BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Tata Cara Kerja Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan ( design ) terbaik dari sistem kerja. Teknik dan prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan, peralatan kerja, serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat yang ditimbulkan. Bila ditinjau lebih lanjut, maka teknik tata cara kerja dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Ada empat kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika system ini memungkinkan waktu penyelesaiannya sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan sangat minim. Sedangkan untuk pengukuran kerja akan dibahas pada bagian akhir dari bab ini.

2 Proses Produksi dan Produktivitas Banyak hal yang telah dilakukan manusia dalam usahanya meningkatkan produktivitas kerja. Kemajuan teknologi akhirnya banyak mengakibatkan bergesernya tenaga manusia untuk kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan produksi lainnya. Pada Negara-negara berkembang pengertian mengenai produktivitas akan selalu dikaitkan pada segala usaha yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya manusia yang ada. Dengan demikian semua gagasan dan kebijakan yang diambil untuk meningkatkan produktivitas tanpa dikaitkan dengan penanaman kapital atau modal seperti halnya penerapan mekanisasi atau otomatisasi semua fasilitas produksi dengan tingkat teknologi yang lebih canggih. Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan system produksi, yaitu sistem-sistem semacam : - Tenaga kerja ( Direct atau indirect labor ) - Modal berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik dan lain-lain. Dikelola dengan suatu cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang ( Finished goods product ) atau jasa ( service ) secara efektif dan efisien. Proses produksi dapat dinyatakan sebagai serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah atau merubah sekumpulan masukan ( input ) menjadi sejumlah keluaran ( output ) yang memiliki nilai tambah ( added value ). Pengolahan atau perubahan yang terjadi disini bisa secara fisik

3 25 maupun non fisik, dimana perubahan tersebut bias terjadi terhadap bentuk, dimensi maupun sifatnya. Produktifitas industri secara total dihasilkan lewat produktifitas yang dihasilkan oleh semua komponen komponen yang terlibat dalam proses nilai tambah. Untuk bias mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, pihak manajemen haruslah selalu memperhatikan peningkatan produktivitas dari semua kegiatan kegiatan yang produktif yang menekan kondisi-kondisi yang kontra produktif mulai dari lantai produksi sampai ke jenjang tingkatan yang paling atas. 2.3 Produktivitas Kerja Manusia Pengertian Umum Produktivitas seringkali diidentifikasi sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam menghasilkan produk atau jasa dalam satu waktu tertentu. Sebagai ukuran efisiensi produktifitas manusia, maka rasio tersebut umumnya berbentuk keluaran yang dihasilkan oleh aktifitas kerja dibagi dengan jam kerja yang dikontribusikan sebagai sumber masukan dengan rupiah atau unit produksi lainnya sebagai ukurannya. Produktivitas kerja manusia dengan 5S sangat berdekatan karena dengan adanya 5S memungkinkan manusia untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

4 Pengertian 5S Dalam dunia industri 5S bukanlah suatu hal yang baru. Hampir setiap perusahaan yang menyadari pentingnya menjaga standar mutu produknya akan menerapkan 5S. Sebagaimana setiap kata memiliki arti yang luas, demikian pula dengan aktivitas 5S yang bahkan kadang-kadang memiliki arti yang kurang jelas. Maka untuk itu perlu diuraikan dengan jelas arti 5S, hal yang harus dilakukan dan hasil yang akan diperoleh bila menerapkan 5S. Berikut adalah 5 butir prinsip 5S beserta penjelasannya : Seiri ( Pemilahan ) Dasar Pemilahan Seiri adalah memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan, kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan. Salah satu kunci pokok pemilahan adalah mengidentifikasi apa yang termasuk dalam pemilahan. Walaupun telah dinyatakan sebelumnya bahwa pemilahan adalah salah satu cara yang digunakan untuk membuang barang atau merupakan langkah awal, meskipun langkah awal hal tersebut adalah sebuah langkah awal yang sangat penting. Rencana atau tindakan untuk membuang barang membutuhkan penilaian dan pemikiran yang cermat. Jika dilakukan dengan benar, gagasan tersebut dapat membantu kita untuk mengetahui derajad kepentingan dari barang barang yang kita miliki.

5 Membuang yang tidak diperlukan Saat mulai membuang barang yang tidak diperlukan rancangan yang dilakukan agak sedikit berbeda, tergantung apakah kita merasa khawatir membuang barang yang tidak diperlukan atau mengawasi mesin dan peralatan yang rusak pada saat yang sama, bahkan memadukan dengan pembersihan besar. Setiap saat kita harus memutuskan berapa banyak, berapa besarnya proyek yang kita inginkan. Tetapi pada umumnya orang cenderung melakukan pekerjaannya dengan tuntas dan memadukan dengan pembersihan besar Mengidentifikasi barang yang tidak diperlukan Ada beberapa tempat dimana barang tidak terpakai dan yang tidak diperlukan menumpuk, misal rak dan laci, lorong dan sudut, suku cadang dan pekerjaan dalam pengerjaan, peralatan atau alat ukur, mesin, gudang penyimpanan dan gudang barang, tembok dan diluar ruangan. Barang yang tidak memiliki kapasitas kegunaan yang memadai harus segera dibersihkan untuk dibuang Melaksanakan pembersihan besar Pembersihan besar harus dilakukan secara bersamaan dengan kampanye mengatasi penyebab kotoran, tetapi lebih baik dilakukan secara terpisah. Pembersihan ini dilakukan mulai dari setiap sudut ruangan. Setiap peralatan harus dibersihkan secara terpisah, walaupun

6 28 pekerjaan itu cukup menyita waktu, dan membuat setiap orang sibuk, hal tersebut mutlak untuk dilakukan karena untuk keselamatan dan kenyamanan semua karyawan Menangani penyebab Manusia merupakan penyebab utama kontaminasi dalam industri dan alat pemeliharaan kesehatan. Itulah sebabnya mengapa harus ada alat kedap udara, pengering udara, baju khusus dan sebagainya. Dahulu industri menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk pembersihan, menghilangkan bunyi suara mesin yang keras, memoles dan mengelas, tetapi saat ini mereka lebih banyak membangun dan memelihara ruangan agar tetap bersih Seiton ( Penataan ) Teknologi Penataan Setelah membuang barang yang tidak dibutuhkan, masalah selanjutnya adalah mengambil keputusan berapa banyak yang akan disimpan dan akan disimpan dimana, hal ini disebut seiton atau penataan. Seiton berarti menyimpan barang ditempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak, hal ini bertujuan untuk menghilangkan proses pencarian.

7 29 Ada sejumlah contoh penataan yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah penataan tempat parkir, penataan buku-buku di rak perpustakaan, penataan perkakas bahkan menyusun barang dirak-rak toko bahan pangan Memahami dan menganalisa status barang Penataan adalah pengkajian efisien. Pengkajian itu berupa pertanyaan seberapa cepat kita menemukan barang yang diperlukan dan seberapa cepat kita menyimpannya kembali. Membuat keputusan yang berubah ubah dimana barang harus disimpan, tidak akan mempersingkat waktu anda. Sebaliknya kita harus menganalisa, mengapa menyimpan dan mengambil barang diperlukan waktu demikian lama. Kita harus memikirkan system yang dimengerti setiap orang. Jika tidak semua usaha kita akan sia-sia Menentukan tempat yang tepat untuk menyimpan barang - Membuang barang yang tidak diperlukan Langkah pertama adalah mengurangi persediaan barang sampai setengahnya. Sebaiknya jangan memiliki lebih dari satu barang dari setiap jenis pada suatu waktu tertentu.

8 30 - Tentukan metode analitis untuk stratifikasi dan tata letak penyimpanan Ada beberapa yang ingin kita simpan dekat dengan barang lain ditempat yang lebih jauh. Jenis stratifikasi inilah yang diperlukan Barang yang sering dipakai lebih baik disimpan dekat pintu. Barang berat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dipindahkan dengan mudah. Dalam melakukan stratifikasi penting sekali untuk bekerja dalam kerangka analitis yang sistematis. - Standarisasikan pemberian nama Seringkali barang memiliki dua nama, nama resmi dan nama lain yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, putuskan nama apa yang akan dipergunakan dan taati keputusan itu. Penggunaan dua nama untuk barang yang sama hanya akan mengacaukan. Waktu membuang barag yang tidak diperlukan adalah saat terbaik untuk membuang persediaan barang sehingga dapat diketahui jumlah setiap barang yang ada Menentukan bagaimana menyimpan barang - Pelajari penyimpanan fungsional Penyimpanan fungsional adalah penyimpanan yang tentu saja dilakukan dengan mempertimbangkan mutu, keamanan, efisiensi dan konservasi.

9 31 - Pemberian nama dan lokasi Nama dan lokasi sangat penting, walaupun suatu barang tidak memiliki nama resmi, pasti ada sejenis nama yang diberikan oleh orang yang menggunakannya. Ketiadaan nama tidak mengakibatkan kekeliruan jika seseorang menggunakan nama yag mereka berikan sendiri. Tetapi, ketiadaan nama resmi dapat mengakibatkan masalah besar bagi orang yang bekerja sama dalam satu tim, segala sesuatu harus memiliki nama yang dapat dimengerti oleh setiap orang dan setiap orang harus memahami apa arti nama itu. Bila barang tersebut tidak memiliki nama, kita tidak dapat memberikan tempat dan tidak seorangpun akan mengetahui dimana harus mencarinya Mengajarkan karyawan untuk menaati aturan penyimpanan. Ini berarti selalu menyimpan barang ketempat semula. Kedengarannya mudah dan memang mudah bila kita membuatnya dengan mudah yang sulit adalah pelaksanaannya. Dilakukan atau tidak, ini akan menentukan apakah pemilahan dan penataan berhasil atau tidak. Selain itu manajemen persediaan barang sangat diperlukan untuk mengetahui apakah kita kehabisan bahan dan produk atau tidak.

10 Seiso ( Pembersihan ) Tema Pembersihan Seiso adalah selalu membersihkan, menjaga kerapihan dan kebersihan. Membersihkan berarti memeriksa, dahulu ketika segala sesuatu jarang didapat dan barang tidak cukup, alat dan mesin dirawat supaya bersih dan tidak ternoda serta diperlukan dengan rasa penuh hormat. Tetapi dengan berjalannya waktu, saat kemakmuran meningkat, orang mulai bersikap lebih santai dan kurang memperhatikan alat dan perlengkapannya. Mereka mulai berfikir lebih murah membeli barang baru dari pada memperbaiki barang lama ataupun memelihara supaya tetap dalam keadaan baik. Hal ini diperkuat dengan derap langkah kehidupan modern, dimana mereka lebih mementingkan waktu dari pada memelihara barang. Pembersihan dan sanitasi makin lama makin dianggap sebagai sektor jasa, untuk melakukannya kita harus membayar orang. Membersihkan berarti lebih sekedar membuang barang bersih. Hal ini merupakan sebuah falsafah dan komitmen untuk bertanggungjawab atas segala aspek barang yang kita pergunakan dan untuk memastikan semua barang selalu dalam keadaan prima. Dengan meningkatnya kecanggihan produk industri modern, debu, kotoran, bahan asing, bunyi suara mesin yang keras dan masalah

11 33 lain kemungkinan besar dapat mengakibatkan barang cacat, macet bahkan kecelakaan. Pembersihan adalah jawabannya. Pembersihan harus dipandang sebagai cara untuk menghilangkan penyebab masalah satu demi satu dan harus dilakukan dengan makna ini. Ada tiga langkah pembersihan yang benar. Pertama, aktifitas tingkat makro membersihkan segala sesuatu dan mencari cara untuk menangani penyebab keseluruhan yang berkaitan dengan keseluruhan gambaran. Kedua, tingkat individual, menangani tempat kerja khusus dan mesin khusus. Ketiga, tingkat makro, dimana suku cadang dan alat khusus dibersihkan dan penyebab kotoran dicari dan diperbaiki Membersihkan tempat kerja dan Peralatan Ada empat langkah yang harus diikuti : - Bagi daerah itu menjadi beberapa bagian dan alokasikan tanggung jawab untuk setiap bagian. - Tentukan apa yang harus dibersihkan, urutannya dan kemudian kerjakan. Selain itu, setiap orang harus memahami pentingnya pembersihan sehingga sumber masalah dapat dianalisa. - Revisi cara melakukan pembersihan dan alat yang dipergunakan sehingga tempat yang sulit dibersihkan akan mudah untuk dibersihkan. - Tentukan aturan yang harus ditaati supaya barang tampak apa yang dikehendaki.

12 Menghilangkan cacat pada peralatan dan melakukan pembersihan pada alat ( 5S peralatan ) Perlengkapan 5S merupakan langkah pertama memelihara diri. Walaupun ini berarti pembersihan mendetail dan pemeriksaan semua peralatan, tidak berarti orang mulai memperhatikan apa yang ada didekatnya. Daerah bermasalah harus yang pertama didefinisikan dan dianalisis serta keputusan harus diambil bagaimana memeriksa dan membersihkan barang tertentu. Merupakan gagasan yang baik juga untuk memikirkan cacat kecil yang mungkin ditentukan supaya orang mengetahui apa yang harus diperhatikan. Membersihkan dan memeriksa peralatan berarti melihat kedalam peralatan itu sehingga harus membuka semua penutup, saringan dan lain-lain, yang menghalangi pemeriksaan bagian dalam. Bila orang yang melakukan pembersihan dan pemeriksaan tidak menguasai seluk beluk teknik peralatan, mereka tidak akan memahami apa yang mereka lihat dan tidak dapat melaksanakan jenis pemeriksaan yang diperlukan. Dalam melakukan semua ini, kadang ada baiknya untuk menandai suatu daerah model yang telah mendapat perawatan penuh, pengalaman ini bukan saja menonjol setiap orang dalam prosedur,

13 35 tetapi juga menunjukkan seberapa mudah atau sulit pekerjaan itu dan berfungsi sebagai standar. Salah satu cara terbaik untuk memulai suatu pekerjaan adalah dengan menanyakan terus menerus kepada diri sendiri mengapa dan apa, kita akan sampai ke sumber masalah dan dapat melibatkan baik gugus kendali mutu kelompok kecil maupun manajemen dalam menemukan dan mengimplementasikan pemecahan. Memeriksa itu baik tetapi bukan merupakan akhir proses. Tujuan pemeriksaan adalah untuk menemukan masalah dan kemudian memecahkannya sehingga itu tidak muncul pada pemeriksaan selanjutnya Seiketsu ( Pemantapan ) Pemantapan berawal dari pemeliharaan dan pengendalian 5S Seiketsu adalah terus menerus mempertahankan 3S tersebut diatas, yaitu seiri, seiton, seiso. Pamantapan berarti memelihara keadaan yang bersih. Dalam kontek 5S yakni mencakup pertimbangan lain seperti warna, bentuk, pakaian dan sebagainya yang memberi suasana bersih. Tetapi pemantapan dianggap sebagai pengulangan pemilahan, penataan dan pembersihan serta sebagai kesadaran dan aktivitas tetap untuk memastikan bahwa keadaan 5S tetap terpelihara. Ini berarti

14 36 melaksanakan aktivitas 5S dengan teratur sehingga keadaan normal dan melatih keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kontrol visual Menampilkan ketidaknormalan dengan kontrol visual Karena oranglah yang mengatur dan mengendalikan segaa sesuatu, maka karyawan harus bias membedakan antara yang normal dan yang tidak normal dalam melakukan suatu tindakan. Tetapi, ternyata tingkat barang cacat dalam industri, kemungkinan timbul karena keadaan tidak normal. Sebagian besar alat akan beroperasi secara normal dan tanpa masalah. Ditengah-tengah keadaan normal inilah orang harus mengidentifikasi adanya ketidak normalan Melatih dan mewujudkan manajemen visual Untuk mewujudkan manajemen visual yang baik kita harus membuat peraturan-peraturan yang mudah ditaati, agar karyawan di pabrik mentaati peraturan, orang lebih mudah melakukan sesuatu bila ada sejenis petunjuk aktual.

15 Alat dan metode untuk control visual Sudah jelas bahwa kita memerlukan alat bantu visual dalam control visual. Kita harus melatih keterampilan dalam merancang alat kreatif untuk memperlancar proses. Tentu saja salah apabila hanya mengandalkan tanda visual saja dan kita juga memerlukan keempat indra lain untuk membantu orang memiliki pemahaman menyeluruh tentang apa saja yang terjadi. Gambaran tentang berbagai jenis peragaan kontrol visual yang dibutuhkan, misalnya : - Peragaan untuk membantu orang mencegah membuat kesalahan operasi. - Waspada terhadap bahaya - Indikasi dimana barang harus diletakkan - Penandaan peralatan - Peringatan untuk berhati-hati dan cara operasi - Instruksi Hal utama dalam merancang control visual, kita merancang dan merevisi standard dan alat yang diperlukan untuk mengidentifikasi ketidaknormalan, kita akan menemukan bahwa pekerjaan akan jauh lebih lancar dan hasilnya akan lebih baik.

16 Shitsuke ( Pembiasaan ) Pembiasaan sebagai cara untuk mengubah kebiasaan Shitsuke adalah membuat pekerja terbiasa menaati aturan. Tim yang baik bermain dengan menaati peraturan. Apakah ditempat kerja, maupun dilapangan olah raga, aktivitas tim merupakan aktifitas kooperatif. Setiap orang harus bekerja sama, berfikir bersama dan bertindak bersama untuk membentuk tim yang kuat. Pekerjaan yang lebih banyak menuntut pikiran kita sangat memerlukan kerja sama. Karena kesalahan kecil sekalipun dapat berakibat fatal. Peraturan ketat dan setiap orang harus berhati-hati untuk melakukan pekerjaan masing-masing dengan benar. Manusia secara alami memiliki kecenderungan untuk nersikap santai memperhatikan pendapat umum tentang keberhasilan yang bersifat sementara, sesuatu yang menggemparkan dan janji secara lisan cenderung terlupakan atau tidak diperhatikan. Selain itu, orang cenderung terjerumus kedalam rutinitas tanpa berfikir, yang terlupakan mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan dan mereka melakukannya begitu saja. Itulah sebabnya kita melakukan peraturan dan kerja sama serta membuat orang selalu berfikir dan bekerja sama.

17 Pembentukan kebiasaan - Biasakan ( sistematisasi ) perilaku jika kita menginginkan hasil yang baik. - Perbaiki komunikasi dan pelatihan untuk memperoleh mutu yang terjamin. - Atur supaya setiap orang mengambil bagian dan setiap orang melakukan sesuatu kemudian mengimplementasikannya. - Atur segala sesuatu sehingga setiap orang merasa bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan. - Orang harus mengungkapkan dengan kata-kata tanggung jawab masing-masing setiap hari dan mereka melaksanakannya. - Jika mereka membuat kesalahan, manajemen harus menunjukkannya dan memastikan bahwa hal itu diperbaiki. - Inilah cara melambangkan cara praktis yang baik, bagaimana anda menciptakan tempat kerja yang disiplin. - Setiap orang bekerjasama dan memperkuat tim dan memperkuat perusahaan. Salah satu cara menciptakan tempat kerja yang disiplin adalah hal yang paling penting dilakukan untuk menjamin mutu produk.

18 Pengukuran Kerja Untuk mendapatkan prinsip-prinsip terbaik pengaturan kerja perlu dilaksanakan pengukuran waktu terhadap bagian-bagian kerja, atau terhadap kerja keseluruhan. Pengukuran waktu ini dimaksudkan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan oleh system kerja terbaik. Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi atau dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu pengaturan waktu kerja secara langsung dan pengaturan kerja secara tidak langsung. a. Pengukuran waktu kerja secara langsung Pengukuran dilaksanakan secara langsung yaitu dimana pekerja yang diukur dijalankan. Cara pengukuran kerja dengan jam henti ( stopwatch time sudy ) dan sampling kerja ( work sampling ). b. Pengukuran waktu secara tidak langsung Melakukan perhitungan waktu kerja tanpa sipengamat harus ditempat pekerjaan diukur. Aktifitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia, aktifitas data waktu baku dan data waktu gerakan. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :

19 Uji Kecukupan data dan keseragaman data Untuk mendapatkan rata-rata waktu yang valid maka dilakukan uji kecukupan data dengan rumus yaitu : N' = Z/S. 2 N. Xij - Xij ( Xij) 2 2 Dimana : Z : Tingkat kepercayaan ( table 95% ) S Xi N : Tingkat Ketelitian : Data pengukuran : Jumlah Data Dalam aktifitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% tingkat kepercayaan ( convidence level ) dan 5% derajat ketelitian ( degree of accuracy ). Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95% dari 100% harga rata-rata dari waktu yang dicatat atau diukur untuk suatu element kerja akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5% tingkat keyakinan. Dilakukan uji kecukupan data untuk mengetahui bahwa data tersebut yang digunakan cukup atau tidak. Untuk mengetahui bahwa data tersebut seragam atau tidak maka dilakukan perhitungan keseragaman data. Rumus yang dipakai adalah : BKA = X + Z. σ x BKB = X - Z. σ x

20 42 Dimana : BKA : Batas Kontrol Atas BKB : Batas Kontrol Bawah X Z σ x : Rata rata sampel : Jumlah standar deviasi : Standar deviasi rata-rata sampel Menentukan besarnya faktor penyesuaian Setelah pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sungguh cepat seolah-olah diburu oleh waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjang waktu penyelesaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengkalikan siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan satuan harga (p) yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga (p) tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukuran berpendapat nahwa operator bekerja diatas normal ( terlalu cepat ) maka harga (p) akan lebih besar dari dari 1, sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga (p) akan lebih kecil

21 43 dari 1. Seandainya pengukuran berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga (p) sama dengan Menentukan besarnya kelonggaran Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari. Ketiganya hal-hal yang dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diulur, dicatat ataupun hilang. 1. Kelonggaran untuk kebutuhan probadi Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekedar untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam kerja. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat dimana hasil produksi menurun.

22 44 3. Kelongggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja, ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Beberapa contoh hambatan yang tak terhindarkan : - Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas - Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin - Mengasah peralatan potong - Mengambil alat-alat khusus atau hambatan khusus dari gudang Waktu baku Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau memperbaiki suatu system kerja. Waktu baku merupakan waktu yang diperoleh melalui penambahan waktu normal dengan cadangan-cadangan untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa kelelahan dan untuk hambatanhambatan tak terhindarkan. Menurut ( Wignjosoebroto, 1993 : 94 ). Waktu baku sangat dibutuhkan sekali terutama untuk. - Man Power Planning ( perencanaan kebutuhan tenaga kerja ). - Estimasi biaya-biaya upah untuk karyawan atau pekerja

23 45 - Perancangan system perbaikan bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang berprestasi. - Indikasi keluaran ( output ) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja - Menyeimbangkan lintasan produksi. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut : a. Waktu siklus rata-rata dengan rumus : Ws = Xij = N Xi k Dimana : Xij N : Nilai tiap data : Jumlah data b. Waktu normal dengan rumus : Wn = Ws x p Dimana : Ws p : Waktu siklus rata-rata : Faktor penyesuaian

24 46 c. Waktu Baku dengan rumus : Wb = Wn + ( l x Wn ) Wb = Wn x ( 1 + l ) Dimana : Wn : Waktu Normal Wb l : Waktu baku : Faktor kelonggaran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk membuat perancangan 5S diperlukan panduan untuk menunjang penulisan skripsi ini yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku-buku mengenai 5S. 2.2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajamen Operasi dan Produksi Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2011:2) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH Dalam pembuatan skripsi ini, diperlukan serangkaian langkah-langkah yang sistematis dan logis untuk memberikan pedoman dan kemudahan dalam melakukan analisis terhadap implementasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN Sosialisasi PROGRAM 5R Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang - Bersih - Rapih - Terawat - Disiplin kenyataannya kondisi ini sulit terjadi di setiap perusahaan. (Benarkah?) Kantor

Lebih terperinci

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Apa itu 5S? Koni-Chi-Wa Let s start 5S. 5S memberi jawaban untuk kita, karena 5S merupakan teknik penanganan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.40 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Labeller Tabel 4.41 Metode 5W+1H dan Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LADASA TEORI.1 Produktivitas Menurut Sritomo Wignjosoebroto (003,p1), banyak hal yang telah dilakukan manusia dalam usahanya meningkatkan produktivitas kerja. Kemajuan teknologi akhirnya banyak mengakibatkan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 Apa yang anda rasakan jika suasana kerja seperti ini? Good Housekeeping A messy shop can hide hazards! Keep it clean Bad Housekeeping Poor housekeeping

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari waktu ke waktu sehingga setiap pelaku industri harus siap berkompetisi. Hal ini tidak terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

Written by Administrator Monday, 28 February :18 -

Written by Administrator Monday, 28 February :18 - Melihat lingkungan kerja yang rapi dan bersih tentu saja akan membangkitkan semangat kerja kita. Coba kita pikirkan, berapa lamakah waktu kita dalam sehari yang kita gunakan di tempat kerja? Mungkin bisa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu mengukur waktu produktif, menganalisis faktor faktor penyebab rendahnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang. Hal ini yang mendorong banyak berdirinya perusahaan garment, baik yang berskala industri pabrik maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melihat kondisi awal perusahaan, menganalisis masalahnya, dan membuat rancangan untuk memperbaikinya maka alat analisi yang digunakan yaitu metode 5S (Seiri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Statistical Product and Service Solution atau biasa dikenal dengan SPSS merupakan program pengolah data statistik mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG IMPLEMETASI METODE WORK SAMPLIG GUA MEGUKUR PRODUKTIVITAS TEAGA KERJA DI CV.SIAR KROM SEMARAG Dwi urul Izzhati 1, Dhieka Anendra 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Dian uswantoro, Semarang 50131 E-mail :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw-

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw- BAB LANDASAN TEORI.1. Jabaran Pekerjaan Dalam mendefinisikan pekerjaan yang dilakukan maka perlu ditentukan apa yang dilakukan diurutkan menjadi kesatuan yang disusun secara sistematis. Hal ini juga tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data

Bab 3. Analisis Data Bab 3 Analisis Data PT. Nippon Ceramics Indonesia terletak di Cikarang, produk yang dihasilkan adalah berupa filter untuk menyaring emisi gas pembuangan kendaraaan bermotor ( 車両 ). Pada pertengahan 2007

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan Teh 999 yang terletak di jalan Kartini nomor 61-63 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Time Study Time study merupakan suatu pengukuran waktu kerja yang dikembangkan oleh F.W. Taylor untuk menentukan suatu sistem kerja yang baik. Taylor sampai saat ini dipandang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mendukung di antara masing-masing bagian. Bagian produksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saling mendukung di antara masing-masing bagian. Bagian produksi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perusahaan harus mampu mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara tepat. Untuk itu diperlukan suatu sistem kerja yang saling mendukung di antara

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SEBELUM PELATIHAN 5S PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV DOLOK ILIR TAHUN 2016-2017 Nama : Jenis Kelamin : Departemen/ Bagian : Usia : Masa Kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Waktu Kerja Sistem kerja yang baik merupakan faktor yang penting dalam suatu manajemen operasional suatu perusahaan. Dalam merancang suatu sistem kerja yang baik dibutuhkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Agape Craft merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Quilt yang diberi merk AGAPE CRAFT. Perusahaan ingin mengetahui apakah metode kerja terutama pada stasiun potong dan setrika

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melihat pembahasan pada bab 4 mengenai kondisi awal perusahaan dan rancangan 5S yang telah dibuat untuk memperbaiki keadaan perusahaan UKM Dian Rubber, maka peneliti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan berupaya guna memenangkan persaingan yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan berupaya guna memenangkan persaingan yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan akan berupaya guna memenangkan persaingan yang ada di antara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Untuk mewujudkan hal

Lebih terperinci

Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah:

Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah: LAMPIRAN Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggungjawab 1. Presiden Direktur Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : a. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. b. Menyusun

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan untuk mengembangkan usaha makro dan mikro. Sumber daya manusia sangat berperan,

Lebih terperinci

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling Nama : Johanes Susanto NIM : 2012-21-046 Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian Work Sampling Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) Jono Jurusan Teknik Industri Universitas Widya Mataram Yogyakarta Yonuwm@yahoo.co.id ABSTRAK PT XY sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENGUKURAN KERJA ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)

Lebih terperinci

I.G.A Sri Deviyanti Teknik Industri - UNIPRA Surabaya ABSTRAK

I.G.A Sri Deviyanti Teknik Industri - UNIPRA Surabaya ABSTRAK STUDI PERBANDINGAN SISTEM KERJA STATIS DENGAN ROLLING TUGAS OPERATOR PADA UNIT PENGEPAKAN TERHADAP PENINGKATAN OUTPUT PRODUKSI DI PT.ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA ABSTRAK I.G.A Sri Deviyanti Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu usaha besar maupun kecil yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari usaha tersebut salah satunya adalah tercapainya keuntungan yang maksimal selama beroperasinya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Kerja Pengukuran kerja ialah penerapan teknik yang direncanakan untuk menerapkan waktu bagi pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Condotel adalah tempat dimana tempat yang berfungsi lebih kesebuah bisnis, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui 150 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Diamond

Lebih terperinci

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang Petunjuk Sitasi: Z., M. M., & Lenggogeni, P. (2017). Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti ingin mempertahankan keberadaannya di dunia usaha dan

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci