Pengukuran Proses Kunci dan Metodologi Penilaian Prosedur Pelaksanaan Solusi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengukuran Proses Kunci dan Metodologi Penilaian Prosedur Pelaksanaan Solusi"

Transkripsi

1 Proses Kunci Character Capacity Pengukuran Proses Kunci dan Metodologi Penilaian Prosedur Pelaksanaan Solusi 1. Wawancara mendalam dengan pemohon kredit. 2. Survey lokasi usaha dan tempat tinggal pemilik 3. Wawancara dengan warga sekitar usaha pemohon kredit 4. Wawancara dengan supplier dan konsumen 1. Pengecekan keaslian SIUP, NPWP, TDP dan ijin peruntukan usaha 2. Analisis kondisi keuangan perusahaan terutama cash flow. 3. Melakukan feasibility study untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut tepat untuk dibiayai Pelaksanaan prosedur pengukuran karakter nasabah saat ini hanya dilakukan dengan cara wawancara kepada nasabah pemohon kredit dan melakukan survey awal usaha. Banyak marketing yang hanya mempercayai hasil wawancara dari nasabah dan mengambil informasi-informasi yang didapatkan dari nasabah sebagai dasar mempercayai karakter nasabah. Prosedur yang tidak dilakukan adalah wawancara dengan warga sekitar lokasi usaha, dan wawancara dengan supplier dan konsumen dari pemohon kredit dengan alasan keterbatasan waktu. Kenyataan pelaksanaan di lapangan adalah pengecekan keaslian SIUP, NPWP dan TDP tidak pernah dilakukan oleh BPR Muncul Artha Sejahtera. BPR hanya melakukan pengecekan kesesuaian nama, alamat dan juga orangorang yang menjadi komisaris maupun direktur perusahaan sehingga pengajuan kredit tersebut diajukan oleh orang yang tepat. Ijin peruntukan usaha seringkali tidak dicocokkan dengan ijin usaha sehingga banyak Wawancara nasabah sebaiknya selain dilakukan oleh marketing, juga dilakukan oleh staff dari manajemen risiko untuk lebih mendalami tentang karakter calon nasabah dan juga factor apa saja yang membuat nasabah tersebut ingin mengambil kredit. Selain itu pihak appraisal juga dapat melakukan wawancara dengan warga sekitar lokasi usaha dan melakukan wawancara dengan supplier serta konsumen untuk mengetahui kondisi usaha saat ini BPR Muncul Artha Sejahtera sebaiknya melakukan pengecekan keaslian surat-surat perusahaan seperti SIUP, NPWP dan TDP terutama TDP karena banyak perusahaan yang TDPnya sudah kadaluwarsa. Feasibility study untuk mengetahui tentang kondisi sebenarnya dari perusahaan sebaiknya dilakukan secara mendetail agar

2 Proses Kunci Capital Prosedur Pelaksanaan Solusi 1. Pengecekan besaran modal usaha 2. Kesesuaian modal usaha dengan skala usaha 3. Kesehatan perputaran modal usaha. 4. Perbandingan modal usaha dengan skala kebutuhan modal usaha yang diajukan pemohon usaha yang tidak mendapatkan ijin HO namun masih tetap diloloskan kreditnya. Feasibility study dan analisis cash flow dilakukan secara sederhana saja, sehingga untuk cash flow hanya melihat kelancaran perputaran dan feasibility study dilakukan secara cepat dengan hanya melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pelaksanaan pengecekan besaran modal usaha sudah dilakukan dengan melihat laporan keuangan dari perusahaan pemohon. Namun laporan keuangan yang diterima oleh BPR merupakan laporan keuangan buatan dari pemohon sendiri dan bukan dari auditor maupun konsultan sehingga sebenarnya validitasnya diragukan. Laporan keuangan tersebut diterima sebagai pertimbangan bagi BPR Muncul Artha Sejahtera untuk pengukuran kebutuhan modal kerja. Skala usaha dilihat dari status inventory yang dimiliki oleh perusahaan pemohon. Namun dalam pelaksanaannya, status inventory dari pemohon tidak pernah benarbenar dihitung namun mengetahui secara tepat tentang kondisi perusahaan dan terutama arus kasnya sehingga dapat diketahui apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak. Pemeriksaan laporan keuangan dengan dilakukan oleh bagian internal bank untuk melihat tentang kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Selain pemeriksaan laporan keuangan secara internal dan mencocokkan dengan kondisi perusahaan, status persediaan dari pemoho kredit sebaiknya dilakukan pemeriksaan persediaan actual dan juga penjualan yang telah dilakukannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui asset yang dimilikinya.

3 Proses Kunci Collateral 1. Penerimaan copy bukti kepemilikan jaminan 2. Appraisal jaminan 3. Pengecekan kepemilikan jaminan 4. Pengecekan status jaminan 5. Pengecekan kemudahan penjualan jaminan Condition of Economy Prosedur Pelaksanaan Solusi 1. Analisis kondisi persaingan usaha yang sejenis (SWOT) hanya diperkirakan saja sehingga tidak ada angka pasti hasil appraisal dari BPR Muncul Artha Sejahtera melainkan hanya angka dari perusahaan pemohon. Perbandingan modal usaha dengan skala kebutuhan modal telah dilakukan dengan cara mencocokkan kebutuhan modal dari transaksi perusahaan pemohon dengan modal yang tersedia. Pelaksanaan pengecekan untuk keabsahan jaminan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Namun masalah yang sering timbul adalah adanya appraisal yang overvalued sehingga mempengaruhi besaran pemberian kredit dan juga membuat risiko dari pemberian kredit tersebut menjadi semakin besar. Analisis SWOT dilakukan hanya dengan berdasarkan keterangan dari pelaku usaha (pemohon). Hal ini membuat risiko pemberian kredit meningkat karena pemohon cenderung memberikan penilaian yang baik pada kekuatan dan peluang usaha dan meminimalkan kelemahan dan Penentuan besaran jaminan yang akan diagunkan dilihat hanya berdasarkan nilai NJOP (jika tanah atau bangunan) dan harus mempertimbangkan kemungkinan tentang kecepatan eksekusi jika terjadi gagal bayar atau kredit macet. Perhitungan kondisi ekonomi seharusnya dilakukan bukan hanya dengan melihat kondisi saat ini namun juga mencoba untuk mensimulasikan dan memprediksi kondisi-kondisi ekonomi yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang

4 Proses Kunci Constraint Prosedur Pelaksanaan Solusi 1. Wawancara terhadap masyarakat sekitar 2. Kemudahan pemberian ijin gangguan lingkungan ancaman usaha sehingga hasil tesebut tidak obyektif. Wawancara terhadap masyarakat sekitar dilakukan pada 5 rumah di sebelah kanan dan kiri lokasi usaha, sedangkan untuk wawancara dilakukan sebatas dengan menanyakan keberatan atas usaha pemohon tersebut. Kemudahan pemberian ijin dilakukan dengan menanyakan masalah ijin HO kepada ketua RT setempat dan juga kepada dinas tata kota untuk mendapatkan gambaran yang baik mengenai lokasi usaha Sumber : Hasil Wawancara pada BPR Muncul Artha Sejahtera, 2016 untuk menurunkan kemungkinan risiko kredit yang akan timbul. Wawancara dilakukan sebatas penerimaan masyarakat terhadap usaha tersebut dan tentang kemudahan kepengurusan ijin gangguan lingkungan pada daerah tersebut. Ijin HO perusahaan selalu dicek baik dari jenis usaha, jenis gangguan yang mungkin ditimbulkan dan tanggal kadaluarsa ijin tersebut. Selain itu juga diperhatikan mengenai resistensi masyarakat sekitar mengenai tersebut. usaha

5 Wawancara untuk Direktur 1. Bagaimana prosedur BPR Muncul Artha Sejahtera dalam proses pemberian kredit? 2. Apakah ada target bulanan?apakah target itu selalu terpenuhi? 3. Menurut Anda,apakah target tersebut terlalu berat? 4. Apakah untuk mencapai tujuan tersebut, ada penyimpangan dalam prosedur pemberian kredit yang anda lakukan? 5. Menurut Anda,apa kelemahan prosedur pemberian kredit pada BPR MAS? 6. Sisi apa yang paling mempengaruhi pertimbangan pemberian kredit?mengapa? 7. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi manajemen resiko kredit pada BPR MAS? 8. Penyimpangan prosedur dalam pelaksanaan manajemen risiko kredit pada BPR MAS banyak terjadi pada sisi apa? 9. Apakah bermasalah apabila angka NPL di BPR Muncul Artha Sejahtera di atas 5 %?

6 Jawaban wawancara Direktur 1.Prosedurnya adalah dari pihak nasabah mengajukan keinginan mereka untuk mengambil kredit kemudian akan kita review apakah sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh kami sudah terpenuhi. Pertamayang pasti akan di cek kreditbilitas nasabah apakah nasabah ini memiliki kapasitas untuk melakukan pembayaran, lalu memiliki jaminan yang sudah sesuai dengan nilai kredit yang diajukan atau belum,jaminan itu seharusnya mengcover min 120 % dari nilai kredit itu. Selain itu ada syarat lain yaitu keberlangsungan usaha dari nasabah, jadi nasabah harus memiliki kelangsungan usaha yang baik, cash flow yang baik, dan kemampuan untuk memberikan informasi yang baik tentang bagaimana dana ini akan digunakan untuk melakukan usaha nya itu,jadi rencana usahanya seperti apa. 2. Target bulanan ada tapi target itu belum tentu selalu terpenuhi, memang ada beberapa kendala tapi kita masih mengusahakan agar semuanya dapat berjalan dengan baik. 3. dikatakan berat tidak juga karena itu sudah dihitung sejak awal dan sudah disesuaikan dengan marketing juga. Memang saat ini sedang ada krisis, dimana kondisi ekonomi kurang bagus, daya beli menurun, dengan daya beli menurun ini juga mereka untuk mengajukan pembiayaan kepada kita,kita juga pasti kita pertimbangkan dengan lebih baik lagi. 4.Kalau dari kami seharusnya tidak boleh ada penyimpangan itu karena kita harus menjaga kesehatan bank,memang nasabah penting tapi kesehatan bank dan keberlangsungan hidup bank ini lebih penting lagi, daripada kita mendapatkan nasabah yang kurang kompeten itu akan mengganggu kelangsungan cash flow perusahaan. 5. Kelemahan prosedur ini lebih ke arah sumber daya manusia nya,karena saya tahu ada beberapa marketing dan supervisor yang melakukan beberapa penyimpangan,jadi prosedur2 yang tidak sepatutnya dilakukan akan kita cut. Pengawasan akan dilakukan nantinya, terutama langsung dari direktur pengawasannya. Jadi nanti pemberian kredit tidak seperti yang di sop,jadi sop butuh ada perbaikan lagi. 6. Pertama dari jaminan,jaminan ini harus memenuhi syarat kredit, jadi kredit yang diberikan nantinya max 80% dari jaminan.kedua menurut saya yang paling penting dari kapabilitas dari nasabah untuk membayar kemampuan membayar seperti apa,maka dari itu yang sering kita minta adalah buku tabungan 3-6 bulan terakhir. Kemudian yang ketiga adalah kondisi bisnis perusahaannya termasuk yang kami pantau adalah persaingan bisnisnya. 7. Faktor yang paling utama adalah faktor manusianya, karena sebaik apapun sistem kita dan yang menjalankan tetap manusia jadi kita harus sekuat mungkin menjaga agar jangan sampai mereka melakukan penyimpangan, walaupun penyimpangan itu tujuannya menurut mereka baik tapi itu akan merugikan perusahaan dalam jangka panjang. 8. Pada sisi jaminan, biasanya yang sering terjadi mereka memberikan kredit diatas nilai jaminan. Memang terjadi ada beberapa satu atau dua dan sudah kita koreksi pada perpanjangan kredit. Yang kedua pada sisi kemudahan, jadi ada beberapa nasabah yang tidak memiliki syarat yang lengkap tapi mereka bisa mendapat kredit. Disini kita untuk yang selanjutnya harus memliki syarat yang lengkap dulu baru mendapatkan kredit. 9. Bermasalah sekali karena hal ini akan mempengaruhi cash flow perusahaan.jadi kredit macet diatas 5% itu sudah diatas resiko yang bisa kita tolerir,sehingga kalau sudah diatas 5% itu kita harus lebih berhati-hati dalam memberikan kredit. Selain itu ada masalah juga dengan hubungan bank dengan ojk, jadi pengawasan bank saat ini lebih ketat karena melalui otoritas

7 jasa keuangan. Jika NPL ini terus diatas 5% maka akan mendapatkan sanksi yaitu seperti SP 1 sampai SP 3 atau juga sanksi administratif. Sanksi administratif ini mulai diberlakukan bulan oktober 2015, memang sosialisasinya agak terlambat tapi sudah ada,jadi kita harus lebih berhati-hati lagi.

8 Wawancara untuk Karyawan 1. Bagaimana prosedur BPR Muncul Artha Sejahtera dalam proses pemberian kredit? 2. Apakah ada target bulanan?apakah target itu selalu terpenuhi? 3. Menurut Anda,apakah target tersebut terlalu berat? 4. Apakah untuk mencapai tujuan tersebut, ada penyimpangan dalam prosedur pemberian kredit yang anda lakukan? 5. Menurut Anda,apa kelemahan prosedur pemberian kredit pada BPR MAS? 6. Apa yang anda lakukan untuk mempermudah nasabah dalam proses pengambilan kredit? 7. Mengapa anda melakukan hal tersebut? 8. Apakah banyak rekan kerja yang juga melakukan hal tersebut? 9. Kritik/saran apa yang ingin Anda berikan bagi BPR MAS tentang prosedur pemberian kredit?

9 Jawaban wawancara Karyawan 1. Proses pemberian kredit yang pertama nasabah akan mengisi aplikasi, kemudian aplikasi itu akan diberikan kebapada petugas. Setelah itu petugas memproses sesuai dengan permintaan nasabah. Dari proses itu akan dilihat berapa dana yang dibutuhkan, kemampuan membayar, seperti apa jaminan yang diberikan, dan apakah tujuan dari kredit tersebut. Kemudian setelah itu, petugas melakukan survei, dan setelah itu akan diberikan kepada bagian appraisal, appraisal ini akan melakukan penilaian yang nantinya akan diberitahukan pada marketing bahwa kredit ini dapt diterima atau ditolak. Jika diterima pun biasanya tidak langsung 100% maksimal 80%. 2. Ada, kira-kira satu milyar, kalau terpenuhinya sampai sekarang masih terpenuhi. Tapi kadang ada kalanya tidak terpenuhi, saat mendekati bulan puasa atau lebaran agak susah menutup target, tapi pihak BPR memaklumi. \3. Menurut saya agak berat, dilihat dari kondisi ekonomi yang seperti sekarang ini masih kurang bagus seperti nilai tukar dollar tinggi, inflasi tinggi, harga-harga beli makin tinggi. Kalau untuk mencari orang yang pinjam saja mudah, tapi cari orang yang pinjam dan mampu membayar susah. 4. Bukan penyimpangan, hanya mengambil shortcut saja untuk membantu mempermudah orang yang membutuhkan pinjaman dana untuk usaha. Sehingga kami bantu, kadang-kadang nasabah belum lengkap menyerahkan surat atau data-data, jadi bagaimana caranya supaya dalam waktu nasabah melengkapi kita juga sambil memproses. Jadi sama-sama beres dan sama-sama untung. 5. Kelemahannya menurut saya, mungkin terlalu lama untuk prosedurnya. Jadi seperti nasabah lama, ingin prosesnya lebih cepat dari nasabah yang baru. Tapi BPR MAS tidak mendahulukan atau istilahnya menganak emaskan. 6. Biasanya kita berikan persyaratan yang mudah yaitu persyaratan dasarnya seperti KTP, KK, rekening bank terakhir, jenis usaha. Kami mungkin juga membantu apabila ada sedikit kekurangan, misalnya ada nasabah yang butuh dana 50 juta namun asetnya hanya 60 juta. Seharusnya hal itu tidak diperbolehkan, tapi kami membantu untuk meloloskan. Biasanya jika 80% dari 60 juta hanya dapat cair 48 juta dan masih terpotong provisi atau diaya-biaya lain. Tapi disini kami membantu agar dapat cair 50 juta. 7. Yang pertama yang jelas adalah untuk menutup target. Selain untuk membantu nasabah, nasabah senang mendapat pinjaman, saya juga senang mendapat komisi dari mereka. 8. Hampir semua melakukan, jika tidak melakukan maka tidak akan mendapat komisi dan tidak dapat menutup target.

10 9. Lebih dipercepat prosedurnya dan di sederhanakan, supaya nasabah lama tetap loyal. Karena kami telah membina relasi baik dengan nasabah yang lama sehingga kami usahakan jika mereka melakukan pengajuan kredit kembali, kami dapat membantu mempercepat proses kreditnya.

11 Wawancara Untuk Nasabah 1. Bagaimana prosedur BPR Muncul Artha Sejahtera dalam proses pemberian kredit? 2. Apakah anda diminta untuk memberikan seluruh persyaratan secara lengkap sebelum dilakukan penyerahan kredit? 3. Menurut anda, apakah prosedur pemberian kredit pada BPR MAS cukup mudah dan tidak berbelit-belit? 4. Menurut anda, apa kekurangan prosedur pemberian kredit pada BPR MAS? 5. Apakah anda dibantu oleh karyawan bagian kredit untuk pemrosesan kredit tersebut? 6. Bantuan seperti apa yang diberikan oleh karyawan? 7. Menurut anda, apakah prosedur pemberian kredit pada BPR MAS sudah dilakukan secara benar? 8. Kritik atau saran apa yang ingin anda berikan bagi BPR MAS?

12 Jawaban Wawancara Nasabah 1. Pertama saya mengisi mengisi aplikasi, kemudian saya berikan pada marketing. Lalu menunggu kapan dilakukan survey. Setalah survey, kira-kira satu minggu diberi kabar diterima atau ditolak. Apabila diterima, kita melakukan akad kredit kemudian langsung cair. 2. Seharusnya lengkap, tapi jika persyaratannya ada yang kurang, saya dibantu oleh karyawan. 3. Cukup mudah, namun dapat juga susah. Karena bila bertemu dengan marketing yang kurang bagus bisa diputar-putarkan dan bertele-tele. Mungkin karena dia belum tahu prosedur yang benar seperti apa. Jadi tidak bisa fleksibel. 4. Terlalu lama jadi menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan satu hari, tapi malah dikerjakan tiga sampai empat hari. Padahal kita kadang juga butuh untuk cepat. 5. Ya, saya sangat dibantu sekali. Biasanya dengan memudahkan kita jika ada persyaratan yang kurang lengkap biasanya boleh diberikan dikemudian hari atau menyusul. Yang penting proses kredit dapat jalan terlebih dulu. 6. Yang paling kurang itu biasanya seperti surat RT atau RW, keterangan usaha, dan hal-hal lainnya. Disitulah saya dibantu untuk dapat melampirkan kemudian hari. Pernah juga saat itu surat tanah masih di bank lain, tapi proses kredit masih dapat diajukan. 7. Sudah benar menurut saya, sudah sesuai standart bank. 8. Lebih dipercepat lagi untuk prosedur kreditnya, agar lebih mudah dalam pemberian kredit. Seperti saya nasabah lama, jadi tidak merasa dipersulit untuk mengambil kredit lagi.

13 Wawancara Direktur (Yulianto Suhadi) 1.Menurut Bapak mengapa tingkat NPL di BPR MAS ini lebih tinggi dibanding dengan BPR lain? Sekarang ini BPR MAS masih termasuk dalam BPR yang baru sehingga kita fokus pada pencarian nasabah terlebih dahulu. 2. Apakah ada faktor lain selain mencari nasabah? Jadi staff dan karyawan BPR MAS ini banyak yang tidak aware dengan bahaya di tingkat NPL yang tinggi. Karyawan itu hanya memikirkan target penjualan kreditnya, jadi mereka hanya fokus cari nasabah, padahal nasabahnya kurang kompeten dan kurang komitmen. 3.Menurut SOP BPR mas pengukuran resiko kredit yang dilakukan dengan menggunakan konsep 6C.Bagaimana menurut bapak dengan konsep tersebut? Character (tanyakan pada Bu Puji Lestari) Capacity Penentuan capacity dilakukan dengan melalui tiga tahapan yaitu pengecekan keaslian SIUP, NPWP, TDP dan ijin peruntukan usaha, analisis kondisi keuangan perusahaan terutama cash flow dan melakukan feasibility study untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut tepat untuk dibiayai. Capital Perhitungan kebutuhan modal kerja diperoleh dengan Quick And Dirty Method, digunakan untuk melihat secara cepat mengenai kebutuhan pembiayaan modal kerja nasabah. Collateral sudah ditangani sesuai prosedur,semua kredit perlu jaminan. Condition of Economy kondisi saat ini sedang susah,usaha juga berat, jadi harus pintar-pintar mencari nasabah. Constraint Masalah constraint ini agak sukar dirumuskan karena tidak ada peraturan tertulis mengenai hal tersebut, dan juga tidak dapat selalu didefinisikan secara fisik permasalahannya.

14 Wawancara Kabag Kredit (Puji Lestari) 1. Menurut SOP BPR mas pengukuran resiko kredit yang dilakukan dengan menggunakan konsep 6C. Bagaimana menurut ibu dengan konsep tersebut? Character Proses pengukuran character saat ini masih belum dilakukan secara mendalam. Wawancara yang seharusnya dilakukan secara mendalam kepada nasabah untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai kejujuran dan itikad baik dari nasabah. Namun proses ini tidak dilakukan dengan baik oleh marketing dan surveyor. Pemeriksaan tempat tinggal nasabah saat ini seharusnya dilakukan dengan melalui telepon terlebih dahulu, kemudian baru setelah itu dilakukan survey ke rumah tempat tinggal nasabah. Namun yang dilakukan saat ini, survey tersebut sebagian besar dilakukan melalui telepon saja karena keterbatasan waktu. Hal ini membuat banyak nasabah memberikan data yang tidak akurat. Pengecekan juga tidak dilakukan dengan menanyakan kepada warga sekitar rumah seperti ketua RT tentang kebenaran tempat tinggal nasabah tersebut sehingga membuat hasil dari pengecekan tidak maksimal. Capacity Dalam beberapa kasus, TDP perusahaan calon nasabah setelah melalui proses pengecekan berikutnya didapati telah habis masa berlakunya, selain itu walaupun SIUP, NPWP dan ijin peruntukan lengkap, bidang usaha dari nasabah berbeda dengan yang diceritakan oleh nasabah. Sebagai contohnya adalah PT. A yang di SIUP bergerak di bidang alat-alat pertanian, namun justru bergerak di jual beli mobil. Pergantian direksi, komisaris dan staf sering tidak dilaporkan sehingga untuk pengajuan kredit tersebut, perusahaan harus melakukan revisi akte. Ijin peruntukan usaha juga seringkali tidak dicocokkan dengan ijin usaha sehingga banyak usaha yang tidak mendapatkan ijin HO namun masih tetap diloloskan kreditnya. Capital Penilaian terhadap prinsip capital tidak hanya melihat besar kecilnya modal yang dimiliki oleh calon debitur tetapi juga bagaimana distribusi modal itu ditempatkan. Penentuan besaran capital yang sesuai untuk usaha nasabah ditentukan melalui beberapa tahapan, yaitu pengecekan besaran modal usaha, kesesuaian modal usaha dengan skala usaha, kesehatan perputaran modal usaha dan perbandingan modal usaha dengan skala kebutuhan modal usaha yang diajukan pemohon.

15 Metode Quick And Dirty Method dilakukan dengan cara menggunakan konsep asset working capital turn over period yaitu perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja seperti persediaan, piutang, sampai menjadi kas kembali, teknis perhitungannya dengan meminta Proyeksi Penjualan 1 tahun ke depan. lalu mencari DR, DI, DP. Sehingga kebutuhan modal kerja dihitung dari proyeksi pertumbuhan sales tersebut. Condition of Economy Prinsip condition (kondisi), dinilai situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil risiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui. Analisis kerentanan usaha terhadap kondisi ekonomi, social, politik negara hanya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan nilai inflasi, suku bunga dan kurs saat ini namun tidak memproyeksikan untuk jangka waktu selama waktu pembiayaan kredit sehingga walaupun hasil kerentanan usaha tersebut memberikan penilaian baik, namun belum menggambarkan kondisi pada masa depan. Constraint Wawancara terhadap masyarakat sekitar dilakukan pada 5 rumah di sebelah kanan dan kiri lokasi usaha, sedangkan untuk wawancara dilakukan sebatas dengan menanyakan keberatan atas usaha pemohon tersebut. Kemudahan pemberian ijin dilakukan dengan menanyakan masalah ijin HO kepada ketua RT setempat dan juga kepada dinas tata kota untuk mendapatkan gambaran yang baik mengenai lokasi usaha

16 Wawancara Kabag Pemasaran (Meiliani Putri Puspita) 1. Menurut SOP BPR mas pengukuran resiko kredit yang dilakukan dengan menggunakan konsep 6C. Bagaimana menurut ibu dengan konsep tersebut? Character Marketing seringkali beranggapan bahwa proses wawancara ini merupakan suatu formalitas semata sehingga marketing hanya mengambil informasi dasar saja sebagai dasar pertimbangan untuk diajukan sebagai persyaratan kredit. Marketing hanya menanyakan nama lengkap, alamat, jenis usaha, tempat usaha, dan keperluan pengambilan kredit. Capital Skala usaha dilihat dari status inventory yang dimiliki oleh perusahaan pemohon. Perusahaan dengan pencatatan yang baik akan memiliki catatan yang tepat mengenai berapa banyak barang yang berada dalam inventorynya sehingga persediaan mampu dihitung. Namun dalam pelaksanaannya, untuk mempercepat pengajuan permohonan, status inventory dari pemohon tidak pernah benar-benar dihitung namun hanya diperkirakan saja sehingga tidak ada angka pasti hasil appraisal dari BPR Muncul Artha Sejahtera melainkan hanya angka dari perusahaan pemohon. Perbandingan modal usaha dengan skala kebutuhan modal telah dilakukan dengan cara mencocokkan kebutuhan modal dari transaksi perusahaan pemohon dengan modal yang tersedia Collateral Pelaksanaan pengecekan untuk keabsahan jaminan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Namun masalah yang sering timbul adalah adanya appraisal yang overvalued sehingga mempengaruhi besaran pemberian kredit dan juga membuat risiko dari pemberian kredit tersebut menjadi semakin besar.

17 Wawancara Administrasi Kredit (Robby Cahyadi) 1. Menurut SOP BPR mas pengukuran resiko kredit yang dilakukan dengan menggunakan konsep 6C. Bagaimana menurut Bapak dengan konsep tersebut? Character Surveyor dalam melakukan survey ke lokasi usaha sering kali tidak melakukan pengecekan secara lengkap ke lokasi usaha nasabah. Surveyor karena keterbatasan waktu dan dengan alasan tutup karena sedang perbaikan, seringkali hanya melakukan dokumentasi dari luar saja. Hal yang sama juga terjadi pada pengecekan rumah tempat tinggal pemilik. Banyak surveyor yang tidak melakukan pengecekan secara lengkap pada rumah tempat tinggal, dengan hanya menelpon ke lokasi dan menanyakan apakah benar tempat tersebut merupakan tempat tinggal nasabah. 1 orang surveyor dapat melakukan survey sebanyak lebih dari 5 tempat dalam 1 hari, selain itu ada ketidak kooperatifan dari nasabah, yang dengan berbagai alasan tidak mengijinkan surveyor masuk ke tempat usaha. Adanya nasabah yang tidak mengijinkan ini seharusnya memberikan indikasi bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh nasabah, namun dalam sebagian besar kasus, surveyor membiarkan saja dan menerima alasan nasabah karena merasa sudah kenal dengan nasabah. Capacity Analisis kondisi perusahaan melalui feasibility study biasanya tidak dilakukan oleh manajemen BPR. Analis BPR hanya melakukan pengamatan dan memperkirakan kondisi kerja perusahaan tanpa melakukan analisis mendalam untuk mengetahui kondisi perusahaan secara mendetil. Feasibility study dan analisis cash flow dilakukan secara sederhana saja, sehingga untuk cash flow hanya melihat kelancaran perputaran dan feasibility study dilakukan secara cepat dengan hanya melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pada beberapa kasus, terdapat perusahaan yang mampu menghasilkan laba cukup besar, namun memiliki cash flow kurang lancar, sehingga laba tersebut tidak dapat menjadi dana segar perusahaan yang likuid. Hal ini menimbulkan kesulitan pada perusahaan untuk menangani order-order yang masuk berikutnya. Capacity Saat ini pelaksanaan pengecekan besaran modal usaha sudah dilakukan dengan melihat laporan keuangan dari perusahaan pemohon.

18 Namun laporan keuangan yang diterima oleh BPR merupakan laporan keuangan buatan dari pemohon sendiri dan bukan dari auditor maupun konsultan sehingga sebenarnya validitasnya diragukan, sedangkan berdasarkan peraturan, pengajuan kredit yang memerlukan laporan dari auditor independen merupakan pengajuan kredit dengan nilai lebih dari Rp. 10M. Laporan keuangan tersebut diterima sebagai pertimbangan bagi BPR Muncul Artha Sejahtera untuk pengukuran kebutuhan modal kerja. Collateral Penyediaan jaminan yang diberikan oleh nasabah dilakukan melalui mekanisme penerimaan copy bukti kepemilikan jaminan, appraisal jaminan, pengecekan kepemilikan jaminan, pengecekan status jaminan dan pengecekan kemudahan penjualan jaminan. Condition of Economy Analisis SWOT dilakukan hanya dengan berdasarkan keterangan dari pelaku usaha (pemohon). Hal ini membuat risiko pemberian kredit meningkat karena pemohon cenderung memberikan penilaian yang baik pada kekuatan dan peluang usaha dan meminimalkan kelemahan dan ancaman usaha sehingga hasil tesebut tidak obyektif.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Profil PT. BPR Muncul Artha Sejahtera

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Profil PT. BPR Muncul Artha Sejahtera BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Profil PT. BPR Muncul Artha Sejahtera PT. BPR Muncul Artha Sejahtera Semarang adalah merupakan salah satu bank yang usahanya menghimpun

Lebih terperinci

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, mengenai Studi Tentang Analisis Keuangan untuk Menilai Kelayakan Pemberian Kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ( Studi Kasus Calon Debitur Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk Jakarta) Agriando 22209826 LATAR BELAKANG Kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian ini. BPR Muncul Artha Sejahtera adalah Bank Perkreditan Rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian ini. BPR Muncul Artha Sejahtera adalah Bank Perkreditan Rakyat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini BPR Muncul Artha Sejahtera adalah Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan di Kota Semarang dengan visi dan misi untuk menggairahkan ekonomi di kota Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN benar. 1 Dalam melakukan kelayakan pembiayaan, bank syariah diwajibkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Prinsip 5C pada Produk Ijarah di BPRS PNM Binama Semarang Sebelum suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja BAB IV PEMBAHASAN A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja 1. Permohonan Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan murabahah modal kerja, maka nasabah harus mengisi formulir (lampiran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisa Sistem Analisa merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem dan merupakan tahap fundamental yang sangat menentukan kualitas sistem informasi yang dikembangkan. Analisa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keras, perangkat. lunak dan proses keputusan tersebut menghasilkan sistem. pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan akurat.

BAB I PENDAHULUAN. keras, perangkat. lunak dan proses keputusan tersebut menghasilkan sistem. pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan akurat. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini perusahaan masih sangat sulit melakukan pengambilan keputusan pemberian pinjaman kredit terhadap debitur UKM. Penggabungan beberapa teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengelolaan risiko yang dilaksanakan oleh PT Bank Tabungan Negara (persero)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 29/KEP-LPMUKP/2017 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 29/KEP-LPMUKP/2017 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 29/KEP-LPMUKP/2017 TENTANG DOKUMENTASI ADMINISTRATIF PENGELOLAAN DANA BERGULIR MELALUI KERJA SAMA OPERASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah di BMT Harapan Umat Juwana Secara umum pembiayaan murabahah di BMT Harapan Umat dilakukan untuk pembelian secara pesanan dimana pada umumnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah Di KJKS BMT Walisongo Semarang. Sebagai lembaga keuangan syari ah yang mempunyai satu tujuan untuk mengangkat perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki prosedur pembiayaan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A. BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A. Mekanisme Pembiayaan Murabahah 1. Prosedur Pembiayaan Murabahah Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro syariah,

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin 45 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Penyajian Data 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Banjarmasin Akad musyārakah ada beberapa prosedur yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA PRAMITHA DIKA SAPUTRI, 27210039 FAKULTAS EKONOMI, UNIVERSITAS GUNADARMA KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian mengenai motivasi debitur terhadap atribut produk dalam keputusan pembelian produk KPR Bank Commonwealth dapat disimpulkan sebagai berikut. Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan informasi akuntansi, informasi non akuntansi,

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada Bank Artha Graha Cabang Kopo Bandung mengenai analisis kinerja perusahaan dalam menunjang efektivitas

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : 1. Nasabah Melakukan Pengajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia melakukan penyehatan perbankan dilanjutkan dengan pengawasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia melakukan penyehatan perbankan dilanjutkan dengan pengawasan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setelah terjadi krisis moneter pada tahun 1997, pada awal tahun 2001 Bank Indonesia melakukan penyehatan perbankan dilanjutkan dengan pengawasan dan pengaturan perbankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. PT. Auto Sukses Perkasa berdiri pada tahun 2006 merupakan perusahaan yang

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. PT. Auto Sukses Perkasa berdiri pada tahun 2006 merupakan perusahaan yang 51 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Latar Belakang PT. Auto Sukses Perkasa berdiri pada tahun 2006 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang automotive accessories, plastic injection, dan moulding

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas Artha Mandiri cabang Tulungagung Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN PINJAMAN/PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KEPADA LPDB-KUMKM

PROPOSAL PERMOHONAN PINJAMAN/PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KEPADA LPDB-KUMKM PROPOSAL PERMOHONAN PINJAMAN/PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KEPADA LPDB-KUMKM I PROFIL UKM A. INFORMASI UMUM i. Nama Usaha ii. Alamat iii. Telp/Fax kantor Tlp Fax iv. Awal terbentuknya usaha

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA 11 PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PINJAMAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA BERGULIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu Bank, kredit merupakan sumber utama penghasilan bank sekaligus sumber risiko bisnis terbesar dimana ada kemungkinan kredit tak tertagih (kredit macet).

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah. DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Aisyah Khoirun Nisa 2. Tempat, Tanggal Lahir : Blora, 30 Maret 1996 3. Alamat : Ds. Kadengan Rt.02 Rw. 01 Randublatung-Blora, Jawa Tengah. 4. No. HP

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

PermataKTA Bisnis Kredit Usaha Hingga Rp 1 Miliar TANPA JAMINAN

PermataKTA Bisnis Kredit Usaha Hingga Rp 1 Miliar TANPA JAMINAN PermataKTA Bisnis Kredit Usaha Hingga Rp 1 Miliar TANPA JAMINAN Dukungan Finansial yang Mudah & Fleksibel Jutaan Keluarga. Satu Bank. Apapun rencana usaha Anda, wujudkan dengan PermataKTA Bisnis. Nikmati

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra Energy International, terdapat beberapa evaluasi yang dapat dijabarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pembangunan nasional yang terus berkembang sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun masih terjadi ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Murabahah bil Wakalah pada Produk ib Investasi Line Facility di Bank Jateng Cabang Syariah Semarang Produk Pembiayaan ib Investasi adalah salah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 35 BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Didalam suatu lembaga keuangan baik negeri maupun swasta yang menyediakan berbagai macam produk layanan kredit, prosedur pemberian kredit sangatlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan UMKM BMT Bahtera Pekalongan merupakan salah satu lembaga keuangan yang menyediakan modal bagi UMKM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pembiayaan kredit merupakan lembaga yang memberikan jasa pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya. Dalam lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN A. Kondisi Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Dalam pemberian

Lebih terperinci

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut? Questioner 1. Apakah Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan Bank? Ya, Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan bank. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia melalui SK Direktur BI No.27/162/KEP./Dir. tgl

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan BAB V PEMBAHASAN A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan Menurut Muhammad bahwa pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh setiap lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian dari kegiatan suatu usaha maka diperlukan sumber sumber dana yang dapat mendukung suatu kegiatan usaha yang lebih besar salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari penjualan asset perusahaan maupun pinjaman kredit ke bank.rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari penjualan asset perusahaan maupun pinjaman kredit ke bank.rata-rata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan roda perusahaan tidak jarang membutuhkan tambahan dana berupa modal kerja yang dipergunakan untuk memperluas usahanya maupun investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat maka pemerintah mengarahkan khusunya pada bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perekonomian yang global pada saat sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang industri, perdagangan, maupun jasa dituntut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BUMN ( Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang berisikan dua elemen esensial yakni unsur Pemerintah (public) dan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Hal ini menuntut dunia usaha untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 10 Membeli Rumah

BAB 10 Membeli Rumah BAB 10 Membeli Rumah Menggali informasi secara rinci dan lengkap tentang dana yang harus disiapkan sebelum membeli rumah secara kredit merupakan suatu keharusan. Bisa jadi apa yang disampaikan pengembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,

Lebih terperinci

Persetujuan Pengajuan. Pembiayaan. Proses Pencairan. Pembiayaan. Pemantauan dan Pengawasan Penggunaan Dana

Persetujuan Pengajuan. Pembiayaan. Proses Pencairan. Pembiayaan. Pemantauan dan Pengawasan Penggunaan Dana LAMPIRAN Proses Pembiayaan Paket Masa Depan (PMD) BTPN Syariah Pengajuan Pembiayaan PMD (pengisian dan pengumpulan data, berkas) Persetujuan Pengajuan Pembiayaan Pembinaan dan Pemantauan selama jangka

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI (BPR MDM)

V GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI (BPR MDM) V GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI (BPR MDM) 5.1 Sejarah PT BPR Mitra Daya Mandiri (BPR MDM) PT. BPR Mitra Daya Mandiri pada awalnya didirikan pada tanggal 17 Juli 1992, di hadapan Notaris Misahardi

Lebih terperinci

By : Angga Hapsila, SE.MM

By : Angga Hapsila, SE.MM By : Angga Hapsila, SE.MM BAB VI MANAJEMEN KREDIT 1. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT 2. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT 3. KUALITAS KREDIT 4. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACET PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit L1 INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA Pemberian Kredit No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Apakah koperasi memiliki standar operasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat sekarang ini, menyimpan uang kas dalam jumlah banyak sudah tidak aman lagi. Dengan perkembangan teknologi dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI 7.1 Ringkasan Pengendalian internal dalam sebuah organisasi adalah sangat penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA UNTUK USAHA DAGANG DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR CABANG PAYAKUMBUH

BAB IV PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA UNTUK USAHA DAGANG DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR CABANG PAYAKUMBUH 59 BAB I PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA UNTUK USAHA DAGANG DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR CABANG PAYAKUMBUH A. Pembiayaan Modal Kerja di Bank Syariah Mandiri Dalam pembiayaan modal kerja di Bank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kas dan Pengelolaan Kas BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Pengertian Kas Menurut Dwi (2012) kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan aset yang paling

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah BAB IV ANALISIS DAMPAK REFERENSI TERHADAP KEPUTUSAN BMT DALAM MEMBERIKAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH BAGI NASABAH DI KOPERASI BMT NURUL JANNAH PETROKIMIA GRESIK A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adalah penyedianaan uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-. BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat Kudus a. Prosedur Pengajuan Pembiayaan 1 1. Pemohon a. Telah masuk sebagai anggota b. Membuka simpanan sirkah sebesar Rp.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

Ringkasan Informasi Produk/Layanan

Ringkasan Informasi Produk/Layanan /Layanan Kredit Angsuran Berjangka Nama Produk/Layanan Jenis Produk/Layanan Nama Penerbit Data Ringkas Manfaat Kredit Angsuran Berjangka PaketMU BEBAS Paket Mitra Usaha yang merupakan gabungan dari produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah menetapkan beberapa prioritas, antara lain adalah dengan memberikan akses yang luas

Lebih terperinci