ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INISIASI MENYUSUI DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA PAULINA BUKITTINGGI 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INISIASI MENYUSUI DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA PAULINA BUKITTINGGI 2015"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INISIASI MENYUSUI DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA PAULINA BUKITTINGGI 2015 Peneliti: Indah Putri Ramadhanti,S.ST Dana bersumber dari Institusi STIKes Prima Nusantara 2015 PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK STIKES PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI 2015

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah, Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat NYA, saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1) Ibu Hj.Evi Susanti S.ST.M.Biomed selaku Ketua STIKes Prima Nusantara 2) Orang Tua tercinta, Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan mendo akan semua kegiatan yang saya lakukan selama disini. Terimakasih ayah ibu. Semua ini ku persembahkan untuk Ayah dan Ibu. 3) Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan penelitian ini dimasa yang akan datang. Dengan segala kerendahan hati, semoga Skripsi ini bisa berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Bukittinggi, Juli 2015 Penulis

3 Nama Program Studi Judul : Indah Putri Ramadhanti, S.ST : D-IV Bidan Pendidik : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi 2015 vii + 39 Halaman + 2 Tabel + 2 Skema + 6 Lampiran ABSTRAK Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dapat di cegah dengan melakukan IMD. Angka kematian bayi dapat mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup. 22% kematian bayi yang baru lahir yaitu kematian yang terjadi dalam satu jam pertama, dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. IMD harus dilakukan langsung saat bayi baru lahir tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan metode desain deskriptif observatif dan wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah 7 Bayi yang lahir di bulan Juli.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi kemudian dijelaskan secara sistematis dalam bentuk argumentasi yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 responden yang melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini terdapat 5 (71,42%) responden yang berhasil sedangkan 2 (28,58%) diantaranya gagal melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini, hal ini disebabkan karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di antaranya keadaan bayi, keadaan ibu, kolostrum dan puting susu. Dapat disimpulkan bahwa keadaan bayi, keadaan ibu, kolostrum dan puting susu merupakan faktor yang berperan penting dalam keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini. Disamping itu untuk mensukseskan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, sebaiknya pihak keluarga juga ikut serta mendukung ibu dalam proses pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini agar proses tersebut berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Referensi 17 ( ) Kata Kunci : Analisis, Faktor-faktor yang mempengaruhi IMD, IMD

4 Nama Program Study Title : Indah Putri Ramadhanti,S.ST : D-IV Educator Midwife :Analysis of Influencing Factors Influencing the Success of Early Initiation of Breastfeeding in Bukittinggi Paulina Midwives in Private Practice 2015 xiv + 39 Pages + 2 Tabels + 2 Schema +6 Appendixes ABSTRACK The high infant mortality rate (IMR) can be prevented by doing the IMD. The infant mortality rate can reach 34 per 1,000 live births. 22% of newborn deaths ie deaths occurring within the first hour, can be prevented if the baby is breastfed by the mother in the first hour of birth.imd must be done immediately when the new baby is born without the activity may be delayed infants weighing or measuring. This study aims to analyze the factors that influence the success of Early Initiation of Breastfeeding in Bukittinggi Paulina Midwives in Private Practice 2015 is in the form of qualitative research with observational descriptive design methods and interview. The sample in this study was 7 Babies born in the month Juli.Tekhnik data collection in this study is the observation later described systematically in the form of arguments that objective and not influenced by the opinion of the researchers themselves. The results of this study indicate that the carrying out of 7 respondents Early Initiation of Breastfeeding contained 5 (71.42%) of respondents were successful, while 2 (28.58%) of them failed to implement the Early Initiation of Breastfeeding, this is because there are factors that influence the success of Early Initiation of Breastfeeding among them the state of the baby, the mother state, colostrum and nipples. It can be concluded that the state of the baby, the mother state, colostrum and milk nipple is a factor that plays an important role in the success of Early Initiation of Breastfeeding. It is expected that further research in order to conduct further research on the factors that influence the success of Early Initiation of Breastfeeding (IMD) such as the influence of the sex of the newborn to the success of Early Initiation of Breastfeeding.Besides, for the successful execution Early Initiation of Breastfeeding, family parties should also join and support the mother in the process of implementation of Early Initiation of Breastfeeding that the process runs smoothly as it should. Acknowledge 17 ( ) Keyword : Analysis, factors that affect the IMD, the IMD

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii ABSTRACK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR SKEMA... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Batasan Masalah... 4 D. Rumusan Masalah... 4 E. Tujuan... 5 F. Manfaat... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini... 7 B. Faktor yang mempengaruhi IMD C. Bayi Baru Lahir D. Kerangka Teori E. Bayi Baru Lahir F. Kerangka Konsep G. Defenisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Etika Penelitian E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian F. Prosedur Pengolahan Data Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian... 37

6 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Definisi Operasional...21 Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi IMD...27

8 DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka Teori...22 Skema 2.2 Kerangka Konsep...23

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Ganchart Lampiran 2 Permohonan menjadi responden Lampiran 3 Lembar Observasi Lampiran 4 Informed Consent Lampiran 5 Format wawancara bagi Bidan Lampiran 6 Format wawancara bagi Ibu

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini di bidang kesehatan ibu dan anak semakin digalakkan tentang penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi. Ketiga program ini saling berkaitan satu sama lain. Tatalaksana manajemen laktasi dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang optimal dan maksimal sangat mendukung tercapainya Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Sejak tahun 2006 Inisiasi Menyusui Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar-gencarnya dianjurkan pemerintah. Program ini memang popular di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. IMD harus dilakukan langsung saat bayi baru lahir tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi yang baru lahir tidak boleh langsung dimandikan hanya dikeringkan saja, kecuali kedua telapak tangannya. Untuk mencapai keberhasilan dalam IMD tersebut dibutuhkan waktu dan prosesnya berlangsung Skin to skin antara bayi dan ibu (Maryunani, 2012). Menurut Edmon K.dkk (2004) dari Department for International Development UK Pediatrics, dari hasil penelitian yang dilakukan di Ghana pada bulan juli 2003 sampai Juni 2004, yang menghubungkan antara waktu dilakukannya tindakan inisiasi penyusuan serta pola pemberian ASI dengan kejadian kematian bayi. Ternyata, dari bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan diikuti perkembangannya selama sebulan, ternyata bayi yang dipisahkan dari ibunya sampai 24 jam dan baru dilakukan kontak dengan ibunya, mengalami 1

11 kematian 2,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang melakukan IMD. Kesimpulannya 22% kematian bayi yang baru lahir, yaitu kematian yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Survey sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dan 2006 menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan ASI ekslusif 6 bulan sebesar 18,1% cakupan tersebut meningkat menjadi 21,1% pada tahun Sedangkan cakupan ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0-6 bulan) meningkat dari 49% pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006 (Depkes,2007). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 mengenai pemberian Air Susu Ibu pada bayi mengalami peningkatan dari 15,2 persen pada tahun 2010 menjadi 30,2 persen tahun 2013 demikian juga inisiasi menyusui dini < 1 jam meningkat dari 29,3 persen pada tahun 2010 menjadi 34,5 persen pada tahun Penelitian yang dilakukan oleh Utami Roesli (2008) menunjukkan bahwa dari 900 orang ibu di Jabotabek didapatkan kenyataan 70,4% dari ibu tersebut tak pernah mendapatkan informasi tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif khususnya tentang IMD sehingga mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pemberian ASI. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan sikap ibu yang rendah untuk menyusui diantaranya adalah karena faktor nyeri dan kelelahan pasca melahirkan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya Inisiasi Menyusui Dini. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD diantaranya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang menyatakan bahwa apabila dilakukan 2

12 IMD maka bayi akan kedinginan dan ibu kelelahan, di samping itu juga tenaga kesehatan kurang tersedia, kondisi kamar bersalin yang masih sibuk, ibu harus di jahit, pemberian Vit K dan bayi harus segera dibersihkan ditambah lagi ibu yang baru selesai melahirkan merasa tidak nyaman ketika dilaksanakannya Inisiasi Menyusui Dini (IMD), hal ini dikarenakan ibu harus menunggu beberapa jam sampai bayi berhasil menemukan puting susu ibu dan berhasil menyusu sendiri (Roesli,2008). Menurut Kristiyansari (2009) beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan IMD diantaranya pendapat atau persepsi ibu dan keluarga yang menyatakan kolostrum atau air susu pertama yang keluar tidak baik dan berbahaya bagi bayi, bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu, kolostrum dan ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum bayi, bayi kedinginan saat IMD dan ibu kelelahan. Data yang didapatkan dari hasil penelitian sebelumnyadari 69 Bidan yang ada di Kota Bukittinggi para bidan tersebut telah melaksanakan IMD. Tetapi hanya satu bidan yang mendokumentasikannya dalam bentuk pendokumentasian Inisiasi Menyusui Dini (Anisya,2013) Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan terhadap 10 Bidan yang ada di Kota Bukittinggi ternyata kesepuluh bidan tersebut telah melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini namun hanya bidan Paulina yang dapat menunjukkan hasil pendokumentasian dari IMD tersebut. Bidan tersebut mengatakan bahwa pada umumnya para ibu yang baru selesai melahirkan terlihat tidak nyaman saat IMD berlangsung dikarenakan ibu harus menunggu beberapa saat hingga bayi dapat mencapai puting susu dan menyusu sendiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 3

13 Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi tahun 2015 B. Identifikasi Masalah Dari Latar Belakang diatas teridentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Ketidaknyamanan ibu dalam melakukan Inisiasi Menyusui Dini. 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Inisiasi Menyusui Dini. C. Batasan Masalah Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada faktor keadaan ibu, keadaan bayi, dan kolostrum. D. Rumusan Masalah Inisiasi Menyusui Dini dapat menurunkan angka kematian bayi. 22% kematian bayi yang baru lahir, yaitu kematian yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)? 4

14 E. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menganalisa apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan Keadaan Umum Bayi sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini b. Mendeskripsikan Keadaan Umum Ibu sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini c. Mendeskripsikan Kolostrum sebagai faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini d. Mendeskripsikan Waktu sebagai faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini 5

15 F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). 2. Bagi Ibu Responden Sebagai masukan serta menambah pengetahuan bagi ibu yang baru selesai melahirkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini 3. Bagi Bidan Sebagai masukan serta menambah pengetahuan bagi bidan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini sehingga dengan mengetahui faktor-faktor tersebut bidan dapat melakukan inovasi baru demi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini tersebut. 4. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta bahan masukan bagi pendidikan khususnya bagi mahasiswa/i STIKes Prima Nusantara Bukittinggi serta dapat digunakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 6

16 BAB II LANDASAN TEORI A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi. Inisiasi Menyusu Dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Pada satu jam pertama bayi harus disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi colostrum (maryunani,2012) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008). 2. Penelitian singkat tentang Inisiasi Menyusui Dini oleh Isnaini Nurul (2009) Penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini pada persalinan normal dan caesar yang di lakukan di Ruang An Nisa Rumah Sakit Islam Sultan Agung menunjukkan bahwa pada persalinan normal dari 24 responden terdapat 21 pasien yang berhasil melakukan Inisiasi 7

17 Menyusui Dini dan 3 pasien lainnya tidak berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Pada persalinan Caesar menunjukkan bahwa dari 24 responden, 23 responden tidak berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan hanya 1 pasien yang berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Pada persalinan normal diharapkan agar setiap ibu mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari satu jam pasca persalinan. Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu dengan persalinan normal mengeluhkan beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD. Beberapa hal yang dapat menghambat diantaranya, kondisi ibu yang masih lemah. Bagi ibu postpartum normal dalam kondisi kelemahan ini ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD. Ibu juga lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD. 3. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan Inisiasi Menyusui Dini Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena Inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan disemua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas. 8

18 4. Gambaran singkat tentang Inisiasi Menyusu Dini Gambaran singkat tentang Inisiasi Menyusu Dini antara lain, dengan IMD: a) Bayi diberi kesempatan mulai/inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir/dini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih sampai menyusu pertama selesai. b) Cara bayi merangkak mencari payudara. c) Ibu-bayi-ayah berinteraksi dalam menit-menit pertama setelah lahir. d) Bayi pada usia beberapa menit dapat merangkak ke arah payudara dan menyusu sendiri. e) Kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi. 5. Prinsip Inisiasi Menyusu Dini Prinsip Inisiasi Menyusu Dini adalah dimulai sedini mungkin dan secara Ekslusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (JNPK-KR, 2007). 6. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini a) Dianjurkan suami/keluarga mendampingi ibu saat persalinan b) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan 9

19 c) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan d) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. e) Bayi ditengkurapkan di dada ibu atau perut ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini di pertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti dan jika perlu gunakan topi. f) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. g) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusui. h) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar. i) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. j) Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibubayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu (Roesli, 2008). 7. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu a) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan). b) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi. 10

20 c) Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. d) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. e) Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi. f) Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak menggangu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. g) Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI Ekslusif dan mempertahankan dan menyusu setelah 6 bulan. h) Sentuhan, kuluman/emutan, jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya hormon oksitosin (Maryunani, 2012). 8. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini a) Secara Umum 1) Mencegah hipotermi 2) Imunisasi dini 3) Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Attachment) 4) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui Ekslusif dan akan lebih lama disusui 5) Bayi mendapatkan ASI kolostrum-asi yang pertama kali keluar 6) Perkembangan psikomotorik lebih cepat 7) Menunjang perkembangan kognitif 11

21 8) Mencegah perdarahan pada ibu 9) Mengurangi resiko terkena kanker payudara dan ovarium (Maryunani, 2012). b) Secara Khusus 1) Manfaat Untuk Ibu 2) Meningkatkan hubungan khusus antara ibu dan bayi 3) Merangsang konraksi otot rahim 4) Mengurangi stress ibu setelah melahirkan 5) Mencegah kehamilan 6) Menjaga kesehatan ibu 7) Manfaat Untuk Bayi 8) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat 9) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung 10) KolonisASI bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal dan dapat mempercepat keluarnya kolostrum sebagai antibodi bayi 11) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu 12) Membantu perkembangan persyarafan bayi c) Manfaat secara Psikologis 1) Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang 2) Ibu merasa lebih bahagia 3) Bayi lebih jarang menangis 12

22 4) Ibu berprilaku lebih peka 5) Lebih jarang menyiksa bayi (Maryunani, 2012). 9. Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusui Dini a) Kesiapan fisik dan psikologis ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan b) Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini c) Tempat bersalin dan tenaga kesehatan (Maryunani, 2012). B. Faktor yang Mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini 1) Bayi kedinginan Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr.Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1 0 C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 0 C. Jika kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 0 C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang tercanggih dan mahal. 2) Ibu lelah setelah melahirkan Seorang ibu yang lelah, jarang memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. 13

23 3) Kurang tersedia tenaga kesehatan Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. 4) Ibu harus dijahit Kegiatan IMD mencari puting susu terjadi di area payudara. Sedangkan bagian yang dijahit berada dibawah tubuh ibu. Dan hal ini tidak menjadi masalah apabila dilakukan IMD. 5) Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera setelah lahir Menurut American Collage of Obstetrics and Gynecology and Academy Bbreastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri. 6) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai IMD selesai. 7) Kolostrum tidak keluar Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 8) Bayi kurang siaga Dalam 1-2 jam pertama kelahirnnya bayi seharusnya siaga. Setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup 14

24 ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding. 9) Keadaan kamar bersalin Dengan bayi didada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. 10) Masyarakat belum sependapat tentang pentingnya Inisiasi Menyusui Dini Kebanyakan masyarakat masih berasumsi bahwa air susu pertama atau yang lebih dikenal dengan kolostrum ini berbahay bagi bayi. Padahal kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusui Dini: a. Kegagalan inisiasi dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI ibu. b. Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI ibu akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui. c. Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga meningkatkan imunitas tubuhnya. d. Jika tidak terjadi keseimbangan antara produksi ASI ibu dengan kebutuhan ASI yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat 15

25 kegagalan program ASI Ekslusif 6 bulan pada bayi (Maryunani, 2012). C. Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Seluruh bayi menjalani pemeriksaan klinis dalam waktu 72 jam setelah kelahiran oleh profesional yang telah dilatih untuk melakukan hal tersebut (Department of Health,2008). Fase neonatus, sejak lahir sampai umur 4 minggu; fase bayi masa neonatal 0-28 hari, masa neonatal dini 0-7 hari, masa neonatal lanjut 8-28 hari, masa pasca neonatal 8-28 hari (Dwi Maryanti, 2011) Tanda-tanda bayi baru lahir normal Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerahmerahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100/menit, Grimace (reaksi terhadap rangsangan), menangsi, batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerakan aktif, Respiration (usaha nafas) (Mochtar, 1998) 16

26 Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38 0 C) atau terlalu dingin (kurang dari 36 0 C), warna kulit pada kulit (tidak ada konjunctiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar; pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah; tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti: tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah; dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada lender atau darah pada tinja; bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, tidak mudah tersinggung, tidak terdapat tanda: lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus. (Prawirohardjo: N-36) Penampilan pada bayi baru lahir: 1) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangin rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan 2) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang simetris pada waktu bangun. Adanya tumor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 3) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang 4) Muka wajah, bayi tampak berekspresi 5) Mulut harus simetris 6) Perhatikan leher, dada,abdomen ada tidaknya kelainan pada pernafasan bayi. 17

27 7) Perhatikan apakah ada benjolan pada tulang punggung 8) Kulit dan kuku dalam keadaan normal 9) Kelancaran menghisap dan pencernaan harus diperhatikan 10) Bayi dapat melakukan berbagai refleks (Prawirohardjo, Tahun 2012) Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/ kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda antara lain: sesak nafas, Frekuensi pernafasan 60kali/menit, gerah retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah ( gram) dengan kesulitan minum. Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis sentral, perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir<1500gram (Prawirohardjo, Tahun 2012) 18

28 D. Kerangka Teori Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian IMD 2. Penelitian Singkat IMD 3. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan IMD 4. Gambaran singkat IMD 5. Prinsip IMD 6. Tatalaksana IMD 7. Manfaat kontak kulit bayi ke kulit ibu 8. Manfaat IMD 9. Faktor pendukung IMD 10. Akibat kegagalan IMD IMD Keberhasilan IMD Faktor-faktor yang mempengaruhi IMD 1. Bayi Kedinginan 2. Ibu lelah setelah melahirkan 3. Kurang tersedia tenaga kesehatan 4. Ibu harus dijahit 5. Bayi perlu diberi Vitamin K 6. Bayi harus segera dibersihkan 7. Kolostrum tidak keluar 8. Bayi kurang siaga 9. Keadaan kamar bersalin 10. Masyarakat belum sependapat Skema 2.1 Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD 19

29 E. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi Tahun 2015 di jelaskan dalam bagan berikut ini: Faktor-Faktor yang mempengaruhi IMD IMD Keberhasilan IMD Skema 2.2 Kerangka Konsep Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD 20

30 F. Definisi Operasional Defenisi operasional adalah batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Variabel Kebutuhan waktu dalam keberhasilan IMD Jenis Kelamin Definisi Operasional Berapa lama waktu yang di butuhkan bayi dalam keberhasilan IMD Jenis Kelamin bayi yang lahir pada saat penelitian Tabel 2.1 Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Dokumentasi Observasi Waktu (jam) Dokumentasi Observasi PR Rentang antara dimulainya IMD hingga berakhirnya IMD LK Skala Ukur Rasio Nominal Keadaan Kondisi bayi saat Bayi dilakukannya IMD Keadaan Ibu Kondisi ibu saat dilakukannya IMD Dokumentasi Observasi Bugar Jika Bayi Menangis Kuat, Tonus Otot baik, Warna kulit kemerahan Tidak Bugar Jika bayi tidak menangis kuat, Tonus otot tidak baik, warna kulit tidak kemerahan Dokumentasi Observasi Baik Jika TTV Dalam batas normal dan Ordinal Ordinal 21

31 Kolostrum cairan berwarna kuning yang keluar dari payudara. ibu tidak mengalami perdarahan Tidak Baik Jika TTV ibu tidak dalam batas normal Dokumentasi Observasi Ada Jika terdapat pengeluaran kolostrum Tidak ada Jika tidak ada pengeluaran Kolostrum Ordinal Keterangan: PR (Perempuan) LK (Laki-laki) IMD (Inisiasi Menyusui Dini) TTV (Tanda-tanda Vital) 22

32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode desain deskriptif observatif dan wawancara yang bertujuan untuk melihat bagaimana analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi pada bulan Agustus C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Bayi-bayi yang akan lahir pada bulan Agustus Sampel Sampel adalah pemilihan sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga dihasilkan sampel yang mewakili populasi yang dimaksud. Sampel dalam penelitian ini adalah 7 Bayi yang lahir di bulan Juli. Sampel dalam penelitian ini bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan dalam penelitian. Sampel 23

33 dalam penelitian ini juga bukan disebut sampel statistik tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan teori. Dalam penelitian ini proses penentuan sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf redundancy (datanya telah jenuh, ditambah sampel tidak lagi memberikan informasi yang baru) artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. (Arikunto,2000:120). D. Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar manusia. Etika Penelitian meliputi: 1. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. 24

34 2. Tanpa Nama (Anonimity) Penelitian dilakukan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Adapun prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini antara lain diawali dengan pengajuan judul penelitian kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi. Setelah judul penelitian di setujui dilanjutkan dengan pembuatan proposal. Setelah itu pengambilan dan pengolahan data, dan pengumpulan laporan penelitian. Pengumpulan Data: 1. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti melalui observasi langsung terhadap bayi baru lahir yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). 25

35 2. Data skunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui rekam medik yang ada kaitannya dengan penelitian ini yaitu mendapatkan data pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang ada di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi pada bulan Agustus F. Prosedur Pengolahan Data Penelitian Penelitian Kualitatif adalah mengumpulkan informasi melalui wawancara dan observasi. Penelitian kualitatif itu tidak menggunakan matematik ataupun komputer. Prosedur pengolahan data penelitian Kualitatif dimulai dengan: 1. Menyusun Asumsi dasar dan aturan berfikir yang akan digunakan dalam penelitian. 2. Asumsi dan aturan berfikir tersebut selanjutnya di terapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. 3. Informasi yang di kumpulkan dan diolah harus tetap objektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. 4. Mengumpulkan data dengan cara melakukan observasi serta analisa dokumentasi. 26

36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Bidan Praktek Mandiri Paulina Bukittinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus 2015 didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) N o Nama Ibu JK Bayi Keadaan Bayi Keadaan Ibu Kolos trum Waktu Mulai IMD Waktu Selesai IMD Total Waktu 1 Ny.R PR Bugar Baik Ada menit 2 Ny.N PR Bugar Baik Ada menit 3 Ny.A PR Bugar Baik Ada menit 4 Ny.R N PR Bugar Baik Ada menit 5 Ny.Y PR Bugar Tidak Baik karena puting susu Tidak Ada terbenam 6 Ny.R PR Bugar Tidak baik Tidak Ada menit menit 7 Ny.D PR Bugar Baik Ada menit Hasil Berhasil melakukan IMD Berhasil melakukan IMD Berhasil melakukan IMD Berhasil melakukan IMD Tidak Berhasil melakukan IMD Tidak Berhasil melakukan IMD Berhasil melakukan IMD 27

37 Dari Tabel diatas didapatkan data bahwa: 1. Pada By.Ny.R yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, kolostrum ibupun telah keluar. Tanda-Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Bayi berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Selain karena faktor dari kesiapan ibu yang baik karena pengalaman melahirkan sebelumnya, adanya dukungan keluarga juga mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini pada bayi. Dalam keberhasilannya tersebut bayi membutuhkan waktu selama 70 menit. 2. Pada By.Ny.N yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, kolostrum ibupun telah keluar. Tanda-Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Bayi berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Selain karena faktor dari kesiapan ibu yang baik adanya dukungan keluarga juga mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi. Dalam keberhasilannya tersebut bayi membutuhkan waktu selama 30 menit. 3. Pada By.Ny.A yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan 28

38 terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, kolostrum ibupun telah keluar. Tanda-Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Bayi berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Selain karena faktor dari kesiapan ibu yang baik serta pengalaman melahirkan sebelumnya, adanya dukungan keluarga juga mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi. Dalam keberhasilannya tersebut bayi membutuhkan waktu selama 55 menit. 4. Pada By.Ny.RN yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, kolostrum ibupun telah keluar. Tanda-Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Bayi berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Selain karena faktor dari kesiapan ibu yang baik adanya dukungan keluarga juga mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi. Dalam keberhasilannya tersebut bayi membutuhkan waktu selama 50 menit. 5. Pada By.Ny.Y yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, tidak didapati adanya kolostrum dan puting susu ibupun terbenam. Usaha pengeluaran kolostrum telah dilakukan. Namun kolostrum tetap tidak keluar. Namun demikian Tanda- 29

39 Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Setelah selama 75 menit bayi diletakkan diatas perut ibu, bayi tidak berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 6. Pada By.Ny.R yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, tidak didapati adanya kolostrum. Usaha pengeluaran kolostrum telah dilakukan. Namun kolostrum tetap tidak keluar. Namun demikian Tanda-Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Setelah selama 75 menit bayi diletakkan diatas perut ibu, bayi tidak berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 7. Pada By.Ny.D yang berjenis kelamin perempuan lahir aterm pada pukul Bayi lahir normal, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik (BUGAR). Inisiasi Menyusui Dini langsung dilakukan terhadap si bayi. Keadaan Ibu pun baik, kolostrum ibupun telah keluar. Tanda-Tanda Vital ibu dalam keadaan normal dan ibupun tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan. Bayi berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Selain karena faktor dari kesiapan ibu yang baik adanya dukungan keluarga juga mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi. Dalam keberhasilannya tersebut bayi membutuhkan waktu selama 35 menit. 30

40 Dari hasil penelitian semua bayi yang lahir berjenis kelamin perempuan dan dari 7 orang responden, 5 diantaranya berhasil melakukan IMD, bayi tersebut berhasil mencapai dan menghisap puting susu ibunya sendiri, sedangkan 2 lainnya tidak berhasil melakukan IMD dikarenakan beberapa faktor diantaranya Kolostrum ibu yang tidak ada dan puting susu yang tidak keluar. B. Pembahasan Berdasarkan Definisi Operasional yang telah dipaparkan, jenis kelamin dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, sedangkan berdasarkan hasil penelitian semua bayi yang lahir berjenis kelamin perempuan sehingga faktor jenis kelamin belum bisa dibuktikan kebenarannya sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini adalah keadaan bayi yang Bugar. Bayi yang Bugar merupakan bayi yang lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot baik. Kondisi bayi yang bugar membantu bayi dalam proses Inisiasi Menyusui Dini. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Usman pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa keadaan bayi berpengaruh terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang di nyatakan oleh Maryunani yang menyatakan bahwa Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu dan bayi harus berada dalam keadaan yang sehat. Menurut asumsi peneliti keadaan bayi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini. Pada saat 31

41 melakukan IMD bayi diharuskan untuk melakukan gerakan aktif. Karena dari gerakan inilah yang nantinya akan membantu bayi dalam mendapatkan puting susu ibu. Faktor keberhasilan lainnya yang ditemukan dalam penelitian tersebut yaitu keadaan ibu. Keadaan ibu yang baik membantu dalam proses Inisiasi Menyusui Dini. Dari hasil penelitian keadaan ibu dalam keadaan baik, meskipun masih dalam kondisi yang lemah setelah melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Usman pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa faktor pendukung dalam keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini adalah perilaku ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan dalam melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini dapat melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini dengan baik. Sebagaimana wawancara yang dilakukan peneliti terhadap ibu didapatkan hasil sebagai berikut:...setahu saya IMD itu adalah Bayi yang langsung menyusu kepada ibunya ketika baru lahir... (R,40th)... Menurut saya IMD itu adalah bayi diletakkan diatas perut ibu dan bayi berusaha untuk menyusu, sama seperti yang dilakukan anak saya sebelumnya ketika lahir... (A,35th)...Bayi yang menyusu untuk pertama kalinya pada saat baru lahir... (RN,33th)...Bayi yang berusaha sendiri untuk menghisap puting susu ibunya... (Y,32th) 32

42 ...Inisiasi menyusui Dini itu adalah Bayi menyusu untuk pertama kalinya beberapa saat setelah lahir... (D,30th) Sementara itu ada juga responden yang tidak mengetahui apa itu Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dikarenakan ini merupakan kelahiran pertama yang dialaminya dan dari pihak keluarga sebelumnya pun tidak pernah melakukan Inisiasi Menyusui Dini...Saya baru tahu ada istilah Inisiasi Menyusui Dini, setahu saya setelah bayi lahir langsung dimandikan, ternyata diletakkan diatas perut ibu dalam posisi telungkup untuk mencari puting susu... (N,22th)...Saya tidak tahu apa itu Inisiasi Menyusui Dini... (R,23th) Komponen pernyataan lain yang berkenaan dengan hal-hal yang ibu lakukan demi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini didapatkan hasil bahwa dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) para informan hanya diam saja sambil memeluk bayinya dan melihat setiap gerakan yang dilakukan oleh bayi. Hal ini sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Maryunani yang menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini adalah keadaan ibu. Seorang ibu yang lelah setelah melahirkan dan memeluk bayinya setelah lahir menyebabkan keluarnya hormon oksitosin. Hormon oksitosin yang keluar saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. Menurut asumsi peneliti keadaan ibu memang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini karena dengan kondisi ibu yang baik dan adanya pengetahuan yang baik 33

43 mengenai Inisiasi Menyusui Dini juga menjadi faktor pendukung Inisiasi Menyusui Dini. Ibu menjadi fokus dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Faktor lain yang juga menghambat keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini pada responden yaitu puting susu yang terbenam dan kolostrum yang tidak keluar, sehingga bayi sulit untuk mencapai puting susu ibunya apalagi untuk menghisapnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyono pada tahun Kolostrum adalah susu awal yang diproduksi oleh ibu yang baru melahirkan yakni dihasilkan dalam waktu 24 jam pertama setelah melahirkan. Penelitian inipun sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Maryunani yaitu faktor yang menghambat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang salah satunya adalah kolostrum. Dimana kolostrum merupakan makanan pertama bagi bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang terdapat di dalam kolostrum yang mana bau dari kolostrum tersebut akan menuntun bayi untuk mencapai puting susu. Kolostrum sangat kaya akan anntibodi dan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini, karena bau yang dihasilkan oleh kolostrum tersebut sama dengan bau yang ada pada telapak tangan bayi yang akan menuntunnya untuk mendapatkan puting susu ibu. Menurut asumsi peneliti Kolostrum dan puting susu memang sangat berperan dalam keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini. Karena apabila puting susu tidak keluar maka bayi akan sulit untuk menghisap puting susu ibu. Ditambah lagi kolostrum yang tidak keluar memperlambat proses keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini. Dalam peranannya sebagai tenaga kesehatan bidan dikenal sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan 34

44 dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan nasehat selama kehamilan, periode persalinan dan postpartum, melakukan pertolongan persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan perawatan pada bayi yang baru lahir. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, promosi, persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya, memberikan pengobatan atau pertolongan dan melakukan tindakan darurat. Peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini Bidan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) hal ini terkait dengan komitmen pihak bidan untuk memberikan perhatian khusus terhadap perilaku Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini dapat dilihat melalui informasi yang terungkap mengenai kiatkiat yang dilakukan bidan dalam rangka mensukseskan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Bidan mengatakan bahwa hal yang dilakukannya antara lain: memberikan informasi kepada ibu terlebih dahulu mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD), informasi diberikan pada saat kunjungan Antenatal Care agar ibu dapat lebih mengerti dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu, memberikan suasana yang layak dan nyaman demi tercapainya Inisiasi Menyusui Dini (IMD), memfasilitasi ibu, membantu ibu mengambil posisi yang nyaman. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap bidan didapatkan kendala dalam Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang menyebabkan pelaksanaan IMD itu sendiri tidak maksimal seperti puting susu ibu yang terbenam dan kolostrum yang tidak keluar sehingga bayi susah sekali untuk mendapatkan dan 35

45 menghisap puting susu ibunya, sehingga bayi harus mendapat susu formula untuk menggantikan Air Susu Ibu (ASI). Menurut bidan IMD tidak susah untuk dilakukan dan tidak memerlukan biaya dan peralatan yang mahal, cukup dengan kain bersih yang digunakan untuk menutupi badan bayi agar tetap hangat pada saat di dekapkan didada ibunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa faktor pendorong yang terwujud dalam prilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari prilaku ibu, yaitu dalam hal ini ibu mau melaksanakan Inisiai Menyusui Dini karena sudah mempunyai pengetahuan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebelumnya (Usman,2011) Pada satu jam pertama bayi harus disusukan pada ibunya. Bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusu dan membiasakan menghisap puting susu dan mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI Kolostrum. Kolostrum adalah susu awal yang diproduksi oleh ibu yang baru melahirkan yakni dihasilkan dalam waktu 24 jam pertama setelah melahirkan. Kolostrum sangat kaya akan antibodi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian kolostrum adalah tingkat pengetahuan ibu. Pada dasarnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) mempunyai manfaat yang sangat besar bagi ibu dan bayi. Dengan meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan yang benar, diharapkan ibu-ibu yang baru melahirkan dengan segera melaksanakan IMD pada bayinya (Fikawati,2003) 36

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi 2014

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi 2014 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi 2014 1,* Evi Susanti, 2 Yeltra Armi 1,2 STIKes Prima Nusantara Bukittinggi *e-mail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH, PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu yang terbaik tidaklah harus mahal, tapi ASI merupakan sesuatu yang terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan (WHO, 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. tindakan IMD

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini yaitu proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orangtua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013, digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PASCA MELAHIRKAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RSUD UJUNGBERUNG BANDUNG

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PASCA MELAHIRKAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RSUD UJUNGBERUNG BANDUNG ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PASCA MELAHIRKAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RSUD UJUNGBERUNG BANDUNG Hanna Enita, 2013 Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Lebih terperinci

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA C. Defenisi Peran Suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul : Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Medan tahun 2011.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka kematian neonatal yang mencapai 40% dari angka kematian anak umur bawah lima tahun (balita) belum dapat diturunkan. Diperkirakan 4 juta bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan WHO/UNICEF menyatakan 60 % kematian balita berkaitan dengan keadaan kurang gizi, 2/3 dari kematian tersebut berkaitan dengan praktik pemberian makan yang kurang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization ( WHO ), cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara ekslusif sejak lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu (Yuliarti, 2010). Laktasi mencakup dua periode penting yaitu periode memproduksi ASI dan mengeluarkan ASI (PERINASIA,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Meilinah Hidayat, Dr., dr., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing II : Meilinah Hidayat, Dr., dr., M.Kes. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP METODE INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG 2011 Siuliyanty, 2011 Pembimbing I : Dani,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG

GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG Riska Marlin Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Palembang E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) dari negara tersebut. AKB menggambarkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan produk yang istimewa dan sangat spesifik, tak satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI mengandung cairan nutrisi yang

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,2008). Ketika bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan memberikan sebuah kontribusi baru bagi dunia kesehatan dan semakin berkembangnya pengetahuan dalam dunia kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hingga saat ini angka kematian neonatus di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik menyatakan bahwa Neonatal Mortality

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Defenisi Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui segera setelah lahir dengan mencari sendiri

Lebih terperinci

Novita Rany, Sri Desfita, Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru

Novita Rany, Sri Desfita, Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Bersalin Dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru The Successful Implementation of Early Suckling Initiation In Taman Sari Clinical Centre Pekanbaru

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

Sugiarti dan Vera Talumepa

Sugiarti dan Vera Talumepa GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISIASI MENYUSU DINI BERDASARKAN KARAKTERISTIK BIDAN DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2008 Sugiarti dan Vera Talumepa ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusui Dini 2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada kehidupan pertama bayi, karena colostrum mengandung Zat kekebalan tubuh terutama immunoglobulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 OLEH ELHANOUM BERUTU NIM:

PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 OLEH ELHANOUM BERUTU NIM: PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat melanjutkan pembangunan nasional unyuk menuju

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MULTIPARA TERHADAP METODE INISIASI MENYUSUI DINI DI RSKIA X KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MULTIPARA TERHADAP METODE INISIASI MENYUSUI DINI DI RSKIA X KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MULTIPARA TERHADAP METODE INISIASI MENYUSUI DINI DI RSKIA X KOTA BANDUNG Fujiyanto, 2012 Pembimbing I : Dani, dr., M.Kes Pembimbing II : Wenny Waty, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat waktu lahir, tubuh bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi-periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung

Lebih terperinci

PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN

PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN PROSES KELAHIRAN NORMAL Proses Kelahiran bayi kami harap dapat dilakukan sealami mungkin. Apabila dibutuhkan Induksi, Pengguntingan, Vakum,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU BERSALIN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU BERSALIN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU BERSALIN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI Ita Susanti, Nurasnah Sitohang, Farida Linda Sari Siregar Universitas Sumatera Utara E-mail : itasusanti50@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3. Lampiran 1 Kode Responden : Tanggal Pengisian Kuesioner : Petunjuk Pengisian Kuesioner : Berilah tanda silang (x) hanya pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan kenyataan yang dimiliki pada setiap

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu menurut WHO, adalah kematian wanita selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhir kehamilan terlepas dari berapa lama kehamilan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG Amalia Dinartiana Ni Luh Sumini *) *) Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR Ika Tristanti Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Email: ika.tristanti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu program Millennium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya derajat kesehatan yang serius, antara lain masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) yang

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

Mata Kuliah Askeb III (Nifas) No Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok/Sub Pokok Bahasan Waktu Sumber T P K Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat : Menjelaskan konsep dasar masa nifas. Pengertian masa nifas. tujuan masa nifas. peran dan

Lebih terperinci

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada umatnya melalui ibu yang menyusui bayinya dengan ASI (Irawati, 2007). ASI sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

PANDUAN RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI

PANDUAN RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI PANDUAN RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BAB I DEFINISI A. Pengertian 1. Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga

Lebih terperinci

INFORMASI SEPUTAR KESEHATAN BAYI BARU LAHIR

INFORMASI SEPUTAR KESEHATAN BAYI BARU LAHIR INFORMASI SEPUTAR KESEHATAN BAYI BARU LAHIR DIREKTORAT BINA KESEHATAN ANAK DEPARTEMEN KESEHATAN R I 2008 DAFTAR ISI Gambar Pesan No. Gambar Pesan No. Pemeriksaan kesehatan 1 selama hamil Kolostrum jangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Correlation Early Breastfeeding Initiation With The Rapidity Of Galactosis In Puerperium At BPS Firda

Lebih terperinci