BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Jalur APMS di Bandara Soekarno-Hatta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Jalur APMS di Bandara Soekarno-Hatta"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Jalur APMS di Bandara Soekarno-Hatta Jalur APMS di bandara Soekarno-Hattta yang sedang dibangun sekarang memiliki jalur ganda atau double track yang langsung menghubungkan antar terminal dan intergrated building, jalur APMS memiliki lintasan terjauh yaitu 3,0 km. Untuk jalur APMS saat ini dibangun dengan struktur beton dengan 2 trase dan disetiap belokan di gunakan struktur komposit baja dan beton yang dimana akan memudahkan untuk melakukan aplikasi dilapangan dibanding dengan beton. dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Track APMS komposit (Sumber : PT. Angkasa Pura II,2016) IV - 1

2 4.2 Data Penelitian Pengumpulan data sekunder didapat dari sumber-sumber dan pihak-pihak yang berkaitan dengan proyek pembangunan APMS ini. Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh langsung dari pihak owner (PT. ANGKASA PURA II ) berupa data Gambar Rencana jalur perjalanan kereta APMS, Data Traffic penerbangan, Data pendukung lainnya, dan data-data ini akan digunakan sebagai proses awal dari perhitungan kapasitas Lintas APMS. Gambar rencana jalur perjalanan APMS yang sedang dalam proses pembangunan sekarang merupakan sarana transportasi pendukung untuk menghubungkan ARS (Airport Rail Station) dengan semua terminal di Bandara Soekarno-Hatta dimana nanti akan dihubungkan oleh Intergrated building. APMS akan menggunakan jenis kereta Automated Guided Train (AGT) dengan tipe side guided dan beroperasi dengan 3 trainset. Lokasi Intergrated building ARS Gambar 4.2 Rencana APMS (Sumber : PT. Angkasa Pura II,2016) IV - 2

3 Terminal 2 Terminal 3 ARS Terminal 1 Gambar 4.3 Jalur APMS (Sumber : PT. Angkasa Pura II,2016) Data traffic penerbangan yang didapat saat ini berguna untuk mengetahui jumlah pergerakan penumpang pertahun mulai dari data penumpang internasional, domestik dan yang transit dibandara Soekarno-Hatta. Data ini menjadi acuan dalam menghitung kapasitas lintas APMS agar dapat mengetahui apakah transportasi ini bisa bekerja secara optimal dalam mengatasi lonjakan jumlah penumpang di bandara nantinya. Dapat dilihat pada Tabel 4.1. IV - 3

4 Tabel 4.1 Data Historis Penumpang Bandara Soekarno Hatta DATA HISTORIS JUMLAH PENUMPANG BANDARA SOEKARNO-HATTA Internasional Domestik Jumlah Sumber : Data statistik penerbangan Bandara Soekarno-Hatta, Gambar 4.4 Grafik Total Penumpang Domestik dan Internasional Tahun 2016 Sumber : Data statistik penerbangan Bandara Soekarno-Hatta, IV - 4

5 Dari data historis Pada Tabel 4.1, terlihat jumlah penumpang di bandara Soekarno- Hatta baik yang datang, berangkat, maupun transit sudah semakin meningkat, dan ini akan membuat sirkulasi akomodasi di bandara akan semakin padat. Data-data pendukung lain yang didapatkan dari kantor kontraktor yang berhubungan langsung dengan proyek APMS, mulai dari kontraktor pelaksana dan kontraktor pengadaan untuk kereta APMS sendiri. Data-data yang didapatkan seperti data fotofoto pelaksanaan pekerjaan, data referensi untuk type kereta yang akan dipakai dan teknologi yang akan digunakan APMS Perhitungan Kapasitas Lintas APMS Penghitungan kapasitas lintas APMS dilakukan pada jalur terminal 1 ke terminal 3. Berikut ini adalah penghitungan kapasitas lintas APMS: 1. Menetapkan jarak stasiun terjauh (S). Ditentukan titik awal Station berada pada ARS atau Airport Rail Station dapat dilihat pada Tabel 4.2 No Tabel 4.2 Jarak Antar Stasiun Terminal Jalur Jarak antar terminal (Sp) (km) 1 Airport Rail Station - Terminal 1 0,633 2 Airport Rail Station - Terminal 2 0,530 3 Terminal 2 - Terminal 3 1,837 4 Airport Rail Station - Terminal 3 2,367 5 Terminal 1 - Terminal 3 3,000 (Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016) Jadi, jarak Stasiun terjauh Terminal 1 - Terminal 3 (Sp) adalah 3,000 m = 3.0 km IV - 5

6 2. Menghitung Kecepatan rata-rata, Jarak, dan Waktu tempuh APMS Perhitungan kapasitas lintas bertujuan untuk mengetahui kemampuan maksimum suatu lintas jalan kereta api untuk melayani operasi perjalanan kereta api dalan kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini, kapasitas lintas APMS dihitung untuk masing-masing jalur dari stasiun terminal 1 hingga terminal 3. Variabel yang mempengaruhi nilai kapasitas lintas APMS antara lain, menghitung kecepatan APMS rata-rata (Vav), menghitung jarak antar stasiun (St), menghitung waktu tempuh APMS (tt). Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Menghitung kecepatan APMS rata-rata (V). Untuk menghitung kecepatan APMS rata-rata (V) ini diperlukan data APMS, sebagai perbandingan di ambil kecepatan rata-rata skytrain dari bandara changi di Singapura yang memiliki kecepatan rata-rata 50 km/jam. Spesifikasi APMS sebagai berikut : Car body Construction Car length Width Height Doors Design Speed Operation Speed : Welded aluminium : m : 2.8 m : 2.0 m : 4 per car : 60 km/h (37 mph) (design) : 50 km/h (31 mph) (service) Kecepatan rata-rata APMS Traction system Traction motors Power output : Mitsubishi IGBT-VVVF invector vector control : There phase AC induction motor 80 KW (110 hp) : 160 KW 9210 hp) Acceleration : 1.0 m/s 2 (3.3 ft/s 2 ) Deceleration Electric system (s) : 1.0 m/s 2 (3.3 ft/s 2 ) (service) : 1.3 m/s 2 (4.3 ft/s 2 ) (emergency) 750 V DC third rall IV - 6

7 Braking system (s) Safety system (s) Coupling system Track gauge : Electric command pneumatic brake with regenerative brake with stand-by brake and parking brake (with variable load control and wheel slide prevention control) : ATC, ATP and ATO : Bergische Stahi Industri : Side-mounted guideway with Rubber tires Persamaan kecepatan rata-rata ini diambil karena untuk kereta skytrain dan APMS memiliki type dan sistem yang sama sehingga kecepatan rata-rata tidak di hitung secara detail karena jalur/track APMS tidak memiliki lintasan yang panjang dan tidak memiliki hambatan disepanjang jalur. b. Menghitung jarak antar stasiun (S) Untuk menghitung St diperlukan data jarak antar stasiun terminal 1 ke terminal 3. Jarak tersebut dapat diketahui berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Jarak antar Stasiun pada masing-masing Jalur No Jalur Jarak (km) 1 Airport Rail Station - Terminal 1 0,633 2 Airport Rail Station - Terminal 2 0,530 3 Terminal 2 - Terminal 3 1,837 4 Terminal 1 - Terminal 3 3,000 (Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016) c. Menghitung waktu tempuh APMS (t). Untuk menghitung kapasitas lintas APMS diperlukan data waktu tempuh, karena melewati 2 stasiun. Waktu tempuh APMS dari stasiun Terminal 1 ke Terminal 3 dapat dilihat pada Tabel 4.4. IV - 7

8 Tabel 4.4 Waktu tempuh APMS pada masing-masing Jalur No Jalur Jarak Kecepatan Waktu (menit) Waktu Total (km) (km/jam) Jalan Berhenti (menit) 1 Terminal 1 - ARS 0, ,00 1,00 2,00 2 ARS - Terminal 2 0, ,00 0,30 1,30 3 Terminal 2 - Terminal 1, ,00 0,30 2,30 3 Waktu tempuh dari terminal 1 terminal 3 5,60 (Sumber : olahan penulis,2017) Jadi, waktu tempuh APMS untuk jalur Terminal 1 ke Terminal 3 sebesar 5,60 menit, dimana nilai tersebut sudah termasuk waktu APMS berhenti pada saat menurukan dan menaikkan penumpang yang akan transit. Pada saat APMS berada pada jalur Terminal 1 ke ARS membutuhkan waktu berhenti yang berbeda dikarenakan pada jalur tersebut diasumsikan banyak penumpang yang akan transit. (waktu berhenti diasumsikan sedemikian karena disesuaikan dengan kondisi jalur yang dilintasi APMS). Waktu tempuh ini dihitung dalam sekali perjalanan. 3. Menghitung Kapasitas Lintas APMS Berdasarkan Kerangka Acuan Keraja (KAK) tentang APMS yang diperoleh dari pihak PT. Angkasa Pura II, APMS direncanakan beroperasi selama 24 jam. Untuk saat ini pengoperasian APMS diasumsikan 19 jam/hari yang waktunya telah ditentukan. Waktu operasi APMS dapat dilihat pada Tabel 4.5 IV - 8

9 Tabel 4.5 Waktu Operasi APMS No Jam Operasional Jalur Jarak (km) Kecepatan (km/jam) Waktu (menit) Total Kapasitas waktu Lintas Pergi Pulang (menit) APMS/Jam (Pergi-Pulang) Terminal Terminal 5,30 3, , (+1 menit) (Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016) 11,90 5,00 Jadi, dengan Kecepatan rata-rata V = 60 km/jam, Jarak dari terminal 1 ke terminal 3 = 3 km dan Waktu tempuh dari terminal 1 ke terminal 3 = 11,90 menit. Maka diketahui nilai Kapasitas Lintas APMS pada jalur Terminal 1 ke Terminal 3 adalah 95 APMS/hari. Waktu perjalanan APMS dapat dilihat pada Gambar 4.5: Total waktu Pergi 5,60 menit 1 menit (+1 menit waktu berhenti) 1 menit (+0,30 menit waktu berhenti) 2 menit (+0,30 menit waktu berhenti) T 1 ARS T 2 T 3 1 menit (+1 menit waktu berhenti) 1 menit (+0,30 menit waktu berhenti) Total waktu Pulang 6,30 menit 2 menit (+1 menit waktu berhenti) Gambar 4.5 Waktu perjalanan APMS 4.4. Perawatan Prasarana APMS Perawatan prasarana APMS diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian berdasarkan jumlah APMS yang ada, sesuai dangan peraturan perkeretaapian, sebesar 30% dari jumlah kereta api harus dilakukan perawatan agar tingkat keselamatan dan stabilitas operasi tetap optimal. Diambil contoh dari 100 IV - 9

10 kereta api yang beroperasi berarti ada 30 kereta api yang harus dilakukan perawatan setiap harinya. Tahap pertama pengoperasian APMS nanti akan ada 3 trainset, dalam 1 trainset terdapat 2 unit APMS. Jadi, terdapat 6 unit APMS yang harus diatur perawatannya secara bergantian. 30% dari jumlah APMS yang harus dilakukan perawatan adalah sebanyak 2 unit APMS setiap harinya. Perawatan ini harus dilaksankan secara rutin agar operasional APMS dapat berjalan secara normal Analisis jumlah penumpang kereta api bandara dan APMS Perhitungan analisis jumlah penumpang kereta api bandara dan APMS dilakukan dengan melihat dokumen studi kelayakan proyek kereta api bandara Soekarno Hatta dan APMS yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Laporan Akhir Grand Design BSH yang dikeluarkan oleh PT. Angkasa Pura II serta memprediksi jumlah penumpang berdasarkan proyeksi jumlah pertumbuhan penumpang yang menggunakan kereta api bandara dan APMS nantinya. Perhitungan jumlah penumpang tersebut ditinjau setelah 10 tahun masa layan yaitu pada tahun Proyeksi jumlah penumpang yang menuju bandara Jumlah penumpang yang menuju bandara Soekarno-Hatta meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data statistik oleh PT. Angkasa Pura II, jumlah penumpang di bandara Soekarno-Hatta dari tahun ke tahun selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.6. IV - 10

11 Tabel 4.6 Jumlah penumpang Bandara Soekarno-Hatta IV - 11 Bab IV Analisa dan Pembahasan Tahun Jumlah Penumpang Pertumbuhan Penumpang (penumpang/tahun) (%) Sumber: PT. Angkasa Pura II, Metode Regresi Linier Dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 19, didapatkan hasil peramalan 10 tahun mendatang disertai dengan persamaan regresi, koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Koefisien korelasi (R) yaitu nilai yang menginterpretasikan apakah hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori kuat ataupun lemah. Koefisien determinasi (R 2 ) yaitu nilai yang menunjukkan seberapa baik model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan variabel terikat. Seberapa besar variabel bebas X1 memiliki pengaruh kontribusi terhadap variabel Y. Dari data jumlah penumpang pesawat aktual selama 10 tahun terakhir, jumlah penumpang pesawat pada tahun 2027 dapat diproyeksikan dengan meninjau nilai persentase dari data pertumbuhan penumpang. Pada tahun 2007, jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu sebesar 121%. Apabila data tahun 2007 digunakan dalam perhitungan pertumbuhan penumpang maka akan menimbulkan nilai error pada nilai proyeksi jumlah penumpang yang disebabkan karena nilai penyimpangan yang terlalu besar.

12 Sehingga jumlah penumpang yang digunakan untuk memproyeksi jumlah penumpang pada tahun 2027 adalah jumlah penumpang pada tahun Adapun rician model regresi linear dan tebel proyeksi pertumbuhan penumpang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.6. Y = , ,548 X Tahun Tabel 4.7 Jumlah Penumpang Tahun Jumlah Penumpang Berdasarkan Olah Data Jumlah Penumpang Berdasarkan Grand Design BSH (Penumpang/Tahun) (Penumpang/Tahun) ,843,445 58,091, ,522,985 62,158, ,202,526 66,509, ,882,066 71,164, ,561,607 76,146, ,241,147 81,476, ,920,688 87,180, ,600,229 93,282, ,279,769 99,812, ,959, ,799, ,638, ,275, ,318, ,274,557 Sumber: Hasil perhitungan (2017) JUMLAH PENUMPANG PROYEKSI PERTUMBUHAN JUMLAH PENUMPANG DENGAN METODA REGRESI (DATA TAHUN ) Gambar 4.6 Grafik dan Proyeksi Pertumbuhan Penumpang IV - 12

13 Angka korelasi (r) yang diperoleh dari analisa regresi adalah sebesar 0,873. Angka ini termasuk kedalam angka korelasi linear positif, dimana terdapat hubungan yang positif antara variabel X (tahun) dan variabel Y (jumlah penumpang), sehingga kenaikan jumlah penumpang pesawat selalu positif pada tahun tahun selanjutnya (2016 ke atas). Koefisien determinasi (r 2 ) yang diperoleh adalah 0,763 ini berarti variasi jumlah penumpang pesawat yang dapat dijelaskan per tahun (X) oleh persamaan regresi Y = , ,548 X adalah 76,3 %, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil proyeksi dengan menggunakan metode Regresi Linier di atas didapatkan jumlah penumpang pada tahun 2027 mencapai penumpang/tahun Proyeksi jumlah penumpang kereta bandara Berdasarkan studi kelayakan proyek kereta api bandara Soekarno Hatta, data teknis sarana yang akan digunakan dalam perjalanan kereta api bandara Soekarno Hatta merupakan Kereta Rel Listrik (KRL) dengan 8 rangkaian per train set yang terdiri dari 2 Trailer Car dan 6 Motor Car. Kapasitas jumlah penumpang pada KRL bandara Soekarno-Hatta dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Kapasitas Penumpang KRL Kapasitas Penumpang Jenis Komponen (Orang) Trailer Car (TC) -Seating capacity 40 Motor Car (MC) -Seating capacity 44 Sumber: Woojin (2012) IV - 13

14 Dalam keadaan normal load dan semua penumpang mendapatkan tempat duduk didapatkan kapasitas penumpang sebesar: Kapasitas Penumpang KRL : (2 x 40) + (6 x 44) = 344 penumpang/hari Menurut Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, pengoperasian Kereta api bandara diproyeksikan akan mengangkut 20,55% jumlah penumpang yang menuju bandara Proyeksi jumlah penumpang APMS Dalam perhitungan kapasitas penumpang APMS dibutuhkan data penumpang transit. Data penumpang transit diperoleh dari data statistik penerbangan PT. Angkasa Pura II berdasarkan hasil proyeksi diambil dari tahun dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Jumlah penumpang transit Tahun Jumlah Penumpang Transit (Penumpang/Tahun) Sumber: PT. Angkasa Pura II, (2010) Dikarenakan terkendala masalah perizinan dan kerahasian perusahaan mengenai data-data yang lebih detail untuk masalah jumlah penumpang transit. Maka, dari data transit tersebut IV - 14

15 diasumsikan semua penumpang akan menggunakan APMS untuk perpindahan antar terminal nantinya. Dari data-data yang telah diketahui, Maka, didapatkan proyeksi jumlah kapasitas angkut APMS, dimana semua penumpang (menuju bandara) yang naik kereta bandara diasumsikan akan menggunakan APMS menuju terminal. Dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut: Tahun Tabel 4.10 Proyeksi Penumpang APMS Tahun Jumlah Penumpang Berdasarkan Olah Data Jumlah Penumpang Menuju Bandara Jumlah Penumpang Transit Jumlah Penumpang APMS (Penumpang/Tahun) 20,55%/Tahun Per Hari Per Tahun Per Hari Per Tahun Per Hari Sumber: Olahan penulis, (2017) Hasil perhitungan jumlah penumpang APMS pada Tabel 4.10 didapatkan proyeksi jumlah penumpang harian APMS pada tahun 2018 mencapai penumpang/hari dan pada tahun 2027 mencapai penumpang/hari, terlihat jumlah pengguna jasa bandara setiap tahun semakin meningkat. Dari data yang diperoleh, APMS yang akan digunakan pada saat pengoperasian adalah sebanyak 3 trainset yang terdiri dari 6 unit gerbong dan dapat menampung 176 orang/unit. Kapasitas lintas APMS sebanyak 95 APMS/hari. Dalam sehari APMS dapat mengakut penumpang sebesar: IV - 15

16 Kapasitas Penumpang APMS: (176 x 6) x 95 = penumpang/hari Bab IV Analisa dan Pembahasan Berdasarkan hitungan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan jumlah APMS yang tersedia sekarang masih dapat menampung jumlah penumpang hingga tahun Perbandingan penggunaan Shuttle Bus dengan APMS Kapasitas angkut Shuttle bus dan APMS per jam 1. Shuttle Bus Shuttle bus merupakan salah satu moda transportasi yang disediakan Bandara Soekarno-Hatta bagi penumpang untuk berpindah dari satu terminal ke terminal yang lain. Shuttle bus ini berukuran mini (seukuran bus kecil/ metromini) berkapasitas 25 tempat duduk, menghubungkan antara terminal 1, terminal 2, dan terminal 3. Shuttle bus beroperasi setiap hari dengan interval waktu/headway antar bus 10 menit hingga 30 menit sekali tergantung dengan kondisi traffic di bandara, dalam kondisi traffic padat bisa lebih dari 30 menit untuk sekali perjalanan. Saat ini pengelola bandara menyediakan sebanyak 12 armada Shuttle bus. Dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. IV - 16

17 Gambar 4.7 Shuttle bus (Sumber : Gambar 4.8 Kondisi didalam Shuttle bus (Sumber : Diasumsikan dalam sekali putaran Shuttle bus dari Terminal 1A, 1B, 1C, Terminal 2D, 2E, 2F, dan Terminal 3 adalah 25 menit (tanpa berhenti). Naik turun penumpang disetiap terminal adalah 1 menit, bisa mengangkut 35 penumpang dalam sekali putaran. Jadi, dalam 1 putaran membutuhkan waktu + 32 menit dengan jarak antar shuttle bus 10 menit. Jadi, Shuttle bus bisa mengangkut sekitar 140 penumpang/jam. 2. Automatic People Mover System (APMS) Automatic People Mover System (APMS) ialah sarana intermoda yang melayani perpindahan penumpang antar terminal. APMS inipun berupa IV - 17

18 kendaraan penggerak berbentuk kereta yang berjalan otomatis untuk memindahkan orang secara horizontal dalam jarak relatif singkat karena memiliki jalur khusus. APMS dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9: APMS Bandara Soekarno-Hatta (Sumber : Saat ini, pihak PT. Angkasa Pura II sudah mendatangkan 2 Trainset APMS yang siap untuk dioperasikan pada tahun APMS yang ada sekarang dapat menampung 176 orang/unit. IV - 18

19 Dari hasil perbandingan kapasitas angkut antara Shuttle Bus dan APMS dapat dilihat bahwa penggunaan APMS memiliki daya angkut yang lebih besar dibandingkan Shuttle bus dalam waktu 1 jam, dimana nantinya jika terjadi penambahan jumlah penumpang, APMS sudah siap menampung lonjakan tersebut Perbandingan Keunggulan antara penggunaan Shuttle bus dan APMS Perbandingan Keunggulan antara penggunaan Shuttle bus dan APMS tersebut dapat dilihat pada Tabel IV - 19

20 Tabel 4.11 Perbandingan antara Shuttle bus dan APMS Bab IV Analisa dan Pembahasan Shuttle Bus APMS Biaya Tanpa harus membayar (Gratis) Tanpa harus membayar (Gratis) Waktu Perbandingan Waktu tempuh yang tidak pasti (disesuaikan dengan kondisi jalan) Moda Transportasi Waktu tempuh yang konstan dan stabil dalam kondisi apapun karena memiliki jalur khusus Daya Angkut Keamanan/keselamatan Kapasitas yang tidak terlalu besar hanya mampu mengangkut sekitar penumpang sekali jalan Untuk tingkat keamanan/keselamatan masih bergantung sepenuhnya dari pengemudi Kapasitas yang besar dan mampu menampung penumpang hingga 176 penumpang/gerbong Untuk sistem keamanan/keselamatan sudah sepenuhnya otomatis. Karena bersifat otomatis ada banyak faktor yang harus diperhatikan, seperti : stabilitas atau pencegahan penggelinciran, Kontrol kereta otomatis, Pembatasan kontrol kecepatan untuk operasi manual, Pintu otomatis dengan deteksi tertutup dan terkunci, Deteksi propulsi dan kegagalan pengereman, Deteksi kegagalan suspensi, termasuk diameter roda dan ban, Ketentuan terhadap gangguan terhadap jalur, Ketentuan pembersihan pada jalur, Onboard telepon darurat dan sistem alamat publik, Ketentuan dan prosedur evakuasi penumpang, Pengujian Reguler dan pemeliharaan, dan latihan Kesiapan terkait dengan keselamatan dan keadaan darurat. kenyamanan Polusi Udara Sudah difasilitasi dengan Air Conditioner (AC) dan Loading deck untuk kemudahan penumpang Karena menggunkan BBM, untuk masalah polusi jelas ada. Hanya saja harus rutin dilakukan perawatan agar gas buang tidak terlalu berbahaya. Semua sudah otomatis dan dilengkapi dengan peralatan yang modern untuk masalah kenyamanan Menggunakan sistem kelistrikan yang sudah modern. Jadi untuk masalah polusi udara hampir tidak ada. Teknologi Sama seperti Bus-bus pada umumnya, untuk masalah teknologi belum begitu dominan. Teknologi yang digunakan sudah modern, karena bersifat otomatis dan tanpa pengemudi. Dalam pengoprasiannya dikontrol oleh ATC (Automated Train Control) Perawatan/Maintenance Bisa dilakukan dibengkel-bengkel khusus bus dan untuk Maintenance nya sudah banyak tempat yang menyediakan jasa perbaikan dan perawatannya. Tempat khusus Fasilitas pemeliharaan dan Penyimpanan (Maintenance and Storage Facility) (MSF) menyediakan kantor untuk perbaikan dan perawatan, serta kantor administrasi. kantor MSF dilengkapi dengan alat-alat perbaikan, mesin, peralatan untuk kontrol kereta api, dan peralatan lain yang terkait dengan perbaikan atau perawatan APMS. Fungsi MSF juga termasuk pemeliharaan kendaraan dan pembersihan kendaraan (Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016) IV - 20

21 Berdasarkan Tabel 4.10, terdapat beberapa perbandingan antara Shuttle Bus dan APMS yang menunjukkan bahwa masing-masing moda transportasi tersebut terdapat kelebihan tersendiri Kerugian antara Shuttle Bus dan APMS untuk Perusahaan Sejalan dengan upaya menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai bandara transit, APMS ini jelas akan mempermudah perpindahan penumpang pesawat antar Terminal, dimana sebelumnya shuttle bus menjadi satu-satunya harapan penumpang untuk berpindah di dalam terminal 1 (1A ke 1B atau ke 1C dan sebaliknya) atau di dalam terminal 2 (2D, 2E ke 2F dan sebaliknya) dan terminal 3, yang pada awalnya jalan kaki masih bisa menjadi alternatif, tetapi hampir tidak mungkin untuk perpindahan dari terminal 1 ke 2, 1 ke 3, 2 ke 3, dan sebaliknya dengan jalan kaki (beberapa kali ada penumpang yang jalan kaki dari terminal 1 ke terminal 2 karena tidak tahu ada shuttle bus dan beberapa karyawan bandara kadang jalan kaki dari terminal 1A ke terminal 3). Saat ini Bandara Soekarno-Hatta memiliki 12 unit Shuttle bus, dimana dalam pengelolaannya diserahkan (sewa) kepada pihak rekanan, mulai dari biaya Oprasional (sopir,bbm), dan biaya perawatan/maintenance, dengan nilai kontrak perbulan sebesar Rp 36 juta/unit sudah termasuk biaya pajak pertambahan nilai (PPN), dalam sebulan pihak bandara Soekarno-Hatta mengeluarkan dana untuk 12 unit Shuttle bus sebesar Rp 432 juta. IV - 21

22 Dan pihak PT. Angkasa Pura II saat ini harus melakukan investasi untuk proyek APMS dengan nilai mencapai Rp 1,4 Triliun yang terdiri dari pengadaan trainset beserta sistemnya sebesar Rp 900 Miliyar dan pembangunan infrastruktur sebesar Rp 500 Miliyar. Investasi proyek APMS beserta teknologi di dalamnya disiapkan oleh PT LEN Industri (Persero) dan Woojin asal Korsel, yang bertujuan meningkatkan pelayanan dan kepuasan para pengguna jasa bandara sekaligus meningkatkan level bandara agar dapat bersaing dengan bandara-bandara tetangga khususnya. Pengeluran biaya tersebut dapat menguatkan bahwa dana yang dikeluarkan pihak PT. Angkasa Pura II untuk pembangunan APMS sangat besar dan ditambah dengan biaya sewa Shuttle bus saat ini. Hal ini dilakukan untuk melengkapi fasilitas terkait moda transportasi lainnya seperti kereta bandara yang menghubungkan secara langsung Jakarta dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Melalui APMS dan kereta bandara diharapkan volume kendaraan bermotor di akses bandara maupun di kawasan bandara akan berkurang sehingga arus lalu lintas dapat lebih lancar sekaligus membawa Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke level yang lebih tinggi sekaligus menjadikan sektor kebandarudaraan nasional berada di era modern. 1 1 PT. Angkasa Pura II Soekarno-Hatta International Airport Expansion, Jakarta. IV - 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta Api. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta Api. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkeretaapian Seperti yang telah dicantumkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 Pasal 1 tentang perkeretaapian, pengertian istilah perkeretaapian adalah satu kesatuan yang terdiri

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Moda Transportasi Penumpang Antar Terminal Bandara Juanda Surabaya

Studi Perencanaan Moda Transportasi Penumpang Antar Terminal Bandara Juanda Surabaya E77 Studi Perencanaan Moda Transportasi Penumpang Antar Terminal Bandara Juanda Surabaya Indra Denny Priatna, Ervina Ahyudanari, Istiar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Moda Transportasi Penumpang Antar Terminal Bandara Juanda Surabaya

Studi Perencanaan Moda Transportasi Penumpang Antar Terminal Bandara Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-85 Studi Perencanaan Moda Transportasi Penumpang Antar Terminal Bandara Juanda Surabaya Indra Denny Priatna, Ervina Ahyudanari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi telah menjadi bagian penting dalam roda kehidupan. Memindahkan manusia atau barang dalam waktu cepat dengan jarak yang cukup jauh menjadi tantangan tersendiri

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA Kevin Harrison 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisucipto yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan bandar udara yang digunakan sebagai bandara militer dan bandara komersial untuk penerbangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) merupakan bandara terbesar dan utama Indonesia. Secara administratif bandara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. eksternal yang bertujuan untuk membina hubungan harmonis. Humas dalam. mengenai perusahaan dan segala kegiatannya kepada khalayak.

BAB 1 PENDAHULUAN. eksternal yang bertujuan untuk membina hubungan harmonis. Humas dalam. mengenai perusahaan dan segala kegiatannya kepada khalayak. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dunia informasi sekarang ini, peranan Humas dalam sebuah organisasi sangat penting, baik dengan publik internal maupun eksternal yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian masyarakat di Indonesia untuk bepergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan dari sarana ini adalah untuk membantu orang atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10

Lebih terperinci

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat MUHAMMAD FAISHAL, SOFYAN TRIANA Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti pesawat udara dan helikopter

Lebih terperinci

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME LRT SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI KEMACETAN JABODETABEK DISHUBTRANS DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK DENGAN DTKJ 16 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara pengumpul atau hub di satu dari 12 bandar udara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Transportasi Masa Depan Straddling Bus Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Tessa Talitha 15410072 PL4008 Seminar Studi Futuristik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung Abstrak Pada kota-kota

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa menggunakan alat bantu. Transportasi merupakan unsur penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar udara, disingkat dengan bandara adalah tempat atau fasilitas untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, barang, pos yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-12 Evaluasi Kebutuhan Luasan Apron Pada Rencana Pengembangan Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Muhammad Nursalim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA Tugas Akhir 110 Periode Februari Juni 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Nama Proyek Kategori Proyek Sifat Proyek Pemilik Luas Lahan : Transportasi Antar Moda : Fasilitas Transportasi : Fiktif : Negri : ± 4 Ha KDB (%) : 60 % KLB

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Adisutjipto telah mencapai 5,8 juta penumpang atau lima kali lipat

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Adisutjipto telah mencapai 5,8 juta penumpang atau lima kali lipat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Internasional Adisutjipto sebagai salah satu pintu masuk utama kota Yogyakarta merupakan salah satu bandar udara di Indonesia yang mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Fasilitas Pelayanan Elektronika Pengamanan terdiri dari X-Ray, Walk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Fasilitas Pelayanan Elektronika Pengamanan terdiri dari X-Ray, Walk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandar Udara Soekarno Hatta adalah Bandar Udara Internasional yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) bergerak di bidang pelayanan jasa kebandarudaraan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara, 1. kebandarudaraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti damri dan Xtrans serta masyarakat umum lainnya yang penulis jumpai di sekitar BSD maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya sektor perekonomian akan menyebabkan makin tingginya aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat ini juga berdampak langsung pada tingginya

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN PERPARKIRAN DAN SIRKULASI BANDARA

BAB 4 PERENCANAAN PERPARKIRAN DAN SIRKULASI BANDARA BAB 4 PERENCANAAN PERPARKIRAN DAN SIRKULASI BANDARA 4.1 PERENCANAAN PERPARKIRAN 4.1.1 Data Proyeksi Penumpang Sesuai dengan metodologi yang telah dibuat, tahap pertama dari perencanaan perparkiran adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Menurut Drs. H. M. N. Nasution, M. S. Tr. (1996) transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor daya tarik kota yang kemudian menyebabkan pertambahan penduduk dan akhirnya bermuara pada perubahan fisik dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemacetan 2.1.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 70 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sekarang ini tak lepas dengan transportasi. Transportasi menjadi kebutuhan yang sangat penting karena dapat menghubungkan satu daerah ke daerah lain

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia

Lebih terperinci

DESAIN KEBERANGKATAN AREAL CURBSIDE PADA BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN

DESAIN KEBERANGKATAN AREAL CURBSIDE PADA BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN JURNAL TUGAS AKHIR DESAIN KEBERANGKATAN AREAL CURBSIDE PADA BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN Oleh : EPAFRAS D MASSORA D 111 12 134 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2017 DESAIN KEBERANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin meningkat. Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan atau perpindahan seseorang atau suatu barang dari satu tempat ke tempat lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam pelayanan moda transportasi kereta api di Indonesia. PT. Railink

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam pelayanan moda transportasi kereta api di Indonesia. PT. Railink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Railink PT. Railink, anak perusahaan dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Angkasa Pura II (Persero), didirikan

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Angkutan Umum Penumpang (AUP) Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan akan penerbangan sebagai salah satu moda transportasi di Indonesia terus meningkat tajam. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta memerankan peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu dan transportasi daerah adalah satu kesatuan yang berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian di daerah-daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perkembangan perekonomian kota Surabaya akhir akhir ini sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Surabaya semakin berkembang pesat dan semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi yang mulai banyak diminati oleh masyarakat Indonesia sekarang ini. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA)

NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PRA-KELAYAKAN EKONOMI RENCANA PEMBANGUNAN KA BANDARA DALAM MENDUKUNG NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA) KEASDEPAN SISTEM TRANSPORTASI MULTIMODA KEDEPUTIAN

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi udara relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan transportasi darat dan laut jika dilihat dari waktu tempuh perjalanan, jadi apabila waktu tempuh dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA Yumen Kristian Wau 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam pembangunan telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 E-75 Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya Devina Octavianti dan Hera Widyastuti Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem transportasi yang terbentuk dari komponen sarana, prasarana dan manusia adalah bagian hidup masyarakat saat ini. Permasalahan yang timbul seperti kemacetan, kecelakaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA PROGRAM SARJANA LINTAS ( S-1 ) LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Peran kereta api dalam tataran transportasi nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor transportasi dengan sarana dan prasarana yang memadai, sangatlah diperlukan adanya untuk pertumbuhan dan perkembangan wilayah sebagai tempat kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akibat kondisi kegiatan take - off dan landing pesawat yang begitu padat pada jam - jam sibuk, maka pengelola bandara perlu mempertimbangkan pengembangan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Menurut Munawar, Ahmad (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaran. Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan penduduk dan semakin menggeliatnya mobilitas ekonomi Masyarakat terutama di sektor industri, pertanian dan perkebunan menuntut kesiapan prasarana

Lebih terperinci

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya Devina Octavianti, dan Ir. Hera Widyastuti, MT., Ph.D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh perairan, darat dan udara dengan batas-batas, hak-hak dan kedaulatan yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik

Lebih terperinci

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Kelompok : Infinity Muchammad Hatta Z. 44316110066 Martha Hasibuan 44316110047 Muhamad Resya 44316110093 Radhiatul Mardhiah 44316110053 Syofatila Meidi 44316110035

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan, sejalan dengan hal tersebut terjadi pula peningkatan pergerakan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN*

EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN* EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN* Andreas Siregar Binus University, Jl. KH. Syahdan 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830,

Lebih terperinci