TAKSIRAN VISUAL COMSTOCK UNTUK MENILAI ASUPAN MP ASI IKAN MUJAIR PADA BADUTA
|
|
- Teguh Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TAKSIRAN VISUAL COMSTOCK UNTUK MENILAI ASUPAN MP ASI IKAN MUJAIR PADA BADUTA Lilik Hidayanti 1), Sri Maywati 2) 1,2) Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi Abstract Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang menggunakan bahan pangan lokal seperti ikan mujair mempunyai banyak keuntungan antara lain memiliki harga yang murah, bahan pangan mudah didapat, serta merupakan upaya edukasi kepada baduta untuk mengenal berbagai macam rasa dan jenis makanan sehingga kelak dapat menyukai makanan yang beraneka ragam yang ada di sekitar mereka. Kegiatan yang dilakukan bertujuan agar sasaran mau memberikan MP ASI Ikan mujair kepada badutanya meliputi kegiatan promosi, demonstrasi, pelatihan dan pendampingan. Untuk menilai sasaran mau memberikan MP ASI Ikan Mujair dilakukan dengan cara mengukur asupan MP ASI ikan mujair dengan menggunakan taksiran visual Comstock. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat menggunakan perhitungan nilai statistik dan tabel distribuasi frekuensi untuk memberikan gambaran persentase asupan MP ASI baduta. pada kegiatan ini sebanyak 30 orang ibu yang memiliki anak di bawah umur dua tahun (baduta) dan aktif datang ke posyandu di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah sasaran yang mau memberikan MP ASI Ikan mujair kepada badutanya. Setelah promosi dan demontrasi jumlah sasaran yang mau memberikan MP ASI Ikan Mujair kepada badutanya sebanyak 80% (24 sasaran), meningkat menjadi 27 sasaran (90%) setelah dilakukan pelatihan dan menjadi 100% setelah dilakukan pendampingan. Hasil pengukuran taksiran visual Comstock menunjukkan bahwa pada pengukuran pertama ada 16,6 % baduta yang mampu menghabiskan seluruh (100%) MP ASI yang diberikan. Pada pengukuran kedua jumlah baduta yang mampu menghabiskan seluruh MP ASI yang diberikan meningkat menjadi 22,2 % dan pada pengukuran ketiga meningkat lagi menjadi 23,3 %. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan berupa promosi, demonstrasi, pelatihan dan pendampingan pembuatan MP ASI berbahan baku Ikan Mujair berhasil menyakinkan sasaran sehingga mau memberikan MP ASI berbahan baku Ikan mujair kepada badutanya. Disamping itu tahapan kegiatan yang dilakukan juga mampu meningkatkan asupan MP ASI Ikan mujair pada baduta. Rekomendasi yang diberikan adalah untuk selalu melakukan refreshing dan sasaran dapat membagikan kemampuannya kepada masayarakat yang lain. Keywords: baduta, MP ASI, ikan mujair, visual comstock 1. PENDAHULUAN Anak yang berusia di bawah umur dua tahun atau sering dikenal dengan istilah baduta berada pada periode kesempatan emas kehidupan (window of opportunity). Di samping itu pada usia ini jugamerupakan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang akan mempengaruhi kualitas hidup manusia di masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu, apabila terjadi masalah gizi pada periode ini maka akan berdampak pada kualitas SDM yang akhirnya berdampak pada daya saing bangsa. Baduta membutuhkan asupan makanan lain selain ASI yang disebut sebagai Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Kandungan gizi di dalam MP ASI harus mampu memenuhi kebutuhan gizi baduta agar tidak menyebabkan terjadinya growth faltering (kegagalan pertumbuhan) dan gangguan perkembangan otak. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa Kecamatan Sukarame berada di Kabupaten Tasikmalaya yang sudah dikenal sejak lama merupakan sentra produksi perikanan darat di Jawa Barat, salah satunya adalah ikan mujair. Produksi ikan mujair di Kabupaten Tasikmalaya sangat besar yaitu 8.509,46 ton/tahun pada tahun 2013, jauh di atas produksi ikan gurame (808,8 ton/tahun), dan ikan mas (6.214, ton/tahun). 116 Prosiding
2 Kelebihan lain dari ikan mujair antara lain adalah merupakan sumber protein hewani yang murah, budidayanya mudah, pertumbuhannya cepat, memiliki daging yang tebal dan ukuran yang besar. Budidaya ikan mujair biasanya dilakukan di kolam atau dalam bahasa sunda disebut dengan balong. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Sukarame memiliki kolam ikan atau balong ini. Ikan mujair merupakan ikan lokal dari perairan darat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan MP ASI. Pembuatan MP ASI dengan menggunakan bahan pangan lokal seperti ikan mujair mempunyai banyak keuntungan antara lain memiliki harga yang murah sehingga terjangkau, bahan pangan mudah didapat, serta merupakan upaya edukasi kepada baduta untuk mengenal berbagai macam rasa dan jenis makanan sehingga anak kelak dapat menyukai makanan yang beraneka ragam yang ada di sekitar mereka. Beberapa hal yang menyebabkan ikan Mujair tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai MP ASI, antara lain adalah; (1) Masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan ikan mujair menjadi MP ASI, (2) Adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwa konsumsi ikan pada baduta dapat menyebabkan terjadinya kecacingan, serta (3) Masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai kandungan gizi ikan mujair yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan baduta. Ditambah lagi, hasil penelitian Sri Maywati & Lilik Hidayanti (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar (67,4 %) ibu yang memiliki baduta berpendidikan SD. Pendidikan seseorang dapat berkorelasi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka dilakukan kegiatan agar sasaran menjadi tahu, mampu, dan mau membuat MP ASI berbahan baku ikan mujair dan memberikannya kepada baduta mereka. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan promosi, demonstrasi, pelatihan dan pendampingan. Untukmenilaipenerimaan serta asupan energi dan protein badutayang berasal MP ASI berbahan baku ikan mujair maka maka dilakukan pengukuran taksiran visual Comstock. 2. METODE PENELITIAN Upaya yang dilakukan agar sasaran mampu memanfaatkan potensi ikan mujair yang dihasilkan sebagai bahan baku pembuatan MP ASI serta mau memberikannya untuk baduta dilakukan dengan menggunakan prinsip SAVI (Somatic, Auditory, Visualization dan Intellectualy). Prinsip SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa transfer Ipteks dilakukan dengan memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki sasaran. Metode yang digunakan adalah promosi, demonstrasi dan pelatihan, dengan tahapan sebagai berikut : a. Tahap pertama : kegiatan pada tahap pertama yang dilakukan adalah Promosi MP ASI Ikan Mujair dan Demontrasi pembuatan MP ASI Ikan Mujair. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mitra mengenai cara pembuatan MP ASI Ikan Mujair sehingga mitra menjadi tahu cara membuat MP ASI Ikan Mujair dengan benar (Somatic, Auditory, dan visualization). b. Tahap Kedua : kegiatan pada tahap kedua adalah Pelatihan dan pendampingan pembuatan MP ASI Ikan Mujair. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada sasaran mengenai cara pembuatan MP ASI Ikan Mujair sehingga sasaran mampu membuat MP ASI Ikan Mujair secara mandiri (Intellectualy). c. Tahap Ketiga : kegiatan evaluasi dengan cara melakukan penilaian asupan MP ASI ikan mujair menggunakan metode penilaian visual Comstock. Prinsip dari metode visual comstock adalah menaksir secara visual banyaknya sisa makanan atau makanan yang dikonsumsi untuk setiap golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan skala pengukuran. Metode visual comstock dapat menghasilkan hasil yang cukup detail dan tidak mengganggu proses pemberian makan secara signifikan. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak asupan makan seseorang. Metode taksiran visual dengan menggunakan skala pengukuran dikembangkan oleh Comstock dengan menggunakan skor skala 6 poin dengan kriteria sebagai berikut : 0 : jika tidak ada porsi makanan yang tersisa (100% dikonsumsi) 1 : jika tersisa ¼ porsi (hanya 75% yang dikonsumsi) 2 : jika tersisa ½ porsi (hanya 50% yang dikonsumsi) 3 : jika tersisa ¾ porsi (hanya 25% yang dikonsumsi) Prosiding 117
3 4 : jika tersisa hampir mendekati utuh (hanya dikonsumsi sedikit atau 5%) 5 : jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali (utuh) dalam kegiatan ini adalah 30 ibu rumah tangga yang memiliki anak yang berumur di bawah dua tahun (baduta) dan aktif ke posyandu. Kegiatan dilakukan dengan cara membagi sasaran menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok sebanyak 10 orang yang didampingi oleh satu orang fasilitator. Kegiatan yang dilakukan agar sasaran menjadi tahu, mampu dan mau memberikan MP ASI berbahan ikan mujairini dilakukan selama 3 bulan dengan jadwal pada bulan pertama dilakukan kegiatan promosi dan demonstrasi, bulan kedua kegiatan pelatihan, dan bulan ketiga kegiatan pedampingan. Pengukuran taksiran comstok dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu : 1) Pengukuran Comstock pertama dilakukan selama satu bulan setelah kegiatan promosi dan demonstrasi 2) Pengukuran Comstock kedua dilakukan selama satu bulan setelah kegiatan pelatihan 3) Pengukuran Comstock ketiga dilakukan selama satu bulan setelah kegiatan pendampingan Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan perubahan skor taksiran visual Comstock selama tiga bulan berturut-turut. Data dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran hasil evaluasi penilaian asupan MP ASI Ikan Mujair menggunakan taksiran visual Comstock. Hasil deskripsi data ditampilkan mmenggunakan perhitungan nilai-nilai statistik dan tabel distribusi frekuensi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik anak 1) Jenis Kelamin Anak Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak No Jenis Kelamin n % anak sasaran 1 Laki-laki 17 56,7 2 Perempuan 13 43,3 Total ,0 Jenis kelamin anak sasaran hampir berimbang antara yang laki dan perempuan. Secara lebih rinci dinyatakan bahwa, sasaran yang memiliki anak berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan sasaran yang memiliki anak perempuan. 2) Umur Anak Tabel 2 Penghitungan Nilai Statistik Umur Anak No Nilai Umur (bulan) 1 Rata-rata 13,8 2 Standar Deviasi 4,9 3 Minimal 6 4 Maksimal 24 memiliki anak dengan rata-rata umur sekitar 13 bulan dengan kisaran umur antara 6 sampai 24 bulan. Pada umur 6 bulan pemberian ASI saja kepada anak sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan tambahan zat gizi dari makanan lainnya. Setelah berumur 6 bulan anak dapat diberikan makanan selain ASI yang konsistensinya dimulai dari cair, lumat, lembek dan padat seiring dengan pertambahan umur anak. 3) Jumlah Anak Tabel 3 Jumlah Anak No Nilai Umur (bulan) 1 Rata-rata 2 2 Standar Deviasi 1,15 3 Minimal 1 4 Maksimal 5 memiliki jumlah anak yang berkisar antara 1 sampai 5 orang dengan rata-rata anak yang dimiliki oleh sasaran sebanyak 2 orang. b. Karakteristik dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak usia 6 bulan dampai dengan dua tahun dan tinggal di wilayah kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Karakteristik orang tua balita yang mencakup umur, pendidikan dan pekerjaan dapat mempengaruhi proses perubahan perilaku. 118 Prosiding
4 1) Pendidikan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pendidikan No Pendidikan n % 1 SD 25 83,3 2 SMP 2 6,7 3 SMA 3 10,0 Total ,0 Pada kegiatan ini sebagian besar sasaran berpendidikan rendah yaitu sekolah dasar (SD), sedangkan sasaran yang berpendidikan menengah (SMP dan SMA) hanya sekitar 16,7 %. Pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang dan pada akhirnya akan berkaitan dengan sikap dan prakteknya. Di samping itu, pendidikan yang rendah akan menyulitkan sasaran untuk dapat menerima informasi yang diberikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk menerima dan menyerap hal-hal baru yang diberikan (Notoatmojo, 2007). Pada kegiatan ini dilakukan pengulangan pemberian informasi yang dilakukan secara bertahap salah satunya dikarenakan sebagian besar pendidikan sasaran tergolong pendidikan rendah. Penyampaian informasi juga dilakukan dengan menyasar seluruh panca indera sasaran mulai dari mata, telingga, dan juga mencoba melakukan sendiri. 2) Umur Tabel 5 Penghitungan Nilai Statistik Umur No Nilai Statistik Umur (tahun) 1 Rata-rata 21 2 Standar Deviasi 11,4 3 Minimal 16 4 Maksimal 33 Umur sasaran berkisar antara 16 tahun sampai dengan 33 tahun, dengan rata-rata umur 21 tahun. Umur sasaran masuk dalam kelompok umur muda, yang masih tergolong mudah untuk menerima informasi dan masih mempunyai semangat untuk mengadopsi kegiatan yang diberikan. Semakin matang umur seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat memahami pengetahuan dengan baik. Umur yang masih muda juga memungkinkan sasaran untuk dapat menambah jumlah anak lagi. Distibusi umur sasaran sebagian besar berumur tahun menunjukkan bahwa rata-rata umur sasaran berada pada umur reproduksi sehat sehingga dapat meningkatkan motivasi diri untuk memperoleh pengetahuan yang sebanyak- banyaknya. Hurlock, E.B (2004) mengemukakan bahwa umur ibu sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi sosial pada masa dewasa. Wanita yang dewasa akan aktif dibidang sosial. 3) Pekerjaan Pada kegiatan ini sebagian besar sasaran adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk menghasilkan uang. Hanya satu orang sasaran yang bekerja secara informal yaitu sebagai pedagang di rumah. Oleh karena itu, hampir semua sasaran memiliki waktu yang sangat luas untuk mangasuh anaknya. Seluruh sasaran mengasuh sendiri anak mereka tanpa melibatkan orang lain dalam pengasuhan baik oleh kerabatnya maupun oleh pengasuh anak. Di samping itu, karena sasaran bukan merupakan ibu dengan pekerjaan yang terikat oleh waktu maka proses penyampaian informasi dapat diberikan dengan waktu yang sangat luas dan fleksibel. Kegiatan promosi dilakukan pada jam 9 sampai jam 12 siang, karena pada waktu tersebut seorang ibu rumah tangga biasanya telah menyelesaikan seluruh pekerjaan rumahnya. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan No Status Pekerjaan n % 1 Tidak Bekerja 29 96,7 2 Bekerja 1 3,3 Total ,0 c. Karakteristik Fasilitator kegiatan Fasilitator dalam kegiatan ini adalah kader posyandu yang direkomendasikan oleh puskesmas Sukarame, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya. Kader yang menjadi fasilitator berjumlah 3 orang dengan karakteristik sebagai berikut : Prosiding 119
5 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Fasilitator Kegiatan No Karakteristik n % Kader 1 Jenis Kelamin Laki-laki 0 0 perempuan 3 100,0 2 Pendidikan SD 0 0 SMP 0 0 SMA 2 75,0 PT 1 25,0 3 Pekerjaan Bekerja 0 0 Tidak Bekerja 3 100,0 4 Umur Mean SD Min Max 43,3 8, Lama menjadi kader >5 tahun 3 100,0 <5 tahun 0 0 Semua kader yang menjadi fasilitator dalam kegiatan ini berjenis kelamin perempuan dan semuanya merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja sehingga seluruh fasilitator memiliki waktu yang leluasa untuk mengikuti kegiatan ini. Fasilitaor berpendidikan minimal setara dengan SMA dan ada 1 fasilitator yang berpendidikan tinggi dengan pengalaman menjadi kader selurh fasilitator lebih dari 5 tahun. Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki fasilitator tentu saja sangat berperan dalam kemampuan fasilitator sebagai pendamping pada kegiatan ini. Di samping itu, kisaran umur fasilitator yang antara 34 sampai 51 tahun memungkinkan mereka memiliki semangat yang tinggi dalam menjalankan kegiatan ini. d. Hasil Penilaian Asupan MP ASI Berbahan Baku Ikan Mujair dengan Taksiran Visual Comstock Untuk mengetahui bahwa mitra mau mengadopsi program kegiatan IbM MP ASI Ikan Mujair dilakukan dengan menilai dampak dari program salah satunya dengan cara menghitung berapa kali ibu mau memberikan MP ASI Ikan Mujair kepada badutanya. Pada saat sebelum dilakukan kegiatan ini, semua sasaran menyatakan belum pernah memberikan MP ASI berbahan baku ikan mujair yang mereka buat sendiri maupun berasal dari tempat lain kepada badutanya. Setelah dilakukan kegiatan promosi, demonstrasi, pelatihan dan pendampingan maka setiap bulan dihitung berapa kali sasaran memberikan MP ASI berbahan baku ikan mujair kepada badutanya. 1) Jumlah ibu yang memberikan MP ASI ikan mujair kepada badutanya Tabel 8 Jumlah yang memberikan MP ASI Ikan Mujair kepada badutanya Kel Pengukuran ke Jumlah ibu yang membuat MP ASI ikan mujair Ya Tidak n % n % Kel ,0 1 10, ,0 0 0, ,0 0 0,0 Kel ,0 3 30, ,0 1 10, ,0 0 0,0 Kel ,0 2 20, ,0 2 20, ,0 0 0,0 Total ,0 6 20, ,0 3 10, ,0 0 0,0 Tabel 8 menunjukkan bahwa setelah dilakukan kegiatan promosi dan demonstrasi jumlah sasaran yang memberikan MP ASI ikan mujair kepada badutanya sebanyak 24 orang (80,0%). Setelah dilakukan kegiatan pelatihan jumlah sasaran yang memberikan MP ASI Ikan Mujair kepada badutanya meningkat menjadi 90,0 % dan setelah dilakukan pendampingan meningkat menjadi seluruh (100%) sasaran telah memberikan MP ASI Ikan Mujair kepada badutanya. Pada pengukuran pertama setelah dilakukan promosi dan demonstrasi, pemberian MP ASI ikan mujair kepada baduta yang dilakukan oleh sasaran berkisar antara 1 sampai dengan 4 kali selama satu bulan, dengan rata-rata sebanyak 1,54 kali per bulan. Pada pengukuran kedua rata-rata pemberian meningkat menjadi 4,11 kali per bulan dan pada pengukuran ketiga menjadi 4,93 kali per bulan. 120 Prosiding
6 Tabel 9 Penghitungan Nilai Statistik Jumlah Pemberian MP ASI Ikan Mujair Per Bulan Selama Kegiatan Promosi Nilai Bulan Statistik Total Mean 1 1,5 1,85 1,25 1,54 2 4,4 4,0 3,87 4,11 3 5,5 4,7 4,6 4,93 SD 1 0,5 1,06 0,4 0,72 2 1,5 1,5 0,8 1,3 3 1,1 1,1 1,1 1,1 Min Maks ) Penilaian Comstock asupan MP ASI ikan mujair Hasil pengukuran taksiran visual Comstock menunjukkan bahwa pada pengukuran pertama rata-rata MP ASI Berbahan Ikan Mujair yang dihabiskan sebanyak 61,45 %, pada pengukuran kedua meningkat menjadi 63,88% dan pada bulan ketiga menjadi 67,5 %. Pola kegiatan yang dilakukan menunjukkan adanya kemampuan dan kemauan dari sasaran untuk membuat dan memberikan MP ASI Ikan Mujair kepada badutanya. Kegiatan yang dilakukan menyasar semua indera sasaran sehingga diharapkan hasil dari kegiatan ini dapat bertahan lama dan masyarakat mampu memanfaatkan keberadaan ikan mujair sebagai sumber protein hewani yang non allergen untuk anak mereka. Tabel 10 Penghitungan Nilai Statistik Hasil Taksiran Visual Comstock Asupan MP ASI Ikan Mujair Bulan (%/bulan) Mean SD Min Maks , ,5 21, ,0 20, ,57 17, ,8 28, ,5 24, ,12 20, ,12 20, ,00 19, Total 1 61,45 22, ,88 24, ,50 22, Pada pengukuran pertama dari 24 sasaran yang memberikan MP ASI Ikan Mujair untuk baduta,hasil pengukuran taksiran visual comstock menunjukkan bahwa separuh (54,2%) baduta sasaran menghabiskan 50 % MP ASI yang diberikan. Pada pengukuran pertama juga diketahui bahwa ada 16,6 % baduta yang menghabiskan MP ASI ikan mujair 100% atau mampu menghabiskan seluruh MP ASI yang diberikan. Pada pengukuran kedua jumlah baduta yang mampu menghabiskan MP ASI 100 % meningkat menjadi 22,2 % dan pada pengukuran ketiga naik manjadi 23,3 %. Tabel 11 Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Taksiran Visual Comstock Asupan MP ASI berbahan Ikan Mujair Persentase MP ASI Kel Pengukuran Keyang habis n % n % n % 100 % ,0 3 50,0 3 42, ,0 2 33,3 3 42, ,0 1 16,7 1 14,4 Jumlah 4 16,6 6 22,2 7 23,3 75 % ,0 3 50,0 4 44, ,0 3 50,0 4 44, ,0 0 0, Jumlah ,2 9 30,0 50 % , ,4 3 25, , ,6 2 16, , ,0 7 58,4 Prosiding 121
7 Jumlah 13 54, , ,0 25 % 1 0 0,0 0 0,0 0 0, ,0 2 66,6 1 50, ,0 1 33,4 1 50,0 Jumlah 2 8,4 3 11,2 2 6,7 0% 1 0 0,0 0 0,0 0 0, ,0 0 0,0 0 0, ,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 0 0,0 0 0,0 0 0,0 TOTAL , , ,0 4. KESIMPULAN Kegiatan yang dilakukan berupa promosi, demonstrasi, pelatihan dan pendampingan pembuatan MP ASI berbahan baku Ikan Mujair berhasil menyakinkan sasaran sehingga mau memberikan MP ASI berbahan baku Ikan mujair kepada badutanya. Disamping itu tahapan kegiatan yang dilakukan juga mampu meningkatkan asupan MP ASI Ikan mujair pada baduta. Rekomendasi yang diberikan adalah untuk selalu melakukan refreshing dengan dukungan dari kader dan petugas gizi Puskesmas, serta hendaknya dapat membagikan kemampuannya kepada masayarakat yang lain. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Pelaksanaan kegiatan ini tidak terlapas dari keterlibatan beberapa pihak. Oleh karena itu, kami menghaturkan terima kasih kepada Kemenristek Dikti melalui DRPM dan LP2M-PMP UNSIL yang telah memberikan bantuan pendanaan sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Puskesmas Sukarame, Kepala Desa Sukarame, Koordinator Posyandu Eldeweis dan Sukarapih, serta seluruh sasaran kegiatan yang telah banyak membantu sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. 6. REFERENSI 1) BAPPENAS, 2011, RANPG - Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi , BAPPENAS, Jakarta 2) Kemenkes RI, 2010, Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak, Kemenkes RI, Jakarta 3) Kemenkes Hasil Riskesdas Kemenkes RI 4) Lilik Hidayanti & Sri Maywati Ketahanan Pangan (Food Security) Dan Status Gizi Balita Keluarga Miskin Di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Laporan Penelitian Dosen Madya Universitas Siliwangi 5) Lilik Hidayanti & Sri Maywati Ketahanan Pangan Keluarga Miskin yang Memiliki Balita Gizi Kurang di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. Laporan Penelitian Dosen Pemula 6) Meyliana, dkk Potensi Budidaya Ikan Mujair: Studi Kasus di Kecamatan Leuwisari Tasikmalaya, Laporan Penelitian Universitas Maranantha 7) Puskesmas Sukarame, 2014, Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame, Puskesmas Sukarame 8) Sri Maywati & Lilik Hidayanti Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan (Food Security) Keluarga Yang Memiliki Balita Kekurangan Gizi Dengan Promosi Konsumsi Makanan Beragam Berbasis Sumber Daya Lokal Melalui Konseling Gizi. Laporan Penelitian Dosen Pemula 122 Prosiding
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus Global Scaling Up Nutrition (SUN) Movement pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA
94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masalah gizi di Indonesia saat ini semakin kompleks. Masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia adalah masalah gizi ganda yaitu keadaan balita yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik tangguh, mental
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN
PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN Endang Wahyuningsih, Sri Handayani ABSTRAK Latar Belakang Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif bidang gizi institusi yang menggambarkan sisa makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah pewaris, penerus dan calon pengemban bangsa. Secara lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial ekonomi suatu bangsa. Berdasarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014
HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 Endang Wahyuningsih Latar Belakang Penelitian, Asupan makanan
Lebih terperinciIbM PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN MASYARAKAT DESA JARING HALUS MELALUI PROGRAM GAZI (Warga Sadar Gizi)
IbM PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN MASYARAKAT DESA JARING HALUS MELALUI PROGRAM GAZI (Warga Sadar Gizi) Emni Purwoningsih Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: emnipurwoningsih@umsu.ac.id
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bantul merupakan sebuah kabupaten yang berada di bawah wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan
Lebih terperinciLAPORANKEMAJUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI PESANTREN (IbP)
LAPORANKEMAJUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI PESANTREN (IbP) IbP PROMOSI KONSUMSI PANGAN KAYA BESI HEM UNTUK MENCEGAH ANEMI PADA SANTRIWATI Oleh : Sri Maywati, SKM., M. Kes / NIDN 0402077701
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi antara usia 6 24 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii KATA PENGANTAR. iii HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv ABSTRAK v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN...... xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
Lebih terperinciSUTISNA GUSTI TIA AROtANI
PrN/l(OPDmS PfR&UllUAN llnggi... - JUDUI. OE.DI OJULIAHSAH IISEPANOAH6 SUTISNA GUSTI TIA AROtANI AIOlMAO SATOftl KAHAN PENYUSUNAN MASTER Pl.AN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA RAKYAT BERBASIS SISTEM AGRIBISNtS
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Noveri Aisyaroh 1), Is Susiloningtyas 2), Mubarok 3) Universitas Islam Sultan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016 Catur Setyorini Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumbuh kembang anak dapat dicapai secara optimal melalui empat hal penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal gastroenterohepatologi yang sesuai dengan kriteria penelitian. Karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
Lebih terperinciWidi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)
1 PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI 6 9 BULAN BERDASARKAN STATUS PEMBERIAN ASI (Studi Pada Bayi Usia 6 9 Bulan di Desa Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya) Widi Apriani Putri 1) Ai Sri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I
PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Eka Fitriana 1610104422 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar mampu bersaing dengan negara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan pendamping air susu ibu (MP -ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24 bulan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Semanggi 1. Letak Geografis Kelurahan Semanggi merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta. Wilayah
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran partisipasi penelitian Tempat penelitian (Sumber: www.kelurahankumpulrejo.blogspot.com) Gambar 4.1 Peta Kelurahan Kumpulrejo Randuares adalah salah satu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5% harus melipatgandakan jumlah kesehatan, tempat tidur rumah sakit, sekolah dan lain-lain agar tetap sejajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran makanan sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pada saat anak sedang melalui tahap pertumbuhan, anak membutuhkan gizi yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN
Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
Lebih terperinciPOLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN
POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN Trini Sudiarti Program Sudi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2017 1 Kerangka Paparan vpendahuluan vtinjauan Pustaka
Lebih terperinciKesehatan. Ekonomi. Tema : "CJ1asyarak,at Sehai dan <Produk.jif dalam <Perspek.jif 1(eseliatan) rt,kj}nomi) dan Hi umaniora" ISBN
-DIES HA.TAUS UHIVERSITAS PEKAL S SEPT 2016 ISBN 978-602-6779-20-5 Pekalongan, 27 Oktober 201 Tema : "CJ1asyarak,at Sehai dan
Lebih terperinciKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi
Lebih terperinciPENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN
Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik
Lebih terperinciMENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016
MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Lebih terperinciSERIBU HARI UNTUK NEGERI
SERIBU HARI UNTUK NEGERI (DRAFT) PANDUAN GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI MENUJU MANUSIA INDONESIA PRIMA I. LATAR BELAKANG Sesungguhnya aset paling berharga milik bangsa Indonesia adalah sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA
PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA Elfi Manya Sari *, Reni Asmara Ariga ** * Mahasiswa Fakustas Keperawatan USU ** Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting untuk dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu negara yang belum memperlihatkan kemajuan signifikan dalam mencapai tujuan Milenium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR Violita Siska Mutiara STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Lebih terperinciLampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah
LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ALGORITMA C4.5 PADA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA DESA KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 257-264 IMPLEMENTASI ALGORITMA C4.5 PADA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA DESA KUALA DUA KABUPATEN
Lebih terperinciMEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)
HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 36-60 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *) Abstrak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, kemudian menjadi dewasa, dan pada siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat proiritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda, tergantung usia, berat badan, jenis kelamin, keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit). Bila kurangnya
Lebih terperinciPENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
PENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA DEPARTEMEN ILMU GIZI FK USU Pengertian Keluarga di Indonesia Keluarga inti : ayah, ibu dan anak Keluarga luas (extended family) : keluarga inti + anggota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan perhatian penuh orang tua dan lingkungannya. Dalam masa pertumbuhannya, balita sangat
Lebih terperinciII. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup
7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan
Lebih terperinci67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh
31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI Anisa Dewati 1, Irdawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara langsung disebabkan oleh asupan
Lebih terperinci