BAB I PENDAHULUAN. kekurangan bahan baku, karena pasokan bahan baku terutama dari hutan alam

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan menjadi ujung tombak pemulihan ekonomi bagi pemerintah dan sebagai modal yang mudah dimanfaatkan. Hutan di Indonesia menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan nasional secara berkesinambungan sehingga tuntuttan pasar akan kebutuhan kayu semakin meningkat setiap tahunnya. Industri kayu di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku, karena pasokan bahan baku terutama dari hutan alam terus menurun. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Bina Kehutanan dalam BAPPENAS rekapitulasi produksi kayu bulat berdasarkan sumber produksi tahun 2011 mencapai ,49m 3. Defisit pemenuhan kayu ini kian meningkat karena laju pertumbuhan penduduk Indonesia juga kian bertambah. Kondisi hutan alam di Indonesia saat ini tidak dapat lagi dijadikan andalan untuk memenuhi kebutuhan kayu saat ini dan akan datang. Dalam beberapa tahun ke depan kesenjangan ini akan semakin besar karena pemerintah mulai membatasi penebangan dari hutan alam, sehingga diperlukan langkah-langkah dan strategi yang bertumpu pada pencapaian keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan. Kesulitan yang di alami industri dalam memenuhi bahan baku menjadi salah satu pemicu maraknya penebangan dan perdagangan kayu secara ilegal (tidak memiliki 1

2 izin) di Indonesia. Menurut informasi dari WWF Berdasarkan dari data Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011, Indonesia memiliki hamparan hutan yang luas, dengan luas hutan Indonesia sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia. Hijaunya alam Indonesia kian hari kian menyusut akibat pemanfaatan hutan tak terkendali. Laju deforestasi hutan Indonesia mencapai ,92 Ha per tahun (2011). Usaha untuk menanggulangi atau mengurangi berbagi permasalahan mengenai kekurangan pasokan bahan baku industri ini, salah satunya adalah dengan pemanfaatan kayu dari sumber-sumber lainnya seperti dari hutan rakyat. Keberadaan hutan rakyat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kayu yang semakin meningkat. Pembangunan hutan dan peningkatan kembali peran ekonomi dari hutan dapat diusahakan dalam peningkatan hutan rakyat baik secara mandiri atau dibantu pihak luar khususnya pemerintah. Pembangunan ini dapat dilakukan secara mandiri apabila masyarakat sendiri yang merasakan dan menganggap kegiatan tersebut bermanfaat. Pembangunan hutan rakyat sudah semakin menampakan perannya dalam menghasilkan pasokan bahan baku dalam memenuhi kebutuhan industri perkayuan bangsa. Semakin bermanfaat sesuatu maka semakin giat dan semakin masyarakat bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pemeliharaan dan mempertahankannya. Beberapa industri pengelolaan kayu melakukan pola kemitraan dengan masyarakat khususnya petani hutan rakyat untuk memenuhi kecukupan persediaan bahan baku dalam kegiatan produksi kayu. Hal ini selain dapat memenuhi kebutuhan kayu perusahaan, juga dapat meningkatkan lapangan kerja, pendapatan 2

3 dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga pola kemitraan ini memberikan banyak keuntungan baik dari segi ekologi, sosial maupun ekonomi. Salah satu perusahaan kayu yang menerapkan konsep kemitraan dalam kegiatan produksinya adalah PT. Wana Cahaya Nugrahan (PT.WCN) yang berada di Lumajang Jawa Timur. Kabupaten Lumajang merupakan kabupaten yang memiliki hutan rakyat yang setip tahunnya semakin luas, sehingga menjadi perhatian terhadap pemerintah dan pihak perusahaan salah satunya PT. WCN. Salah satu kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat di Lumajang adalah adanya kemitraan antara PT. WCN dan Kelompok Tani Mardi Kismo yang berada di Desa Dadapan, Kecamatan Gucialit. Berbagai Program yang dibuat oleh PT. WCN dengan tujuan untuk menjaga kestabilitas kebutuhan bahan baku bisa tercukupi serta menjalin hubungan baik terhadap petani hutan rakyat terkait terhadap bahan baku sehingga dapat menikmati harga yang baik. Untuk mengetahui capaian hasil pengelolaan kemitraan antara perusahaan pengelolahan kayu dengan masyarakat maka dilakukan penelitian dengan judul Analisis Pola Kemitraan PT. Wana Cahaya Nugrahan dengan Kelompok Tani Mardi Kismo dalam Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Dadapan Gucialit Lumajang. 1.2 Rumusan Masalah Hal yang menarik untuk dikaji dalam pola kemitraan yang dilakukan PT. WCN dengan Kelompok Tani Mardi Kismo dan Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang, diantaranya adalah: 3

4 1. Bagaimana desain program kemitraan yang dilakukaan oleh PT. Wana Cahaya Nugraha dalam pengelolaan hutan rakyat di Desa Dadapan? 2. Bagaimana tingkat keberhasilan dalam program kemitraan yang dilakukan oleh PT. Wana Cahaya Nugraha pada hutan rakyat di Desa Dadapan? 3. Apa keinginan masyarakat Kelompok Tani hutan rakyat terhadap PT. Wana Cahaya Nugraha? 4. Bagaimana strategi untuk pengembangan pola kemitraan kedepannya? 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pola kemitraan yang diterapkan oleh PT. Wana Cahaya Nugraha dalam pengelolaan hutan rakyat di Desa Dadapan. 2. Tingkat keberhasilan dalam program kemitraan yang dilakukan oleh PT. Wana Cahaya Nugraha pada hutan rakyat di Desa Dadapan. 3. Keinginan petani hutan rakyat terhadap PT. Wana Cahaya Nugraha. 4. Merumus strategi untuk pengembangan pola kemitraan kedepannya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan, pertimbangan serta kebijakan dalam mengevaluasi dan meningkatkan mekanisme program kemitraan di perusahaan kayu, petani hutan rakyat dan Dinas Kehutanan Lumajang. 4

5 2. Dapat memberikan solusi atau kontribusi dalam memecahkan masalah yang terkait dengan masalah-malasah kemitraan. 5