataan bahwa dalam menjalankan tugasnya seorang ibu, wanita juga banyak menjumpai dilema dan konflik peran disamping adanya manfaat-manfaat tertentu (Baswedan, 2015:50). Dalam kaitannya dengan keberadaan wanita karier saat ini, dilema yang muncul sebagai akibat kebingungan menghadapi penyesuaian yang diharapkan atas peran yang dimainkan. Konflik yang terjadi pada kondisi peran dan nilai yang melekat pada ibu tidak dapat lagi sepenuhnya dijalankan. Selain itu untuk mendapatkan keberhasilan dalam keluarga dan karier, keduanya memiliki prioritas yang kadang berbenturan. Keberadaan peranan wanita karier saat ini banyak terjadi diberbagai negara. Sebagai contoh peranan wanita di Indonesia, Jepang, dan Korea. Peranan wanita di Korea dahulunya hanya sebatas pada lingkungan rumah dari usia muda pun, wanita Korea diajarkan kebajikan subordinasi dan daya tahan untuk mempersiapkan peran masa depan mereka sebagai istri dan ibu. Namun, situasi mulai berubah dengan adanya pembukaan negara untuk dunia luar selama akhir abad ke-19. Selama periode ini, diperkenalkan dengan adanya sekolah modern dan bertujuan untuk spesifik mendidik perempuan yang terlibat dalam seni, pengajaran, pekerjaan agama, dan lain sebagainya. Peranan wanita Korea pada masa periode ini juga mengambil bagian dalam gerakan kemerdekaan melawan penduduk Jepang dengan menampilkan semangat, tekad, dan keberanian daripada kaum pria. Kemudian dengan berdirinya Republik Korea pada tahun

4 peranan wanita Korea mencapai hak konstutisional untuk kesempatan yang sama dalam mengejar pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan publik. Tidak ada keraguan bahwa peranan wanita saat ini dalam tenaga kerja dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang pesat selama tiga dekade terakhir. Peranan wanita Korea yang mencapai kesempatan yang sama terhadap pria di Korea, dalam rumah tangga sebagian wanita memilih untuk menjadi seorang ibu dengan sisi lain juga sebagai wanita pekerja. Wanita karier di Korea yang sudah berumah tangga dan mempunyai seorang anak dalam memilih pendidikan sangat antusias untuk mencari yang terbaik. Keberadaan hubungan wanita dan laki-laki di Korea terjadi sejak adanya ajaran konfusianisme. Konfusianisme mengajarkan sebuah nilai moral yang berdasarkan pada etika kemanusiaan, dan cinta. Konfusius mengajarkan filosofi yang menekankan pada ketentraman dan keharmonisan, meskipun ia hidup pada masa kerusuhan. Dalam filosofinya, seorang laki-laki adalah orang yang mengembangkan 5 nilai kesopanan (cinta, hormat, peduli, diskriminasi, dan loyal), kemurahan hati, kesetiaan, ketekunan, dan kebaikan (Dorothy, 2004: 8). Menurut Konfusianisme terdapat 5 elemen dasar manusia yakni ren, yi, li, zhi, xin yang berarti kebajikan, keadilan, kesopanan, kebijaksanaan, kesetiaan (Wenhuai Chai dan Xu Yuang, 2006: 368). Hal tersebut terlihat sangat jelas dalam ajaran Konfusianisme yang mengajarkan pola hubungan ayah dengan anak laki-lakinya, hubungan suami dengan istrinya, hubungan kakak laki-laki dengan adik laki-lakinya. Hubungan suami dengan istri inilah yang mengarahkan adanya wanita dan laki-laki. Hubungan ini mengajarkan

5 5 cara membina hubungan yang baik antara wanita dan laki-laki sehingga menjadi satu keluarga. Keluarga adalah lingkungan inti dalam pendidikan moral dan merupakan jembatan antara individu dan masyarakat. Konfusius menekankan tugas dan kewajiban setiap anggota keluarga dan percaya masing-masing harus bersikap berdasarkan pada perannya. Dalam keluarga, konfusianisme juga menekankan pendidikan. Konfusianisme berpengaruh pada tujuan, metode dan kurikulum sekolah. Baik pada pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan informal yang dilakukan di rumah, konfusianisme mempunyai peran dalam membentuk karakter orang Korea. Menurut pendapat Lee Seong-I Kebudayaan Kontemporer Korea untuk Orang Asing (2007:146) menyebutkan demam pendidikan di Korea salah satunya disebabkan oleh budaya yang berkembang sejak masa dinasti Jeoson,yaitu para cendiakawan dan orang-orang yang berpendidikan tinggi mendapatkan penghormatan yang tinggi pula dalam lingkup masyarakat. Sejak masa dinasti Jeoson sampai masa sekarang, tingkat pendidikan seseorang menjadikan tolak ukur kedudukan orang tersebut dalam kehidupan sosial. Pendapat Lee Seong-I didukung oleh Michael J. Seth yang menyatakan bahwa bagi orang Korea pendidikan adalah penanda utama dalam status sosial, sehingga pendidikan tinggi menjadi sebuah jalan menuju status sosial yang tinggi. Dengan adanya faktor penyebab antusias pendidikan terhadap anak karena status sosial yang tinggi, sebagian besar wanita di Korea akan berpikir dua kali jika ingin memiliki anak lebih dari satu. Hal ini disebabkan karena pendidikan di Korea sangat mahal. Banyak pendapat-pendapat yang menggambarkan Negara

6 6 Korea salah satunya Michael J. Seth via Clark Lorensen (2002: ), menyebutkan bahwa sebuah keluarga miskin di Korea akan mengusahakan biaya pendidikan bagi anaknya, berapapun jumlahnya. Biaya pendidikan di Korea memang sangat mahal. Padahal, pemerintah Korea melalui Kementerian Pendidikan, Pengetahuan, dan Teknologi (MEST) setiap tahunnya memberikan subsidi dan beasiswa pendidikan. Namun demikian, tetap saja jumlah subsidi dan beasiswa yang dikeluarkan pemerintah tersebut tidak cukup untuk membiayai pendidikan di luar sekolah yang harus dibayarkan oleh wanita Korea maupun orang tua di Korea (Purwanto, dalam buku Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan 2007). Dalam hal ini yang menggambarkan pencapaian kesuksesan Korea yang melibatkan peranan wanita Korea terhadap pertumbuhan ekonomi dalam ketenagakerjaan, wanita Korea tidak hanya bekerja dalam perusahaan tetapi dalam zaman modern ini di Korea juga menciptakan film ataupun drama Korea terbaik sehingga Korea dalam perekonomian negara semakin maju. Banyak film Korea yang sukses ditayangkan. Salah satunya film Wedding Dress yang sukses ditayangkan pada tahun Film ini menarik untuk di bahas karena menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang bekerja keras seorang diri demi masa depan anak yang tidak memikirkan bahwa ia mengidap penyakit yang cukup serius yaitu kanker lambung. Bahkan ia harus meminum obat dan cek up ke dokter setiap hari. Di sisi lain ia juga harus mengurus rumah tangga dan pendidikan untuk anak. Namun dalam hal ini, ia lebih memilih untuk

7 7 pekerjaannya dibanding untuk mengurus rumah tangga bahkan pendidikan untuk anak. Berdasarkan uraian di atas film Wedding Dress menarik untuk diteliti lebih lanjut, tentang peranan dualisme wanita Korea dalam keluarga dan pendidikan anak. 1.2 Rumusan Masalah Penulisan Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Peranan Dualisme Wanita Korea Dalam Keluarga dan Pendidikan Anak Pada Film WEDDING DRESS, memiliki rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh peranan dualisme wanita Korea dalam keluarga pada film Wedding Dress? 2. Bagaimana pengaruh dualisme peranan wanita Korea dalam pendidikan anak pada film Wedding Dress? 1.3 Tujuan Penelitian Penulisan Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Peranan Dualisme Wanita Korea Dalam Keluarga dan Pendidikan Anak Pada Film WEDDING DRESS memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui bagaimana pengaruh peranan dualisme wanita Korea dalam keluarga pada film Wedding Dress 2. Mengetahui bagaimana pengaruh peranan dualisme wanita Korea dalam pendidikan anak pada film Wedding Dress

8 8 1.4 Manfaat Penelitian Penulisan tugas akhir yang berjudul Pengaruh Peranan Dualisme Wanita Korea Dalam Keluarga dan Pendidikan Anak Pada Film WEDDING DRESS ini diharapkan memiliki sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teori untuk mengetahui seberapa pentingnya pendidikan dan pengasuhan ibu terhadap anak walaupun seorang ibu sebagai wanita karier ataupun sebagai ibu rumah tangga. 2. Manfaat Praktis Memberikan referensi, bahan diskusi dan research (penelitian) kepada pembaca untuk mengetahui lanjut tentang pengaruh dualisme peranan wanita Korea dalam pendidikan anak melalui analisis film WEDDING DRESS. 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini adalah penelitian mengenai Pengaruh Dualisme Peranan Wanita Korea Dalam Keluarga dan Pendidikan Anak Pada film WEDDING DRESS dengan pertama kali tayang pada tahun Penelitian ini membahas tentang wanita karier di Korea yang bernama Seo Go-woon sebagai seorang perancang busana pengantin wanita sekaligus menjadi orang tua tunggal yang memiliki seorang anak perempuan kecil bernama Jang Sora. Dalam penelitian ini membahas tentang peranan wanita Korea dalam karier pada keluarga dan pendidikan terhadap anak karena faktor kesibukan pekerjaan yang dimiliki oleh Seo Go-woon.

9 9 1.6 Metode Analisis Data Langkah-langkah penelitian dan analisis data pada Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Peranan Dualisme Wanita Korea Dalam Keluarga Dan Pendidikan Anak Pada Film WEDDING DRESS adalah 1. Pengumpulan Data Mengumpulkan data, dengan cara memilih film yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini, yaitu film Wedding Dress yang akan menggambarkan tentang seorang wanita karier di Korea dalam melakukan pengasuhan dan pendidikan terhadap anak karena faktor kesibukan pekerjaan. Kemudian mengumpulkan foto yang berhubungan dengan seorang wanita karier di Korea yang memiki peran sebagai seorang ibu dan seorang wanita karier serta yang berhubungan dengan pengaruh pola pengasuhan dan pendidikan terhadap anak karena kesibukan pekerjaan. 2. Penyajian Data a) Melakukan studi pustaka dengan cara mengumpulkan data-data dari buku dan sumber-sumber yang terkait, contoh : buku dan internet. b) Menonton film Wedding Dress dan memilih adegan yang menunjukkan tentang bagaimana wanita Korea membagi perannya sebagai wanita karier dan sebagai ibu berdasarkan faktor keluarga serta pengaruh pola pengasuhan wanita karier di Korea terhadap pendidikan anak. c) Menerjemahkan dialog-dialog pada adegan yang telah dipilih untuk dianalisis selanjutnya.

10 10 3. Analisis Data Menganalisis bagaimana pengaruh peran wanita Korea sebagai wanita karier dan sebagai seorang ibu berdasarkan faktor keluarga dan pendidikan pada anak. Pertama dalam analisis data yaitu dengan dipilah-pilah dalam satu adegan yang sesuai dengan tema, kemudian dialog ditulis sesuai dengan adegan, selanjutnya dialog tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, dan yang terakhir yaitu dengan menganalisis peranan dualisme wanita Korea tersebut. Kemudian menarik kesimpulan data-data yang diperoleh. 1.7 Kajian Pustaka Untuk membantu menyusun penulisan tugas akhir ini digunakan beberapa buku sebagai acuan, diantaranya yaitu Tugas Akhir berjudul Ekspresi Cinta Pada Tokoh Utama Dalam Film The Classic ditulis oleh Aninda Khoirunisa pada tahun Tugas akhir ini membahas tentang analisis ekspresi cinta yang ada di film tersebut, serta juga dapat digunakan sebagai acuan penyajian dalam penulisan Tugas Akhir. Tugas Akhir yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga Di Korea Selatan Studi Kasus The Return Of Superman ditulis oleh Mia Anggraini pada tahun Tugas akhir ini membahas tentang menanamkan pendidikan anak sejak usia dini. Tugas akhir tersebut dapat digunakan sebagai acuan penyajian dalam penulisan. Tugas Akhir yang berjudul Ajaran dan Nilai-nilai Konfusianisme dalam film Korea 71 INTO THE FIRE (Hubungan antara Rakyat dengan Penguasa). Tugas Akhir pada Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada : tidak diterbitkan.

11 Sistematika Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dalam empat bab dan beberapa sub bab yang disusun berdasarkan sistematika yang dimulai dari bab pertama merupakan bab satu yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan. Kemudian pada bab dua berisikan tinjauan umum yang menjelaskan tentang cara wanita Korea membagi waktunya antara peran sebagai ibu dan pekerjaannya, serta pola pengasuhan dan pendidikan terhadap anak. Pada bab tiga berisikan pembahasan tentang analisis kedudukan wanita Korea dalam membagi dua perannya yaitu sebagai wanita karier dan sebagai seorang ibu dalam pendidikan anak, serta faktor penyebabnya. Bab empat merupakan penutup yang mencakup kesimpulan dan saran dari analisis kedudukan wanita Korea dalam karier dan peranannya sebagai seorang ibu.