PEMBAHASAN UMUM Uji Korelasi Hara N, P dan K Umur Jaringan Daun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN UMUM Uji Korelasi Hara N, P dan K Umur Jaringan Daun"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN UMUM Untuk mengetahui status hara tanaman, baik kekurangan ataupun kelebihan hara pada tanaman dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah analisis tanaman dan pendekatan kedua adalah diagnosis gejala secara visual (Grundom 1987; Marschner 1995; Baligar dan Duncan 1990). Analisis tanaman umumnya menggunakan jaringan daun. Analisis jaringan daun dapat digunakan sebagai pedoman dalam mendiagnosis status hara dan penyusunan rekomendasi pupuk, setelah dilakukan uji korelasi dan uji kalibrasi. Gejala abnormal ditemukan bila tanaman tidak mendapat hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan abnormal juga terjadi bila tanaman menyerap hara melebihi kebutuhan untuk bermetabolisme. Uji Korelasi Hara N, P dan K Uji korelasi antara konsentrasi hara di daun dengan produksi bertujuan mendapatkan daun yang tepat untuk dijadikan sampel, yaitu ketika konsentrasi haranya mempunyai korelasi terbaik dengan produksi. Umur daun merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan status hara pada tanaman buah-buahan. Dari hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Gambar 2 terbukti bahwa konsentrasi hara N, P, K di daun berbeda dengan bertambahnya umur. Umur Jaringan Daun Pada Gambar 2 diketahui bahwa konsentrasi N, P, dan K daun mengalami penurunan dengan bertambahnya umur. Hal ini ditemukan di tiga lokasi sentra produksi manggis di Jawa Barat (Purwakarta, Tasikmalaya dan Bogor). Hal serupa juga dilaporkan oleh Poovarodom et al. (2002) bahwa terjadi penurunan konsentrasi nitrogen daun manggis selama masa pertumbuhan. Suatu kecenderungan yang serupa didapatkan juga pada durian, yang merupakan salah satu buah-buahan tropis (Poovarodom et al. 2000). Terjadinya penurunan konsentrasi N, P dan K pada daun tua dibandingkan dengan daun muda, kemungkinan ada kaitannya dengan sifat dari hara N, P dan K dan peranannya dalam tanaman. Nitrogen bersifat mobil sehingga memungkinkan terjadinya translokasi dari daun tua ke bagian organ yang lebih muda, sehingga konsentrasi nitrogen pada daun tua menjadi berkurang. Walaupun

2 129 hal ini berbeda dengan perkiraan Yaacob dan Tindall (1995) bahwa kemungkinan perpindahan hara dari daun-daun manggis tidak terjadi sampai beberapa tahun. Nitrogen dibutuhkan dalam pertumbuhan sebagai komponen pembentuk dari berbagai substansi penting dalam tanaman, antara lain: molekul klorofil, asam amino, enzim dan koenzim, vitamin, hormon seperti asam indol asetat dan zeatin serta turunannya (Poerwanto 2003). Penurunan konsentrasi kalium erat kaitannya dengan sifatnya yang mobil dalam jaringan. Poovarodom et al. (2002) melaporkan bahwa konsentrasi kalium dalam jaringan daun manggis menurun sepanjang musim. Penurunan konsentrasi kalium terutama terjadi ketika periode perkembangan buah, karena pembentukan buah membutuhkan kalium yang banyak ( Menzel et al. 1992). Selain itu, perbedaan kadar hara terjadi antar umur jaringan, karena semakin tua jaringan tanaman, maka semakin tinggi kadar karbohidrat, sehingga perbandingan unsur mineral dengan karbohidrat berubah dengan bertambahnya waktu. Hal ini terjadi karena penumpukan karbohidrat tidak sejalan dengan serapan hara. Sifat hara dalam sel juga mempengaruhi kadar hara. Sebagai contoh, Ca umumnya diakumulasi pada vakuola sel, sehingga jumlah Ca semakin tinggi dengan semakin tuanya umur sel (Marschner 1995). Distribusi hara N, P dan K pada setiap umur daun tanaman tidak merata, maka untuk pengambilan sampel daun dan penetapan kriteria penilaian interpretasi hasil analisis jaringan daun harus memperhatikan umur daun. Bila tidak akan terjadi kesalahan yang sangat fatal. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 bila pengambilan sampel daun pada umur 2 bulan maka konsentrasi N, P dan K daun di ketiga lokasi adalah tinggi. Akan tetapi, dengan penundaan pengambilan daun satu bulan saja sehingga daun berumur 3 bulan konsentrasi N, P dan K daun telah terjadi penurunan, bahkan di Bogor terjadi penurunan yang cukup tajam. Untuk menentukan umur daun yang tepat dijadikan sampel adalah ketika konsentrasi hara N, P, dan K nya berkorelasi terbaik dengan produksi, yang ditandai dengan koefisien korelasinya terbesar. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara konsentrasi hara nitrogen daun dengan produksi, maka koefisien korelasi terbesar adalah daun umur 5 bulan yaitu 0,75 untuk manggis asal Purwakarta dan 0,73 untuk manggis asal Bogor (Tabel

3 130 6). Sedangkan daun umur 5 bulan asal Tasikmalaya memiliki koefisien korelasi 0,43. Rendahnya koefisien korelasi disebabkan karena manggis asal Tasikmalaya tidak pada musim panen raya (off season). Analisis korelasi konsentrasi fosfor daun dari daun umur 2 hingga 10 bulan dengan produksi, maka yang berasosiasi tinggi didapatkan pada daun umur 4 bulan dan 5 bulan. Daun umur empat bulan untuk manggis asal Purwakarta koefisien korelasinya adalah 0,71 dan daun umur 5 bulan untuk manggis asal Bogor koefisien korelasi adalah 0,76, sedangkan manggis asal Tasikmalaya tidak ada yang berkorelasi cukup tinggi, tetapi cukup substansial antara konsentrasi hara fosfor daun dengan produksi yaitu pada daun umur 4, 5, dan 6 bulan dengan koefisien korelasi masing-masing 0,63, 0,52, dan 0,68 (Tabel 7). Analisis korelasi konsentrasi kalium daun dari setiap daun umur 2 hingga 10 bulan dengan produksi, maka yang berasosiasi tinggi didapatkan pada daun umur 4 dan 5 bulan untuk manggis asal Purwakarta dengan koefisien korelasi masing-masing 0,71 dan 0,70. Sementara itu, manggis asal Tasikmalaya, daun umur 4 bulan hanya berkorelasi cukup substansial dengan koefisien korelasi yaitu 0,63, sedangkan untuk manggis asal Bogor daun umur 4 dan 5 bulan juga hanya berkorelasi cukup substansial dengan koefisien korelasinya 0,51 dan 0,60. Dengan demikian, daun yang tepat untuk dijadikan sebagai daun sampel adalah daun umur 5 bulan untuk mendiagnosis status hara nitrogen. Daun umur 4 dan 5 bulan, untuk mendiagnosis status hara fosfor dan kalium. Korelasi Daun Terpilih dengan Kandungan Hara Tanah dan Hasil Untuk meyakinkan apakah daun yang terpilih mempunyai hubungan yang kuat dengan hara tanah dan produksi, maka dilakukan uji korelasi. Dari hasil uji korelasi pada Gambar 3 diketahui bahwa daun umur 4 dan 5 bulan mempunyai hubungan yang erat dengan kandungan hara tanah. Koefisien korelasi antara konsentrasi hara N, P, dan K daun dengan kandungan N, P, dan K tanah berkisar 0,63 0,89 pada daun umur 4 bulan dan 0,66-0,91 pada daun umur 5 bulan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsentrasi N, P dan K pada daun umur 4 dan 5 bulan merupakan cerminan kandungan N, P dan K dalam tanah. Disamping itu, menurut Marshner (1995) bahwa analisis tanah menunjukkan

4 131 potensi ketersedian hara dalam tanah yang dapat diserap oleh akar, sedangkan analisis tanaman menggambarkan status hara aktual dalam jaringan tanaman. Konsentasi hara daun umur 4 dan 5 bulan tidak hanya berhubungan erat dengan kadar hara dalam tanah, tetapi juga dapat memprediksi kemampuan berproduksi tanaman. Pada Gambar 4 diketahui bahwa konsentrasi N, P dan K daun umur 4 dan 5 bulan berkorelasi positif dengan produksi, dengan koefisien korelasi sekitar 0,8. Fakta di lapangan juga membuktikan bahwa konsentrasi hara N, P dan K daun asal Purwakarta lebih tinggi daripada Tasikmalaya dan Bogor, ternyata produksi manggis Purwakarta juga lebih tinggi dari pada Tasikmalaya dan Bogor. Dengan demikian hasil analisis konsentrasi hara daun dapat digunakan untuk memprediksi potensi produksi. Meskipun daun umur 4 dan 5 bulan dapat digunakan sebagai alat diagnosis status hara N, P dan K pada tanaman manggis, akan tetapi untuk kepentingan praktis, ekonomis dan efisien, maka daun umur 5 bulan ditetapkan sebagai daun sampel untuk mendiagnosis status hara N, P, dan K. Selanjutnya hanya daun umur 5 bulan yang digunakan dalam analisis jaringan daun pada tanaman manggis. Daun umur 5 bulan tersebut dari fisiologinya sudah termasuh daun dewasa yang kandungan hara mineralnya sudah stabil, dan berfungsi sebagai source. Sedangkan pada tanaman jeruk daun yang dijadikan daun sampel adalah daun umur 4 hingga 6 bulan, karena pada umur tersebut kandungan N, P, K, Ca, Mg di daun sudah stabil (Hanlon et al. 2002). Uji Kalibrasi Hara N, P dan K Dari tiga lokasi penelitian kegiatan pada tahun pertama, diketahui bahwa lokasi Bogor merupakan daerah yang tingkat kesuburan dan konsentrasi N, P, dan K pada daun serta produksi lebih rendah dibandingkan dengan Purwakarta dan Tasikmalaya. Oleh karena itu, kegiatan uji kalibrasi dilakukan di Bogor dengan harapan bahwa penambahan hara dapat memberikan respon pada pertumbuhan dan produksi manggis. Sehingga data interpretasi yang dibangun mempunyai kisaran yang lebih luas, yaitu mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Setelah mendapatkan daun umur 5 bulan sebagai daun sampel dari uji korelasi, maka nilai analisis daun akan mempunyai arti bila dikorelasikan dengan hasil yang dapat dipasarkan. Studi untuk memberikan bobot agronomi terhadap

5 132 hasil analisis jaringan daun disebut studi kalibrasi dan dilakukan di lapangan. Dari studi ini diketahui hubungan antara nilai analisis jaringan daun dengan respon tanaman di lapangan. Dengan demikian, uji kalibrasi memberikan makna nilai analisis jaringan daun yang diperoleh dari laboratorium menjadi data interpretasi, apakah kandungan unsur dalam daun tersebut statusnya sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, atau sangat tinggi. Pengelompokan nilai-nilai analisis daun ini didasarkan atas adanya hubungan hara daun dengan produksi relatif dengan menggunakan model regresi. Dari 4 model regresi yang diuji yaitu model linear, kuadratik, logistik, dan exponensial, diketahui model regresi kuadratik adalah model terbaik untuk menyatakan hubungan antara konsentrasi hara N, P dan K daun dengan produksi. Rangkuman status hara N, P dan K pada tanaman manggis menggunakan model regresi kuadratik disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Status konsentrasi N, P, dan K di daun manggis Status Hara Unsur Sangat rendah Rendah Sedang Sangat tinggi % N <0,99 0,99-<1,35 1,35-<2,10 >2,10 P <0,11 0,11-<0,21 0,21-<0,31 >0,31 K <0,69 0,69-<0,90 0,90-<1,12 >1,12 Walaupun, pada kenyataannya banyak model yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai kritis analisis, akan tetapi pemilihan model sangat mempengaruhi hasil nilai kritis tersebut (Dahnke 1993; Nelson dan Anderson, 1977). Sementara itu, untuk tanaman bibit manggis yang disajikan pada Gambar 16, 23, dan 31 model linear plateau lebih tepat untuk memprediksi respon tanaman terhadap pemberian pupuk N, P dan K dibandingkan dengan model kuadratik. Hal yang sama dilaporkan oleh Hochmuth et al. (1993) bahwa model linear platoeu lebih tepat digunakan daripada model kuadratik untuk memprediksi respon tanaman terhadap pemberian pupuk P pada tanaman semangka. Kategori status hara sangat rendah menunjukan bahwa tingkat konsentrasi hara pada daun hanya mampu mendukung berproduksi lebih kecil dari 50% potensi hasil (Relative Yield=% RY). Kategori status hara rendah menghasilkan 50 sampai 75% potensi hasil, kategori sedang menghasilkan 75 sampai 100%

6 133 potensi hasil. Kategori tinggi dan sangat tinggi dapat menghasilkan 100% potensi hasil. Pengelompokan ini mirip dengan interpretasi nilai indeks tanah yang dilakukan oleh Dahnke dan Olson (1990). Dengan didapatkan kategori status hara N, P, dan K pada tanaman manggis ini akan memberikan makna dari nilai analisis daun. Selain itu kategori ini juga bermanfaat untuk memprediksi respon tanaman manggis terhadap pemberian pupuk. Manfaat yang lain adalah rekomendasi pemupukan dapat dibuat berdasarkan kategori respon dimana status hara dikelompokkan. Manfaat penetapan kategori respon tanaman terhadap nilai indeks tanah telah dilaporkan oleh Dahnke dan Olson (1990) dan Kidder (1993). Hubungan konsentrasi hara P daun dengan produksi relatif menggunakan emapt model uji regresi (linear, kuadratik, eksponensial dan logistik), maka model kuadratik mempunyai nilai R 2 terbesar yaitu 0, 47 untuk N, 0,508 untuk P dan 0,15 untuk K (Gambar 6 dan Tabel 21). Berdasarkan model regresi kuadratik tersebut dikelompokan status haran N, P, K kedalam ketegori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Untuk status hara sangat rendah hingga sedang perlu dilakukan penambahan hara melalui usaha pemupukan. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan konsentrasi hara di daun agar dapat mendukung pertumbuhan dan produksi yang maksimum. Besaran dosis pupuk yang mesti deberikan pada status hara sangat rendah, rendah dan sedang dapat diketahui melalui uji optimasi. Uji Optimasi Dosis Hara N, P dan K Untuk mengetahui kebutuhan dosis pupuk N, P, K yang optimum agar tanaman dapat berproduksi secara maksimum dapat dilihat dari model regresi, hubungan antara dosis pupuk dengan produksi sebagai respon pemupukan (Gambar 8). Berdasarkan model regresi pada Gambar 8 tersebut maka dosis optimum pupuk N adalah 2183 g N atau setara 5 kg urea. Dosis optimum pupuk P adalah 1682 g P 2 O 5 atau setara dengan 4,5 kg SP 36. Dosis optimum pupuk K adalah 1555 g K 2 O atau setara dengan 2,5 kg KCl (Tabel 22). Selain itu, dari Gambar 8 juga diketahui bahwa pemberian pupuk N, P, K pada tahun kedua lebih terlihat responnya daripada tahun pertama. Hal ini terbukti produksi tahun kedua lebih tinggi daripada produksi tahun pertama. Meskipun

7 134 produksi tahun kedua lebih tinggi dari pada tahun pertama, akan tetapi dosis pupuk yang dibutuhkan tahun kedua lebih rendah daripada tahun pertama. Rendahnya dosis pupuk yang dibutuhkan untuk mendapatkan produksi maksium pada tahun kedua disebabkan adanya kemungkinan efek residu pemupukan dari tahun pertama. Tanaman manggis yang digunakan tidak dipelihara secara intensif dan usaha pemupukan jarang dilakukan. Karena tanaman manggis ini tidak pernah mendapatkan hara disekitar top soil menyebabkan sistem perakaran menjadi terlalu dalam. Akibatnya sebagian hara yang diberikan pada daerah top soil (berkisar cm dari permukaan tanah) tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman karena belum mencapai perakaran. Oleh karena itu pada tahun kedua untuk mendapatkan produksi maksimum dibutuhkan pupuk N dan P tidak sebanyak tahun pertama. Evaluasi Gejala Hara N, P dan K Meskipun pendekatan pertama melalui analisis daun dapat diketahui status haran N, P, K dan perkiraan kebutuhan dosis optimum untuk mendapatkan produksi yang maksium namun pendekatan kedua, diagnosis gejala secara visual sulit didapati pada tanaman manggis dewasa di lapang. Hal ini disebabkan sulit mendapatkan lokasi yang sangat ekstrim yaitu kondisi lahan yang sangat kekurangan hara sehingga menimbulkan gejala abnormal. Dan sebaliknya, untuk mendapatkan gejala abnormal akibat kelebihan hara di lapangan membutuhkan dosis pupuk yang sangat tinggi dan hal itu dapat berakibat kematian bagi tanaman. Untuk menjawab semua itu, percobaan pada tanaman bibit manggis dengan media pasir di rumah kaca telah memberikan gambaran kekurangan dan kelebihan hara N, P dan K pada tanaman manggis. Secara umum gejala abnormal gangguan hara N, P, dan K baru tampak terlihat dengan tegas apabila bibit manggis berada pada kondisi kekurangan atau kelebihan haranya sangat berat. Sedangkan pada skala ringan tidak dapat terlihat karakteristik gejala visualnya secara spesifik. Kekurangan dan kelebihan hara pada sekala berat menyebabkan laju pertumbuhan sangat tertekan. Gejala Kekurangan N, P dan K Gejala kekurangan N pada bibit manggis seperti yang ditampilkan pada Gambar 9, 10, 11, 14, 15 dan 16 yaitu daun berwarna hijau terang kekuningan,

8 135 akar bewarna coklat terang kekuningan, pertumbuhan terhambat, dan konsentrasi N daunnya < 0,73%. Warna daun kekuningan pada daun tua yang terletak lebih rendah terlihat lebih parah daripada daun muda. Perbedaan warna tersebut menggambarkan bahwa daun yang lebih muda dari tanaman manggis mempunyai kemampuan untuk mengambil hara yang mudah bergerak (mobil) dari daun yang lebih tua (Salisburi dan Ross 1995). Hal ini juga ditegaskan oleh Epstein (1972) bahwa gejala kekurangan suatu unsur terutama tergantung pada dua faktor yaitu mudah tidaknya unsur tersebut berpindah dari daun tua ke daun yang lebih muda dan fungsi unsur tersebut. Jadi warna kekuningan pada daun juga disebabkan oleh fungsi N. Karena N merupakan komponen pembentukan molekul klorofil, molekul klorofil mempunyai 4 atom nitrogen. Jadi klorofil tidak terbentuk tanpa N atau terbentuk dalam sedikit bila konsentrasi N rendah. Gejala kekurangan P pada bibit manggis adalah daun berwarna hijau kusam, pertumbuhan terhambat yang tercermin dari tanaman yang kerdil dan jumlah cabang yang sedikit dibanding yang normal. Selain itu kandungan fosfor pada daun <0,05%. Gejala kekurangan fosfor pada daun tidak begitu terlihat dengan jelas, akan tetapi bila diperhatikan lebih cermat maka dapat dibedakan antara daun tanaman yang kekurangan fosfor dengan daun tanaman yang normal atau berkecukupan hara fosfor. Warna daun manggis yang kekurangan fosfor adalah hijau tua kusam/pudar, daun berukuran sempit (Gambar 18, 19, dan 23). Daun muda pada keadaan kekurangan fosfor cenderung menjadi sempit dari pada bentuk aslinya yang ovate. Hal ini karena perluasan daun dan sel lebih terhambat daripada pembentukan klorofil, oleh karena itu kandungan klorofil per unit luas daun sangat tinggi, tetapi efisiensi fotosintesis per unit klorofil sangat rendah. Karena fosfor berfungsi dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman, maka kekurangan fosfor mengindikasikan pada pengurangan secara umum sebagian besar proses metabolisme seperti pembelahan dan pembesaran sel, respirasi dan fotosintesis (Terry dan Ulrich 1993). Gejala kekurangan K pada bibit manggis adalah daun berwarna hijau kusam, pertumbuhan terhambat yang tercermin dari tanaman yang kerdil dan jumlah cabang yang sedikit dibanding yang normal. Selain itu kandungan K pada

9 136 daun <0,52%. Gejala kekurangan K pada daun muda tidak terlihat tetapi terlihat pada daun tua. Permukaan dan bagian atas terlihat berwarna hijau kusam agak kuning dan ukurannya lebih sempit. Sedangkan permukaan bagian bawah berwarna hijau agak kuning dibandingkan daun yang normal (Gambar 24, 25, 26 dan 31). Tidak munculnya gejala pada daun muda disebabkan hara K bersifat mobil, sehingga hanya pada daun tua saja gejala dapat ditemukan. Munculnya gejala-gejala yang tidak normal tersebut akibat tanaman tidak menerima hara yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga pertumbuhan akan lemah dan perkembangan tampak abnormal. Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman menyerap hara melebihi kebutuhan untuk bermetabolisme (Grundom 1987; Marschner 1995; Baligar dan Duncan 1990). Berbeda dengan gejala visual defisiensi, gangguan toksisitas hara cara pendekatannya hanya berdasarkan gejala pada daun tua dan daun dewasa. Marschner (1995) menyatakan bahwa gejala visual defisiensi jauh lebih spesifik sifatnya dari gejala visual toksisitas, karena toksik satu unsur hara mineral tertentu akan menginduksi defisiensi hara mineral lain. Gejala Kelebihan N, P dan K Gejala kelebihan N pada bibit mangis adalah daun berwarna coklat, layu kering seperti terbakar dan akhirnya rontok. Gejala yang lain adalah akar berwarna coklat tua kehitaman, terlihat pecah-pecah, mudah putus dan akhirnya membusuk. Selain itu, pertumbuhan terhambat konsentrasi N daunnya >1,82%. Meskipun pemupukan nitrogen di lapangan jarang menyebabkan keracunan secara langsung pada tanaman manggis, tetapi pada lahan dan kondisi tertentu ini bisa terjadi. Untuk mengetahui dampak atau gejala kelebihan nitrogen pada tanaman manggis maka penelitian ini telah memberikan gambaran kelebihan tersebut. Kelebihan nitrogen pada setiap tanaman mempunyai gejala yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada pohon apel dan pear, kelebihan N bisa menyebabkan daun berwarna hija gelap dan mengalami keterlambatan gugur. Pertumbuhan berlanjut hingga musim gugur, dan pohon-pohon lebih rentan terhadap winter injury. Kelebihan N dapat juga menyebabkan keterlambatan produksi buah pada pohon-pohon muda dan meningkatkan kerentanan terhadap fire blight (Bennett 1996)

10 137 Gejala kelebihan P pada bibit mangis adalah daun berwarna coklat keabuabuan, gejala pertama kali terlihat pada ujung daun tua dan kemudian menyebar menuju pangkal daun. Sedangkan akar mengalami kerusakan, terlihat pecahpecah, mudah putus dan membusuk dengan warna coklat tua kehitaman. Tanaman yang memperlihatkan gejala kelebihan P ini konsentrasi P daunnya adalah >0,32%. Selain itu, pertumbuhan terhambat. Gejala kelebihan fosfor mulai terlihat pada daun tanaman dengan perlakukan 200 ppm P. Gejala kelebihan tersebut akan terlihat makin jelas pada tanaman dengan perlakuan 400 ppm P. Kelebihan fosfor menyebabkan daun bewarna coklat keabu-abuan (Gambar 20). Daun yang pertama kali memperlihatkan gejala kelebihan fosfor tersebut adalah daun dewasa di cabang bagian bawah. Gejala perubahan warna dari hijau tua menjadi coklat berawal dari ujung daun kemudian merambat menuju pangkal daun dan akhirnya daun mengering dan rontok. Gejala kelebihan K pada bibit mangis terlihat pada daun dan akar. Daun menjadi coklat kemerah-merahan, gejala pertama kali terlihat pada pinggir daun tua dan menuju pangkal tulang daun. Akar mengalami kerusakan, terlihat pecahpecah, mudah putus dan membusuk dengan warna coklat tua kehitaman. Tanaman yang memperlihatkan gejala kelebihan K ini konsentrasi K daunnya adalah >0,26%. Daun berwarna coklat kemerahan (merah tembaga) pada tepi daun dari ujung dan merambat ke dalam dan membentuk huruf V. Daun-daun yang telah berubah warna dari hijau tua menjadi coklat kemerahan hingga coklat keabuabuan tersebut menjadi kering, mati dan dan akhirnya rontok (Gambar 27 dan 28). Gejala yang lain kelebihan kalium adalah akar tanaman mengalami kerusakan tergantung tingkat kelebihan. Pada tingkat kelebihan kalium berat menyebabkan akar serabut pecah dan mudah putus sehingga jumlahnya menjadi sedikit dan akhirnya tanaman mati. Penebaran pupuk di tanah akan meningkatkan konsentrasi garam di larutan tanah. Peningkatan konsentrasi garam ini akan menaikan osmosis larutan tanah, sehingga berpengaruh terhadap proses penyerapan unsur hara. Larutan tanah dengan tekanan osmosis tinggi dapat menyebabkan larutan hara tidak dapat

11 138 terserap tetapi cairan sel justru akan keluar dari akar (Plasmolisis jaringan akar). Gejala ini disebut salt injury. Ciri-cirinya daun layu, menguning dan kering seperti terbakar. Pupuk dengan salt index yang tinggi sangat berpotensi menyebabkan terjadinya salt injury. Pupuk yang memiliki indeks gram tinggi harus di tempatkan lebih jauh dari perakaran tanaman (Novizan 2002). Pupuk CONO 2 ) 2 dan KNO 3 tergolong pupuk dengan indeks garam tinggi yaitu masingmasing 1,7 dan 5,3. Dengan mengetahui gejala defisiensi atau toksisitas secara visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama bila dilakukan oleh orang yang ahli, yaitu orang yang sudah berpengalaman pada spesifik tanaman tertentu dan daerah tertentu. Artinya adalah dituntut pengetahuan yang cukup dan ketelitian yang tinggi karena gejala gangguan hara bervariasi sangat besar tergantung atas spesies tanaman, kondisi lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain seperti infeksi penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma (Grundom 1987; Marshner 1995; Baligar dan Duncan 1990). Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat komplek dan sulit terutama bila kejadian defisiensi lebih dari satu hara mineral secara simultan atau defisiensi hara tertentu bersamaan dengan toksik hara yang lain. Misalnya pada tanah masam tergenang, toksisitas Mn simultan dengan defisiensi Mg. Diagnosis akan semakin komplek bila kekurangan atau kelebihan hara disertai dengan adanya hama penyakit (Epstein 1972; Marchner 1986). Ketelitian hasil diagnosis sangat ditentukan oleh akuratnya informasi tambahan meliputi ph tanah, hasil analisis tanah, status air tanah kondisi cuaca, riwayat pemberian pupuk, funggisida atau pestisida dan lain-lain (Marschner 1995). Dalam beberapa kasus hasil diagnosis berdasarkan gejala visual dapat secara langsung digunakan sebagai pedoman rekomendasi pemupukan. Sebaliknya, sering pula terjadi hasil diagnosis gejala visual belum cukup untuk dapat merekomendasikan pemupukan sehingga diperlukan analisis tanaman (Baligar dan Duncan 1990).

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah spesies terbaik dari genus Garcinia, merupakan buah tropika asli Indonesia yang paling banyak digemari oleh pasar mancanegara. Manggis

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 26 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI A. DEFINISI Pupuk adalah bahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Duku merupakan buah penting di Indonesia dan memiliki pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga supermarket modern. Buah duku banyak digemari karena rasa yang manis

Lebih terperinci

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Esensialitas Hara bagi Tanaman Hara Esensial: Tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya. Fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG

PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu Tebu termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae dan ordo Glumamaceae. Saccharum officinarum adalah jenis yang paling banyak dikembangkan dan dibudidayakan

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN NUTRISI TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN NUTRISI TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN NUTRISI TANAMAN by Nama : Alfi Nur Diyana NIM : 120210153098 Kelas : A - International (X) PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat dan bersifat herbacious (Ashari, 2008). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2012

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Sorgum Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Divisi Class Ordo Family Genus : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa 2 SYARAT TUMBUH 3 Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tdk menuntut persyaratan lingkungan yg terlalu ketat, dpt tumbuh pd berbagai macam tanah

Lebih terperinci

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10 KAJIAN APLIKASI DOSIS PUPUK ZA DAN KALIUM PADA TANAMAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L) ANAK AGUNG GEDE PUTRA Fakultas Pertanian Universitas Tabanan ABSTRAKSI Tingkat kesuburan tanah yang rendah dan terbatasnya

Lebih terperinci

PENETAPAN STATUS KECUKUPAN HARA KALIUM PADA BIBIT DUKU

PENETAPAN STATUS KECUKUPAN HARA KALIUM PADA BIBIT DUKU PENETAPAN STATUS KECUKUPAN HARA KALIUM PADA BIBIT DUKU Abstrak Kalium (K) merupakan unsur hara makro yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Kalium berfungsi sebagai katalisator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman

Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Oleh : Mamik Tanaman, seperti halnya makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

MEMUPUK TANAMAN JAGUNG

MEMUPUK TANAMAN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) MEMUPUK TANAMAN JAGUNG Disusun Oleh : Yoni Hudawan, S.Pt BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN JAWA TIMUR 2016 MEMUPUK

Lebih terperinci

Perimbangan dan Pengendalian Fase Pertumbuhan (Vegetatif-Reproduktif)

Perimbangan dan Pengendalian Fase Pertumbuhan (Vegetatif-Reproduktif) Perimbangan dan Pengendalian Fase Pertumbuhan (Vegetatif-Reproduktif) Darda Efendi Ketty Suketi Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian-IPB Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan: o pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Karakterisitik Benih Kedelai Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji berkisar 18 g/ 100 biji. Warna kulit biji kuning muda dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM CABUT (Amaranthus tricolor L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN KRINYU (Chromolaena odorata L.) Puja Kesuma, Zuchrotus Salamah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P DAN K DAUN DENGAN HASIL TANAMAN DUKU

UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P DAN K DAUN DENGAN HASIL TANAMAN DUKU UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P DAN K DAUN DENGAN HASIL TANAMAN DUKU Abstrak Analisis daun akan lebih tepat menggambarkan perubahan status hara tanaman yang berhubungan dengan perubahan produksi akibat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian Lokasi percobaan bertempat di desa Jayamukti, Kec. Banyusari, Kab. Karawang mendukung untuk budidaya tanaman

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Y = 505,157 0,002 X1 + 0,222 X2 233,626 X3 + 0,153 X4 + 0,493 X5

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Y = 505,157 0,002 X1 + 0,222 X2 233,626 X3 + 0,153 X4 + 0,493 X5 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis regresi (lampiran.5), diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 505,157 0,002 X1 + 0,222 X2 233,626 X3 + 0,153 X4 + 0,493 X5 Keterangan : Y =

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem hidroponik merupakan teknologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman semusim yang memiliki umbi berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk selindris, pangkal daun saling membungkus dan membengkak membentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman 4.1.1 Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil Uji Duncan taraf 5%, menunjukkan bahwa limbah cair tahu memberikan pengaruh beda nyata

Lebih terperinci