PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) DALAM MEDIA LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN KOTORAN AYAM. Ayu Safitri 1, Yusfiati, 2 Herman 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) DALAM MEDIA LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN KOTORAN AYAM. Ayu Safitri 1, Yusfiati, 2 Herman 2"

Transkripsi

1 PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) DALAM MEDIA LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN KOTORAN AYAM Ayu Safitri 1, Yusfiati, 2 Herman 2 1 Mahasiswa Program Studi SI Biologi, FMIPA UR 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Ayusafitri795@yahoo.com ABSTRACT This study aimed to determine the effect of palm sheath waste and chicken manure at various levels as growth media of earthworms (Perionyx sp). Parameters measured were increasing body weight and the amount of coccon produced. Experiment is designed as completely random (DCR) with five treatments, M1 (100% palm sheath waste); M2 (75% palm sheath waste + 25% chicken manure); M3 (50% palm sheath waste + 50% chicken manure); M4 (25% palm sheath waste + 75% chicken manure) and M5 (100% chicken manure). Body weight and the number of coccons produced were analyzed statistically using analysis of variance (ANOVA) followed by DMRT with 5% significance level. The results showed that the increase of body weight as well as the number of coccon produced among the treatments were significantly different (P > 0,05). The M2 media which consist of 75% palm sheath waste + 25% chicken manure produced the largest increase of body weight and coccon production. Key Words: Chicken manure, Earthworm, Perionyx sp, Palm sheath waste. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah pelepah sawit dan kotoran ayam di berbagai tingkatan sebagai media pertumbuhan cacing tanah (Perionyx sp). Parameter yang diukur adalah pertambahan berat badan dan jumlah kokon yang dihasilkan. Secara experimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan lima perlakuan, M1 (100% limbah pelepah sawit); M2 (75% limbah pelepah sawit + 25% kotoran ayam); M3 (50% limbah pelepah sawit + 50% kotoran ayam); M4 (25% limbah pelepah sawit + 75% kotoran ayam) and M5 (100% kotoran ayam). Berat badan dan jumlah kokon yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan oleh DMRT dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan berat badan serta jumlah kokon yang diproduksi berbeda nyata antara perlakuan (P > 0,05). Media M2 yang terdiri dari 75% limbah pelepah sawit + 25% kotoran ayam 25% adalah media terbaik untuk meningkatkan berat badan dan memproduksi kokon. Kata kunci: Kotoran ayam, Cacing tanah, Perionyx sp, Limbah pelepah sawit. 1

2 PENDAHULUAN Cacing tanah merupakan hewan invertebrata yang dikenal cukup potensial sebagai hewan budidaya, karena selain pelaksanaannya yang mudah dilakukan dan cepat berkembangbiak, hasil budidayanya juga banyak berperan dalam bidang pertanian dan industri antara lain sebagai sumber protein hewani bahan pakan ternak dan ikan (Minnich 1977), untuk ramuan obat dan kosmetika (Rukmana 1999), mengurangi nematoda patogen di dalam tanah dan membuat struktur tanah menjadi lebih baik (Simandjuntak & Waluyo 1982). Pertumbuhan cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing produktif dan cacing tua (Palungkun 1999). Lama pertumbuhan ini tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan dan jenis cacing tanah (Astuti 2001). Produksi cacing tanah sangat dipengaruhi oleh media yang digunakan dan pakan yang diberikan dalam proses pembiakkan (Haryono 2003). Gaddie dan Douglas (1977), melaporkan bahwa habitat cacing tanah secara umum adalah kotoran hewan karena strukturnya relatif halus dan kaya akan nutrisi. Limbah kotoran ayam merupakan salah satu produk yang dapat digunakan untuk pakan ataupun media tumbuh cacing tanah, sedangkan kandungan serat kasar dalam limbah pelepah sawit berperan penting untuk media pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah. Pada penelitian ini akan diteliti pertumbuhan cacing tanah lokal Perionyx sp pada media campuran bahan organik yaitu limbah pelepah kelapa sawit dan kotoran ayam pada berbagai taraf. BAHAN DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan di kebun Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Penelitian berlangsung mulai bulan Desember 2012 sampai dengan Maret Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing tanah (Perionyx sp) sebanyak 165 gr sebagai hewan percobaan, limbah pelepah sawit, kotoran ayam, kapur pembasmi semut dan air bersih, sedangkan alatnya terdiri dari 15 pot plastik, karung plastik, ember, timbangan 2 kg, timbangan digital, kamera digital, handsprayer, sarung tangan, masker, thermometer, soil tester, terpal dan alat tulis. Persiapan Cacing Tanah (Perionix sp) Cacing tanah yang diperoleh dari penjual pakan ikan yang beralamat di jalan Subrantas, Pekanbaru, Diidentifikasi dengan mengamati karakter morfologi cacing tanah yang meliputi bentuk tubuh bulat, warna tubuh ungu tua dan merah kecoklatan, panjang tubuh 9,5-16 cm, jumlah segmen , tipe prostomium prolobous, jumlah seta 65, tipe seta perychaetine, tipe klitelum annular, warna klitelum kuning tua, posisi klitellum pada segmen ke 13-17, jumlah segmen dalam klitellum 5, letak lubang jantan segmen ke 18 dan jumlah lubang jantan 1 pasang. Cacing tanah hasil indentifikasi kemudian dikoleksi. Perionix sp yang digunakan disini adalah jenis cacing dewasa yang telah memiliki klitellium, tidak bau dan segar. Cacing tanah diseleksi terlebih dahulu dengan metode handshorting (Stocli 1928; Anas 1990). Metode ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: pengambilan cacing tanah dari media koleksi, pembersihan cacing tanah dan penimbangan cacing tanah. 2

3 Persiapan Media Kotoran ayam dibersihkan dari plastik-plastik dan semut. Dibiarkan dalam karung selama 2 minggu hingga gas-gas yang tidak dikehendaki cacing tanah menguap dan bau kotoran sudah tidak tajam, dimasukkan 1 ekor cacing ke dalam media bila cacing tidak naik, berarti media telah cocok, begitu juga halnya dengan limbah pelepah sawit yang akan dijadikan media pertumbuhan cacing tanah dibersihkan dan kemudian dijemur hingga kering untuk mematikan kokon atau cacing tanah yang mungkin masih terbawa kemudian disiram air hingga medianya lembab. Metode penelitian Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah: M1 = 100% limbah pelepah sawit M2 = 75% limbah pelepah sawit + 25% kotoran ayam M3 = 50% limbah pelepah sawit + 50% kotoran ayam M4 = 25% limbah pelepah sawit + 75% kotoran ayam M5 = 100% kotoran ayam Pengamatan Pengamatan variabel respon dilakukan sebanyak 3 kali yaitu: hari ke-10, hari ke-20 hari dan pengamatan terakhir dilakukan pada hari ke-30 setelah penanaman cacing tanah ke dalam media. Variabel respon yang diukur adalah: 1. Pertambahan bobot badan induk. Pertambahan bobot badan induk rata-rata= bobot badan saat pengamatan dikurangi dengan bobot badan pengamatan sebelumnya, kemudian dibagi dengan jumlah populasi cacing tanah saat pengamatan. PBB= BBn-BBn-1 populasi n Keterangan : PBB = Pertambahan bobot badan BBn = Bobot badan pada saat pengamatan BBn-1 = Bobot badan pengamatan sebelumnya populasi = Jumlah populasi pada saat pengamatan 2. Jumlah kokon, Perhitungan jumlah kokon dilakukan pada setiap pot plastik secara manual setelah 10 hari penanaman, setiap 10 hari selama 30 hari, dan juvenil juga dihitung, dengan konversi satu kokon sama dengan empat juvenil. Kokon dan juvenil ini kemudian dibuang dari media. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% menggunakan SPSS versi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Bobot Badan Induk Penggunaan limbah pelepah sawit dan campuran kotoran ayam diduga dapat menunjang proses perkembangbiakan cacing tanah. Kandungan kimia dan kualitas makanan yang diberikan kepada cacing tanah mempengaruhi tinggi rendahnya bobot badan cacing tanah. Rataan pertambahan bobot badan cacing tanah induk disajikan pada Tabel 1. dan untuk histogram rataan pertambahan bobot badan cacing tanah setiap pengamatan ditampilkan pada Gambar 1. Tabel 1. Rataan pertambahan bobot badan cacing tanah No Jenis media/ perlakuan Rata-rata (g) 1 M1 (100% limbah pelepah sawit) 1,80 bc 2 M2 (75% limbah pelepah sawit + 25% kotoran ayam) 2,27 c 3 M3 (50% limbah pelepah sawit + 50% kotoran ayam) 1,53 bc 4 M4 (25% limbah pelepah sawit + 75% kotoran ayam) 1,20 ab 5 M5 (100% kotoran ayam) 0,05 a Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% ,33 14,66 14, ,66 13,33 13,66 13,66 13, ,66 11,66 11, ,33 11,66 hari ke 0 hari ke 10 hari ke 20 hari ke 30 0 M1 M2 M3 M4 M5 Jenis media/ perlakuan Gambar 1. Histogram rataan pertambahan bobot badan cacing tanah Hasil analisis ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa bobot badan cacing tanah berbeda sangat nyata dipengaruhi oleh jenis media atau perlakuan media. Nofyan (2000) menyatakan pengaruh pakan terhadap cacing tanah bervariasi tergantung pada kuantitas dan kualitas materi organik. Tingginya kualitas pakan secara kimia ditunjukkan dengan terpenuhinya nilai gizi dalam komposisi pakan sehingga mengakibatkan terjadinya pertumbuhan hewan khususnya cacing tanah yang jauh lebih baik (Tilman 1998). Cacing tanah mampu mengkonsumsi bahan organik sebagai pakan disebabkan oleh ketersedian bahan organik yang disukai serta kandungan kimianya (Nofyan 2000). Bahan organik yang kaya akan protein cendrung lebih mudah dikonsumsi oleh cacing tanah dibandingkan dengan bahan 4

5 organik yang kandungan proteinnya lebih rendah (Yulipriyanto 1995). Menurut Palungkun (1999) kandungan protein media sebaiknya berkisar 9-15%. Pada penelitian ini bahan organik yang dipakai sebagai media adalah kotoran ayam (Gambar 2a.) dan limbah pelepah kelapa sawit (Gambar 2b.) yang diduga memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan dalam pertumbuhan cacing tanah. Menurut Mathius (2003) ; Widjaya et al. (2005) kandungan nutrisi % dari pelepah kelapa sawit yaitu: bahan kering 26,07, protein kasar 3,07, lemak kasar 1,07, serat kasar 50,94, kalsium (Ca) 0,96, fosfor (P) 0,08, energi (Kkal/kg) 4.841, sedangkan komposisi pupuk kotoran ayam yaitu nitrogen 1,0%, fosfor 0,8%, kalium 0,4%, dan kandungan airnya 55% (Soedijanto dan Hadmadi 1980). Hal ini sesuai menurut Rukmana (1999) syarat bahan organik yang dapat digunakan sebagai media untuk budidaya cacing tanah antara lain mempunyai daya serap yang tinggi untuk menahan air, gembur, tidak mudah menjadi padat, mudah terurai, berfungsi sebagai pakan cacing tanah, tidak mengandung tanin (alkaloid), terdiri dari bahan organik berserat yang telah mengalami pelapukan antara 50 sampai 65%, kandungan protein yang dapat langsung dicerna dalam media tidak terlalu tinggi dan tidak mengandung minyak atsiri yang berbau tajam. a b Gambar 2. Media pertumbuhan a. Kotoran ayam dan b. Limbah pelepah sawit Rataan bobot badan induk cacing tanah pada kelima jenis media mengalami penambahan, tetapi nilai penambahan bobot badan tidak sama. Peningkatan penambahan bobot badan cacing tanah signifikan. Histogram rataan penambahan bobot badan cacing tanah kelima perlakuan pada pengamatan pertama (hari ke 10) menunjukkan peningkatan yang tinggi (Gambar 1). Peningkatan rataan bobot badan cacing tanah diduga disebabkan ketersediaan nutrisi yang cukup pada media. Sesuai menurut Palungkun (1999) bobot badan cacing tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi media dan ketersediaan nutrisi. Gaddie dan Douglas (1977), menyatakan cacing tanah membutuhkan pakan yang cukup mengandung selulosa, protein, mineral dan vitamin. Kebutuhan zat makanan tersebut tidak tercukupi oleh satu jenis bahan saja. Cacing tanah lebih menyukai bahan organik yang sedang mengalami proses dekomposisi dibanding yang sudah terdekomposisi ataupun yang masih segar (Minnich 1977). Pertambahan tertinggi terdapat pada M2, diikuti oleh M1, M3, M4 dan penambahan bobot badan terendah terdapat pada M5. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh berbedanya kombinasi penggunaan pakan dan media hidup 5

6 cacing tanah. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi media M2 dan M1 lebih cocok untuk pertumbuhan cacing tanah dibandingkan dengan media M3, M4 dan M5. Makin tinggi taraf pemberian kotoran ayam terdapat indikasi bobot hidup cacing tanah makin menurun. Media kompos kotoran ayam (M5) menunjukkan hasil penambahan bobot badan cacing tanah paling rendah diduga cacing tanah Perionyx sp kurang menyukai media kotoran ayam, walaupun kotoran ayam ini memiliki nutrisi yang baik untuk pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah tapi media ini tidak memiliki aerasi yang cukup dan mudah memadat. Perpaduan media pakan limbah pelepah sawit 75% dengan kotoran ayam 25% lebih disukai oleh cacing tanah yang berpengaruh baik terhadap proses reproduksi dan produksi kokon. Penggunaan limbah pelepah sawit potensial sebagai media hidup cacing tanah, keadaan demikian kemungkinan disebabkan karena selain kandungan nutrisi juga karena pelepah sawit mempunyai tekstur yang kasar menyebabkan aerasi media menjadi lebih baik, media tidak memadat. Sehingga disukai oleh cacing tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Minnich (1977), bahwa media yang terlalu padat dapat menyebabkan ketersediaan oksigen berkurang, sehingga cacing tanah sulit bernafas dan akan terganggu kesehatan dan produksi cacing tanah. Campuran media tersebut dapat memaksimalkan reproduksi cacing tanah. Kotoran ternak dapat menyuplai protein dan mineral, sehingga dilakukkan pencampuran kotoran ayam kedalam limbah pelepah sawit sebagai media pertumbuhan cacing tanah. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan cacing tanah berbeda terhadap konsentrasi pemberian kotoran ayam. Kondisi lingkungan media merupakan faktor lain yang mempengaruhi bobot badan cacing tanah. Suhu mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam tubuh cacing tanah seperti pertumbuhan, reproduksi, metabolisme (Edwards dan Lofty 1977). Menurut Neuhauser et al. (1988) dalam Samosir (2000) suhu yang optimal untuk Perionix exavatus adalah 30 0 C. Hal ini sesuai hasil pengukuran terhadap temperatur media terlihat rata-ratanya dari pengamatan hari ke 10 berkisar antara 28,46-29,10. Histogram (Gambar 1) menjelaskan tentang rataan penambahan bobot badan pada pengamatan kedua (hari ke 20) bobot badan cacing tanah tetap mengalami kenaikan, tapi tidak sebesar pengamatan pertama. Hal ini diduga karena pada pengamatan kedua cacing tanah mengalami masa aktif bereproduksi dan mulai memproduksi kokon yang lebih banyak. Menurut Hisbinudin (2000) pertumbuhan cacing tanah akan berlangsung lambat dan terjadi penurunan bobot badan cacing tanah setelah cacing tanah mencapai dewasa kelamin. Rataan pertambahan bobot badan cacing tanah pada pengamatan ketiga (hari ke 30) terjadi penurunan nilai bobot badan cacing tanah, hal ini kemungkinkan karena kandungan nutrisi pada media akan semakin berkurang akibat aktivitas makan cacing. Hal lain yang mempengaruhi penurunan rataan bobot cacing tanah adalah umur cacing tanah yang semakin tua dan kegiatan bereproduksi (Herayani 2001). Media M1 merupakan media yang penurunan nilai bobot badan cacing tanah tertinggi dibandingkan media lain, sedangkan media yang penambahan nilai bobot badan cacing yang tertinggi terdapat pada media M4 selanjutnya diikuti oleh media M3, M5 dan M2. Hal ini kemungkinan karena pada media M1 dan M2 pengamatan kedua cacing tanah mulai memproduksi kokon cukup banyak, sedangkan media M3, M5 dan M4 kokon yang dihasilkan cacing tanah tidak 6

7 sebanyak media M1 dan M2. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kokon tidak berkorelasi positif dengan bobot badan cacing tanah. Pada pengamatan kedua hasil pengukuran temperatur media menunjukkan rata-rata suhu media diatas suhu optimal cacing tanah yaitu Perionyx sp yaitu 30,10 0 C-30,73 o C, sedangkan pada pengamatan ke tiga hasil rata-rata pengukuran temperatur media masih berkisar suhu normal cacing yaitu 29,56 o C 30,16 o C. Kehilangan air dari tubuh cacing tanah merupakan persoalan utama bagi cacing tanah. Anas (1990) menyatakan bahwa sebanyak 75%-90% dari bobot cacing tanah hidup adalah air. Cacing tanah akan kehilangan cairan tubuh apabila media menjadi kering. Cairan yang terus menerus menguap akan menyebabkan kehilangan bobot cacing sampai 75% dari total tubuhnya (Roots 1956; Armadi 2001). Jumlah kokon Analisis ragam menunjukkan terdapat pengaruh sangat nyata jenis media/ perlakuan terhadap produksi kokon oleh cacing tanah. Data rataan jumlah kokon cacing tanah disajikan pada Tabel 2. dan untuk Histogram rataan jumlah kokon cacing tanah setiap pengamatan ditampilkan pada Gambar 3. Tabel 2. Rataan jumlah kokon cacing tanah No Jenis media/ perlakuan Rata-rata (butir) 1 M1 (100% limbah pelepah sawit) 6,20 b 2 M2 (75% limbah pelepah sawit + 25% kotoran ayam) 15,90 c 3 M3 (50% limbah pelepah sawit + 50% kotoran ayam) 1,56 a 4 M4 (25% limbah pelepah sawit + 75% kotoran ayam) 0,63 a 5 M5 (100% kotoran ayam) 1,00 a Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% hari ke ,3 7,3 6 5,6 1,3 1 2,3 0,6 0,3 1 0,6 1 1,3 hari ke 20 hari ke 30 0 M1 M2 M3 M4 M5 Jenis media/ perlakuan Gambar 3. Histogram jumlah kokon cacing tanah. Cacing tanah bersifat hermaprodit sehingga dalam waktu 30 hari setiap induk cacing tanah yang ditanam mampu memproduksi kokon bila kondisi media memungkinkan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa perbedaan media dan pakan yang diberikan pada cacing tanah dapat mempengaruhi reproduksi. Pada penelitian ini tidak setiap cacing tanah dapat menghasilkan kokon. Cacing 7

8 tanah memanfaatkan nutrien media untuk berbagai aktivitas tubuh terutama untuk reproduksi sehingga akan segera melakukan perkawinan selanjutnya menghasilkan kokon (Gambar 4.) Gambar 4. Kokon cacing tanah Hasil pengamatan pada kokon cacing tanah menunjukkan bahwa kokon mulai dihasilkan pada pengamatan pertama (hari ke 10), tetapi hasil yang diperoleh masih sedikit dimana rataan kokon tertinggi terdapat pada media M2 yaitu 5,6 butir dan rataan yang paling sedikit terdapat pada media M4 yaitu 0,6 butir. Hal ini diduga karena cacing tanah belum mencapai aktivitas reproduksi yang optimal dan nutrisi yang diperoleh lebih diutamakan untuk pencapaian bobot badan dewasa. Brata (2003) mengemukakan dalam hasil penelitiannya bahwa kokon baru yang dihasilkan pada fase reproduksi masih dalam jumlah yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa cacing tanah membutuhkan waktu satu minggu setelah mencapai bobot badan dewasa untuk menghasilkan jumlah kokon yang maksimal. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa dengan taraf pemberian kotoran ayam yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap produksi kokon cacing tanah. Media M2 berbeda nyata terhadap M1, M3, M4 dan M5, dan M1 berbeda nyata terhadap M3, M4 dan M5. Pada media M2 menghasilkan rataan produksi kokon tertinggi, ini menunjukkan bahwa media limbah pelepah kelapa sawit 75% dengan penambahan kotoran ayam 25% cocok untuk perkembangbiakan cacing tanah. Menurut Sihombing (2000) jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsinya akan menentukan produktivitas cacing dalam menghasilkan kokon. Cacing tanah yang diberikan bahan organik yang mengandung nitrogen (N) yang lebih tinggi, lebih cepat tumbuhnya dan menghasilkan kokon yang lebih banyak (Anas 1990). Hasil penelitian yang dilakukan Haryono (2003) juga menunjukkan hal yang sama, bahwa kandungan nitrogen yang tinggi dalam media memberikan pengaruh baik terhadap reproduksi dan produksi kokon cacing tanah jenis Lumbricus rubellus. Hasil pengamatan selama 30 hari media M5, M4, dan M3 merupakan media yang sedikit memproduksi kokon, diduga penyebabnya karena faktor kepadatan media, aerasi dan bobot badan cacing tanah. Hermawati (1998); Astuti (2001) menuliskan aerasi yang baik dapat mempengaruhi produksi kokon. Media M1 produksi kokon lebih sedikit dari M2, kemungkinan karena cacing tanah dalam memproduksi kokon membutuhkan campuran kotoran ternak dalam menyuplai protein dan mineral. Kotoran hewan dapat menyuplai protein dan mineral 8

9 sedangkan sayur-sayuran menyuplai selulosa dan vitamin (Palungkun 1999). Protein memiliki peranan penting dalam kehidupan cacing tanah. menurut Lingga (2002) kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55%. Hal ini didukung oleh Anas (1990) populasi cacing tanah segera terpacu apabila tanah diberi kotoran hewan. Abbot dan parker (1981) juga mengemukakan bahwa ketersedian protein sangat penting dalam menentukan penyebaran dan produksi cacing tanah. Menurut Lee (1985) cacing tanah menghasilkan kokon dipengaruhi oleh kepadatan populasi, bobot biomassa, temperatur, kelembaban, derajat keasaman dan kandungan zat makanan yang tersedia. Perubahan suhu mempengaruhi aktivitas cacing tanah termasuk metabolisme, pertumbuhan, respirasi dan perkembangbiakan (Minnich 1977). Menurut Neuhauser et al, (1988) dalam Samosir (2000), suhu yang optimal untuk Perionix exavatus adalah 30 o C. suhu pada penelitian ini adalah masih dalam kisaran normal yaitu antara C. Gaddie dan Gouglas (1977) menuliskan bahwa cacing tanah sangat aktif pada suhu 26 o C, dan apabila kelembaban media terjaga masih dapat hidup serta melakukan perkawinan pada suhu 37,7 o C. Jumlah produksi kokon yang terbesar diperoleh pada pengamatan ketiga (hari ke 30). Jumlah peningkatan produksi kokon diduga akan terus bertambah jika waktu pengamatan ditambah. Hal ini dikarenakan cacing tanah masih aktif untuk bereproduksi. Masa pra reproduksi cacing tanah P. coretrurus (Fr. Mull) berkisar antara 3-4 bulan, sedangkan masa aktif produksi cacing 5-7 bulan (Yulminarti 1994). Kemungkinan peningkatan jumlah kokon diikuti oleh penurunan pola bobot badan karena energi yang dimiliki cacing tanah digunakan untuk memproduksi kokon. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan cacing tanah serta produksi kokon berbeda nyata dipengaruhi oleh jenis media (P > 0,05). Pertambahan tertinggi dengan (PBB) = 0,28 gr/ ekor pada media M2 dan pertambahan terendah dengan (PBB) = 0,02 gr/ekor pada media M5. Produksi kokon terbanyak 19 butir pada media M2 dan produksi kokon paling sedikit 0,3 butir pada media M4. Kandungan serat kasar yang tinggi dan protein yang tidak terlalu tinggi dalam media dapat meningkatkan hasil produksi cacing tanah begitu juga sebaliknya komposisi protein yang tinggi dan serat kasar yang tidak cukup ditambah dengan mineral rendah akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi kokon yang kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan dalam budidaya menggunakan media limbah pelepah sawit 75% dengan campuran kotoran ayam 25% untuk meningkatkan populasi cacing tanah dan perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis limbah organik lain yang memiliki serat kasar yang berpotensial digunakan sebagai media pertumbuhan cacing tanah. DAFTAR PUSTAKA Abbot, I., C. A Parker, Interactions Between Earthworms and Their Soil Environment, Soil Biol. Biochem. 13 (3) :

10 Anas, I Metode Penelitian Cacing Tanah dan Nematoda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Armadi Pengaruh Pemberian Ampas Tahu, Kapur dan Perlakuan Suhu Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Cacing Lumbricus rubellus serta Kualitas Vermicompost yang Dihasilkan dengan Menggunakan Media Kotoran Sapi. [Skripsi]. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Astuti ND Pertumbuhan dan Perkembangan Cacing Tanah Lumbricus rubellus dalam Media Kotoran Sapi yang Mengandung Tepung Darah. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Biang, brata, Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda. Jurnal. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu. Edwards CA, Lofty JR Biology of Earthworm. London: Chapman and Hall. Gaddie SRRE, Douglas DE Earthworm For Ecology and Profit. Volume 11, Scientific Earthworm Farming. California: B. Publishing Company. Hanafiah, K. A., I. Anas, A. Napoleon dan N. Ghoffar Biologi Tanah. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Haryono Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa dan Ampas Tahu sebagai Media Pakan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Herayani, Yanti Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Cacing Tanah Lumbricus rubellus dalam Media Kotoran Sapi yang Mengandung Tepung Daun Murbei (Morus multicaulis). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hisbinudin, N Pengaruh Jenis Media Campuran Kotoran Sapi, Kelinci dan Cacahan Batang Pisang Terhadap Produktivitas dan Kualitas Nutrisi Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). [Skripsi]. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lee, KE Earthworms Their Ecology and Relationships With Soil and Land Use. CSIRO Division of Soil Adelaide, sydney Lingga, P Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Minnich J The Earthworms Book: How to Rise and Use Earthworms for Your Farm and Farden. USA: Rodale Press Emmaus, PA. Najib, A Peningkatan Pemanfaatan Limbah Melalui Pemeliharaan Cacing Tanah dan Uji Organoleptik sebagai Komponen Pengedel. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nofyan, E Studi Berbagai Macam Feses Hewani Terhadap Laju Konsumsi dan Produksi Kokon Cacing Tanah P. Javanica Gates. Prosiding BKS-PTN Bidang Mipa, UNRI. Pekanbaru Palungkun, R Sukses Beternak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana Budidaya Cacing Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Samosir, Cristina M. F Studi Performasi Produksi Cacing Tanah Dari Tiga Spesies Yang Berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor 10

11 Sherman R Raising earthworms succesfully. Ekstension Solid Waste Spesialist Biological and Agricultural Engineering North Carolina state University, Raleigh, NC. North Carolina State: North Carolina Cooperatve Extension Service 641 : Sihombing, D. T. H Satwa Harapan I. Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya Wirausaha Muda. Bogor. Simandjuntak, A.K dan Djoko Wuloyo Budidaya Cacing Tanah dan Pemanfaatannya. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Soedijanto dan Hadmadi Pupuk Kandang Hijau Kompos. Bumi Restu. Jakarta. 50 Halaman Tilman, D. A Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Widjaya, E., B.N. Utomo,. S. Muhrizal Inovasi Teknologi Mendukung Sistem Integrasi Temak dengan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah. Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Agustus 2005 di Banjarbaru. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Yulminarti Pengaruh Berbagai Macam Serasah Daun dan Feses Hewani Pada cacing Tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull. Terhadap Produksi Kokon dan Lamanya Masa Reproduksi. Tesis Pasca Sarjana ITB. Bandung. (tidak dipublikasikan). Yulprianto Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk Terhadap Populasi Cacing Tanah Lokal (Pheretima sp) Cakrawala Pendidikan. Edisi khusus. 11

PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) PADA DUA MEDIA. Rotupa Juliana Manurung, Yusfiati, Dewi Indriyani Roslim

PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) PADA DUA MEDIA. Rotupa Juliana Manurung, Yusfiati, Dewi Indriyani Roslim PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) PADA DUA MEDIA Rotupa Juliana Manurung, Yusfiati, Dewi Indriyani Roslim Mahasiswa Program Studi SI Biologi Bidang Zoologi FMIPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA 447 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 8 Tahun 2017 PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA (Cocos nucifera, L.) DAN ONGGOK AREN (Arenga pinnata, Merr.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL SKRIPSI ENHA DIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika KARAKTER MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN TIGA JENIS CACING TANAH LOKAL PEKANBARU PADA DUA

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan iklim tropik basahnya memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Beraneka ragam jenis tumbuhan dapat ditanami. Adanya hujan menyebabkan tanah tidak

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp

Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp The Effect of Providing Tofu Waste as Feed Additive on Growth of Earthworm Pheretima sp B. Brata, A.

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL SKRIPSI ENHA DIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan median onggok aren, 1 kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TIGA SPESIES CACING TANAH AKIBAT PENYIRAMAN AIR DAN PENGAPURAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN TIGA SPESIES CACING TANAH AKIBAT PENYIRAMAN AIR DAN PENGAPURAN YANG BERBEDA ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8, No. 1, 2006, Hlm. 69-75 69 PERTUMBUHAN TIGA SPESIES CACING TANAH AKIBAT PENYIRAMAN AIR DAN PENGAPURAN YANG BERBEDA GROWTH OF THREE EARTHWORM

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah kebutuhan akan pangan. Seiring meningkatnya permintaan masyarakat akan pemenuhan pangan, maka banyak industri

Lebih terperinci

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dystrudepts Jenis tanah Kebun percobaan Fakukas Pertanian Universitas Riau adalah Dystmdepts. Klasifikasi tanah tersebut termasuk kedalam ordo Inceptisol, subordo Udepts, great

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS (Study of Potensial and Using of Earthworms for Poultry Feed) R. H. MATONDANG, P. P. KETAREN, H. RESNAWATI dan A. NATAAMIJAYA Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI RITA WAHYUNI E10013162 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan berbagai produk

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. adalah sebagai berikut :

V. SIMPULAN DAN SARAN. adalah sebagai berikut : V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Kualitas vermikompos yang dihasilkan dalam berbagai kombinasi adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Dede Risnajati 1 1Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya Jalan

Lebih terperinci

Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda

Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda ISSN 1978 3000 Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda The Quality of Casting of Three Earthworm Species at Different Watering and Lime

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacing tanah mempunyai potensi memberi keuntungan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. Selama ini cacing tanah dianggap hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN CACING TANAH

PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN CACING TANAH PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU DAN KULIT PISANG KEPOK Musa acuminata SEBAGAI PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN CACING TANAH Lumbricus rubellus THE EFFECT OF TOFU WASTE AND KEPOK Musa acuminata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas

Lebih terperinci

ni. BAHAN DAN METODE

ni. BAHAN DAN METODE ni. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Saung dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Riau, Jl. Bina Widya, Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih zat senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Selain dibutuhkan oleh tanaman pupuk

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) YANG DIPENGARUHI OLEH JENIS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA Oleh: JenniKania 10982005365 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi terhadap Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super dilaksanakan pada tanggal 18 November

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu

Lebih terperinci

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina, Tb.Benito A.K, Ellin Harlia 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5 33 Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol Vol! Volll Villi V21 V2III V4 V4III V2II V,ll Villi V.I V31I Vdll Keterangan : Vi V2V3V4V5 = Perlakuan berbagai bahan dasar pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti halnya manusia yang membutuhkan makanan untuk energi, tumbuh dan berkembang. Pupuk dapat menambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cacing tanah merupakan hewan yang cepat berkembangbiak, mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga dapat berkesinambungan ketersediaannya

Lebih terperinci

RESPONS PANJANG DAN VOLUME AKAR SELEDRI (Apium graveolens L. var. secalinum) TERHADAP KOMPOS PELEPAH KELAPA SAWIT DAN PUPUK KOTORAN KERBAU

RESPONS PANJANG DAN VOLUME AKAR SELEDRI (Apium graveolens L. var. secalinum) TERHADAP KOMPOS PELEPAH KELAPA SAWIT DAN PUPUK KOTORAN KERBAU RESPONS PANJANG DAN VOLUME AKAR SELEDRI (Apium graveolens L. var. secalinum) TERHADAP KOMPOS PELEPAH KELAPA SAWIT DAN PUPUK KOTORAN KERBAU Imeildasari Siregar 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama The Effect of Dosage Chicken Manure to The Growth and Production Brachiaria

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

Elya Febrita*, Darmadi, dan Endro Siswanto * phone:

Elya Febrita*, Darmadi, dan Endro Siswanto *  phone: Jurnal Biogenesis Vol. 11(2):169-176, 2015 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau ISSN : 1829-5460 PERTUMBUHAN CACING TANAH ( Lumbricus rubellus ) DENGAN PEMBERIAN PAKAN BUATAN UNTUK MENDUKUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vo.1, No.1, April 2005 Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum (Performance of Broiler Applied by Various Levels of Animal Protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Hamli (2015) salah satu jenis tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N. EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN VERMIKOMPOS PENGHASIL BIOMASSA CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DAN CACING KALUNG SERTA KOMPOS DENGAN METODE BUDIDAYA EFEKTIF BIDANG KEGIATAN:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan banyak diantaranya adalah petani sayuran. Produktivitas hasil pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik negara maupun swasta. Masing-masing pabrik akan memiliki andil cukup besar dalam

Lebih terperinci

The Effects of Variety of Media Added on Kaur Cattle Feces Fed Setaria Grass and Palm Leaves on Biomass and Vermicompost of Worm

The Effects of Variety of Media Added on Kaur Cattle Feces Fed Setaria Grass and Palm Leaves on Biomass and Vermicompost of Worm Pengaruh Beberapa Campuran Media pada Feses Sapi Kaur yang Diberi Pakan Rumput Setaria dan Pelepah Sawit terhadap Biomassa dan Kualitas Vermikompos Cacing Tanah Pheretima sp The Effects of Variety of Media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci