BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kelompok I: Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Konsentrasi 0,25%)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kelompok I: Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Konsentrasi 0,25%)"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kelompok I: Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Konsentrasi 0,25%) Demineralisasi gigi (kehilangan kalsium dan fosfat) Kelompok II: Gel CPP-ACP ( Casein Phosphopeptide- Amorphous Calcium Phosphate) Remineralisasi gigi Kelompok III : Gel CPP- ACP ( Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate) dengan Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa karies gigi dapat disebabkan oleh kehilangan unsur kalsium dan fosfat dari gigi. Pemberian CCP dianggap memiliki bioavailabilitas kalsium yang tinggi dan memiliki kemampuan dalam menstabilkan kalsium dan fosfat serta mengikat plak pada permukaan gigi. Hal ini dikarenakan ikatan CPP yang mampu menjaga kalsium dan fosfat pada saliva tetap dalam keadaan amorf non-kristalin yang artinya stabil, kemudian ion kalsium

2 dan fosfat dapat dengan mudah beradhesi ke gigi sehingga terbukti mengurangi resiko demineralisasi dan membantu proses remineralisasi gigi (Featherstone., 2000). Ekstrak buah belimbing wuluh yang kaya akan mineral kalsium dan fosfat diharapkan bersamaan dengan saliva, kalsium dan fosfat akan menambah komponen yang hilang ketika terjadi proses demineralisasi. 3.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa penelitian ini adalah: 1. Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) yang mempunyai ph 4,7 dapat meningkatkan remineralisasi, hal ini disebabkan karena kandungan asam laktat yang terdapat dalam buah belimbing wuluh mempunyai kemampuan untuk mengikat ion kalsium sehingga proses remineralisasi akan terjadi. 2. Adanya perbedaan dalam remineralisasi yang ditambahkan ekstrak buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan CPP-ACP. 3. Kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) ditambah dengan CPP-ACP akan lebih mampu menahan mineral kalsium (Ca) dan fosfat (P) di dalam gigi.

3 BAB 4 METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang untuk melihat efek penambahan gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap remineralisasi gigi dan penambahan kombinasi dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh dan CPP-ACP terhadap remineralisasi gigi. Pada penelitian ini ditetapkan empat kelompok perlakuan yang masing-masing adalah gigi molar diaplikasi dengan ekstrak gel buah belimbing wuluh, gel CPP-ACP, kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan CPP-ACP, dan kelompok tanpa aplikasi, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat uji SEM dan EDX. 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Rancangan Penelitian : Post test only control group design. Jenis Penelitian : Eksperimental laboratorium. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian: 1. Departemen Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi USU. 2. Laboratorium pusat penelitian Farmasi USU. 3. Laboratorium pusat penelitian FMIPA USU. 4. Pusat Penelitian Metalurgi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Waktu Penelitian. Waktu penelitian adalah 6 (enam) bulan.

4 4.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah mengunakan limbah gigi molar yang baru diekstraksi, dengan kriteria: Mahkota gigi utuh, tidak ada lesi karies, tidak ada lesi non karies, tidak ada fraktur, belum pernah direstorasi, kemudian dilakukan preparasi dengan cara yaitu akar gigi di potong dari mahkota gigi, dan mahkota gigi dibagi menjadi empat bahagian Besar Sampel Penelitian eksperimen dengan rancangan acak kelompok, berdasarkan jumlah minimal yang ditetapkan rumus Federer, 1955 (Supranto., 2000). Secara sederhana dirumuskan: (t-1) (r-1) 15.. (4-1) (r-1) 15 r 6. Keterangan : t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah sampel. Hasil perhitungan di atas diperoleh r 6 artinya besar sampel untuk tiap kelompok 6. Namun untuk menghindari terjadinya kesalahan saat penelitian berlangsung, maka besar sampel digenapkan menjadi 8. Sehingga total sampel untuk keempat kelompok perlakuan adalah 32 sampel. Pada penelitian ini akan dibagi ke dalam 4 kelompok sampel, yaitu : 1. Kelompok I : (Kelompok bahan uji) diberikan larutan demineralisasi dan diberi gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). 2. Kelompok II : (Kelompok kontrol positif) diberi larutan demineralisasi kemudian diberikan gel CPP-ACP.

5 3. Kelompok III : (Kelompok bahan uji) diberi larutan demineralisasi dan diberikan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan gel CPP-ACP. 4. Kelompok IV: (Kelompok kontrol negatif) diberi larutan demineralisasi dan tanpa aplikasi bahan coba. 4.4 Variabel Penelitian, Identifikasi Variabel Penelitian, dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Bebas a. Ekstrak gel buah belimbing wuluh. b. Gel CPP-ACP. c. Kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh dengan gel CPP-ACP Variabel Terikat a. Jumlah unsur Kalsium (Ca) dan fosfat (P) dalam gigi. b. Mikrostruktur permukaan enamel Variabel Terkendali a. Jumlah sampel b. Sampel gigi yang digunakan (gigi molar) c. Perendaman gigi dalam saliva buatan ph 6,8 sebelum dimulai perlakuan d. Suhu dan waktu saat perendaman simplisia buah belimbing wuluh. e. Suhu dan waktu penguapan ekstrak dengan rotaty evaporator. f. Larutan demineralisasi (pengenceran asam asetat dengan akuades hingga ph 4,0) g. Jenis dan bentuk mata bur h. Ketajaman mata bur (1 bur untuk 1 gigi) i. Besar ukuran sampel gigi (4x4 mm) j. Waktu aplikasi bahan remineralisasi (4 menit, ditipiskan dan dibiarkan 5 menit) k. Perbandingan berat gel ekstrak buah belimbing wuluh dan CPP-ACP (1:1) l. Cara pencampuran antara gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP

6 m. Sterilisasi alat, bahan coba dan media Variabel Tidak Terkendali a. Lingkungan (kondisi tanah dan iklim) tempat tumbuh belimbing wuluh. b. Jangka waktu pencabutan gigi molar sampai perlakuan c. Media penyimpanan gigi. d. Kelembapan udara pada saat penyimpanan bahan uji. e. Usia gigi

7 4.4.2 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas: a. CPP-ACP. b. Gel ekstrak buah belimbing wuluh. c. CPP-ACP ditambahkan ekstrak buah belimbing wuluh. Variabel Terikat: a. Jumlah unsur Kalsium (Ca) dan fosfat (P) dalam gigi. b. Mikrostruktur permukaan Variabel Terkendali: a. Jumlah sampel b. Sampel gigi yang digunakan (gigi molar) c. Perendaman gigi dalam saliva buatan ph 6,8 sebelum dimulai perlakuan d. Suhu dan waktu saat perendaman simplisia buah belimbing wuluh. e. Suhu dan waktu penguapan ekstrak dengan rotaty evaporator. f. Larutan demineralisasi (pengenceran asam asetat dengan aquadest hingga ph 4,0) g. Jenis dan bentuk mata bur h. Ketajaman mata bur (1 bur untuk 1 gigi) i. Besar ukuran sampel gigi (4x4 mm) j. Waktu aplikasi bahan remineralisasi (4 menit, ditipiskan dan dibiarkan 5 menit) k. Perbandingan berat gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP (1:1) l. Cara pencampuran antara ekstrak gel buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP m. Sterilisasi alat, bahan coba dan media Variabel Tidak Terkendali: a. Lingkungan (kondisi tanah dan iklim) tempat tumbuh belimbing wuluh. b. Jangka waktu pencabutan gigi molar sampai perlakuan c. Media penyimpanan gigi. d. Kelembapan udara pada saat penyimpanan bahan uji. e. Usia gigi f. Kandungan bahan lain dalam produk bahan remineralisasi komersil.

8 4.4.3 Definisi Operasiona Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur, dan alat ukur. Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur, dan alat ukur dari masing-masing variabel penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara, Hasil, dan Alat Ukur Variabel Bebas dan Tergantung Penelitian No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala Alat Ukur 1. Variabel bebas a. Gel ekstrak Bahan coba yang terdiri Sesuai aturan Nominal Timbangan buah Belimbing dari kandungan kalsium pembuatan (gram) wuluh. dan fosfor yang diperoleh dari ekstrak etanol buah belimbing wuluh. b.gel CPP-ACP Bahan remineralisasi yang Sesuai aturan Nominal Timbangan terdiri dari casein pabrik (gram) phosphopeptide (CPP ) yang berisi susunan multiphosphoseryl dengan kemampuan menstabilkan kalsium fosfat pada nanokomplek dalam larutan seperti amorphous calcium phosphate (ACP). c.gel CCP-ACP Gel CCP-ACP Perbandingan gel Nominal Timbangan + Gel ekstrak ditambahkan dengan gel (1:1) (gram)

9 buah belimbing ekstrak buah belimbing wuluh. wuluh Variabel terikat 2. a. Mikrostruktur Gambaran mikrostruktur Menggunakan Ordinal Scanning permukaan permukaan five point scoring Electron gigi pada setiap kelompok 0-1: Permukaan Microscope perlakuan mikrostruktur (SEM) halus. 2-3: Permukaan mikrostruktur sedang. 4-5: Permukaan mikrostruktur kasar. b. Jumlah kandungan unsur kalsium dan fosfor. Persen (%) berat unsur kalsium dan fosfor pada gigi tiap kelompok perlakuan Sesuai SOP alat Numerik Energy Dispersive X-ray Spectro photometry 4.5 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Alat Penelitian. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Masker (Multisafe mask) dan Sarung tangan (Everglove, USA) 2. Tissue (Nice) 3. Kamera digital (canon) 4. Kertas perkamen / kertas puyer

10 5. Blender (Sharp). 6. Kertas saring (Whatman, USA) 7. Alat-alat gelas laboratorium seperti : Cawan porselen (Pyrex USA), Cawan Petri (Pyrex USA), Tabung reaksi (Pyrex USA), Batang pengaduk (Pyrex USA), Labu Erlenmeyer (Pyrex USA), Botol fial (Pyrex USA), Gelas ukur (Pyrex USA),dll 8. Neraca analitik (Sartorius,Germany) 9. Rotary evaporator 10. Lemari pendingin (Sharp). 11. ph meter (Schott TM ) 12. Bais sebagai penahan gigi ketika melakukan pemotongan gigi 13. Micromotor dan Handpiece (Saeshin, Korea TM ) 14. Diamond disc (Dentorium International, USA ) 15. Pot dan pengaduk akrilik. 16. Pipa paralon berdiameter 1 cm 17. Pinset (Dentica TM ) 18. Semen spatel (Dentica TM ) 19. Kuas Aplikasi 20. Stopwatch (Digitimer, China) 21. Energy Dispersive X-ray Spectrophotometry (EDX) 22. Scanning Electrone Microscope (SEM) Bahan Penelitian Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Akuades 2. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). 3. CPP-ACP (Tooth Mousse-Recaldent TM ) 4. Etanol PA 96 %

11 5. Hidroksi propilmetil seluosa 6. Larutan demineralisasi (Asam asetat ph 4,0 ) 7. Metil paraben 8. Propilenglikol 9. Saliva buatan ph 6,8 10. Self curing acrylic untuk penanaman sampel Gambar 4.1 Alat dan Bahan Penelitian 4.6 Prosedur Penelitian Pembuatan Gel Ekstrak Buah Belimbing wuluh Buah belimbing wuluh yang telah dikumpulkan sebanyak 5 kg, didisortasi basah yaitu memisahkan buah belimbing wuluh dari kotoran atau bahan asing lainnya. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan dari kotoran yang melekat, ditiriskan dan diangin-anginkan, kemudian diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan dengan bantuan kipas angin, setelah setengah kering dimasukan ke dalam lemari pengering dengan suhu C sampai sampel kering yang ditandai

12 jika diremas rapuh. Simplisia yang diperoleh sebanyak 200 gram kemudian dihaluskan dengan blender. Serbuk simplisia yang diperoleh dimasukan ke dalam wadah tertutup kemudian ditambah 75 bahagian pelarut etanol, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering-sering diaduk, diserkai, diperas, ampas dicuci dengan pelarut etanol hingga diperoleh 100 bagian penyari, dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Disaring kemudian di pekatkan dengan rotary evaporator pada suhu C. Gambar 4.2: Proses pengeringan dalam lemari pengering Gambar 4.3: Simplisia buah belimbing wuluh yang sudah kering.

13 Gambar 4.4 : Proses perendaman Gambar 4.5: Proses penyaringan Gambar 4.6 : Proses Rotary evaporator Gambar 4.7 : Ekstrak buah belimbing wuluh yang sudah dipekatkan Pembuatan Formulasi Basis HPMC HPMC didispersikan dalam akuades yang telah dipanaskan hingga suhu 70 C di dalam lumpang, lalu digerus hingga terbentuk dispersi yang homogen. Pada basis gel ditambahkan propilenglikol dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan metil paraben yang telah dilarutkan dengan etanol kemudian digerus sampai homogen, gel yang diperoleh disimpan di dalan wadah tertutup.

14 Gambar 4.8 : Formulasi basis HPMC Pembuatan Gel Estrak Buah Belimbing Wuluh. Ekstrak buah belimbing wuluh di timbang dengan konsentrasi 0,1%, 0,25% dan 0,5% dari basis HPMC, kemudian masing-masing ekstrak etanol buah belimbing wuluh ditambah dengan basis gel dan digerus sampai homogen, kemudian dimasukan ke dalam wadah tertutup. Proses pembuatan ekstrak terlihat pada Gambar ( ). Gambar 4.9 : Proses penimbangan ekstrak Gambar 4.10 : Proses pengadukan ekstrak

15 4.6.4 Persiapan Sampel Gigi Gambar 4.11 : Ekstrak gel buah belimbing wuluh dengan konsentrasi 0,1%, 0,25%, 0.5%, Penelitian menggunakan gigi molar yang baru diekstraksi, dengan kriteria: tidak ada karies, tidak ada fraktur, belum pernah direstorasi, dan diperlukan sebanyak delapan gigi. Akar gigi dipisahkan dengan cara memotong menggunakan dics bur dengan semprotan air. Masing-masing mahkota gigi dibagi menjadi empat bahagian dalam arah mesio-distal dan buko-lingual sehingga akan diperoleh 32 potongan sampel gigi yang akan dibagi menjadi empat kelompok (Gambar 4.12 proses pemotongan sampel gigi) Sampel gigi kemudian ditanam ke dalam pipa paralon yang telah diisi dengan resin akrilik sehingga bahagian atas terlihat daerah bukal atau lingual dengan ukuran sekitar 4 4 mm, seperti terlihat pada Gambar 4.13

16 Gambar 4.12 :Proses pemotongan sampel Perlakuan dan Pengujian Sampel Sampel diberi nomor 1 s/d 32 dan dibagi secara acak menjadi 4 kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 8 sampel. Perlakuan untuk setiap kelompok adalah sebagai berikut: 1. Kelompok I: Gigi direndam dalam larutan demineralisasi selama 4 hari, kemudian diaplikasikan gel ekstrak buah belimbing wuluh 0,25% sebanyak 1 kali selama 4 menit, setelah rata dibiarkan 10 menit, dan diinkubasi dalam saliva buatan selama 7 hari. 2. Kelompok II: Gigi direndam dalam larutan demineralisasi selama 4 hari, kemudian diaplikasikan gel CPP-ACP sebanyak 1 kali selama 4 menit, setelah rata dibiarkan 10 menit, dan diinkubasi dalam saliva buatan selama 7 hari. 3. Kelompok III: Gigi direndam dalam larutan demineralisasi selama 4 hari, kemudian kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP 0,25%, dengan perbandingan 1:1 diaduk dan diaplikasikan sebanyak 1 kali selama 4 menit, setelah rata dibiarkan 10 menit, dan diinkubasi dalam saliva buatan selama 7 hari. Gambar 4.13 : Proses penanaman gigi dalam resin akrilik self cured. 4. Kelompok IV: Gigi direndam dalam larutan demineralisasi selama 4 hari, kemudian diinkubasi dalam saliva buatan selama hari 7 hari. Pada hari ke-8 dilakukan pengujian sampel dengan alat SEM dan EDX. Pengujian sampel dengan SEM bertujuan untuk mendapatkan gambaran mikrostruktur permukaan gigi, sedangkan pemeriksaan EDX bertujuan untuk mengetahui perbandingan % berat unsur Ca dan P pada setiap kelompok.

17 Gambar 4.14 : Proses perendaman gigi dalam larutan demineralisasi Gambar 4.15 :Proses aplikasi sampel kelompok I Gambar 4.16 : Proses aplikasi sampel kelompok II Gambar 4.17 : Proses aplikasi sampel kelompok III Gambar 4.18 : Proses aplikasi sampel kelompok IV

18 4.6.6 Prosedur Pengujian dengan SEM Prosedur pengujian dengan SEM adalah sebagai berikut: 1. Masing-masing kelompok dilakukan pengambilan gambaran mikrostruktur permukaan gigi. 2. Sampel dilapisi (coating). 3. Sampel diletakkan pada chamber yang vakum dan berada tepat ditengah-tengah chamber. 4. Ketinggian sampel harus sesuai dengan kalibrasi standard. 5. Kemudian alat dihidupkan dengan daya 20 kv. 6. Sampel digeser secara perlahan untuk mendapatkan daerah yang akan difoto pada layar SEM. 7. Brightness, contrast dan focus disesuaikan sampai didapatkan gambaran yang baik. 8. Pengambilan foto dilakukan dengan beberapa pembesaran Prosedur Pengujian Sampel dengan EDX yaitu: Prosedur pengujian sampel dengan EDX adalah sebagai berikut: 1. Ditentukan daerah yang akan dianalisa. 2. Pengambilan data dilakukan dengan pemindaian oleh scanner pada alat EDX dan data akan diperoleh dalam waktu 1 detik. 3. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada layar EDX. 4. Jenis dan jumlah elemen yang terdapat pada daerah pemindaian akan dikonfirmasi dengan menggunakan software.

19 Gambar 4.19 : Proses coating Gambar 4.20 : Prosedur pengujian sampel dengan SEM dan EDX 4.7 Analisis Statistik Data SEM dan EDX yang diperoleh dilakukan uji statistik menggunakan 3 uji statistik, yaitu : 1. Uji analisis Man-Whitney digunakan untuk melihat perbedaan yang signifikan diantara dua pengamat pada mikrostruktur permukaan setiap perlakuan. 2. Uji analisis Kruskal Wallis digunakan untuk melihat perbedaan yang signifikan diantara masing-masing kelompok perlakuan pada mikrostruktur permukaan Uji statistik analisa varians satu arah (ANOVA) untuk mengetahui perbedaan remineralisasi gigi pada masing-masing kelompok. Selanjutnya dilakukan uji Bonferroni untuk mengetahui perbedaan yang signifikan diantara unsur Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) pada permukaan diantara kelompok perlakuan.

20 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 dan pengujian sampel dilakukan pada bulan Februari 2016 setelah mendapatkan etical clerance dengan nomor: 15/KOMET/FK USU/2016 dari komisi etik Fakultas Kedokteran USU (Lampiran II, hal.74). Penelitian ini menggunakan sampel dari 8 gigi molar tiga yang telah diekstraksi, akar gigi dipotong dan mahkota gigi dibagi menjadi empat bahagian dalam arah mesio-distal dan bukal-lingual sehingga akan diperoleh 32 potongan sampel gigi yang akan dibagi menjadi empat kelompok yang berbeda. Gigi yang sudah dibagi dalam empat kelompok direndam dalam larutan demineralisasi selama empat hari, kelompok pertama diaplikasi dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh, kelompok kedua diaplikasi dengan gel CPP-ACP, kelompok ketiga diaplikasi dengan

21 kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP, dan kelompok keempat tanpa dilakukan aplikasi, kemudian masing-masing diinkubasi dalam saliva buatan diantara waktu sesi aplikasi gel. Pembuatan spesimen penelitian dilakukan di Laboratorium Departemen Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi USU. Pembuatan gel ekstrak buah belimbing wuluh dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Farmasi USU. Pembuatan larutan demineralisasi dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU sedangkan pengamatan menggunakan alat uji SEM dan EDX dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Metalurgi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pengujian sampel dengan SEM bertujuan untuk mengetahui perbandingan gambaran mikrostruktur permukaan secara kualitatif pada setiap kelompok, sedangkan pemeriksaan EDX bertujuan untuk mengetahui perbandingan % berat unsur Ca dan P permukaan secara kuantitatif pada setiap kelompok (Lampiran IV&V, hal.76). 5.1 Hasil SEM Mikrostruktur Permukaan Enamel yang Diaplkasi dengan Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh, Gel CPP-ACP, Kombinasi Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh dan Gel CPP-ACP, serta Gigi Tanpa Aplikasi. Hasil pengujian SEM terlihat mikrostruktur permukaan pada kelompok setelah aplikasi dengan ekstrak gel buah belimbing wuluh, gel CPP-ACP, kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP dan pada tanpa aplikasi (Lampiran IV, hal.76). a a b c

22 Gambar 5.1 : Hasil SEM kelompok I (Lampiran IV, hal.76) : Permukaan mikrostruktur gigi yang diaplikasi dengan ekstrak gel buah belimbing wuluh : (a) Pembesaran 500x ; (b) Pembesaran 1000x ; (c) Pembesaran 2000x. Gambar 5.1 menunjukkan permukaan mikrostruktur gigi di atas, spesimen merupakan spesimen yang diberi perlakuan dimana permukaan gigi yang diaplikasi dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh setelah sebelumnya mendapat perlakuan demineralisasi. Pada gambar ini tampak permukaan mikrostruktur menjadi lebih rata, akan tetapi beberapa bahagian menunjukkan adanya rod dengan warna agak gelap dibahagian tengah, yang menyatakan bahwa kerusakan tetap ada, akan tetapi perbedaan dengan warna sekitar tidak terlalu besar, sehingga menunjukkan bahwa kerusakan lapisan tidak terlalu dalam dan jumlah pori-pori yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan gambar permukaan gigi tanpa aplikasi. a b c Gambar 5.2 : Hasil SEM kelompok II (Lampiran IV, hal.79) : Permukaan mikrostruktur gigi yang diaplikasi dengan gel CPP-ACP : (a) Pembesaran 500x ; (b) Pembesaran 1000x ; (c) Pembesaran 2000x. Permukaan mikrostruktur gigi di atas, spesimen merupakan spesimen yang diberi perlakuan yaitu permukaan gigi yang diaplikasi dengan gel CPP- ACP setelah sebelumnya diberi larutan demineralisasi. Pada gambar ini tampak jumlah pori-pori yang lebih kecil dari pada gambar permukaan gigi tanpa diberi larutan aplikasi dan permukaan gigi yang diaplikasi dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh yang menandakan berkurangnya kerusakan setelah dilakukan aplikasi dengan gel CPP-ACP (Gambar 5.2).

23 a b c Gambar 5.3 : Hasil SEM kelompok III (Lampiran IV, hal.82): Permukaan mikrostruktur gigi yang diaplikasi dengan kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP : (a) Pembesaran 500x ; (b) Pembesaran 1000x ; (c) Pembesaran 2000x. Gambar 5.3 menujukkan permukaan mikrostruktur gigi di atas, spesimen merupakan spesimen yang diberi perlakuan yaitu permukaan gigi yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP- ACP setelah sebelumnya diberi larutan demineralisasi. Pada gambar ini tampak jumlah pori-pori yang lebih kecil dan permukaan mikrostruktur menjadi lebih halus, menyerupai permukaan normal . a b c Gambar 5.4 : Hasil SEM kelompok IV (Lampiran IV, hal. 85) : Permukaan mikrostruktur gigi tanpa aplikasi : (a) Pembesaran 500x ; (b) Pembesaran 1000x ; (c) Pembesaran 2000x. Permukaan mikrostruktur gigi di atas, spesimen merupakan spesimen tanpa diberi perlakuan aplikasi dan sebelumnya mendapat perlakuan demineralisasi. Pada gambar permukaan mikrostruktur ini ditemukan pori-pori dengan jumlah yang cukup banyak dan ukuran yang lebih besar dari pada semua gambar yang mendapat perlakuan sebelumya, hal ini menandakan adanya kerusakan dan

24 pada bahagian tengah dari rod terlihat gelap, ini juga menandakan terjadinya kerusakan kristal hidroksilapatit yang menyusun lapisan (Gambar 5.4). Hasil SEM diberi skor oleh dua pengamat, yaitu pengamat pertama dan kedua (Lampiran IV hal 73). Melihat perbedaan dari kedua pengamat tersebut dilakukan uji Mann- Whitney. Hasil uji Mann- Whitney menunjukan tidak ada perbedaan antara pengamat pertama dan kedua (Lampiran VI, hal.97). Tabel 5.1 Hasil uji Mann Whitney melihat perbedaan pendapat antara pengamat 1 dan pengamat 2. Pengamat N Mean Rank Sum of Ranks nilai Pengamat Pengamat Total 64 nilai Mann-Whitney U Wilcoxon W Z.000 Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan: p>0,05 (p=0,100) (tidak ada beda antara pengamat 1 dengan 2) Hasil uji Mann Whitney, skor yang diambil berasal dari pengamat pertama, karena tidak ada perbedaan antara pengamat pertama dan pengamat kedua. Median skor dari pengamat pertama yang memperlihatkan bahwa penggunaan aplikasi kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP terlihat permukaan mikrostruktur yang lebih halus dibandingkan gel CPP-ACP, gel ekstrak buah belimbing wuluh dan permukaan tanpa aplikasi (Gambar 5.5).

25 Gel belimbing wuluh Gel CPP-ACP Kombinasi gel CPP-ACP dan gel buah belimbing wuluh Tanpa aplikasi 0 Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Gambar 5.5 Hasil Skor masing-masing sampel (Lampiran IV, hal.76) Scoring pengamat pertama, kemudian dilakukan uji Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan mikrostruktur permukaan antara keempat sampel (Lampiran VI, hal.102). Tabel 5.2 Hasil uji Kruskal Wallis α=0,05 Chi-Square nilai df 3 Asymp. Sig*.000 Keterangan: * signifikan P 0,00

26 Pada tabel 5.2 diketahui bahwa terdapat perbedaan mikrostruktur permukaan dari keempat kelompok perlakuan (p=0,000). Selanjutnya untuk melihat masing-masing perbedaan digunakan uji Mann Whitney (Lampiran VI, hal.100). Tabel 5.3 Hasil uji Mann Whitney Kelompok I II III IV I - 0,288 0,001* 0,001* II 0,288-0,012* 0,007* III 0,001* 0,012* - 0,001* IV 0,001* 0,007* 0,001* - Keterangan: * signifikan bila α 0,05 Tabel 5.3 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan mikrostruktur permukaan antara kelompok I dengan II dengan p > 0,05, tetapi terdapat perbedaan mikrostruktur permukaan antara kelompok I dengan III, IV, dan antara kelompok II dengan III, IV dan sebaliknya dengan p < 0, Kandungan Unsur Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) Permukaan Setiap Kelompok. Kandungan Unsur Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) permukaan setiap kelompok, dilakukan menggunakan alat uji EDX yang merupakan perangkat analisis elemen melalui interaksi antara radiasi elektromagnetik dan material uji dengan fluoresensi spektroskopi sinar-x. Hasil analisis difokuskan pada jumlah energi sinar- X yang dipancarkan dari sampel dan diukur dengan spectrometer energy dispersive. (Lampiran V, hal.88)

27 CKa CaKb CaKb Counts OKa Counts PKa PKa Gambar 5.6: Komposisi elemen ekstrak gel buah belimbing wuluh dengan EDX (Lampiran V, hal.88) Gambar 5.6 menunjukkan komposisi kandungan elemen yang mewakili dari kelompok : I yaitu kelompok yang diaplikasi dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan menggunakan alat uji EDX, persentase kandungan elemen tertinggi adalah O(38.60), Ca (35.41), O(38.60), P(15.78 ), C(9.70), Cl(0.51) CKa OKa ClKa ClKb ClKa ClKb CaKa CaKa kev kev Gambar 5.7: Komposisi elemen gel CPP-ACP dengan EDX (Lampiran V, hal.90) Gambar 5.7 menunjukkan komposisi kandungan elemen yang mewakili dari kelompok : II yaitu kelompok yang diaplikasi dengan gel CPP-ACP dengan menggunakan alat uji EDX, persentase kandungan elemen tertinggi adalah, Ca(39.62), O(35.03), P(17.13), C (7.67), Cl (0.56).

28 CKa CaKb OKa Counts CaKb PKa Counts PKa CaKa CKa OKa ClKa ClKb CaKa kev 0 Gambar 5.8 : Komposisi elemen kombinasi ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP dengan EDX (Lampiran kev V, hal.92) Gambar 5.8 menunjukkan komposisi kandungan elemen yang mewakili dari kelompok : III yaitu kelompok yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP dengan menggunakan alat uji EDX, persentase kandungan elemen tertinggi adalah, Ca(43.73), O(29.77), P(18.42), C (8.08). Gambar 5.9: Komposisi elemen tanpa aplikasi dengan EDX (Lampiran V, hal.94)

29 Gambar 5.9 menunjukkan komposisi kandungan elemen yang mewakili dari kelompok : IV yaitu kelompok tanpa aplikasi dengan menggunakan alat uji EDX, persentase kandungan elemen tertinggi adalah, Ca(33.16), O(39.37), P(15.55), C (11.34), Cl (0.58). Gambar Gambar 5.9 menunjukan Kandungan Unsur Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) permukaan pada keempat perlakuan dimana urutan kelompok tertinggi terlihat pada kelompok III : kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP (Gambar 5.8), kelompok II: gel CPP-ACP (Gambar 5.7). Kelompok I : gel ekstrak buah belimbing wuluh (Gambar 5.6), kelompok IV : tanpa aplikasi (Gambar 5.9). Hasil pengamatan dengan EDX diperoleh data kandungan unsur Ca dan P dalam % berat. Untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test. Hasil uji menunjukan seruluh data kandungan unsur Ca dan P pada setiap kelompok terdistribusi normal dengan p > 0,05. Hasil uji homogenitas varian menunjukan unsur Ca, p= 0,06 (p > 0,05) dan unsur P, p= 0,27 (p > 0,05) yang artinya varian data adalah homogen. Tabel 5.4 merupakan data deskriptif uji ANOVA rerata kandungan unsur Ca dan unsur P dengan perhitungan derajat kemaknaan p< 0,05. Hasil uji kandungan unsur Ca menunjukkan nilai p=0,021 (p< 0,05) secara statistik berarti terdapat perbedaan jumlah kandungan unsur Ca yang signifikan diantara seluruh kelompok perlakuan, sedangkan unsur P menunjukan nilai p=0,110 (p< 0,05) secara statistik berarti tidak terdapat perbedaan jumlah kandungan unsur P yang signifikan diantara seluruh kelompok perlakuan (Lampiran VI, hal.104). Tabel 5.4 Data Deskriptif yang Menunjukan Nilai Rerata dan Simpangan Baku dari Uji Anova pada Pengujian Jumlah Kandungan Unsur Kalsium (Ca), Fosfor (P) Permukaan Setiap Kelompok Kelompok Unsur Ca (% berat) Unsur P (% berat)

30 N X ± SD p N X ± SD p I ± ± * II ± ± III ± ± 1.21 IV ± ± 3.39 Keterangan : I. :Kelompok yang diaplikasi gel ekstrak buah belimbing wuluh. II. :Kelompok yang diaplikasi gel CPP-ACP. III. :Kelompok yang diaplikasi kombinasi gel eksrtak buah belimbing wuluh dan gel CPP- ACP. IV. :Kelompok tanpa dilakukan aplikasi. *ρ<0,05= perbedaan signifikan Tabel 5.4 menunjukkan secara deskriptif nilai rerata jumlah kandungan unsur Ca, P. Unsur Ca tertinggi terlihat pada kelompok sampel yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan gel CPP-ACP, sedangkan nilai rerata jumlah kandungan unsur Ca terendah terlihat pada kelompok sampel yang tanpa dilakukan aplikasi. Unsur P tertinggi terlihat pada kelompok sampel yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan gel CPP- ACP, sedangkan nilai rerata jumlah kandungan unsur P terendah terlihat pada kelompok sampel yang tanpa dilakukan aplikasi.

31 Mean Unsur Ca Mean Unsur P Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Gambar 5.10 : Perbandingan rerata kandungan unsur kalsium dan fosfor pada masing-masing Kelompok (Lampiran V, hal.88) Pengaruh Pemberian Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh terhadap Kandungan Unsur Kalsium dan Fosfor Permukaan . Kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kandungan unsur Ca dan P dengan adanya pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh dapat diketahui secara pasti dengan melakukan pengujian post hoc Bonferroni (Lampiran VI, hal.96). Hasil uji post hoc Bonferroni pada table 5.5 menunjukkan bahwa unsur Ca dan P pada setiap kelompok tidak memiliki perbedaan kandungan yang signifikan di antara kelompok manapun.

32 Tabel 5.5 Perbedaan Kandungan Unsur Ca, P antara Setiap Kelompok dengan Kelompok yang Diaplikasi Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh. Unsur Kelompok X ± SD Selisih Rerata ρ I ± II ± 5.49 Ca I ± III ± 3.49 I ± IV ± I ± II ± 1.96 I ± 1.97 P III ± 1.21 I ± IV ± 3.39 Keterangan : I. :Kelompok yang diaplikasi gel ekstrak buah belimbing wuluh. II. :Kelompok yang diaplikasi gel CPP-ACP. III. :Kelompok yang diaplikasi kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP- ACP. IV. :Kelompok tanpa dilakukan aplikasi. *ρ<0,05= perbedaan signifikan Pengaruh Pemberian Gel CPP-ACP terhadap Kandungan Unsur Kalsium dan Fosfor Permukaan . Kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kandungan unsur Ca dan P dengan adanya pemberian gel CPP-ACP, dapat diketahui secara pasti dengan melakukan pengujian post hoc Bonferroni (Lampiran VI, hal.96). Hasil uji post hoc Bonferroni pada Table 5.6 menunjukkan bahwa unsur Ca dan P tidak memiliki perbedaan kandungan yang signifikan di antara kelompok manapun.

33 Tabel 5.6 Perbedaan Kandungan Unsur Ca, P antara Setiap Kelompok dengan Kelompok yang Diaplikasi Gel CPP-ACP Unsur Kelompok X ± SD Selisih Rerata ρ II ± I ± 7.60 II ± 5.49 Ca III ± 3.49 II ± IV ± II ± I ± 1.97 P II ± 1.96 IV ± Keterangan : II ± 1.96 III ± 1.21 I. :Kelompok yang diaplikasi gel ekstrak buah belimbing wuluh. II. III. IV. :Kelompok yang diaplikasi gel CPP-ACP. :Kelompok yang diaplikasi kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP- ACP. :Kelompok tanpa dilakukan aplikasi. *ρ<0,05= perbedaan signifikan Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Gel Buah Belimbing wuluh dengan Gel CPP-ACP terhadap Kandungan Unsur Kalsium dan Fosfor Permukaan . Kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kandungan unsur Ca dan P dengan adanya pemberian kombinasi ekstrak gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan gel CPP-ACP, dapat diketahui secara pasti dengan melakukan pengujian post hoc Bonferroni (Lampiran VI, hal.96). Hasil uji post hoc Bonferroni pada Table 5.7 menunjukkan bahwa unsur Ca pada kelompok III dan IV memiliki perbedaan kandungan yang signifikan dengan p= (ρ<0,05), sedangkan unsur P pada

34 kelompok III dan IV memiliki perbedaan kandungan yang signifikan dengan p= 0.016* (ρ<0,05). Tabel 5.7 Perbedaan Kandungan Unsur Ca, P antara Setiap Kelompok dengan Kelompok yang Diaplikasi Kombinasi Ekstrak Gel Buah Belimbing Wuluh dan Gel CPP-ACP. Unsur Kelompok X ± SD Selisih Rerata ρ III ± I ± 7.60 Ca III ± II ± 5.49 III ± * IV ± III ± I ± * Keterangan : P III III ± ± 1.21 IV II ± ± 1.96 I. :Kelompok yang diaplikasi ekstrak gel buah belimbing wuluh. II. III. IV. :Kelompok yang diaplikasi gel CPP-ACP. :Kelompok yang diaplikasi kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh dan gel CPP- ACP. :Kelompok tanpa dilakukan aplikasi. *ρ<0,05= perbedaan signifikan Pengaruh Kandungan Unsur Kalsium dan Fosfor Pada Permukaan tanpa perlakuan. Kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kandungan unsur Ca dan P dengan kelompok permukaan tanpa perlakuan, dapat diketahui secara pasti dengan melakukan pengujian post hoc Bonferroni (Lampiran VI, hal.96). Hasil uji post hoc Bonferroni pada Table 5.8 menunjukkan bahwa unsur Ca pada kelompok IV dan III memiliki perbedaan kandungan yang signifikan dengan p= (ρ<0,05), sedangkan unsur P pada kelompok IV dan III memiliki perbedaan kandungan yang signifikan dengan p= 0.016* (ρ<0,05).

35 Tabel 5.8 Perbedaan Kandungan Unsur Ca, P antara Setiap Kelompok dengan Kelompok Tanpa Aplikasi. Unsur Kelompok X ± SD Selisih Rerata ρ IV ± I ± 7.60 Ca IV ± II ± 5.49 IV ± * III ± 3.49 IV ± I ± * Keterangan : P IV IV ± ± 3.39 III II ± ± 1.96 I. :Kelompok yang diaplikasi gel ekstrak buah belimbing wuluh. II. III. IV. :Kelompok yang diaplikasi gel CPP-ACP. :Kelompok yang diaplikasi kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP- ACP. :Kelompok tanpa dilakukan aplikasi. *ρ<0,05= perbedaan signifikan. BAB 6 PEMBAHASAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test control grup untuk menganalisa perbandingan antara pemberian ekstrak gel buah belimbing wuluh dengan gel CPP-ACP terhadap remineralisasi permukaan gigi molar tiga manusia. Pengujian remineralisasi permukaan dilakukan dengan alat uji SEM dan EDX setelah perlakuan pada semua kelompok.

36 Pengujian mengunakan alat uji SEM dan EDX dipertimbangkan sebagai metode yang sederhana dan dapat dipercaya untuk menentukan informasi secara langsung terhadap perubahan kandungan mineral pada . Penambahan atau hilangnya mineral sebagai proses remineralisasi dan demineralisasi dapat diukur dengan EDX. Pada penelitian ini untuk mengukur remineralisasi permukaan , mengikuti metode yang dilakukan oleh Bansode dkk., 2014 yaitu dengan menggunakan permukaan utuh tanpa polishing sehingga lebih akurat dalam mencerminkan siklus demineralisasi pada lingkungan rongga mulut. Hasil pengujian yang didapat adalah berupa gambaran mikrostruktur permukaan dengan alat uji SEM dan nilai serta jumlah mineral yang terkandung pada dengan alat uji EDX (Lampiran IV&V, hal.76). 6.1 Gambaran Mikrostruktur Permukaan dan Kandungan Unsur Kalsium, Fosfat pada Kelompok Aplikasi dengan Ekstrak Gel Buah Belimbing Wuluh. Hasil uji dengan alat uji SEM (Lampiran IV, hal.76), permukaan mikrostruktur gigi pada gambar telihat menjadi lebih rata, akan tetapi beberapa bahagian menunjukkan adanya rod dengan warna agak gelap dibahagian tengah, yang menyatakan bahwa kerusakan tetap ada, akan tetapi perbedaan dengan warna sekitar tidak terlalu besar, sehingga menunjukkan bahwa kerusakan lapisan tidak terlalu dalam dan jumlah pori-pori yang lebih kecil (Gambar 5.1), apabila dibandingkan dengan gambar permukaan gigi tanpa aplikasi (Gambar 5.4). Hasil uji dengan alat uji EDX pada kelompok ini juga terlihat peningkatan yang signifikan (Table 5.4) menunjukan bahwa kandungan Ca dan kandungan P lebih tinggi dari pada kelompok permukaan tanpa dilakukan aplikasi. Meskipun ph buah belimbing wuluh asam yaitu 4,7 gel ekstrak buah belimbing wuluh diketahui memiliki kandungan kalsium dan fosfat yang tinggi, mineral ini sangat penting diperlukan dalam perbaikan struktur hidroksiapatit yang dapat memicu remineralisasi pada gigi.

37 Remineralisasi yang terjadi pada kelompok ini dimungkinkan karena Ion H + dari gel ekstrak buah belimbing wuluh bergabung dengan HPO 4 2- dari saliva buatan akan diubah menjadi HPO 4 - dan H 2 PO 4 -, sehingga dapat menjaga derajat keasaman saliva. Setelah ph saliva menjadi normal kembali, H 2 PO 4 2- pada saliva berikatan dengan Ca 2+ dari gel ekstrak buah belimbing wuluh menjadi CaHPO 4 0 yang akan berdifusi kedalam enamel. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Minami pada tahun 2004 tentang efek keju olahan terhadap remineralisasi pada gigi insisivus sapi yang menunjukkan hasil bahwa keju olahan, meskipun memiliki ph yang rendah akan tetapi efektif untuk meningkatkan remineralisasi pada lesi enamel. dan juga didukung oleh penelitian Marilia dkk., (2011), menunjukkan bahwa saliva buatan dapat meningkatkan remineralisasi permukaan setelah dilakukan demineralisasi, Hal ini menyebabkan kalsium dan fosfat yang berada dalam lingkungan basa atau netral sangat bermanfaat untuk terjadinya remineralisasi, serta kalsium dan fosfat dalam saliva buatan juga bertindak untuk menggantikan mineral yang hilang dari gigi. Penelitian ini merupakan penelitian in vitro, komponen larutan dalam hal ini saliva buatan baru diberikan pada sampel setelah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh, apabila penelitian secara in vivo yang mana faktor saliva dihasilkan secara langsung oleh subjek manusia, dimana ph gel ekstrak buah belimbing wuluh yang cenderung asam akan membantu meningkatkan ph rongga mulut melalui stimulasi atau peningkatan laju alir saliva di dalam rongga mulut. Hal ini juga didukung oleh penelitian secara in- vivo oleh Anatasia dkk., (2011), komsumsi yoghurt dengan ph 5,0 dapat meninggkatkan laju aliran saliva dengan ph 7,0 dalam beberapa menit sehingga tidak akan mempengaruhi kemapuan remineralisasi karena dapat membantu meningkatkan ph rongga mulut. 6.2 Gambaran Mikrostruktur Permukaan Enamel dan Kandungan Unsur Kalsium, Fosfor pada Kelompok Aplikasi dengan Gel CPP-ACP.

38 Pasta CPP-ACP yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang sudah tersedia dalam bentuk produk dengan merek dagang Recaldent GC Tooth Mousse TM Sebagaimana diketahui tooth mousse adalah salah satu bahan remineralisasi yang sering digunakan dalam kedokteran gigi. Pasta ini telah diklaim dapat melawan demineralisasi, mengingkatkan aliran saliva, meningkatkan penyerapan fluor dan meredakan permukaan gigi yang sensitif, mengembalikan mineral dan menguatkan enamel gigi, serta menetralkan asam plak dan bakteri. Pasta ini diklaim dapat menstabilkan ion kalsium dan fosfat dalam konsentrasi tinggi dengan mengikat ACP dengan pelikel dan plak pada permukaan gigi. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu Turssi dkk., 2011 melakukan penelitian efek berbagai bahan remineralisasi terhadap yang terpapar asam dan menemukan hasil bahwa gel CPP-ACP dapat mengurangi progresi lesi erosi pada . Gel CPP-ACP menyediakan sejumlah kalsium dan fosfor yang dapat mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang terpapar asam. Beberapa penelitian melaporkan bahwa gel CPP-ACP dapat berpenetrasi lebih jauh kedalam gigi untuk menggantikan ion kalsium dan fosfat yang hilang akibat demineralisasi. Oshiro dkk., 2007 melakukan penelitian efek pasta CPP-ACP terhadap remineralisasi gigi menggunakan alat uji SEM dan menunjukkan hasil bahwa pasta CPP-ACP efektif mencegah demineralisasi dan dentin. Gambaran SEM pada dan dentin menunjukkan bahwa gigi yang diberi pasta CPP-ACP mengalami lebih sedikit perubahan morfologi setelah perendaman dalam larutan asam dibanding kelompok yang tidak diberi gel CPP-ACP (Tooth Mousse). Penelitian ini menunjukkan hasil uji SEM (Lampiran IV, hal.76), terlihat pada (Gambar 5.2) jumlah pori-pori yang lebih kecil dari pada permukaan gigi tanpa aplikasi dan permukaan gigi yang diaplikasi dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh yang menandakan berkurangnya kerusakan setelah dilakukan aplikasi dengan gel CPP-ACP, sedangkan hasil alat uji EDX (Lampiran V, hal.88), terjadi peningkatan remineralisasi permukaan gigi signifikan yang menunjukan

39 bahwa kandungan Ca dan kandungan P lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok permukaan tanpa dilakukan aplikasi dan kelompok permukaan yang diaplikasi dengan ekstrak gel buah belimbing wuluh (Tabel 5.4). Hal ini mungkin dikarenakan CPP yang terkandung dalam tooth mousse sudah sepenuhnya mengikat kalsium dan fosfat dalam bentuk ACP dan senyawa ini dapat langsung masuk ke dalam permukaan sehingga terjadinya remineralisasi. Sementara itu gel ekstrak buah belimbing wuluh masih harus menstabilkan kalsium fosfat dalam larutan saliva. Karena itu ekstrak gel buah belimbing wuluh kemungkinan baru dapat bereaksi sepenuhnya jika terdapat komponen larutan seperti saliva pada saat pengaplikasiannya. Sementara itu dalam penelitian ini yang merupakan penelitian in vitro, komponen larutan saliva buatan baru diberikan pada sampel setelah ekstrak gel buah belimbing wuluh diaplikasikan pada gigi. 6.3 Gambaran Mikrostruktur Permukaan dan Kandungan Unsur Kalsium, Fosfor pada Kelompok Aplikasi Kombinasi Ekstrak Gel Buah Belimbing Wuluh dengan Gel CPP-ACP. Penelitian ini, menunjukkan hasil SEM (Lampiran IV, hal.76), tampak jumlah pori-pori yang lebih kecil dan permukaan mikrostruktur menjadi lebih halus, menyerupai permukaan normal . Hasil uji dengan alat uji EDX (Lampiran V, hal. 88), terlihat peningkatan remineralisasi permukaan gigi secara signifikan bahwa kandungan Ca dan P pada kelompok permukaan yang diaplikasi dengan kombinasi ekstrak gel ekstrak buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP, jika dibandingkan dengan semua kelompok hasilnya lebih tinggi dalam meremineralisasi permukaan gigi (Tabel 5.4) dimungkinkan karena PO 4 3- dari ACP berikatan dengan ion H + dari ekstrak gel buah belimbing wuluh untuk menormalkan ph larutan, baru kemudian PO 4 3- yang lain berikatan dengan kalsium untuk berdifusi kedalam gigi. peningkatan ion H + dalam larutan akan di imbangi dengan penurunan ion OH - dan PO Apabila kombinasi CPP-ACP dengan gel ekstrak buah belimbing wuluh diaplikasikan maka akan melepaskan fosfat yang berperan sebagai salah satu

40 penyangga saliva. ion H + akan bergabung dengan PO 4 3- dari ACP dan diubah menjadi HPO 4 - dan H 2 PO 4 -, sehingga dapat menjaga derajat keasaman saliva. Setelah ph saliva menjadi normal kembali, H 2 PO 4 2- pada saliva berikatan dengan Ca 2+ kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh dan gel CPP-ACP menjadi CaHPO 4 0 yang akan berdifusi kedalam enamel. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Fitri dkk., 2014,dimana permukaan yang diaplikasikan dengan kombinasi gel CPP-ACP dan kitosan, memiliki hasil remineralisasi yang lebih baik pada permukaan gigi jika dibandingkan dengan setelah diaplikasikan gel CPP-ACP. Hal ini dikarenakan interaksi antara dua bahan remineralisasi yang saling melengkapi kekurangan dari masing-masing bahan ini. 6.4 Gambaran Mikrostruktur Permukaan dan Kandungan Unsur Kalsium, Fosfor pada Kelompok tanpa Aplikasi. Penelitian ini, menunjukkan hasil uji SEM (Lampiran IV, hal.76), pada gambar terlihat permukaan mikrostruktur ditemukan pori-pori dengan jumlah yang cukup banyak dan ukuran yang lebih besar dari pada semua gambar yang medapat perlakuan sebelumya, hal ini menandakan adanya kerusakan dan pada bahagian tengah dari rod terlihat gelap, dimana hal ini menandakan terjadinya kerusakan kristal hidroksilapatit yang menyusun lapisan gigi, dari hasil alat uji EDX (Lampiran V, hal.88) meskipun kandungan mineral pada kelompok ini paling rendah, tetapi masih terdapat kandungan ion kalsium dan fosfor. Hal ini mungkin dapat terjadi karena adanya inkubasi dalam saliva buatan selama 7 hari, dengan adanya ion organik dan anorganik yang rata-rata kandungan saliva seperti pada saliva manusia. Formulasi dari saliva buatan berdasarkan Amaechi dkk dari (1999), saliva buatan terdiri dari potassium chloride, magnesium chloride, calcium chloride, dipotassium hydrogen phosphate dan potassium dihydrogen phosphate yang dapat membantu remineralisasi permukaan . Hal ini didukung oleh penelitian Devlin dkk (2006) dan Lussi dkk (2007), saliva buatan dapat membantu remineralsasi

41 namun keefektivitasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan agen remineralisasi lain. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

42 Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), gel CPP-ACP dan kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan gel CPP-ACP terhadap remineralisasi dan mikrostruktur permukaan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberian ekstrak gel buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), gel CPP-ACP dan kombinasi ekstrak gel buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan gel CPP-ACP secara signifikan dapat berpengaruh terhadap remineralisasi permukaan gigi. 2. Mikrostruktur permukaan melalui alat uji SEM terlihat lebih halus pada permukaan yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan gel CPP-ACP, dibanding dengan kelompok perlakuan lainnya, hal ini menandakan bahwa bahan tersebut memiliki hasil yang lebih baik dalam meninggkatkan remineralisasi permukaan gigi. 3. Kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan gel CPP- ACP, jika dibandingkan dengan semua kelompok hasilnya lebih tinggi dalam meremineralisasi permukaan gigi. 7.2 Saran 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan isolasi unsur kandungan gel ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk melihat kandungan mana yang paling berperan dalam remineralisasi permukaan gigi. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan di satu laboratorium sehingga mengurangi variabel tidak terkendali seperti perubahan suhu pada saat pengiriman sampel dari laboratorium satu ke laboratorium lainnya yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. 3. Diperlu penelitian lebih lanjut secara in vivo, untuk melihat apakah ada pengaruh saliva terhadap bahan coba terhadap remineralisasi permukaan gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN DAN SAMPEL Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penilitian Desain: Eksperimental Laboratorik 4.2. Spesimen Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari delapan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis Dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 40-50 о C, selama ± 5 hari Potongan-potongan yang sudah kering

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol.  Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20% 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. B. Tempat dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. B. Populasi dan Sampel 1. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris post test with control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori dan Rancangan Penelitian Penelitian uji efek tonikum infusa daun landep pada mencit putih jantan ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimental dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam ekstrinsik maupun intrinsik yang tidak diproduksi oleh bakteri (Balogh dan Fehrenbach,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian secara in vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen kuantitatif, metode ini dipilih karena digunakan untuk menguji sebab-akibat serta mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kimia Medik, Ilmu Mikrobiologi, dan Ilmu Farmakologi. 3.1.2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Alur Pikir. Biodentin. Kulit Buah Manggis

LAMPIRAN 1. Alur Pikir. Biodentin. Kulit Buah Manggis LAMPIRAN 1 Alur Pikir Biodentin Biodentin merupakan material yang berbahan dasar kalsium silikat. Biodentin yang diperkenalkan oleh Septodont ini memiliki daya biokompabilitas dan bioaktif yang baik. Biodentin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen kuasi yang hasilnya akan dianalisis secara

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi. Indeks DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang memiliki arti bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium (in vitro) menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni secara in vitro. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan uji daya hambat ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan jamur Botryodiplodia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola posttest only with control

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian ini yaitu Ilmu Farmakologi, Ilmu Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) PADA SALIVA SKRIPSI Oleh: DIAN NIRMALA SARI NIM. 031610101017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2008 PENGARUH KONSUMSI COKELAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam Lampiran 1 Alur Penelitian Pembuatan gel kitosan nanopartikel 1 gram kitosan Dilarutkan dengan larutan asam asetat 1% Diaduk dengan stirer Larutan kitosan Ditetesi dengan ±20 tetes TPP Gel kitosan Dimasukkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris 3.2 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Fatokimia Fakultas Farmasi UH & Laboratorium Mikrobiologi FK UH 3.3 WAKTU PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperiment dengan desain after only control group design yaitu mengamati variabel hasil pada saat yang sama

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan hand sanitizer ini memiliki beberapa tahapan proses yaitu pembuatan ekstrak, pembutan hand sanitizer dan analisa hand sanitizer, adapun alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post-test kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post-test kelompok BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental laboratoris in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post-test kelompok tunggal. B.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 2. Morfologi Tanaman Kecipir Gambar 1. Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) Lampiran 2. (Lanjutan) A B Gambar 2. Makroskopik Daun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup penelitian meliputi bidang Ilmu Kedokteran Kulit dan 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in B. Tempat dan Waktu 1. Tempat: a. Pembuatan ekstrak buah semangka dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah nanopartikel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi adalah karies. 1 Karies merupakan penyakit multifaktorial dan kronis yang

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Ekstraksi daun cengkeh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode non eksperimental dan metode eksperimental. Metode non eksperimental

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma 21 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma Paspalum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Subyek Penelitin Subyek pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian The Post Test-Only Control Design Group. 4.2 Sampel Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang Lampiran 2. Gambar 1. Hewan Teripang segar Gambar 2. Daging Teripang Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3. Simplisia Teripang Gambar 4. Serbuk simplisia Lampiran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci