ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)
|
|
- Yuliani Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Oleh Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU Abstrak Penelitian ini membahas tentang frase nominal bahasa Jepang menurut teori X-BAR. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai struktur frase nominal bahasa Jepang dengan menggunakan teori X-BAR. Data dikumpulkan dengan metode deskriptif. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa :1. Struktur frase nominal bahasa jepang beserta unsur pembentukannya adalah (a).n+n, (b).n+adj,(c). Num+N, (d).pron+n, (e). Adj+N, (f). Ket+N+N. 2. Kaidah struktur nominal bahasa Jepang adalah (a). FN N.N N.N, (b). FN N.N N.Adj, (c). FN N.N NumN, (d). FN N.N Pron N, (e). FN N. N Adj N, (f). FN N.N ket N.N. Kata Kunci: Frase nominal, teori X-BAR, Eksosentris, Endosentris. 1. Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk manyampaikan gagasan, pikiran, maksud kepada orang lain dan selain itu bahasa marupakan salah satu unsur kebudayaan (Keraf, 1980 : 53). Dengan demikian agar komunikasi berjalan lancar maka seseorang perlu mempelajari secara mendalam atau mengadakan penelitian terhadap suatu bahasa baik bahasa yang dimiliki (Bahasa Indonesia) maupun bahasa asing (Bahasa Jepang) dalam aspek fonologi, morfologi, semantik, sintaksisnya. Satuan sintaksis yang merupakan tataran dalam tata tingkat atau hierarki gramatikal berturut-turut adalah wacana (satuan terbesar), 1
2 dialog, monolog, paragraf, kalimat, klausa, frase, kata dan morfem (satuan terkecil), (Kridalaksana, 1994:341). Konstruksi frase sebagai salah satu bagian dalam bidang sintaksis mempunyai analisis yang cukup rumit baik dalam struktur frase itu sendiri, maupun keterikatannya dalam struktur predikatif. Secara universal bahasa memiliki kesamaan dalam berbagai aspek dan kebermanfaatan, tidak ada dua bahsa yang persis sama baik struktur maupun bentuknya. Namun, paling tidak kesamaan tersebut terdapat dalam konsep. Persamaan konsep tidak hanya terjadi pada kata, tetapi terdapat pula pada ekspresi yang lebih luas yaitu kalimat. Kalimat dibangun dari berbagai unsur diantaranya nominal. Frase nominal adalah frase modifikatif yang hulunya berupa nominal atau kata benda. Penelitian mengenai frase nominal sudah pernah dilakukan oleh Rahlina Muskar Nasution (2002), dengan judul frase nominal bahasa Arab menurut teori penguasaan dan pengikatan dimana salah satu dari subsistemnya adalah teori X-Bar. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan dengan melihat kedudukan bahasa, baik bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang salah satu fungsinya sebagai alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Penulis sangat tertarik terhadap analisis frase nominal kebahasaan yaitu GB Theory dimana salah satu dari subsistemnya adalah teori X-Bar. Oleh karena itu penelitian mengenai frase nominal bahasa Jepang perlu dilakukan. 2
3 2. Rumusan Masalah Adapun aspek masalah utama yang akan dibahas pada frase nominal bahasa Jepang adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur frase nominal bahasa Jepang dalam teori X- Bar 2. Bagaimana kaidah struktur frase nominal bahasa Jepang dalam teori X-Bar 3. Tinjauan Pustaka Sintaksis merupakan penguasaan atas suatu bahasa yang mencakup kemampuan untuk membangun frase, klausa, kalimat dan wacana yang berasal dari kata. Dengan kata lain sintaksis menyelidiki seluk beluk frase, klausa, kalimat dan wacana (Chaer, 2007 : 206). Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda. Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2007 : 222). Menurut (Verhaar, 1991 : 103). Frase ditinjau dari segi distribusi dan peran kata yang dimilikinya terbagi atas dua macam yaitu : 1. Frase eksosentris adalah frase yang secara keseluruhan tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituen pembentuknya. 3
4 2. Frase endosentris adalah frase yang secara keseluruhan mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituen pembentuknya (Robins, 1990:220). Frase nominal adalah frase endosentris berinduk satu yang induknya nomina. Misalnya : padang luas, gunung berapi adalah frase nominal, karena induknya : Gunung dan padang adalah nomina. Frase nominal bahasa Jepang ciri-cirinya dapat berdiri, sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007 : 34). Frase nominal disusun dalam struktur yang terdiri pada nomina yang berfungsi sebagai inti dan unsur yang berfungsi sebagai penerang. Inti adalah merupakan unsur penting dalam frase nominal. Inti adalah bagian dari konstruksi yang paling bebas dan menjadi anggota suatu kelas, misal : Gunung yang tinggi; gunung adalah inti (Kridalaksana, 1993 : 85). Penerang merupakan unsur yang menerangkan makna dalam inti. Penerang didefinisikan sebagai satu perkataan yang memberikan keterangan lanjutan tentang inti (Richards et al, 1992 : 234). 4. Landasan Teori Untuk membahas permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan digunakan teori X-Bar. Teori X-Bar adalah bagian dari Government and Binding Theory yang menggambarkan struktur frase dalam struktur batin dari kalimat GB Theory merupakan sebuah teori lanjutan dari teori tata bahasa Transformasi Gramatika Generatif (TGG) yang bertujuan untuk memberikan pemerian yang sistematik tentang kalimat bahasa dengan 4
5 mengajukan satu analisis gramatikal sangat diperlukan untuk mendapatkan deskripsi gramatikal yang baik. Teori X-Bar menjelaskan apa yang umum dalam struktur frase. Dalam teori X-Bar semua frase didominasi satu inti leksikal. Dalam terminologi linguistik tradisional, semua frase tergolong endosentris (Haegeman, 1992 : 95). Dengan pengertian ini kita dapat mengatakan bahwa frase adalah proyeksi dari inti atau kepalanya. Bila inti atau kepalanya nomina maka frasenya adalah frase nomina dan seterusnya. Berdasarkan pendapat (Haegeman, 1992 : 95), secara umum kaidah struktur frase menurut teori X-Bar adalah sebagai berikut : 1. X Spec ; X 2. X X : YP 3. X X ; YP Kaidah ini dapat berarti bahwa : 1. X adalah proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari Specifier (Penentu) yang berkombinasi dengan X (proyeksi teratas). Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut : X Spec X Diagram Pohon : 1 5
6 2. X adalah sebuah proyeksi teratas yang terdiri X-Bar yang berkombinasi dengan Adjunct (Keterangan) yaitu YP. Diagram pohon dari kaidah tersebut adalah sebagai berikut : X X Adjunct (YP) Diagram pohon : 2 3. X adalah sebuah proyeksi yang terdiri dari X (kategori leksikal frase) yang berkombinasi dengan komplemen yaitu YP. Diagram pohon dari pernyataan ini adalah : X X YP (Komplemen) Diagram Pohon : 3 Secara umum Diagram pohon dari kaidah struktur frase di atas adalah : X Spec X X Adjunct (YP) X Diagram pohon : 4 YP (Komplemen) 6
7 Dari diagram pohon struktur frase yang ada, kita melihat bahwasanya ada tiga cabang, pertama cabang X sebagai inti frase, kedua cabang yang berada di sebelah kanan, dan ketiga adalah cabang yang berada di sebelah kiri. Cabang yang berada di sebelah kiri dari inti frase disebut sebagai subjek atau penentu (Spesifier), cabang yang berada di sebelah kanan merupakan objek atau komplemen. Istilah ini dapat digunakan bagi semua frase. Jika frase itu mempunyai keterangan (Adjunct), maka keterangan itu dimunculkan pada kategori X yang lain. Keterangan (Adjunct) merupakan elemen yang tidak disubkategorikan dalam kerangka argumen bagi suatu frase, tidak berlaku pada penentu (Specifier), dan Komplemen, ia merupakan keterangan tambahan pada struktur itu. Teori X-bar digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frase. Pertama bagaimana kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frase hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Kedua bagaimana kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frase terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan. 5. Metode Penelitian Metode adalah cara-cara yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data sampai dengan penyiaran tertulis hasil analisis data (Sudaryanto 1988 : 26-27) Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala (fenomena) seperti apa adanya, karena penelitian ini dimaksudkan 7
8 untuk mendapatkan gambaran sifat keadaan atau fenomena-fenomena kebahasaan secara alami yang ada dalam bahasa Jepang. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari buku pelajaran bahasa Jepang yaitu buku Minna no Nihongo. Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif (Surakhmad, 1972 : 133), dengan menganalisis frase nominal bahasa dengan menggunakan teori X-Bar. 6. Pembahasan 1. Struktur Frase Nominal Bahasa Jepang Nomina + Nomina 1. / Nihongo Kyoushi / (BJ) Bahasa Jepang guru Guru bahasa Jepang (BI) (Int : N) (Komp : N) 2. / Ha Isha / (BJ) Gigi dokter Dokter gigi (BI) (Int : N) (Komp : N) 3. / Bara Hana / (Bj) Mawar bunga Bunga mawar (BI) (Int : N) (Komp : N) Inti frase nominal bahasa Jepang (1-3) adalah nomina inti adalah / kyoushi / guru /, / isha / dokter /, / hana / bunga /. Sedangkan komplemen adalah / Nihongo / bahasa Jepang /, Ha / gigi /, / Bara / mawar /. 8
9 Di dalam struktur frase nominal bahasa Jepang (1-3) di atas komplemennya mendahului inti. Struktur frase nominal bahasa Jepang ini dapat digambarkan melalui diagram pohon berikut ini : FN N (Komp) N Nihongo Ha Bara N kyoushi Isha hana Diagram pohon : 5 FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina sebagai kategori leksikal inti frase) yang berkombinasi dengan N (nomina) sebagai komplemen. 2. Struktur Frase Nominal Bahasa Jepang Nomina + Adjektiva 4. / Nihonryouri oishii / (BJ) Masakan Jepang enak (BI) (Int : N) (Komp : Adj) 9
10 5. / Chuugokusei yasui / (BJ) Produk Cina murah (BI) (Int : N) (Komp : Adj) 6. / Toukyou tawā takai / (BJ) Menara Toukyou tinggi (BI) (Int : N) (Komp : Adj) Inti frase nominal bahasa Jepang (4-6) adalah nomina inti adalah / nihonryouri / masakan Jepang / /chuugokuei / produk Cina /, / Toukyou tawā / sedangkan komplemennya berupa adjektiva adalah / oishii / enak /, / yasui / murah /, / tinggi /. Di dalam struktur frase nominal bahasa Jepang (4-6) di atas inti frase mendahuli komplemen (Adj). Struktur frase nominal bahasa Jepang ini dapat digambarkan melalui diagram pohon berikut ini : FN N N Adj(komp) Nihonryouri Chuugokusei Tōkyou tawā oishii yasui takai Diagram pohon : 6 10
11 FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina sebagai kategori leksikal inti frase) yang berkombinasi dengan adjektiva sebagai komplemen. 3. Struktur Frase Nominal Bahasa Jepang Numeralia + Nomina 7. / Ichimai kami / (Bj) Selembar kertas (BI) (Komp : Num) (Int : N) 8. / Nisatsu hon / (Bj) Dua jilid buku (BI) (Komp : Num) (Int : N) 9. / Sanbiki neko / (Bj) Tiga ekor kucing (BI) (Komp : Num) (Int : N) Inti frase nominal bahasa Jepang (7-9) adalah nomina inti adalah / kami / kerta /, / hon / buku /, / neko / kucing /, sedangkan komplemen berupa numeralia adalah / Ichimai / selembar /, / nisatsu / dua jilid /, / sambiki / / tiga ekor /. Di dalam struktur frase nominal bahasa Jepang (7-9) di atas komplemennya mendahului inti. Struktur frase nominal bahasa Jepang ini dapat digambarkan melalui diagram pohon berikut ini : 11
12 FN N (Komp) Num N Ichimai kami Nisatsu hon Sanbiki neko Diagram pohon : 7 FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina) sebagai kategori leksikal inti frase yang berkombinasi dengan numeralia (num) sebagai komplemen. 4. Struktur Frase Nominal Bahasa Jepang Pronomina + Nomina 10. / Kono kaban / (BJ) Ini tas (BI) (komp : pron) (Int : N) 11. / Sono jidousha / (BJ) Itu mobil (BI) (komp : pron) (Int : N) Inti frase nominal Bj (10-11) adalah nomina inti adalah / kaban / tas /, / jidousha / mobil /, sedangkan komplemen berupa pronomina adalah / kono / ini /, /sono / itu /. 12
13 Di dalam struktur frase nominal bahasa Jepang (10-11) di atas komponennya mendahului inti. Struktur frase nominal bahasa Jepang ini dapat digambarkan melalui diagram pohon sebagai berikut : FN N (Komp) Pron Kono Sono N kaban jidousha Diagram pohon : 8 FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase, N adalah prokyeksi inti frase yang terdiri N(nomina) sebagai katagori leksikal inti frase yang berkombinasi dengan pronomina (pron) sebagai komplemen. 5. Struktur Frase Nominal Bahasa Jepang Adjektiva + Nomina 12. / Kireina kouen / (BJ) Indah taman Tman yang indah (BI) (komp : Adj) (Int : N) 13
14 13. / Akai jidousha / (BJ) Merah mobil Mobil yang merah (BI) (komp : Adj) (Int : N) 14. / Ookii daigaku / (BJ) Besar universitas Universitas yang besar (BI) Inti frase nominal Bj (12-14) adalah nomina inti adalah / kouen / taman /, / jidousha / mobil /, / daigaku / universitas /. Sedangan komplemen berupa adjektiva adalah / kireina / indah /, / akai / murah /, / ookii / besar /. Di dalam struktur frase nominal bahasa Jepang (12-14) di atas komplemennya mendahului inti. Struktur frase nominal Bj ini dapat digambarkan melalui diagram pohon berikut ini : FN N (Komp) Adj N Kireinakouen Akai jidousha Ookii daigaku Diagram pohon : 9 14
15 FN adalah merupakan proyeksi maksimal yang terdiri dari N (proyeksi inti frase). N adalah merupakan proyeksi inti frase yang terdiri dari Adjektiva sebagai komplemen dan N (nomina) sebagai inti frase. 6. Struktur Frase Nominal Bahasa Jepang Keterangan + Nomina + Nomina 15. Mukashi rekishi hon (BJ) Dahulu sejarah buku Buku sejarah dahulu (BI) (komp : ket) (komp : N) (Int : N) Inti frase nominal bahasa Jepang (15) adalah nomina inti adalah / hon / buku / sedangkan komplemen adalah / rekishi / sejarah / dan komplemen keterangan adalah / mukashi / dahulu /. Di dalam struktur frase nominal bahasa Jepang (15) di atas komplemen (nomina) dan komplemen (ket) mendahului inti. Struktur frase nominal bahasa Jepang ini dapat digambarkan melalui diagram pohon berikut ini : FN N (Komp) Adjunct N (Komp) N N Diagram pohon : 10 15
16 FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina) sebagai kategori leksikal inti frase yang berkombinasi dengan komplemen keterangan dan komplemen nomina. Skema X-Bar Frase Nominal Bahasa Jepang 1. Skema FN BJ N + N X X. X 2. Skema FN BJ N + Adj X X X.. 3. Skema FN BJ Num + N X 16
17 X.. X 4. Skema FN BJ Pron + N X X.. X 5. Skema FN BJ Adj + N X X.. X 17
18 6. Skema FN BJ Ket + N + N X X.. X.. X 7. Kesimpulan 1. FN N N N + N FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina sebagai kategori leksikal inti frase) yang berkombinasi dengan N (nomina) sebagai komplemen. 2. FN N N N + Adj FN adalah merupakan proyeksi maksimalkan suat frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina sebagai kategori leksikal inti frase) yang berkombinasi dengan Adjektiva sebagai komplemen. 18
19 3. FN N N Num + N FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina) sebagai kategori leksimal inti frase yang berkombinasi dengan numeralia (num) sebagai komplemen. 4. FN N N Pron + N FN adalah merupakan proyeksi maksimal suatu frase yang terdiri dari N (proyeksi inti) dari suatu frase. N adalah proyeksi inti frase yang terdiri dari N (nomina) sebagai kategori leksikal inti frase yang berkombinasi dengan pronomina (pron) sebagai komplemen 5. FN N N Adj + N FN adalah merupakan proyeksi maksimal yang terdiri dari N (proyeksi inti frase) N adalah merupakan proyeksi inti frase yang terdiri dari Adjektiva sebagai komplemen dan N (Nomina) sebagai inti frase. 6. FN N N Ket + N (Komp) + N 19
20 FN adalah merupakan proyeksi maksimal yang terdiri dari N (proyeksi inti frase) N adalah merupakan proyeksi inti frase yang terdiri dari keterangan, nomina sebagai komplemen dan N (nomina) sebagai inti frase. 20
21 Daftar Pustaka Alwi, Hasan dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Penerbitan dan percetakan Balai Pustaka. Jakarta. Chaer, Abdul Linguistik Umum, PT. Rineka Cipta. Jakarta Gorys, Keraf Linguistik Bandingan Historis. Gramedia Jakarta Haegeman, L Introduction to Govermant and Binding Theory. Cambridge : University Press. Kridalaksana, H Kamus Linguistik Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Muskar, R Frase Nominal Bahasa Arab (Tesis) Medan : Universitas Sumatera Utara. Robins, r : h Linguistik umum sebuah pengantar Yogyakarta : Kanisius. Radford, A Tata Bahasa Transformasi (Terjemaah) Kuala Lumpur. Dewa Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Richards. Dkk Dictionary of language Teaching and Applied Linguistics England : Longman Sudaryanto Metode Linguistik Bagian Kedua Metode Kearah Memahami Metode Linguistik Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Situmorang, Hamzon Pengantar Linguistik Bahasa Jepang Medan : USU Press. Sutedi, Dedi Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : diterbitkan oleh Humaniora Utama Press. Surakhmad, Winarno Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. 21
22 Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Sintaksis. Penerbit Angkasa Bandung Tanaka, Yone Minna no nihongo. Japan : Suriieenetto waaku. Verhaar Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 22
FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR
FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR Puti Novianti Aristia Magister Linguistik, Universitas Sumatera Utara Jl. A. Hakim no. 1 Kampus USU Medan 20155 Email: putiaristia@yahoo.com Abstract: The
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Sunda (BS)1) memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). Di samping
Lebih terperinciKAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR
STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR SKRIPSI OLEH WIDARTI S. PASARIBU 070701035 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 . Struktur Frasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penilitian Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII
Lebih terperinciBahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif
Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciKESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang
BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Hasil penelitian diperoleh data bahwa di dalam rubrik berita majalah Djaka Lodang terdapat penggunaan polisemi yang meliputi jenis polisemi, bentuk polisemi, dan tipe-tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari
6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier,
Lebih terperinciRELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN
0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciKATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak
KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB II. KONSEP, LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penggunaan konsep dalam sebuah penelitian sangat diperlukan. Konsep dapat dijadikan batasan penelitian yang akan dilakukan. Pengertian konsep
Lebih terperinciHUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud, gagasan atau suatu ide yang ditujukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciKONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA
HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperinciFRASE VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA (ANALISIS TEORI X-BAR) SKRIPSI OLEH IRMA F.K SIHOMBING NIM
FRASE VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA (ANALISIS TEORI X-BAR) SKRIPSI OLEH IRMA F.K SIHOMBING NIM 100701053 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 1 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2
54 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang interferensi gramatikal bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS
ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu. serta latar belakang suatu bangsa (Simatupang, 1999 : 8)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat sebagai alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan
Lebih terperinciDEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR SKRIPSI OLEH SRI YOHANNA ARITONANG 080701020 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat tanya selalu mendapat perhatian di dalam buku tata bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 357; Chaer, 2000: 350). Hal ini dapat dimengerti sebab kalimat
Lebih terperinciVERBAL CLAUSAL STRUCTURE IN INDONESIAN AND JAPANESE: CONTRASTIVE ANALYSIS
STRUKTUR KLAUSA VERBAL DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG: SUATU ANALISIS KONTRASTIF Wahya, Nani Sunarni, Endah Purnamasari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRAK
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI
NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
Lebih terperinciAnalisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak
Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. 1. Variasi kedaerahan bahasa Jawa yang
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA ADJEKTIVAL DALAM BAHASA INDONESIA
Halaman 22 Struktur Frasa djektival dalam Bahasa Indonesia STRUKTUR FRS DJEKTIVL DLM BHS INDONESI Mulyadi Fakultas Sastra bstract This article discusses the internal structure of adjectival phrase in Bahasa
Lebih terperinciUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Bahasa UM 1104 3 II (dua) Riau Wati, M. Hum Deskripsi Mata Kuliah Standar Mata kuliah Bahasa merupakan mata kuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS IDENTITAS MATA KULIAH 1. Nama Mata Kuliah : Kebahasaan 2. Kode Mata Kuliah : GD 306 3. Jumlah SKS : 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa baku bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang memakai bahasa Indonesia, menggunakan dua macam bahasa yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan
BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap
Lebih terperincianak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau
Lebih terperincipada Fakultas Sastra Universitas Andalas
NAMA-NAMA PENGGEMAR GRUP BAND DI INDONESIA TINJAUAN MORFOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Oleh Muhammad Fadlan BP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL
ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL ARTIKEL E-JOURNAL Oleh DWAISKURNY NIM 110388201024 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperincilsi 5E ii.'l- 'Pewatas (Atributif)'... -tjci! 'Keterangan (Adverbial)'... ~ i! 'Objek' ~ j1;. 1 J)E_)( 'Definisi Sintaksis'... :...
lsi v vii - - ~ ) ~~buluan (~iii).... Pet a Konsep.... j1;. 1 J)E_)( 'Definisi Sintaksis'... :.... _: ;::J 'Latihan'.... 1 1 1 3 7 ~ = ~) Sintaktis (i!jlal1.jfm I \8j!J1.Jfm li!j-tii!9).... Peta Konsep....
Lebih terperinciELIPSIS PARTIKEL (JOSHI) DALAM BAHASA JEPANG PADA DIALOG FILM BOKURA GA ITA PART I KARYA TAKAHIRU MIKI SKRIPSI
ELIPSIS PARTIKEL (JOSHI) DALAM BAHASA JEPANG PADA DIALOG FILM BOKURA GA ITA PART I KARYA TAKAHIRU MIKI SKRIPSI OLEH: AYU PUJANING ARDAENU 105110203111003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka
Lebih terperinciPENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinci