Oleh EUIS ASTRIAWATI A

Transkripsi

1 TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Daucus carota L) PADA BERBAGAI SATUAN PETA TANAH (SPT) DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh EUIS ASTRIAWATI A PROGRAM STUD1 ILMU TANAH S-1 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000

2

3 RINGKASAN EUIS ASTRIAWATI. Tingkat Kelayakan Finansial Budidaya Tanaman Wortel (Daucus carota L) Pada Berbagai Satuan Peta Tanah (SPT) di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat. (Dibawah bimbingan MOENTOHA SELARI, R SUNSUN SAEFULHAKIM dan DYAH TYAHYANDARI SURYANINGTYAS) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelayakan finansial pada enam satuan peta tanah yang digunakan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat untuk budidaya wortel (Datrctrs caroia L). Penelitian dilakukan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat meliputi enam satuan peta tanah yaitu SPT I (Andosol Distrik), SPT I1 (Latosol Kambik Distrik), SPT III (Regosol Eutropik), SPT IV (Regosol Distrik), SPT V (Podsolik Argilik) dan SPT VI (Kambisol Distrik). Analisis data dilakukan di Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Lahan, Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Juli Tahun Metode yang digunakan adalah menganalisis kelas kesesuaian lahan dan analisis kelayakan finansial yang terdiri dari B/C Ratio, BEP, NPV dan LRR. Data sekunder yang diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, dan parameter persyaratan penggunaan lahan tanaman wortel dari Departemen Pertanian, menunjukan bahwa Andosol Distrik mempunyai kelas kesesuaian paling baik yaitu kelas kesesuaian S3nr dengan faktor pembatas kejenuhan basa (nr). Kemudian Latosol Kambik Distrik dengan kelas kesesuaian S3rcnr dengan faktor pembatas tekstur (rc) dan ph (nr). Regosol Eutropik dengan kelas kesesuaian S3rcnr dengan faktor pembatas bahan kasar (rc) dan ph (nr). Regosol Distrik dengan kelas kesesuaian S3tcrcnr dengan faktor pembatas temperatur (tc), bahan kasar (rc), dan ph (nr). Podsolik Argilik dengan kelas kesesuaian S3rcnr dengan faktor pembatas tekstur (rc), bahan kasar (rc), kejenuhan basa

4 (nr) dan ph (nr). Kambisol Distrik dengan kelas kesesuaian S3tcoarcnr dengan faktor pembatas temperatur (tc), drainase (oa), tekstur (rc) dan ph (nr). Perbedaan nilai-nilai tersebut diduga karena karakteristik lahan yang berbeda seperti tekstur, ph, C-organik, kejenuhan basa, kandungan nitrogen, drainase, disamping keadaan lingkungan seperti temperatur. Hasil analisis finansial B/C Ratio, BEP volume produksi, luas lahan pada saat BEP dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai BEP, menunjukkan pola yang sama dengan hasil analisis kesesuaian lahan. B/C Ratio pada Andosol Distrik (3,95), Latosol Kambik Distrik (2,93), Regosol Eutropik (2,68), Regosol Distrik (2,58), Podsolik Argilik (2,ll) dan Kambisol Distrik (1,40). Untuk BEP volume produksi (ton), Andosol Distrik (19.46), Latosol Kambik Distrik (24.36), Regosol Eutropik (25.45), Regosol Distrik (25.71), Podsolik Argilik (26.44) dan Kambisol Distrik (29.75). Untuk luas lahan pada saat BEP (ha), Andosol Distrik (0,35), Latosol Kambik Distrik (0,507), Regosol Eutropik (0,53), Regosol Distrik, (0,56), Podsolik Argilik (0,68) dan Kambisol Distrik (0,91). Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai BEP (Th), Andosol Distrik (1,19), Latosol Kambik Distrik (2,02), Regosol Eutropik (2,21), Regosol Distrik (2,83), Podsolik Argilik (5,54) dan Kambisol Distrik (15,20). Hubungan antara karakteristik tanah dengan input pupuk dan kelayakan finansial menunjukkan bahwa tanah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlakuan terhadapnya berbeda pula. Korelasi antara karakteristik tanah dengan karakteristik tanah karakteristik tanah yang berkorelasi nyata bernilai positif adalah KTK Liat dengan C-organik, KTK tanah dengan KB, C-organik dengan N. Korelasi antara input pupuk dengan input pupuk yang nyata positif adalah urea dengan NPK. Korelasi

5 antara indikator kelayakan finansial dengan indikator kelayakan finansial yang berkorelasi nyata bernilai positif adalah produksi dengan pendapatan dan BIC Ratio, pendapatan dengan BIC Ratio, total biaya dengan BEP produksi, BEP lahan dan BEP waktu, biaya tenaga kerja dengan BEP produksi dan BEP lahan, BEP produksi dengan BEP lahan dan BEP lahan dengan BEP waktu. Korelasi antara karakteristik tanah dengan input pupuk yang berkorelasi nyata bernilai positif adalah KTK tanah dengan TSP dan KB, KTK tanah dengan total biaya, BEP lahan, BEP waktu, KB dengan total biaya. Korelasi antara karakteristik tanah dengan indikator kelayakan finansial yang berkorelasi nyata positif adalah KTK tanah dengan total biaya, BEP lahan, BEP waktu dan KB dengan total biaya. Korelasi antara input dengan kelayakan finansial yang berkorelasi nyata bernilai positif adalah urea dan NPK terhadap total biaya, biaya tenaga kerja, BEP produksi, BEP lahan dan BEP waktu. Hubungan antara NPV terhadap suku bunga pada Andosol Distrik NPV mencapai titik 0 pada saat bunga mencapai 77%, Latosol Kambik Distrik 27%, Regosol Eutropik 34%, Regosol Distrik 25%, Podsolik Argilik 14% dan Kambisol Distrik 2,5%. Andosol distrik mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi terhadap fluktuasi bunga bank, Latosol Kambik Distrik, Regosol Eutropik dan Regosol Distrik tidak terlalu mengkhawatirkan, sedangkan Podsolik Argiik sangat mengkhawatirkan dan Kambisol Distrik disarankan tidak diusahakan budidaya tanaman wortel karena akan menderita kerugian berdasarkan tingkat suku bunga yang berada dibawah suku bunga yang berlaku. Hal ini berarti bahwa pentingnya informasi mengenai karakteristik tanah, input yang diberikan sebagai gambaran kebiasaan petani dalam bercocok tanam dan kelayakan finansial yang ketiganya sangat berkaitan.

6 ABSTRACT EUIS ASTRIAWATI. Financial Feasibility Rate of Carrot (Daucus carota L) Cultivation On Several Soil Map Units (SMU) in Pacet, Cianjur, West Java. (Under Supervision MOENTOEL4 SELARI, R SUNSUN SAEFULHAKIM and DYAH TYAHYANDARI SURYANINGTYAS). The purpose of this research is to know the differences of financial feasibility of carrot (Dazicus carota L) cultivation on the six soil map units in Pacet, Cianjur, West Java. The research is included six soil map units (SMU), which are SMU I (Andosol District), SMU II (Latosol Kambik District), SMU III (Regosol Eutropic), SMU IV (Regosol District), SMU V (F'odsolik Argillic) and SMU VI (Kambisol District). The data was analyze in Laboratory of Land Resource Planning and Development, Department of Soil, Bogor Agricultural University. The research began in February and finished by July The method which used are soil suitability and financial feasibility (BenefitICost Ratio, Break Event Point, Net Present Value and Internal Rate of Return) Secondary data were obtained from Soil and Agroclimate Research Center, and carrot parameter requirement was according to the Department of Agriculture, showed that Andosol District has best soil suitability class that is S3nr with limiting factor of bases saturation (nr). Latosol Kambik District has soil suitability class S3rcnr with limiting factors of texture (rc) and ph (nr). Regosol Eutropic has soil suitability class S3rcnr with limiting factor of material (rc) and ph (nr). Regosol District has soil suitability class S3tcrcnr with limiting factors of temperature (tc),

7 material (rc) and ph (nr). Podsolik Argilic has soil suitability class S3rcnr with limiting factors of texture (rc), material (rc), bases saturation (nr) and ph (nr). Kambisol District has soil suitability class S3tcoarcnr with limiting factors of temperature (tc), drainase (oa), texture (rc) and ph (N). The differences of that values were estimated because of the differences in soil characteristics like texture, ph, C- organic, bases saturation, nitrogen content, drainage, beside environment condition such as temperature. For financial analysis: BIC Ratio, BEP production, area in BEP,time needed to achieve BEP, showed equal pattern to suitability of area. BIC Ratio in Andosol District was 3.95, Latosol Kambik District 2.93, Regosol Eutropic 2.68, Regosol District 2.58, Podsolic Argillic 2.11 and Kambisol District For BEP production (in ton): Andosol District was 19.46, Latosol Kambik District 24.36, Regosol Eutropic 25.45, Regosol District 25.71, Podsolic Argillic and Kambisol District For wide of area in BEP, Andosol District has 0.35, Latosol Kambik District 0.507, Regosol Eutropic 0.53, Regosol District 0.56, Podsolic Argilic 0.68 and Kambisol District Time needed to achieve BEP (in year): Andosol District 1.19, Latosol Kambik District 2.02, Regosol Eutropic 2.21, Regosol District 2.83, Podsolic Argilic 5.54 and Kambisol District The relationship between soil characteristic with fertilizer input and financial feasibility showed the soils which have different characteristics should be treated in different way. Relationship between soil characteristic and soil characteristic is

8 clay with C-organic, CEC with Base Saturation (BS), C-organic with N. Corelation between fertilizier input with fertilizier input was positive, it is urea with NPK. Relationship between financial feasibility with financial feasibility was significantly positive, they are production with income and BIC Ratio, total cost with production Break Event Point, land Break Event Point and time Break Event Point, skill cost with production Break Event Point and land Break Event Point, production Break Event Point with land Break Event Point and land Break Event Point with time Break Event Point. Corelation between soil characteristic with fertilizer input was significantly positive, they are CEC with TSP and BS, CEC with total cost, land Break Event Point, time Break Event Point, BS with total cost. CorRelation between soil characteristic with financial feasibility was positive, they are CEC with total cost, land Break Event Point, time Break Event Point and BS with total cost. Correlation between fertilizer input with financial feasibility was significantly positive, they are urea and NPK to total cost, ski1 cost, production Break Event Point, land Break Event Point and time Break Event Point. The relation between NPV to interest rate in Andosol District, showed that NPV reach zero (0) level when the rate reached 77%, in Latosol Kambik District 27%, in Regosol Eutropic 34%, in Regosol District 25%, in Podsolik Argillic 14% and in Kambisol District 2.5%. Andosol District has highest stability in bank interest, while Podsolic Argillic and ICambisol District would be better if it is not cultivated by carrot, according to its interest rate was under the current interest rate.

9 TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Daucus carota L) PADA BERBAGAI SATUAN PETA TANAH (SPT) DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: EUIS ASTRIAWATI A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian PROGRAM STUD1 ILMU TANAH S-1 SURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000

10 Judul Skripsi : TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Davcza cnrota L) PADA BERBAGAI SATUAN PETA TANAH (SPT) DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJVR JAWA BARAT Nama Mahasiswa : EUIS ASTRIAWATI Nomor Pokok : A Menyetujui, Dosen Pembimbing I Ir. Moentoha Selari. MS. NIP Dosen Pembimbing I1 Dosen Pembimbing I11 Dr. Ir. H. R. Sunsun hulhakm. MAu. Ir. Dvah Tvahvandari Survaningtvas. MApplSc. NIP NIP p. 4\16 MOB Tanggal Lulus :,L: $:l,