memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor."

Transkripsi

1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Menurut Sudjana (1989:20) peran aktif adalah suatu kegaiatan dalam proses belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara langsung baik intelektual maupun emosional, sehingga pada hakikatnya peran aktif adalah usaha untuk mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Slameto (2010:36) menjelaskan bahwa dalam proses belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, dan melakukan diskusi dengan guru atau temanya. Jika siswa bisa berperan aktif dalam pembelajaran, maka siswa dapat meningkatkan pemahamannya dalam menguasai materi sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Menurut Usman (2006:22) secara harfiah peran aktif dapat diartikan sebagai kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar yang menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.

2 10 Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan peran aktif siswa adalah kegiatan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar meliputi memperhatikan, pengajuan pendapat, bertanya, memanfaatkan sumber belajar, berdiskusi serta memecahkan masalah untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Menurut Sudjana (1989:110) menyebutkan ciri-ciri proses belajar mengajar yang menuntut peran aktif siswa adalah sebagai berikut : 1) Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari informasi dan memberi informasi 2) Siswa banyak mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun siswa lain. 3) Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau terhadap pendapat yang diajukan oleh siswa lain. 4) Siswa memberi respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru seperti membaca, mengerjakan tugas, mendiskusikan pemecahan masalahnya denga teman sekelas, bertanya kepada siswa lain bila mendapat kesulitan, mencari informasi dari bebrapa sumber belajar, dan kegiatan nyata lainya.

3 11 5) Siswa berkesampatan melakukan penelitian sendiri terhadap hasil pekerjaannya, sekaligus memperbaiki dan meyempurnakan pekerjaan yang dianggapnya masih belum sempurna. 6) Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajaran dengan bahasa dan cara masing-masing baik secara mandiri maupun kelompok. 7) Sisa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada di sekitarnya secara optimal dalam kegiatannya, merespon stimulus belajar yang diberikan oleh guru Menurut Heinz (1981:65) dijelaskan bahwa dalam peran aktif maka siswa harus bekerja sendiri melalui : 1) Siswa mencari jalan sendiri untuk memecahkan masalah 2) Siswa menjawab pertanyaan dari guru 3) Siswa belajar bertanya 4) Siswa mengambil keterangan dari buku maupun dari penjelasan 5) Siswa dapat mendiskusikan suatu hal dengan kawannya 6) Siswa dapat melakukan percobaan sendiri 7) Siswa merasa bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan. Berdasarkan teori Sudjana dan Heinz di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator dalam penelitian peran aktif siswa

4 12 disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah sebagai berikut : 1) Siswa memperhatikan arahan dari guru 2) Siswa mencari cara untuk memecahkan masalah 3) Siswa berdiskusi dengan temannya 4) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain 5) Siswa menyampaikan pendapat atau sanggahan 6) Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada 7) Siswa menyampaikan jawaban 8) Siswa melakukan percobaan sendiri B. Prestasi Belajar Menurut Poerwadarminto (1996:14) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau dikerjakan. Sedangkan menurut Slameto (2010:122) prestasi belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku pada struktur kognitif yang merupakan substansi dari keseluruhan pengetahuan siswa mengenai bidang mata pelajaran tertentu yang pengukurannya menggunakan tes.

5 13 Menurut (2001:146) hasil belajar mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan sebagian dari hal tersebut, yang berkenaan dengan penilaian yang berupa tes evaluasi yang mencerminkan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menguasai materi itu adalah prestasi belajar. Menurut Wingkel (1996:482) kemampuan kemampuan siswa digolongkan dalam hal informasi, verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan sikap. Kemampuan kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam sebuah prestasi, selain itu juga kemampuan internal yang diperolehnya harus sesuai dengan tujuan intruksional menampakan hasil belajar, tetapi tidak semua hasil belajar merupakan produk yang ada dalam proses pembelajaran sedangkan guru menuntut siswa pada akhir proses pembelajaran suatu prestasi, sebagai umpan balik yang nyata bahwa hasil yang dituju tercapai melalui evaluasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu berupa perubahan pada aspek kognitif yang pengukurannya menggunakan tes evaluasi yang mencerminkan kemapuan siswa dalam menguasai materi kemudian dinilai dan diwujudkan dalam angka.

6 14 C. Matematika Menurut Nasoetion (1982:12) matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Dalam bahasa belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah berpikir deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernytaan dalam matematika bersifat konsisten. Matematika sendiri berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran geometri, aljabar, peluang, statistika, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang berupa kalimat, persamaan matematika, diagram, grafik, dan tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut : 1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa inng tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

7 15 3) Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah. 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Ruang lingkup matematika dalam standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukan oleh siswa dalam hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar isi dirinci dalam komponen kompetensi dasar serta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Aspek atau rung lingkup matematika meliputi bilangan, pengukuran, geometri, aljabar, trigonometri, peluang, statistika dan kalkulus. D. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005 :4) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam melakukan pembelajaran guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya

8 16 (peer teaching). Sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2010:17) cooperative learning adalah pengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja bersama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Menurut Lie (2002 : 12) cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas tugas yang terstruktur. Model pembelajaran ini tidak sama dengan sekedar dalam kelompok. Ada unsur unsur dasar pembelajaran pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memunginkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan sistem belajar dalam kelompok - kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk memperoleh tujuan belajar. Menurut Rusman (2011:208), pembelajaran kooperatif memiliki prinsip dasar dan ciri ciri sebagai berikut:

9 17 A. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif 1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa sehidup sepenanggungan bersama. 2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. 3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua angggota kelompoknya. 6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 7. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara iindividu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. B. Ciri ciri Pembelajaran kooperatif 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya 2. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda- beda

10 18 4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu Menurut Lie (2002:31) mengemukakan 5 unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut : a) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada setiap usaha setiap anggotanya. Dengan kata lain antara satu anggota dengan anggota yang lainnya merasa saling membutuhkan karena keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan individu. b) Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperatif learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. c) Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para peserta didik untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil dari beberapa kepala akan lebih kaya dari hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih bes ar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. d) Komunikasi antar anggota

11 19 Unsur ini menghendaki agar para peserta didik dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi karena tidak setiap siswa memiliki keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka. e) Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok mereka agar saat mereka melakukan kerja kelompok lagi akan lebih baik dan efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran kooperatif. Secara umum fase - fase dalam pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011:211) dapat kita lihat pada Tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Fase fase pembelajaran Kooperatif FASE Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Fase-2 AKTIVITAS GURU Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

12 20 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar. Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase-5 Evaluasi Fase-6 Memberikan penghargaan Fase 7 Memberika kesimpulan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. 2. Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

13 21 meningkatkan penguasaan akademik. Model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan kegiatan belajar kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Lie, 2002:59). Menurut Lie (2002 : 59) Pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide ide dan kemudian mempertimbangkan bersama jawaban yang paling tepat dan NHT juga dapat meningkatkan semangat kerja siswa. Dari uraian di atas dapat kita disimpulkan pembelajaran NHT adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan banyak siswa untuk saling membagi ide ide, menelaah materi, mengecek pemahaman, meningkatkan peran aktif dan kemudian mempertimbangkan bersama jawaban yang paling tepat. Sanjaya ( dalam Rusman 2011:206) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran NHT yaitu : 1. Persperkif motivasi Melalui penghargaan yangg diberikan kepada kelompok itu dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2. Perspektif perkembangan kognitif Adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah informasi

14 22 3. Perspektif ketrampilan sosial Memalui pembelajaran ini siswa akan memperoleh Keterampilan sosial. Ketrampilan ini meliputi bekerjasama, bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Menurut Lie (2002:60) Penerapan pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mempunyai Fase - fase sebagai berikut : Tabel 2.2 Fase - fase pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) No Fase Aktivitas guru 1 Fase-1 membagi siswa ke dalam Penomoran 2 Fase-2 Mengajukan Pertanyaan/permasalahan 3 Fase-3 Berpikir Bersama 4 Fase-4 Evaluasi/menjawab kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok dalam timnya mengetahui jawaban itu Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

15 23 Menurut Lie (2002:60) dalam pembelajaran NHT memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu : 1. Kelebihan a. Melatih siswa meningkatkan ketrampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok, b. Memberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu, c. Meningkatkan berpikir siswa baik secara individu maupun kelompok, d. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok, dan e. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai 2. Kelemahan a. Memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi karena ada diskusi kelompok dan kelas, dan b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Dalam pembagian tim, setiap tim terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan, dan yang mempunyai kemampuan kurang dapat terbantu oleh yang lain. Yang berkemampuan tinggi bersedia membantu, meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik

16 24 kelompok, yang paling lemah diharapkan antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya. Dari uraian di atas mengenai pembelajaraan kooperatif dan pembelajaran NHT dapat disimpulkan bahwa Pembelajarann kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah Model pembelajaran yang mengutamakan penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil untuk saling bekerja sama, membagi ide ide, menelaah materi, mengecek pemahaman, meningkatkan semangat kerja dan kemudian mempertimbangkan bersama jawaban yang paling tepat. Fase fase pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Fase fase pembelajaran kooperatif tipe NHT FASE AKTIVITAS GURU Fase-1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran memotivasi siswa. yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase-2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Penomoran Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Fase-4 Mengajukan pertanyaan/ Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

17 25 permasalahan. Fase-5 Berpikir bersama. Fase-6 Menjawab (evaluasi). Fase-7 Memberikan penghargaan Fase-8 Memberikan kesimpulan E. Pokok bahasan aljabar untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. Pertanyaan dapat bervariasi Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Menurut Ensiklopedi matematika dan peradaban manusia (dalam Nuharini, 2008:80) Kata aljabar berasal dari bahasa arab aljabr yang berarti pertemuan, hubungan atau perampungan yang diambil dari judul buku Hisab al Jabr Wa l Muqabalah yaitu Perhitungan dengan Restorasi dan Reduksi, karya seorang ahli matematika Arab, Muhammad Al-Khwarizmi ( M). Aljabar adalah cabang ilmu matematika yg menggunakan tanda-tanda dan huruf-huruf untuk menggambarkan atau mewakili angka-angka (a, b, c, sbg pengganti bilangan yg diketahui dan x, y, z untuk bilangan yg

18 26 tidak diketahui). Aljabar menjadi salah satu cabang ilmu matematika yang sangat bermanfaat dalam ilmu ekonomi dan ilmu sosial lainnya. Pada pokok bahasan ini siswa dituntut untuk dapat menjelaskan variabel, konstanta, koefisien, faktor, suku dapat melakukan operasi hitung tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat pada bentuk aljabar serta siswa dapat menerapkan operasi hitung pada bentuk aljabar untuk menyelesaikan soal. Sebelum siswa mempelajari pokok bahasan aljabar, siswa harus menguasai konsep mengenai faktor sekutu, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan atau lebih. Konsep mengenai bentuk aljabar dan operasi hitungnya selanjutnya akan sangat bermanfaat dalam mempelajari bab berikutnya. Pada pokok bahasan Aljabar akan memuat materi sebagai berikut: a. Bentuk aljabar dan unsur unsurnya Menurut Nuharini (2008:80) Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui nilainya. Pada bentuk aljabar memuat unsur unsur bentuk aljabar yang terdiri dari variabel, koefisien, konstanta. Perhatikan bentuk 52x + 12y - 3. Bentuk ini disebut bentuk aljabar, huruf x dan y pada bentuk aljabar dinamakan variabel atau peubah, sedangkan koefisien dari suku 52x adalah 52 dan koefisien dari 12y adalah 12, dan -3 ini disebut konstanta. Dari uraian di atas dapat dijelaskan

19 27 bahwa variabel adalah suatu lambang pengganti bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah dan biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, z. Koefisien adalah Faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar. Konstanta adalah Suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel. Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih. b. Operasi hitung pada bentuk aljabar Pada bentuk aljabar operasi yang digunakan adalah operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan bentuk pangkat. Untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dua bentuk aljabar hanya dapat dikerjakan pada suku suku yang sejenis dengan menjumlahkan atau mengurangkan koefisien pada suku suku sejenis, untuk melakukan operasi perkalian dan pembagian dua bentuk aljabar dapat memanfaatkan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan sebagaimana perkalian suatu konstanta dengan bentuk aljabar. dan untuk operasi bentuk pangkat, seperti pada pokok bahasan bilangan bulat, betuk pangkat adalah bilangan bulat positif ini berlaku juga pada operasi pangkat bentuk aljabar. c. Pecahan bentuk Aljabar

20 28 Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b, dimana b 0, a dan b adalah bilangan bulat dan b bukan faktor dari a. Pecahan dalam bentuk aljabar ini menggunakan operasi yang sama dengan operasi pecahan biasa. Misalnya menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bentuk aljabar adalah sama dengan menjumlahkan dan mengurangkan pada pecahan biasa, yaitu dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu, begitu juga dengan opersai perkalian, pembagian, dan pemangkatan juga menggunakan operasi yang sama dengan operasi pecahan biasa. d. Penggunaan Aljabar untuk penyelesaian masalah Paba bagian ini bentul aljabar akan dimuat dalam masalah kehidupan sehari hari dan lain lain untuk menghitung besarnya suatu variabel denagn menggunakan operasi bentuk aljabar. Contohnya sebagai berikut : Diketahui usia ayah empat kali usia anaknya. Lima tahun kemudian, usia ayah tiga kali usia anaknya. Tentukan masingmasing umur ayah dan anaknya? Penyelesaian Misalkan: usia ayah = x, usia anak = y, sehingga diperoleh persamaan x = 4y... (i) x + 5 = 3(y + 5)... (ii)

21 29 Substitusi persamaan (i) ke persamaan (ii), diperoleh x + 5 = 3(y + 5) 4y + 5 = 3(y + 5) 4y + 5 = 3y y 3y = 15 5 y = 10 Untuk y = 10, maka x = 4y x = 4 x 10 x = 40 Jadi, usia ayah 40 tahun, sedangkan usia anaknya 10 tahun. E. Kerangka Berpikir Indikator peran aktif 1) Siswa memperhatikan arahan dari guru 2) Siswa mencari cara untuk memecahkan masalah 3) Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada 4) Siswa bekerjasama/berdiskusi dengan temannya 5) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain 6) Siswa menyampaikan pendapat atau sanggahan 7) Siswa melakukan percobaan sendiri 8) Siswa menyampaikan jawaban Berdasar hasil observasi bahwa indikator indikator di atas masih rendah. Fase - fase dalam pembelajaran NHT (Number Head Together)

22 30 1. Fase I : menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2. Fase II : menyajikan informasi 3. Fase III : Penomoran 4. Fase IV : Pemberian masalah 5. Fase V : Berpikir bersama 6. Fase VI : Evaluasi jawaban 7. Fase VII : Memberi penghargaan Peran Aktif Siswa Prestasi Belajar Siswa Dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads together) diharapkan indikator kemampuan peran aktif siswa dapat meningkat sehingga dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dilaksanakan melalui delapan fase yang telah dijelaskan fase-fasenya pada tinjauan pustaka. Fase I yaitu penyampaian tujuan dan motivasi siswa digunakan untuk memberikan tujuan belajar atau pencapaian yang harus dikuasai siswa pada saat belajar waktu itu, selain tujuan belajar, guru juga menyampaikan motivasi agar siswa semangat dalam mengikuti pelajaran

23 31 yang akan dilaksanakan dengan memberikan contoh contoh yang berhubungan dengan materi dan gambaran ketika siswa dapat menguasai materi maka siswa akan mendapat nilai yang baik sehingga siswa mampu megutarakan ide ide atau konsep yang mungkin berdasarkan contoh, pada tahap ini pula dapat meningkatkan indikator peran aktif (6) karena dengan guru memberi contoh contoh tentang materi yang akan disampaikan dan bisa memotivasinya maka siswa dapat menyampaikan pendapat yang dimiliki. Fase II yaitu menyajikan informasi dalam kegiatan ini di gunakan untuk meningkatkan indikator peran aktif siswa ( 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 ) karena dalam fase ini guru menjelaskan dan membimbing siswa untuk memahami materi dan menetapkan konteks permasalahan yang sesuai dengan ide yang dikemukakan serta memberikan contoh soal agar siswa bisa mencari cara untuk memecahkan masalah dan melakukan percobaan sendiri. Fase III yaitu penomoran kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan indikator peran aktif siswa ( 1, 5, dan 6) karena dalam tahap ini guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 5 siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 5 sehingga siswa dituntut untuk memperhatikan arahan dari guru dan ketika ada permasalahan atau kurang jelas dalam pembagiannya siswa berani bertanya sekaligus mengungkapkan pendapatnya. Fase IV yaitu mengajukan pertanyaan / permasalahan kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan indikator peran aktif siswa ( 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 8 ) karena pada tahap ini guru memberikan pertanyaan melalui LKS dan memimbing

24 32 siswa dalam mengerjakan baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa mampu menunjukan kreatifitas dalam bekerjasama dan taggung jawab masing masing karena setiap anggota kelompok sudah memiliki pertanyaan sendiri yang harus kerjakan. Fase V yaitu berpikir bersama dalam kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan indikator peran aktif siswa ( 2, 3, 4, 5, 6,7 dan 8) karena dalam kegiatan ini siswa menyatukan pendapatnya setelah mereka mengerjakan permasalahannya masing masing dan guru membimbing siswa dalam menyampaikan pendapatnya untuk saling menggabungkan dan mendiskusikannya, tujuanya adalah agar seluruh anggota kelompok mengetahui jawabannya dan mengecek kebenaran jawaban yang telah dikerjakan. guru dalam tahap ini selain membimbing juga berkeliling untuk mengecek dan meyakinkan bahwa semua kelompok telah mengetahui jawabanya masing masing. Fase VI yaitu evaluasi jawaban dalam kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan indikator peran aktif siswa ( 1, 5, 6 dan 8) karena dalam tahap ini guru memanggil salah satu untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas serta siswa lain dituntut untuk memperhatikan dan jika ada jawaban yang salah maka angota kelompoknya atau siswa yang memperoleh soal / permasalahan sama bisa memberikan pendapat atau sanggahan. Fase VII yaitu memberi penghargaan kegiatan ini digunakan untuk meningkatkan indikator peran aktif siswa ( 1 dan 6) memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai terbaik sehingga siswa dituntut untuk memperhatikan dan memberi pendapat. Fase VIII

25 33 yaitu memberikan kesimpulan materi, ini meningkatkan indikator peran aktif (1,4 6) karena siswa disini dituntut untuk memperhatikan dan saling berpendapat. Setelah menjalani fase - fase dalam pembelajaran NHT, maka peran aktif siswa diharapkan meningkat dengan menyesuaikan kegiatan pembelajaran yang berlangsung sehingga pemahaman siswa dalam menguasai materi diharapkan lebih baik, ini akan berimbas kepada hasil belajar siswa yang nantinya akan mengarah kedalam meningkatnya prestasi siswa. F. Hipotesis Tindakan Berdasar kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran NHT (Numbered Heads Together), peran aktif dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII B SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif, Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1002) berarti pengertian, pendapat; pikiran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Walle (2008: 26) pemahaman adalah ukuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Matematika Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai kelas 6. Memahami dan menguasai materi Matematika sangat penting bagi guru agar pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilanketerampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan latihan terus menerus.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Menentukan KPK a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis dan Hipotesis 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat di ukur (Asri, 2004:51).

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat di ukur (Asri, 2004:51). I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Dan Pembelajaran Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V Endah Tri Wahyuni 1 1 Universitas Negeri Malang Email: 1 endahtriw7@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TEORI BAB II KAJIAN KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam model pembelajaran yang sesuai karakteristik materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) Oleh: Aji Heru Muslim Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide, gagasan, dan pendapat secara jelas (Sutama, 2014: 142). Matematika tidak hanya sebagai ilmu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( ) MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Dosen Pengampu : Ahmad Nasir Ari Bowo, M.Pd Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti (14144600175)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dasar memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan, salah satu tantangan yang cukup menarik yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku 1. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI. 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7

BAB II KAJIAN TEORI. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI. 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7 Beberapa ciri pembelajaran matematika SD/MI adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2008) mendefinisikan belajar sebagai proses bahwa tingkah laku yang ada pada diri seseorang ditimbulkan atau diubah karena

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL A. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik menjadi sumber daya yang berkualitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dapat dibentuk melalui bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

eksternal yang datang dari lingkungan.

eksternal yang datang dari lingkungan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AK 2 SMK YPKK 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh: Istiningrum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika Suatu kegiatan yang sengaja melalui proses sehingga menghasilkan perubahan disebut belajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana sehingga peserta didik melakukan akivitas untuk mengembangkan segala potensi dirinya. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 KECAMATAN BUNGKAL Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2 PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2 1,2 Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah ABSTRAK Materi sistem persamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci