BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Simpang Limun Medan yang merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Medan. Pasar Simpang Limun yang berlokasi di Jalan Kemiri 1, Sudirejo II, Medan Kota, Sumatera Utara dengan Kode Pos Salah satu keistimewaan pasar ini adalah nuansa pasar yang tampak multikultural. Di pasar ini kita akan menemukan para pedagang dan pembeli yang beradu kepiawaian dalam menawar barang-barang yang hendak dibeli. Alasan peneliti memilih Pasar Simpang Limun Medan karena pasar merupakan tempat dimana terdapat interaksi antara berbagai macam penutur bahasa. Pasar ini juga berlokasi di tempat padat penduduk, strategis, dan mudah dijangkau serta mudah diteliti. Gambar 2.1 Denah Pasar Simpang Limun Medan 22

2 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, pembuatan, atau keadaan berada atau berlangsung (Sugono, 2008:1554). Waktu yang digunakan peneliti untuk melaksanakan penelitian terhadap objek sekitar sebulan mulai disetujui proposal. 3.2 Data dan Sumber Data Data adalah keterangan yang benar dan nyata, keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian(analisis atau kesimpulan) (Sugono, 2008:296). Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa data verbal atau percakapan yang terjadi antara penjual dan pembeli yang ada di Pasar Simpang Limun Medan. Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti.sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat yaitu penjual dan pembeli di Pasar Simpang Limun Medan. Pasar terdiri dari satu lantai, ada di bagian luar dan di bagian dalam. Di bagian luar pasar terdapat bangunan lebar seperti lapak untuk pedagang basah seperti ikan, sayur dan daging. Sementara di bagian dalam pasar terdapat para pedagang sembako, pakaian, perhiasan dan perabotan. Di dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 15 penjual dan 20 pembeli secara acak yang ada di Pasar Simpang Limun Medan untuk diteliti. 23

3 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (pengamatan/observasi). Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak. Metode simak adalah metode yang digunakan peneliti untuk menyimak pembicara yang dituturkan oleh narasumber atau penutur bahasa. Metode simak dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 2015:203). Metode simak memiliki teknik dasar yang disebut teknik sadap. Berdasarkan jenis datanya, maka teknik dasar yang dipakai dalam pengumpulan data adalah teknik sadap, yang bertujuan untuk menyadap pembicara penutur dengan teliti dan cermat, peneliti juga menggunakan teknik lanjutan yang pertama yaitu teknik simak libat bebas cakap (SLBC), dimana si peneliti tidak ikut serta atau tidak terlibat langsung di dalam percakapan atau dialog (Sudaryanto, 2015:130). Dalam teknik simak dilakukan penyimakan terhadap tuturan interaksi pedagang di Pasar Simpang Limun Medan saat penjual dan pembeli melakukan aktivitas. Teknik lanjutan kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat yaitu teknik yang digunakan dengan cara mencatat data-data yang diperoleh dari percakapan atau dialog, sedangkan teknik lanjutan ketiga yang digunakan peneliti adalah teknik rekam yaitu pengumpulan data dengan cara merekam dengan telepon seluler (HPbermerek Oppo F1S). 24

4 3.4 Metode dan Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisis dengan teknik atau metode yang sesuai. Dalam penelitianini penulis menggunakan metode padan yaitu alat penentunya di luar atau terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Dengan tekik pilah maka setiap kata yang telah dipadankan tersebut dipilah- pilah dari bahasa pertamanya. Daya pilah sebagai pembeda referen digunakan untuk membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis, maka pembedaan referen yang ditunjuk oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu (Sudaryanto, 2015:21) Campur kode yang terdapat pada transaski jual beli di Pasar Simpang Limun Medan akan diketahui dari daya pilah yang digunakan peneliti. Analisis datadapat dilihat pada campur kode dalam transasksi jual beli di bawah ini : (1) Campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Minang Lokasi : Pasar Simpang Limun Medan Bahasa : Indonesia dan Minang Pembeli : Suku Minang Penjual : Suku Minang Waktu : Minggu, 26 Maret 2017, pukul WIB Penutur : Pembeli dan penjual Topik : Membeli daging sapi 25

5 Percakapan Pembeli : berapa dagiangnya sekilo? berapa dagingnya sekilo? Penjual : seratuih duo puluah. seratus dua puluh. Campur kode yang terdapat pada transaski jual beli di atas merupakan campur kode yang merupakan penyisipan unsur-unsur yang berupa kata dengan bahasa pertama (B1) yaitu bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa dasar dan bahasa Minang sebagai bahasa yang dipadankan. Dengan metode padan dari contoh di atas dapat dilihat bahwa campur kode antara bahasa Indonesia(B1) dan bahasa Minang (B2) dapat dipadankan dalam satu kalimat. Dengan teknik pilah maka setiap kata yang dipadankan dapat dipilah dari bahasa pertamanya. Dengan daya pilah peneliti juga menentukan jenis kata dari bahasa yang menyisip terhadap bahasa pertama. Disini terdapat kata yang disebut jenis kata yaitu kata dagiang daging termasuk kata benda dan seratuih duo puluh seratus dua puluh yang termasuk kata bilangan. (2) Campur kode Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Lokasi : Pasar Simpang Limun Medan Bahasa : Indonesia dan Jawa Penjual : Suku Jawa Pembeli : Suku Jawa 26

6 Waktu : Minggu, 26 Maret 2017, pukul WIB Penutur : Pembeli dan Penjual Topik : Membeli tas Percakapan Pembeli : piro tasnya Dek? berapa tasnya Dek? Penjual : tujuh puluh ribu Pembeli : kalau yang warna hitam ada? Penjual : entek habis Campur kode yang terdapat pada transaksi jual beli di atas adalah campur kode yang merupakan penyisipan unsur- unsur yang berupa kata dengan bahasa pertama (B1) yaitu bahasa Indonesia. Kata piro dan entek memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa dasar dan bahasa Jawa sebagai bahasa yang dipadankan. Dengan metode padan dari contoh di atas dapat dilihat bahwa campur kode antara bahasa Indonesia (B1) dan bahasa Karo (B2) dapat dipadankan dalam satu kalimat. Dengan teknik pilah maka setiap kata yang dipadankan dapat dipilah dari bahasa pertamanya.dengan daya pilah peneliti juga menentukan jenis kata dari bahasa yang menyisip terhadap bahasa pertama. Disini terdapat kata yang disebut jenis kata yaitu piro yang artinya 27

7 berapa yang termasuk kata benda (nomina) dan entek yang artinya habis yang termasuk kata kerja. 3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil penelitian campur kode dalam wacana interaksi jual beli di Pasar Simpang Limun Medan ini disajikan dengan menggunakan metode sajian informal. Metode sajian informal dimaksudkan sebagai cara penyajian hasil katakata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dengan demikian, sajian hasil analisis data dalam penelitian ini tidak memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, seperti yang biasa digunakan dalam metode penyajian hasil analisis data secara formal. Metode sajian informal digunakan dalam menuangkan hasil analisis pada tulisan ini karena pada dasarnya penelitian ini tidak memerlukan notasi formal. 28

8 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Campur Kode pada Transaksi Jual Beli Kegiatan aktifitas jual beli di Pasar Simpang Limun Medan, para penjual melakukan transaksi dengan pembeli. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi para penjual dan pembeli. Sering sekali terjadi penyisipan kata dalam bahasa daerah dan bahasa asing ke bahasa utama yaitu bahasa Indonesia. Hal itu disebabkan karena adanya status sosial yang berbeda beda atau minimnya ilmu pengetahuan tentang bahasa yang dikuasai. Oleh sebab itu, dalam transaksi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli adalah terjadi campur kode. Hasil penelitian yang dikemukakan dalam pembahasan ini mengenai bagaimana campur kode pada transaki jual beli di pasar Simpang Limun Medan. Penelitian dilakukan pada penjual dan pembeli yang berada di pasar tersebut. Data 1 Penjual : Suku Padang Pembeli : Suku Padang Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli daging. Percakapan (1) Pembeli : dagiang berapa Bang? 29

9 daging berapa Bang? (2) Penjual : seratuih Dek seratus Dek (3) Pembeli : enggak kurang lagi Bang? (4) Penjual : enggak Dek ini sudah murah (5) Pembeli : ya sudah buatlah satu kilo Bang Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (2) seratuih Dek. Kata seratuih seratus dari bahasa Padang termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (4) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (1) dagiang berapa Bang?. Kata dagiang daging dari bahasa Padang termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (3) dan (5) dari dialog pembeli, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual 30

10 beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Padang yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 2 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli sayur sawi. Percakapan (1) Pembeli : berapa sawinya satu ikat? (2) Penjual : delapan ribu aja (3) Pembeli : gak kurang lagi? (4) Penjual : enggak Dek. Mau ambil berapa kam rupanya? enggak Dek. Mau ambil berapa kamu rupanya? (5) Pembeli : ambil telu ikat ambil tiga ikat (6) Penjual : ya sudah ambillah dua puluh ribu. Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (4)enggak Dek. Mau ambil berapa kam rupanya?. Kata kam kamu dari bahasa Karo termasuk 31

11 kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2) dan (6) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (5)ambil telu ikat. Kata telu tiga dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (1) dan (3) dari dialog pembeli, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 3 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli bawang. Percakapan (1) Pembeli : bawang berapa? (2) Penjual : delapan ribu saja 32

12 (3) Pembeli : enggak kurang lagi? (4) Penjual : enggak Dek. Cantik itu enggak nyesal kam nanti enggak Dek. Cantik itu enggak nyesal kamu nanti (5) Pembeli :ya sudah buatlah Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (4) enggak Dek. Cantik itu gak nyesal kam nanti. Kata kam kamu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Begitu juga pada dialog pembeli dari kalimat (1),(3), dan (5) tidak ada terjadi campur kode. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 4 Penjual : Suku Jawa Pembeli : Suku Jawa Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli baju sekolah. 33

13 Percakapan (1) Pembeli : ini bajunya berapa Bu? (2) Penjual : lima puluh ribu aja Nak. (3) Pembeli : masak larang tenan Bu harganya masak mahal sekali Bu harganya (4) Penjual : itu sing alus bahannya Nak itu yang halus bahannya Nak (5) Pembeli : ahhh.. kuranglah (6) Penjual : empat puluh lima ribulah uda murah kali itu Nak kalau mau ambillah (7) Pembeli : ya suda Buk satu yah. SuwonBuk terima kasih Bu Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (4)itu sing alus bahannya Nak. Kata sing alus yang halus dari bahasa Jawa termasuk frasa adjectiva. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2) dan (6) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. 34

14 Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (3) masak larang tenan Bu harganya. Kata larang tenan mahal sekali dari bahasa Jawa termasuk frasa adjectiva.pada kalimat (7)suwon Buk. Kata suwon terima kasih dari bahasa Jawa termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (1) dan (5) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Jawa yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 5 Penjual : Suku Jawa Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli ayam. Percakapan (1) Pembeli : manok berapa sekilo bang? ayam berapa sekilo bang? (2) Penjual : dua puluh lima ribu aja 35

15 (3) Pembeli : buat sekilo ya (4) Penjual : ya Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Pembeli melakukan campur kode seperti pada kalimat (1) manok berapa sekilo bang?. Kata manok ayam dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (3) pada dialog pembeli tidak ada terjadi campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Begitu juga pada dialog penjual dari kalimat (2) dan (4) tidak ada terjadi campur kode. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar. Adapun perbedaan suku pada penjual dan pembeli tetap terjalin komunikasi yang baik. Dengan demikian, peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli di atas adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 6 Penjual : Suku Padang Pembeli : Suku Jawa Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli emas. 36

16 Percakapan (1) Pembeli : piro emas satu gram sekarang bang? berapa emas satu gram sekarang bang? (2) Penjual : tiga ratus lima puluh ribu buk (3) Pembeli : cincin yang tiga gram aja eneng bang? cincin yang tiga gram aja ada bang? (4) Penjual : ada buk, ini cincinnya (5) Pembeli : berapa jadinya kalo tiga gram bang?. Kurangkanlah! (6) Penjual : potong dua puluh ribu buk. Mau? (7) Pembeli : ya sudahlah bang Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Pembeli melakukan campur kode seperti pada kalimat (1) piro emas satu gram sekarang bang?. Kata piro berapa dari bahasa Jawa termasuk kata dasar. Pada kalimat (3) cincin yang tiga gram aja eneng bang?. Kata eneng ada dari bahasa Jawa termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (5) dan (7) pada dialog pembeli tidak ada terjadi campur kode. Begitu juga pada dialog penjual dari kalimat (2), (4) dan (6) tidak ada terjadi campur kode. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar. Adapun perbedaan suku 37

17 pada penjual dan pembeli tetap terjalin komunikasi yang baik. Dengan demikian, peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli di atas adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Jawa yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 7 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Padang Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli ikan. Percakapan (1) Pembeli : berapa dencis sekilo bu? (2) Penjual : dua puluh lima ribu saja (3) Pembeli : agiahsekilo lah bu kasih sekilo lah bu (4) Penjual : sekilo saja? (5) Pembeli : ia bu tambahlah ciek lagi tambahlah satu lagi (6) Penjual : sudah lewat ini timbangannya 38

18 Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Pembeli melakukan campur kode seperti pada kalimat (3) agiah sekilo lah bu. Kata agiah kasih dari bahasa Padang termasuk kata dasar. Pada kalimat (5)tambahlah ciek lagi. Kata ciek satu dari bahasa Padang termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (1)pada dialog pembeli tidak ada terjadi campur kode. Begitu juga pada dialog penjual dari kalimat (2), (4) dan (6) tidak ada terjadi campur kode. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar. Adapun perbedaan suku pada penjual dan pembeli tetap terjalin komunikasi yang baik. Dengan demikian, peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli di atas adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Padang yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 8 Penjual : Suku Jawa Pembeli : Suku Jawa Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli sepatu Percakapan (1) Pembeli : bang ada sepatu anak sekolah? 39

19 (2) Penjual : ada. Kelas berapa Buk? (3) Pembeli : kelas tiga SD (4) Penjual : ini Buk (5) Pembeli : gak usah pake tali bang (6) Penjual : bentar Buk (7) Pembeli : eneng Bang? ada Bang? (8) Penjual : eneng Buk ada Buk? (9) Pembeli : yasudah ini saja lah, piro? yasudah ini sajalah, berapa? (10) Penjual : harga pas buk tiga puluh lima ribu (11) Pembeli : ya sudahlah Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (8) eneng Bang?. Kata eneng ada dari bahasa Jawa termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2), (4), (6), dan (10) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. 40

20 Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (7) eneng Bang?. Kata eneng ada dari bahasa Jawa termasuk kata dasar. Pada kalimat (9) yasudah ini saja lah, piro?. Kata piro berapa dari bahasa Jawa termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (1), (3), (5), dan (11) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Jawa yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 9 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli kentang. Percakapan (1) Pembeli : Nande berapa kentang sekilo? ibu berapa kentang sekilo? (2) Penjual : tigabelas ribu 41

21 (3) Pembeli : mahalnya (4) Penjual : pigakilokam mau? berapa kilo kamu mau? (5) Pembeli : sebelas ribu saja yah (6) Penjual :buat ambil (7) Pembeli : bujur Terima kasih Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (4) pigakilokam mau?. Kata piga berapa dari bahasa Karo termasuk kata dasar dan kam kamu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (6) buat ambil dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (1)Nande berapa kentang sekilo?. Kata Nande Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar.pada kalimat (7) bujur terima kasih dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi 42

22 campur kode. Pada kalimat (3) dan (5) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 10 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli baju tidur Percakapan (1) Penjual : apa kam cari? apa kamu cari? (2) Pembeli : ada baju tidur Bik? ada baju tidur Tante? (3) Penjual : mau warna kai Dek? mau warna apa Dek? (4) Pembeli : biru-biru muda yang cantik ya Bik 43

23 biru-biru muda yang cantik ya Tante (5) Penjual : cantik karina ini Dek cantik semua ini Dek (6) Pembeli : kalau yang ini sekai Bik? kalau yang ini berapa Tante? (7) Penjual : lima puluh ribu Dek (8) Pembeli : gak kurang? tiga puluh lima ribu ya (9) Penjual : ya suda ambillah sama mu (10) Pembeli : bujur ya Bik terima kasih ya Tante Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (1) apa kam cari?.kata kam kamu dari bahasa Karo termasuk kata dasar, pada kalimat (3) mau warna kai Dek?. Kata kai apa dari bahasa Karo termasuk kata dasar, dan pada kalimat (5) cantik kerina ini Dek. Kata kerina semua dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (7) dan (9) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. 44

24 Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (6)kalau yang ini sekai Bik?. Kata sekai berapa dari bahasa Karo termasuk kata dasar dan Bik Tante dari bahasa Karo termasuk kata dasar.pada kalimat (10) bujurya Bik. Kata bujur terima kasih dari bahasa Karo termasuk kata dasar dan Bik Tante dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2), (4), dan (8) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 11 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli tas Percakapan (1) Pembeli : ada tas untuk ke pesta? (2) Penjual : ada masuklah Nde 45

25 ada masuklah Bu (3) Pembeli : buat yang bagus yah ambil yang bagus yah (4) Penjual : bagus kerina ini bahannya Nde bagus semua ini bahannya Bu (5) Pembeli : lit Dek? ada Dek? (6) Penjual : ada Nde ada Bu (7) Pembeli : sekai yang hitam ini? berapa yang hitam ini? (8) Penjual : erga pasna saja ya seratus ribu harga pasnya saja yah seratus ribu (9) Pembeli : yasudah bungkuslah (10) Penjual : bujur ya Nde terima kasih ya Bu Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (2)ada masuklah Nde. Kata Nde Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (4) bagus 46

26 kerina ini bahannya Nde. Kata kerina semua dari bahasa Karo termasuk kata dasar dan Nde Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (6) ada Nde. Kata Nde Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (8) erga pasna saja ya seratus ribu. Kata erga harga dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (10) bujur ya Nde. Kata bujur terima kasih dari bahasa Karo termasuk kata dasar dan Nde Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Katakata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (3)buat yang bagus yah. Kata buat ambil dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (5)lit Dek?. Kata lit ada dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (7)sekai yang hitam ini?. Kata sekai berapa dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (1) dan (9) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia Data 12 Penjual : Suku Karo 47

27 Pembeli : Suku Karo Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli jeruk Percakapan (1) Penjual : mau beli apande? mau beli apa Bu? (2) Pembeli : sekai jeruknya? berapa jeruknya? (3) Penjual : dua belas ribu Nde dua belas ribu Bu (4) Pembeli : banlah sekilo jeruknya buatlah sekilo jeruknya (5) Penjual : ada lagi? (6) Pembeli : mangga setengah ya, sekai kerina? mangga setengah, berapa semua? (7) Penjual :lima belas ribu (8) Pembeli : ini uangnya, bujur ya ini uangnya, terima kasih ya 48

28 Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (1)mau beli apa Nde?. Kata Nde Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (3)dua belas ribu Nde. Kata Nde Ibu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (5) dan (7) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (2)sekai jeruknya?.kata sekai berapa dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (4)banlah sekilo jeruknya. Kata banlah buatlah dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (6) sekai kerina?. Katasekai kerina berapa semua dari bahasa Karo termasuk frasa adjectiva. Pada kalimat (8) ini uangnya, bujur ya. Kata bujur terima kasih dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Katakata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia Data 13 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo 49

29 Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli kopi Percakapan (1) Penjual : mau beli apa? (2) Pembeli : kopi (3) Penjual : lit, mau berapa Dek? ada, mau berapa Dek? (4) Pembeli : ban sebungkus aja buat sebungkus aja (5) Penjual : delapan ribu Dek (6) Pembeli : bujur ya Bang terima kasih ya bang Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (3) lit mau berapa Dek?. Kata lit ada dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (1) dan (5) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (4)ban sebungkus aja.kata ban buat dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada 50

30 kalimat (6) bujurya bang. Kata bujur terima kasih dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 14 Penjual : Suku Jawa Pembeli : Suku Inggris Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli rempah-rempah Percakapan (1) Penjual :mau beli apamadam? mau beli apa Nyonya? (2) Pembeli : mau cari rempah-rempah (3) Penjual : mau yang mana? (4) Pembeli : ada jahe? 51

31 (5) Penjual : ada mau? (6) Pembeli : ya, satu bungkus (7) Penjual :one satu (8) Pembeli ya one saja ya satu saja (9) Penjual : ada lagi? (10) Pembeli : how many? berapa? (11) Penjual : two thousand rupiah dua ribu rupiah (12) Pembeli : ohhh thank you ohh terima kasih (13) Penjual : you are welcome sama-sama Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (1) mau beli apa Madam?. Kata Madam Nyonya dari bahasa Inggris termasuk kata dasar. Pada kalimat (7) one satu dari bahasa Inggris termasuk kata dasar. Pada kalimat (11) 52

32 two thousand rupiah dua ribu rupiah dari bahasa Inggris termasuk frasa adjectiva. Pada kalimat (13) you are welcome sama-sama dari bahsa Inggris termasuk frasa adjectiva. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (3), (5), dan (9) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (8)ya one saja?. Kataone satu dari bahasa Inggris termasuk kata dasar. Pada kalimat (10) how many? berapa dari bahasa Inggris termasuk kata dasar. Pada kalimat (12) ohhh thank you. Kata thank you terima kasih dari bahasa Inggris termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2), (4), dan (6) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar. Adapun perbedaan suku pada penjual dan pembeli tetap terjalin komunikasi yang baik. Dengan demikian, peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli di atas adalah campur kode ke luar (outher code-mixing), berupa bahasa Inggris yang menyisip pada bahasa Indonesia. Data 15 Penjual : Suku Karo Pembeli : Suku Karo 53

33 Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli kelapa Percakapan (1) Penjual : apa cari? (2) Pembeli : kelapa berapa satu? (3) Penjual : lima ribu, mau ambil berapa kam Dek? lima ribu, mau ambil berapa kamu Dek? (4) Pembeli : buat dualah enggo parutkan? buat dualah sudah parutkan? (5) Penjual : sudah bentar diparut dulu (6) Pembeli :sekaikerina? berapa semua? (7) Penjual : dua belas ribu saja (8) Pembeli : bujur ya terima kasih ya Pada percakapan di atas, terjadi campur kode yakni pada penjual dan pembeli. Penjual melakukan campur kode seperti pada kalimat (3) lima ribu, mau ambil berapa Kam Dek?. Kata Kam kamu dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur 54

34 kode. Pada kalimat (1), (5), dan (7) dari dialog penjual, tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa campur kode juga terjadi pada pembeli seperti pada kalimat (4)buat dualah enggo parutkan?. Kata enggo sudah dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (6) sekai kerina?. Kata sekai berapa dari bahasa Karo termasuk kata dasar dan kerina semua dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Pada kalimat (8) bujur ya. Kata bujur terima kasih dari bahasa Karo termasuk kata dasar. Kata-kata ini disisipkan ke dalam seluruh struktur kalimat, sehingga terjadi campur kode. Pada kalimat (2) dari dialog pembeli tidak terlihat adanya campur kode karena keseluruhan kata menggunakan bahasa Indonesia. Pada wacana transaksi jual beli di atas penjual dan pembeli melakukan campur kode agar dapat berkomunikasi dengan lancar, berharap agar suasana menjadi lebih akrab. Peristiwa campur kode yang dimaksud pada transaksi jual beli adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing), berupa bahasa Karo yang menyisip pada bahasa Indonesia. 4.2 Jenis Kata dalam Campur Kode Transasksi Jual Beli Dalam penelitian ini peneliti meneliti penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata. Sebuah kata dari unsur bahasa lain menyusup ke dalam bahasa inti, yaitu bahasa Indonesia. Adapun bahasa yang digunakan saat campur kode yaitu bahasa Indonesia, bahasa Karo, bahasa Jawa, bahasa Padang, dan bahasa Inggris. Hal itu disebabkan karena adanya status sosial yang berbeda-beda atau minimnya ilmu pengetahuan tentang bahasa yang dipelajari. 55

35 Oleh sebab itu, dalam transaksi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dalam menawarkan dagangannya sudah terjadi penyisipan bahasa yaitu yang disebut campur kode. Dalam berbicara antar masyarakat juga sering menyisipkan bahasa satu ke bahasa lainnya seperti bahasa Karo yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Jenis kata dalam transaksi jual beli di pasar Simpang Limun Medan, yaitu kata benda ( nomina), kata kerja ( verba), kata sifat (adjectiva), dan kata tugas. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata tersebut dapat dilihat pada datavdi bawah ini. Tabel 1. Perbandingan Jumlah Jenis Kata No. Jenis Kata Jumlah 1. Kata benda (nomina) Kata kerja (verba) 5 3. Kata sifat (adjectiva) 9 4. Kata tugas 2 Dari tabel di atas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa, saat terjadinya transaksi jual beli di Pasar Simpang Limun Medan jenis kata yang sering muncul adalah pertama kata benda (nomina), kedua kata sifat (adjectiva), ketiga kata kerja (verba) dan keempat kata tugas. Dapat dilihat jenis kata yang sering muncul pada data di atas adalah jenis kata benda (nomina). 56

36 4.2.1 Kata Benda (Nomina) Tabel 2. Daftar Kata Benda dalam Bahasa Karo NO Bahasa Karo Glos Data 1. kam kamu 5 2. manok ayam 1 3. nande ibu 7 4. piga berapa 1 5. bujur terima kasih 6 6. bik tante 4 7. sekai berapa 5 8. erga harga 1 Dari daftar tabel kata benda (nomina) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Karo terdapat 8 kata. Kata kata kersebut adalah kata kam kamu, manok ayam, nande ibu, piga berapa, bujur terima kasih, bik tante, sekai berapa, erga harga. 57

37 Tabel 3. Daftar Kata Benda dalam Bahasa Jawa No Bahasa Jawa Glos Data 1. suwon terima kasih 1 2. tenan kali 1 3. piro berapa 2 Dari daftar tabel kata benda (nomina) di atas dapat dilhat bahwa bahasa Jawa terdapat 3 kata. Kata-kata tersebut adalah kata suwon terima kasih, tenan kali, piro berapa. Tabel 4. Daftar Kata Benda dalam Bahasa Padang No Bahasa Padang Glos Data 1. dagiang daging 1 Dari daftar tabel kata benda (nomina) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Padang terdapat 1 kata. Kata tersebut adalah dagiang daging. Tabel 5. Daftar Kata Benda dalam Bahasa Inggris No Bahasa Inggris Glos Data 1. madam nyonya 1 2. how many berapa 1 3. thank you terima kasih 1 58

38 Dari daftar tabel kata benda (nomina) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Inggris terdapat 3 kata. Kata-kata tersebut adalah kata madam nyonya, how many berapa, thank you terima kasih Kata Kerja (Verba) Tabel 6. Daftar Kata Kerja dalam Bahasa Karo No. Bahasa Karo Glos Data 1. buat ambil 2 2. lit ada 2 3. ban buat 2 Dari daftar tabel kata kerja (verba) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Karo terdapat 3 kata. Kata-kata tersebut adalah buat ambil, lit ada, ban buat. Tabel 7. Daftar Kata Kerja dalam Bahasa Jawa No Bahasa Jawa Glos Data 1. eneng ada 2 Dari daftar tabel kata kerja (verba) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Jawa terdapat 1 kata. Kata tersebut adalah eneng ada. 59

39 Tabel 8. Daftar Kata Kerja dalam Bahasa Padang No. Bahasa Padang Glos Data 1. agiah kasih 1 Dari daftar tabel kata kerja (verba) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Padang terdapat 1 kata. Kata tersebut adalah kata agiah kasih. Tabel 9. Daftar Kata Kerja dalam Bahasa Inggris No Bahasa Inggris Glos Data Dari daftar tabel kata kerja (verba) di atas tidak terdapat kata yang merupakan kata kerja dalam bahasa Inggris Kata Sifat (Adjectiva) Tabel 10. Daftar Kata Sifat dalam Bahasa Karo No. Bahasa Karo Glos Data 1. kerina semua 4 2. telu tiga 1 Dari daftar tabel kata sifat (adjectiva) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Karo terdapat 2 kata. Kata-kata tersebut adalah kata kerina semua, telu tiga. 60

40 Tabel 11. Daftar Kata Sifat dalam Bahasa jawa No. Bahasa Jawa Glos Data 1. larang mahal 1 2. alus halus 1 Dari daftar tabel kata sifat (adjectiva) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Jawa terdapat 2 kata. Kata-kata tersebut adalah larang mahal, alus halus. Tabel 12. Daftar Kata Sifat dalam Bahasa Padang No. Bahasa Padang Glos Data 1. seratuih seratus 1 2. ciek satu 1 Dari daftar tabel kata sifat (adjectiva) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Padang terdapat 2 kata. Kata-kata tersebut adalah seratuih seratus, ciek satu. Tabel 13. Daftar Kata Sifat dalam Bahasa Inggris No. Bahasa Inggris Glos Data 1. one satu 2 2. two thausand rupiah dua ribu rupiah 1 3. you are welcome sama-sama 1 61

41 Dari daftar tabel kata sifat (adjectiva) di atas dapat dilihat bahwa bahasa Inggris terdapat 3 kata. Kata-kata tersebut adalah one satu, two thausand rupiah dua ribu rupiah, dan you are welcome sama-sama Kata Tugas Tabel 14. Daftar Kata Tugas dalam Bahasa Karo No. Bahasa Karo Glos Data 1. enggo sudah 1 Dari daftar tabel kata tugas di atas dapat dilihat bahwa bahasa Karo terdapat1 kata. Kata tersebut adalah enggo sudah. Tabel 15. Daftar Kata Tugas dalam Bahasa Jawa No. Bahasa Jawa Glos Data 1. sing yang 1 Dari daftar tabel kata tugas di atas dapat dilihat bahwa bahasa Jawa terdapat 1 kata. Kata tersebut adalah sing yang. Tabel 16. Daftar Kata Tugas dalam Bahasa Padang No. Bahasa Padang Glos Data

42 Dari daftar tabel kata tugas di atas tidak terdapat kata yang merupakan kata tugas dalam bahasa Padang. Tabel 17. Daftar Kata Tugas dalam Bahasa Inggris No. Bahasa Inggris Glos Data Dari daftar tabel kata tugas di atas tidak terdapat kata yang merupakan kata tugas dalam bahasa Inggris. 63

43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis terhadap campur kode pada transaksi jual beli di Pasar Simpang limun Medan yang telah di uraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Campur kode yang terjadi pada transaksi jual beli di pasar Simpang Limun Medan yaitu tedapat kata dan frasa. Pada peristiwa campur kode trrjadi campur kode ke dalam (inner code-mixing) berupa bahasa daerah yang menyisip pada bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia dan campur kode ke luar (outher code-mixing) berupa bahasa asing yang menyisip pada bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia. 2. Jenis kata menurut Keraf dibagi menjadi empat bagian yaitu: kata benda (nomina) berjumlah 15, kata kerja (verba) berjumlah 5, kata sifat (adjectiva) bejumlah 9, kata tugas berjumlah 2, dan yang sering muncul adalah kata benda (nomina). 5.2 Saran Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat komunikasi berupa bahasa. Bahasa merupakan alat yang ampuh untuk berhubungan dan kerja sama dengan orang lain seperti contoh di pasar. Beragam dialek akan ditemui saat proses jual beli terjadi. Hal ini dimaksudkan agar penutur (penjual) maupun mitra tutur (pembeli) dapat saling memahami apa yang dimaksud oleh kedua belah 64

44 pihak dan tidak menimbulkan salah pengertian. Adanya campur kode selama percakapan berlangsung merupakan hal yang wajar dipakai penjual dan pembeli saat melakukan transaksi. 65

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia dalam bidang kehidupannya. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal yang penting dilakukan oleh manusia karena secara langsung

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA DALAM JUAL BELI DI PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH SRI RAHMI NIM

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA DALAM JUAL BELI DI PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH SRI RAHMI NIM CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA DALAM JUAL BELI DI PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH SRI RAHMI NIM 130701043 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

LAMPIRAN Harga pas pak, tidak bisa kurang lagi. Banyak warne kalo yang itu Bisa, tunggu sebentar ya. Tak kurang lagi, Buk. Nak ambel tige kilo?

LAMPIRAN Harga pas pak, tidak bisa kurang lagi. Banyak warne kalo yang itu Bisa, tunggu sebentar ya. Tak kurang lagi, Buk. Nak ambel tige kilo? LAMPIRAN 1. Pembeli : Berape harge gule sekilo? Penjual : Due belas ribu, Pak. Pembeli : Ngak bisa kurang? Penjual : Harga pas pak, tidak bisa kurang lagi. Pembeli : Di sana tadi bisa sepuluh ribu. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62) mengemukakan bahwa sebagai suatu sistem komunikasi yang memungkinkan terjadinya interaksi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hubungan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hubungan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dengan masyarakat yang lainnya. Hubungan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk interaksi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat multilingual, fenomena kebahasaan dapat terjadi karena adanya kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual. Chaer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS CAMPUR KODE OPERATOR TAKSI GELORA TAKSI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS CAMPUR KODE OPERATOR TAKSI GELORA TAKSI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS CAMPUR KODE OPERATOR TAKSI GELORA TAKSI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : WIDIA KUSUMA DEWI A 310 080 235 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Pasar ini merupakan pasar tumpah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diperlukan dalam pencapaian sasaran penelitian, seperti yang ditegaskan oleh Sudaryanto (1992:25) bahwa metode dalam penelitian sangat dibutuhkan karena

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah 71 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

Lebih terperinci

Operasi Hitung Bilangan 1

Operasi Hitung Bilangan 1 Operasi Hitung Bilangan 1 2 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 1 Operasi Hitung Bilangan Mari memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Operasi Hitung Bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponenkomponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

REGISTER JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL FLAMBOYAN (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

REGISTER JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL FLAMBOYAN (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) REGISTER JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL FLAMBOYAN (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) Dita Alfianata, Ahadi Sulissusiawan, Amriani Amir Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Untan Email : dita.alfianata@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini terkait dengan konteks situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok. Metode

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu digilib.uns.ac.id 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sebuah penelitian diperlukan adanya metode, karena metode merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat sekitar pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bentuk guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bentuk guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu fungsi atau kegunaan bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

4. Pembeli : padum timunnya kak? berapa timunnya kak? Penjual : enam ribu Pembeli : nggak lima Penjual : hana dapat nggak dapat

4. Pembeli : padum timunnya kak? berapa timunnya kak? Penjual : enam ribu Pembeli : nggak lima Penjual : hana dapat nggak dapat LAMPIRAN 1 : DATA PERCAKAPAN 1. Pembeli 1 : berapa cabe satu kilo buk? Penjual : delapan puluh Pembeli 1 : kalau satu ons berapa? Penjual : delapan ribu Pembeli 2 : kok larang eram kok mahal kali Penjual

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 8. TEKS NEGOSIASILatihan Soal 8.4. kesepakatan. penutup. penawaran. konflik.

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 8. TEKS NEGOSIASILatihan Soal 8.4. kesepakatan. penutup. penawaran. konflik. SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 8. TEKS NEGOSIASILatihan Soal 8.4 1. Maaf Pak, kalau misalnya sepatu ini saya beli dengan harga Rp 50 ribu, boleh apa tidak? Dalam negosiasi, kalimat tersebut

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain dan selalu membutuhkan bantuan orang lain agar dapat bertahan hidup.

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SD/MI KELAS IV - SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SD/MI KELAS IV - SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SD/MI KELAS IV - SEMESTER 1 1 .PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Inggris KELAS / SEMESTER : IV (Empat) / 1 (satu) Standar Kompetensi :

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA.

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA. TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA Oleh Linda Apriyanti Nurlaksana Eko Rusminto Sumarti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail : lindaapriyanti1251@gmail.com

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator tentang barang dan jasa kepada komunikan yang bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian metafora merupakan analogi atau perbandingan suatu yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang lainya. Sebagai contoh sifat manusia yang dianalogikan atau diperbandingkan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Desain ini memadukan antara desain deskrptif dengan desain kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang vital dan utama dalam hidup. Karena tanpa bahasa sulit bagi kita untuk mengerti atau memahami arti dan maksud dari perkataan orang lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PEMBELI DENGAN PENJUAL SAYURAN DI PASAR SRENGAT KABUPATEN BLITAR

TINDAK TUTUR PEMBELI DENGAN PENJUAL SAYURAN DI PASAR SRENGAT KABUPATEN BLITAR TINDAK TUTUR PEMBELI DENGAN PENJUAL SAYURAN DI PASAR SRENGAT KABUPATEN BLITAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto bahwa: Metode deskriptif dilakukan semata-mata hanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet digilib.uns.ac.id 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CAMPUR KODE CERAMAH USTAZ MAULANA. DALAM ACARA ISLAM ITU INDAH Di TRANS TV 5 NOVEMBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

PENGGUNAAN CAMPUR KODE CERAMAH USTAZ MAULANA. DALAM ACARA ISLAM ITU INDAH Di TRANS TV 5 NOVEMBER 2013 NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN CAMPUR KODE CERAMAH USTAZ MAULANA DALAM ACARA ISLAM ITU INDAH Di TRANS TV 5 NOVEMBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap yang akan dilaksanakan dalam suatu penelitian. Dalam bab ini membahas tentang jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

terhubung dengan manusia lainnya di berbagai daerah yang berbeda, dengan menggunakan sebuah bahasa yang telah disepakati bersama.

terhubung dengan manusia lainnya di berbagai daerah yang berbeda, dengan menggunakan sebuah bahasa yang telah disepakati bersama. 1 1 terhubung dengan manusia lainnya di berbagai daerah yang berbeda, dengan menggunakan sebuah bahasa yang telah disepakati bersama. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan berbagai macam ide, gagasan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah 1 PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Oleh: Dina Kurniawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa dinakurniawati131@gmail.com

Lebih terperinci

CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data penelitian berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bloom dan Lahey struktur bahasa adalah suatu sistem dimana unsur-unsur bahasa diatur dan dihubungkan satu dengan yang lain. Dalam menghubungkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, dan dalam pemakainnya dimungkinkan dapat memakai lebih dari satu bahasa,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK. Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK. Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK Jurnal Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai DerajatSarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG Oleh : Siti Masitoh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cungkringaja83@yahoo.com

Lebih terperinci

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Oleh: Siyam Thohiroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa siyam_thohiroh@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian Pernyataan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutur.menurut Verhaar (2001:16) tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat

BAB I PENDAHULUAN. penutur.menurut Verhaar (2001:16) tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu kegiatan komunikasi yang di dalamnya terkandung maksud yang ingin disampaikan serta efek yang ingin dicapai oleh penutur.menurut Verhaar

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni sebagai alat komunikasi antarindividu dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI

KAJIAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI KAJIAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: NILA ARUM SAPUTRI A. 310070122 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Yani, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Senapelan. Letak Geografis Pasar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Yani, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Senapelan. Letak Geografis Pasar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Pasar Senapelan Pasar Senapelan atau disebut juga Pasar Kodim terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Senapelan. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

PEMILIHAN KODE PEDAGANG KAKI LIMA PENDATANG DAN PEDAGANG KAKI LIMA ASLI DEMAK DI ALUN-ALUN DEMAK

PEMILIHAN KODE PEDAGANG KAKI LIMA PENDATANG DAN PEDAGANG KAKI LIMA ASLI DEMAK DI ALUN-ALUN DEMAK PEMILIHAN KODE PEDAGANG KAKI LIMA PENDATANG DAN PEDAGANG KAKI LIMA ASLI DEMAK DI ALUN-ALUN DEMAK Rizka Pramudya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro INTISARI Pramudya, Rizka. 2013. Pemilihan Kode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi dan mencapai kerja sama antarmanusia. Terjadinya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci