Komunikasi Antar Budaya Tjong A Fie (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya) Johnvic Chandra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komunikasi Antar Budaya Tjong A Fie (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya) Johnvic Chandra"

Transkripsi

1 Komunikasi Antar Budaya Tjong A Fie (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya) Johnvic Chandra ABSTRAK Penelitian ini berjudul Aktivitas Komunikasi Antar Budaya Tjong A Fie yakni sebuah Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie dalam Komunikasi Antar Budaya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui kisah hidup sosok legendaris Tjong A Fie, khususnya bagaimana cara beliau dalam melakukan hubungan-hubungan antarbudaya melalui komunikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Gaya Komunikasi, Teori Komunikasi Antar Budaya, Teori Identitas Sosial karya Henry Tajfel dan Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Data penelitian dibagi menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan Pak Fon Prawira, beliau adalah cucu kandung Tjong A Fie, sekaligus ketua yayasan Tjong A Fie Mansion yang terletak di Jalan Kesawan, Medan, Sumatera Utara. Data sekunder dihimpun melalui berbagai literatur, seperti buku, DVD film dokumenter hingga penjelasan dari seorang tour guide. Hasil penelitian berupa kumpulan cerita-cerita penting kisah perjalanan sosok Tjong A Fie dengan mengambil fokus utama pada komunikasinya, gaya komunikasi dan proses komunikasi verbal serta nonverbal lebih dikemukakan. Dari hasil penelitian, beliau diketahui memiliki ciri-ciri gaya komunikasi konteks-rendah, dimana cara berbicara beliau yang tegas dan langsung, juga sifatnya yang selalu menyikapi secara terbuka seluruh materi pembicaraan yang dibawa oleh lawan bicaranya. Kata kunci: Gaya Komunikasi, Komunikasi Antarbudaya, Biografi, Tjong A Fie. 1

2 PENDAHULUAN Konteks Masalah Teramat banyak hal yang dapat menjadi faktor dalam keberhasilan melakukan komunikasi antarbudaya. Selain harus memiliki sikap penuh kesadaran dalam melakukannya, pembentukan identitas diri juga turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi antarbudaya. Identitas diri dapat dipengaruhi - salah satunya - oleh cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Cara kita berbicara, termasuk kata-kata yang kita pilih, kelancaran, kecepatan, dan intonasi suara kita menampilkan siapa diri kita di mata orang lain. Semua hal ini disebut gaya komunikasi. Salah satu analisis mendalam mengenai gaya komunikasi dikemukakan oleh Edward T Hall, dimana dia membagi gaya komunikasi ke dalam dua konteks, yaitu gaya komunikasi konteks-tinggi dan gaya komunikasi konteks-rendah. Berbicara soal keefektifan dalam komunikasi antarbudaya, dimana hasil akhirnya bisa dilihat - salah satunya - dengan tercapainya kerukunan antar individu-individu yang berbeda budaya, maka ada seorang tokoh yang sangat harum namanya di masyarakat Kota Medan. Beliau merupakan salah satu dari sekian banyak sosok yang berperan besar menciptakan keharmonisan di tengah kemajemukan masyarakat Kota Medan pada zaman dulu, dan hingga saat ini pengaruh keberadaannya masih dapat dirasakan. Sosok yang dianggap berperan besar itu bernama Tjong A Fie, dilahirkan pada tahun 1860 di Sungkow, Guangdong, Tiongkok. Tjong A Fie kecil tumbuh berkembang dalam keluarga yang sederhana. Melihat kisah sukses beliau, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang belum pernah diteliti sebelumnya yakni mengurai kisah sukses sosok Tjong A Fie terkait dengan keefektifan komunikasi antarbudaya serta melihat bagaimana gaya komunikasi yang dilakukannya pada masa itu. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah adalah sebagai berikut: Bagaimanakah gaya komunikasi Tjong A Fie dalam aktivitas komunikasi antar budaya? Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui komunikasi verbal dan nonverbal Tjong A Fie dalam melakukan komunikasi antarbudaya. 2. Untuk mengetahui gaya komunikasi Tjong A Fie (konteks-tinggi dan konteks-rendah) dikaitkan dengan komunikasi antarbudaya. KAJIAN PUSTAKA Perspektif/Paradigma Penelitian biografi termasuk ke dalam perspektif konstruktivis, dimana tujuan penelitian biografi sesungguhnya adalah mencari dan mengungkapkan kenyataan atau realitas yang ada secara mendalam. Hal ini disebabkan teori yang menjadi dasar dari metode biografi adalah etnografi, fenomenologi, analisis narasi, interaksionime simbolik, teori diskursus dan analisis konvensional. 2

3 Uraian Teoritis 1. Komunikasi Antar Budaya Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa (Liliweri, 2003:11) mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan: 1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan. 2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama. 3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. 4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara. (Liliweri, 2003:36) 2. Gaya Komunikasi Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula (Mulyana, 2004:102). 3. Teori Identitas Sosial Teori identitas sosial dipopulerkan oleh seorang tokoh yang bernama Henri Tajfel. Dikatakan ada cara-cara atau usaha yang dilakukan oleh manusia dalam mencari atau memperoleh identitas tertentu. Mulai dari melakukan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan kepentingan kelompok budaya individu tersebut maupun kepentingan persona. Pada awalnya teori identitas sosial digunakan untuk menjelaskan hubungan antar kelompok, tetapi belakangan, seorang ahli bernama Ralph Tyler (1996) mengembangkan teori ini untuk menjelaskan hubungan individu dengan suatu kelompok. Teori ini menjelaskan bahwa individu menggunakan kelompok sebagai sumber informasi mengenai anggota-anggota kelompok dan untuk membangun status diri. 3

4 4. Teori Komunikasi Verbal dan Non-verbal Komunikasi verbal adalah proses penyampaian pesan atau stimulus antar komunikator ke komunikan yang menggunakan kata-kata (words), baik lisan maupun tulisan. Bentuk yang paling umum dari komunikasi verbal adalah bahasa. Bentuk lain yang berupa tulisan hanya sekedar cara untuk merekam bahasa yang diucapkan, dengan membuat tanda-tanda pada kertas maupun pada media tulis lainnya (Mulyana, 2000:113). Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: Non berarti tidak, Verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis biografi. Teknik analisis biografi adalah metode menganalisis sejarah hidup seseorang. Objek kajiannya adalah orang tersebut dan seluruh pengalaman hidupnya, mulai dari kelahirannya, menjadi dewasa, sampai dengan masa tuanya, bahkan sampai orang tersebut meninggal dunia (Bungin, 2007:233). Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah semua hal yang melekat dan terdapat dalam cerita pengalaman sosok Tjong A Fie, dengan berfokus pada gaya komunikasi beliau. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitan yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Bentuk dari data primer yaitu wawancara mendalam dengan narasumber yang sudah ditentukan sebelumnya. Selain wawancara mendalam, observasi lapangan dan studi dokumentasi juga termasuk ke dalam data primer. 2. Data Sekunder Data sekunder didapat dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Buku karangan Queeny Chang yang berjudul Memoirs of a Nonya yang diterbitkan tahun 2000 di Singapura berisi banyak sejarah dan cerita-cerita mengenai sosok Tjong A Fie yang selama ini tidak banyak diketahui publik. Buku ini dijadikan salah satu sumber data sekunder bagi penulis. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setalah selesai pengumpulan dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah 4

5 melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang dianggap kredibel. Data itu kemudian dianalisis dengan teori-teori yang sudah ditentukan sebelumnya untuk memaparkan dan mengetahui hal-hal apa saja yang penting dan layak dipelajari. Hasil dan Pembahasan Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak semuanya perlu dibahas. Berikut data hasil penelitian direduksi berdasarkan teknik biografi berupa tujuh objek-objek sejarah penting dan jati diri seseorang yang perlu dibahas lebih lanjut (Bungin, 2007). a. Identitas Diri, Keturunan, dan Keluarga. Sejarah sepakat untuk menulis bahwa Tjong Fung Nam, atau yang dikenal dengan nama Tjong A Fie, berasal dari negeri China. Tepatnya di kampung Sung-kow, daerah Mei Xian, Provinsi Kwang Tung di pedalaman China. Tjong A Fie lahir ke dunia pada tahun 1860, dan merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara sebuah keluarga Hakka, dengan ayah bernama Tjong Lian Xiang dan ibu yang bermarga Li. b. Perkembangan Hidup Semasa Kecil dan Orang-orang yang Mempengaruhinya. Hidup di sebuah keluarga yang serba kekurangan, tidak menghambatnya untuk tumbuh menjadi sosok yang cerdas. Walaupun hanya mendapat pendidikan seadanya, namun Tjong A Fie tetap mampu menguasai berbagai kiat-kiat dagang yang diturunkan dari ayahnya, yang merupakan seorang pedagang tulen. Tinggal dengan sebuah keluarga besar berjumlah 9 (sembilan) orang, membuat Tjong A Fie harus saling berbagi dan belajar mengasihi sejak dini. Sejak kecil Tjong A Fie memang memiliki cita-cita yang tinggi. Sadar kehidupannya tidak akan berkembang di Kwang Tung, dia pun ingin agar bisa merantau seperti abangnya, Tjong Yong Hian. Dengan hanya berbekal seadanya, Tjong A Fie yang saat itu berumur 18 tahun, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dengan menambatkan sampannya di tepi sungai dalam perjalanan ke Swatow, dimana dari daerah itu, dia menumpang sebuah junk, menuju Tanah Deli, Sumatera Utara, Indonesia. c. Sejarah Pendidikan dan Masa Pertumbuhannya Menjadi Dewasa. Usia Tjong A Fie masih 18 tahun saat pertama menginjakkan kakinya di Tanah Deli, namun dia telah berkembang menjadi seorang anak muda China yang tangguh dan tidak kenal takut demi mengejar cita-citanya di tanah harapannya. Dia tidak pernah mengenyam bangku pendidikan layaknya anak-anak kaya di China, kehidupannya lebih banyak dihabiskan bersama keluarganya sampai akhirnya dia menerima kenyataan harus hidup mandiri dan memulai segala hal dari nol. Satu-satunya keahlian yang dimilikinya saat itu hanya berdagang. Maka hanya dengan berdaganglah, 5

6 Tjong A Fie beradaptasi di tampat tinggal barunya. Seorang pemilik toko kelontong, Tjong Sui Fo akhirnya memperkerjakannya. Karena sejak muda sudah lihai dalam berdagang, tidak butuh waktu yang lama bagi Tjong A Fie untuk sukses dalam bidang ini. Usaha Tjong Sui Fo pun mengalami banyak kemajuan sejak kedatangannya. Nama Tjong A Fie pun semakin dikenal tatkala dia menunjukkan kemampuannya dalam menjalin relasi. Dia mudah bergaul dan berteman dengan orang-orang dari berbagai bangsa yang beraneka ragam. Mulai dari kalangan Melayu yang kebanyakan adalah para tengku dari kerabat kaum bangsawan tanah Deli, orang-orang Arab, orangorang India dan juga orang-orang Belanda. Dia pun belajar Bahasa Melayu yang dianggapnya sangat penting. Hampir setiap hari, dia mulai berbahasa Melayu demi tujuan agar cepat akrab dengan masyarakat sekitar. d. Sejarah Pekerjaan dan Reputasi. Berbekal kedekatannya dengan pemegang wilayah Tanah Deli, yakni Kesultanan Deli, dia pun dengan mudah melakukan manuver memperluas wilayah perkebunannya yang sudah dia rintis. Kemampuan dia melakukan lobi sangat mendukung dia dalam hal ini. Tak kurang dari perkebunan teh, tembakau, kelapa, karet dan kopi dimiliki oleh Tjong A Fie. Dia memiliki banyak pegawai yang tidak hanya berasal dari negeri China, namun juga masyarakat pribumi. Masyarakat sekitar pun sangat menghormatinya. Semasa hidupnya, banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh Tjong A Fie demi membantu kehidupan masyarakat sekitarnya. Dia seringkali memberi santunan kepada fakir miskin dan anak-anak yang kurang mampu. Selain itu, pembangunan tempat-tempat ibadah merupakan hal yang lazim dilakukan oleh Tjong A Fie. Tidak hanya mesjid, tetapi gereja, kuil hindu dan kelenteng juga sudah dibangun Tjong A Fie di berbagai tempat. Dia seakan ingin membuktikan bahwa dirinya sangat menjunjung tinggi multikulturalisme yang ada di Kota Medan saat itu, dengan tidak membedabedakan suku, agama, ras dan bangsa. Ini juga membuktikan Tjong A Fie memiliki sisi religius yang kental. Masyarakat tentu sangat dimudahkan dalam hal ini. Mereka dengan mudah membangun kehidupan taat beragama dengan bantuan bangunan-bangunan suci itu. Hingga sekarang, keberadaan rumah ibadah ini masih berdiri tegak dan bisa dijumpai oleh siapa saja. e. Ideologi Agama dan Masyarakat yang Mempengaruhinya. Tjong A Fie lahir dari sebuah keluarga penganut agama Kong Hu Chu. Dan diketahui hingga akhir hayatnya, beliau tidak pernah mengganti agamanya dan tetap setia mengikuti ajaran agama yang diturunkan dari keluarganya ini. Lain halnya jika berbicara mengenai budaya. Meskipun Tjong A Fie berdarah China tulen dengan asal usul budaya China yang kental dari kedua orang tuanya, itu tidak membuatnya serta merta membawa dan menerapkan budaya dirinya ke Tanah Deli. Dia menyadari bahwa budaya China dengan tradisi-tradisinya harus dilebur dengan budaya asli Indonesia agar kehadirannya sebagai seorang perantau bisa diterima dengan baik oleh masyarakat asli. Itulah yang menjadi dasar pemikirannya ketika dia memilih menikahi Lim Koei Yap, gadis asal Binjai, yang kental dengan 6

7 budaya China Peranakan, sebuah budaya hasil akulturasi antara budaya China dengan budaya asli Indonesia. f. Ajaran-ajaran Moral yang Diperjuangkan. Sikap arif, rendah hati, dan kedermawanan yang dimiliki Tjong A Fie membuat dirinya dengan cepat diterima oleh masyarakat sekitar saat itu. Kesultanan Deli dan pemerintah Belanda pun turut merasakan pengaruh besarnya. Royalitas Tjong A Fie yang ditunjukkan kepada pihak kesultanan dengan membangun suatu hubungan baik yang bertahan lama membuktikan bahwa dia memang menjadikan hubungan relasi sebagai fondasi suksesnya. Tanpa hubungan relasi yang kuat dengan pihak kesultanan, mustahil melihat dan mendengar kisah sukses Tjong A Fie saat ini. Salah satu faktor pendukung yang membangun hubungan relasi itu datang dari kemampuan komunikasi Tjong A Fie yang di atas rata-rata. g. Harapan-harapannya untuk Masyarakat yang Akan Datang. Setumpuk cerita sukses Tjong A Fie akhirnya menemui ujungnya ketika ajal menjemputnya di tahun Tepatnya di tanggal 4 Februari 1921, ketika umurnya masih 61 tahun. Penyakit apopleksia atau pecah pembuluh darah di bagian otak menjadi penyebab utama kematiannya. Namun, sebelum meninggal, dia menulis banyak surat wasiat melalui notaris Dirk Johan Facquin den Grave, warga keturunan Belanda. Salah satu surat wasiatnya membuat dia dipuji masyarakat, karena selain surat-surat wasiat yang lain menjelaskan tentang pembagian harta dan kewajiban keluarganya, surat wasiat ini lebih ke sisi kemanusiaan. Surat wasiat yang diberi nomor 67 ini sekaligus mengungkapkan harapan-harapannya kelak, diantaranya untuk menjaga budaya dan kerukunan beragama yang telah dibangunnya, memajukan pendidikan anak-anak Tjong A Fie, memberikan tunjangan-tunjangan pendidikan kepada generasi muda yang berkelakuan baik tanpa membedakan agama, suku ataupun golongan, memberikan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa membedakan golongan atau bangsa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tjong A Fie merupakan seorang komunikator bergaya komunikasi konteks-rendah dan bergaya bicara linier. Hal ini dibuktikan dengan cara komunikasinya yang lugas dan to-the-point dalam menyikapi materi pembicaraannya. 2. Tjong A Fie berbicara apa adanya, alami, tegas, dan menyikapi materi pembicaraanya secara langsung. Dia tidak bertele-tele menanggapi sebuah masalah. Dia pengambil keputusan yang cepat dan dia menunjukkan komitmen penuh terhadap apapun yang telah menjadi keputusannya. Dia berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial dengan semua kalangan masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, agama, suku dan golongan. 3. Gaya personal sosok Tjong A Fie dilihat dari cara dia berbicara yang lembut, tidak meledak-ledak, menyampaikan kata-katanya dengan nada 7

8 suara rendah dan mimik muka yang meyakinkan hampir di setiap kali dia berbicara, baik untuk urusan bisnis maupun di pemerintahan. 4. Komunikasi antar budaya yang dijalankan olehnya tidak menemui banyak hambatan. Selain diterima dengan baik oleh masyarakat asli Tanah Deli, dia juga dikenal memiliki hubungan khusus dengan Sultan Deli semasa hidupnya. Bukan hanya itu, dia juga dipercaya oleh pemerintah Belanda untuk duduk sebagai bagian dari pemerintah. 5. Kemampuan komunikasi verbal Tjong A Fie disukai banyak orang. Dalam berkomunikasi, ia juga menunjukkan jiwa kepemimpinannya, sehingga banyak buruh-buruh China saat itu mendukung dia menjabat sebagai salah satu pemimpin. Dia pun diangkat oleh Belanda sebagai Liutenant China pada tahun Kemudian menjadi Kapitein China pada tahun Di tahun 1911, dia menggantikan abangnya sebagai Mayor China. 6. Komunikasi nonverbal-nya pun sering digunakan ketika dia hendak menyampaikan sesuatu yang penting. Namun komunikasi nonverbal-nya bukan sesuatu yang penting baginya, karena hanya dia gunakan sebagai alat pendukung dan pelengkap komunikasi verbal-nya. 7. Identitas diri Tjong A Fie mengalami perubahan pesat setelah menikah dengan Lim Koei Yap, jika dibandingkan dengan awal-awal kedatangan beliau. Dengan sadar, dia bergabung dengan komunitas masyarakat kota Medan yang memiliki beragam budaya. Dia menunjukkan perhatian dan sumbangsih kepada masyarakat kota Medan, tanpa membeda-bedakan ras, agama, suku dan golongan. Beragam bangunan yang dibangunnya kala itu menjadi saksi bisu bagaimana pengaruh yang ditunjukkan sosok Tjong A Fie di masyarakat ketika itu. Saran 1. Diharapkan setiap pelaku komunikasi aktif untuk menggunakan gaya personal yang sesuai dan mudah diterima oleh semua orang. Hal ini dimaksudkan agar interaksi sosial yang dijalin dapat berkembang dan bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Selain itu, budaya juga hal wajib yang musti diperhatikan. Komunikasi yang terjadi di antara dua budaya yang berbeda harus mengerti dan memahami hal-hal apa saja yang harus diucapkan dan hal-hal apa saja yang tidak boleh diucapkan, yang mungkin akan menyinggung budaya lainnya. 2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang jasa para pahlawanpahlawannya. Hendaknya semua orang, khususnya masyarakat kota Medan, tidak melupakan sejarah, dimana masih terdapat banyak pahlawan-pahlawan bangsa yang layak dikenang jasa-jasanya. Salah satunya Tjong A Fie. Jaga dan rawat-lah semua peninggalan-peninggalan beliau yang ada, yang kelak akan menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya. Sejarah Tjong A Fie diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi kita, generasi muda, untuk terus bekerja dan berusaha dalam menggapai citacita serta tetap memiliki sifat rendah hati. 8

9 DAFTAR REFERENSI Chang, Queeny Memoirs of a Nonya. Singapura : Singapura Post. Liliweri, Alo Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mulyana, Deddy Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Komunikasi Efektif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group. 9

AKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA TJONG A FIE. (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya) SKRIPSI.

AKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA TJONG A FIE. (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya) SKRIPSI. AKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA TJONG A FIE (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang dihasilkan sendiri maupun yang lahir karena bercampur dengan budaya dari negara lain yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku sejarah

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 2 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Subjek, Wilayah dan Fokus Kajian Komunikasi Antarbudaya DESKRPISI Dalam

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa dan Minangkabau) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Adapun data dan informasi yang digunakan guna mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, antara lain: 1. Data elektronik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian Perspektif diartikan sebagai sudut pandang atau cara kita memandang sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON 100904024 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Peran Identitas Etnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hubungan kekerabatan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seluruh manusia tercipta sebagai makhluk sosial, yang dimana tak pernah terlepas dalam kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan BAB V Penutup A. Kesimpulan Dalam studi komunikasi antarbudaya, salah satu yang menarik untuk dikaji dan ditelaah lebih jauh adalah proses akomodasi komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan selalu berpasangan, pria dengan wanita. Dengan tujuan bahwa dengan berpasangan, mereka dapat belajar berbagi mengenai kehidupan secara bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO A. Lingkungan Keluarga BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO Dokter Soedarso adalah seorang Pejuang kemerdekaan di Kalimantan Barat pada masa penjajahan Kolonial Belanda. Dokter Soedarso sebenarnya bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, persepektif sejarah selalu menampilkan ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu menampilkan tiga unsur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 4 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Memahami Perbedaan Perbedaan Budaya DESKRIPSI Modul ini membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah menikmati kemerdekaan selama 72 Tahun, kemerdekaan atas diri sendiri, kemerdekaan beragama, kemerdekaan berkumpul dan berserikat, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain sebagai negara dengan jumlah pulau terbanyak di dunia, Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak di dunia, yaitu terdapat lebih

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga manusia baik perseorangan maupun sebagai anggota kelompok selalu

I. PENDAHULUAN. sehingga manusia baik perseorangan maupun sebagai anggota kelompok selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu manusia memerlukan komunikasi, sebagai mahluk sosial di dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan dan kepentingan sangat membutuhkan manusia lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan mendiskusikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

ANALISI DATA. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan

ANALISI DATA. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan 106 BAB IV ANALISI DATA Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Data-data yang telah di peroleh dari lapangan langsung peneliti analisis dengan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkawinan akan mengungkapkan bahwa banyak keputusan menyeluruh, pilihan-pilihan, atau alternatif sedang dipertimbangkan, dan bahwa semua itu membentuk atau menentukan

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan serantaian peristiwa masa lampau yang terjadi secara nyata dalam perjalanan hidup manusia. Dalam sebuah negara, sejarah dan kisah yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA (Studi Hermeneutika pada Lagu-lagu Perjuangan Ciptaan C. Simanjuntak) Oleh: RIKA WULANDARI A220090128

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 3 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Pokok bahasan konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rela berkorban, serta kecintaan pada bangsa dan negara 1. yang akrab dengan perjuangan suatu bangsa atau seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. rela berkorban, serta kecintaan pada bangsa dan negara 1. yang akrab dengan perjuangan suatu bangsa atau seseorang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Nilai Patriotisme merupakan sebuah acuan atau prinsip yang mencerminkan kecintaan terhadap kelompok atau bangsa dan kesedian untuk menjunjung nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat melihat Masjid Lautze di sekitaran Jalan Tamblong. Bangunan dengan dominan warna berwarna

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB III PERANAN DAN KEBERADAAN TJONG A FIE. dan pengaruh yang besar pada perkembangan Kota Medan sebagai lokasi

BAB III PERANAN DAN KEBERADAAN TJONG A FIE. dan pengaruh yang besar pada perkembangan Kota Medan sebagai lokasi BAB III PERANAN DAN KEBERADAAN TJONG A FIE Deskripsi bab ini merupakan suatu penjelasan mengenai peran dan keberadaan Tjong A Fie sebagai seorang tokoh di Kota Medan memiliki tindakan dan pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Konteks Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa, dikatakan begitu karena sebagai media komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Berdasarkan analisis data yang peneliti dapatkan

Lebih terperinci