BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,
|
|
- Budi Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013, didapatkan data sebagai berikut a. Karakteristik lokasi penelitian Lokasi penelitian ini adalah RSIA Amanah Ibu, rumah sakit ini bergerak dalam pelayanan khususnya pada kesehatan ibu dan anak. Saat ini RSIA Amanah Ibu berencana ikut berpatisipasi untuk mencapai MDG S yaitu untuk menurunkan angka kematian bayi. Salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. b. Karakteristik Umur Tabel 4.1 menunjukkan dari 57 subyek penelitian yang diteliti didapatkan hasil umur < 20 tahun sebanyak 3 orang ( 3,5%), 18 orang berusia tahun ( 31,5%), 20 orang berusia tahun ( 35%), 12 orang berusia tahun ( 21,3%), 5 orang berusia > 35 tahun (8,7%).
2 digilib.uns.ac.id 50 Klasifikasi Umur Jumlah % < 20 tahun 3 3, tahun 18 31, tahun ,3 >35 5 8,7 Jumlah Tabel 4.1 : Distribusi umur c. Karakteristik Pendidikan Tabel 4.2 menunjukkan distribusi pendidikan responden. Responden dengan tingkat pendidikan SLTP/Sederajat12 orang (21,1%), tingkat pendidikan SLTA / Sederajat (59,6%), perguruan tinggi 11 orang (19,3%) Karakteristik pendidikan Jumlah % SLTP / Sederajat 12 21,1 SLTA / Sederajat Perguruan Tinggi 25 43,9 Jumlah Tabel 4.2 : distribusi pendidikan responden d. Karakteristik pekerjaan responden Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik pekerjaan responden. Bekerja sebagai wiraswasta sebanyak commit to 24 user orang (42,1%), bekerja sebagai ibu
3 digilib.uns.ac.id 51 rumah tangga sebanyak 28 orang ( 49,1%), bekerja sebagai PNS sebanyak 5 orang (8,8%) Karakteristik pekerjaan Jumlah % Wiraswasta 24 42,1 IRT 28 49,1 PNS 5 8,8 Jumlah Tabel 4.3 : distribusi pekerjaan responden 2. Hasil penelitian a. Hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dukungan suami tdk mendukung pelaksanaan IMD tdk melaksanakan melaksanakan Total 12 (54,5%) 10 (45,5%) 22( 100%) mendukung 8( 22,8%) 27( 77,2%) 35( 100%) Total % 65% 100% Tabel 4.4 : Dukungan suami terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini Tabel 4.4 menunjukan distribusi dukungan suami Dari uji di atas didapatkan nilai signifikansi sebesar (< 0.05). Karena lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
4 digilib.uns.ac.id 52 b. Hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini PELAKSANAAN IMD PERAN BIDAN TDK MELAKSANAKAN IMD MELAKSANAKAN IMD Total RENDAH 17( 85%) 3(15%) 20( 100%) TINGGI 8(21,6%) 29(78,4%) 37(100%) Total % 56% 100% Tabel 4.5 : hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini Tabel 4.5 menunjukan hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Didapatkan nilai signifikasi 0,00 (< 0.05). Karena lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. c. Hubungan dukungan suami dan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini Tabel 4.6: Distribusi Hubungan Dukungan Suami dan Peran Bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pelaksnaan IMD Total Tidak Melaksanakan Melaksanakan IMD IMd Suami Mendukung Peran bidan tinggi Peran bidan rendah Suami tidak mendukung Peran bidan tinggi Peran bidan rendah 9(39%) 8(67%) 6(42,8%) 3(37,5%) 14(61%) 4(33%) 8(57,2%) 5(62,5%) 23(100%) 12(100%) 14(100%) 8(100%)
5 digilib.uns.ac.id 53 Hubungan dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisisasi menyusu dini ditentukan dengan uji regresi logistik. Variabel Independen CI 95% Batas atas Batas bawah Odd Ratio P Dukungan 12, ,087 0,15 suami Peran Bidan ,005 0,00 N = 57 Tabel 4.7 : uji regresi logistic hubungan dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisisasi menyusu dini Hasil uji regresi logistic munjukkan nilai OR (exp B) secara berturut turut 0,085 dan 0,005. Variabel dukungan suami (X1) dan peran bidan (X2) dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Y) menunjukan hasil bahwa dukungan suami dan peran bidan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. B. PEMBAHASAN 1. Dukungan suami terhadap inisiasi menyusu dini. Dari penelitian yang dilakukan di RSIA AMANAH IBU Surakarta dari tanggal November 2013 didapatkan 57 responden. Responden yang mendapat dukungan suami untuk melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 35 responden (61,4%), sedangakan responden yang tidak mendapat dukungan suami sebanyak 22 responden (38,6%). Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta
6 digilib.uns.ac.id 54 mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Idris, 2011) Dukungan suami merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan menyusui ( Arianti, 2010 ). Dukungan suami dalam proses menyusui tidak hanya memberikan sentuhan lembut pada sang ibu, peran suami lainya juga sangat penting utamanya dalam mendukung ibu selama memberikan ASI. Menurut Fatimah (2009), dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan dari keluarga yang tidak bisa diremehkan, karena akan memberikan efek yang positif bagi ibu menyusui. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Devi ( 2011) dimana dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada hubungan yang significan antara dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami atau yang di kenal dengan supporting father. Termasuk dukungan suami pada ibu post partum dalam melaksanakan inisiasi menyusui dini. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh familly health research ( 2009 ) menyatakan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan yaitu mendapat dukungan suami cenderung mau untuk melakukan IMD, sedangkan pada kelompok kontrol lebih banyak tidak melakukan IMD. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian responden (suami) ikut berperan dalam keberhasilan ibu menyusui dini terutama dengan hadir dan
7 digilib.uns.ac.id 55 memberikan dukungan kepada ibu saat melahirkan dan membangun percaya diri ibu agar mau dan mampu menyusui. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Paramita (2008) bahwa seorang suami yang mampu memperlihatkan rasa sayang dan perhatian kepada ibu dan anak, dapat mengakibatkan seorang ibu merasa lebih nyaman dan menghasilkan ASI yang berlimpah, serta akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Sebaiknya ayah membantu menghangatkan bayi hingga ibu sadar dan siap melakukan IMD.Jika ibu tetap belum sadar maka pindahkanlah ibu dan bayi ke kamar rawat dengan tetap mempertahankan proses skin to skin contact. Setelah ibu sadar dan siap melakukan IMD, segera lakukan IMD tersebut (JNPK-KR, 2007 ; Indrawati et al, 2009). Tipe-tipe peran ayah meliputi perannya dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI dan pemberian makan bayi, keterlibatan ayah dalam pembuatan keputusan mengenai cara pemberian makan anak saat ini, pemilihan tempat untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan/imunisasi,dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan pengasuhan anak. Tipe peran ini adalah peran yang paling umum dilakukan ayah (Febrihartanti,2010) Keterlibatan ayah dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI diketahui sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap praktek inisiasi menyusui segera. Sedangkan keterlibatan ayah dalam pembuatan
8 digilib.uns.ac.id 56 keputusan mengenai cara pemberian makan anak saat ini serta adanya sikap yang positif terhadap kehidupan pernikahannya adalah dua faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif. Namun, sangat disayangkan bahwa partisipasi ayah selama kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan ditemukan sebagai faktor yang tidak mendukung praktek pemberian ASI. Secara umum, proporsi ayah yang memiliki semua peran yang mendukung adalah kurang dari setengah. Selain itu, proporsi ayah yang memiliki peran yang berpengaruh terhadap praktek pemberian ASI jauh lebih rendah lagi. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa responden dengan dukungan suami dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini berhasil melaksnakan inisiasi menyusu dini. Hal ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan inisiasi menyusui dini sangat memerlukan dukungan dari suami dimana dukungan tersebut yang paling dibutuhkan oleh ibu menyusui. Hal ini sesuai dengan pendapat Roesli (2008) bahwa kondisi emosi yang stabil menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami turut mendukung. Proses pemberian susu pada bayi melibatkan tiga hubungan insani. Ibu yang memberikan ASI, si anak yang diberikan dan suami sebagai penyeimbang hubungan. Namun pada kenyataannya, banyak kaum suami yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini dan cenderung menyerahkan segala urusan commit pemberian to user ASI anak pada ibunya saja. Serta
9 digilib.uns.ac.id 57 merasa tidak perlu ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan seorang suami dalam proses ini akan memberi motivasi ibu untuk menyusui. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimistis bisa menyusui, air susu pun akan berhamburan (Paramita,2008). Sedangkan pada responden dengan tidak mendukung, diantaranya tidak berhasil inisiasi menyusui dini pada bayi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa suami merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui karena dukungan suami akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Masih banyak suami yang berpendapat salah dimana menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap bahwa cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui oleh karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu (Roesli, 2008). Jenis dari dukungan termasuk memberi informasi, emosi dan memberi pertolongan. Dukungan informasi termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat menyusui bayinya.
10 digilib.uns.ac.id 58 Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Roesli bahwa dalam tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum, dianjurkan untuk suami mendampingi ibu saat persalinan. 2. Peran bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini Dari penelitian yang dilakukan di RSIA AMANAH IBU Surakarta dari tanggal November 2013 didapatkan 57 responden. Responden yang menyatakan bidan turut berperan tinggi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebanyak 37 responden (64,9%). Sedangkan responden yang menyatakan ada keterlibatan bidan akan tetapi rendah sebanyak 20 responden ( 35,1%). Apabila berbicara mengenai pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif, akan banyak sekali faktor yang berperan -yang mendukung atau menghambat- termasuk di dalamnya adalah ibu yang melahirkan bayinya. Seorang ibu, dalam hal ini adalah 'sasaran' yang akan atau tidak akan melaksanakan program IMD dan ASI Eksklusif tersebut (Idris,2011). Menurut penelitian Roslina (2010) variabel yang berpengaruh dalam pelaksanaan IMD adalah adanya peran tenaga kesehatan. Peran tersebut antara lain adalah memberi informasi tentang IMD, meningkatkan rasa percya diri, dan memberi dukungan. Pada penelitian lain disebutkan tidak ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan IMD. Sebagian besar bidan sudah melaksanakan IMD dengan baik, namun masih ada beberapa bidan yang belum mempraktikkan IMD dengan baik.
11 digilib.uns.ac.id 59 Praktik IMD yang dilakukan oleh bidan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan bidan tentang IMD (Niswah, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Niswah (2010) didapatkan hasil bahwa dari 45 responden didapatkan hasil sebanyak 28 bidan (62%) mempunyai sikap positif atau mendukung terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sikap yang positif terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berarti bahwa bidan sudah memiliki reaksi atau respon yang mendukung namun belum dinyatakan dalam suatu tindakan. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Peran bidan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD. Peran bidan antara lain pada saat sebelum melahirkan atau kehamilan memberikan informasi tentang IMD. Sedangkan pada saat memasuki masa persalinan bidan membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu bersalin dengan memberi kepercayaan bahwa ibu bisa melakukan IMD (JNPK-KR, 2007). Berbagai hambatan terhadap pelaksanaan IMD pada ibu melahirkan adalahrendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar serta kurangnya pelayanan konseling
12 digilib.uns.ac.id 60 laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan, disamping berbagai faktor lainnya (Idris et al,2010). Dalam peneilitian tentang peran faktor perilaku dalam IMD (Idris et al, 2010) didapati bahwa, pengetahuan ibu mengenai manfaat kolostrum termasuk faktor pendukung pelaksnaan IMD. Akan tetapi komponen pengetahuan yang lain seperti manfaat, frekuensi dan cara menyusui yang benar serta pengetahuan tentang IMD itu sendiri, tidak berperan terhadap praktek inisiasi menyusu dini. Hal ini terlihat dari respon yang menunjukkan bahwa baik ibu IMD maupun ibu bukan IMD tidak mempunyai pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini. Ibu IMD ketika melakukannya untuk pertama kali tidak berdasarkan pada pengetahuannya, melainkan semata-mata karena kepercayaannya kepada petugas penolong persalinan. Jadi, dalam peneilitian di atas menunjukkan bahwa, meskipun tanpa adanya pengetahuan sebelumnya mengenai IMD itu sendiri, seorang responden atau ibu melahirkan akan mau melaksanakan IMD apabila petugas kesehatan -dalam hal ini bidan, menganjurkan untuk melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, tingkat kepatuhan terhadap petugas kesehatan merupakan faktor pendukung terlaksananya IMD oleh ibu melahirkan 3. Hubungan dukungan suami dan peran bidan terhadap pelaksanaan IMD Pelaksanaan IMD adalah hasil interaksi antara pengetahuan dan sikap ibu hamil mengenai IMD dengan commit berbagai to user faktor lain, yang berupa respons
13 digilib.uns.ac.id 61 / tindakan. Hal ini terjadi akibat paparan informasi mengenai IMD yang diterima oleh ibu tersebut pengetahuan dan sikap ibu mengenai IMD termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu faktor yang berasal dari dalam ibu tersebut. Agar pengetahuan dan sikap ibu dapat direalisasikan dalam bentuk tindakan perlu adanya faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor pendukung adalah faktor yang berupa lingkungan fisik yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup ketrampilan dan sumber daya seperti sarana kesehatan dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pendorong adalah faktor yang dapat menguatkan kemungkinan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup dukungan dari petugas kesehatan dan anggota keluarga terdekat ( Indrawati et al, 2009 ; Aprilia 2009 ). Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD di Indonesia belum terlaksana secara optimal (Virarisca et al, 2010). Pemberian ASI secara dini adalah salah satu intervensi yang dapat secara signifikan mengurangi angka kematian bayi. ASI yang diproduksi selama hari-hari pertama kelahiran, mengandung kolustrum yang dapat melindungi bayi dari penyakit( Fika&Syafiq, 2009) Namun, di Indonesia hanya 44% yang mendapat ASI 1 jam pertama setelah lahir dan hanya 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir. Hal ini juga menunjukkan bahwa IMD belum terlaksana dengan baik. (Fika&Syafiq, 2009)
14 digilib.uns.ac.id 62 Salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau inisiasi menyusu dini. Idealnya proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya menit setelah melahirkan. Ada 2 alasan mengapa menyusui perlu dilakukan sesegera mungkin dalam waktu setengah jam setelah pesalinan. Yang pertama penghisapan oleh bayi paling kuat dilakukan dalam waktu setengah jam setelah lahir. Isapan bayi pada putting akan merangsang hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Kerja hormon tersebut akan membuat kolostrum lebih cepat keluar. Yang kedua, baik ibu maupun bayi siaga setelah persalinan. Tatalaksana inisiasi menyusu dini yang dianjurkan adalah Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya kecuali kedua tangannya, lemak putih (verniks) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan. Lalu tali pusat dipotong dan diikat, bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu, posisi kontak kulit dipertahankan minimum 1 jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi. Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin K dan tetes mata bayi ditunda (Roesli, 2008 : Aris,2009)
15 digilib.uns.ac.id 63 Dari penelitian yang dilakukan pada tanggal November dididapatkan 57 responden. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir setidaknya satu jam bahkan lebih hingga bayi berhasil menyusu sendiri (Roesli, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang mendapat dukungan suami untuk melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 35 responden (61,4%), sedangakan responden yang tidak mendapat dukungan suami sebanyak 22 responden (38,6%). Responden yang menyatakan bidan turut berperan tinggi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebanyak 37 responden (64,9%). Sedangkan responden yang menyatakan ada keterlibatan bidan akan tetapi rendah sebanyak 20 responden ( 35,1%). Hal ini memberikan gambaran bahwa tempat ibu bersalin yang dipilih oleh responden pada dasarnya telah menerapkan program inisiasi menyusui dini. Namun karena masih ada responden yang tidak mendukung maka program tersebut tidak sepenuhnya berhasil diterapkan pada semua ibu bersalin. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui dini diantaranya adalah faktor biomedik atau kondisi dari ibu dan bayi sendiri, tenaga kesehatan sebagai pemberi informasi dan pelayanan, serta faktor psikologi ibu dimana ibu membutuhkan kondisi yang nyaman untuk
16 digilib.uns.ac.id 64 menghasilkan ASI yang dapat diperoleh dari dukungan suami saat menyusui. Dari hasil sebuah studi juga menyebutkan bahwa untuk dapat membantu ibu mempraktekkan inisiasi menyusui segera setelah bayi dilahirkan, suami harus memberikan suatu tindakan dukungan tertentu yang sangat spesifik dalam periode waktu yang sangat singkat. Namun sayangnya, sebagian besar suami tidak mengetahui peran mereka pada periode tersebut.keberadaan mereka di dalam ruang bersalin sebagian besar karena ingin memberikan dukungan emosional kepada ibu atau karena mereka ingin ada secara fisik sehingga dapat memberikan persetujuannya sewaktu-waktu jika pada persalinan tersebut diperlukan tindakan lebih jauh oleh penolong persalinan (Februhartanty, 2008). Petugas kesehatan dalam IMD sangat penting karena ibu membutuhkan bantuan dan fasilitasi dari petugas kesehatan untuk dapat melakukan IMD. Petugas kesehatan yang memiliki sifat positif terhadap pelaksanaan IMD seperti memberikan informasi tentang pentingnya IMD, senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, dan membantu pelaksanaan IMD akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyukseskan pelaksanaan IMD. Dukungan ini sebaiknya dilakukan baik pada saat prenatal ataupun post natal karena hal ini diyakini secara efektif dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD dan meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif. Namun sering petugas kesehatan tidak memfasilitasi ibu untuk melaksanakan IMD, hal ini karena
17 digilib.uns.ac.id 65 kurangnya informasi pada petugas kesehatan. Untuk itu penyuluhan terhadap petugas kesehatan harus dilakukan ( Roesli, 2008; Virarisca et al, 2010;. Haider et al, 2010). Selain dukungan tenaga kesehatan, Dukungan anggota keluarga pun sangat penting, terutama dukungan suami akan menciptakan lingkungan yang kondusif yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam melaksanakan IMD ( faswita, 2010 ;Shams, 2011) Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang significan antara dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan dari keluarga yang tidak bisa diremehkan, karena akan memberikan efek yang positif bagi ibu menyusui. Bidan juga berperan dalam pelaksnaan inisiasi menyusu dini. Peran tersebut antara lain adalah memberi informasi tentang IMD, meningkatkan rasa percya diri, dan memberi dukungan. C. Keterbatasan Penelitian Upaya maksimal telah dilakukan peneliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan ideal, namun keterbatasan - keterbatasan masih ada dalam penelitian ini seperti sebagai berikut: 1. Penelitian tentang pelaksanaan IMD hanya dibatasi dari segi dukungan suami dan peran bidan saja dikarenakan adanya keterbatasan waktu, biaya serta tenaga peneliti sehingga diharapkan nantinya penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi peneliti lain.
18 digilib.uns.ac.id Jumlah sampel dalam penelitian ini tidak terlalu besar sehingga belum dapat mendeteksi adanya faktor faktor lain yang mendukung pelaksanaan IMD. 3. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner tertutup, yang dapat menyebabkan terjadinya bias, misalnya dikarenakan responden yang tidak jujur, asal menjawab, terpengaruh responden lain, tidak bisa menangkap informasi dengan jelas.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan
Lebih terperinciPEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,
PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul : Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Medan tahun 2011.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bayi dengan ibunya, setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir (Roesli,2011).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protokol evidence based yang baru telah di perbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat
Lebih terperinciHUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Aris Puji Utami STIKES NU Tuban PRODI DIII Kebidanan ABSTRAK ASI adalah satu-satunya makanan yang paling
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011
HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG Amalia Dinartiana Ni Luh Sumini *) *) Akademi Kebidanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita
BAB II TINJAUAN PUSTAKA C. Defenisi Peran Suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,2008). Ketika bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang
Lebih terperinciPetunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.
Lampiran 1 Kode Responden : Tanggal Pengisian Kuesioner : Petunjuk Pengisian Kuesioner : Berilah tanda silang (x) hanya pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan kenyataan yang dimiliki pada setiap
Lebih terperinciPELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM
PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai
Lebih terperinciBab 7. Peran Bidan, Keluarga, dan Produsen Susu Formula dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Peran Bidan
Bab 7 Peran Bidan, Keluarga, dan Produsen Susu Formula dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Peran Bidan Peran Bidan dalam Praktik IMD Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Correlation Early Breastfeeding Initiation With The Rapidity Of Galactosis In Puerperium At BPS Firda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan mortalitas bayi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. tindakan IMD
Lebih terperinciGambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis
Lebih terperinciKEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali
KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR Tri Anasari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto ABSTRAK Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini yaitu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia memang mengalami kemajuan yang cukup bermakna, namun demikian tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan
Lebih terperinciLEMBAR KESEDIAN dalam PENELITIAN
LEMBAR KESEDIAN dalam PENELITIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: No : Alamat : No Hp : Bersedia untuk di wawancarai sehubungan dengan penelitian oleh peneliti yang bernama Dianti Zendita Putri Perbedaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak
BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Puskesmas Sibela merupakan Puskesmas
Lebih terperinciKuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN
LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu yang terbaik tidaklah harus mahal, tapi ASI merupakan sesuatu yang terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI merupakan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu
Lebih terperinciPELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN Endah Purwaningsih 1), Rena Triandriyani 2) Abstrak : Inisiasi Menyusu Dini akan mencegah
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden : Petunjuk pengisian : Isilah titik-titik pada tempat yang tersedia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan terbaik untuk bayi merupakan pemberian Tuhan yang tidak dapat ditiru oleh para ahli makanan dimanapun. ASI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ibu mengalami
Lebih terperinciPERAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI Ni Gusti Kompiang Sriasih 1, Ni Nyoman Suindri 2, Ni Wayan Ariyani 3
PERAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI Ni Gusti Kompiang Sriasih 1, Ni Nyoman Suindri 2, Ni Wayan Ariyani 3 Abstract. Early initiation of breastfeeding is the effort of learning to
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap
Lebih terperinciUmur : tahun Pendidikan: 1. SD Pekerjaan: 1. IRT tahun 2.SMP 2.PNS tahun
MASTER DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN KELOMPOK INTERVENSI KELOMPOK KONTROL Nomor Umur Pendidikan Pekerjaan Nomor Umur Pendidikan Pekerjaan 1 2 2 1 1 3 3 1 2 2 3 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3 2 3 3 4 3 5 3 4 3 3 1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Defenisi Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui segera setelah lahir dengan mencari sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Menurut World Health Organization (WHO) cara pemberian makanan pada bayi yaitu menyusui secara eksklusif sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB di New York pada bulan September 2000 dihadiri oleh 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia menghasilkan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Modal utama dalam pembangunan kesehatan adalah sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk meningkatan SDM pada seluruh kelompok
Lebih terperinciASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS
ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indeks kesehatan merupakan indikator penilaian dan komponen pertama dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di samping bidang pendidikan dan daya beli masyarakat. Indikator
Lebih terperinciPERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK
PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK Latar Belakang Menyusui adalah suatu proses alamiah. Anak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusui Dini 2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan bentuk makanan ideal bagi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan karena ASI menyediakan zat-zat gizi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin
2.1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan produk yang istimewa dan sangat spesifik, tak satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI mengandung cairan nutrisi yang
Lebih terperinciKesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Lokasi Penelitian Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping I beralamat didusun Delingsari,desa Ambarketawang, kecamatan Gamping
Lebih terperinciJADWAL TENTATIF PENELITIAN Septem ber 2015
Lampiran N o 3 4 5 6 7 8 9 0 3 4 5 AktivitasPe nelitian JADWAL TENTATIF PENELITIAN Septem ber 05 Oktober 05 November 05 Desemb er 05 Januari 06 Februari 06 MingguKe- 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 Pengajuanj
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka kesehatan ibu dan anak, masalah kematian ibu dan anak masih menjadi masalah besar dibeberapa negara berkembang.
Lebih terperinciINISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI
INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka
Lebih terperinciKepada Yth : Rekan rekan Perawat Bayi/VK. Di RS Budi Lestari Bekasi
Kepada Yth : Rekan rekan Perawat Bayi/VK Di RS Budi Lestari Bekasi Sehubungan untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit dan untuk mengembangkan pola Inisiasi Menyusui Dini pada bayi baru lahir diruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya derajat kesehatan yang serius, antara lain masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) yang
Lebih terperinci2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan lain, kecuali vitamin, mineral,
Lebih terperinciDaftar Pustaka : 44 ( ) Kata Kunci : Perilaku Bidan, Inisiasi Menyusu Dini
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT Ernita Ruslaini Caniago: E-mail: chan.erni800@gmail.com ABSTRAK Angka Kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Susy Tyas Widayati 1, Rizka Fatmawati 2 1 D III Kebidanan 2 D III Kebidanan susytyaswidayati@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orangtua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan
Lebih terperinci121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------- Volume VIII Nomor 3, Juli 207 EFEKTIFITAS PARENT EDUCATION DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN PRIMIGRAVIDA TENTANG ASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization ( WHO ), cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara ekslusif sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan
Lebih terperinciKata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif
HUBUNGAN SIKAP IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M. THAHA KABUPATEN BENGKULU SELATAN Harlen Yunita Akademi Kebidanan Manna Abstrak: ASI eksklusif merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan WHO/UNICEF menyatakan 60 % kematian balita berkaitan dengan keadaan kurang gizi, 2/3 dari kematian tersebut berkaitan dengan praktik pemberian makan yang kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan (WHO, 2001
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang gencar dianjurkan oleh pemerintah.
Lebih terperinciNovita Rany, Sri Desfita, Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru
Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Bersalin Dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru The Successful Implementation of Early Suckling Initiation In Taman Sari Clinical Centre Pekanbaru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seseorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan
Lebih terperinciHubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou Manado Kontu Lusje 1, Jenny Mandan 2, Kusmiyati 3 1,2,3. Jurusan Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki semua zat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. ASI mengandung antibodi yang
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Defenisi Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG Ferawati 1), Anggorowati 2) 1 PSIK, STIKES Widya Husada 2 Jurusan Keperawatan FK, UNDIP email: aangham@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR
PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR Ika Tristanti Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Email: ika.tristanti@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
Lebih terperinciPengantar Kuesioner Penelitian. Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja
Pengantar Kuesioner Penelitian Sehubungan dengan Karya Tulis Ilmiah yang saya lakukan dengan judul Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Timur Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan perjuangan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 berada pada angka 26 kematian per 1.000 kelahiran
Lebih terperinci