BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP N 01 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2015/2016 A. Analisis Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Pembentukan Karakter Siswa di SMP N 01 Pekalongan Dari kajian teoritis maupun data lapangan yang penulis jabarkan, maka langkah selanjutnya menganalisis sumber-sumber yang telah ada sehingga hasilnya dapat diketahui secara terperinci. Implementasi kurikulum merupakan salah satu bagian dari tujuan sebuah lembaga pendidikan, secara tidak langsung keberhasilan sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum tersebut. Implementasi kurikulum yang jelas dan sistematis akan meningkatkan mutu yang efektif, kualitas yang unggulan bagi lulusan lembaga pendidikan akan tercapai. Sebagai pendidikan formal dan termasuk kategori sekolah piloting atau percontohan di kota Pekalongan, SMP N 01 Pekalongan merupakan sekolah yang dipercaya mengimplementasikan kuriulum 2013 yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik atau ilmiah. 91

2 92 Implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah berjalan, walaupun masih bersifat sangat sederhana dan belum sesempurna tuntutan dari pembuat kebijakan. Hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung. 1. Kriteria Pendekatan saintifik Berdasarkan penelitian di lapangan, dalam melakukan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan ada beberapa kriteria, yaitu : materi pembelajaran berbasis pada fakta, mendorong siswa untuk berfikir kritis, mendorong siswa untuk dapat menganalisis fenomena-fenomena yang ada, pembelajaran dirumuskan dengan jelas, dan mendorong siswa untuk berfikir ilmiah. Pertama, materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang ada atau tidak fiktif. Misalnya pada materi iman kepada Allah siswa disuruh untuk belajar di luar kelas, seperti di tanam untuk mengamati alam disekitarnya dan menahami bahwa segala yang ada di alam ini ada yang menciptakan yaitu Allah. Hal ini sesuai dengan isi buku tentang materi iman kepada Allah, bahwa iman kepada Allah adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari-hari. Kedua, penjelasan guru respon siswa dan interaksi edukatif gurusiswa terbebas dari prasangka dan serta-merta, pikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Jadi Pembelajaran

3 93 yang berlangsung harus bersifat logis dan benar-benar pada kenyataan yang ada, tidak benrdasarkan pemikiran yang subjektif ataupun dari perasangka semata. Hal ini diyakini dapat melatih rasa tanggung jawab siswa, misalnya ketika diberi tugas mereka harus mengerjakan tugas tersebut (menjawab pertanyaan) yang ada dalam tugas tersebut haerus berdasarkan sumber yang ada, begitu pula ketika berdiskusi. Ketiga, mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Hal ini diyakini oleh pihak sekolah dapat menumbuhkan kekritisan siswa dalam berfikir serta memahami pelajaran yang disamaikan. Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. Melalui hal ini siswa mampu menghargai perbedaan pendapat diantara siswa lainnya. Kelima, mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Sebagaimana yang ada dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, siswa dituntut untuk berfikir rasional dengan melihat fenomena-fenomena ataupun permasalahan nyata yang ada disekitar lingkungan. Keenam, berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. Tugas yang dikerjakan oleh siswa harus

4 94 berdasarkan konsep yang ada di buku pelajara, serta harus menggunakan teori dan fakta yang jelas serta mampu dipertanggungjawabkan. Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem pembelajarannya. Hal ini merupakan tugas seorang guru yakni di awal pembelajaran guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menarik sehingga siswa menjadi bersemangat untuk belajar. Dari ketujuh kriteria pendekatan saintifik tersebut, pembelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah memenuhi kriteria tersebut, yaitu materi pembelajaran berbasis pada fakta, mendorong siswa untuk berfikir kritis, mendorong siswa untuk dapat menganalisis fenomena-fenomena yang ada, pembelajaran dirumuskan dengan jelas, dan mendorong siswa untuk berfikir ilmiah. 2. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik Langkah-langkah pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan meliputi: mengamati, menganalisis dan menarik kesimpulan. Langkah-langkah tersebutpun masih sangat sederhana pelaksanaanya, yaitu masih menyesuaikan dengan keadaan kelas, sekolah, anak, dan lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran. Maksudnya belum ada kekhususan yang sengaja dibuat oleh pihak sekolah dalam rangka melakukan pembelajaran, misalnya: membuat lingkungan yang di setting sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan pendekatan ilmiah

5 95 yang kental. Pendidik pun terus berinovasi dengan sarana dan prasarana seadanya. Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, langkahlangkah pembelajarannya meliputi tiga tahap, yaitu mengamati, menganalisis dan menarik kesimpulan. Mengamatinya pun sederhana, yakni mengamati hal-hal yang ada di sekitar saja. Bisa berupa kejadian yang ada di sekolah, tempat tinggal siswa, gambar-gambar ataupun video yang dipersiapkan oleh guru dalam rangka pembelajaran materi yang telah direncanakan. Setelah mengamati gambar, video atau fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar, kemudian siswa menganalisis tentang hal yang diamati tersebut dengan menjawab sepuluh pertanyaan dari gurunya, seteelah tugas tersebut dikumpulkan kemudian dibahas bersama-sama kemudian diakhir pertemuan guru meminta salah satu murid untuk menyimpulkan tentang materi tersebut. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik yang telah disosialisasikan meliputi mencari informasi dengan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa langkah pembelajaran yang belum dapat dilaksanakan di SMP N 01 Pekalongan, seperti langkah mencoba dan mengomunikasikan. Belum terlaksananya semua langkahlangkah pembelajaran yang ada dalam pendekatan saintifik ini karena siswa belum dapat diajak sepenuhnya menerapkan langkah-langkah

6 96 tersebut. Bila diamati, langkah-langkah tersebut sulit direalisasikan secara sempurna karena kondisi siswa yang belum terbiasa belajar dengan pendekatan ilmiah yang seperti ini. 3. Jejaring Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Di SMP N 01 Pekalongan, pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sering menggunakan jejaring pembelajaran (kolaboratif), tapi masih terbatas dengan metode diskusi Tanya jawab, demonstrasi dan juga sosio drama. Keterbatasan variasi pembelajaran kolaboratif ini disebabkan karena waktu pembelajaran yang cukup singkat dan jumlah peserta didik yang cenderung banyak sehingga terkadang guru sulit untuk mengaturnya. Pembelajaran kolaboratif sangat banyak ragamnya, seperti Jigsaw, STAD (Student Team Achivment Devisions), LT (Learning Together) dan dapat pula dikreasikan oleh pendidik itu sendiri. Di SMPN 01 Pekalongan pun begitu, pendidik berusaha menginovasikan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya melalui berbagai usaha, misalnya membaca buku, browsing informasi dari internet, bahkan pendidik dapat mencari inspirasi dari cara orang lain mengajar. Kemauan yang keras seperti ini akan membuat pembelajaran semakin bervariasi dan akan membuat siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran kolaboratif, peran guru hanya sebagai manager belajar dan siswa harus lebih aktif dalam belajar. Namun yang terjadi di kelas, guru masih bersifat dominan. Sebgaimana dalam

7 97 kurikulum sebelumnya dimana gurulah yang berperan aktif dalam pembelajaran dan siswa lebih bersifat pasif. 4. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan Dari hasil penelitian di lapangan, SMP N 01 Pekalongan menggunakan dua model pembelajaran, yaitu pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Pertama, pembelajaran berbasis masalah, dalam hal ini pembelajarannya masih menggunakan permasalahan yang sederhana dengan ketentuan sesuai dengan materi belajar. Masalah yang diambil pun masih berasal dari lingkungan sekitar saja. Hal ini dikarenakan pertimbangan waktu, kemampuan siswa serta sarana dan prasana yang tersedia. Kedua, pembelajaran berbasis proyek, dalam hal ini guru memberikan tugas-tugas dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Misal, format tugas, batasan tugas, waktu pengumpulan dan sebagainya. Tugas ini dapat berupa portofolio, mencari contoh yang berhubungan dengan materi, tugas evaluasi pembelajaran dan sebagainya, terkadang diberi tugas untuk membuat makalah danjuga melakukan pengamatan, tugas seperti ini dikerjakan secara berkelompok yang terdiri dari lima anak. Tugas untuk membuat makalah diberi waktu satu minggu sedangkan membuat laporan pengamatan diberi waktu satu minggu untuk

8 98 pengamatan dan satu muinggu untuk membuat laporan berupa hasil pengamatan. Tugas dikumpulkan dalam bentuk ketikan rapi. Berdasarkan penelitian tersebut, Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan belum sempurna karena model pembelajaran yang ada dalam pendekatan saintifik ada tiga model pembelajaran, yaitu pembelajaran penemuan (Discovery Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). 5. Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan berjalan sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum SMP N 01 Pekalongan ini telah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru di SMP N 01 Pekalongan khususnya guru Pendidikan agama Islam dan budi pekerti sesuai dengan konsep kurikulum 2013, yaitu dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa artinya siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung selama 2 kali dalam seminnggu dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran atau setara dengan 120 menit. Materi pelajarannya meliputi: aqidah akhlak, al qur an hadits, fiqih, sejarah kebudayaan Islam yang

9 99 dijadikan satu dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Untuk pendekatan dalam pembelajaran SMP N 01 Pekalongan menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada aktivitas peserta didik seperti mengamati, menanya, mencoba (mengeksplorasi), menalar (mengasosiasi) dan mengkomunikasikan. Dengan penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti ini diharapkan siswa mampu meningkatkan pengetahuan yang ia miliki dengan mandiri serta dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh guru dengan baik serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan yaitu menggunakan metode yang disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, seperti diskusi, sosio drama, demonstrasi, Tanya jawab dan penugasan. Metode ini dilakukan sesuai dengan konsep pembelajaran yang tenang dan menyenangkan serta menuntut aktivitas dari siswa agar terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosialnya, sehingga member kesempatan dan mengikutsertakan siswa untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tercapai, evaluasi dapat dilakukan dengan berbagi cara baik dengan cara menggunakan tes tertulis, tes lisan,

10 100 unjuk kerja dan juga tugas portofolio. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan, terkadang guru menngevaluasi hasil belajar siswa dengan untuk setiap pertemuannya dengan menggunakan post test. selain itu guru juga sering meminta peserta didik untuk mengerjakan latihan-latihan soal yang ada di LKS. Untuk mengevaluasi secara umum, terkait materi yang telah diajarkan guru mengadakan tes ulangan harian, ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas. Diharapkan dengan berbagai evaluasi ini dapat diketahui dengan pasti perkembangan dan kemajuan yang diperoleh oleh setiap siswa. Berdasarkan kondisi diatas dapat dianalisis bahwa penggunaan alat evaluasi dengan menggunakan tes dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah baik, tes ini guru gunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau aspek pengetahuan siswa. Namun, untuk evaluasi aspek psikomotorik guru menggunakan unjuk kerja, dan untuk mengevaluasi aspek sikap siswa guru menggunakan observasi dan pengamatan. Dengan menggunakan alat evaluasi tersebut guru mampu mengetahui tingat keberhasilan dari masingmasing aspek baik kognitif, psikomotorik dan afektifnya setelah siswa mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Sedangkan untuk Pembentukan karakter siswa harus dilakukan dengan metode yang tepat, agar karakter yang diharapkan setelah pembelajaran itu berakhir dapat melekat pada diri siswa. Jadi penggunaan

11 101 dan pemilihan metode yang tepat untuk membentuk karakter siswa sangat diperlukan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan, dapat dilakukan dengan beberapa metode. Adapun metode tersebut adalah sebegai berikut. 1. Pembiasaan memberikan penghormatan kepada guru Metode pembiasaan adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru dalam membentuk karakter siswa di SMP N 01 Pekalongan. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan. Pembiasaan untuk hormat kepada guru ketika masuk kelas yang selalu rutin untuk dilakukan. Kebiasaan untuk hormat sperti ini diharapkan dapat menjadi kebiasaan bagi siswa, sehingga ia tidak hanya hormat kepada guru tetapi juga mampu orang-orang di sekelilingnya. Karena dengan suatu kebiasaan yang diulang-ulang dan disertai dengan kesadaran dan pemahaman akan menumbuhkan karakter seseorang. Dari keadaan tersebut dapat dianalisis bahwa pelaksanaan metode pembiasaan di SMP N 01 Pekalongan ini sudah baik, dengan adanya kegiatan pembiasaan ini dapat menjadikan siswa akan terbiasa menghormati orang-orang yang ada di sekelilingnya, terlebih keppada orang tua dan juga guru yang telah memberikan ilmu kepadanya. 2. Pembiasaan pembacaan do a sebelum pelajaran

12 102 Guru selalu mengawali pembeljaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan bacaan basmallah dan surat al fatihah. Dengan pembiasaan seperti ini dimaksudkan agar terbentuknya karakter religius pada diri siswa. Meskipun siswa telah berdo a sebelum nmembaca tadarus bersama yaitu sebelum jam pebelajaran dimulai, pembacaan do a ini selalu rutin dilakukan sebelum pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti dimulai. Dari keadaan tersebut dapat dianalisis bahwa kegiatan pembiasaan ini merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter religius pada diri siswa dengan kebiasaan mengawali segala sesuatu dengan bacaan basmalah atau al fatihah dan mengakhirinya dengan pembacaan hamdalah akan menjadikan peserta didik berkarakter religius. 3. Pemberian nasehat agar berperilaku yang baik Metode pemberian nasehat selalu diberikan oleh guru ketika pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Salah satu kata yang selalu ditekankan oleh bapak atau ibu guru baik di dalam maupun di luar pembelajaran adalah kebiasakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan sodaqoh). Dengan kebiasaan pemberian nasehat tersebut akan timbul dorongan pada diri siswa untuk terbiasa bersikap santun terhadap semua orang baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika siswa sedang mengerjakan ulangan guru juga sering mengingatkan mengerjakan sendiri-sendiri. Hal tersebut dilakukkan

13 103 agar siswa mampu bersikap jujur dalam mengerjakan tugas dan percaya diri atass hasil jawabannya sendiri. Jadi dapat dianalisis bahwa penggunaan metode pemberian nasehat sangat tepat dapat membentuk karakter siswa di SMP N 01 Pekalongan. Dengan pemberian nasehat ini diharapkan dapat membentuk karakter jujur pada diri ssiwa. Penggunaan metode pemberian nasehat kepada siswa mampu memberikan pengertian pada siswa bahwa apa yang dikatakan bapak/ibu guru itu merupakan hal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh siswa. 4. Keteladanan Metode keteladanan merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan guru dalam membentuk karakter siswa dalam proses pembelajran. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, guru selalu memberikan contoh yang baik kepada siswa. Metode keteladanan ini sangat berperan penting dalam membentuk pribadi siswa, karena siswa pasti akan mencontoh apa yang ia lihat khususnya kebiasaan yang sering dilakukan oleh gurunya ketika di sekolah. Keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan kepribadian/karakter siswa di SMP N 01 Pekalongan.

14 104 Sebagaimana hasil pemaparan tersebut, bahwa untuk membentuk sebuah karakter pada diri siswa membutuhkan waktu dan proses yang lama, maka dari itu tentunya untuk membentuk sebuah karakter pada diri siswa selain melalui metode pembiasaan, pemeberian nasehat serta keteladanan juga membutuhkan bantuan dari berbgai program-program dan kegiatan-kegiatan sekolah di luar pembelajaran endidikan agama Islam dan budi pekerti, seperti kegiatan mencium tangan guru sebelum masuk ke sekolah, tadarus pagi, BTQ pagi, sholat berjama ah dan mengikuti kegiatan perlombaan keagamaan seperti pidato dan sebagainya. Sedangkan untuk mengevaluasi karakter yang telah dibentuk melalui proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan, yaitu dengan melihat perilaku yang ditunjukkan siswa dalam kesehariannya baik dalam kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan analisis tersebut, bahwa alat evaluasi yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah tepat. Namun, ada beberapa hal yang menjadi kendala guru yaitu guru tidak dapat setiap saat mengawasi perilaku siswa satu persatu, baik saat mereka berada di dalam maupun di luar sekolah. B. Analisis Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Pembentukan Karakter Siswa

15 105 Pelaksanaan pembentukan karakter siswa akan efektif, jika pendidikan karakter mengembangkan nilai-nilai inti sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik, yang meliputi kejujuran, tanggung jawab, keberanian, penghormatan pada diri sendiri maupun orang lain, keuletan serta kegigihan. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah harus dilandasi komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut dalam berperilaku, yang harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dan mengamati penerapannya dalam kehidupan sekolah. Seperti halnya di SMP N 01 Pekalongan ini seluruh warga berkomitmen tinggi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Melalui pendekatan saintifik pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah khususnya pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti diharapkan guru dapat menyampaikan pendidikan yang dilandasi dengan karakter bagi siswanya misalnya melalui kegiatan berdiskusi dan berkelompok yang dapat mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain dan bearani untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri serta dengan berkelompok dapat menjalin kerjasama yang baik antar siswanya dan bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya. Berdasarkan hasil penelitian penulis yang menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa efektivitas pembentukan karakter siswa melalui pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama

16 106 Islam dan Budi Pekerti sudah efektif. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti yaitu,... dan saya rasa untuk keefektivannya, sudah bisa dikatakan efektif, sebab dalam pembelajaran itu sebagian besar siswa yang ada disini sudah mencerminkan sikap tersebut, mereka aktif, berani mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, jujur dan bertanggung jawab tentunya,. 1 Melalui pengamatan yang dilakukan oleh guru pada setiap proses pembelajaran, khususnya pada pemebelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, guru dapat mengetahui keefektifan implementasi pendekatan saintfik pada pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti untuk pembentukan karakter pada siswa. Jadi efektivitas implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti untuk pembentukan karakter siswa di SMP N 01 memang dapat dikatakan efektif sebab sebagian besar siswa telah mempunyai kepercayaan diri sehingga dapat berbicara di depan kelas, lebih bertanggung jawab atas tugas-tugasnya di sekolah, lebih disiplin, sopan dalam perkataan, santun dalam perbuatan serta bersifat jujur. 1 Nur Hikmah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP N 01 Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 13 April 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang strategis dalam kemajuan dan perkembangan bangsa, kemajuan suatu bangsa tidak akan lepas dari peran perkembangan sektor pendidikan.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. : Iman kepada Kitab-kitab suci Allah Swt.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. : Iman kepada Kitab-kitab suci Allah Swt. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMAN 14 Padang : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti : XI / Ganjil : Iman kepada

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK PPT 2.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Saintifik Proses

Lebih terperinci

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek 244 Ali Banowo, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Menumbuhkan... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI MENUMBUHKAN KESADARAN DAN KETERIKATAN TERHADAP NORMA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta

Lebih terperinci

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 3 PATI TAHUN AJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Simpulan Setelah mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian tentang Implementasi Penilaian Autentik Pada Pembelajaran PAI dan Budi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara manusia untuk menggunakan akal /rasional mereka untuk jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI 10020021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman guru Sejarah Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan pada saat ini adalah pergantian kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN Mengenai analisis dalam bab ini, penulis berpijak pada rumusan masalah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka BAB V PEMBAHASAN Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah Kurikulum. Perubahan Kurikulum sekolah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Nurchafsah dan Mardiah MI Darussalam Palembang japridiah@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG A. Analisis Penggunaan Metode Tanya Jawab Dalam Pembelajaran PAI

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Ilmiah Pembelajaran

Lebih terperinci

I. IDENTIFIKASI II. KOMPETENSI INTI III. KOMPETENSI DASAR

I. IDENTIFIKASI II. KOMPETENSI INTI III. KOMPETENSI DASAR I. IDENTIFIKASI Nama Sekolah : SMA Kristen Eben Haezar Manado Kelas / Semester : X / Ganjil Mata Pelajaran : Fisika Topik : Hakikat Fisika dan Prosedur Ilmiah Alokasi Waktu : 6 45 menit Hari / Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 3 : Tugasku Sebagai Umat Beragama Pembelajaran Ke : 3 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 3 : TUGASKU SEHARI-HARI Nama Sekolah : Kelas / Semester : II / 1 Nama Guru NIP / NIK : : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi 99 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 1 : Bermain di Lingkungan Rumah Pembelajaran Ke : 4 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 1 : Bermain di Lingkungan Rumah Pembelajaran Ke : 6 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SDN Percobaan 2 Kelas / Semester : 4 /1 Tema 1 : Indahnya Kebersamaan Sub Tema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran ke : 4 Alokasi waktu

Lebih terperinci

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian. Mengamati. Menanya. Mengumpulkan data/eksplorasi.

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian. Mengamati. Menanya. Mengumpulkan data/eksplorasi. SILABUS Satuan pendidikan : Kompetensi keahlian : Mata pelajaran : Kelas / semester : Alokasi waktu : Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Apalagi pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan usaha. pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Apalagi pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan usaha. pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan sesuatu yang penting dalam setiap pembelajaran di sekolah. Apalagi pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN. dianalisis bahwa Implementasi kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI

DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN. dianalisis bahwa Implementasi kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI BAB IV ANALISIS DATA IMPLEMENTASI KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN Berdasarkan wawancara dengan guru PAI SDN 02 PONCOL, dapat dianalisis bahwa Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan cara yang terbaik dalam melakukan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 1 : Bermain di Lingkungan Rumah Pembelajaran Ke : 5 : 1 x Pertemuan (6 x 35 menit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran. Permasalahan tersebut bisa berasal dari siswa atau

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika merupakan mata pelajaran yang menuntut siswanya untuk berfikir secara logis, kritis, tekun, kreatif, inisiatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Proses belajar yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 6 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SMK NEGERI 1 SIKUR Jln. Raya Mataram Sikur Km. 41, Montong Borok Kec. Sikur, Kab. Lombok Timur, NTB. KP: 83662 RENCANA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki beberapa makna teoritis dan makna praktis, yaitu Pendidikan berarti mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pelajaran dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/I Pokok Bahasan : Kinematika Gerak Alokasi : 4 x 2 JP A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG A. Analisis Terhadap Pembelajaran PAI di SMPN 36 Semarang Perpindahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana yang dimiliki semua masyarakat sebagai siswa di dalam dunia pendidikan yang tersusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

Pedekatan Pembelajaran*** Menyimak buku teks tentang. SWT dan tugas-tugasnya Menyimpulkan hasil menyimak tentang Malaikatmalaikat

Pedekatan Pembelajaran*** Menyimak buku teks tentang. SWT dan tugas-tugasnya Menyimpulkan hasil menyimak tentang Malaikatmalaikat Contoh Silabus PAI dan Budi Pekerti SD SILABUS KELAS: 4 Nama Sekolah Mata Pelajaran Tema/SubTema Kelas Semester : SD Harapan Kita Bersama : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti : Beriman Pada Malaikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran merupakan aspek. mampu menerima ilmu yang diberikan oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran merupakan aspek. mampu menerima ilmu yang diberikan oleh guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena permasalahan pada proses pembelajaran umumnya terjadi pada penggunaan model pembelajaran yang belum mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran di dalam kelas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan atau sekolah dan perlu dipelajari sejak tingkat sekolah dasar karena matematika

Lebih terperinci

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Pengetahuan. ditujukan oleh para pendiri negara. dasar negara. Ketrampilan

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Pengetahuan. ditujukan oleh para pendiri negara. dasar negara. Ketrampilan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Nilai Semangat dan komitmen para pendiri bangsa Alokasi Waktu :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI / Genap Materi Pokok : Gejala Pemanasan Global Sub Materi Pokok : Penyebab, Dampak dan Upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan selalu mengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2 KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Nama Sekolah : SDN MANUKAN KULON Kelas / Semester : V / 2 Nama Guru NIP / NIK : EKO BUDIYONO

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN Mata pelajaran : Gambar Teknik Kelas/Semester : XI / 2 Materi Pokok/Topik : Pengenalan Tanda Dan Letak Hasil Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 1 : 1 x Pertemuan (6 x 35

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/I Pokok Bahasan : Kinematika Gerak Alokasi Waktu : 4 x 2 JP A. Kompetensi Inti 1. Menghayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perumusan Dasar Negara Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 3 x 40 menit)

Lebih terperinci

Lampiran I. Hasil Observasi RPP Berpendekatan Saintifik pada Materi Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VII CI di SMP Negeri 1 Kota Jambi.

Lampiran I. Hasil Observasi RPP Berpendekatan Saintifik pada Materi Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VII CI di SMP Negeri 1 Kota Jambi. Lampiran I Hasil Observasi RPP Berpendekatan Saintifik pada Materi Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VII CI di SMP Negeri 1 Kota Jambi. NO Aspek yang diamati Ada ( ) 1. Nama Institusi / Sekolah Keterangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 3 : Tugasku Sebagai Umat Beragama Pembelajaran Ke : 1 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Nuh pada hakikatnya bertujuan untuk menghilangkan tiga penyakit masyarakat yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan peradaban (Kompas, 2015).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan dipapaparkan analisis hasil penelitian tentang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan dipapaparkan analisis hasil penelitian tentang BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dipapaparkan analisis hasil penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, metode pembentukan karakter peserta didik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG Setelah memperoleh data berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu seberapa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman. Dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 3 : Tugasku Sebagai Umat Beragama Pembelajaran Ke : 6 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Perencanaan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Perencanaan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team BAB IV HASIL PENELITIAN A. Perencanaan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 3 Gunung Talang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis

Lebih terperinci