BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah hewan karnivora yang telah berbaur dengan kehidupan manusia. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing maupun kucing baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohisterectomy). Ovariohisterectomy dilakukan untuk menghilangkan keinginan seksual dari hewan kesayangan sehingga tidak minta dikawinkan dan tidak dapat memiliki keturunan lagi. Namun, dalam keadaan tertentu ovariohisterectomi dipandang sebagai suatu terapi. Hal ini berhubungan dengan beberapa perubahan secara patologi terhadap fungsi organ-organ reproduksi. Beberapa diantaranya seperti pada beberapa kasus penyakit seperti tumor uterus, tumor ovarium, kista ovarium, pyometra, maserasi atau endometritis kronis yang biasanya dilakukan pada hewan kesayangan. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohisterectomy 2. Sterilisasi sexual atau spaying : untuk mencegah uterus dan kebuntingan. 3. Koreksi penyakit ovarium dan uterus : mengatasi gangguan endokrin, metritis, pyometra, torsio uteri, anomali kongenital. 4. Memperkecil kemungkinan kejadian tumor mammae.

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy (pengambilan ovarium) dan histerectomy (pengambilan uterus). Ovariohisterectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri dari rongga abdomen. Ovariohisterectomy menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria (Saunders, 2003). Ovarium merupakan organ reproduksi primer yang berfungsi menghasilkan hormon yaitu hormon estrogen, progesteron dan relaksin. Hormon ini berperan penting pada alat-alat reproduksi untuk memelihara kebuntingan sampai melahirkan. Ovarium terletak dibagian dorsal abdomen sampai ke ginjal kira-kira daerah vertebrae lumbalis ketiga dan keempat. Ovarium mendapat suplai darah dari arteri ovarica dan suatu cabang dari arteri utero ovarica (Partodiharjo, 1987). Uterus mempunyai fungsi penting dalam proses reproduksi yang dimulai dari hewan betina berahi sampai hewan tersebut bunting dan melahirkan. Uterus mengalami perubahan-perubahan yang erat hubungannya dengan yang terjadi pada embrio dan ovarium. Uterus terdiri dari cornua, corpus dan cervix. Uterus terletak di dorsal dari vesica urinaria dan digantung atau dipertahankan oleh mesometrium. Uterus menerima suplai darah dari arteri uterina mediana, uteri utero ovarica dan suatu percabangan dari pudenda interna (Partodiharjo, 1987). Efek yang muncul dari dilakukannya ovariohisterektomi adalah akan munculnya kondisi ketidakseimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Namun, keuntungan dari dilakukannya ovariohisterktomi adalah dapat mencegah terjadinya tumor mamae dan akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kasus pyometra. Penanganan pasca ovariohisterektomi yang dapat dilakukan adalah : 1) Persembuhan luka sayatan kira-kira 7-14 hari sebaiknya pada periode ini kucing perlu

3 diistirahatkan. Pelihara satwa di lingkungan yang bersih, tenang dan kering. 2) Kontrol luka dan bersihkan dengan NaCl fisiologis atau dengan desinfektan setiap hari bila daerah sayatan kotor atau terkena tanah. 3) Jika perlu diberi collar untuk mencegah kucing menjilati daerah operasi. 4) Hindarkan dari aktivitas berat seperti berlari, melompat atau bergulat dengan satwa lain. Jalan-jalan ringan diperbolehkan. 5) Karena kondisi perut yang masih mual, hanya tawarkan makanan dalam jumlah sedikit 2-3 jam setelah satwa sadar. Namun jangan khawatir apabila tetap belum mau makan. Berikan air minum. Beri nutrisi yang baik dan antibiotika untuk mencegah timbulnya sekunder infeksi. 6) Hindarkan bekas luka dari air. Jangan mandikan satwa, minimal 7 hari setelah operasi. Komplikasi yang dapat terjadi setelah dilakukan operasi bermacam macam, tergantung pada perawatan post kastrasi. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain : 1) Timbul rasa sakit apabila efek obat bius sudah hilang, tetapi jarang terjadi. 2) Bengkak, ada gumpalan darah merupakan hal yang umum setelah operasi dan akan hilang dalam waktu 2-3 hari. 3) Dapat terjadi infeksi dan lacerasi (jarang terjadi). Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting pada tindakan pembedahan. Anestesi umum adalah tahapan yang sangat penting dan mempunyai resiko jauh lebih besar dari prosedur pembedahan, karena anestesi yang dalam akan mengancam nyawa pasien. Pemberian agen anestetikum yang kurang atau tidak mencukupi menyebabkan pasien akan tetap merasakan sakit, tetapi apabila dosis anestetikum yang diberikan dalam keadaan berlebihan dapat terjadi kematian. Kriteria idealanestetikum, yaitu anestetikum yang menghasilkan sedasi, analgesi, relaksasi, ketidaksadaran, dan aman untuk sitem vital, serta mudah diaplikasikan (Fossum, 1997). Anestetika yang paling banyak digunakan adalah injeksi kombinasi ketaminexylazine. Kombinasi ini menghasilkan anestesi tidak stabil, memerlukan pengulangan pemberian, pemulihan lama, mempunyai efek samping kejang dan muntah. Ketamine adalah senyawa sintetik sejenis dengan PCP (Phencyclidine) yang dipakai sebagai obat anesthetic pada veterinary juga pada manusia(frecknell PA, 1987). Ketamine dosis rendah menghasilkan analgesik yang baik, tetapi ketamine menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung, tetapi ketamine menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung (Pathak et al.1982; Kul et al. 2001).

4 Xylazine HCl adalah golongan alpha2-adrenoceptor stimulant atau alpha-2 adrenergic receptor agonist. Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung,penurunan peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan termoregulator (Adams, 2001). Pemberian atropine sulfat secara bersamaan sebagai preanestesi, dapat menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi dari xylazine (Bishop, 1996). Atropine adalah agen menghambat muskarinik atau antimuskarinik dengan mekanisme kerja secara kompetisi dengan reseptor acetilkolin. Penggunaan kombinasi atropine sulfat, xylazine HCl atau midazolam sebagai preanestesi akan memberikan pengaruh lebih baik terhadap anestesi serta meningkatkan potensi anestetikum. Preanestesi juga sangat penting pada hewan untuk tujuan merestrain sebelum dilakukan anestesi. Tolfenamic Acid (TA) adalah salah satu dari kelas non-steroid antiinflammatory drugs (NSAIDs).Tolfenamic Acid digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada serangan migrain (Booth et al., 1977).

5 BAB II METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Praktikum Ilmu Bedah Khusus Ovariohisterectomy pada kucing dilakukan pada Hari Senin, 21 November 2013, pukul sampai selesai. Praktikum dilakukan di laboratorium bedah Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur 2.2 Alat dan Bahan Alat - Gunting operasi (tumpul-tumpul, tajam-tajam) - Needle (jarum) ujung segituga dan bulat - Arteri clamp lurus - Pencukur rambut - Pinset anatomis - Scalpel handle - Pinset sirurgis - Needle holder - Towel clamp - Towel / duk - Alice Forceps - IV cateter - Spy hook - Metzembem Forceps - Kandang - Tali handling - Lampu - Infrared Bahan - Kucing betina - Tolfenamic acid - Spuit 1 ml - Atropine sulfat - Blade - Ketamin 10 % - Glove - Xylasin 2 % - Masker - Acepromazine meleat - Benang (catgut chromic, Silk) - NaCl Fisiologis - Tampon - - Alkohol 70 % - - Povidon Iodin -

6 2.3 Langkah Kerja Preparasi Alat Sterilisasi alat-alat Bedah Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan bakteri ataupun agen penyebab kontaminasi yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan jaringan, organ ataupun pembuluh darah yang steril saat dibedah tidak terkontaminasi mikroba patogen tersebut. Peralatan bedah minor yang disterilisasi meliputi: allis tissue forcep, towel clam, groofe, scapel handle, pinset anatomis dan cirrurgis, artericlam, mosquito forcep, drape, tampon dimana alat-alat ini disterilisasi panas sedangkan alat lain seperti needle holder, gunting tumpul-tumpul dan gunting tajam tumpul disetrilisasi dengan menggunakan alkohol 70% dan povidon iodin. Dimana pembungkusan alat-alat bedah dilakukan dengan cara alat-alat yang disterilkan panas dimasukkan kedalam wadah peral, selanjutnya wadah peral di ungkus dengan menggunakan koran secara rapat sehingga semua agian wadah tertup rapat selanjtnya dimasukkan kedalam oven steril dengan suhu selama 6 eserta drape dan tampon etelah alat selesai disterilisasi alat dikelurgan dan ditata diatas meja operasi Preparasi dan Persiapan Hewan Operasi Persiapan-persiapan operasi yang dilakukan pada hewan meliputi pemeriksaan secara signalemen, anamnese serta pemeriksaan lain yang perlu. Data fisiologi penting harus diambil sebelum operasi yaitu suhu tubuh, frekuensi nafas, pulsus dan selaput mata. Tahapan selanjutnya adalah restrain hewan kemudian premedikasi atropin dengan dosis 0,04 mg/kgbb, diberikan dengan rute intramuskuler (IM). Ditunggu sampai atropine mulai muncul efeknya. Setelah itu hewan diberikan anastesi ketamin HCl dengan dosis 10 mg/kgbb dan xylazine dengan dosis 1,1 mg/kgbb dengan rute intramuscular (IM). Setelah itu dilakukan pencukuran bulu didaerah operasi minimal 10 cm disekitar sayatan. Daerah sayatan dibersihkan dengan alkohol. Kemudian

7 dikeringakn dengan tampon dan dilanjutkan dengan diolesi menggunakan iodine 3%. Setelah itu hewan siap untuk diletakkan pada meja operasiyang telah disipkan kain alas tubuh pasien. Sebelum diletakkan peletakkan pada meja operasi, hewan harus dianastesi umum terlebih dahulu sampai pasien tidak sadar, kemudian baru diletakkan pada meja operasi Ketika berada diatas meja operasi dengan posisi dorso ventral atau telentang dengan keempat kakinya diikat diujung-ujung meja dengan menggunakan sumbu kompor dengan simpul yang kuat. Selanjutnya tubuh pasien ditutup dengan menggunakan drape yang disesuikan dengan daerah luas penampang yang akan dilakukan operasi. Drape kemudian difiksir dengan menggunakan towel clamp. Setelah itu pasien siap untuk dilakukan operasi.bukan hanya itu saja hewan sebelum dilakukan operasi harus diberikan perlakukan yang berupa pemuasaan dari makan selama 12 jam menjelang operasi, dan pemuasaan air selama 2-4 jam menjelang operasi hal ini dilakukan untuk mengosongkan lambung dan kantung kemih, sehingga setelah selesai diberi anastesi umum hewan tidak akan muntah Persiapan Operator dan Asisten Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh operator dan asisten adalah pertama membersihkan tangan dengan cara mencuci tangan dengan mengunakan air mengalir dan sabun sampai dengan kuku-kuku pada tangan harus benar-benar bersih. Selanjutnya pencucian harus dilakukan sampai dengan ujung lengan dan dilakukan berulang kali sampi benar-benar bersih. Selanjutnya dicuci ulang dengan menggunakan alkohol sebagai antiseptik. Kemudian tangan dieringakan dan dilanjutkkan dengan menggunakan glove dan masker serta baju operasi. Setelah itu tidak operator dan asisten tidak boleh memegang apapun agar terhindar dari kontaminasi. Operasipun siap untuk dilakukan Ovariohisterectomy Setelah kucing teranastesi, hewan ditutup dengan surgical drape yang difiksir dengan towel clamp dan disesuaikan. Di sekitar daerah yang akan

8 dilakukan sayatan (daerah bawah umbilicus) dibersihkan dengan alkohol 70 %. Selanjutnya dikeringkan dengan tampon kemudian diolesi dengan povidon iodin secara memutar keluar. Dilakukan incise pada 1 cm dibawah umbilicus sepanjang 4 cm, incise pada kulit, sub kutan dan peritoneal. Setelah peritoneal terbuka, dicari uterus dan di clamp pada arterinya. Dilakukan ligasi pada arteri uterus dengan cat gut, kemudian dilakukan pemotongan ovarium dan uterus, lalu dikembalikan keposisi semula dengan clamp dilepas. Dilakukan penjahitan pada peritoneum dengan menggunakan cat gut, kemudian pada sub kutan dengan menggunakan cat gut dan pada kulit menggunakan silk. Diberi antibiotic topical dan obat cina kemudian ditutup dengan ultrafix dan plester. Kucing dipakaikan gurita dan diinjeksi dengan tolfenamic acid secara subkutan (SC) dan limoxin secara intramuskuler (IM) Post Operasi Hewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Luka operasi dibersihkan dengan povidon iodine dan diberi wound guard dengan cara disemprot sehari sekali. Selama post operasi dilakukan pemeriksaan fisik, pemantauan kondisi hewan nafsu makan, urinasi, defekasi serta kondisi luka secara kontinyu selama 7 hari. Setiap dua hari sekali hewan diinjeksi tolfenamic acid lagi dengan dosis 4 mg / kgbb diberikan dengan rute sub cutan (SC) dan Limoxin dengan dosis 0,1 ml/kgbb rute IM. Selama seminggu hewan diberikan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup. Jahitan luka dapat dibuka setelah bekas operasi kering dan benar-benar telah tertutup.

9 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Nama : Zhuminten Berat Badan : kg Jenis hewan : Kucing domestik Jenis Kelamin : Betina Sinyalemen : warna rambut putih Pemeriksaan fisik sebelum operasi : - Pulsus : 148 kali / - Frekuensi nafas : 36 kali / - - Mukosa : pink ros - - Suhu : 38,5 o C - Tidak ada kebotakan, tidak ada patah tulang Dosis Atropin Dosis Ketamin Dosis Xylazine Dosis Tolfenamic acid Dosis Acepromazine meleat (ACP) Dosis Limoxin Nama obat Dosis Obat Dosis Rute Waktu

10 Pemberian Sedatif Acepromazine 0,02 mg/kg 0,072 ml.bb SC Premedikasi Atropin 0,04 mg/kg 0,14 ml.bb IM Induksi Xylazine 2 mg/kg 0,36 ml.bb IM Ketamin 10 mg/kg 0,36 ml.bb IM Maintenance Limoxin 0,1 ml/kg 0,1 ml.bb IM Amoxicillin 4 mg/kg 0,5 ml.bb SC Monitoring selama operasi Jam Frekuensi nafas Pulsus Temperatur rektal 36 kali / 148 kali / 28 kali / 108 kali / 32 kali / 100 kali / 20 kali / 124 kali / 28 kali / 100 kali / 24 kali / 120 kali / 38,5 o C ,1 o C Monitoring recovery Jam Frekuensi nafas Pulsus Temperatur rectal 20 kali / 112 kali / 16 kali / 116 kali / 20 kali / 112 kali / 28 kali / 100 kali / 16 kali / 76 kali / 20 kali / 80 kali / 38,1 o C 37,1 o C 37,1 o C 37,3 o C 34,9 o C 35,1 o C Jam Frekuensi nafas Pulsus Temperatur rectal 20 kali / 84 kali / 16 kali / 92 kali / 20 kali / 100 kali / 28 kali / 88 kali / 16 kali / 80 kali / 28 kali / 116 kali / 36,7 o C 36 o C 36,7 o C 36,8 o C 37 o C 37,2 o C

11 Monitoring post operasi Tanggal Pemeriksaan fisik Treatment Rute Keterang an Selasa, (Pagi) Selasa, (Sore) Rabu, (Pagi) Rabu, (Sore) Kamis, (Pagi) Pulsus : 160 kali/ Betadine Topikal uhu : 38 ᴼc Frek. Nafas : 36 kali / Mukosa : pink ros AF, FL, WF, urinasi, jahitan tidak terbuka Pulsus : 152 kali/ Betadine Topikal CA, AF, uhu : 38 5 ᴼc Wound guard Topikal WF, tidak Frek. Nafas : 40 kali / defikasi, Agresif, Mukosa : pink ros jahitan tidak terbuka Pulsus : 172 kali/ uhu : 39 ᴼc Betadine Topikal Frek. Nafas : 48 kali / Limoxin 0,3 ml.kg BB IM Mukosa : pink ros Tolfenamic acid 0,15 ml.kg SC CL, AF, WF, FL, Agresif, jahitan tidak terbuka tapi terlihat membeng kak Pulsus : 148 kali/ Betadine Topikal CL, AF, uhu : 38 ᴼc Wound guard Topikal WF, FL, Frek. Nafas : 36 kali / Oxytetrasiklin eyes Agresif, treatme Tidak ada Mukosa : agak pucat Y-rin nt masalah dengan jahitan tapi Membran niktitan lebih ke terlihat tengah dari sebelumnya membeng kak Pulsus : 148 kali/ Betadine Topikal uhu : 38 7 ᴼc Gentamicin Topikal Frek. Nafas : 32 kali / Oxytetrasiklin eyes treatme Mukosa : agak pucat Y-rin nt Wound guard Topikal CA, AG, WF, FF, Agresif dan menahan rasa sakit

12 Kamis, (Sore) Jumat, (Pagi) Jumat, (Sore) Sabtu, (Pagi) Membran niktitan mulai ke tepi Pulsus : 156 kali/ Betadine Topikal uhu : 4 ᴼc Gentamicin Topikal Frek. Nafas : 40 kali / Oxytetrasiklin eyes treatme Mukosa : pink Y-rin nt Membran niktitan mulai ke tepi CL, AG, WF, Tidak defikasi, agresif, menahan sakit Pulsus : 152 kali/ Betadine Topikal CA, AG, uhu : 38 8 ᴼc Gentamicin Topikal WF, Tidak Frek. Nafas : 36 kali / Oxytetrasiklin eyes defikasi treatme hanya Mukosa : pink Y-rin nt urinasi. Jahitan sudah terlepas sendiri karena tidak ada benang di daerah Membran niktitan mulai ke yang tepi diinsisi. Bekas insisi sudah menutup tapi masih bengkak Pulsus : 152 kali/ Betadine Topikal uhu : 39 6 ᴼc Wound guard Topikal Frek. Nafas : 40 kali / Limoxin 0,3 ml.kg BB IM Mukosa : pink Tolfenamic acid 0,15 ml.kg SC Oxytetrasiklin eyes Turgor : 3 detik Y-rin treatme nt Membran niktitan mulai ke tepi CA, AG, WF, FF, Agresif, bekas insisi tidak terbuka tapi masih membeng kak Pulsus : 156 kali/ Betadine Topikal CA, AF, uhu : 4 2 ᴼc Gentamicin Topikal WF, FF, Frek. Nafas : 44 kali / Oxytetrasiklin eyes Agresif

13 Sabtu, (Sore) Minggu, (Pagi) Minggu, (Sore) Senin, (Pagi) Senin, (Sore) Mukosa : pink pucat Y-rin treatme nt Pulsus : 132 kali/ Betadine Topikal uhu : 39 ᴼc Gentamicin Topikal Frek. Nafas : 36 kali / Oxytetrasiklin eyes CL, AG, Mukosa : pink pucat Y-rin treatme WF, FF, nt Agresif Pulsus : 136 kali/ Betadine Topikal uhu : 39 ᴼc Gentamicin Topikal CA, AG, WF, FL, Frek. Nafas : 32 kali / Oxytetrasiklin eyes Tidak treatme Mukosa : pink pucat Y-rin seagresif nt sebelumny a Pulsus : 156 kali/ Betadine Topikal uhu : 38 7 ᴼc Gentamicin Topikal Frek. Nafas : 36 kali / Oxytetrasiklin eyes CA, AG, Mukosa : pink Y-rin treatme WF, Tidak nt defikasi Pulsus : 148 kali/ Betadine Topikal uhu : 38 9 ᴼc Gentamicin Topikal Frek. Nafas : 36 kali / Oxytetrasiklin eyes CA, AG, treatme Mukosa : pink Y-rin WF, FL nt Pulsus : 136 kali/ Betadine Topikal CA, AG, uhu : 38 5 ᴼc Gentamicin Topikal WF, FL, Frek. Nafas : 36 kali / Oxytetrasiklin eyes BB naik treatme menjadi Mukosa : pink Y-rin nt 3,2 kg. Tolfenamic acid Jahitan SC 0,15 ml.kg sudah bagus tetapi masih bengkak Kamis, Pulsus : 128 kali/ Betamox 0,3 ml IM

14 (Pagi) uhu : 37 5 ᴼc Biodexa 0,2 ml IM Frek. Nafas : 56 kali / Tolfenamic acid 0,15 ml.kg SC Mukosa : pucat Iodine Topikal Nebacetin Topikal Sobek di daerah skrotum tetapi bukan bekas insisi / jahitan 3.2 Pembahasan Pelaksanaan prosedur operasi, sebelumnya harus memperhatikan beberapa aspek seperti preparasi hewan, pembiusan, pencukuran/pembersihan daerah sayatan. Preparasi hewan dilakukan untuk memastikan hewan benar - benar dalam kondisi sehat dan layak untuk dilakukan operasi. Pemeriksaan meliputi umur hewan, suhu, frekuensi nafas, frekuensi pulsus dan berat badan untuk menentukan dosis obat. Pelaksaan operasi, pertama dengan pemberian sedative menggunakan acrepomazine yang bertujuan membuat hewan tenang dan rilaksasi. Selama itu, dilakukan prosedur pemasangan infus untuk menjaga kondisi tikus selama operasi dan untuk mempermudah pemberian anastesi. Pemberian atropin sulfat yang merupakan obat premedikasi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatik, namun paling sering digunakan sebagai antikolinergik, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva (Ganiswara, 2005). Anestesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri. Pembiusan anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur hewan, dan kondisi fisik (Adam, 2001). Dalam praktikum ini anestesi yang digunakan adalah campuran xylazine dan ketamine dengan perbandingan 1:1. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan. Anestesi diberikan secara intravena

15 karena untuk memudahkan pemberian melalui infus. Pemberian anastesi dilakukan secara bertahap (setengah dosis yang telah ditentukan) karena pemberian intravena memiliki bioavibilitas yang cukup tinggi. Mekanisme kerja anastesi adalah dengan mengeblok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik (Ganiswara, 2005). Setelah kucing teranestesi, keempat kakinya difiksasi menggunakan tali kekang ke meja operasi. Keadaan telentang, daerah yang akan disayat dibersihkan menggunakan campuran alkohol dan iodine untuk menjaga sterilisasi luka. Drape dipasang pada hewan hingga yang terlihat hanya daerah orientasi operasi. Drape difiksasi dengan menggunakan duck clamp pada sisinya. Penyayatan dilakukan menggunakan laparotomi medianus posterior pada daerah linea alba, ± 1 cm posterior umbilikal. Sayatan dibuat pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium. Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan spay hook maupun jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan oavarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium) (saunders, 2003). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau ruptur. Sekitar kedua ovarium kemudian difiksir menggunakan 2 arteri clamp dan dilakaukan pengikatan pada arteri ovarica sebanyak 2 kali untuk menghindari pendarahan. Setelah kedua ovarium dan cornua uterus terbebas, maka dilakukan pengikatan pada arteri uteri mediana didaerah uterus sebanyak 2 kali kemudian dilakukan pemotongan. Setelah

16 selesai melakukan pemotongan, sisa uterus dan cervix dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan dilakukan pencucian dengan Nacl untuk menghindari sisa darah dan menempelnya organ karena kering selama operasi. Setelah bersih, disemprotkan antibiotik lokal untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder. Kemudian dilakukan penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea alba dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut chromic 3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Lapisan lemak dalam hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan lemaknya sangat tebal menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut plain dengan tipe jahitan sederhana. Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan menggunakan jarum berpenampang segitiga dan benang silk dengan tipe jahitan sederhana untuk memudahkan pembukaan jahitan. Selesai penjahitan, bekas sayatan dioleskan iodine dan bioplasenton. Luka dibalut dengan kain kassa dan plester serta dikuatkan dengan gurita untuk mengurangi beban tubuh kucing pada bagian jahitan. Terakhir, hewan disuntikkan dengan antibiotik limoxin. Selama proses operasi berlangsung, dilakukan pula pengamatan terhadap frekuensi nafas, frekuensi pulsus, suhu. Pada ke 0 frekuensi nafas kucing 32 kali/, frekuensi jantung 164 kali/, suhu 37,8 o C, CRT 1, mukosa berwarna merah muda (+), dan tonus otot +. Terjadi penurunan frekuensi nafas dan frekuensi jantung yang cukup signifikan pada ke-30 menjadi 16 kali/ dan 140 kali/, suhu 36.7 o C, CRT 1, mukosa menjadi pucat lebih pucat karena pengaruh pembiusan. Penurunan frekuensi nafas yang cukup tinggi terjadi pada 60 setelah operasi berjalan. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh pemberian maintenance pada 30 dan 45 yang menyebabkan jantung menjadi lebih lambat. Maintenance dilakukan berulang kali karena kondisi individu kucing yang sehat, durasi anastesi menjadi singkat. Keadaan kucing mendekati normal kembali pada ke-90 namun dengan suhu yang agak menurun sehingga diberikan penghangat manual. Kucing diberikan maintenance pada yang sama dengan dosis ¼ dosis dari dosis awal agar operasi yang berlangsung selama 95 ini berjalan dengan baik. Setelah kucing sadar diberikan tolfenamic acid 0,18 ml dengan rute SC, dan diukur frekuensi nafas, pulsus dan suhunya. Hasil pemeriksaan frekuensi nafas yaitu 20 kali /, pulsusnya 76 kali /, suhu 34,9 C. Hasil tersebut jauh dibawah normal, kondisi kucing drop dan hypotermi, sehingga diberi lampu sebagai

17 penghangat pada kandang dan kucing disinari infrared agar hangat dan suhu tubuh kembali normal. Pemberian lampu hingga suhu kucing normal, sedangkan pemberian infrared secara bertahap karena apabila disinari terus, maka bagian yang tersinari akan terlalu panas. Kondisi hypotermi mungkin disebabkan dari efek anastesi yg belum hilangdan mempengaruhi tubuh secara sistemik. Pasca operasi, dilakukan kontrol terhadap kondisi fisiologis dari kucing dan pengobatan / perawatan luka pasca operasi selama satu minggu dan pemeriksaan dilakukan sehari dua kali (pagi dan sore). Selama satu minggu, kondisi kucing menunjukkan perkembangan yang cukup baik, kondisi suhu, frekuensi nafas, dan pulsus masih berada pada batas normal frekuensi nafas, pulsus dan suhu kucing. Namun hasil hitungan pulsus selama satu minggu selalu ada yang dibawah batas normal pulsus dari kucing yaitu antara kali / sedangkan batas normal pulsus kucing adalah kali /. Kondisi pulsus dipengaruhi oleh temperarur lingkungan, pakan, aktifitas latihan otot, dan tidur. Tingginya nilai pulsus kemungkinan dikarenakan tingginya temperature lingkungan yang cukup panas atau kesalahan hitungan yang dilakukan oleh praktikan karena masih belum terbiasa menghitung pulsus. Nafsu makan yang selalu bagus, tetapi kadang terlihat aktif bergerak tetapi terkadang terlihat hanya duduk terdiam dan lesu. Kucing selalu agresif dan menyerang ketika tubuh bagian belakang disentuh, hal ini mungkin dikarenakan kucing masih merasa sakit di bagian belakang setelah operasi. Setelah operasi feses kucing terlihat lembek, terkadang diare kemungkinan karena pakannya tidak cocok, setelah diganti pakan feses terlihat normal. Pada daerah scrotum terlihat adanya pembengkakan, pada hari ke 7 dikontrol diketahui adanya nanah dalam scrotum, kemungkinan dikarenakan adanya infeksi, atau lingkungan kurang bersih. Sehingga dilakukan pengeluaran nanah dari scrotum tersebut dan diberi amoxicillin secara topical pada bagian scrotum. Hari ke - 8 dikontrol luka operasi dibagian scrotum masih ada pembengkakan dan berisi nanah namun tidak sebanyak hari sebelumnya. Dilakukan pembersihan kembali dengan mengeluarkan nanah dan pemberian antibiotic topical. Perawatan dan pengobatan yang dilakukan selama satu minggu adalah dengan membersihkan daerah yang telah dioperasi dengan menggunakan betadine, dan setiap satu hari sekali disemprot dengan wound guard yang mengandung antibiotic dan

18 antiseptic. Setiap 2 hari sekali, diberikan injeksi tolfenamic acid sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesic dengan dosis 0,18 ml secara SC dan antibiotic Limoxin 0,36 ml secara IM. Pada hari ke 11 dilakukan control kembali, terlihat luka operasi sudah mulai kering dan menutup dengan baik. Pada hari ke 16 luka sudah tetutup dan kering, kemudian benang dilepas dan diberi povidon iodine pada luka. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran Saran untuk praktikum ini dan sebelumnya terutama untuk praktikan. Harap bekerja secara tim dengan teman teman kelompoknya dan berpartisipasi dalam setiap hal.

19 DAFTAR PUSTAKA Dauglas, S Text Book Of Small Animal Surgey. Philadelpia : The Curtis Center Independence square west. Fossum TW Smal Animal Surgery. Mosby Year Book. USA Frandson, R. D Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM press Frecknell PA Laboratory Animal Anaesthesia, an Introduction for research Workers and Technicians Academic Press. Inc. San Diego. I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. (2011). Bedah Veteriner, Cetakan Pertama. Airlangga University Press, Surabaya. Ibrahim R. (2000). Pengantar Ilmu Bedah Veteriner, Edisi Pertama. Syiah Kuala Univercity Press, Darussalam Banda Aceh. Partodiharjo, R Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Instruksi Kerja OvarioHisterectomy

Instruksi Kerja OvarioHisterectomy Instruksi Kerja OvarioHisterectomy Klinik Hewan Pendidikan Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2013 Instruksi Kerja OvarioHisterectromy Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Kode Dokumen

Lebih terperinci

KELOMPOK A3: EVRIS HIKMAT. S OMAN SETIYANTO GEDE EKO DARMONO SITI NUR HIDAYATI VERONIKA JULIE RIZKA PUTRI IKA ERTI

KELOMPOK A3: EVRIS HIKMAT. S OMAN SETIYANTO GEDE EKO DARMONO SITI NUR HIDAYATI VERONIKA JULIE RIZKA PUTRI IKA ERTI KELOMPOK A3: EVRIS HIKMAT. S OMAN SETIYANTO GEDE EKO DARMONO SITI NUR HIDAYATI VERONIKA JULIE RIZKA PUTRI IKA ERTI Ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah atau operasi pengangkatan organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Anestesi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen anestesi seperti obat analgesik yang dapat menghilangkan rasa sakit, sementara obat-obat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dan strategis pada tindakan pembedahan, karena pembedahan tidak dapat dilakukan bila belum dilaksanakan anestesi. Sejarah membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing merupakan hewan peliharaan yang paling populer hampir di seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga memiliki jiwa pengabdian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH UMUM (LAPARATOMY)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH UMUM (LAPARATOMY) LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH UMUM (LAPARATOMY) Oleh: NURUL SULFI ANDINI O 111 11 007 KELOMPOK 1 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 I. TUJUAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

LAPAROTOMI. Tujuan Laparotomi. Organ dalam ruang abdomen

LAPAROTOMI. Tujuan Laparotomi. Organ dalam ruang abdomen LAPAROTOMI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi FKH IPB Pengertian - Asal : Laparo dan Tomi - Laparo yang berarti perut/abdomen - Tomi yang berati penyayatan - Laparotomi: penyayatan pada dinding

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP OPERASI OVARIEKTOMI TIKUS

PROSEDUR TETAP OPERASI OVARIEKTOMI TIKUS Halaman CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Dokumen nomor : Tanggal : Mengganti nomor : Tanggal : URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang Anestesi adalah hilangnya rasa sakit yang disertai atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestesi digunakan secara luas dalam bidang kedokteran hewan seperti menghilangkan nyeri dan kesadaran pada tindakan pembedahan, pengendalian hewan (restraint), keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983).

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anestesi adalah tahapan yang sangat penting pada prosedur pembedahan. Prosedur awal pembedahan harus didahului dengan pemberian anestesi karena pembedahan

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi 3 yaitu

METODA PENELITIAN. post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi 3 yaitu B A B I V METODA PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs)

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs) ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs) I Gusti Ngurah Sudisma 1), Setyo Widodo 2), Dondin Sajuthi 2), Harry Soehartono 2), Putu Yudhi Arjentinia 1) 1) Bagian

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

drh. Ahmad Fauzi M.Sc

drh. Ahmad Fauzi M.Sc drh. Ahmad Fauzi M.Sc Definisi Enterotomy adalah operasi insisi (sayatan) pada usus Enterektomi adalah operasi pemotongan sebagian usus Enteropexy adalah fiksasi segmen usus ke dinding cavum abdomen. Indikasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB 4 METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan BAB 4 METODA PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain "Post test only control group design". Kelompok penelitian dibagi menjadi 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

MENGENAL PYOMETRA PADA ANJING & KUCING

MENGENAL PYOMETRA PADA ANJING & KUCING MENGENAL PYOMETRA PADA ANJING & KUCING (25 Apr 2017) Mengenal Pyometra pada Anjing & Kucing Definisi Pyometra berasal dari kata pyo yang artinya nanah dan metra yang artinya uterus (rahim). Pyometra merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan

Lebih terperinci

: Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar

: Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar 1 DEFINISI : Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar HUKUM KHITAN DALAM ISLAM Hukum khitan untuk lelaki Menurut jumhur (mayoritas ulama) -> wajib. oleh imam Syafi i, Ahmad, dan sebagian pengikut

Lebih terperinci

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan

Lebih terperinci

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1. Hematologi Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sectio caesarea (SC) merupakan prosedur operatif yang dilakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasilkan induksi anestesi yang halus, mengurangi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur tubuh hewan merupakan keseimbangan antara produksi panas tubuh yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan TINDAKAN PEMBEDAHAN No. Dokumen : SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : KEPALA PUSKESMAS KOTA PUSKESMAS KOTA 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi ROSALIA DALIMA NIP.19621231 198902 2

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

RSUP DR.M.DJAMIL UPF: KEBIDANAN dan No.Indk: 1.7.A.35 PADANG KANDUNGAN CM 10 N a m a : Ermiyenti No.CM 35 14 54 LAPORAN OPERASI U m u r : 29 tahun Bangsal KR Nama dokter ahli bedah : Dr. Meidi Sulianta

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Prosedur Tetap Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 212 Saya adalah mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 40 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest - posttest control group design (Campbell & Stanly, 1996). Skema

Lebih terperinci

Tali Pusat Pada Janin

Tali Pusat Pada Janin Tali Pusat Pada Janin Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. B. Desain Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design. 21 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode post test only controlled group design. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal. III.4.2 Resiko Persalinan Secara Sectio Caesaria Menurut MeduaSehat.com ( 2006 ), resiko persalinan secara Sectio Caesaria dibagi menjadi : 1. Resiko jangka pendek a. Infeksi pada bekas jahitan Infeksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only control group design yang menggunakan evaluasi secara histopatologi. Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA

Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI DAN ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M dengan End to End Anastomose Uretera pada Kasus Striktur Uretrea Di OK 3 Instalasi Bedah Sentral RSSA Malang Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA 1201410016

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

PERSI AWARD 2012 BANTALAN KECIL YANG LUAR BIASA TECHNICAL SERVICE IMPROVEMENT PROJECT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

PERSI AWARD 2012 BANTALAN KECIL YANG LUAR BIASA TECHNICAL SERVICE IMPROVEMENT PROJECT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH PERSI AWARD 2012 BANTALAN KECIL YANG LUAR BIASA TECHNICAL SERVICE IMPROVEMENT PROJECT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH i ABSTRAK Rumah Sakit sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini merupakan penelitian bersarang (nested) dari penelitian yang dilakukan bersama untuk jenis

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi, 29 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi, Farmakologi dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Kala I Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan Jika ibu tampak kesakitan, dukungan yg dapat dierikan : Perubahan posisi, tetapi jika

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum INFEKSI NIFAS PRINSIP DASAR Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum PREDISPOSISI - Malnutrisi - Anemia - Higiene jelek - Persalinan macet / bermasalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitiann Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui manfaat pemberian kurkumin secara topikal terhadap kulit mencit yang telah disinari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan 71 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Data penggunaan bahan anestetika diperoleh dari kuesioner yang diedarkan secara acak kepada 87 Dokter Hewan praktek melalui survei secara acak dari tempat

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK Praktek Bidan : Alamat Praktek RT RW Ds./Kel. NO NAMA ALAT 1 MINOR SURGERY SET Arteri klem lurus Arteri klem bengkok Gunting benang lurus

Lebih terperinci

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) Sectio Caesarea 1. Pengertian ( Definisi) Persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh perbedaan pemberian parasetamol dan tramadol

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh perbedaan pemberian parasetamol dan tramadol BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut termasuk ke dalam jenis atau metode yang mana tentang penelitian yang diusulkan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1900 pesalinan dengan seksio sesarea (SC) menjadi salah satu pilihan yang dilakukan kebanyakan ibu tanpa memperhatikan indikasi untuk prosedur

Lebih terperinci

Perubahan Klinik Pada Anjing Lokal Selama Teranestesi Ketamin Dengan Berbagai Dosis Premedikasi Xilazin Secara Subkutan

Perubahan Klinik Pada Anjing Lokal Selama Teranestesi Ketamin Dengan Berbagai Dosis Premedikasi Xilazin Secara Subkutan Perubahan Klinik Pada Anjing Lokal Selama Teranestesi Ketamin Dengan Berbagai Dosis Premedikasi Xilazin Secara Subkutan (THE CLINICAL CHANGES IN LOCAL DOG DURING ANESTHETIZED BY KETAMINE WITH VARIOUS DOSE

Lebih terperinci

Tujuan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak di Kabupaten Kepulauan Selayar Antara lain:

Tujuan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak di Kabupaten Kepulauan Selayar Antara lain: KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TERNAK KEGIATAN PENGADAAN OBAT-OBATAN, VAKSIN, SERA DAN PERALATAN MEDIS TAHUN 2016 1. Latar Belakang Pengendalian dan penanggulangan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. : ISSN : Agustus 2010

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. : ISSN : Agustus 2010 PERBANDINGAN WAKTU INDUKSI, DURASI DAN PEMULIHAN ANESTESI DENGAN PENAMBAHAN PREMEDIKASI ATROPIN-XYLAZIN DAN ATROPIN- DIAZEPAM UNTUK ANESTESI UMUM KETAMIN PADA BURUNG MERPATI (COLUMBA LIVIA) (THE COMPARISON

Lebih terperinci

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat. Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat. Waktu absorsinya 30-45 menit, efek puncak setelah 1-1,5 jam. Rasa dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN I DAN II PENGARUH RUTE PEMBERIAN DAN VARIASI BIOLOGIK TERHADAP EFEK OBAT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN I DAN II PENGARUH RUTE PEMBERIAN DAN VARIASI BIOLOGIK TERHADAP EFEK OBAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN I DAN II PENGARUH RUTE PEMBERIAN DAN VARIASI BIOLOGIK TERHADAP EFEK OBAT Disusun oleh: KELOMPOK 3 Kelas C2 Kamis Pagi Avi Rahmadiah 1306376995 Ertika Festya 1306480420

Lebih terperinci