V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Data dan Analisis Kondisi Awal Kebun Anggrek Kebun Anggrek memiliki luasan 8.459,5 m². Lokasinya berada di dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) tepatnya terletak di sisi belakang sebelah barat laut TKL. Adapun batas-batas Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 11. PERUMAHAN PENDUDUK BUMI PERKEMAHAN DESA BUKU KETERANGAN Utara: Perumahan Penduduk Selatan: Desa Buku Timur: Bumi Perkemahan Barat: Sungai Progo TANPA SKALA SUNGAI POGO Gambar 11 Peta batas Kebun Anggrek Saat ini keberadaan Kebun Anggrek difungsikan sebagai kebun pembibitan anggrek. Di dalamnya terdapat fasilitas pembibitan berupa rumah kaca sebanyak dua buah dengan ukuran yang berbeda. Di sebelah selatan rumah kaca berdiri rumah pengelola yang dialihfungsikan menjadi tempat menyimpan barang milik pekerja Kebun Anggrek. Aktivitas di dalam Kebun Anggrek hanya berupa pembudidayaan anggrek yakni sampai tahap pembesaran anggrek. Selain aktivitas budidaya tersebut, di Kebun Anggrek juga tampak terlihat aktivitas pemeliharaan harian oleh pekerja. Aktivitas wisata belum diadakan di dalam Kebun Anggrek. Peta eksisting Kebun Anggrek tersaji pada Gambar 12.

2 37

3 Aspek Biofisik Aspek biofisik pada Kebun Anggrek yang akan dianalisis secara spasial adalah topografi dan vegetasi. Aspek biofisik lainnya meliputi aksesibilitas dan sirkulasi, hidrologi, kualitas visual, iklim, dan tanah dianalisis secara deskriptif. Khusus untuk aspek vegetasi, analisis dilakukan secara spasial dan deskriptif Topografi dan Kemiringan Tapak Kebun Anggrek berbatasan langsung dengan Sungai Progo. Berdasarkan data dari BAPPEDA Kota Magelang tahun 2009, Kota Magelang memiliki topografi yang terjal di bagian barat, sepanjang Sungai Progo yakni dengan sudut kemiringan berkisar 15-30%. Kebun Anggrek yang berlokasi di tepi Sungai Progo juga memiliki topografi yang terjal. Untuk merekayasa topografi di Kebun Anggrek yang terjal tersebut, maka oleh pengelola TKL lahan Kebun Anggrek dibuat bertingkat-tingkat menyerupai terasering. Kebun Anggrek sendiri berada pada ketinggian antara m (Gambar 13). Analisis topografi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tapak dalam hal pengembangannya untuk aktivitas wisata. Kriteria kemampuan tapak untuk pengembangan kegiatan wisata dilihat dari kesesuaian lereng dalam tapak untuk pengembangan ruang luar serta potensi erosi pada tapak yang akan berpengaruh terhadap pengembangan kegiatan wisata. Berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng untuk pengembangan ruang luar Booth (1983), maka kemiringan tapak di Kebun Anggrek dapat diklasifikasikan menjadi 0-5%, 5-10%, 10-15%, >15%. Kondisi kemiringan tapak tersaji pada Gambar 14. Booth (1983) menyebutkan bahwa area dengan kemiringan 1-5% adalah area datar yang sesuai untuk pengembangan ruang luar. Pada kemiringan ini memungkinkan adanya elemen tapak berukuran besar seperti gedung utama, area parkir, dan sebagainya, serta aktivitas apapun dapat dilakukan (tidak terbatas) di dalamnya. Kemiringan 5-15% merupakan area landai sampai berbukit yang sesuai untuk berbagai tipe penggunaan lahan tetapi aktivitas di dalamnya terbatas. Kemiringan >15% merupakan area curam dimana di dalamnya tidak diperkenankan adanya aktivitas apapun.

4 39

5 40

6 41 Analisis topografi juga dilakukan berdasarkan potensi erosi yang dimiliki Kebun Anggrek. Potensi erosi ini dilihat dari kemiringan lereng dan tingkat run-off di tapak. Tingkat run-off mengikuti klasifikasi Darmawijaya (1990), dimana run-off diklasifikasikan berdasarkan kecepatannya menjadi sangat lambat hingga lambat, lambat hingga sedang, cepat hingga sangat cepat. Indikator untuk menentukan kecepatannya lambat sampai cepat berdasarkan kemiringan tapak. Pada area yang relatif datar (0-3%), aliran air di permukaan tanah (run-off) sangat lambat. Hal ini mengakibatkan air tergenang di permukaan tanah dalam waktu lama dan kemudian meresap ke dalam profil tanah atau menguap. Kondisi seperti ini tidak menyebabkan erosi. Aliran air di permukaan tanah (run-off) lambat sampai sedang pada area landai sampai berbukit (3-15%). Aliran dengan kecepatan tersebut mengakibatkan permukaan tanah tetap basah untuk waktu cukup lama walaupun air meresap ke dalam profil tanah. Dalam kondisi seperti ini, bahaya erosi belum begitu membahayakan. Jadi, area yang sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi erosi tidak berbahaya hingga belum begitu membahayakan. Area dengan kemiringan ini diberi nilai 3 karena sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata dengan potensi erosi yang tidak membahayakan. Area yang cukup sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi bahaya erosi yang belum begitu membahayakan. Area dengan kemiringan tersebut diberi nilai 2 karena cukup sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata. Pada area yang miring sampai curam (>15%), aliran air di permukaan tanah (run-off) berlangsung cepat dan hanya sebagaian kecil yang meresap ke dalam profil tanah. Kondisi seperti ini memiliki bahaya erosi yang cukup besar. Jadi, area yang kurang sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi bahaya erosi yang cukup besar. Area dengan kemiringan ini diberi nilai 1 karena kurang sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata dan bahaya erosi yang dimilikinya cukup besar. Hasil analisis kemiringan tapak menghasilkan peta kesesuaian aktivitas wisata yang dapat dilihat pada Gambar 15.

7 42

8 Vegetasi Vegetasi yang ada di Kebun Anggrek terdiri dari vegetasi di dalam rumah kaca dan di sekitar rumah kaca. Vegetasi di dalam rumah kaca adalah komoditi utama yang dibudidayakan di dalam kebun ini yaitu anggrek berupa bibit yang ditanam di dalam pot-pot. Vegetasi yang ada di sekitar rumah kaca didominasi oleh Pohon Jati (Tectona grandis). Pohon Jati ini ditanam sejak tahun 2004 sebanyak 105 pohon. Di sela-sela Pohon Jati tersebut terdapat beberapa pohon seperti Sawo Kecik (Manilkara kauki), Spatodea (Spathodea campanulata), Mahoni (Swietenia macrophylla), Flamboyan (Delonix Regia), Bambu (Gigantochloa apus), serta paku-pakuan yang menempel pada dinding badan Kali Bangkong. Vegetasi eksisting Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 16. Peta vegetasi di Kebun Anggrek disajikan pada Gambar 17. Kumpulan jati Kumpulan bambu Paku-pakuan Anggrek dalam pot Gambar 16 Vegetasi eksisting di Kebun Anggrek

9 44

10 45 Potensi vegetasi untuk pengembangan anggrek dilihat berdasarkan potensi anggrek yang bernilai ekonomi serta kemampuan vegetasi untuk dapat menjadi habitat anggrek dianalisis secara deskriptif. Bentuk bunga anggrek yang beraneka ragam, membuat spesies ini memiliki potensi genetik yang kaya untuk dimuliakan/disilangkan. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun terus melahirkan ragam varietas baru yang semakin unik dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Permintaan akan tanaman hias ini terus meningkat setiap tahun (Widiastoety, 2010). Purnawati (2003) dalam Kurniati et al. (2007) menjelaskan bahwa anggrek yang diekspor dari Indonesia dalam bentuk bibit, tanaman, dan bunga potong terdiri dari spesies Aranda, Cattleya, Phalaenopsis, dan Dendrobium dengan nilai ekspor US$ 3 juta pada tahun 1999, meningkat mencapai US$ 4,1 juta pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa anggrek memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Oleh karena itu komoditas anggrek ini akan dipertahankan sebagai vegetasi utama yang dikembangkan di tapak. Pohon Jati yang dominan mengisi bagian timur dan utara rumah kaca di Kebun Anggrek berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat menempelnya (pohon inang) anggrek epifit. Pohonnya yang berbatang licin dapat ditanggulangi dengan sebelumnya menempelkan batang pohon dengan media yang bisa menahan air, seperti serabut kelapa atau potongan pakis (Iswanto, 2002). Pada analisis spasial aspek vegetasi, analisis dilakukan berdasarkan kesesuaian vegetasi di tapak untuk menjaga sumber daya lahan yaitu kemampuan vegetasi dalam mengikat tanah maupun menyerap air. Bambu yang berada di sisi belakang Kebun Anggrek memiliki potensi untuk menahan tanah karena di daerah tersebut topografinya agak miring sampai miring/berbukit sehingga rawan longsor. Selain itu, keberadaan bambu sekaligus sebagai pembatas dan pengaman dari gangguan luar seperti pencurian. Vegetasi yang memiliki fungsi ekologis seperti pohon jati dan bambu sebagai pengikat tanah diberi nilai 3. Penutup tanah seperti rumput dan semak yang di atasnya tidak ada tegakan pohon diberi nilai 2 karena kemampuannya dalam mengikat tanah dan air kurang. Nilai 1 diberikan pada area yang tidak bervegetasi. Hasil analisis spasial vegetasi berdasarkan potensi dalam menjaga sumber daya lahan di tapak disajikan pada Gambar 18.

11 46

12 Aksesibilitas dan Sirkulasi Kebun Anggrek dapat diakses dengan mudah walaupun letaknya berada di sisi belakang atau sebelah barat laut TKL. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai Kebun Anggrek cukup jauh dari gerbang yakni sekitar 500 m. Kondisi topografi jalan yang bergelombang menambah kesan jauh tersebut. Di sebelah barat Kebun Anggrek terdapat akses dari Desa Buku berupa jalan yang ditutupi oleh perkerasan berupa plester dari semen yang mulai berlumut. Hal ini membahayakan karena jalan menjadi licin jika turun hujan. Akses masuk utama Kebun Anggrek berupa jembatan yang menghubungkan Kebun Anggrek dengan areal TKL lainnya yang terpisah oleh Kali Bangkong. Jembatan ini terletak di sisi selatan Kebun Anggrek, berdekatan dengan Bumi Perkemahan. Setelah melintasi jembatan, untuk mencapai ke dalam kawasan Kebun Anggrek terdapat akses berupa jalan yang ditutupi oleh conblock. Jalan ini dapat dilewati oleh kendaraan bermotor roda dua maupun empat milik pengelola. Saat ini kondisi jalan tersebut cukup baik meskipun di sela-sela conblock ditumbuhi oleh rumput liar. Kondisi jalan akses menuju Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 19. Akses dari desa buku Akses Kebun Anggrek dari barat Jembatan menuju Kebun Anggrek Akses utama menuju Kebun Anggrek Gambar 19 Kondisi jalan akses menuju Kebun Anggrek

13 48 Dalam area Kebun Anggrek, terdapat jalur sirkulasi yang menghubungkan pintu gerbang dan rumah kaca maupun rumah pengelola berupa tangga. Adanya tangga ini dikarenakan beda ketinggian sebesar 2 m antara letak pintu gerbang dengan rumah kaca dan pengelola. Terdapat pula akses antar rumah kaca berupa jalan bersemen yang saat ini kondisinya mulai ditumbuhi rumput liar di sisi sampingnya. Di sebelah selatan rumah kaca, tepatnya di area yang dipenuhi oleh pohon jati terdapat akses menuju Sungai Progo. Akses ini tidak mudah dilalui karena kondisi jalur sirkulasi di dalamnya belum memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna. Sirkulasi hanya berupa jalan setapak hasil bukaan dari semak yang tumbuh di sela-sela pohon jati sehingga orang yang melintasinya mengalami kesulitan dengan semak yang masih melintang dan menghalangi orang untuk melangkah. Kondisi jalur sirkulasi di dalam Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 20. Tangga menuju rumah kaca Sirkulasi sekitar rumah kaca Jalan setapak sekitar pohon jati Gambar 20 Kondisi jalur sirkulasi di dalam Kebun Anggrek Sirkulasi berupa jalan setapak hasil bukaan dari semak yang tumbuh di selasela pohon jati ini memungkinkan pengunjung dapat mengakses Sungai Progo dari dalam Kebun Anggrek padahal keberadaan Sungai Progo dapat membahayakan bila sungai sedang mengalir deras. Bahaya yang ditimbulkan

14 49

15 50 berupa kemungkinan pengunjung terseret ke dalam aliran sungai mengingat antara Kebun Anggrek dengan Sungai Progo tidak dibatasi oleh pengaman berupa pagar maupun vegetasi. Hal ini memungkinkan pengunjung Kebun Anggrek memiliki kesempatan mengakses Sungai Progo dengan bebas. Untuk itu perlu pembatas antara Kebun Anggrek dan Sungai Progo untuk membatasi pengunjung mengakses Sungai Progo secara bebas. Pembatasnya dapat berupa vegetasi yang ditanam rapat. Vegetasi yang dipilih berupa semak agar pemandangan Sungai Progo masih bisa terlihat dari dalam Kebun Anggrek. Kondisi akses dan sirkulasi Kebun Anggrek saat ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar Hidrologi Air merupakan elemen yang dibutuhkan di Kebun Anggrek karena menyangkut aktivitas budidaya anggrek mulai dari pembibitan sampai pembesaran anggrek yang tidak lepas dari kebutuhan akan pengairan. Sistem pengairan di Kebun Anggrek menggunakan air tanah. Air tanah dari sumur diteruskan ke tandon, dari tandon kemudian dialirkan melalui kran-kran yang telah dipasang pada masing-masing rumah kaca. Limbah air kemudian dibuang melalui saluran drainase yang telah dibuat menuju ke Kali Bangkong. Kali Bangkong ini terletak di selatan Kebun Anggrek. Kali Bangkong merupakan irigasi sekunder kota yang berasal dari Kali Bening. Kali Bening sendiri adalah irigasi primer Kota Magelang. Dari Kali Bangkong ini air limbah Kebun Anggrek dialirkan menuju ke Sungai Progo. Gambar 22 menunjukkan diagram alir sistem pengairan di Kebun Anggrek saat ini. Air Tanah Sumur Tandon Kran Rumah Kaca Sungai Progo Kali Bangkong Saluran Drainase Gambar 22 Diagram alir sistem pengairan di Kebun Anggrek Sumber air di Kebun Anggrek berasal dari air tanah yang digali dari sumur yang terletak di belakang rumah pengelola (Gambar 23). Keberadaan air tanah ini

16 51 sangat penting karena digunakan untuk kegiatan budidaya anggrek dalam kebun. Oleh karena itu, keberadaan air tanah tersebut harus dipertahankan agar ketersediannya dapat menunjang kebutuhan air rumah kaca. Selain itu, ketersediaan air bersih dibutuhkan untuk menunjang wisata yaitu pelayanan wisata seperti toilet yang keberlangsungannya tergantung pada air bersih. Tandon Saluran drainase Saluran drainase sekitar rumah kaca menuju Kali Bangkong Kali Bangkong Sungai Progo Gambar 23 Kondisi hidrologi di Kebun Anggrek dan sekitarnya Pola drainase pada Kebun Anggrek mengikuti topografi yang miring dari utara ke selatan. Ada dua bentuk pola drainase pada tapak, yaitu drainase alami dan buatan (Gambar 24). Sistem drainase yang sering dijumpai pada tapak adalah draianse alami. Drainase alami ini mengalir dari bagian yang tinggi ke bagian yang lebih rendah dan akhirnya ke Sungai Progo sebagai buangan terakhir. Dari drainase alami ini dapat terlihat aliran permukaan yang terdapat pada tapak.

17 52

18 53 Untuk mempertahankan ketersediaan air dalam tanah, maka siklus hidrologi di tapak harus dijaga agar berlangsung dengan baik. Aliran permukaan (run-off) yang merupakan bagian dari siklus hidologi berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah karena jika aliran permukaan ini cepat, maka kesempatan air untuk tersimpan dalam tanah kecil sekali begitupun sebaliknya. Aliran permukaan yang cepat ini juga dapat mengakibatkan erosi tanah. Oleh karena itu, area-area yang berpotensi memiliki aliran permukaan cepat perlu untuk tindakan yang dapat menekan laju aliran permukaannya, misalnya melalui penanaman penutup lahan berupa vegetasi yang dapat menahan air dalam tanah Kualitas Visual Secara umum kondisi visual yang ada di Kebun Anggrek didominasi oleh Pohon Jati yang tumbuh menyebar di sisi selatan rumah kaca. Pohon Jati yang tumbuh menyebar dan tak terawat ini mengakibatkan pandangan dari luar ke rumah kaca maupun sebaliknya menjadi terhalangi padahal Kebun Anggrek dikelilingi oleh area-area yang memiliki pemandangan indah. Pemandangan indah yang mengelilingi Kebun Anggrek antara lain Sungai Progo yang meander aliran airnya menarik dan dapat dinikmati dari sebelah barat Kebun Anggrek. Pemandangan area TKL lainnya menarik dengan kontur TKL yang berbukit-bukit memberikan kesan alami yang banyak diminati oleh pengunjung tetapi spot-spot menarik tersebut tidak dapat dinikmati dengan maksimal dikarena terhalang oleh Pohon-pohon Jati yang memenuhi bagian selatan Kebun Anggrek. Peta kondisi visual dapat dilihat pada Gambar 25. Dari luar bagian TKL lainnya seperti Bumi Perkemahan, Kebun Anggrek dapat terlihat dengan jelas. Tidak ada penghalang pandangan karena pada sisi tersebut tidak ada bentukan-bentukan seperti vegetasi atau bangunan yang menghalangi. Rumah kaca dalam Kebun Anggrek dapat terlihat dengan jelas dari Bumi Perkemahan. Dari Desa Buku yang letaknya berada di sebelah selatan Kebun Anggrek, Kebun Anggrek masih dapat terlihat dengan jelas. Terutama akses menuju Kebun Anggrek berupa jembatan, dapat terlihat tanpa halangan dari Desa Buku. Dari

19 54

20 55 akses jalan TKL yang menghubungkan Desa Buku dan Kebun Anggrek, pemandangan menuju Kebun Anggrek terhalang oleh pohon-pohon jati yang memenuhi sisi depan Kebun Anggrek. Di dalam Kebun Anggrek, kondisi rumah kaca catnya mulai kusam yang menimbulkan pemandangan kurang baik (bad view). Bad view semakin bertambah dengan kondisi di sekitar rumah kaca yang tidak terurus seperti rumput tumbuh liar dan tidak terpangkas, serta pohon-pohon di sebelah selatan dan barat rumah kaca yang ditanam tak tertata. ` Tanah Berdasarkan data BAPPEDA tahun 2009, jenis dan sifat tanah di Kota Magelang umumnya seragam, sehingga untuk tanah di Kebun Anggrek ini sama halnya dengan kondisi tanah di Kota Magelang yaitu berjenis alluvial coklat tua kekelabuan. Jenis tanah ini merupakan akibat dari pelapukan batuan yang cukup tinggi dan endapan alluvial di sepanjang Sungai Progo dan Sungai Elo. Menurut Darmawijaya (1990), tanah yang berasal dari Sungai Progo umumnya subur karena berasal dari Gunung Merapi yang masih muda dan kaya akan unsur-unsur hara. Jenis tanah ini mudah menyerap air (permeable). Dalam hal pengadaan fasilitas di area dengan jenis tanah ini memerlukan perlakuan khusus karena jenis tanah ini rentan longsor. Perlakuan yang dapat dilakukan seperti penanaman vegetasi untuk membantu dalam menahan air Iklim Mikro Menurut data BAPPEDA (2009), Kota Magelang memiliki temperatur ratarata maksimum 32 C dan terendah 20 C. Suhu yang relatif rendah ini membuat Kota Magelang berhawa sejuk. Begitu pula iklim di Kebun Anggrek yang termasuk di dalam kawasan Kota Magelang secara umum tergolong sejuk. Karena pengukuran sampel hanya dilakukan pada siang hari didapatkan suhu rata-rata 32,5ºC yang tidak berbeda jauh dengan suhu rata-rata maksimum Kota Magelang, maka iklim di Kebun Anggrek dapat dikatakan sejuk pula. Hal ini dikarenakan di

21 56 sekeliling maupun di dalam Kebun Anggrek masih banyak pohon yang dapat mereduksi panas matahari. Pengukuran iklim mikro dilakukan di 4 titik dimana pada masing-masing titik tersebut diambil 3 kali pengukuran suhu. Indikator iklim yang diamati meliputi suhu dan kelembaban yang keduanya digunakan dalam perhitungan THI (Thermal Humidity Index). Keempat titik pengambilan suhu dan kelembaban adalah daerah dengan penutup lahan berupa: rumput, bangunan, naungan (pohon) serta perkerasan. Pemilihan di keempat penutupan lahan ini ditujukan untuk mendapatkan suhu tertinggi dan terendahnya. Pemilihan ini dimaksudkan untuk mengetahui suhu yang nantinya akan tercipta apabila penutupan lahan dibuat seperti empat jenis penutupan lahan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran iklim mikro di tapak, maka didapatkan hasil THI dari keempat jenis penutupan tersebut adalah sebagai berikut: jenis penutupan lahan berupa rumput dan bangunan memiliki kesamaan THI sebesar 31 serta jenis penutupan lahan berupa naungan (pohon) dan perekerasan masing-masing memiliki THI 27. Hasil pengukuran THI secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil pengukuran THI Jenis Penutupan Lahan Indikator Titik Rata-rata THI yang Diamati a b C Rumput Suhu ( C) ,3 31 Kelembaban (%) ,3 Bangunan Suhu ( C) Kelembaban (%) ,7 Naungan (Pohon) Suhu ( C) Kelembaban (%) ,7 Perkerasan di bawah naungan Suhu ( C) Kelembaban (%) ,3 Umumnya orang tropis merasa tidak nyaman berada pada THI > 27. Hasil pengukuran THI pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada 2 jenis penutupan lahan yakni rumput dan bangunan yang tidak ada penaung di atasnya tingkat kenyamannya adalah tidak nyaman. Sedangkan 2 jenis penutupan lahan lainnya yaitu perkerasan dan di bawah naungan menunjukkan THI yang nyaman. Jenis

22 57 penutupan lahan dengan perkerasan masih menunjukkan THI yang nyaman dikarenakan di Kebun Anggrek perkerasannya masih di bawah naungan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan naungan berpengaruh terhadap THI. Pengukuran suhu ini juga memperlihatkan bahwa suhu di sekitar Kebun Anggrek sesuai apabila diperuntukkan dalam mengembangkan komoditi anggrek. Suhu yang baik untuk pertumbuhan anggrek berkisar 15-35ºC. Tetapi kelembaban udara menjadi kendala di sini dikarenakan kelembaban udara yang dimiliki berkisar antara 43-55% sedangkan kelembaban udara optimal untuk pertumbuhan anggrek berkisar antara 65-70%. Hal ini dapat diatasi dengan membudidayakan anggrek di dalam rumah kaca yang suhu dan kelembabannya dapat direkayasa. Menurut Brown dan Gillespie (1995), untuk merekayasa kelembaban udara dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sebuah lanskap dari area sekitarnya dengan bangunan solid, penyediaan naungan penuh, dan sumber air Aspek Wisata Atraksi Wisata Menurut Gunn (1994), atraksi memiliki dua fungsi utama dalam wisata. Pertama, atraksi berfungsi menarik minat seseorang untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Kedua, atraksi berfungsi memberikan kepuasan kepada pengunjung. Hingga saat ini belum ada atraksi wisata yang dapat menarik pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Kebun Anggrek. Kegiatan pembibitan dan pembesaran yang saat ini terdapat di dalam Kebun Anggrek kurang menarik minat pengunjung. Hal ini dikarenakan pengunjung umumnya lebih tertarik dengan anggrek yang sudah berbunga sedangkan yang terdapat dalam Kebun Anggrek saat ini adalah anggrek yang belum berbunga. Kebun Anggrek memiliki dua potensi wisata yang dapat dikembangkan. Pertama, bunga anggrek berpotensi menjadi obyek dalam kawasan wisata Kebun Anggrek. Anggrek dengan spesies, bentuk, dan corak yang beragam yang dimilikinya berpotensi untuk menjadikannya obyek wisata. Kedua, budidaya anggrek dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata yang menarik minat pengunjung untuk datang. Aktivitas pembibitan anggrek yang saat ini sedang

23 58 berlangsung di dalam kebun berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik misalkan pengelola menampilkan pula anggrek yang sudah berbunga. Kegiatan budidaya anggrek yang saat ini hanya sebatas pembibitan dan pembesaran ditingkatkan aktivitasnya sampai tahap pembungaan. Iklim tapak yang tidak mendukung dalam pembungaan anggrek dapat diatur melalui perekayasaan suhu dan kelembaban yang sesuai untuk pembungaan anggrek di dalam rumah kaca. Daya tarik lainnya yang dapat meningkatkan minat pengunjung untuk datang ke Kebun Anggrek adalah pengadaan event-event yang kegiatannya masih berhubungan dengan anggrek. Event-event tersebut diselenggarakan secara reguler maupun isidental. Event-event yang dimaksud antara lain: 1. Workshop anggrek dimana kegiatan di dalamnya meliputi rangkaian wisata edukatif berupa pelatihan yang kegiatannya terdiri dari pengenalan anggrek secara teoritis, praktik langsung budidaya sampai merangkai bunga anggrek. Gambar 26 menunjukkan image reference mengenai kegiatan workshop anggrek. Pengenalan teoritis Praktik budidaya Merangkai bunga Gambar 26 Kegiatan workshop anggrek (Sumber: eventtransagro.files.wordpress.com dan 2. Festival anggrek yang diadakan secara reguler setiap 6 bulan sekali, dimana dalam festival tersebut terdapat berbagai acara seperti pameran anggrek yang menampilkan anggrek-anggrek langka atau khas yang sedang

24 59 berbunga dari daerah lain. Selain pameran, di dalam festival tersebut juga diadakan berbagai perlombaan yang berhubungan dengan anggrek. Adapun perlombaan yang dapat diadakan antara lain: a. Lomba menggambar dan mewarnai untuk anak-anak, dimana obyek lukisnya merupakan obyek-obyek dalam kebun anggrek. b. Lomba foto anggrek, dimana obyek fotonya adalah anggrek-anggrek yang berada dalam kebun. c. Lomba keindahan bunga anggrek (orchid contest), dimana pesertanya adalah para penghobi dan pengkoleksi anggrek. Koleksi anggrek para penghobi dilombakan untuk dinilai keindahannya. d. Lomba merangkai bunga anggrek. Referensi gambar untuk kegiatan perlombaan yang berhubungan dengan anggrek dapat dilihat pada gambar 27. Lomba menggambar dan mewarnai Lomba foto Orchid contest Lomba merangkai bunga Gambar 27 Aneka perlombaan dalam festival anggrek (Sumber: gedepangrango.org, 1.bp.blogspot.com, prasetya.ub.ac.id)

25 Fasilitas Penunjang Fasilitas yang tersedia di Kebun Anggrek terdiri dari dua buah rumah kaca dan satu rumah pengelola. Sekilas tampak tidak ada perbedaan antara rumah kaca dan rumah pengelola, karena ketiganya sama-sama memiliki bentuk bangunan yang hampir sama dan dicat dengan warna yang sama. Setelah dilihat lebih seksama, rumah kaca memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan ruang pengelola. Dua rumah kaca yang terletak berhadapan memiliki ukuran yang berbeda. Rumah kaca yang tepat berada di sisi barat rumah pengelola memiliki ukuran panjang 36,7 m dan lebar 9,85 m. Ukuran rumah kaca tersebut lebih besar dibanding rumah kaca yang berada tepat di depannya yang berukuran panjang 24,2 m dan lebar 9,85 m. Rumah pengelola sendiri memiliki ukuran panjang 16 m dan lebar 8,88 m. Di rumah pengelola pun tidak terlihat adanya aktivitas, karena selama ini hanya digunakan untuk menyimpan barang pengelola seperti sepeda motor dan alat-alat pembibitan. Kondisi fasilitas di Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 28. Rumah kaca Rumah pengelola Gambar 28 Fasilitas di Kebun Anggrek Pengelolaan a. Pengelola Pengelola Kebun Anggrek merupakan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan Kebun Anggrek. Adapun pihak-pihak terkait tersebut antara lain

26 61 Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) Taman Kyai Langgeng, Dinas Pertanian, serta Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang. Kebun Anggrek merupakan bagian dari Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) Taman Kyai Langgeng yang pengelolaannya di bawah Dinas Pertanian Kota Magelang. Bagian dari Dinas Pertanian yang membidangi Kebun Anggrek ini adalah seksi produksi. Seksi produksi ini bertanggung jawab terhadap keberadaan Kebun Anggrek dimana terdapat lima pegawai Dinas Pertanian yang ditugaskan dalam seksi ini. Selain lima pegawai dari Dinas Pertanian, Kebun Anggrek ini juga memiliki dua orang pegawai non-dinas Pertanian yang secara penuh bekerja di dalam Kebun Anggrek. Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang berperan selaku penyedia bibit anggrek dalam pengelolaan Kebun Anggrek saat ini. b. Kegiatan Kebun Anggrek merupakan tempat budidaya anggrek untuk kemudian dijual dalam keadaan berbunga. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada Kebun Anggrek terbagi menjadi dua yakni kegiatan budidaya anggrek serta kegiatan pemeliharaan fisik terhadap Kebun Anggrek dan sekitarnya. Kegiatankegiatan tersebut di lapangan dilakukan oleh kedua pegawai non-dinas Pertanian. Kedua Pegawai non-dinas Pertanian bekerja dari pukul setiap hari Senin-Jumat. Kedua pegawai tersebut memiliki tugas untuk mengadakan pemeliharan terhadap anggrek hingga anggrek yang sudah dibesarkan berumur 4 bulan dan siap untuk dikirim ke Kopeng untuk dibungakan. Selain itu kedua pegawai tersebut bertugas untuk melakukan pemeliharaan terhadap kebersihan sekitar rumah kaca. Kelima pegawai Dinas Pertanian melakukan pemantauan terhadap Kebun Anggrek setiap 3 kali seminggu. Setiap kunjungan dilakukan oleh 3 orang secara bergantian. Dalam kunjungan tersebut, pegawai yang sedang bertugas melakukan pengecekan mengenai perkembangan pembibitan anggrek yang sedang berlangsung serta pemantauan terhadap kebersihan dan keamanan Kebun Anggrek.

27 62 Bibit anggrek yang dibudidayakan di Kebun Anggrek berasal dari Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang. Bibit tersebut di dapatkan dari 4 kota yaitu Yogyakarta, Semarang, Malang, dan Jakarta. Selama 4 bulan, bibit tersebut mengalami pembesaran vegetatif di Kebun Anggrek. Setelah pembesaran vegetatif, anggrek dibawa ke Kopeng untuk pembesaran generatifnya selama 2 bulan. Kopeng adalah sebuah desa di Kecamatan Getasan, Semarang, Jawa Tengah. Desa ini memiliki iklim dataran tinggi yang sesuai untuk pembungaaan anggrek. Setelah berbunga, kemudian anggrek didistribusikan oleh pihak Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang ke Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta untuk dipasarkan. Hasil penjualan anggrek ini kemudian masuk ke dalam kas Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang. Saat ini Dinas Pertanian hanya bertindak sebagai fasilitator agar agribisnis berkembang di Kota Megalang sehingga tidak memperoleh keuntungan dari penjualan anggrek. Tetapi untuk rencana jangka panjang, Dinas Pertanian akan menarik uang sewa Pengunjung Pemantauan lapang di saat TKL padat pengunjung yaitu pada hari Sabtu dan Minggu tetapi tidak terlihat pengunjung TKL yang berkunjung ke Kebun Anggrek. Padahal areal TKL lainnya seperti wahana permainan ramai dikunjungi. Kebun Anggrek berpotensi untuk didatangi pengunjung karena berdasarkan data dari pengelola TKL, pengunjung TKL meningkat setiap tahunnya dengan jumlah kunjungan rata-rata per tahunnya sebanyak pengunjung. Dari ratarata kunjungan sebanyak itu, hampir tidak ada yang menyediakan waktunya untuk berkunjung ke Kebun Anggrek. Tidak adanya pengunjung ke Kebun Anggrek dikarenakan letaknya yang berada di bagian paling belakang TKL dimana bagian ini jarang dilintasi pengunjung karena letaknya yang jauh dari pintu gerbang utama. Di sisi belakang TKL tersebut, terdapat Bumi Perkemahan yang letaknya tepat di sisi kiri Kebun Anggrek. Bumi Perkemahan ini ramai ketika ada rombongan dari sekolah yang berkemah saja. Kemudian di sebelah selatan Kebun Anggrek terdapat Desa Buku yang jarang pengunjungnya juga.

28 63 Di dalam Kebun Anggrekpun belum ada obyek dan atraksi wisata yang menarik pengunjung untuk mendatanginya. Banyaknya pepohonan yang menutupi Kebun Anggrek menambah keberadaannya tidak terlihat. Selain itu, dalam peta wisata yang dibuat oleh pengelola TKL tidak dicantumkan Kebun Anggrek ini sebagai salah satu obyek wisata di dalamnya. Hal ini menyebabkan pengunjung tidak mengetahui keberadaan Kebun Anggrek tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner didapatkan kesimpulan bahwa umumnya pengunjung TKL berusia tahun. Golongan usia tahun ratarata merupakan pelajar dan pekerja. Wisata yang dapat dikembangkan lebih bersifat rekreasi. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, mereka cenderung membutuhkan sebuah kegiatan yang dapat memulihkan kesegaran jasmani mereka setelah penat beraktivitas di sekolah maupun di kantor. Usia anak-anak pun berpotensi untuk menjadi pengunjung Kebun Anggrek. Menurut Ernawulan (2003), usia anak-anak cenderung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu. Sehingga hal inilah yang menjadikan potensi Kebun Anggrek untuk dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata bertujuan edukasi. Untuk menggabungkan kedua tujuan yakni tujuan rekreasi dan edukasi, maka aktivitas di dalam Kebun Anggrek diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan nilai edukatif dan rekreatif bagi pengunjung Hasil Analisis Berdasarkan peta komposit (Gambar 29) hasil overlay aspek biofisik yang telah dianalisis, didapatkan area dengan 3 tingkat intensitas terhadap aktivitas wisata di Kebun Anggrek, yaitu: 1. Area dengan intensitas tinggi Area ini didominasi oleh kemiringan yang datar (1-5%) sehingga aktivitas dalam area ini tidak terbatas (intensif). Kemiringan yang datar ini memungkinkan pula untuk pendirian bangunan yang besar seperti rumah kaca, ruang informasi sebagai penunjang aktivitas wisata. Bibit anggrek yang dibudidayakan pada area ini memiliki nilai ekonomi sehingga

29 64 dipertahankan keberadaannya dengan memberikan fasilitas yang dapat meningkatkan produksi anggrek. 2. Area dengan intensitas sedang Area ini didominasi oleh kemiringan yang landai sampai bergelombang (5-15%) sehingga aktivitas yang dapat dilakukan di dalamnya terbatas dan cenderung pasif atau semi intensif. Untuk pendirian bangunan sebagai fasilitas penunjang wisatapun memiliki syarat yakni bangunan dibangun dengan memperhatikan arah kemiringan lahan atau ditempatkan sejajar dengan kontur. Hal ini merupakan upaya meminimalisasi perlakuan cut and fill pada tapak. Run-off lambat-sedang yang terdapat di area ini dapat dikendalikan dengan pembuatan sumur resapan atau kolam. Kolam ini nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu sumber air di Kebun Anggrek. Pohon jati yang dominan di area ini dipilih beberapa untuk dipertahankan keberadaannya untuk tempat tumbuh anggrek epifit. 3. Area dengan intensitas rendah Area ini didominasi oleh kemiringan curam (>15%) sehingga aktivitas yang diperkenankan di dalamnya sangat terbatas (non intensif). Pembangunan di area ini dilarang karena memiliki potensi erosi yang besar. Oleh karena itu, bentuk pengembangan untuk area ini berupa tindakan yang mengarah pada konservasi. Vegetasi yang telah ada dipertahankan untuk menunjang upaya konservasi tersebut.

30 65

31 Konsep Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan lanskap yang akan dikembangkan pada tapak adalah wisata Kebun Anggrek yang edukatif dan rekreatif. Aspek edukatif dimaksudkan bahwa Kebun Anggrek memberikan pembelajaran mengenai budidaya anggrek yang saat ini berlangsung di tapak dan pengenalan jenis-jenis anggrek bagi pengunjung. Aspek rekreatif bertujuan agar pengunjung mendapatkan penyegaran tubuh dan pikiran kembali setelah berkunjung ke Kebun Anggrek melalui keindahan koleksi anggrek yang tersaji di dalamnya serta kegiatan budidaya yang dapat menjadi sebuah terapi bagi pengunjung. Tujuan dari onsep ini adalah menjadikan kebun anggrek di TKL tidak hanya sebagai kebun pembibitan tetapi ditingkatkan fungsinya sebagai obyek wisata yang edukatif dan rekreatif sehingga Kebun Anggrek dapat menjadi alternatif tempat wisata dan rekreasi di dalam kawasan TKL. Pengembangan Kebun Anggrek sebagai obyek wisata harus mampu mengakomodasi kepentingan produksi dan pengunjung tanpa harus mengorbankan kepentingan ekologis. Sehingga dalam perencanaannya akan dikembangkan tiga fungsi yang dapat dilihat pada Gambar FUNGSI PRODUKSI FUNGSI WISATA 3. FUNGSI PENYANGGA 3 Gambar 30 Konsep dasar

32 67 Tiga fungsi yang akan dikembangkan meliputi fungsi produksi, wisata, dan penyangga. Penjelasan ketiga fungsi tersebut dijelaskan berikut ini: 1. Fungsi produksi, berkaitan dengan keberlanjutan produksi anggrek yang merupakan komoditas utama yang akan dikembangkan pada tapak. 2. Fungsi wisata, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisata pengunjung yang dituangkan dalam obyek dan atraksi wisata serta fasilitas penunjangnya yang diakomodasikan dalam tapak. 3. Fungsi penyangga, dikembangkan untuk menjaga kondisi sumber daya lahan dan air Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep ruang ini ditujukan untuk membagi tapak berdasarkan penjabaran fungsi-fungsi yang dimiliki Kebun Anggrek. Pembagian ruang berdasarkan tujuan pengembangan tapak yaitu menjadikan tapak sebagai obyek wisata yang produktif, edukatif dan rekreatif, serta tetap menjaga keberlanjutan sumber daya yang dimiliki maka terbentuklah ruang produksi, ruang wisata, dan ruang penyangga. Ruang wisata terbagi menjadi ruang pendukung wisata dan wisata utama. Pada ruang wisata utama dikembangkan kembali sub-sub ruang dimana setiap sub ruang tersebut akan menghadirkan taman anggrek dalam tema yang berbeda-beda. Sub-sub ruang tersebut antara lain sub ruang hutan anggrek, taman anggrek dalam paranet, taman anggrek gaya eropa, taman anggrek gaya jepang, dan taman anggrek gantung. Ruang hutan anggrek menampilkan suasana hutan yang merupakan habitat alami anggrek. Taman anggrek dalam paranet menampilkan suasana habitat buatan untuk anggrek. Taman anggrek gaya eropa menghadirkan taman anggrek dengan gaya khas taman eropa dengan menampilkan sclupture seperti yang banyak ditemui pada taman-taman eropa pada umumnya. Taman anggrek gaya jepang menghadirkan taman kering dengan elemen batuan banyak ditampilkan pada ruang ini. Taman anggrek gantung

33 68 memiliki kemiripan dengan hutan anggrek, hanya saja anggrek yang digantung di ruang ini adalah anggrek yang diletakkan dalam pot kemudian digantung. Konsep ruang secara spasial dapat dilihat pada Gambar a 2a 1 2b 2b 2b 3 3 2a RUANG PRODUKSI RUANG WISATA 2a. PENDUKUNG WISATA (Penerimaan dan Pelayanan) 2b. WISATA UTAMA Hutan Anggrek Taman Anggrek Paranet Taman Anggrek Gaya Eropa Taman Anggrek Gaya Jepang Taman Anggrek Gantung RUANG PENYANGGA Gambar 31 Konsep ruang Ruang produksi adalah ruang yang sudah ada pada tapak yang akan dipertahankan untuk aktivitas budidaya dan produksi anggrek. Pada ruang ini terdapat dua buah rumah kaca. Rumah kaca berukuran 24,2 m x 9,85 m tetap dipertahankan untuk kegiatan produksi dimana aktivitasnya di dalamnya tertutup untuk pengunjung sedangkan rumah kaca yang berukuran 36,7 m x 9,85 m terbuka untuk pengunjung sebagai salah satu daya tarik wisata dalam Kebun Anggrek. Ruang wisata adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas wisata yang sifatnya edukatif dan rekreatif. Ruang ini terdiri dari ruang wisata utama dan pendukung wisata. Ruang wisata utama adalah ruang yang menampilkan anggrek sebagai obyek wisata dalam bentuk rumah kaca, taman anggrek, dan hutan anggrek. Taman anggrek ditampilkan dengan tema yang berbeda yakni taman anggrek dalam paranet, taman anggrek gaya eropa, taman anggrek gaya jepang, dan taman anggrek gantung. Dengan adanya tema yang

34 69 berbeda pada masing-masing taman anggrek diharapkan aktivitas wisata pengunjung yang datang tidak berpusat pada satu ruang. Ruang pendukung wisata terdiri dari ruang penerimaan dan pelayanan wisata. Ruang penerimaan merupakan ruang yang pertama kali didatangi oleh pengunjung. Sebagi welcome area ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus sehingga menarik minat pengunjung. Ruang pelayanan wisata merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata seperti tempat informasi, ruang workshop, dan ruang display anggrek. Ruang pelayanan wisata mencakup pula tempat makan, musholla, dan toilet. Ruang penyangga adalah ruang untuk menjaga sumber daya lahan dari erosi tanah sekaligus melindungi tapak dari gangguan luar. Ruang ini merupakan area yang memiliki kemiringan >15% Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang direncanakan pada tapak berfungsi sebagai penghubung antar ruang dan dalam masing-masing ruang. Sirkulasi yang dikembangkan terbagi atas sirkulasi produksi dan sirkulasi wisata. Sirkulasi produksi merupakan jalur pengelolaan dan produksi anggrek baik berupa lintasan sarana produksi pertanian maupun untuk pengangkutan hasil, serta sirkulasi di dalam rumah kaca. Sirkulasi untuk sarana produksi pertanian direncanakan menyatu dengan jalur pejalan kaki di Kebun Anggrek. Hal ini untuk efisiensi luasan Kebun Anggrek. Sirkulasi wisata merupakan sirkulasi yang menghubungkan pengunjung dengan ruang-ruang wisata yang terbentuk. Pengembangan sirkulasi di dalam ruang wisata mengadopsi bentukan bunga anggrek yang diaplikasikan di tapak khususnya pada ruang wisata utama untuk memperkuat karakter anggrek pada tapak. Pengaplikasian bentukan bunga anggrek pada konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 32.

35 70 SIRKULASI PRODUKSI SIRKULASI WISATA Gambar 32 Konsep sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep vegetasi merupakan penjabaran vegetasi yang direncanakan digunakan pada tapak. Secara umum konsep vegetasi di tapak terbagi menjadi dua yaitu vegetasi utama dan pendukung. Vegetasi utama adalah anggrek yang menjadi obyek utama yang akan dikembangkan di tapak dimana dalam peletakannya mempertimbangkan habitasi dari masing-masing jenis anggrek yang digunakan yakni mulai dari anggrek yang ditanam di atas permukaan tanah (terestrial) sampai menempel di pohon (epifit). Konsep vegetasi pada ruang wisata utama disesuaikan dengan tema pada masing-masing sub ruang yang terbentuk. Pada sub ruang hutan anggrek menampilkan anggrek epifit yang ditempel di pohon. Sub ruang taman anggrek dalam paranet menampilkan anggrek epifit dan saprofit yang membutuhkan naungan penuh. Sub ruang taman anggrek gaya eropa menampilkan anggrek epifit yang ditanam di media tanam yang diletakkan di atas tanah. Sub ruang taman anggrek gaya jepang menampilkan anggrek litofit. Batu-batuan berlumut akan banyak dihadirkan pada taman gaya jepang ini. Selain sebagai elemen utama taman gaya jepang, batuan berlumut ini berfungsi sebagai menempelnya anggrek litofit yang habitasinya adalah batuan berlumut. Vegetasi pendukung adalah vegetasi yang mendukung keberadaan anggrek, menjaga kelestarian tapak,

36 71 maupun penambah estetis di tapak. Gambar 33 menunjukkan konsep peletakkan vegetasi. Tabel 4 menunjukkan konsep vegetasi secara lebih terperinci. 1. Anggrek untuk budidaya (epifit) 1 A B 3 2 E C 4 D 3 2. Anggrek untuk obyek interpretasi A. Epifit menempel di pohon B. Epifit digantung di pot C. Epifit dan saprofit D. Epifit E. Litofit 3. Anggrek pendukung keindahan ( terestrial dan litofit) 4. Vegetasi penyangga Gambar 33 Konsep vegetasi Tabel 4 Konsep vegetasi Konsep vegetasi Utama Pendukung Tujuan Golongan Habitasi Letak Budidaya dan ekonomi Obyek interpretasi Estetis Tempat tumbuh anggrek epifit Estetis Penyangga Anggrek spesies Epifit Ruang produksi (rumah kaca) Anggrek spesies Epifit menempel di Ruang wisata dan hybrid batang pohon,epifit utama menempel pada media, Anggrek spesies dan hybrid Pohon peneduh Tanaman hias (semak dan perdu) Vegetasi eksisting yang dipertahankan karena dinilai memiliki nilai ekologis bagi tapak. saprofit (serasah) Tanah dan batuan (litofit) Ruang pendukung wisata dan ruang produksi (sekitar rumah kaca) Ruang wisata utama Ruang wisata utama, ruang wisata pendukung, ruang produksi Ruang penyangga

37 Konsep Aktivitas Wisata Konsep aktivitas adalah penjabaran dari aktivitas yang direncanakan berdasarkan ruang yang telah terbentuk dari konsep ruang. Konsep aktivitas terbagi menjadi dua yaitu aktivitas produksi dan aktivitas wisata. Aktivitas wisata terbagi menjadi dua yaitu aktivitas wisata yang bersifat edukatif dan rekreatif. Secara lebih jelas konsep aktivitas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Konsep aktivitas wisata Ruang Sifat Deskripsi Aktivitas Jenis Aktivitas Produksi Produktif Aktivitas menghasilkan anggrek Budidaya anggrek dari pembibitan sampai pembungaan Wisata Utama Edukatif Aktivitas pembelajaran budidaya anggrek Rekreatif Aktivitas pengenalan jenis anggrek Menikmati keindahan bunga anggrek Praktik langsung budidaya untuk terapi Melihat langsung proses budidaya anggrek Orchid walk, forest orchid walk Photo hunting, dudukduduk, sightseeing, painting, pameran/ festival anggrek Horticulture therapy Pendukung Wisata Aktivitas yang mendukung kegiatan wisata Ticketing, belanja, makan, workshop, interpretasi anggrek melalui media/ fasilitas khusus Aktivitas wisata yang bersifat edukatif ditekankan pada kegiatan pembelajaran mengenai budidaya pengenalan jenis-jeins anggrek. Kegiatan ini menggunakan teknik interpretasi dalam menjalankannya. Teknik interpretasi yang direncanakan terbagi menjadi dua yaitu interpretasi langsung (attended service) dan tidak langsung (unattended service). Interpretasi langsung melibatkan langsung pengunjung dengan obyek interpretasi. Metode yang digunakan dalam teknik ini terdiri dari layanan personal (guided interpretation) dan pemanduan mandiri (self guided interpretation). Pada layanan personal, pengunjung disediakan pemandu atau interpreter. Interpreter akan memandu pengunjung secara langsung dalam berbagai aktivitas budidaya

38 73 anggrek mulai dari proses pembibitan sampai pembungaan serta menghasilkan karya seni dari anggrek berupa rangkaian bunga anggrek. Sedangkan pada pemanduan mandiri, pengunjung secara mandiri menggunakan media atau fasilitas khusus misal self guiding booklet untuk mengenal obyek interpretasi. Interpretasi tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Interpretasi disajikan dalam suatu program slide, video, film, rangkaian gambargambar dan sebagainya. Aktivitas ini dilaksanakan di ruang pelayanan wisata. Aktivitas wisata yang bersifat rekreatif adalah aktivitas menikmati keindahan koleksi anggrek. Kegiatannya dapat berupa photo hunting, belanja. sightseeing, painting, dan duduk-duduk. Aktivitas wisata yang direncanakan di Kebun Anggrek diperuntukkan untuk wisatawan lokal dan wisatawan nusantara tetapi tidak menutup kemungkinan dengan hadirnya wisatawan mancanegara. Secara umum aktivitas wisata di dalam Kebun Anggrek ditargetkan untuk semua golongan usia. Aktivitas wisata yang bersifat edukasi ditargetkan utamanya untuk segmen pengunjung usia pelajar yakni usia pelajar taman kanak-kanak sampai usia pelajar tingkat menegah atas Konsep Fasilitas Wisata Konsep fasilitas adalah penjabaran dari fasilitas-fasilitas yang akan disediakan untuk menunjang aktivitas yang telah direncanakan. Konsep fasilitas dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas produksi dan wisata. Fasilitas produksi eksisting yakni rumah kaca mengalami sedikit perubahan fungsi. Hal ini dikarenakan luasan sebesar 108,35 m² dari rumah kaca berukuran 36,7 m x 9,85 m akan dialihfungsikan menjadi ruang multimedia dan display anggrek. Sisa luasan dari rumah kaca akan tetap difungsikan untuk budidaya anggrek dimana kegiatan di dalamnya terbuka untuk pengunjung. Sedangkan rumah kaca berukuran 24,2 m x 9,85 m tetap dipertahankan untuk kegiatan produksi anggrek dan kegiatan di dalamnya tertutup bagi pengunjung. Konsep fasilitas dapat dilihat pada Tabel 6.

39 74 Tabel 6 Konsep fasilitas wisata Ruang Sifat Jenis Aktivitas Fasilitas Produksi Ekonomis Budidaya anggrek dari pembibitan sampai pembungaan Rumah kaca Pendukung Wisata Wisata Utama Edukatif Melihat dan mempraktekkan langsung proses budidaya anggrek Menelusuri dan mengobservasi koleksi anggrek di taman-taman tematik Rekreatif Photo hunting, dudukduduk, sightseeing Ticketing, belanja, makan, workshop, interpretasi anggrek melalui media/ fasilitas khusus Rumah kaca Paranet, jalur interpretasi, papan interpretasi Bangku taman, dek kayu, signage Loket tiket, pusat informasi, kios suvenir, kantin, multimedia room, program slide, video, film, rangkaian gambar 5.3. Sintesis Functional Diagram Hubungan antar ruang yang terbentuk berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat tersaji pada Gambar 34. Secara garis besar ruang terbagi menjadi 3 yaitu ruang produksi, ruang wisata (edukatif dan rekreatif), dan ruang penyangga. Peruntukkan ruang produksi dan wisata memperhatikan fungsi-fungsi ekologis sehingga menunjang terhadap keberadaan ruang konservasi. RUANG WISATA AKSES MASUK RUANG PENERIMAAN RUANG PELAYANAN RUANG PRODUKSI AKSES KELUAR RUANG PENYANGGA sirkulasi produksi sirkulasi wisata sirkulasi antar ruang Gambar 34 Diagram hubungan keterkaitan antar ruang

40 Blockplan Tiga area yang telah dihasilkan pada tahap analisis spasial menjadi pedoman dalam membagi ruang pada blockplan (Gambar 35). Menurut Gunn (1994), dalam merencanakan kawasan wisata, hal pokok yang harus diperhatikan bahwa wisata yang dibuat dapat memberikan kepuasaan bagi pengunjung, aktivitas wisata di dalam kawasan tidak merusak sumber daya tapak, serta dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi tapak. Oleh karena itu, dalam membagi ruang dari ketiga area yang telah dihasilkan pada tahap analisis spasial, maka peruntukkan ruang dibagi lagi dengan memperhatikan hasil analisis deskriptif aspek biofisik dan wisata yang telah dianalisa berdasarkan 3 hal pokok yang dikemukakan Gunn tersebut. Rencana blok (blockplan) akan ditentukan sebagai dasar dalam perencanaan lanskap obyek wisata kebun anggrek. Berikut alokasi masing-masing peruntukkan ruang beserta deskripsinya: 1. Ruang produksi adalah ruang yang secara biofisik aman dan cukup sesuai sampai sesuai untuk aktivitas wisata dengan intensitas sedang sampai tinggi. Ruang utama ini berada pada kemiringan lereng 1-5%. Ruang yang sesuai untuk aktivitas wisata (1-5%) dan memiliki intensitas aktivitas yang tinggi diperuntukkan untuk kegiatan budidaya anggrek. Ruang tersebut sudah ada pada tapak yang akan tetap dipertahankan untuk aktivitas budidaya dan produksi anggrek. Pada ruang ini terdapat rumah kaca dengan anggrek di dalamnya sebagai obyek wisata dan aktivitas budidaya yang menjadi atraksi wisata. 2. Ruang wisata adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas wisata tanpa ada kaitannya dengan produksi anggrek. Ruang ini berada pada kemiringan lereng 1-15% mencakup wisata edukatif dan rekreatif. Ruang wisata edukatif dan rekreatif sebenarnya saling berhubungan dan melengkapi. Obyek yang digunakan pada ruang tersebut adalah sama yakni anggrek tetapi tujuan kedua ruang tersebut berbeda. Anggrek pada ruang wisata edukatif digunakan sebagai obyek interpretasi, dimana untuk mengetahui morfologi dan fisiologis anggrek sebagai tujuan utamanya.

41 76 Sedangkan anggrek pada ruang wisata rekreatif dijadikan sebagai obyek keindahan yang dinikmati. Dalam ruang wisata termasuk pula ruang pendukung wisata yang terdiri dari ruang penerimaan dan pelayanan wisata. Ruang pendukung wisata ini memanfatkan tapak yang berkemiringan 1-5%. Ruang penerimaan merupakan ruang yang pertama kali didatangi oleh pengunjung. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus tapak sehingga menarik minat pengunjung. Ruang pelayanan wisata merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata seperti tempat informasi, tempat makan, tempat istirahat, musholla. Area pelayanan informasi mencakup ruang multimedia mengenai anggrek. 3. Ruang penyangga adalah ruang dengan intensitas penggunaan dan tingkat kesesuaian wisata yang rendah. Aktivitas yang dapat dilakukan pada ruang ini sangat terbatas. Area ini didominasi oleh kemiringan lereng >15% sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga sumber daya biofisik tapak. Tujuan pengembangan ruang ini adalah ke arah fungsi konservasi yaitu menjaga agar kondisi ekologis kawasan tetap terjaga keseimbangannya, tidak terjadi erosi tanah, dan menjaga kondisi air tanah tetap baik sehingga mencukupi kebutuhan air pada tapak.

42 77

43 Perencanaan Rencana Ruang Rencana ruang merupakan penjabaran lebih lanjut dari konsep ruang yang terbagi menjadi 5 ruang. 5 ruang tersebut meliputi 1) Ruang penerimaan, 2) Ruang pelayanan, 3) ruang wisata utama, 4) ruang produksi, 5) ruang penyangga. Persentase luasan pengembangan ruang dapat dilihat pada Tabel 7. Daya dukung Tabel 7 Rencana luas pengembangan ruang No. Ruang Luas yang Direncanakan (m²) Persentase (%) 1 Penerimaan 250 2,9 2 Pelayanan 603 7,2 3 Wisata utama ,6 4 Produksi 585,5 6,9 5 Penyangga ,4 Ruang penerimaan memiliki luas 250 m² (2,9% dari luas total keseluruhan). Ruang penerimaan ini merupakan ruang yang pertama kali di datangi oleh pengunjung. Sebagai welcome area ruang ini berfungsi memberikan identitas Kebun Anggrek dan pintu utama bagi pengunjung sehingga pengunjung mengetahui bahwa terdapat Kebun Anggrek di dalamnya dan menarik minat pengunjung untuk memasukinya. Ruang pelayanan memiliki luas 603 m² (7,2% dari luas total keseluruhan). Ruang pelayanan wisata ini merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata anggrek seperti ruang informasi. Ruang informasi adalah ruang yang direncanakan bagi pengunjung yang datang untuk mendapatkan informasi awal mengenai Kebun Anggrek. Ruang informasi ini memanfaatkan rumah pengelola yang selama ini tidak difungsikan. Ruang informasi ini pula dilengkapi pula kios suvenir, perpustakaan, musholla, dan toilet. Di ruang pelayanan ini juga terdapat ruang multimedia. Ruang multimedia ini memanfaatkan rumah kaca berukuran 36,7 m x 9,85 m dengan menggunakan luasan sebesar 11 m x 9,85 m untuk ruang ini. Ruang ini direncanakan untuk kegiatan workshop di dalamnya yang dapat menampung peserta sebanyak 10

44 79 orang. Ruang pelayanan ini juga terdapat kantin dengan luasan 9,85 m x 15 m dan dapat menampung 20 orang. Ruang wisata utama memiliki luas m² (44,6% dari luas total keseluruhan). Di dalamnya terdapat rumah kaca berukuran 36,7 m x 9,85 m dimana kegiatan budidaya di dalamnya terbuka untuk pengunjung. Di dalam ruang wisata anggrek ini pula menampilkan wisata anggrek dalam bentuk taman anggrek dan hutan anggrek. Ruang produksi memiliki luas 585 m² (6,9% dari luas total keseluruhan). Ruang ini berfungsi sebagai tempat budidaya anggrek dari proses pembibitan sampai pembungaan. Pada ruang ini terdapat dua buah rumah kaca. Rumah kaca berukuran 24,2 m x 9,85 m tetap dipertahankan untuk kegiatan produksi dimana aktivitas di dalamnya tertutup untuk pengunjung sedangkan rumah kaca yang berukuran 36,7 m x 9,85 m terbuka bagi pengunjung untuk wisata budidaya anggrek. Ruang penyangga memiliki luas m² (38,4% dari luas total keseluruhan). Ruang penyangga ini berfungsi melindungi Kebun Anggrek dari gangguan yang datangnya dari luar Kebun Anggrek sekaligus menjaga sumberdaya lahan dari erosi tanah. Daya dukung untuk masing-masing ruang yang dikunjungi oleh pengunjung tersaji pada Tabel 8. Perhitungan daya dukung ini menggunakan jam operasi Kebun Anggrek yakni dari pukul WIB. Tabel 8 Daya Dukung Wisata No. Lokasi Kapasitas / Satuan Waktu Banyaknya Rotasi Kapasitas/ Hari (orang) 1 R. Informasi 11/1 jam R. Multimedia 10/1 jam Kantin 20/1 jam Rumah Kaca 20/1 jam Jalur Hutan Anggrek 12/30 menit Jalur Taman Anggrek Gantung 11/30 menit Jalur Taman Anggrek Paranet 11/30 menit Jalur Taman Gaya Eropa 8/30 menit Jalur Taman Gaya Jepang 8/30 menit

45 Rencana Sirkulasi Sirkulasi yang direncanakan bertujuan untuk menghubungkan antar ruang yang terbentuk. Sehingga sirkulasi yang dikembangkan terbagi atas sirkulasi produksi dan sirkulasi wisata. Sirkulasi produksi merupakan jalur pengelolaan dan produksi anggrek baik berupa lintasan alat-alat pertanian maupun untuk pengangkutan hasil. Sirkulasi untuk alat-alat pertanian direncanakan menyatu dengan jalur pejalan kaki di Kebun Anggrek. Hal ini untuk efisiensi luasan Kebun Anggrek. Lebar jalan yang direncanakan untuk sirkulasi produksi sebesar 4 m. Jalan ini dapat dilalui oleh mobil pengelola untuk mengangkut hasil anggrek yang akan didistribusikan ke pasar. Sedangkan lebar jalan untuk sirkulasi produksi di sekitar rumah kaca direncanakan sebesar 1,7 m. Jalur sirkulasi produksi ini akan ditutupi oleh material perkerasan dari semen dengan motif anggrek sebagai unsur dekoratifnya. Sirkulasi wisata merupakan sirkulasi yang menghubungkan pengunjung dengan ruang-ruang wisata yang terbentuk. Sikulasi ini mencakup sirkulasi di dalam rumah kaca untuk wisata budidaya, sirkulasi di dalam paranet untuk interpretasi, serta sikulasi di luar bangunan yang digunakan untuk mengakses atraksi-atraksi wisata dalam Kebun Anggrek. Sirkulasi wisata direncanakan memiliki lebar 1-2 m. Material penutupnya berupa perkerasan berupa semen dan batu-batuan kecil Rencana Vegetasi Di dalam rencana vegetasi ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang contoh vegetasi yang akan digunakan di tapak sesuai dengan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya yakni vegetasi utama dan pendukung. Vegetasi utama yang direncanakan di tapak adalah anggrek. Peletakkan anggrek ini mempertimbangkan habitasi anggrek yakni dari anggrek yang ditanam di atas tanah sampai yang menempel di pohon (Gambar 36). Anggrek yang dikembangkan terbagi menjadi tiga tujuan. Pertama, anggrek untuk tujuan budidaya dan ekonomi. Anggrek dengan tujuan ini dimaksudkan untuk dibudidayakan sampai tahap pembungaan sehingga hasil dari penjualan

46 81 bunga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Kebun Anggrek. Anggrek yang dikembangkan adalah Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) yang ditanam pada pot. Adapun alasan pemilihan Anggrek Bulan sebagai komoditas budidaya dikarena saat ini spesies tersebut sedang dikembangkan di tapak dan berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola, Anggrek Bulan merupakan icon Kota Magelang sehingga diharapkan dengan pembudidayaan Anggrek Bulan ini, Kebun Anggrek ini dapat menjadi salah satu icon wisata Kota Magelang. Di atas tanah Di atas sabut kelapa Menempel di batu Menempel di pohon Gambar 36 Beberapa habitasi anggrek (Sumber: Dokumentasi Vera DD.) Anggrek dengan tujuan kedua yang dikembangkan di tapak adalah anggrek yang dimaksudkan sebagai obyek interpretasi. Anggrek dengan tujuan ini direncanakan ditempatkan pada ruang wisata yaitu untuk obyek interpretasi di taman anggrek (paranet) dan hutan anggrek. Anggrek sebagai obyek interpretasi dipilih anggrek hybrid dan anggrek spesies. Alasan pemilihan anggrek hybrid ini dikarenakan mudah berbunga dibanding anggrek spesies. Dengan keberadaan anggrek hybrid ini, di tapak akan menampilkan anggrek berbunga setiap waktu. Display bunga di taman anggrek dapat diganti-ganti bunganya secara periodik misal 2-4 kali dalam setahun. Pergantian bunga anggrek secara periodik ini membuat suasana kebun menjadi dinamis dan tidak monoton sehingga pengunjung dapat datang lebih dari 1 kali setahun dengan sajian display anggrek yang berbeda setiap berkunjung. Sedangkan anggrek yang ditampilkan pada hutan

47 82 anggrek adalah anggrek epifit yang menempel di batang pohon. Adapun anggrek epifit yang digunakan adalah Dendrobium biggibum yang rajin berbunga. Anggrek dengan tujuan ketiga yang dikembangkan yaitu untuk pendukung keindahan tapak. Anggrek dengan tujuan ini hanya sebagai elemen estetis kebun dan bukan sebagai obyek interpretasi. Anggrek yang dipilih adalah anggrek spesies dan hybrid yang rajin berbunga. Beberapa dipilih anggrek yang tahan panas karena akan ditempatkan pada area-area yang minim naungan seperti sekitar area pelayanan. Rencana vegetasi dapat dilihat pada Tabel 9. Vegetasi pendukung merupakan vegetasi yang keberadaannya dimaksudkan untuk mendukung kehidupan anggrek, penambah keindahan, dan penyangga Kebun Anggrek. Vegetasi yang dimaksud dapat bermanfaat dalam kehidupan anggrek seperti sebagai tempat menempel anggrek epifit. Vegetasi sebagai habitat anggrek epifit menggunakan Pohon Jati yang dipertahankan di tapak. Untuk menempelkan anggrek pada batang Pohon Jati yang licin maka sebelumnya batang pohon ditempeli media yang bisa menahan air sehingga anggrek epifit dapat melekat dengan baik. Adapun media tanam yang digunakan dapat berupa pakis maupun sabut kelapa (Gambar 37). Dengan pakis Dengan sabut kelapa Gambar 37 Media tanam pada batang pohon yang licin (Sumber: Iswanto, 2002) Vegetasi pendukung sebagai penambah nilai estetik dipilih semak dan perdu yang dipadu dengan anggrek secara harmonis. Rencana vegetasi pendukung tersaji pada Tabel 10. Beberapa image groundcover, semak dan perdu yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 38.

48 83 Tabel 9 Rencana vegetasi utama Tujuan Letak Golongan Genus Image Reference Spesies Budidaya dan ekonomi Ruang produksi (rumah kaca) Anggrek spesies Anggrek bulan Obyek interpretasi Ruang wisata utama (hutan) Anggrek spesies Dendrobium Phalaenopsis amabilis Ruang wisata utama (paranet) Anggrek spesies Phalaenopsis Oncidium Dendrobium Cattleya Dendrobium bigibbum Anggrek hybrid Doritaenopsis Aranda Brassolaeliocattleya Oncidium lanceanum Estetis Ruang pendukung wisata dan ruang produksi (sekitar rumah kaca) Anggrek spesies Anggrek hybrid Vanda Renanthera Mokara Ascocenda Brassolaeliocattleya Renanthera storiei Sumber Tabel 10 Gambar: Rencana vegetasi pendukung flickr.com Mokara red

49 84 Golongan Nama Spesies Latin Lokal Groundcover Aglaonema sp. Sri rezeki Asparagus sp. Ekor tupai Asplenium nidus Paku sarang burung Bromelia sp. Bromelia Caladium sp. Keladi hias Calathea sp. Maranta Carex morrowoii Kucai Chlorophytum sp. Lili paris Nephrolepis sp. Paku jejer Palisota barteri Palisota Phylodendron sp. Daun pilo Zephyranthes sp. Bawang brojol Semak Anthurium crystallinum Kuping gajah Canna sp. Bunga tasbih Costus sp. Pacing Dieffenbachia sp. Daun bahagia Cycas revoluta Sikas Nicolaia sp. Honje Perdu Heliconia sp. Pisang hias Pandanus amaryllifolia Pandan wangi Dracaena sp. Drasena Pachystachys lutea Lolipop Aglaonema sp. Bromelia sp. Pachystachys lutea Cycas revoluta Heliconia sp. Canna sp. Gambar 38 Beberapa tanaman groudcover, semak, dan perdu yang direncanakan (Sumber: Lestari dan Kencana, 2008)

50 85 Vegetasi penyangga merupakan vegetasi yang membatasi sekaligus mengamankan tapak dari gangguan alam maupun manusia dari luar tapak. Vegetasi penyangga berfung si untuk mencegah erosi khususnya pada lahan yang curam dan rawan terhadap erosi, selain itu juga dapat menjaga ketersediaan air tanah sekaligus mempertahankan kondisi ekologis lingkungan. Vegetasi penyangga yang digunakan adalah pohon jati dan bambu yang merupakan vegetasi eksisting yang dipertahankan keberadaannya Rencana Aktivitas Wisata Rencana aktivitas wisata merupakan aktivitas-aktivitas yang direncanakan untuk mengisi kegiatan di dalam ruang yang telah terbentuk. Di dalam ruang wisata dikembangkan aktivitas wisata yang bersifat edukasi dan rekreatif. Aktivitas wisata edukatif dimaksudkan bagi pengunjung untuk mempelajari proses budidaya yang saat ini berlangsung di tapak dari pembibitan sampai pembungaan secara langsung serta mengenalkan pengunjung terhadap berbagai jenis anggrek sesuai dengan habitatnya. Aktivitas wisata rekreatif dimaksudkan untuk pengunjung agar mendapat penyegaran tubuh dan pikiran melalui keindahan koleksi anggrek yang tersaji serta dapat menjadi terapi melalui praktek langsung budidaya (terapi hortikultura). Aktivitas tersebut agar dapat terlaksana dengan baik perlu didukung dengan fasilitas. Rencana fasilitas merupakan rencana pengadaan fasilitas-fasilitas untuk memfasilitasi aktivitas yang telah direncanakan. Untuk lebih jelasnya, rencana aktivitas dan alokasi fasilitas dapat dilihat pada Tabel 11. Untuk dapat menikmati aktivitas wisata di dalam Kebun Anggrek, pengunjung dikenakan terlebih dahulu tiket masuk. Bagi pengunjung yang mengikuti paket wisata dikenai biaya tambahan untuk workhsop, interpreter, dan snack peserta. Interpreter ini akan membawa pengunjung berkeliling Kebun Anggrek, mengarahkan dan menjelaskan pengunjung pada setiap obyek di dalam ruang wisata dan sub ruangnya yang terbentuk.

51 86 Tabel 11 Rencana aktivitas wisata Ruang Sub Ruang Aktivitas Fasilitas Pendukung wisata Penerimaan Ticketing Loket tiket, papan nama Kebun Anggrek Memperoleh informasi letak obyek Peta wisata dan fasilitas Kebun Anggrek Pelayanan Memperoleh informasi awal mengenai obyek-obyek dalam Kebun Anggrek Visitor Information Center (didalamnya dilengkapi dengan Wisata utama Wisata Budidaya Wisata Taman Anggrek Wisata Hutan Anggrek Wisata taman anggrek dan hutan anggrek Memperoleh informasi seputar anggrek melalui media khusus, Workshop Makan dan duduk-duduk Mempelajari dan mempraktikkan langsung pembibitan-pembungaan Menelusuri dan mengobservasi anggrek di taman-taman tematik (taman gantung, paranet, taman eropa, dan taman jepang) Menelusuri dan mengobservasi anggrek di hutan anggrek Duduk-duduk Sightseeing musholla dan toilet) Ruang multimedia Kantin, tempat sampah Rumah kaca Paranet, Papan interpretasi, signage paranet, signage anggrek, tempat sampah Papan interpretasi, signage orchid forest, signage anggrek, tempat sampah Bangku taman Dek kayu Produksi Produksi Pembibitan-pembungaan Rumah kaca Aktivitas wisata yang direncanakan sepenuhnya akan dikelola oleh Dinas Pertanian Kota Magelang. Pengelolaan berupa pemasukan tiket masuk, interpreter, pemeliharaan fisik ditangani langsung oleh Dinas Pertanian. Dinas Pertanian dapat melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam menunjang keberlangsungan aktivitas wisata di dalam Kebun Anggrek. Untuk aktivitas budidaya, pengelola dapat melanjutkan kerjasamanya dengan Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang sebagai penyedia bibit anggrek dan pendistribusian anggrek berbunga di luar kawasan TKL. Melalui Asosiasi Tanaman Hias ini juga dapat melakukan kerjasama dalam hal penyediaan tenaga pelatih dalam workshop anggrek. Untuk kegiatan workshop ini diperlukan kerjasama pula dengan pihak penyedia jasa katering untuk penyediaan konsumsi selama pelatihan berlangsung. Untuk pengelolaan kantin di dalam Kebun Anggrek, pengelola dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar TKL untuk mengisi makanan di dalam kantin.

52 Rencana Fasilitas Wisata Fasilitas yang direncanakan disesuaikan dengan kebutuhan tiap ruang berdasarkan aktivitas di dalamnya yang secara garis besar terbagi menjadi aktivitas produksi dan wisata. Sehingga fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas-fasilitas untuk menunjang aktivitas produksi seperti rumah kaca dan aktivitas penunjang wisata seperti ruang informasi, rumah anggrek, papan interpretasi, bangku taman, dan lain-lain. Fasilitas yang direncanakan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rencana fasilitas wisata Ruang Fasilitas Ukuran Satuan Jumlah Penerimaan Papan nama Kebun Anggrek 2 x 1 m 1 Loket tiket 3 x 2 m 1 Peta wisata Kebun Anggrek 1 x 0,5 m 4 Pelayanan Papan nama Ruang informasi 1 x 0,5 m 1 Ruang informasi (VIP) dan suvenir 15 x 9 m 1 Payung Tenda d = 2 m 5 Ruang multimedia 11 x 9,85 m 1 Wisata anggrek Rumah Anggrek (paranet) 205,64 m² 2 Papan interpretasi anggrek 1 x 0,5 m 42 Bangku taman 1,5 x 0,5 m 7 Dek kayu 7,5 x 3 m 1 Rumah kaca berfungsi untuk tempat budidaya anggrek. Rumah kaca yang direncanakan merupakan rumah kaca yang sudah ada sebelumnya. Di dalamnya direncanakan aktivitas untuk budidaya anggrek dari pembibitan sampai pembungaan sehingga akan disekat untuk memisahkan dua kegiatan tersebut. Sepertiga bagian dari rumah kaca akan digunakan untuk pembungaan dimana suhu di dalamnya diatur sesuai dengan suhu yang dibutuhkan untuk pembungan anggrek. Untuk mengatur suhu ruang pembungan ini, ruangan dibuat tertutup tanpa ventilasi dan ditambahkan AC (air conditioner) di dalamnya. Ruang multimedia berfungsi sebagai ruang untuk menayangkan informasi segala hal mengenai anggrek dengan menggunakan media khusus dilengkapi oleh wide screen, infocus, dan audio/sound system. Ruang multimedia ini memanfaatkan 30% luasan rumah kaca yang berukuran 36,7 m x 9,85 m. Ruang

53 88 ini juga difungsikan untuk kegiatan workshop dan display anggrek. Anggrek yang didisplay di ruang ini dapat dibeli oleh pengunjung. Gambar referensi display anggrek dalam ruang yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 39. Visitor Information Centre (VIP) berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh informasi umum seputar anggrek. VIP ini juga difungsikan sebagai kantor pengelola atau administrasi. Ruang ini menggunakan rumah pengelola yang selama ini tidak digunakan. Di dalamnya akan dilengkapi fasilitas seperti display suvenir, perpustakaan, musholla, dan toilet. Papan interpretasi berfungsi untuk media interpretasi pengunjung untuk mengenal anggrek yang tersebar di tapak. Papan interpretasi ini akan diletakkan di setiap terdapat anggrek kecuali anggrek dalam rumah kaca. Di dalam papan interpretasi memuat informasi mengenai nama botani dan lokal spesies serta keterangan tambahan lainnya dari anggrek terkait. Gambar 39 menunjukkan image reference papan interpretasi. Gambar 39 Beberapa contoh papan interpretasi Siteplan Siteplan merupakan produk akhir dari studi perencanaan ini. Siteplan ini merupakan penggabungan dari rencana ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan

54 89 fasilitas yang telah dibuat sebelumnya. Hasil dari siteplan ini berupa gambar grafis (Gambar 40) dilengkapi gambar detail plan (Gambar 41), gambar potongan (42) serta ilustrasi arahan desain (Gambar 43) Arahan Desain Arahan desain bertujuan untuk memperkuat karakter tapak sebagai kebun anggrek, oleh karena itu arahan desain yang dianjurkan adalah mengikuti karakter fisik bunga anggrek dari bentuk bunga dan warna bunga. Aplikasi desain ini digunakan untuk pola sirkulasi di ruang wisata yang mengadopsi bentuk bunga anggrek serta untuk elemen keras (hardscape) di tapak. Arahan desain untuk elemen keras ditunjukkan untuk pola perkerasan, relief dinding, signage, dan papan interpretasi. Pola perkerasan mengadopsi bentukan bunga anggrek. Warna ungu pada bunga anggrek yang sering dijumpai, diaplikasikan pada warna signage, dinding bangunan, dan bangku taman.

55 90

56 91

57 92

58 93

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan-

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Wisata Pengertian Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Wisata Pengertian Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap terdiri dari lanskap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata

BAB III METODE PENELITIAN. Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wana Wisata Kawah Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata Kawah Putih

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH

PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH i PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH KASLIYANTI ISLAMIAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP SEMPADAN SUNGAI CILIWUNG

PERENCANAAN LANSKAP SEMPADAN SUNGAI CILIWUNG 40 PERENCANAAN LANSKAP SEMPADAN SUNGAI CILIWUNG Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap sempadan Sungai Ciliwung yaitu untuk meningkatkan kualitas lingkungan alami dengan memperbaiki dan mengembalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 55 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Ekologis Kawasan Gambut Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Lanskap Menurut Marsh (2005) perencanaan lanskap perkotaan merupakan cakupan besar yang fokus terhadap seluruh area metropolitan. Kebanyakan aktivitas dalam merencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat pembudidayaan dan wisata penangkaran buaya dirancang berangkat dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama BAB IV ANALISIS 4. Analisis Kegiatan 4.. Kegiatan Utama Kegiatan ini antara lain berupa penyelenggaraan pameran, penerangan dan peragaan. a. Jenis pameran museum ini dapat dibagi: ) Berdasarkan gerak,

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP TAHAPAN KEGIATAN ARL ARL 200 Departemen Arsitektur Lanskap PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI /LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP PERANCANGAN/DESAIN TAPAK/LANSKAP Proses memahami kualitas &

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan desain dalam Perancangan Kembali Kawasan Wisata Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember Jawa Timur berdasarkan analisis perancangan.

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL Kabupaten Bantul adalah kabupaten yang terletak di bagian Selatan Barat daya Provinsi D.I. Yogyakarta. Kawasan ini terletak antara 07 44 04 08 00

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci