BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah
|
|
- Ari Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terlebih dahulu dan relevan dengan masalah yang diteliti penulis dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut. Waluyo (2009) dalam skripsinya yang berjudul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan Dalam Percakapan Lum Kelar di Radio SAS FM menyimpulkan penelitian sebagai berikut, pertama, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kerjasa dalam tuturan Lum Kelar. Pelanggaran prinsip kerjasama terjadi terhadap empat maksim, yaitu (a) pelanggaran maksim kuantitas, (b) pelanggaran maksim kualitas, (c) pelanggaran maksim relevansi, dan (d) pelanggaran maksim pelaksanaan. Pelanggaran prinsip kerja sama yang paling banyak terjadi terhadap maksim kualitas. Kedua, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kesopanan dalam percakapan Lum Kelar. Pelanggaran hanya terjadi terhadap lima maksim dari enam maksim yang tercakup dalam prinsip ini. Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah (a) pelanggaran maksim kebijaksanaan, (b) pelanggaran maksim penerimaan, (c) pelanggaran maksim kemurahan, (d) pelanggaran maksim kerendahan hati,dan (e) pelanggaran maksim kecocokan. Pelanggaran terhadap maksim kesimpatian tidak ditemukan dalam penelitian ini. Ketiga, tuturan Lum Kelar mengandung beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain 9
2 10 untuk (a) menegaskan, (b) mengeluh, (c), menciptakan humor, (d) menyindir, (e) memastikan, (f) menolak, (g) menyombongkan diri, (h) mengejek, dan (i) menyatakan rasa kesal. Dalam percakapan Lum Kelar, implikatur percakapan terbanyak digunakan untuk humor. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk menarik minat pendengar, agar mau mendengarkan Lum Kelar dari awal hingga akhir. Nurul Hidayati (2010) dalam skripsi yang berjudul, Implikatur Percakapan sebagai Unsur Pengungkapan Humor dalam Komedi OKB di Trans 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) menyimpulkan penelitian sebagai berikut terdapat 4 bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam komedi OKB. Pelanggaran itu meliputi pelanggaran maksim kuantitas, pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim relevansi (hubungan), dan pelanggaran maksim cara (pelaksanaanan). Pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi didominasi oleh pelanggaran terhadap maksim cara (palaksanaan), hal ini terjadi karena cara bertutur yang tidak secara langsung, ambigu, berkepanjangan dan tidak teratur. Pada pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam komedi OKB di Trans 7 terdapat 10 implikatur sebagai unsur pengungkapan humor. Implikatur itu meliputi menyindir, mengejek, menolak, menunjukkan suatu keadaan/ memberitahu, menyarankan, berjanji, berspekulasi, mengeluh, mengkritik, dan menyombongkan diri. Di dalam komedi OKB implikatur sebagai unsur pengungkapan humor yang terjadi didominasi oleh implikatur menyindir dan mengejek yang menimbulkan jenis humor satire dan implikatur yang lain menimbulkan jenis humor plesetan, sinisme, dan guyon parikena.
3 11 Durratun Nasihah Assholihah (2012) dalam skripsi yang berjudul, Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Talk Show Provocative Proactive di Metro TV menyimpulkan penelitian sebagai berikut, pertama, dari analisis yang dilakukan pada talk show PP di Metro TV terdapat pelanggaran prinsip kerja sama. Pelanggaran tersebut meliputi empat maksim yang dikemukakan oleh Grice yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaanan. Kedua, implikatur yang terdapat dalam talk show PP di Metro TV sebanyak 19 jenis implikatur. Implikatur tersebut adalah implikatur berjanji, implikatur kebanggaan, implikatur pemberitahuan, implikatur alasan, implikatur harapan, implikatur tidak setuju, implikatur sindiran, implikatur mengkritik, implikatur keraguan, implikatur pertanyaan, implikatur gurauan, implikatur rayuan, implikatur perintah, implikatur memuji, implikatur larangan, implikatur tawaran, implikatur pemberian saran, implikatur ejekan, dan implikatur simpulan. Penelitian-penelitian di atas merupakan kajian yang pernah mengkaji obyek penelitian membahas mengenai masalah pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada sumber data. Dalam penelitian ini sumber data penelitian berupa tuturan yang diperoleh dari acara Raja Gombal di Trans 7. Adanya ruang lingkup pemakaian bahasa yang diteliti berbeda, maka kemungkinan hasil yang diperoleh pun akan berbeda. Dengan demikian, penelitian ini membahas pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur dengan sumber data penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu.
4 12 B. Landasan Teori 1. Pragmatik Definisi pragmatik dalam Kamus Linguistik ada dua. Pertama, pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Kedua, pragmatik adalah aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Harimurti Kridalaksana, 2008: ). Yule mendefinisikan pragmatik ke dalam 4 definisi (dalam Indah Fajar Wahyuni, 2006: 3-4). Pertama menurutnya pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Hal tersebut karena pragmatik mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh petutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Pendekatan ini menjelaskan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan dan disesuaikan dengan orang yang diajak berbicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Keakraban antara penutur dan petutur mengisyaratkan adanya pengalaman yang sama. Menurut Kreidler dalam bukunya Introducing English Semantics (1998: 18), menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang berhubungan dengan arti. Perbedaan antara pragmatik dan semantik dapat ditunjukkan dari penyusun atau aspek kajian secara umum. Keduanya berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dengan tepat. Dan memberikan batasan mengenai pengertian pragmatik, yaitu:
5 The chief focus of pragmatics is a person s ability to derive meanings from specific kinds of speech situations-to recognize what the speaker is referring to, to relate new information to what has gone before, to interpret what is said from background knowledge about the speaker and the topic of discourse, and to infer or fill in information that the speaker takes for granted and doesn t bother to say. (Kreidler, 1998: 19) Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa fokus utama pragmatik adalah kemampuan seseorang untuk mengartikan suatu tuturan berdasar situasi tutur tertentu. Hal tersebut berfungsi untuk mengetahui maksud pembicaraan penutur, menghubungkan informasi baru dengan apa yang telah terjadi sebelumnya, menyimpulkan atau 'mengisi' informasi yang penutur tuturkan sehingga tidak perlu repot-repot untuk mengatakannya secara mendetail berdasar latar belakang pengetahuan penutur dan mitra tutur mengenai topik pembicaraan. 13 Prakmatik menurut Levinson dalam Kunjana Rahardi (2005:48) adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Batasan Levinson mengenai pragmatic, yaitu: Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language (Levinson, 1983:9) Pemberian batasan dalam ilmu pragmatik juga dilakukan oleh Leech (dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8) bahwa pragmatik merupakan studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Pragmatik mempelajari makna secara eksternal atau makna yang terikat dengan konteks. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 1).
6 14 Rustono (1999:4) mendefinikan pragmatik sebagai bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk. Di dalam batasan yang sederhana itu, secara implisit tercakup penggunaan bahasa, komunikasi, konteks, dan penafsiran. 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Di mana tuturan merupakan akibat yang disebabkan oleh situasi tutur. Maksud dari sebuah tuturan yang sebenarnya hanya bisa teridentifikasi apabila kita mengetahui situasi tutur yang melatarbelakangi dan mendukungnya. Leech mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik (dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:19-21), yakni. a. Penyapa (yang menyapa) atau pesapa (yang disapa) Orang yang menyapa dinyatakan sebagai penutur, sedangkan orang yang disapa sebagai petutur. Dalam hal ini perlu dibedakan antara penerima (orang yang menerima dan menafsirkan pesan) dan yang disapa (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan). Seorang penerima, berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan bukti kontekstual yang ada tanpa menjadi sasaran pesan si penutur, sedangkan yang disapa atau si petutur selalu menjadi sasaran tuturan.
7 15 b. Konteks sebuah tuturan Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan membantu petutur menafsirkan makna tuturan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks menjadi latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh penutur dan petutur serta yang menunjang interpretasi petutur terhadap apa yang dimaksud penutur dengan suatu ucapan tertentu. c. Tujuan sebuah tuturan Istilah tujuan atau fungsi sering dianggap lebih berguna daripada maksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar Pragmatik berkaitan dengan tindak-tindak atau performansiperformansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada hanya mengacu pada tata bahasa saja, karena jelas keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tutur secara keseluruhan. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal, dalam pragmatik kata tuturan dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri). Hal tersebut pada dasarnya dikarenakan tuturan
8 16 yang ada dalam suatu pertuturan itu adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya. 3. Teori Tindak Tutur a. Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Austin (dalam Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:316) dan Searle (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996: 17) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (melakukan tindakan mengatakan sesuatu), tindak ilokusi (melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu), dan tindak perlokusi (melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu). a) Tindak Lokusi Tidak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. (Nababan dalam I Dewa Putu Wijana 1996: 18). I Dewa Putu Wijana sendiri berpendapat bahwa pengidentifikasian tindak tutur lokusi dapat dilakukan tanpa mengikutsertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur. b) Tindak Ilokusi Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Tindak ilokusi harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya (I Dewa Putu Wijana, 1996: 18).
9 17 c) Tindak Perlokusi Dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 18) dijelaskan bahwa sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang mendengarkannya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi (the act of affecting someone). b. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung Searle (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:30 menyatakan bahwa secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Kreidler. Penulis menganggap bahwa teori ini sejalan dengan objek kajian yang penulis teliti. Karena rayuan gombal menurut teori Kreidler termasuk dalam tidak tutur ekspresif. Hal tersebut terjabarkan dalam macam-macam tidak tutur menurut Kreidler (1998:183). a. Tindak Tutur Asertif Bahasa berfungsi untuk mengungkapkan fakta atau untuk menginformasikan sesuatu hal yang dapat dinilai benar atau tidaknya suatu
10 18 tuturan. Kreidler membagi menjadi beberapa bagian kelas verba yaitu sebagai berikut. a) Verba asertif untuk menyampaikan informasi, misalnya: mengumumkan, menyatakan, mengungkapkan, menjelaskan, mengindikasikan, menyebutkan, memberitakan, dan melaporkan. b) Verba asertif yang berfokus pada kebenaran ucapan, antara lain: menuduh, menegaskan, mengakui, menjamin, bersumpah, mengklaim, bertaruh, membuktikan, berpendapat, dan mempertahankan pendapat. c) Verba asertif yang berfokus pada komitmen penutur atau keterlibatan penutur dalam topik pembicaraan, antara lain: menyangkal, mengaku, dan protes. d) Verba asertif yang berfokus pada cara berkomunikasi, yaitu: menekankan, menunjukkan, menyiratkan, mendesak, menekan, dan menyatakan secara tidak langsung. e) Verba asertif yang berfokus pada sifat pesan, yaitu: mendikte (secara lisan supaya ditulis oleh orang lain), narasi rekon (tuturan yang menggambarkan suatu rangkaian peristiwa), menasihati (tuturan itu memiliki muatan moral atau etika). f) Verba asertif yang berfokus pada aspek tuturan, yaitu: memprediksi (tuturan mengenai kejadian yang mungkin akan terjadi di masa depan), recall (tuturan yang berisi tentang peristiwa sebelumnya). b. Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah penutur berusaha supaya petutur melakukan tindakan tertentu atau menahan diri dari melakukan suatu tindakan. Namun
11 19 begitu, sebuah permintaan atau perintah tidak berarti bahwa penutur mengontrol penuh pada mitra tutur. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini antara lain mengajak, meminta, menyuruh, menasihatkan, memohon, menyarankan, merekomendasikan, mengusulkan, memerintah, mengizinkan, menugaskan, berpesan, mengatakan, memperingatkan, melarang, menghalangi, dan menantang. Kreidler menjelaskan bahwa tindak tutur direktif tergantung pada bentuk sintaksis, pilihan predikat (harus, meminta, menyarankan), situasi, peserta tutur, dan status relatif penutur dan mitra tutur. Kondisi felisitas meliputi kelayakan tindakan dan kemampuan mitra tutur; mitra tutur harus menerima otoritas penutur, kondisi ini sering ditemui pada tuturan memerintah, menyuruh, memperingatkan, melarang; sedangkan yang menggambarkan tindak tutur meminta, menyarankan, berpesan biasanya berupa keinginan penutur, saran dari penutur, dan penilaian penutur. c. Tindak Tutur Verdiktif Verdiktif merupakan tindak tutur menilai, di mana penutur memberikan penilaian terhadap penampilan mitra tutur sebelumnya atau dari apa yang telah dialami penutur sebelumnya. Kondisi felisitas (kondisi kelayakan) untuk tindak tutur verdiktif adalah kemungkinan dari tindakan; kemampuan mitra tutur untuk mempercayai ketulusan penutur dalam bertutur; dan keyakinan mitra tutur bahwa penutur tulus. Verba tindak tutur verdiktif yang meliputinya, antara lain: menuduh, menyalahkan, mengucapkan selamat, memuji, mengkritik, menilai, mengucapkan terima kasih, meminta izin, dan menegur.
12 20 d. Tindak Tutur Komisif Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Verba komisif diilustrasikan dengan pernyataan persetujuan, bertanya, berikrar, menawarkan, menolak, bersumpah, berjanji, berkaul, menyatakan kesanggupan, mengancam. Harapan dan kepedulian mitra tutur pada komitmen penutur untuk tindakan di masa depan merupakan dasar dari tindak tutur ini. Kondisi felisitas tindak tutur komisif, yakni penutur berniat untuk melakukan sesuatu dan mampu menjalankannya. Mitra tutur mempercayai kemampuan dan niat penutur. e. Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif merupakan tuturan mengenai sesuatu hal yang telah terjadi sebelumnya, atau ungkapan ekspresif dari penutur mengenai tindakan yang sebelumnya. Kreidler meyebutkan kata kerja ekspresif yang paling umum (dalam arti ekspresif ) adalah mengakui, meminta maaf, menyangkal atau menolak. Kondisi felisitasnya serupa dengan tindak tutur verdiktif, yaitu perbuatan itu layak; penutur memiliki kemampuan; penutur berbicara dengan tulus; dan mitra tutur mempercayai penutur. Jenis lain dari tindak tutur ekspresif yaitu membual atau berbohong. f. Tindak Tutur Performatif Tindak tutur performatif berlaku jika diucapkan oleh seseorang yang tepat, yaitu tindakan resmi yang mempengaruhi keadaan mitra tutur, seperti tindakan bertaruh dan tuturan pada saat upacara. Verba yang termasuk tindak
13 21 tutur performatif, antara lain: memutuskan, membaptis, pemberian nama, menominasikan, menawarkan, memberkati, memecat, menikahkan, menyatakan pembatalan sidang. Tindak tutur performatif bukan mengenai benar atau salah. Tujuan tindak tutur ini dilakukan untuk membuat suatu keadaan sesuai dengan apa yang dikatakan penutur. Kondisi felisitas tindak tutur performatif, yaitu pada otoritas penutur dalam membuat tuturan; kesesuaian waktu, tempat dan keadaan lain; dan dapat diterima oleh mitra tutur. g. Tindak Tutur Fatis Tindak tutur fatis merupakan pertukaran salam, ucapan selamat tinggal, dan basa-basi sopan tentang cuaca, kesehatan satu sama lain, atau apa pun yang diharapkan dalam masyarakat tertentu. Tuturan fatis meliputi, sapaan, ucapan perpisahan, dan formula kesopanan pada tuturan misalnya, "terima kasih", "terima kasih kembali", "permisi". Tuturan-tuturan tersebut tidak benar-benar tergolong dalam tindak tutur verdiktif maupun ekspresif. Tuturan ini, meliputi: komentar pada cuaca, bertanya tentang kesehatan seseorang, dan apa pun yang biasa karena itu diharapkan, dalam masyarakat tertentu. Dapat dikatakan bahwa tujuan dari ucapan-ucapan fatis seperti di atas adalah untuk menjalin hubungan antara anggota masyarakat yang sama dan menjaga ikatan sosial. Kondisi felisitas tindak tutur ini dapat terpenuhi ketika penutur dan mitra tutur berbagi kebiasaan sosial yang sama dan mengenali ucapan-ucapan fatis mereka.
14 22 4. Teori Prinsip Kerja Sama Grice merumuskan kaidah bertutur prinsip kerja sama atau cooperative principle. Menurut Grice, prinsip kerja sama adalah prinsip percakapan yang berupaya membimbing para peserta percakapan agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif. Prinsip kerja sama oleh Grice dirumuskan sebagai berikut. Make your conversational contribution such as required, at the stage at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged! (Buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti). Grice juga mengungkapkan bahwa setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan (conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner) (H. P. Grice, 2006:68; Leech, terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993: 11-12; I Dewa Putu Wijana, 1996:46-53; Rustono, 1999: 54-59; Kunjana Rahardi, 2005: 53-58; George Yule, terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni, 2006:64; Nadar, F. X., 2009:24). Maksim-maksim prinsip kerja sama Grice dapat diidentifikasi sebagai berikut. a. Maksim Kuantitas - Berikanlah informasi sesuai kebutuhan. - Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan. Jadi dapat dikatakan maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur
15 memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan dan melebihi apa yang dibutuhkan lawan tutur. Contoh: Konteks tuturan: Omesh mengomentari penampilan Voland. Omesh menegaskan Voland terlihat sangat grogi dan sangat berpengaruh pada konsentrasi sehingga banyak rayuan yang lupa dan datar. Bentuk tuturan: Soraya : Grogi dia nampaknya. Omesh : Grogi namun nampak pria jujur, ya! Gak nyambung, ya? Gimana komentator? (079/170312/RG/MMKuan) Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim kuantitas, yaitu submaksim memberikan kontribusi yang berlebihan. kontribusi yang berlebihan tersebut ditujukkan oleh tuturan Omesh, Grogi namun nampak pria jujur, ya!. Tuturan tersebut merupakan penanda lingual pelanggaran maksim kuantitas. Omesh menegaskan pernyataan Soraya, tetapi dengan memberikan kontribusi yang berlebihan. Semestinya, Omesh bisa menjawab dengan iya atau dia memang terlihat grogi, tetapi Omesh menambahkan informasi yang tidak dibutuhkan oleh Soraya nampak pria jujur, ya!. b. Maksim Kualitas - Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar. - Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Jadi dapat dikatakan maksi kualitas menghendaki setiap peserta tutur mengatakan sesuatu yang logis. Informasi yang diberikan hendaknya disertai dengan bukti. 23
16 24 Contoh: Konteks tuturan: Di pertengahan acara RG berlangsung, Bedu mengeluh kesakitan. Laras merasa khawatir dengan keadaan Bedu karena peristiwa ini terjadi secara tiba-tiba. Laras mempertanyakan bagian apa yang dirasakan sakit oleh Bedu. Bedu menjawabnya dengan rayuan kepada Laras. Bentuk tuturan: Bedu Laras Bedu Laras Bedu : Aduh Aduh! : Kenapa, Bang? : Kok hati aku sakit, ya? : Kok bisa sakit? : Ooo ternyata ada yang mengukir nama kamu di hati aku. (052/100312/RG/MMKual) Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim kualitas yaitu submaksim jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar. Pelanggaran tersebut ditunjukkan oleh tuturan Bedu, Ooo ternyata ada yang mengukir nama kamu di hati aku. Tuturan tersebut dituturkan Bedu kepada mitra tuturnya yaitu Laras. Tuturan tersebut sebagai penanda lingual pelanggaran maksim kualitas. Tuturan Mucle, Ooo ternyata ada yang mengukir nama kamu di hati aku. mengandung tuturan yang tidak logis. Bedu mengatakan bahwa hatinya yang sakit disebabkan karena Laras mengukir namanya di hati Bedu. Sebuah hal yang tidak benar bahwa hati manusia dapat diukir. Pelanggaran maksim kualitas juga berfungsi menimbulkan nilai rasa gombal. c. Maksim Relevansi Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur memberikan kontribusi yang relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
17 Konteks tuturan: Arie terpilih menjadi komentator yang mengomentari penampilan Udin tetapi, dia selalu lebih memilih merayu dewi cinta. Bentuk tuturan: Arie : Sejak saya ketemu Gina dari kemaren karena dia seorang ibu dokter, saya nanya terus sama dia. Bagaimana caranya saya bisa dapetin obat bius? Tike : Buat apaan? Arie : Buat nahan sakitnya kalau Soraya udah punya pacar. 25 (096/170312/RG/MMRel) Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim relevansi. Pelanggaran tersebut ditunjukkan oleh tuturan Arie, Buat nahan sakitnya kalau Soraya udah punya pacar. Tuturan tersebut dituturkan Arie kepada mitra tuturnya yaitu Soraya. Tuturan tersebut sebagai penanda lingual pelanggaran maksim relevansi. Pelanggaran maksim relevansi dilakukan karena Arie memberikan kontribusi yang tidak relevan. Arie ingin mendapatkan obat bius jika nanti mendengar kabar Soraya telah mempunyai pacar. Tidak ada relevansinya antara obat bius dengan Soraya yang sudah mempunyai pacar. Penyembuhan kecewa karena sakit hati tidak membutuhkan obat bius. Pelanggaran maksim relevansi yang dilakukan Voland juga berfungsi menimbulkan nilai rasa gombal. d. Maksim Pelaksanaan - Hindari ungkapan yang tidak jelas. - Hindari ungkapan yang membingungkan. - Hindari ungkapan yang panjang. - Sebisa mungkin mengukapkan sesuatu secara runtut. Contoh:
18 Konteks tuturan: Tuturan ini terjadi antara perayu cinta dengan dewi cinta. Ricky memberikan sebuah pernyataan tentang sebuah kata tumbang. Ricky menggunakan kata itu untuk menaklukkan hati Ale. Tangan Ricky pun menunjuk ke hatinya Ale. Bentuk tuturan: 26 Ricky Ale Ricky Ale : Kalau pohon bisa tumbang, aku tumbang kalau aku capek. Aku tumbang waktu aku gak makan, tapi ada tumbang yang gak sedih. : Apa itu? : Tumbang dihati kamu. : Hahaha. (006/030312/RG/MMPel) Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim pelaksanaan. Pelanggaran tersebut ditunjukkan oleh tuturan Ricky, Tumbang dihati kamu. Tuturan tersebut dituturkan Ricky kepada mitra tuturnya yaitu Ale. Tuturan tersebut sebagai penanda lingual pelanggaran maksim pelaksanaan. Pelanggaran maksim pelaksanaan dikarenakan Ricky menyumbangkan informasi yang ambigu. Ricky menanyakan kepada Ale bahwa ada tumbang yang tidak sedih. Ale merasa apa yang dikatakan oleh Ricky itu membingungkan. Ale merasa bahwa segala sesuatu yang tumbang itu menyakitkan. Ketika Ricky menjawab dengan, Tumbang dihati kamu. menjadi sebuah ketertidakdugaan untuk Ale yang menimbulkan efek humor dan menambah nilai rasa gombal. Jadi, tuturan Arie adalah tuturan yang melanggar maksim pelaksanaan karena Arie memberikan kontribusi yang membingungkan sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda pada Ayu. 5. Implikatur Percakapan
19 27 Menurut Mey implikatur (implicature) berasal dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa latin plicare yang berarti to fold melipat, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Jadi untuk memahami apa yang dimaksud oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya (dalam Nadar, F. X., 2009:60). George Yule (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni, 2006:70) mengatakan dalam implikatur, penuturlah yang menyampaikan makna implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi itu. George Yule membedakan implikatur menjadi empat yaitu: - Implikatur percakapan umum. implikatur percakapan umum terjadi jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan. Contoh: I was sitting in a garden one day. A child ovel the force. (Pada suatu hari saya duduk di sebuah kebun. Seorang anak kecil melongok lewat pagar) Implikatur di atas, menginformasikan bahwa kebun dan anak yang disebutkan di atas bukan milik penutur, diperhitungkan pada prinsip bahwa apabila penutur mampu lebih spesifik. Seharusnya pantur mengatakan kebunku dan anakku. - Implikatur percakapan khusus.
20 28 Terjadi ketika dalam konteks yang khusus dimana seseorang mengasumsikan informasi yang diketahui secara local. Inferensiinferensi yang demikian dipersyaratkan untuk memnentukan maksud yang disampaikan menghasilkan implikatur khusus. - Implikatur konvensional. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan. - Implikatur berskala. Adalah informasi tertentu selalu disampaikan bahwa implikatur berskala adalah informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Implikatur yang dihasilkan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang mungkin tidak kita pikirkan dengan cepat sebagai bagian dari suatu skala. Grice (dalam Rustono, 1999:77) menyebutkan bahwa implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Sejalan dengan batasan tentang implikasi pragmatis, implikatur percakapan itu adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur di dalam percakapan. Grice membedakan
21 29 implikatur menjadi dua, yaitu: 1) implikatur konvensional, adalah makna suatu ujaran yang secra konvensional atau secara umum diterima oleh masyarakat, 2) implikatur nonkonvensional, adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya. C. Kerangka Pikir
22 30 Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh penulis untuk menyelisaikan masalah yang sedang diteliti. Kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini. Acara Raga Gombal di Trans 7 Pendekatan Pragmatik Dialog yang berupa tuturan gombal baik dari pembawa acara, perayu cinta, dewi cinta, dan komentator dalam acara Raja Gombal di Trans 7 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama: Implikatur 1. Maksim Kuantitas 2. Maksim kualitas 3. Maksim Relevansi 4. Maksim Pelaksanaan Hasil analisis: 1. Bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dalam acara RG di Trans. 2. Bentuk implikatur percakapan dalam acara RG di Trans 7. Objek yang diteliti adalah bentuk tuturan gombal yang dituturkan oleh perayu cinta, dewi cinta, komentator, dan pembawa acara dalam Acara RG di
23 31 Trans 7. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data penelitian selama bulan Maret Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pelanggaran prinsip kerjasama dan implikatur tuturan gombal dalam acara RG di Trans 7. Data yang tersaji, akan dikaji menggunakan teori prinsip kerja sama dan implikatur. Setelah semua tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip kerja sama beserta konteks tersaji, maka tuturan itu diklasifikasikan ke dalam masing-masing maksim seperti apa yang dikemukakan oleh Grice, yaitu: maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Setelah itu, tuturan tersebut dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan. Selanjutnya adalah mencari implikatur yang diakibatkan oleh pelanggaran prinsip kerja sama.
BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi
BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA
PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit
Lebih terperinciTUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK
TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi
BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG
IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN
12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan
Lebih terperinciPRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...
PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia
Lebih terperinciTINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO
TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012
TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh
Lebih terperinciBAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule
BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY 2.1 Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996) dalam Makyun Subuki (http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistikpragmatik.html)
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)
Lebih terperinciOleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan
BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga
III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye
Lebih terperinciMAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman
MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun 1994. Ilmu pragmatik merupakan salah satu pokok bahasan yang harus diberikan dalam pengajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciAnalisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo
274 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 274-283 Analisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo Hasan Suaedi Pendidikan Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW
KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat
Lebih terperinciDAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA
TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM SANDIWARA RADIO KISAH RELIGI CINTA YANG HILANG DI RADIO RETJO BUNTUNG YOGYAKARTA (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian
Lebih terperinciANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA
Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di
39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI
TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)
IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)
TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif
Lebih terperinciTINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA
TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait
Lebih terperinciPERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU
194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas
Lebih terperinciPENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK
PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK Agus Hermawan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbahasa tidak lepas dari tindak tutur, baik sebagai penutur maupun lawan tutur. Tidak hanya dalam kehidupan nyata, dalam film pun demikian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partisipan. Dalam percakapan, proses komunikasi terjadi apabila ada dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan merupakan salah satu kegiatan bahasa yang melibatkan partisipan. Dalam percakapan, proses komunikasi terjadi apabila ada dua partisipan, yaitu pembicara
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciERIZA MUTAQIN A
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya.
133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam studi dan analisis wacana percakapan terhadap strip komik Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya. Pertama, mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW PROVOCATIVE PROACTIVE DI METRO TV
digilib.uns.ac.id PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW PROVOCATIVE PROACTIVE DI METRO TV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi
Lebih terperinciDewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract
1 WACANA KAMPANYE POLITIK DALAM BALIHO DAN SPANDUK PEMILIHAN GUBERNUR WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2013 DAN PEMILIHAN LEGISLATIF DI BALI TAHUN 2014 : KAJIAN PRAGMATIK Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program
Lebih terperinciTINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi
TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implikatur Percakapan Penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu
Lebih terperinci