BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya."

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Walle (2008: 26) pemahaman adalah ukuran kualitas dan kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya. Menurut Sardiman (2007: 42-43) pemahaman atau comprehension adalah menguasai sesuatu yang dipelajari secara mendalam dengan cara memanfaatkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya menurut Bloom (Winkel, 1999: 246) pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari apa yang telah dipelajari sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap suatu makna dengan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Menurut Winkel (1999: 82) konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek berdasarkan ciri-ciri yang sama. Menurut Slavin (2011: 300) konsep adalah gagasan abstrak yang digeneralisasikan berdasarkan contoh-contoh yang spesifik. Menurut Santrock (2014: 2) konsep adalah kelompok objek-objek atau peristiwa berdasarkan karakteristik umum. Selanjutnya menurut Wardhani (2008: 9) konsep adalah ide (abstrak) yang digunakan seseorang untuk mengelompokkan 7

2 8 suatu objek. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan suatu objek berdasarkan karakteristik yang sama. Menurut Kilpatrick dkk. (2001: 116) pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan seseorang dalam memahami konsep, operasi dan relasi yang ada dalam matematika. Selanjutnya menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009: 13) pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep maupun dalam melakukan prosedur secara akurat, tepat, dan efisien. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan yang dimiiki seseorang dalam memahami konsep, operasi, maupun relasi yang ada dalam matematika secara sistematis, benar dan tepat sesuai dengan konsepnya. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematis menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009: 13) adalah sebagai berikut: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep 2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) 3) Memberi contoh dan noncontoh dari konsep 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

3 9 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep 6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematis yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contoh: Apa yang dimaksud dengan fungsi? Jawab: Fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu pada anggota himpunan B 2) Memberi contoh dan noncontoh dari konsep, yaitu mampu membedakan contoh ataupun bukan contoh dari materi yang telah dipelajari. Contoh: Sebutkan contoh fungsi dan bukan fungsi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Jawab: Contoh fungsi: X = {Amin, Joshua, Dika, Made} Y = {Islam, Hindu, Budha, Kristen}

4 10 X Beragama Y Amin Joshua Dika Made Islam Hindu Budha Kristen Contoh bukan fungsi: A = {Bebek, Ayam, Ular, Kelinci, Kuda} B = {Dua, Empat} A Binatang berkaki B Bebek Ayam Ular Kelinci Kuda Dua Empat 3) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, yaitu kemampuan menyatakan suatu objek dengan berbagai bentuk representasi matematis. Contoh: Gambarlah grafik fungsi : x x 3 f dengan domain x R 0 x 7

5 11 Jawab: x y = x (x, y) (0, 3) (1, 4) (2, 5) (3, 6) (4, 7) (5, 8) (6, 9) (7, 10) (7, 10) Grafik Y X 4) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, yaitu mampu mengkaji mana syarat perlu dan syarat cukup yang terkait dengan suatu materi. Contoh: Fungsi f ditentukan oleh f : x 3x 1 dengan x anggota himpunan bilangan asli kurang dari 7. Tentukan nilai dari f ( x) f ( x 2)

6 12 Jawab: x f ( x) 3x x f ( x 2) 3( x 2) f ( x) f ( x 2) ) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, yakni kemampuan menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Contoh: Suatu kelompok belajar terdiri dari empat orang yaitu Najma, Ardin, Alfia, dan Ahmad. Najma dan Ahmad berperawakan tinggi, sedangkan lainnya berperawakan pendek. Ardin berambut keriting, sedangkan lainnya berambut lurus. Najma, Alfia, dan Ardin berkulit putih, sedangkan Ahmad berkulit hitam. Siapakah yang berperawakan tinggi dan berkulit hitam? Siapakah yang berkulit putih dan berambut lurus? Jawab: Misal : A = {Najma, Ardin, Alfia, Ahmad} B = {Tinggi, Keriting, Putih}

7 13 Diagram panah: A Mempunyai ciri-ciri B Najma Ardin Alfia Ahmad Perawakan tinggi Rambut keriting Kulit Putih Ahmad adalah orang yang berperawakan tinggi dan berkulit hitam Najma dan Alfia adalah orang yang berkulit putih dan berambut lurus 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya melakukan sesuatu secara bersama dan saling membantu di antara teman sekelompoknya (Isjoni, 2010: 15). Menurut Lie (2008: 12) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Selanjutnya menurut Sanjaya (2010: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang dengan latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

8 14 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama saling membantu dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari empat sampai enam orang siswa. Pembentukan kelompok berdasarkan latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Majid (2013: 175) tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit 2) Penerimaan latar belakang yang berbeda di antara teman-temannya 3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, menjadikan siswa aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, dan berpendapat mengeluarkan idenya Hal itu senada dengan pendapat Johnson & Johnson (Trianto, 2012: 57) bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memaksimalkan belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Begitu juga dengan pendapat Louisell & Descamps (Trianto, 2012: 57) yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah

9 15 untuk memperbaiki hubungan di antara para siswa karena adanya latar belakang dan kemampuan yang berbeda, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni (2010: 20) karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Setiap anggota mempunyai peranan masing-masing 2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa 3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas dirinya dan teman-teman sekelompoknya 4) Dapat membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal di antara para siswa 5) Guru sebagai fasilitator, hanya berinteraksi dengan siswa saat diperlukan Menurut Ibrahim dkk. (Majid, 2013: 176) pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Siswa bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan pelajaran 2) Pembagian kelompok berdasarkan keterampilan siswa yang tinggi, sedang, dan rendah (heterogen) 3) Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda, bila memungkinkan 4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu

10 16 d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim dkk. (Majid, 2013: 179) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Fase Indikator Kegiatan Guru 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok untuk melakukan transisi Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas yang diberikan 5 Evaluasi Guru melakukan evaluasi terhadap materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6 Memberi penghargaan Guru menghargai upaya atau hasil belajar baik individu maupun kelompok e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2010: ) adalah sebagai berikut: 1) Dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain

11 17 2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannnya dengan ide-ide orang lain 3) Dapat membantu anak untuk lebih peduli pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan 4) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar 5) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan memanage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah 6) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya 7) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata atau rill 8) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir

12 18 Kelemahan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2010: ) adalah: 1) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan 2) Jika proses belajar kelompok tidak efektif, maka apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa 3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kerja kelompok 4) Untuk mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, sehingga pembelajaran ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan pembelajaran ini 3. Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) a. Pengertian Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2012: 82). Menurut Lie (2008: 59) Numbered Head Together (NHT) adalah pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar ide dan mempertimbangkan jawaban yang

13 19 paling tepat. Pembelajaran ini juga bisa mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Hal ini senada dengan pendapat Isjoni (2010: 78) bahwa Numbered Head Together (NHT) memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan pendapat, mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat, dan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Numbered Head Together (NHT) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan semangat kerjasama di antara para siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menelaah materi dengan cara berkelompok, sehingga mereka bisa mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat dan mereka bisa yakin terhadap jawaban mereka. Selain itu pembelajaran Numbered Head Together (NHT) juga dapat digunakan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. b. Manfaat Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Manfaat pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap siswa menurut Ibrahim dkk. (Hamdayama, 2014: 177) adalah: 1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 3) Konflik antarpribadi berkurang

14 20 4) Pemahaman yang lebih mendalam 5) Motivasi lebih besar 6) Hasil belajar lebih tinggi 7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi c. Langkah-Langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut Trianto (2012: 82-83) adalah: 1) Fase 1: Penomoran Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa 3) Fase 3: Berpikir bersama Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, menyatukan pendapatnya mengenai jawaban yang telah didiskusikan dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya untuk mengetahui jawaban kelompok 4) Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan

15 21 Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut Lie (2008: 60) adalah: 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut mendapatkan nomor 2) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan bersama 3) Setiap kelompok memutuskan jawaban mana yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya 4) Guru memanggil salah satu nomor dan setiap siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut Suprijono (2013: 92) yang pertama adalah guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Lalu guru memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban. Setelah itu guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru.

16 22 Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah: 1) Fase 1: Penomoran Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa 3) Fase 3: Berpikir bersama Siswa mendiskusikan LKS yang diberikan oleh guru dan meyakinkan setiap anggota untuk mengetahui jawaban kelompoknya 4) Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil maju dan mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Keunggulan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut Hamdayama (2014: 177): 1) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain 2) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya

17 23 3) Memupuk rasa kebersamaan di antara siswa 4) Menjadikan siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan Kelemahan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut Hamdayama (2014: 177): 1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan 2) Guru harus bisa memfasilitasi siswa 3) Tidak semua siswa mendapat giliran untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya 4. Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa (Kemendikbud, 2014: 35). Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: Observing (Mengamati) Questioning (Menanya) Associating (Menalar) Experimenting (Mencoba) Networking (Membentuk Jejaring) Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

18 24 a. Mengamati (observing) Pada kegiatan mengamati, siswa mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. b. Menanya (questioning) Pada kegiatan menanya, siswa membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. c. Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting) Pada kegiatan mengolah informasi/mencoba, siswa mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi/mengembangkan. d. Menalar/Mengasosiasi (associating) Pada kegiatan menalar/mengasosiasi,siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

19 25 e. Mengomunikasikan (communicating) Pada kegiatan mengkomunikasikan, siswa menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. (Permendikbud No. 103 Tahun 2014, hal: 5-6) 5. Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan Pendekatan Saintifik Perbedaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) biasa dengan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Biasa dengan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan Pendekatan Saintifik Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) biasa 1. Penomoran Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 Langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik 1. Penomoran Guru membagi siswa secara heterogen berdasarkan nilai UAS, masing-masing kelompok terdiri dari 4 5 siswa Guru memberikan nomor yang berbeda, yaitu nomor 1 sampai 5 kepada masing-masing siswa dalam sebuah kelompok

20 26 2. Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa 3. Berpikir bersama Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, menyatukan pendapatnya mengenai jawaban yang telah didiskusikan dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya untuk mengetahui jawaban kelompok 4. Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan 2. Mengajukan pertanyaan Guru meminta siswa untuk mengamati suatu data atau persoalan (mengamati) Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai data atau persoalan sebelumnya (menanya) Guru meminta siswa untuk mencoba menyelesaikan persoalan tersebut (mencoba) Guru menjelaskan materi berdasarkan data atau persoalan tersebut 3. Berpikir bersama Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan LKS bersama teman sekelompoknya (menalar) Guru berkeliling mengamati siswa bekerja dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai halhal yang belum dipahami (menanya) 4. Menjawab Guru menyebut secara acak nomor salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (mengkomunikasikan) Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya dan menanggapi hasil presentasi (menanya, mengkomunikasikan)

21 27 Guru membantu siswa menyimpulkan hasil presentasi yang telah dianalisis bersama (mengkomunikasikan) Perbedaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) biasa dengan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik adalah pada pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik terdapat langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran, sedangkan pada pembelajaran Numbered Head Together (NHT) biasa tidak ada langkah-langkah pendekatan saintifiknya. Selain itu perbedaannya adalah pada pembelajaran Numbered Head Together (NHT) biasa guru menyampaikan materi terlebih dahulu, sedangkan pada pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik guru menyampaikan materi setelah siswa melakukan kegiatan mengamati, menanya, dan mencoba. 6. Materi Relasi dan Fungsi Standar Kompetensi: 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar: 1.3 Memahami relasi dan fungsi 1.4 Menentukan nilai fungsi 1.5 Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada cartesius (Permendiknas No. 22 Tahun 2006, hal: 349)

22 28 Indikator: Menjelaskan dengan kata-kata masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi Menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi Menjelaskan dengan kata-kata masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi Menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi Menyatakan suatu fungsi dengan notasi Menentukan banyaknya pemetaan atau fungsi Memahami bentuk korespondensi satu-satu Menghitung nilai fungsi Menghitung nilai fungsi jika variabelnya berubah Menentukan bentuk rumus fungsi jika nilainya diketahui Menyusun tabel pasangan nilai peubah dengan nilai fungsi Menggambar grafik fungsi pada koordinat cartesius B. Penelitian Relevan Penelitian tentang Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep yang dilakukan oleh Hadiyanti R. dkk. (2012) terhadap siswa SMA kelas X pada materi Dimensi Tiga menyatakan bahwa model pembelajaran kelas kooperatif tipe Numbered Head Together lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta

23 29 didik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Setiyaningrum (2013) tentang Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together terhadap Aspek Pemahaman Konsep Peserta Didik SMP N 24 Semarang pada materi pokok Kubus dan Balok menyatakan bahwa proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together efektif terhadap pemahaman konsep peserta didik. Persamaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan pemahaman konsep. Sementara itu perbedaannya adalah pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan saintifik dalam memahami konsep matematika. Selain itu perbedaan yang lainnya adalah pada materi pokok, jenjang sekolah, dan sekolah tempat penelitian.

24 30 C. Kerangka Pikir Permasalahan: Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII F MTs Wathoniyah Islamiyah Kebarongan masih rendah. Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep : 1. Menyatakan ulang sebuah konsep 2. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep 3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 4. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep 5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah Langkah-Langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan Pedekatan Saintifik 1. Penomoran Guru membagi siswa secara heterogen berdasarkan nilai UAS, masing-masing kelompok terdiri dari 4 5 siswa Guru memberikan nomor yang berbeda, yaitu nomor 1 sampai 5 kepada masingmasing siswa dalam sebuah kelompok 2. Mengajukan pertanyaan Guru meminta siswa untuk mengamati suatu data atau persoalan (mengamati) Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai data atau persoalan sebelumnya (menanya) Guru meminta siswa untuk mencoba menyelesaikan persoalan tersebut (mencoba) Guru menjelaskan materi berdasarkan data atau persoalan tersebut 3. Berpikir bersama Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan LKS bersama teman sekelompoknya (menalar) Guru berkeliling mengamati siswa bekerja dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami (menanya) 4. Menjawab Guru menyebut secara acak nomor salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (mengkomunikasikan) Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya dan menanggapi hasil presentasi (menanya, mengkomunikasikan) Guru membantu siswa menyimpulkan hasil presentasi yang telah dianalisis bersama Dengan adanya tindakan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik diharapkan indikator kemampuan pemahaman konsep di atas dapat meningkat Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir

25 31 Berdasarkan hasil wawancara peneliti baik dengan guru mata pelajaran matematika maupun dengan siswa kelas VIII F, serta berdasarkan gambaran awal kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, diperoleh informasi bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII F MTs Wathoniyah Islamiyah Kebarongan masih rendah. Saat ini pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang dilibatkan dalam menemukan konsep pada saat proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam menemukan konsep, sehingga siswa tidak cepat lupa terhadap konsep yang telah dipelajari. Salah satu cara yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis adalah menggunakan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik. Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi. Numbered Head Together (NHT) diawali dengan penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab. Sementara itu pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berisi langkah-langkah mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring. Pada tahap penomoran, pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang berbeda-beda, sehingga siswa yang berkemampuan rendah akan dibantu oleh siswa yang berkemampuan tinggi ataupun sedang dalam memahami konsep yang dipelajari.

26 32 Pada tahap mengajukan pertanyaan, guru meminta siswa untuk mengamati suatu data ataupun persoalan kemudian melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai data ataupun persoalan tersebut dan meminta siswa untuk mencoba menyelesaikannya (mengamati, menanya, mencoba). Pada tahap ini siswa dilibatkan oleh guru dalam menemukan konsep matematika, sehingga siswa tidak cepat lupa terhadap konsep yang telah mereka pelajari, karena secara tidak langsung siswa sedang mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka. Pada tahap berpikir bersama, guru memberikan LKS yang berisi soal-soal pemahaman konsep matematis dan meminta siswa untuk mendiskusikan LKS tersebut bersama teman sekelompoknya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang ada (menalar). Selain itu pada saat berpikir bersama guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan apa yang sekiranya belum dipahami (menanya). Pada tahap menjawab, siswa berusaha untuk memahami jawabannya, karena guru menunjuk secara acak siswa yang maju mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya, sehingga secara tidak langsung setiap siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tanggungjawab untuk memahami jawaban yang telah didiskusikan bersama teman sekelompoknya (mengkomunikasikan). Dengan cara berkelompok siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan, siswa juga lebih memahami konsep yang dipelajari karena siswa dilibatkan langsung dalam menemukan konsep.

27 33 Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik diduga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII F MTs Wathoniyah Islamiyah Kebarongan. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII F MTs Wathoniyah Islamiyah Kebarongan.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara berpikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara berpikir untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika dipandang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1002) berarti pengertian, pendapat; pikiran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle (Yohana et all,2012)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.

memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Menurut Sudjana (1989:20) peran aktif adalah suatu kegaiatan dalam proses belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara langsung baik intelektual maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

Lebih terperinci

Oleh: Tiaranita Dekriati * ) Japet Ginting ** ) Sakur *** ) ABSTRACT

Oleh: Tiaranita Dekriati * ) Japet Ginting ** ) Sakur *** ) ABSTRACT 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII C MTs HASANAH PEKANBARU Oleh: Tiaranita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah. Objek kajian matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan dan uraian pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CD Pembelajaran 1. Pengertian Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang menyajikan model pembelajaran NHT dengan contoh materi di dalamnya yaitu kubus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Matematika Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai kelas 6. Memahami dan menguasai materi Matematika sangat penting bagi guru agar pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif, Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa. II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Dalam konteks sekolah dewasa ini, pembelajaran bukan sekedar kegiatan menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa. Menghafal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery Menurut Shadiq (2009) pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Menjelaskan pengertian relasi dengan menggunakan kata-kata

1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Menjelaskan pengertian relasi dengan menggunakan kata-kata 108 LAMPIRAN VI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Kelas Eksperimen) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 46 Sijunjung Kelas / Semester : VIII (Delapan)/1 (Ganjil) Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( ) MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Dosen Pengampu : Ahmad Nasir Ari Bowo, M.Pd Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti (14144600175)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia pendidikan. Wahyudin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP XXX Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Gasal Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dapat dibentuk melalui bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana sehingga peserta didik melakukan akivitas untuk mengembangkan segala potensi dirinya. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1. Pemahaman Konsep Matematis Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Kamaliyah

MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Kamaliyah EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 2, Oktober 206, hlm 8-25 4 MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kamaliyah Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai ilmu dan mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Yang Relevan Dalam hasil penelitian yang relevan ini akan dibahas mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan para peneliti terdahulu sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2008) mendefinisikan belajar sebagai proses bahwa tingkah laku yang ada pada diri seseorang ditimbulkan atau diubah karena

Lebih terperinci

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep matematika adalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis dan Hipotesis 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematika 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman menurut Sudijono (2009) adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara umum, komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahukan pendapat

Lebih terperinci

Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI

Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial melalui Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together Bagi Siswa Kelas XD SMAN 1 Rowosari Semeser 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Representasi merupakan ungkapan dari suatu ide matematika yang ditampilkan peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik menjadi sumber daya yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang dengan cara disegaja unntuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TEORI BAB II KAJIAN KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam model pembelajaran yang sesuai karakteristik materi

Lebih terperinci