BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pada pelaksanaan otonomi daerah, tujuan dari penelitian ini

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN Berdasarkan pada pelaksanaan otonomi daerah, tujuan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan kualitas pelayanan publik pada pemerintah Kabupaten (pemkab) Banjarnegara. Bab ini akan menjelasakan latar belakang masalah (bagian 1.1), rumusan permasalahan (bagian 1.2), pertanyaan penelitian (bagian 1.3), tujuan penelitian (bagian 1.4), motivasi penelitian (bagian 1.5), kontribusi penelitian (bagian 1.6) dan proses penelitian (bagian 1.7). 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan publik diidentikan dengan proses pelayanan yang lamban dan berliku-liku seperti halnya makna dari birokrasi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), birokrasi didefinisikan sebagai: (1) sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan; (2) cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki definisi birokrasi dalam pandangan masyarakat yang tercantum dalam KBBI, pemerintah harus meningkatkan kinerja pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk lebih mendekatkan kinerja pemerintah dengan kebutuhan masyarakat, otonomi daerah mulai diterapkan di Indonesia berdasarkan pada UU No 22 Tahun 1999 yang kemudian digantikan dengan UU No. 32 Tahun Saat ini, peraturan 1

2 2 yang berlaku sebagai acuan pelaksanaan otonomi daerah adalah UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam mengatur urusan pemerintahan di luar pemerintah pusat sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi dasar dari seluruh urusan pemerintahan daerah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dokumen ini memang didominasi oleh nominal rupiah yang secara potensial akan didapatkan dan dibelanjakan. Nominal rupiah dalam APBD tersebut memunculkan opini dari sebagian besar masyarakat. Opini tersebut menyatakan bahwa kinerja pemerintah hanya berdasarkan jumlah nominal rupiah yang dihabiskan atau penyerapan anggaran saja, bukan kemanfaatan untuk publik. Dengan kondisi itu, pemerintah daerah dituntut untuk mengoptimalkan pelaksanaan penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) sesuai dengan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan Natsir (2008) dalam Kurrohman (2013), pelaksanaan ABK yang meliputi perencanaan, penyusunan, penetapan hingga pengawasan pelaksanaan anggaran, diharapkan tidak hanya melihat besar kecilnya anggaran, tetapi juga harus memperhatikan kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja, keluaran, hasil dan terutama manfaat serta ketepatan sasaran kegiatan. Tujuan akhir dari pelaksanaan ABK adalah pelayanan publik yang tepat sasaran dengan mutu yang berkualitas dan biaya pelayanan yang murah. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah yang baik sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik

3 3 sehingga kinerja pemerintah dalam pengelolaan dana APBD pun dapat dilaksanakan secara optimal. Berdasarkan Halim (2007), untuk menganalisis kinerja keuangan daerah, salah satu instrumen yang digunakaan adalah rasio keuangan daerah pada pelaksanaan APBD. Analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah menjadi informasi yang penting dalam pembuatan kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan sebagai dasar penilaian keberhasilan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya. Dalam penelitiannya, Batafor (2011) juga menjelaskan bahwa kemampuan pengelolaan keuangan daerah yang rendah akan sering menimbulkan siklus efek negatif, yaitu rendahnya tingkat pelayanan bagi masyarakat dan tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain kinerja keuangan, pencapaian kualitas pelayanan publik harus menjadi prioritas dalam kegiatan pemerintahan. Arisman (2014) menjelaskan bahwa terdapat dua perspektif yang muncul dalam pencapaian kualitas pelayanan publik yaitu perspektif pemerintah dan konseptual. Perspektif pemerintah menjelaskan tentang upaya perbaikan dan peningkatan kinerja pelayanan sektor publik melalui Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP-25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Perspektif konseptual menjelaskan tentang pencapaian kepuasan masyarakat melalui pelayanan publik yang berkualitas melalui pengukuran atributatribut pembentuk kepuasan masyarakat baik berupa produk maupun layanan yang

4 4 berkualitas. Parasuraman dkk (1988) menjelaskan bahwa SERVQUAL tepat digunakan untuk mengetahui persepsi dan harapan dari penerima pelayanan. Indikator dalam instrumen ini berupa pengukuran lima dimensi kualitas pelayanan yaitu berwujud/fisik (tangibles), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan mutu (assurance) dan perhatian (empathy). Pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan langsung dalam proses otonomi daerah perlu mempertimbangkan berbagai kebijakan tentang kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik karena peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama pelayanan publik itu sendiri. Salah satu kebijakan yang harus diprioritaskan adalah mewujudkan kesesuaian antara kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan peran vital kinerja keuangan dan kualitas pelayanan publik dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka penelitian akan membahas tentang pelaksanaan kedua hal tersebut. Objek penelitian adalah pemkab Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah terakhir di Jawa Tengah yang dientaskan dari status daerah tertinggal pada tahun Kinerja pelayanan pemkab Banjarnegara perlahan membaik. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan dalam pelaksanaan akuntabilitas kinerja yaitu peringkat ke-6 se-jawa Tengah pada tahun 2013.

5 5 1.2 Rumusan Permasalahan Informasi kegiatan dalam APBD disusun berdasarkan target kinerja dari masing-masing daerah. Dokumen ini akan sangat bernilai jika kegiatan yang disusun bertujuan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sepenuhnya. Pemkab Banjarnegara diindikasikan belum mengoptimalkan analisis kinerja keuangan. Analisis kinerja keuangan berdasar rasio keuangan daerah baru digunakan dalam lingkup intern, padahal pihak lain yang berkepentingan juga membutuhkan transparansinya. Selain itu, pengukuran kualitas pelayanan publik juga belum dilaksanakan secara optimal. Pengukuran kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan sebelumnya adalah pengukuran perspektif pemerintah melalui survei IKM dan hanya 3 dari 67 SKPD yang telah melaksanakannya. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari penjelasan pada latar belakang masalah, maka pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penilaian kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Banjarnegara berdasarkan rasio keuangan daerah? 2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Banjarnegara?

6 6 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. menjelaskan penilaian kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Banjarnegara berdasarkan rasio keuangan daerah, 2. menjelaskan persepsi masyarakat tentang kualitas pelayanan publik yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Banjarnegara. 1.5 Motivasi Penelitian Motivasi penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi dalam bentuk pemikiran ilmiah tentang kinerja keuangan pemerintah daerah dan kualitas pelayanan publik. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan sebagian permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah Kabupaten Banjarnegara. 1.7 Proses Penelitian Tahapan penelitian dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut.

7 7 Latar Belakang Masalah Rumusan Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian, Motivasi Penelitian dan Kontribusi Penelitian Rancangan Penelitian Latar Belakang Kontekstual Tinjauan Pustaka Hasil dan Pembahasan Ringkasan dan Simpulan Keterbatasan dan Rekomendasi Gambar 1.1 Proses penelitian