BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hadian Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Avian Influenza Avian Influenza (AI) yang popular disebut flu burung merupakan penyakit infeksius pada unggas. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia dan menyerang berbagai jenis unggas (Fenner dkk., 1993). Wabah AI dengan angka kematian tinggi pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1878, yang saat itu dikenal dengan nama Fowl Plague. Penyebab Fowl Plague berhasil diisolasi pada tahun 1955 dan diidentifikasi sebagai Avian Influenza tipe A (Dinas Peternakan, 2004) Etiologi Avian Influenza disebabkan oleh virus Influenza tipe A yang termasuk dalam famili Orthomyxoviridae (Webster dan Hulse, 2004). Virus-virus dalam famili ini dikelompokkan menjadi tipe A, B, dan C berdasarkan perbedaan antigenik protein nucleoprotein (NP) dan matriks (M) (Mahardika dkk,. 2005). Virus influenza A menyebabkan influenza pada babi, kuda, unggas, serta manusia. Sedangkan virus influenza B dan C menyebabkan penyakit pada manusia tetapi tidak pada spesies ternak (Fenner dkk., 1993) Berdasarkan struktur antigen dan glikoprotein permukaan virus influenza A, yaitu Hemaglutinin (HA) dan Neuramidase (NA), telah diidentifikasi 16 subtipe HA dan 9 subtipe NA (Fauchier dkk., 2005; Harimoto dan Kawaoka, 2005, Harder dan Warner, 2006). Sesuai dengan tingkat keganasannya, virus AI digolongkan menjadi dua, yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) misalnya H5 dan H7, dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) misalnya H7N7 (Soeharsono, 2002; Perdue and Swayne, 2005) Sifat-sifat Virus a. Sifat Antigenik Struktur antigen virus influenza dapat berubah secara bertahap karena mutasi, dan rekombinasi (Antigenic drift/ hanyutan antigenic) serta reassortment (Antigenic shift/ lompatan antigenic) (Webster dkk., 1992). Hal tersebut karena struktur genetik dari virus terdiri atas RNA rantai tunngal dan bersegmen (Cann, 1993) Virus Avian Influenza memiliki enzim RNA-Polimerase sendiri, sehingga mudah mengalami mutasi. Enzim RNA-Polimerase tidak mempunyai kemampuan proof reading yang baik jika dibandingkan dengan DNA-Polimerase (Webster dan Hulse, 2004).
2 Mutasi terjadi karena enzim RNA-Polimerase virus tidak mempunyai kemampuan memperbaiki kesalahan penyusunan RNA dalam replikasinya (Webster dkk., 1982; Webster dan Hulse, 2004) Rekombinasi terjadi bila RNA virus Influenza terpotong dan disisipi potongan RNA asing yang berasal dari sel (Webster dan Hulse, 2004). Proses ini akan menghasilkan varian virus baru yang dapat terhindar dari system imun. Lompatan antigenic (antigenic shift) terjadi karena reassortment genetic dari dua virus influenza yang berbeda setelah menginfeksi satu sel yang sama (Webster dkk., 1982). Jika sel induk semang terinfeksi oleh dua virus influenza yang berbeda pada saat yang bersamaan dan bereplikasi pada saat yang bersamaan pula maka ada kemungkinan terjadi percampuran segmen dari kedua virus tersebut. Kombinasi mutasi, reassortment, dan rekombinasi genetic tersebut memungkinkan terjadinya perubahan sifat-sifat virus serta adaptasi untuk menembus barier spesies (Mahardika dkk., 2005). b. Hemaglutinasi Hemaglutinin yang menempel pada reseptor sel darah merah menyebabkan terbentuknya kompleks sel darah merah dengan virus sedemikian rupa sehingga sel darah merah tidak mengendap/ tidak terjadi aglutinasi (Harimoto dan Kawaoka, 2005). Uraian tersebut merupakan prinsip dasar uji HA. HA berperan dalam proses infeksi awal virus pada sel. Titer hemaglutinasi adalah pengenceran tertinggi dari suspensi virus yang mampu mengaglutinasi sel darah merah dengan sempurna. Titer antibodi terhadap HA dalam serum berkorelasi positif dengan kekebalan hewan terhadap virus yang homolog (WHO, 2002) Virus yang mempunyai protein HA mampu mengaglutinasi sel darah merah manusia atau sel darah nerah hewan (Jawetz., 1995). Sel darah merah yang dapat diaglutinasi oleh VAI adalah sel darah merah manusia golongan O, primata, anjing, tikus, katak, tupai, itik dan berbagai spesies unggas lainnya (Buxton dan Fraser, 1977). c. Sifat Fisiko-Kimia Virus influenza sensitif terhadap pemanasan, sinar ultra violet, disinfektan dan antiseptik (Buxton dan Fraser, 1977; Beard, 1980). Virus influenza ini sensitive terhadap panas (56 C 60 C selama 30 menit) (Jawetz dkk., 1996). Beberapa strain dapat bertahan pada suhu 56 C selama 6 jam (Beard dkk., 1980). Virus Avian Influenza dapat
3 bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0 C.Dalam debu kering virus ini dapat bertahan selama 14 hari (Buxton dan Fraser, 1977). Namun VAI ini akan mati pada suhu minimal 60 C selama 3 jam (Soedjono dan Ekowati, 2005). Inaktivasi virus dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan kimia seperti formaldehid, beta propilakton, binaria etilenimin, fenol, ion ammonium, sodium, hipoklorit, asam encer dan hidroksilamin (Swayne dan Halvorson, 2003). Deterjen seperti sodium deoksikolat dan sodium dodesilsilfat dapat juga digunakan untuk inaktifasi virus mengingat amplopnya yang tersusun atas lemak Epidemiologi Epidemiologi VAI dapat dipetakan dengan melakukan isolasi dan identifikasi virus (WHO, 2002). Deteksi antibodi dapat juga digunakan untuk kajian epidemiologi VAI. Prevalensi atau kejadian penyakit, keberhasilan program vaksinasi, dampak, dinamika, dan penyebaran geografi dari virus baru/virus yang muncul kembali dapat terdeteksi dengan teknik ini (Fenner dkk.,1993). Virus avian influenza mempunyai penyebaran yang sangat luas dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang bervariasi. Pada virus HPAI, tingkat morbiditas dan mortalitas sangat tinggi (50%-90%) dan dapat mencapai 100% pada beberapa flok (Swayne dan Halvorson, 2003) Penularan Virus Virus AI dieksekresikan dari hidung, mulut, konjungtiva dan kloaka dari unggas terinfeksi ke lingkungan (Fenner dkk, 1993). Virus ditularkan melalui kontak langsung dengan leleran, muntahan, udara nafas, dan kotoran (Russel dan Edington, 1985). Mobilitas ternak terinfeksi juga dilaporkan berperan penting dalam penyebaran penyakit (Swayne dan Halvorson, 2003). Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi jika orang tersebut melakukan kontak langsung dengan aktivitas ternak. Kemungkinan penularan langsung dari unggas kepada manusia juga menjadi mekanisme penting timbulnya pandemi. Itik liar dan itik piaraan telah diyakini sebagai penyimpan virus influenza A. Hewan ini juga berperan sebagai tempat evolusi virus sehingga dapat bereplikasi efesien pada manusia (Sturm-Ramires dkk., 2004). Itik mengeluarkan lebih banyak virus dalam waktu yang lebih panjang tanpa menunjukkan gejala klinis sakit (WHO, 2004). Dalam penyebaran VAI, babi dan burung puyuh berperan sebagai wahana pencampur (mixing vessel) dan
4 adaptasi virus influenza unggas dan mamalia atau manusia. Bila tertular VAI unggas dan manusia sekaligus, dalam tubuh babi dan burung puyuh kedua virus ini dapat mengalami genetic reassortment yaitu pencampuran materi genetik sehingga muncul virus baru yang dapat lebih ganas. Peran burung air liar seperti camar dan burung-burung laut lainnya tidak dapat diabaikan. Burung liar diyakini sebagai tempat pelestarian dan perantara penularan antar benua. Pada burung-burung tersebut VAI telah dalam keadaan evolusi equilibrium, dengan tingkat mutasi yang statis (Harimoto dan Kawaoka, 2001). Peran industri peternakan unggas dan produknya sangat vital sebagai pemicu dan pembawa virus. Peternakan unggas selalu meyediakan hewan peka dalam jumlah besar. Pola peternakan yang mencampur unggas dalam berbagai umur, kerapatan ternak dalam suatu tempat yang sama akan meningkatkan laju penyebaran serta lestarinya VAI (Swayne dan Halvorson, 2003) Patogenesis VAI dapat bereplikasi pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan unggas. VAI yang masuk melalui udara menginfeksi epitel silia pada mukosa hidung kemudian bereplikasi dan menyebar melalui saluran pernafasan. Pada infeksi berat, virus dapat menyebar ke bronchioli dan menyebabkan bronchitis dan ekskresi eksudat kental. Gejala klinis tampak 1 3 hari sesudah infeksi (Russel dan Edington, 1985). Pada HPAI, perjalanan penyakit diikuti dengan lesi berdarah pada organ dalam dan pial. Infeksi VAI seringkali menjadi lebih serius dengan adanya infeksi virus atau bakteri lainnya (Fenner dkk., 1993) Gejala Klinis Gejala klinis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis virus, jenis unggas yang terinfeksi, status imun, gizi unggas, dan lingkungan. Pada kasus LPAI, gejala klinis yang tampak adalah peningkatan suhu badan, penurunan produksi telur, penurunan berat badan yang disertai gangguan pernafasan (Capua dan Mutinelli, 2001). Sedangkan gejala klinis pada ayam yang terinfeksi HPAI antara lain kematian tiba-tiba tanpa gejala yang jelas, produksi telur turun drastis atau berhenti, pembengkakan dan kebiruan di kepala, jengger, pial, kelopak mata dan kaki, gejala gangguan nafas, dan gejala syaraf (Perkins dan Swayne, 2001). Jacob dkk. (2003) melaporkan secara patologi anatomis terdapat cyanosis pada pial dan jengger, nekrosis pada hati, petechi pada sub kutan kaki, epikardium, myokardium dan proventrikulus. Perdarahan pada otot dada, otot paha, trakhea, paru-paru, dan ovarium.
5 Gambaran histopatologis yang diamati yaitu perdarahan dan peradangan non supuratif pada otot, kulit (pial, jengger dan kaki), otot dada, trakea, jantung, paru-paru, proventrikulus, hati, ginjal, dan ovarium sedangkan vaskulitis dijumpai pada otak, kulit, dan ginjal Pengobatan Salah satu alternatif penaggulangan penyakit influenza terutama pada manusia adalah penggunaan obat. Saat ini tersedia dua jenis obat antivirus influenza. Pertama, ion channel (M2) blocker, seperti amantadine dan rimantadine yang dapat memblok aktivitas saluran ion VAI tipe A sehingga aliran ion hidrogen akan terblokir. Akibatnya virus tidak bisa melakukan replikasi. Kedua, neuramidase (NA) inhibitor, seperti zanamivir dan oseltamimivir. Protein NA berfungsi pada pelepasan virus dari sel. Adanya NA inhibitor membuat virus tidak bisa keluar dari sel. Akibatnya virus akan teragregasi dipermukaan sel dan tidak bisa pindah ke sel yang lain. Kelemahan obat ion channel blocker adalah memicu munculnya virus yang resisten (Utama, 2005) Pengendalian Avian influenza merupakan penyakit yang harus dimonitor dan wajib dilaporkan ke Instansi berwenang (WHO, 2002) agar informasi tentang VAI kepada masyarakat dapat segera dilakukan sehingga masyarakat dapat memahami cara untuk mencegah VAI. Penanganan VAI di Indonesia meliputi sembilan startegi, yaitu : a. Biosekuriti Enam prisip biosekuriti pada peternakan unggas yang disingkat menjadi BIRDDS, yaitu : 1). Build (bangun), yaitu bangun barier fisik dan prosedur agar patogen tidak masuk dan menyebar ke dalam peternakan unggas, 2). Increase (tingkatkan), yaitu tingkatkan resistensi flok terhadap penyakit dengan cara vaksinasi, nutrisi bagus, pengendalian parasit, dan menghilangkan penyebab stress, 3). Reduce (kurangi), yaitu kurangi multiplikasi patogen yang ada dipeternakan meliputi : hygiene, sanitasi, dan system all in all out, 4). Detect (deteksi), yaitu deteksi penyakit pada tahap awal dengan menggunakan sistem surveilans dan monitoring, 4). Dimension (dimensi), yaitu mengambil peluang waktu, jarak, dan gravitasi, 5). Select (pilih), yaitu penggantian stok dengan hati-hati dengan cara memilih dengan breeder yang aman dengan hygiene penetasan yang baik.
6 b. Vaksinasi Vaksinasi AI hanya dapat menekan gejala klinis dan tidak dapat menghilangkan infeksi (Tabbu, 2000). Vaksinasi AI yang selama ini dilakukan di dunia belum ada yang terbukti dapat memberikan hasil yang efektif (Dinas Peternakan, 2004). Vaksinasi dilakukan terhadap semua jenis unggas yang sehat di daerah tertular. Vaksinasi VAI banyak tersedia dalam bentuk inaktif dalam adjuvant minyak yang mempunyai kandungan virus yang homolog dan heterolog. Kelemahan vaksinasi adalah kekebalan protektif tidak segera tercapai setelah mendapat vaksinasi ini. Selain itu, pada flock yang divaksinasi tidak akan memperlihatkan gejala klinis sesudah terekspos namun tetap dapat terinfeksi virus dan bertindak sebagai reservoir. c. Depopulasi Depopulasi adalah pemusnahan unggas secara selektif di peternakan tertular. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas. Depopulasi dilakukan dengan membunuh semua unggas hidup yang sakit dan unggas sehat yang sekandang. Unggas dibunuh dengan cara euthanasia atau disembelih. Unggas yang mati harus dibakar dan dikubur beserta telur, kotoran (feses), bulu, alas kandang, pupuk, dan bahan ternak yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat didesinfeksi secara efektif kemudian ditaburi bubuk kapur (Dinas Peternakan, 2004). d. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas, dan limbah peternakan unggas. Pengendalian lalu lintas dilakukan secara ketat terhadap setiap pemasukan dan pengeluaran unggas hidup, produk unggas serta limbah peternakan dari peternakan tertular dibawah pengawasan dinas peternakan setempat. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya penyebaran virus dari luar daerah (Departemen Pertanian, 2005). e. Surveilans dan Penelusuran Surveilans bertujuan untuk mengetahui epidemiologi penyakit, Surveilans penyakit dilakukan di daerah tertular, terancam maupun daerah bebas penyakit dengan cara pengambilan sampel berupa darah, usapan kloaka atau feses dan apabila ada hewan yang mati dapat dibawa ke laboratorium untuk diuji. Pengujian sampel dilakukan untuk mengetahui jenis virus yang menyerang, perubahan antigenik virus, memantau keberhasilan vaksinasi, dan pemetaan penyakit untuk kepentingan pembebasan suatu
7 wilayah. Surveilans terhadap infeksi VAI akan dapat menyumbangkan informasi yang penting baik bagi dunia kesehatan manusia maupun dunia kesehatan hewan (WHO, 2002). f. Pengisian kandang kembali (restocking) Pengisian kembali unggas ke dalam kandang dapat dilakukan sekurang-kurangnya 1 bulan setelah dilakukan pengosongan kandang dan semua tindakan dekontaminasi (desinfeksi) serta disposal sesuai prosedur siap dilaksanakan. Hal ini dikarenakan kebanyakan virus tidak bisa bertahan hidup setelah 21 hari di udara bila mereka tidak melakukan kontak dengan hewan (Dinas Peternakan, 2004). g. Stamping-Out Stamping-Out merupakan strategi yang paling efektif disamping penerapan vaksinasi. Apabila timbul kasus AI di daerah bebas/terancam dan telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis, dan epidemiologi serta dikonfirmasi secara laboratoris, maka dilakukan stamping-out pada seluruh ternak unggas baik yang sakit maupun yang sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan tertular tersebut. Namun strategi ini masih sulit diterapkan di Indonesia karena kemampuan pemerintah dalam memberikan kompensasi atas ternak yang dimusnahkan dan kesadaran masyarakat yang nasih kurang (Departemen Pertanian, 2005). h. Peningkatan Kesadaran Masyarakat Peningkatan kesadaran masyarakat tentang AI dilakukan dengan komunikasi efektif. Hal ini dilakukan agar masyarakat waspada terhadap bahaya penularan penyakit sehingga meminimalkan kerugian baik materi maupun moral. Komunikasi dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan oleh dinas kesehatan atau dinas peternakan, melalui siaran radio dan televisi, melalui Koran, majalah, poster, bahkan lewat internet. Keberhasilan berkomunikasi dapat dicapai apabila penyampaian informasi kepada masyarakat tepat waktu dan situasinya. i. Monitoring dan Evaluasi Monitoring penyakit AI perlu dilakukan terus menerus dan dievaluasi untuk menilai efektifitas vaksinasi dan memonitor penyebaran penyakit. Monitoring dilakukan dengan
8 menempatkan hewan sentinel di dalam kandang dan mengambil sampel darahnya untuk diperiksa apakah serumnya mengandung antibodi terhadap VAI atau tidak. Jika hewan sentinel ternyata terpapar virus tapi ayam yang lain tidak ada yang mati, berarti program vaksinasi berhasil 2.2 Penyuluhan Penyuluhan adalah suatu proses pendidikan non formal yang ditujukan kepada masyarakat dan seluruh keluarganya tentang suatu inovasi dengan metode tertentu sehingga masyarakat dapat menyadari, menerima, dan melaksanakan inovasi tersebut (Suyatna, 2004). Suprayitno (2009) menyatakan Penyuluhan adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan mengubah perilaku masyarakat tentang flu burung. Peningkatan pemahaman ini bertujuan supaya masyarakat mengetahui sejak dini gejala yang terjadi pada ayam maupun manusia yang terinfeksi flu burung sehingga ada kemauan untuk mengubah perilaku menjadi lebih tanggap flu burung. Keberhasilan penyuluhan sangat ditentukan oleh komunikasi yang dilakukan komunikan (masyarakat) dan komunikator (penyuluh). Pesan yang disampaikan oleh komunikator harus informatif, persuasif, entertaintment (Levis, 1996) sehingga pesan itu mudah diterima masyarakat (komunikan) dan komunikan mau mengubah perilaku dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat Pengertian Perilaku Perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon) yang dapat dilihat orang lain sebagai suatu tindakan nyata (Satrianto, 2007). Soedijanto (1987) menerangkan bahwa perilaku memiliki beberapa unsur, yaitu : 1). Kecakapan untuk memahami suatu masalah, 2). Kemampuan untuk bersikap lebih toleran terhadap suatu masalah, 3). Kemampuan untuk memperhitungkan dan keberanian untuk mencoba hal baru, dan 4). Kemampuan fisik. Perilaku dibagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap, dan psikomotor diukur dari tindakan (keterampilan) (Zemuth, 2009). Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Rifai, 2005). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (dalam diri sendiri) dan faktor eksternal (faktor luar), yaitu faktor lingkungan. Penyuluhan dalam bidang kesehatan yang dilakukan
9 secara terus-menerus dan berulang-ulang dengan metode dan pola yang tepat akan menghasilkan suatu tingkat kesehatan yang lebih tinggi (Zemuth, 2009). 2.4 Gambaran Umum Desa Percontohan Desa Banyubiru memiliki luas wilayah 939 Ha, terdiri atas sawah seluas 296 Ha, tanah tegalan/perkebunan 275 Ha, tanah pemukiman 12,5 Ha, dan lain-lainnya 355,5 Ha. Desa Banyubiru terletak di wilayah Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Ketinggian di atas permukaan laut setinggi 30 meter, jarak dari Provinsi adalah 104 KM dan 7 KM dari Kabupaten. Jumlah penduduk Desa Banyubiru jiwa yang terdiri atas jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk Desa Banyubiru bermata pencaharian sebagai petani: orang, sebagai nelayan: 270 orang, pengerajin: 150 orang, pedagang: 200 orang, peternak 110 orang, PNS: 87 orang, monter: 40 orang, dan buruh swasta 800 orang. Desa Beraban terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dengan luas wilayah 692 Ha, dengan ketinggian 45 m dari permukaan laut. Jarak dari pusat pemerintahan 10 km, Ibukota Kabupaten 13 km, Ibukota Provinsi 30 km. Jumlah penduduk Desa Beraban 5911 orang, yang terdiri dari 1564 K.K, 2906 jiwa laki-laki, dan 3006 jiwa perempuan. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Adapun rincian mata pencaharian penduduk desa Beraban berdasarkan data desa tahun 2007 adalah sebagai karyawan : 537 orang, wiraswasta : 308 orang, tani/buruh tani : 2048 orang, pertukangan : 87 orang, pensiunan : 17 orang, nelayan : 4 orang, dan jasa 7 orang. Desa Takmung merupakan wilayah Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Desa Takmung termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian 72 meter dari permukaan laut. Desa ini juga termasuk Desa yang berpenduduk padat, luas desa 594 Ha, dengan jumlah penduduk 4010 jiwa yang terdiri atas 1984 jiwa laki-laki dan 2026 jiwa perempuan. Penduduk Desa Takmung sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat pada tiga Desa percontohan ini termasuk masyarakat yang heterogen dengan latar belakang (suku, agama, pendidikan, dan mata pencaharian) yang berbeda. Desa percontohan tanggap flu burung merupakan desa terpilih yang dianggap mampu mewakili dan memberi contoh bagi desa-desa lain yang ada di Bali. Penentuan desa terpilih berdasarkan atas beberapa kriteria yang telah ditentukan dengan melihat : (1). Data penyebaran virus flu burung pada hewan dalam waktu 2-3 bulan terakhir, (2). Data isolasi virus flu burung pada hewan dalam waktu 2-3 bulan terakhir, (3). Tingginya resiko tertular yang memperhitungkan adanya peternakan ayam skala kecil - menengah (lebih dari
10 ekor) dan resiko lalu-lintas ternak antar wilayah/pulau, (4). Adanya kesediaan pemerintah setempat, (5). Adanya kesediaan masyarakat desa bersangkutan, (6). Akses memadai.
Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus
AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :
25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam
4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan
Lebih terperinciWahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)
Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis
Lebih terperinciPenyebaran Avian Flu Di Cikelet
6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama
Lebih terperinciFlu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :
!!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi
Lebih terperinciTinjauan Mengenai Flu Burung
Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND)
TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) pertama kali ditemukan di Newcastle Inggris pada tahun 1926. Virus ini menyerang berbagai macam spesies burung dan unggas. Tingkat kematian
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007
2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa
Lebih terperinciProses Penyakit Menular
Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C
16 TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza A, B dan C Virus influenza merupakan virus RNA memiliki amplop (envelope) yang termasuk anggota dari famili Orthomyxoviridae. Genomnya terdiri dari negative single strand
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas
4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur putih termasuk dalam jenis ayam petelur ringan. Ayam ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan
Lebih terperinciFLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI
FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3
Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciPertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)
Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit
PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN, MEMUTUSKAN :
CUPLIKAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN NOMOR : 17/Kpts/PD.640/F/02.04 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN, PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN MENULAR INFLUENSA PADA UNGGAS (AVIAN INFLUENZA)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan di Indonesia. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,
PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua
Lebih terperinciFLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini
Lebih terperinciMODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO
MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza H5N1 Morfologi Virus Avian Influenza H5N1 merupakan salah satu penyebab penyakit unggas yang bersifat zoonosis. Virus ini menyebabkan penyakit flu pada unggas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan penyakit viral disebabkan oleh Newcastle disease virus (NDV) yang sangat penting dan telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Morbiditas
Lebih terperinciPertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi
1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Btetapi banyak juga ditemukan isolat asal burung dari subtipe H5 dan H7B Byang
TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza Virus influenza terdiri dari beberapa tipe yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Virus tipe A menyerang hewan, tetapi dapat menyebabkan epidemik pada manusia. Sementara
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA
LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN
69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza
TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza Avian Influenza (AI) merupakan penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan virus infuenza. Virus avian influenza, virus RNA yang termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.2 Deteksi Avian Influenza
29 5. PEMBAHASAN 5.2 Deteksi Avian Influenza Virus influenza A memiliki keragaman genetik yang tinggi dan tersebar pada berbagai spesies unggas liar di seluruh dunia. Pada studi yang dilakukan di Pasar
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009
KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 29 1 OUTLINE 1. PENDAHULUAN 2. DAMPAK WABAH AI 3. PERMASALAHAN 4. KEBIJAKAN UMUM 4.1. STRATEGI PENGENDALIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Avian influenza. Agen Penyebab dan Sifat Penyakit Avian influenza
4 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Avian influenza Agen Penyebab dan Sifat Penyakit Avian influenza Penyakit Avian influenza (AI) berasal dari virus influenza tipe A dan termasuk dalam famili orthomyxoviridae.
Lebih terperinciPENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS
PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS i DR. DRH. GUSTI AYU YUNIATI KENCANA, MP Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah
Lebih terperinciJika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.
Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
Lebih terperinciBiosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini
Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Virus Influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam famili orthomyxoviridae, yang dapat menginfeksi unggas, mamalia dan manusia (Nidom, 2005). Berbeda dengan virus
Lebih terperinciPERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG Latar Belakang DI JAWA BARAT oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Highly Pathogenic Avian influenza(hpai) adalah satu
Lebih terperinciBUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :
Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe
Lebih terperinciKesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza
Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Virus influenza diklasifikasi menjadi tipe A, B dan C karena nukleoprotein dan matriks proteinnya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada
Lebih terperinciSURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH
SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH 29-211 Sri Handayani Irianingsih *, Rama Dharmawan * Dessie Eri Waluyati ** dan Didik Arif Zubaidi *** * Medik Veteriner pada Laboratorium
Lebih terperinciRespon Kekebalan Vaksin Avian Influenza Inaktif pada Ayam Indukan Pedaging Strain Hubbard (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Indukan Pedaging)
Respon Kekebalan Vaksin Avian Influenza Inaktif pada Ayam Indukan Pedaging Strain Hubbard (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Indukan Pedaging) Oleh YUNI HARTATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian
Lebih terperinciINFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?
INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Pemeliharaan ayam penelitian, aplikasi ekstrak temulawak dan vaksinasi AI dilakukan di kandang
Lebih terperinci1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.
Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki
Lebih terperinciGambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Skematis virus ND. (FAO 2004)
4 TINJAUAN PUSTAKA Newcastle disease Newcastle disease disebut juga penyakit tetelo atau avian pneumoencephalitis. Penyakit ini juga memiliki nama lokal, diantaranya konoku (Ghana bagian barat), twase
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia patogen penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp adalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.
Lebih terperinciMATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO
MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO NO JENIS MEDIA PEMBAWA PEMERIKSAAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA HEWAN PEMERIKSAAN TEKNIS MASA KARANTINA KETERANGAN 1. HPR 14 hari Bagi HPR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU UTARA
PERATURAN GUBERNUR MALUKU UTARA NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LALU LINTAS, PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Virus Influenza Tipe A Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari genus Orthomyxovirus yang menyebabkan penyakit avian influenza. Virus ini merupakan
Lebih terperinciKEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DELIN NOFIFTA B
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DELIN NOFIFTA B04110128 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN
Lebih terperinci1. Avian Influenza / AI (Flu Burung) Flu Burung ( Avian Influenza/ AI) selain menyebabkan kerugian ekonomis juga berdampak terhadap kehilangan nyawa
1. Avian Influenza / AI (Flu Burung) Flu Burung ( Avian Influenza/ AI) selain menyebabkan kerugian ekonomis juga berdampak terhadap kehilangan nyawa pada manusia, sehingga penyakit flu burung dikelompokkan
Lebih terperinciCOXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )
COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI (078114113) KLASIFIKASI ILMIAH Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Legionellales Family : Coxiellaceae Genus :
Lebih terperinciDeteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya
Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Ilmu Kesehatan Ternak Nomor Kode/SKS : 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas tentang kesehatan ternak, baik pada unggas maupun ternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung
TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung Batasan yang pasti mengenai pengertian ayam kampung sampai saat ini belum ada. Penyebutan ayam kampung hanya untuk menunjukkan jenis ayam lokal dengan keragaman genetis tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).
Lebih terperinciISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK (Isolation and Identification of Avian Influenza Virus from Ducks) HARIMURTI NURADJI, L. PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Besar Penelitian Veteriner,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...
Lebih terperinciDemam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi
Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,
Lebih terperinciFamili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B
RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan
Lebih terperinciOUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS
VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii
Lebih terperinciKIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)
KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Newcastle Disease (ND) atau penyakit tetelo disebabkan oleh strain virulen avian Paramyxovirus serotipe tipe 1 (AMPV-1) dari genus Avulavirus yang termasuk dalam subfamily
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS F. F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi
Lebih terperinciPerkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya
Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Menteri Pertanian RI Rapat Koordinasi AI/Flu Burung Tingkat Menteri Di Kementerian Pertanian, 27 Desember 2012 Perkembangan Kasus
Lebih terperinci