BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Suryadi Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU untuk penggunaan inkubator dan Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan untuk pengukuran kekerasan enamel Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai bulan April 2016 yang mencakup pengumpulan sampel, penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan hasil penelitian. 3.3 Sampel dan Besar Sampel Sampel Penelitian Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar pertama maksila permanen manusia yang telah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi dan puskesmas di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.
2 3.3.2 Besar Sampel Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus Federer. Rumus besar sampel Federer yaitu: 52 (t 1) (r 1) 15 Dimana t = jumlah perlakuan dan r = jumlah sampel Penelitian ini menggunakan 8 kelompok perlakuan yaitu: 1. Kelompok A1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 30 detik setiap hari selama 1 minggu. 2. Kelompok A2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 1 menit setiap hari selama 1 minggu. 3. Kelompok A3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 2 menit setiap hari selama 1 minggu. 4. Kelompok A4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 4 menit setiap hari selama 1 minggu. 5. Kelompok B1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik setiap hari selama 1 minggu. 6. Kelompok B2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 1 menit setiap hari selama 1 minggu. 7. Kelompok B3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 2 menit setiap hari selama 1 minggu. 8. Kelompok B4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 4 menit setiap hari selama 1 minggu. Jadi, jumlah perlakuan (t) = 8, maka: (t 1) (r 1) 15 (8 1)(r 1) 15 7r r 22 r 3,14 r 4
3 Dari perhitungan di atas, jumlah sampel minimal pada setiap perlakuan adalah 4 gigi premolar pertama maksila permanen. Dalam penelitian ini terdapat 8 perlakuan sehingga total sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 buah. 3.4 Kriteria Sampel Kriteria sampel penelitian ini adalah : a. Kriteria Inklusi: Gigi premolar pertama maksila tanpa karies, dan tidak ada tambalan. b. Kriteria Ekslusi: Gigi karies, mengalami erosi, atrisi dan abrasi, terdapat tambalan, terdapat fraktur, dan nekrosis. 3.5 Variabel Penelitian Variabel Bebas 1. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/ sampel) 2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel) Variabel Terikat Kekerasan permukaan enamel gigi Variabel Terkendali 1. Gigi yang digunakan yaitu gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi yang digunakan yaitu jus jeruk kemasan (ph 3,6). 3. Alat ukur ph yaitu ph digital Hanna Meter 4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit 5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu 6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu 7. Suhu inkubator 37 C
4 8. Alat pengukur kekerasan yaitu Micro Vickers Hardness Tester 9. ph saliva buatan 6,8 10. Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11. Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml 12. Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml 13. Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam obat kumur cengkeh 5 ml Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu ruangan 2. Waktu pencabutan gigi 3. Komposisi enamel gigi
5 Variabel Bebas 1. Obat kumur cengkeh sediaan dengan volume 5 ml/ sampel 2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel) Variabel Terikat Kekerasan permukaan enamel gigi Variabel Terkendali 1. Sampel gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi (jus jeruk kemasan dengan ph 3,6) 3. Alat ukur ph dengan ph digital Hanna Meter 4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit 5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, dan 2 menit selama 1 minggu 6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu 7. Suhu inkubator 37 C 8. Alat pengukur kekerasan dengan Micro Vickers Hardness Tester 9. ph saliva buatan 6,8 10. Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11. Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml 12. Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml 13. Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam obat kumur cengkeh 5 ml Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu ruangan 2. Waktu pencabutan gigi 3. Komposisi enamel gigi
6 3.6 Definisi Operasional Penelitian 1. Obat kumur cengkeh merupakan obat kumur sediaan yang sudah ada dipasaran produk PT.X dengan konsentrasi 0,35% minyak cengkeh dalam 200 ml. 2. Aquabidest adalah air destilasi murni yang telah melalui proses penyulingan 2 kali. 3. Saliva buatan yang digunakan adalah saliva yang dibuat dengan komposisi hampir sama dengan komposisi saliva asli yaitu kalsium (Ca), natriumklorida (NaCl), kalium thiosanat (KSCN), kalium klorida (KCL), natrium bikarbonat (NaHCO 3 ), urea ((NH 2 ) 2 CO), dan kalium dihidrogen fosfat (KH 2 PO 4 ) yang diperoleh dari Universitas Indonesia dengan ph 6,8. 4. Kekerasan permukaan enamel adalah nilai ketahanan permukaan enamel terhadap suatu tekanan yang diperoleh dari pengukuran menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Perbedaan nilai kekerasan dapat dihitung dengan rumus: VHN = VHN setelah perlakuan VHN sebelum perlakuan. 5. Gigi premolar pertama maksila permanen adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan ke empat dihitung dari garis tengah wajah pada rahang atas baik kiri maupun kanan, memiliki 2 cusp yaitu cusp bukal dan cusp palatal, dan memiliki 2 saluran akar yang sudah dicabut untuk keperluan ortodonti. 6. Bahan demineralisasi adalah jus jeruk kemasan 350 ml dengan ph 3,6. 7. ph digital Hanna meter adalah alat untuk mengukur ph larutan. 8. Lama perendaman jus jeruk kemasan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam jus jeruk kemasan, yaitu selama 5 menit. 9. Lama perendaman obat kumur cengkeh adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu. 10. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.
7 11. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menyamakan suhu aquabidest dengan suhu rongga mulut, yaitu sebesar 37 C. Inkubator yang digunakan adalah merek Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator. 12. Micro Vickers Hardness Tester adalah alat penguji kekerasan suatu benda dengan membuat indentasi pada permukaan gigi dengan beban 100 gram selama 15 detik. Pada penelitian ini Vickers hardness tester yang digunakan adalah jenis Microhardness Tester FM-800 (Future Tech, Japan). 13. Volume perendaman obat kumur cengkeh adalah 5 ml/sampel. 14. Volume perendaman jus jeruk kemasan adalah 5 ml/sampel. 15. Volume perendaman aquabidest selama 24 jam adalah 5 ml/sampel. 16. Volume pencampuran saliva buatan ke dalam obat kumur cengkeh 3 ml/sampel. 17. Suhu ruangan adalah suhu ruangan pada saat dilakukan perendaman jus jeruk kemasan, perendaman obat kumur cengkeh, dan pengukuran kekerasan permukaan enamel gigi. 3.7 Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat Penelitian 1. Micro Vickers Hardness Tester 2. ph digital Hanna meter 3. Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator 4. Rotary grinder 5. Air blower (pus-pus) 6. Kertas tisu 7. Spuit 10 ml 8. Kertas pasir no Cetakan resin 10. Nail varnish 11. Spidol hitam 12. Tempat perendaman gigi
8 13. Beaker glass 14. Masker 15. Sarung tangan 16. Pinset 17. Spiritus 18. Stopwatch 19. Mikromotor 20. Carborundum disc Bahan-bahan Penelitian 1. Gigi premolar pertama maksila permanen 2. Jus jeruk kemasan 3. Aquabidest 4. Saliva buatan 5. Obat kumur cengkeh sediaan 6. Self-curing Resin 7. Wax Gambar 6. Alat dan bahan (dok.)
9 3.8 Prosedur Penelitian Persiapan Sampel 1. Gigi dibilas dengan aquabidest, lakukan pengulangan sebanyak 2 kali hingga permukaan gigi bersih. 2. Ambil gigi satu per satu dengan pinset, lalu keringkan dengan pus-pus. 3. Gigi dipotong menjadi 2 bagian pada batas cementoenamel junction, yaitu bagian antara mahkota dan akar menggunakan mikromotor dan carborundum disc. 4. Beri tanda berupa garis dari central developmental groove ke arah mesial maupun distal sebagai batas pelapisan wax. 5. Permukaan mahkota gigi yang akan tertanam resin dilapisi dengan nail varnish pada bagian cementoenamel junction ke arah palatal, sedangkan pada bagian cementoenamel junction ke arah bukal dilapisi dengan wax. (Gambar 7A&7B). 6. Bagian mahkota sampel gigi yang tidak tertutupi wax kemudian ditanam dalam self curing resin sehingga gigi stabil pada basis resin, sedangkan bagian yang tertutupi wax tidak ditanam dalam self curing resin (Gambar 7C & 7D) 7. Permukaan bukal gigi diratakan menggunakan rotary grinder dengan kertas pasir no. 1200, dengan ketentuan enamel yang terbuang tidak sampai 100μm. 8. Permukaan gigi dicuci dengan aquabidest dan dikeringkan dengan air blower (pus-pus). Gambar 7. Proses penanaman gigi dalam resin. A= Tampak lateral pelapisan wax pada bagian bukal. B= Tampak oklusal pelapisan wax pada bagian bukal C= penanaman bagian palatal ke dalam resin. D= Sampel gigi yang telah selesai ditanam dalam resin.
10 3.8.2 Pengukuran Kekerasan Awal Enamel Gigi 1. Sampel gigi dijepit dengan permukaan bukal menghadap ke atas kemudian dijepit dengan alat penjepit pada meja Micro Vickers Hardness Tester. 2. Tentukan beban dan waktu indentasi yang digunakan yaitu sebesar 0,1 HV (100 gram) selama 15 detik. 3. Sampel diatur supaya tepat di tengah lensa objektif dan difokuskan dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat searah jarum jam. 4. Setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindahkan dengan menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah diamond penetrator, kemudian tombol penetrator ditekan. 5. Diamond penetrator turun yang ditandai dengan menyalanya lampu hijau. 6. Setelah 15 detik, diamond penetrator akan naik lalu ditunggu sampai lampu padam. 7. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, sehingga akan terlihat gambar belah ketupat yang merupakan bekas penekanan. 8. Panjang diagonal diukur dengan mikrometer yang ada di lensa okuler dan didapati kekerasan enamel gigi. 9. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel. Gambar 8. Microvickers hardness tester (dok.)
11 3.8.3 Perendaman Jus Jeruk Kemasan dan Pembagian Kelompok 1. Pengukuran ph jus jeruk kemasan pada suhu ruang dengan ph digital Hanna Meter. 2. Setiap sampel direndam dalam jus jeruk kemasan 5 ml selama 5 menit. 3. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air blower (pus-pus). 4. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel. 5. Pembagian sampel dalam 8 kelompok besar secara random dan tiap kelompok terdiri dari 4 sampel dengan perlakuan A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, dan B Perendaman Obat Kumur Cengkeh 1. Pengukuran ph obat kumur cengkeh dan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan pada suhu ruang dengan ph digital Hanna Meter. 2. Kelompok A direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (A1= 30 detik, A2= 1 menit, A3= 2 menit, dan A4= 4 menit) 3. Kelompok B direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml yang ditambah saliva buatan 3 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (B1= 30 detik, B2= 1 menit, B3= 2 menit, dan B4= 4 menit) 4. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air blower (pus-pus). 5. Setiap sampel direndam dalam 5 ml aquabidest selama 24 jam di dalam inkubator 37 C. 6. Langkah 2 sampai 5 diulangi setiap hari sampai 1 minggu dengan obat kumur cengkeh, aquabidest, dan saliva buatan yang baru setiap harinya.
12 7. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam obat kumur cengkeh selama 1 minggu. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel. Gambar 9. Cara kerja microvickers hardness tester Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis secara statistik dengan SPSS v.20 menggunakan analisis: a. Uji analisis T Berpasangan untuk melihat perubahan pada setiap kelompok pada saat sebelum dan setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel. b. Uji analisis varians satu arah atau Oneway ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan kekerasan antar kelompok setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel.
13 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan enamel setelah perendaman larutan asam telah dilakukan dengan pengujian kekerasan enamel pada 32 gigi premolar pertama maksila yang dibagi secara random menjadi 8 kelompok perlakuan. Kelompok A1, A2, A3, dan A4 direndam dengan obat kumur cengkeh dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit dan kelompok B1, B2, B3, dan B4 direndam dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit. Penelitian dilakukan selama 1 minggu. Sampel merupakan gigi yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang diperoleh dari Puskesmas maupun praktik dokter gigi di sekitar Kotamadya Medan. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh sampel direndam dalam jus jeruk kemasan dengan ph 3,6 sebelum direndam dalam obat kumur cengkeh. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan menggunakan Microvickers hardness tester FM-800 (Future Tech, Japan) dan angka yang dihasilkan adalah dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh. Seluruh sampel mengalami penurunan kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Semakin lama direndam dalam obat kumur cengkeh, semakin besar juga penurunan kekerasan permukaan enamel yang terjadi (kelompok A1-A4), sementara pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan terlihat mengalami peningkatan kekerasan permukaan enamel bahkan melebihi kekerasan enamel awal (kelompok B1-B4).
14 Tabel 2. Nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit. Kelompok A1 (Obat kumur cengkeh 30 detik) A2 (Obat kumur cengkeh 1 menit) A3 (Obat kumur cengkeh 2 menit) A4 (Obat kumur cengkeh 4 menit) B1 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 30 detik) B2 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 1 menit) B3 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 2 menit) B4 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 4 menit) n Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Jus Jeruk Obat Kumur Awal Kemasan Cengkeh 4 405,19±14,24 343,32±31,24 283,51±30, ,94±37,81 332,68±40,41 270,77±42, ,67±16,15 354,68±7,12 263,97±26, ,04±10,18 353,13±17,68 256,10±41, ,08±16,49 343,53±9,66 400,07±3, ,68±12,10 333,42±12,92 385,26±7, ,11±33,04 351,55±34,62 401,20±25, ,31±21,13 347,77±22,50 398,24±13,70 Hasil uji T berpasangan pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh memperlihatkan penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 3). Tabel 3. Hasil uji T berpasangan penurunan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh. Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Penurunan nilai Kelompok waktu Setelah perendaman Setelah perendaman jus jeruk kemasan obat kumur cengkeh VHN Sig. (p) A1 (30 detik) 343,32±31,24 283,51±30,65 59,81 0,000* A2 (1 menit) 332,68±40,41 270,77±42,48 61,92 0,000* A3 (2 menit) 354,68±7,12 263,97±26,10 65,71 0,008* A4 (4 menit) 353,13±17,68 256,10±41,00 97,03 0,015* *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05
15 Hasil uji T berpasangan pada kelompok obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan memperlihatkan peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 4). Tabel 4. Hasil uji T berpasangan peningkatan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan. Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Peningkatan nilai Kelompok Setelah perendaman Setelah perendaman waktu obat kumur cengkeh jus jeruk kemasan VHN + saliva buatan Sig. (p) B1 (30 detik) 343,53±9,66 400,07±3,00 56,54 0,001* B2 (1 menit) 333,42±12,92 385,26±7,58 51,84 0,001* B3 (2 menit) 351,55±34,62 401,20±25,67 49,66 0,010* B4 (4 menit) 347,77±22,50 398,24±13,70 50,48 0,000* *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05 Tabel 5 memperlihatkan perbandingan nilai rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan yang diuji dengan uji statistik One Way ANOVA. Dalam melakukan perbandingan antar kelompok, digunakan data selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan nilai setelah perendaman jus jeruk kemasan ( VHN). Hasil uji statistik One Way ANOVA yang membandingkan selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh, dengan dan tanpa ditambah saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu.
16 Tabel 5. Hasil uji statistik One Way ANOVA perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan. Kelompok VHN A1 (Perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) -59,81 A2 (Perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) -61,92 A3 (Perendaman obat kumur cengkeh 2 menit) -65,71 A4 (Perendaman obat kumur cengkeh 4 menit) -97,03 B1 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 30 detik) 56,54 B2 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 1 menit) 51,84 B3 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 2 menit) 49,66 B4 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 4 menit) 50,48 *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05. Sig. (p) 0.000* Hasil uji Post Hoc (Tabel 6) yang membandingkan selisih kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan dan tanpa saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada setiap kelompok waktu. Dengan demikian maka hipotesa diterima (Hα diterima). Tabel 6. Hasil uji statistik Post Hoc perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan. Kelompok perendaman obat kumur cengkeh Waktu VHN Mean Sig. (p) A1 (-) saliva buatan -59,81 30 detik B1 (+) saliva buatan 56,54 A2 (-) saliva buatan -61,92 1 menit B2 (+) saliva buatan 51,84 A3 (-) saliva buatan -65,71 2 menit B3 (+) saliva buatan 49,66 A4 (-) saliva buatan -97,03 4 menit B4 (+) saliva buatan 50,48 *terdapat perbedaan signifikan pada p<0, , * 113, * 115, * 147, *
17 BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan permukaan enamel setelah perendaman larutan asam yang diuji nilai kekerasannya dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester FM-800. Sebelum diukur nilai kekerasannya, sampel ditanam terlebih dahulu dalam self-curing resin agar sampel tetap stabil saat dilakukan pengukuran. Dalam proses penanaman ke dalam resin, bagian mahkota sampel dilapisi terlebih dahulu dengan wax pada bagian central developmental groove ke arah bukal agar bagian bukal gigi terbebas dari resin saat proses penanaman sehingga tidak mempengaruhi hasil pengukuran kekerasan enamel pada bagian bukal. Enamel merupakan lapisan terluar gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras karena mengandung zat anorganik sebanyak 95-98%. Komponen mineral utama pada enamel adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ). Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel rentan terhadap demineralisasi. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan ph di bawah 5,5. ph yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi. 3,8,9 Kekerasan permukaan enamel sangat bervariasi tergantung pada lokasinya dan kekerasannya akan berkurang dari permukaan luar enamel menuju ke dentin. Variasi kekerasan permukaan enamel dapat terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, dan persiapan sampel. 15,16,29,34 Ratarata kekerasan permukaan enamel awal yang diukur pada penelitian ini adalah berkisar antara 374,94 VHN sampai 411,67 VHN (Tabel 2). Hasil pengukuran kekerasan permukaan enamel yang didapat tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh Cirano FR dkk di Brazil (2003) dimana nilai kekerasan permukaan enamel berkisar antara 373,67 VHN sampai 423,15 VHN 16, juga tidak jauh berbeda
18 dengan yang diilaporkan oleh Mettu S dkk di India (2015) dimana nilai kekerasan permukaan enamel yang diukur berkisar antara 389,04 VHN sampai 400,98 VHN. 34 Cengkeh merupakan tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan karena mempunyai efek antivirus, antiseptik, analgesik, dan antifungal alami. Dalam cengkeh terkandung mineral seperti kalsium, fosfor, tembaga, zat besi, magnesium, dan mangan, dimana mineral kalsium dan fosfor merupakan mineral yang penting dalam proses remineralisasi gigi. 3-5,7-9,17-21 Pada penelitian ini, seluruh sampel setelah direndam dengan jus jeruk kemasan mengalami penurunan kekerasan enamel, sedangkan keempat kelompok A1, A2, A3, dan A4 dimana gigi direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan juga mengalami penurunan nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05). Kelompok A1 (perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) mengalami penurunan kekerasan permukaan enamel sebesar 59,81 VHN dengan p=0,000, kelompok A2 (perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) sebesar 61,92 VHN dengan p=0,000, kelompok A3 (perendaman obat kumur cengkeh 2 menit) sebesar 65,71 VHN dengan p=0,008, dan kelompok A4 (perendaman obat kumur cengkeh 4 menit) sebesar 97,03 VHN dengan p=0,015 (Tabel 3). Penurunan kekerasan enamel dapat terjadi karena gigi mengalami demineralisasi. Demineralisasi terjadi karena ph jus jeruk kemasan dan obat kumur cengkeh berada di bawah ph krtitis enamel gigi (<5,5), dimana ph jus jeruk kemasan adalah 3,6 dan ph obat kumur cengkeh adalah 4,7 sehingga ketika jus jeruk kemasan dan obat kumur cengkeh berkontak dengan enamel menyebabkan ion OH - meningkat dan semakin tinggi pelepasan ion Ca dan PO 4 pada hidroksiapatit enamel gigi (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 sehingga kekerasan enamel berkurang. Hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Al-lami AHK dan Al-lousi WS di Irak (2011), dimana penelitian yang mereka lakukan menunjukkan bahwa larutan ekstrak bunga cengkeh 1%, 5%, dan 10% dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel pada gigi yang telah di demineralisasi secara signifikan dan peningkatan kekerasan tertinggi adalah pada konsentrasi 5%. Perbedaan ini disebabkan karena secara teori, ekstrak bunga cengkeh dalam bentuk larutan dengan pelarutnya berupa aquadest
19 masih membawa mineral (dalam hal ini kalsium dan fosfor) yang terdapat pada cengkeh sehingga remineralisasi dapat terjadi 10 sedangkan pada penelitian ini ekstrak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur adalah dalam bentuk minyak (minyak cengkeh yang mengandung eugenol). Secara teori, pembuatan minyak cengkeh menggunakan proses destilasi. Destilasi merupakan pemisahan 2 komponen/lebih berdasarkan perbedaan titik didih senyawanya, dimana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dahulu, uap yang menguap kemudian akan didinginkan lalu mengembun dan menetes sebagai zat murni (ekstrak). 54 Proses destilasi dalam pembuatan minyak cengkeh yang terkandung pada obat kumur ini menyebabkan eugenol pada cengkeh menguap dahulu (titik didih eugenol 253 C) karena mempunyai titik didih yang lebih rendah dari kalsium (1484 C) dan fosfor (280 C) sedangkan kalsium dan fosfor tidak turut menguap karena mempunyai titik didih yang berbeda Proses ini menyebabkan kandungan kalsium dan fosfor pada cengkeh sangat sedikit atau bahkan tidak terkandung pada minyak cengkeh. 4,6,7,11 Oleh karena itu peneliti menyarankan penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh dalam bentuk ekstrak lain selain dalam bentuk minyak esensial dalam obat kumur. Kandungan eugenol pada ekstrak cengkeh yang terdapat pada obat kumur ini bersifat asam lemah yang berfungsi sebagai antibakteri, antimikroba, dan antifungal. 6,7,17-20 Namun meskipun eugenol bersifat asam, eugenol dapat menghambat dekalsifikasi enamel. Hal ini dibuktikan dari penelitian Marya CM dkk di India (2012) yang menunjukkan bahwa minyak cengkeh 0,05% yang dicampurkan pada jus apel dengan ph 3,2 dapat menghambat proses dekalsifikasi enamel oleh jus apel 11 artinya dengan ph yang rendah (dibawah ph kritis enamel), dekalsifikasi enamel dapat dihambat sehingga penurunan kekerasan permukaan enamel dapat dihambat. Minyak cengkeh juga mengandung tannin yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam pada enamel gigi 4,6,7,10 sehingga kemungkinan penurunan kekerasan permukaan enamel yang terjadi bisa lebih tinggi tanpa adanya eugenol dan tannin yang terkandung dalam minyak cengkeh.
20 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama perendaman dalam obat kumur cengkeh, maka semakin besar pula penurunan kekerasan permukaan enamel (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian Arief EP di Indonesia (2007) yang menyatakan kontak yang lama antara enamel dan larutan asam di sekitarnya akan mengakibatkan demineralisasi terjadi terus menerus, menyebabkan kehilangan sebagian dari prisma enamel, sehingga kekerasan permukaan enamel gigi akan semakin berkurang 3,58 sehingga peneliti berpendapat bahwa lebih baik berkumur selama 30 detik sesuai anjuran pabrik agar efek demineralisasi lebih lanjut dapat dihindari. Penurunan nilai kekerasan permukaan enamel juga dapat disebabkan karena ph obat kumur cengkeh yang berada di bawah ph kritis enamel sehingga menyebabkan enamel mengalami demineralisasi. ph obat kumur cengkeh pada penelitian ini adalah 4,7. Diketahui bahwa makanan maupun minuman ringan, minuman olahraga, jus buah, serta minuman beralkohol dengan ph asam (<5,5) dapat menimbulkan erosi dan penurunan kekerasan permukaan enamel. 9,14,30,32 Penelitian yang dilakukan oleh Pontefract H dkk di Amerika Serikat (2001) menunjukkan bahwa obat kumur yang mengandung minyak esensial dengan ph rendah dapat menyebabkan terjadinya penurunan kekerasan permukaan enamel sehingga Pontefract dkk menyatakan bahwa penggunaan obat kumur dengan ph rendah tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat merusak enamel, dianjurkan juga agar tidak digunakan sebelum menyikat gigi. 59 Namun pada umumnya obat kumur memang diproduksi dalam ph asam untuk memaksimalkan efek pengawet pada obat kumur. 60 Pratama IJ dkk di Indonesia (2013) menyatakan bahwa semakin kecil konsentrasi ekstrak cengkeh, maka akan semakin basa sifat phnya. 3 Konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur ini adalah 0,35%, dimana konsentrasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan oleh Marya CM dkk di India (2012) yaitu sebesar 0,05%. Meskipun Marya CM dkk tidak menyebutkan ph minyak cengkeh yang dipakai dalam penelitiannya, namun kemungkinan ph minyak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur ini lebih asam dibandingkan dengan ph minyak cengkeh yang
21 digunakan oleh Marya CM dkk karena konsentrasi minyak cengkeh pada obat kumur ini lebih tinggi dibandingkan penelitian tersebut. Dengan adanya kandungan sodium benzoate sebagai pengawet dalam obat kumur cengkeh ini juga dapat menjadi salah satu alasan obat kumur cengkeh ini dibuat dengan ph rendah. Sodium benzoate berfungsi sebagai antibakteri dan pengawet. Diketahui sodium benzoate mempunyai efek pengawet yang maksimal seiring dengan menurunnya ph suatu larutan sehingga kemungkinan pabrik mengatur ph obat kumur cengkeh ini menjadi asam agar efek sodium benzoate sebagai pengawet dapat bekerja maksimal. Komposisi lain selain minyak cengkeh dan sodium benzoate yang terkandung dalam obat kumur cengkeh dalam penelitian ini diperuntukkan untuk antibakteri dan antimikroba 40,41,46-49 sehingga peneliti berasumsi bahwa obat kumur cengkeh ini dimaksimalkan untuk antibakteri saja namun tidak sebagai agen remineralisasi. Saliva dapat membantu proses remineralisasi enamel oleh karena adanya komposisi saliva seperti ion kalsium, fosfat, bikarbonat, urea, dan sialin. Aliran saliva dapat mengurangi kontak langsung asam dengan enamel, juga dapat menetralkan kembali ph rongga mulut sehingga remineralisasi dapat terjadi. 14 Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada Tabel 4 yang menunjukkan dengan penambahan saliva buatan pada obat kumur cengkeh pada kelompok B1, B2, B3, dan B4 dapat meningkatkan nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05). Peningkatan yang terjadi bahkan melebihi nilai kekerasan awal, dimana kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan kelompok B1 (30 detik) adalah 400,07±3,00 VHN dari kekerasan awalnya 381,08±16,49 VHN, kelompok B2 (1 menit) adalah 385,26±7,58 VHN dari kekerasan awalnya 377,68±12,10 VHN, kelompok B3 (2 menit) adalah 401,20±25,67 VHN dari kekerasan awalnya 390,11±33,04 VHN, kelompok B4 (4 menit) adalah 398,24±13,70 VHN dari kekerasan awalnya 393,31±21,13. Hal ini terjadi karena selain sebagai buffer yang dapat menetralkan asam, difusi komponen anorganik dan organik pada saliva pada enamel dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi gigi sehingga terjadi peningkatan kekerasan permukaan enamel. 50
22 Perbandingan nilai kekerasan permukaan enamel antara kelompok perendaman obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan kelompok perendaman obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5 dan Tabel 6) dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Oleh karena itu, dari penelitian ini peneliti berpendapat bahwa obat kumur yang mengandung minyak cengkeh ini baik dan aman untuk digunakan karena pada kenyataannya terdapat saliva pada rongga mulut yang dapat memicu remineralisasi pada rongga mulut. Hal ini tampak dari dengan penambahan saliva buatan pada obat kumur cengkeh dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel. Selain itu, pada individu yang mempunyai kelainan kelenjar saliva seperti xerostomia, obat kumur cengkeh ini pun baik untuk digunakan namun dengan penambahan saliva buatan pada individu tersebut.
23 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Terdapat penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang telah direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan. 2. Terdapat peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang direndam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan setelah perendaman jus jeruk kemasan. 3. Terdapat perbedaan kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan. 6.2 Saran 1. Penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh tidak dalam bentuk minyak esensial agar dapat memaksimalkan efeknya dalam remineralisasi enamel disamping efeknya sebagai antibakteri. 2. Penelitian lanjutan mengenai obat kumur cengkeh yang telah ditambah saliva buatan dalam efeknya sebagai antiseptik.
Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi
25 Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi 1 Yumi Lindawati, 2 Novia 1 Departemen Biologi Oral 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara e-mail: drg.yumi@yahoo.com
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Penggunaan jangka panjang obat kumur berbahan dasar kimia berefek samping menimbulkan diskolorisasi gigi, rasa kurang enak, ulserasi mukosa mulut, dan parestesi. Oleh karena
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%
19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penilitian Desain: Eksperimental Laboratorik 4.2. Spesimen Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari delapan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:
26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian uji kekerasan email dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian ekperimental laboratoris, dimana peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang akan timbul
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN DAN SAMPEL Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri
Lebih terperinciGambar 1. Cengkeh kering 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cengkeh Cengkeh (Syzygium Aromaticum) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Maluku. Tanaman perkebunan ini menyebar di Indonesia sejak tahun 1870 dan kini sudah banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)
KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah dilaksanakan di
Lebih terperinciPERBEDAAN NILAI KEKERASAN ENAMEL GIGI PADA PERENDAMAN DENGAN SUSU SAPI DAN SALIVA BUATAN SETELAH DEMINERALISASI GIGI
PERBEDAAN NILAI KEKERASAN ENAMEL GIGI PADA PERENDAMAN DENGAN SUSU SAPI DAN SALIVA BUATAN SETELAH DEMINERALISASI GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies
Lebih terperinciPENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM
PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) PADA SALIVA SKRIPSI Oleh: DIAN NIRMALA SARI NIM. 031610101017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2008 PENGARUH KONSUMSI COKELAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories
20 BAB 3 METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah Posttest design 3.3
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental, dengan rancangan pre and post test control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kekerasan Email Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kandungan dan Kebidanan. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. 4.2. Kriteria Sampel Penelitian 4.2.1. Jenis Sampel Spesimen resin pit & fissure sealant
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan gigi
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan email gigi desidui. B. Tempat dan Waktu
Lebih terperinciBayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***
PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi minuman maupun makanan asam secara global oleh masyarakat seluruh dunia telah banyak menimbulkan kasus erosi serta kerusakan lain pada gigi. 1 Masyarakat
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah true eksperimental laboratoris secara in vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar
Lebih terperinciPERBEDAAN ANTARA PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERSODA DAN JUS LEMON SELAMA 30, 60, 120 MENIT TERHADAP KEKERASAN PADA PERMUKAAN GIGI NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN ANTARA PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERSODA DAN JUS LEMON SELAMA 30, 60, 120 MENIT TERHADAP KEKERASAN EMAIL PADA PERMUKAAN GIGI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas
Lebih terperinciThe Hardness Difference of Deciduous Tooth Enamel Between Before and After Soaking with Milk, Tea, and Soda
The Hardness Difference of Deciduous Tooth Enamel Between Before and After Soaking with Milk, Tea, and Soda Perbedaan Kekerasan Email Gigi Desidui Antara Sebelum dan Sesudah Perendaman dengan Susu, Teh,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian
Lebih terperinciEFEK ph MINUMAN TEH BOTOL, KOPI DAN BIR TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN GIGI
EFEK ph MINUMAN TEH BOTOL, KOPI DAN BIR TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi OLEH: BRILIANA R. PANJAITAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T Indonesia pada Riset
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.
23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris post test with control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. manggis (Garcinia mangostana Linn) yang telah matang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian eksperimental kuasi dengan pretest dan posttest control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kimia Medik, Ilmu Mikrobiologi, dan Ilmu Farmakologi. 3.1.2 Ruang Lingkup
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : T.M. Reza Syahputra Dinno Rilando Hari / Tgl: Kamis / 24 Maret 2016 Tujuan Praktikum: 1. Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dan fungsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian secara in vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. B. Tempat dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional.
35 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian The Post Test-Only Control Design Group. 4.2 Sampel Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
22 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian The Post Test-Only Control Group Design. 4.2 Populasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan penyinaran dilakukan
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental murni laboratoris secara in vitro. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi
Lebih terperinciLARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in B. Tempat dan Waktu 1. Tempat: a. Pembuatan ekstrak buah semangka dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang mengalami perubahan warna, atau dikenal dengan diskolorasi merupakan salah satu alasan pasien datang ke klinik dokter gigi (Perdigȃo, 2010 dalam Torres dkk.,
Lebih terperinciInd. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan*
Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, 61-65 EFFECT OF SOFT DRINK TO DEMINERALIZATION ON THE TOOTH ENAMEL BY ADDITION OF SODIUM FLUORIDE Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Email Gigi Dengan Penambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,
Lebih terperinciAsam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam
Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan
A. DESAIN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi
Lebih terperinciSoraya D.P. Rezky dkk.: Perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam kefir 55
Soraya D.P. Rezky dkk.: Perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam kefir 55 Perendaman semen ionomer kaca kekerasan permukaan konvensional dalam kefir terhadap *Soraya Dian Permata Rezky, **Titien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang sering diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey kesehatan rumah tangga
Lebih terperinciASAM, BASA, DAN GARAM
ASAM, BASA, DAN GARAM Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi zat Kompetensi Dasar : Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat A. Sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris 3.1.1 Rancangan Penelitian Rancang penelitian adalah pre-post test
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.
36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciLAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA NAMA : ASTRID SISKA PRATIWI (147008007) IKA WARAZTUTY (147008019) PRODI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 10 MARET 2015 TUJUAN
Lebih terperinciEnsiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur
BAB 2 ASAM, BASA DAN GARAM Ensiklopedi: 27 dan 342 Kompetensi Dasar: Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat. Melakukan percobaan sederhana
Lebih terperinciPENGARUH MINUMAN JUS LEMON KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN GIGI BERDASARKAN DURASI WAKTU. Herry Imran 1, Nasri 1, Rohani M 1
PENGARUH MINUMAN JUS LEMON KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN EMAIL GIGI BERDASARKAN DURASI WAKTU Herry Imran 1, Nasri 1, Rohani M 1 Abstract: Acid content in the juice drinks can cause tooth erosion,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai Perbedaan Ekstrak Kulit Salak Pondoh (Salacca zalacca) dan Sodium Hipoklorit 0,5% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi yang diperkenalkan oleh Bowen pada awal tahun 1960-an. 2,3
Lebih terperinci: Kirana patrolina sihombing
Laporan Praktikum Biomedik BM 506 Tema : ph Meter, Buffer dan Pengenceran Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/10 Maret 2015 Jam Nama Praktikan Tujuan Praktikum : 10.00 WIB 14.00 WIB : Melya Susanti : Kirana
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini ialah Quasi Experiment 4.2 DESAIN PENELITIAN Desain penelitian ini ialah Pre and Post Test Design 4.3 LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperinci4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat :
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Uji eksperimental laboratorik 4.2 Subjek Penelitian SIK Tipe 2 4.3 Tempat Penelitian Klinik Konservasi Gigi FKG UI Laboratorium Material Gigi FKG UI 4.4 Waktu
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Meutia Atika Faradilla (147008014) Sri Wulandari (147008005) Tanggal Praktikum : 10 Maret 2015 Tujuan Praktikum : 1. Memahami prinsip dasar
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Eksperimental Klinis 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Tempat Penelitian : FKG UI 4.2.2. Waktu Penelitian : November 2008 4.3. POPULASI DAN SUBYEK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh terpenting yang harus dijaga keindahannya. Dalam bidang kedokteran gigi terdapat berbagai macam perawatan, salah satunya bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi berjejal atau crowding dapat diartikan sebagai ketidakharmonis antara ukuran gigi dengan ukuran rahang yang dapat menyebabkan gigi berada di luar lengkung rahang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui atau lebih dikenal dengan gigi susu adalah gigi yang pertama kali muncul di rongga mulut. Gigi desidui sudah mulai berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,
Lebih terperinci: Kirana patrolina sihombing
Laporan Praktikum Biomedik BM 506 Tema : ph Meter, Buffer dan Pengenceran Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/10 Maret 2015 Jam Nama Praktikan Tujuan Praktikum : 10.00 WIB 14.00 WIB : Melya Susanti : Kirana
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok pada tanggal 4, 5, dan 7 November 2008. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 30 orang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. laboratorium yang dilakukan dengan hewan uji secara in vivo. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental murni laboratorium yang dilakukan dengan hewan uji secara in vivo. B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Kriteria Spesimen a. Bentuk dan ukuran spesimen - Resin komposit berbentuk tabung berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang ditanam dalam resin. b. Jumlah spesimen Keseluruhan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, DAN PENGENCERAN
LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, DAN PENGENCERAN Nama : Atri Gustiana Gultom Dewi Maya Sarah Hari/ Tgl Praktikum : Selasa/ 10 Maret 2015 TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mahasiswa/i dapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Enamel Enamel dibentuk oleh sel yang disebut sebagai ameloblast, yang berasal dari lapisan embrio yang dikenal sebagai ectoderm. Enamel melapisi bentuk anatomi mahkota gigi dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. B. Populasi dan Sampel 1. Subjek Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain dan merupakan aspek penting dari komunikasi non verbal (Graham dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika sudah menjadi kebutuhan utama, terutama bagi orang yang bidang pekerjaannya membutuhkan penampilan wajah menarik. Dalam hal ini, kerapian susunan serta warna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang
Lebih terperinciKESEIMBANGAN ASAM BASA
LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA NAMA PRAKTIKAN : Fani Nuryana Manihuruk (NIM 147008013) Mesrida Simarmata (NIM 147008011) HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 10 Maret 2015 TUJUAN
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : 1. Irmayanti (157008011) 2. Binayanti Nainggolan (157008008) 3. Henny Gusvina Batubara (157008010) Tanggal Praktikum : 31 Maret 2016 Tujuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan di OSCE Center kampus Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel diawali dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran
Lebih terperinci