PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 i PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH KASLIYANTI ISLAMIAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini Bogor, Maret 2012 KASLIYANTI ISLAMIAH A

3 Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek Di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah (Landscape Planning for Orchid Garden Tourism Object in Kyai Langgeng Park Magelang City Central Java Province) Kasliyanti Islamiah 1, Vera Dian Damayanti 2, Dewi Rezalini Anwar 2 1 Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Abstract Kyai Langgeng Park located in Magelang City, is one of prime tourist destinations in Central Java Province. Current utilizations of Kyai Langgeng Park which occupies an area 27,05 ha are for arboretum, theme park, and orchid garden. The orchid garden is going to be developed as a tourism object. The existing condition of this 8.459,5 m 2 orchid garden is orchid nursery with green houses, lodging house, wooden vegetation, and footpath. The objective of this study is to provide landscape plan for the orchid garden to become tourism object by considering its physical and tourism aspect. Method to be applied in this landscape planning study is descriptive and spatial analysis by following planning process of Gold (1980). The process consisted of preparation, inventory, analysis, synthesis, concept, and planning. Based on spatial analysis of the biophysical aspects results three areas with the potential for tourism development in the orchid garden. The three areas consist of areas with high intensity, medium, and low for tourism development. This basic concept of the tourism planning is educative and recreative tourism of orchid garden. The basic concept is developed into spatial plan, circulation plan, vegetation plan, tourism activities and facilities plan. The output of this study is siteplan. Keywords : Landscape Planning, Orchid Garden, Tourism Object

4 iii RINGKASAN KASLIYANTI ISLAMIAH. A Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah. Dibimbing oleh VERA DIAN DAMAYANTI dan DEWI REZALINI ANWAR. Beberapa daerah di Jawa Tengah menyimpan potensi wisata yang tinggi, salah satunya yaitu Taman Kyai Langgeng (TKL) di Kota Magelang. Saat ini pemanfaatan Taman Kyai Langgeng sebagai kebun koleksi tanaman langka, taman tematik, dan kebun anggrek. Kebun Anggrek inilah yang saat ini sedang dikembangkan oleh pengelola sebagai obyek wisata. Sebagai salah satu obyek wisata yang akan dikembangkan oleh pengelola TKL, banyak hal yang masih harus ditata di Kebun Anggrek ini jika akan dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Oleh karena itu, studi perencanaan lanskap ini perlu dilakukan dengan harapan hasil studi dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menata lanskap Kebun Anggrek sebagai obyek wisata dengan komoditas anggrek sebagai daya tarik utamanya. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode survei dan analisis. Metode survei berupa pengamatan, dokumentasi, pengukuran, dan wawancara untuk mendapatkan data biofisik tapak dan data wisata. Metode analisis dilakukan secara deskriptif dan spasial. Pendekatan perencanaan yang digunakan berdasarkan sumber daya tapak dan aktivitas wisata. Adapun studi ini mengikuti tahapan perencanaan modifikasi Gold (1980) yang terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, konsep, sintesis, dan perencanaan. Analisis spasial dilakukan terhadap aspek biofisik kemiringan tapak dan vegetasi. Dari hasil analisis keduanya didapatkan hasil analisis berupa tiga area dengan tingkat potensinya terhadap pengembangan wisata di Kebun Anggrek. Tiga area tersebut terdiri dari area dengan intensitas tinggi, sedang, dan rendah untuk aktivitas wisata. Konsep dasar perencanaan lanskap yang akan dikembangkan pada tapak adalah wisata Kebun Anggrek yang edukatif dan rekreatif. Aspek edukatif dimaksudkan bahwa Kebun Anggrek memberikan pembelajaran mengenai

5 iv budidaya dan pengenalan jenis-jenis anggrek bagi pengunjung. Aspek rekreatif bertujuan agar pengunjung mendapatkan penyegaran tubuh dan pikiran kembali setelah berkunjung ke Kebun Anggrek melalui keindahan koleksi anggrek yang tersaji di dalamnya dan kegiatan budidaya yang dapat menjadi terapi bagi pengunjung. Konsep dan tiga potensi area hasil analisis dikembangkan sehingga menghasilkan rencana lanskap wisata kebun anggrek. Hasil akhir dari studi ini adalah rencana lanskap wisata kebun anggrek ini terdiri dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas, dan rencana fasilitas. Berdasarkan rencana ruang, Kebun Anggrek memiliki luas 8.459,5 m² yang terbagi menjadi lima ruang yaitu: (1) ruang penerimaan dengan luas 250 m² atau 2,9 % dari luas keseluruhan, (2) ruang pelayanan dengan luas 603 m² atau 7,2 % dari luas keseluruhan, (3) ruang wisata utama dengan luas m² atau 44,6 % dari luas keseluruhan, (4) ruang produksi dengan luas 585,5 m² atau 6,9 % dari luas keseluruahan, dan (5) ruang penyangga dengan luas atau 38,4 % dari luas keseluruhan. Ruang wisata utama dibagi menjadi ruang wisata budidaya anggrek, ruang wisata hutan anggrek, ruang wisata anggrek gantung, ruang wisata anggrek dalam paranet, serta ruang wisata taman anggrek dalam tema eropa dan jepang. Rencana sirkulasi terdiri dari sirkulasi produksi dan wisata. Rencana vegetasi terbagi menjadi vegetasi utama yakni anggrek serta vegetasi pendukung yakni vegetasi yang mendukung keberadaan anggrek, menambah estetik tapak, dan menjaga keberlanjutan tapak. Rencana aktivitas terbagi menjadi aktivitas produksi dan wisata. Serta rencana fasilitas yang terdiri dari fasilitas produksi dan wisata.

6 v Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 vi PERENCANAAN LANSKAP OBYEK WISATA KEBUN ANGGREK DI TAMAN KYAI LANGGENG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH KASLIYANTI ISLAMIAH A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

8 vii LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP Program Studi : Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah : Kasliyanti Islamiah : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Vera Dian Damayanti, SP, MLA. Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des. NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus:

9 viii KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Studi berjudul Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dengan Mayor Arsitektur Lanskap dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Vera Dian Damayanti, SP, MLA dan Ibu Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, M.Si. atas kesediannya menjadi dosen penguji. 3. Dinas Pertanian Kota Magelang, atas seluruh data dan informasi yang telah diberikan kepada penulis. 4. Keluarga Bapak Widodo di Magelang, atas bantuan akomodasinya selama penulis melakukan pengumpulan data dan observasi di lapang. 5. Pengelola Taman Kyai Langgeng, atas izinnya kepada penulis untuk melakukan survei di Kebun Anggrek. 6. Ibu, Bapak, Mbak Esly, Mas Albar, Mas Syarif, Icha, Tante Neni atas semangat dan doanya. 7. Teman-teman ARL 44, atas dukungan dan semangat yang diberikan. 8. Teman-teman Kos Jamilah, atas perhatian yang diberikan. 9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis mengharapakan studi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, 2012 Penulis

10 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Maret Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Achmad Surjanto dan Liliek Heriyetty. Penulis memulai jenjang pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Barurambat Kota 1 pada Tahun Kemudian pada Tahun 2001 melanjutkan jenjang pendidikannya di SLTPN 1 Kota Banyuwangi. Tiga tahun kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan menengah atas di SMAN 1 Glagah Banyuwangi. Pada tahun 2007 setelah lulus dari SMA, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah menyelesaikan tahap Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di tahun pertama, penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap.

11 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir Studi... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Wisata Pengertian Wisata Supply dan Demand Wisata Supply Wisata Demand Wisata Obyek dan Atraksi Wisata Perencanaan Lanskap Anggrek Penggolongan Anggrek Syarat Tumbuh Anggrek...14 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Batasan Studi Alat dan Bahan Studi Metode Studi...16 IV. KONDISI UMUM 4.1. Kota Magelang Geografis dan Administratif Topografi dan Fisiografi Geologi Iklim Hidrologi Taman Kyai Langgeng Lokasi dan Aksesibilitas Sejarah Aspek Wisata Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang Wisata Pengunjung...34

12 x V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Data dan Analisis Kondisi Awal Kebun Anggrek Aspek Biofisik Topografi dan Kemiringan Tapak Vegetasi Aksesibilitas dan Sirkulasi Hidrologi Kualitas Visual Tanah Iklim Mikro Aspek Wisata Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang Pengelolaan Pengunjung Hasil Analisis Konsep Konsep Dasar Perencanaan Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep Aktivitas Wisata Konsep Fasilitas Wisata Sintesis Functional Diagram Blockplan Perencanaan Rencana Ruang Rencana Sirkulasi Rencana Vegetasi Rencana Aktivitas Wisata Rencana Fasilitas Wisata Siteplan Arahan Desain...89 VI. SIMPULAN DAN SARAN...94 DAFTAR PUSTAKA...96 LAMPIRAN...98

13 xi DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis dan bentuk data Parameter, kriteria, dan skoring analisis Hasil pengukuran THI Konsep vegetasi Konsep aktivitas wisata Konsep fasilitas wisata Rencana luas pengembangan ruang Daya dukung wisata Rencana vegetasi utama Rencana vegetasi pendukung Rencana aktivitas wisata Rencana fasilitas wisata...87

14 xii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pikir studi Peta lokasi studi Diagram tahapan perencanaan lanskap (Modifikasi Gold, 1980) Peta administrasi Kota Magelang Peta lokasi Taman Kyai Langgeng Peta aksesibilitas ke Taman Kyai Langgeng Beberapa obyek dan atraksi wisata TKL Beberapa fasilitas penunjang wisata TKL Grafik jumlah kunjungan TKL Tahun Beberapa spot pemandangan di dalam TKL Peta batas Kebun Anggrek Peta eksisting Peta topografi Peta kemiringan Tapak Peta kesesuaian aktivitas wisata Vegetasi eksisting di Kebun Anggrek Peta vegetasi Peta analisis vegetasi Kondisi jalan akses menuju Kebun Anggrek Kondisi jalan sirkulasi di dalam Kebun Anggrek Peta aksesibilitas dan sirkulasi Diagram alir sistem pengairan di Kebun Anggrek Kondisi hidrologi di Kebun Anggrek dan sekitarnya Peta drainase Peta visual Kegiatan workshop anggrek Aneka perlombaan dalam festival anggrek Fasilitas di Kebun Anggrek Peta komposit....65

15 xiii 30 Konsep dasar Konsep ruang Konsep sirkulasi Konsep vegetasi Diagram hubungan keterkaitan antar ruang Peta rencana blok Beberapa habitasi anggrek Media tanam pada batang pohon yang licin Beberapa tanaman groundcover, semak, dan perdu yang direncanakan Beberapa contoh papan interpretasi Siteplan Detail plan paranet Potongan Ilustrasi...93

16 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wisata merupakan penghasil devisa non-migas yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia. Wisata berorientasi alam oleh pemerintah telah diakui sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas (Pamulardi, 2006). Sebanyak 52,24% jenis wisata di Indonesia menggunakan sumber daya alam sebagai dasar asetnya. Di Indonesia motivasi terbesar kunjungan wisata yang dilakukan wisatawan asing maupun domestik adalah karena sumber daya alam (Amdani, 2008). Hal ini menandakan bahwa potensi alam memiliki daya tarik kuat untuk wisatawan berkunjung. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika saat ini berbagai daerah di Indonesia mengembangkan potensi alam daerahnya untuk kepentingan wisata. Beberapa daerah di Jawa Tengah menyimpan potensi wisata yang tinggi, salah satunya yaitu Taman Kyai Langgeng (TKL) di Kota Magelang. TKL merupakan aset Jawa Tengah karena menjadi salah satu tujuan wisata andalan Jawa Tengah selain Taman Wisata Budaya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang dan Obyek Wisata Air Owabong Bojongsari di Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan data statistik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah tahun 2008, TKL menempati urutan ketiga sebagai daerah tujuan wisata paling banyak dikunjungi di Jawa Tengah. Jumlah kunjungan pada tahun 2008 sebanyak pengunjung dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi pengunjung. Selain itu, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kota Magelang ini merupakan salah satu potensi ekonomi daerah karena sebesar 55% dari pendapatan bersih TKL disetor sebagai pendapatan asli daerah tiap tahunnya. Saat ini pemanfaatan Taman Kyai Langgeng sebagai kebun koleksi tanaman langka, taman tematik, dan kebun anggrek. Pada mulanya TKL direncanakan dengan konsep Kebun Koleksi Tanaman Langka kemudian berkembang menjadi taman tematik (theme park) dengan berbagai wahana seperti anjungan dirgantara,

17 2 jet coaster, dan lain-lain yang selanjutnya berkembang dengan adanya Kebun Anggrek. Kebun Anggrek saat ini merupakan kebun pembibitan anggrek. Pengelola TKL akan mengembangkan Kebun Anggrek sebagai salah satu obyek wisata. Saat ini di dalam Kebun Anggrek belum memiliki obyek maupun atraksi wisata yang dapat menarik minat pengunjung. Penutupan lahan di Kebun Anggrek didominasi oleh Pohon Jati. Selain Pohon Jati, di dalam Kebun Anggrek juga terdapat dua buah rumah kaca dan satu buah rumah pengelola untuk menunjang aktivitas pembibitan di dalamnya. Aktivitas di Kebun Anggrek hanya berupa pembibitan sampai pada tahap perbesaran anggrek sedangkan pembungaannya dilakukan di Kopeng. Sehingga di dalam Kebun Anggrek tidak menampilkan anggrek yang sudah berbunga. Sirkulasi hanya terdapat pada akses masuk dan di sekeliling rumah kaca. Banyak hal yang masih harus ditata di Kebun Anggrek ini jika akan dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Komponen yang menunjang fungsi wisata seperti atraksi, pelayanan, transportasi, informasi, dan promosi harus direncanakan dengan baik dalam kawasan agar menunjang keberhasilan wisata yang akan dilaksanakan (Gunn, 1994). Oleh karena itu, studi perencanaan lanskap ini perlu dilakukan dengan harapan hasil studi dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menata lanskap Kebun Anggrek sebagai obyek wisata dengan komoditas anggrek sebagai daya tarik utamanya. Sehingga potensi yang dimiliki Kebun Anggrek dapat dikembangkan secara maksimal sebagai alternatif obyek wisata yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke TKL Tujuan Tujuan umum studi ini untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan Kebun Anggrek TKL Magelang sebagai obyek wisata melalui penataan ruang, sirkulasi, dan penyediaan fasilitas penunjang wisata. Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai yaitu: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi biofisik Kebun Anggrek TKL untuk pengembangan kegiatan wisata.

18 3 2. Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi wisata di Kebun Anggrek TKL. 3. Merencanakan lanskap Kebun Anggrek TKL sebagai obyek wisata dengan menata ruang, sirkulasi, dan fasilitas yang mendukung wisata Manfaat Hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat dalam: 1. Memberikan sumbangan pikiran perencanaan lanskap bagi pengelola dalam pengembangan obyek wisata Kebun Anggrek di TKL. 2. Memberikan alternatif atraksi wisata di TKL untuk meningkatkan jumlah pengunjung. 3. Memberikan informasi bagi berbagai pihak yang ingin mengetahui hasil studi tentang perencanaan lanskap obyek wisata kebun anggrek di TKL. 4. Memberikan pengalaman bagi mahasiswa studi untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama kuliah khususnya dalam bidang perencanaan Kerangka Pikir Studi Kebun Anggrek memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata di TKL. Untuk merencanakan obyek wisata ini dibutuhkan analisis terhadap aspek biofisik yang terdiri dari topografi, hidrologi, vegetasi, aksesibilitas dan sirkulasi, visual, iklim, serta tanah untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada di tapak terkait dengan kesesuaian aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Kebun Anggrek. Topografi dan vegetasi dianalisis secara spasial sedangkan hidrologi, aksesibilitas dan sirkulasi, visual, iklim, serta tanah dianalisis secara deskriptif. Dikarenakan saat ini di dalam Kebun Anggrek belum ada atraksi wisata, maka analisis aspek wisata dilakukan secara deskriptif. Seluruh aspek yang dianalisis secara spasial dioverlay untuk menghasilkan zona intensitas aktivitas wisata. Konsep dihasilkan dengan melihat kondisi aspek biofisik dan wisata yang dimiliki tapak. Konsep ini terdiri dari konsep dasar, yang menjadi tujuan

19 4 perencanaan, dan konsep pengembangannya. Konsep ini kemudian disesuaikan dengan hasil analisis aspek biofisik dan wisata. Hasil overlay digabungkan dengan hasil analisis deskriptif dan konsep untuk menghasilkan sintesis dalam bentuk rencana blok (blockplan). Blockplan ini kemudian dikembangkan sehingga menghasilkan rencana lanskap obyek wisata kebun anggrek di Taman Kyai Langgeng beserta arahan desainnya. Gambar 1 menunjukkan kerangka pikir studi. Taman Kyai Langgeng Kebun Anggrek Aspek Biofisik Aspek Wisata Topografi Vegetasi Hidrologi Aksesibilitas dan Sirkulasi Visual Tanah Iklim Atraksi/objek wisata Sarana dan Prasarana Pengelola Pengunjung Zona Intensitas Aktivitas Wisata Konsep dan Pengembangan Blockplan Rencana Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek Taman Kyai Langgeng Gambar 1 Kerangka pikir studi

20 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap terdiri dari lanskap alami dan lanskap buatan. Lanskap alami sangat rumit sehingga sangat penting bagi perancang dalam pemahaman yang lebih mendalam untuk menjaga elemen yang tidak boleh diganggu dan tetap dipertahankan pada lanskap. Lanskap alami terdiri dari bukit pasir, padang rumput, gunung, danau, laut, bukit, jurang, hutan, sungai, kolam, rawa, lembah, dan padang pasir. Lanskap buatan merupakan lanskap alami yang mengalami modifikasi yang dilakukan oleh manusia. Major feature (fitur lanskap mayor) merupakan bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan lanskap alam yang dominan, sangat sedikit dapat diubah. Beberapa elemen lanskap alami yang tidak dapat diubah yaitu bentukan topografi seperti bentukan pegunungan, lembah, sungai, pantai, penampakan presipitasi, embun, kabut, dan sebagainya. Sedangkan minor feature (fitur lanskap minor) yaitu elemen lanskap yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar, parit dimana seorang perencana dapat memodifikasinya (Simonds, 2006) Wisata Pengertian Wisata Nurisjah (2008) menyatakan bahwa wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap. Gunn (1994) menjelaskan bahwa wisata adalah perpindahan orang untuk sementara dalam jangka waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat tinggal

21 6 dimana mereka biasa tinggal dan bekerja, fasilitas dibuat untuk melayani kebutuhan mereka dalam beraktivitas selama tinggal di tempat tujuan tersebut Supply dan Demand Wisata Gunn (1997) menyatakan bahwa wisata digerakkan oleh dua faktor kekuatan yaitu demand dan supply. Kedua faktor tersebut harus seimbang karena keduanya saling memberikan pengaruh satu sama lain terhadap pasar Supply Wisata Supply adalah penawaran. Dalam wisata, sesuatu yang ditawarkan berupa pengembangan fisik dan program wisata untuk wisatawan. Supply wisata tersusun dari lima komponen yang saling tergantung satu sama lain. Adapaun kelima komponen tersebut, yaitu: 1. Atraksi (attractions) Atraksi merupakan komponen paling penting dari supply wisata. Atraksi diadakan untuk dua tujuan. Tujuan pertama yaitu untuk membujuk, memikat, atau merangsang wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Tujuan kedua, atraksi memberikan kepuasan pengunjung. Pengadaan atraksi tergantung pada keberadaan sumber daya alami dan kebudayaan yang dimiliki tapak. Oleh karena itu, distribusi dan kualitas dari kedua sumber daya tersebut merupakan faktor kuat dalam pengembangan wisata. Gunn (1997) mengklasifikasikan atraksi wisata menjadi dua yaitu touring circuit dan longer-stay. Touring circuit adalah atraksi yang dikunjungi dalam sebuah perjalanan wisata yang waktunya terhitung pendek. Dalam klasifikasi ini, atraksi membutuhkan sumber daya, desain, dan program yang spesifik untuk wisatawan yang berturut-turut akan berkunjung tiap harinya. Sedangkan longerstay membutuhkan sumber daya, desain, dan program untuk wisatawan yang akan tinggal lebih dari sekedar kunjungan singkat.

22 7 2. Pelayanan (services) Menurut Gunn (1994), pelayanan memiliki pengaruh yang kuat di bidang ekonomi. Pengaruh ekonomi terkuat berasal dari pelayanan yang diberikan oleh bisnis travel. Akomodasi, layanan makan dan minum, transportasi, agen perjalanan, dan bisnis travel lainnya membuat ketenagakerjaan, pendapatan, dan pajak meningkat. Selain itu, pelayanan merupakan fasilitator utama dalam wisata sehingga dalam merencanakan pelayanan berupa penginapan, penyediaan makanan, dan transportasi harus diintegrasikan dengan perencanaan atraksi wisata. Dengan begitu, atraksi yang direncanakan dapat didukung dengan baik oleh pelayanan yang menjadi fasilitatornya. 3. Transportasi (transportation) Gunn (1994) menyatakan bahwa keberlangsungan semua komponen wisata tergantung terhadap transportasi. Bagian yang mendasari kesuksesan dari hotel, layanan makanan, hiburan, toko, dan atraksi adalah pemahaman terhadap perubahan tren dalam transportasi. Transportasi memberikan hubungan yang penting antara kota dan atraksi dalam area perkotaan dan atraksi tersebut membutuhkan pertimbangan perencanaan yang baik. Perencanaan transportasi untuk pengembangan wisata penting diadakan untuk semua jenis perjalanan untuk mengurangi konflik yang terjadi. Lennard dan Lennard dalam Gunn (1994) menyatakan bahwa prinsip transportasi yang seimbang digunakan untuk semua komunitas, dengan mengikuti aturan sebagai berikut: a. Mengakomodasikan kebutuhan orang b. Menekankan pada akses yang baik untuk menghindari kemacetan c. Menyeimbangkan transportasi dengan penggunaan lahan d. Menggunakan model matematika e. Memperioritaskan kebutuhan manusia f. Mempertimbangkan fungsi sosial g. Menggunakan batasan untuk parkiran h. Dirancang dalam skala manusia

23 8 i. Mengelola sumber daya manusia j. Meningkatkan nilai visual dan estetik Cara seseorang untuk menemukan suatu jalan merupakan bagian dari transportasi yang tidak dapat diabaikan. Passini dalam Gunn (1997) mendeskripsikannya sebagai suatu kemampuan wisatawan dalam memetakan untuk memahami lingkungan. Sehingga sebuah penanda jalan perlu diperhatikan keberadaannya untuk membantu mengarahkan pengunjung dalam memahami lingkungannya. Tanda pengarah (tanda panah, penanda jarak) membantu wisatawan membuat pilihan. Terkadang tanda pengarah ambigu atau salah desain maupun penempatan sehingga pesan tidak tersampaikan. Penanda jalan harus dibuat informatif agar pesan yang terkandung di dalamnya diterima dengan baik oleh pengguna jalan. Desain lanskap dapat juga diberikan pada penanda jalan. Untuk pedestrian, material perkerasan dari warna dan teksturnya dapat efektif mengarahkan pengunjung. 4. Informasi (information) Komponen penting wisata lainnya adalah informasi bagi wisatawan. Informasi sebelum melakukan perjalanan penting untuk rute dan informasi tapak. Beberapa agensi wisata masih menyalahartikan dengan promosi. Menurut Gunn (1994), promosi dibuat untuk menarik perhatian sedangkan informasi adalah deskripsi dari peta, buku panduan, video, majalah, artikel, narasi panduan wisata, brosur, dan anekdot wisatawan. Gunn (1997) menjelaskan bahwa pengunjung membutuhkan penanda jalan untuk mengarahkan jalan dan membutuhkan penjelasan mengenai lokasi pelayanan serta atraksi yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata, dan kesemuanya tersebut didapatkan dari komponen informasi. 5. Promosi (promotion) Promosi merupakan komponen terakhir yang dibutuhkan setelah atraksi, pelayanan, transportasi, dan informasi telah dikembangkan. Promosi yang terlalu dibesar-besarkan seharusnya dihindari. Proses perencanaan wisata yang paling

24 9 penting adalah menjamin promosi akan berisi dengan benar pada waktu yang tepat dan untuk segmen perjalanan yang tepat. Komponen promosi meliputi semua ajakan dan bujukan yang biasa digunakan untuk mempengaruhi wisatawan mengikuti sebuah perjalanan. Ada empat bentuk promosi yaitu iklan berbayar, publisitas, hubungan masyarakat, dan insentif Demand Wisata Demand adalah permintaan. Dalam wisata, permintaaan yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki ketertarikan dan memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata. Dengan kata lain, wisatawan merupakan komponen dari demand. Gunn (1997) menyatakan bahwan wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata dengan berbagai motivasi dan tujuan. Karakteristik paling penting dari wisatawan adalah aktivitas dan hal yang menarik mereka untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Lundberg dalam Gunn (1997) mengelompokkan wisatawan berdasarkan motivasi wisatawan dalam berwisata. Pengelompokkan tersebut antara lain motivasi pendidikan dan budaya, motivasi untuk bersantai dan bersenang-senang, serta motivasi kesukuan (etnik) dan motivasi lainnya seperti faktor cuaca, olahraga, ekonomi, petualangan Obyek dan Atraksi Wisata Yoeti (1997) berpendapat bahwa atraksi wisata berbeda dengan obyek wisata, karena obyek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan oyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Menurut Wardiyanta (2006), obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan. Obyek wisata ini juga dapat berupa kegiatan, misalnya kegiatan keseharian masyarakat, tarian, karnaval, dan lain-lain.

25 10 Damanik (2006) menyatakan bahwa atraksi wisata diartikan sebagai obyek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi ini terbagi menjadi tiga yakni alam, budaya, dan buatan Perencanaan Lanskap Nurisjah dan Pramukanto (2007) menyatakan bahwa merencanakan suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan, atau konsep ke arah bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata. Nurisjah dan Pramukanto (2007) melanjutkan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengembalian keputusan berjangka panjang, guna mendapat suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan. Menurut Gunn (1994), perencaanaan kawasan wisata merupakan proses pengintegrasian komponen-komponen kawasan yang meliputi daya tarik, pelayanan, informasi, transportasi, dan promosi. Pada proses ini ditujukan untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung, meningkatkan aspek ekonomi, melindungi sumber daya alam, dan integrasi aspek sosial ekonomi dari komuniti dan kawasan. Hal ini dapat dicapai dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata. Simonds (2006) menyatakan bahwa perencanaan yang baik harus dapat melindungi badan air, menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, menghindari erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup untuk rekreasi dan suaka margasatwa, serta melidungi tapak yang memiliki nilai keindahan dan ekologis. Penilaian yang baik mempertimbangkan aspekaspek seperti: ekosistem alami, kualitas dan kuantitas air, kualitas udara, tingkat kebisingan, erosi, banjir, tapak bersejarah, bentukan lanskap, flora dan fauna, serta keterkaitan dengan ruang terbuka.

26 11 Menurut Gold (1980), perencanaan lanskap merupakan penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestariannya. Proses tersebut terdiri atas enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Dalam perencanaan lanskap suatu daerah dimana di dalamnya terdapat aktivitas rekreasi, membutuhkan informasi yang mengintegrasikan manusia dengan waktu luang dimana pengalokasian sumber daya dilakukan untuk menghubungkan waktu luang dengan kebutuhan masyarkat dan areal perencanaan. Proses perencanaan lanskap tersebut dapat didekati melalui empat cara yaitu: 1. Pendekatan sumber daya, dimana dalam hal ini sumber daya fisik atau alami akan menentukan tipe dan jumlah aktivitas pada tapak. Pertimbangan terhadap lingkungan akan menentukan perolehan penyelamatan ruang dimana kebutuhan pemakai ataupun sumber dana tidak perlu dipertimbangkan. 2. Pendekatan aktivitas, dimana aktivitas yang ada pada masa lampau dan saat ini dijadikan dasar pertimbangan perencanaan sarana dan prasarana dalam tapak di masa akan datang. Perhatian difokuskan pada permintaan dimana faktor sosial lebih dipertimbangkan daripada faktor lainnya. 3. Pendekatan ekonomi, dimana tingkat ekonomi dan sumber finansial masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe, dan lokasi yang potensial untuk dikembangkan. Dalam hal ini faktor ekonomi merupakan pertimbangan utama. 4. Pendekatan perilaku, dimana dalam hal ini yang menjadi pusat perhatian adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi, bentuk aktivitas yang diinginkan, dan dampak aktivitas tersebut terhadap seseorang. Perencanaan kawasan wisata berdasarkan skala kawasannya terbagi atas tiga yaitu skala tapak, skala tujuan, dan skala regional (Gunn, 1994). Perencanaan kawasan wisata dalam skala tapak telah banyak dilakukan seperti pada resort, marina, hotel, taman, dan tapak wisata lainnya. Skala kedua adalah tujuan, dimana atraksi-atraksi wisata dikaitkan dengan keberadaan masyarakat sekitar,

27 12 pemerintah daerah, dan sektor swasta juga dilibatkan. Skala ketiga adalah wilayah, dimana pengembangan lebih terarah pada kebijakan tata guna lahan yang terkait dengan jaringan transportasi, sumber daya yang harus dilindungi dan dikembangkan sebagai daerah yang sangat potensial. Menurut Laurie (1986), desain lanskap adalah pendalaman dari perencanaan lanskap yang berkaitan dengan seleksi komponen-komponen rancangan sebagai pemecahan masalah-masalah tertentu yang muncul pada rencana tapak. Pendalaman tersebut menyajikan rencana spesifik mengenai elemen-elemen lanskap yang terdapat pada suatu tapak. Arahan desain merupakan proses perencanaan untuk desain. Proses ini merupakan proses pengembangan konsep perencanaan secara terperinci. Hasil dari proses desain adalah gambar kerja yang menjadi acuan bagi pelaksana (Heryani, 2008) Anggrek Penggolongan Anggrek Anggrek dari famili Orchidaceae merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang banyak tersebar dan beraneka ragam di dunia. Anggota dari famili ini dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali padang pasir yang kering dan daerah yang selalu tertutup salju. Dari spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6000 diantaranya berada di hutan Indonesia (Widiastoety et al, 1998 dalam Sabran et al, 2002). Perkembangan industri anggrek di Indonesia mengalami penurunan pada tahun saat krisis ekonomi melanda. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian sekitar tahun 2000-an, industri anggrek mulai menunjukkan peningkatan. Dewasa ini, jenis anggrek yang dominan menguasai pasar Indonesia adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda, dan jenis lainnya (Widiastoety et al, 2010). Pada dasarnya ada dua golongan besar anggrek yaitu anggrek spesies atau anggrek alam dan anggrek hybrid. Anggrek spesies adalah anggrek yang diperoleh langsung dari habitat aslinya di hutan. Pembiakannya dikawinkan dengan sesama

28 13 jenisnya atau pada bunga sendiri. Anggrek-anggrek spesies ini memegang peranan penting sebagai induk persilangan. Anggrek hybrid adalah anggrek yang dihasilkan dari persilangan dua jenis anggrek yang berlain namun masih mempunyai hubungan genetik yang dekat (Suryanto, 2010). Ciri-ciri khusus tanaman anggrek dapat diketahui dengan melihat tipe pertumbuhan dan tempat tumbuhnya. Menurut Darmono (2004), berdasarkan tipe pertumbuhannya, anggrek dibagi menjadi dua kelompok yaitu tipe monopodial dan simpodial. Berdasarkan tempat tumbuhnya, anggrek terbagi menjadi: a. Anggrek Terestrial Anggrek terestrial adalah anggrek yang hidup dan tumbuh di permukaan tanah dengan membutuhkan cahaya matahari penuh atau langsung. Anggrek jenis ini dapat ditanam di dalam pot. Media tumbuh untuk anggrek jenis ini pada umumnya berupa serutan kayu dan potongan sabut kelapa. Di atas media tumbuh tersebut diberi pupuk kandang atau kompos yang telah disterilisasi. b. Anggrek Epifit Anggrek epifit adalah anggrek yang tumbuh dan hidup menumpang pada batang atau cabang pohon tetapi tidak merugikan tanaman yang ditumpanginya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Anggrek ini dapat ditanam di pot, digantung, atau ditempel. Media tumbuh untuk anggrek epifit yang ditanam di pot pada umumnya berupa pakis, moss, arang, sabut kelapa. Untuk anggrek epifit yang ditempel pada umumnya diikatkan atau dilekatkan pada batang pohon, pakis lempeng, atau sejenisnya. c. Anggrek Litofit Anggrek litofit adalah anggrek yang tumbuh dan hidup pada batu-batuan di tepi pantai, tahan terhadap tiupan angin kencang dan matahari langsung. d. Anggrek Saprofit Anggrek saprofit adalah anggrek yang tumbuh dan hidup pada humus atau kompos dan membutuhkan sedikit cahaya matahari.

29 Syarat Tumbuh Anggrek Menurut Anggara (2008), tanaman anggrek dapat tumbuh sehat dan berbunga secara teratur jika persyaratan dan kebutuhan hidupnya terpenuhi. Adapun persyaratan tumbuhnya tersebut meliputi ketinggian tempat, suhu, kelembaban udara, sirkulasi udara, kebutuhan cahaya, serta kebutuhan air. a. Ketinggian Tempat, Suhu, dan Kelembaban Berdasarkan ketinggian tempatnya, lokasi tumbuh anggrek dibedakan atas dataran rendah, dataran sedang, dan dataran tinggi. Anggrek biasanya akan tumbuh baik apabila ditanam di daerah dataran tinggi, namun tidak berarti anggrek tidak dapat tumbuh di daerah dataran rendah. Hanya saja harus memenuhi ketentuan suhu dan kelembaban yang tepat. Suhu yang baik untuk pertumbuhan anggrek berkisar 15-35ºC dengan suhu optimal 21ºC dan sirkulasi udara yang baik. Sementara kelembaban yang optimal berkisar antara 65-70%. b. Kebutuhan Cahaya Untuk kebutuhan berfotosintesis, tanaman anggrek membutuhkan cahaya. Kebutuhan cahaya ini akan berbeda-beda tergantung jenis anggreknya. Namun biasanya anggrek akan tumbuh dan berbunga dengan optimal bila ditanam di tempat yang berpenaung seperti pohon besar. Anggrek tidak menyukai cahaya yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Cahaya yang berlebihan bisa membuat daun menguning dan terlihat seperti terbakar. Begitu pula sebaliknya, cahaya yang terlalu rendah dapat membuat anggrek tumbuh kurus, berdaun sempit, dan berdaun panjang. c. Kebutuhan Air Kebutuhan tanaman anggrek akan air dapat terpenuhi dengan melakukan penyiraman secara teratur. Penyiraman sebaiknya menggunakan alat siram yang berlubang kecil seperti sprayer. Penyiraman idealnya dilakukan sehari sekali. Untuk anggrek yang lebih besar cukup dua hari sekali.

30 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, Jawa Tengah (Gambar 2). Lokasi yang direncanakan seluas 8.459,5 m². Pelaksanaan studi dilakukan pada Bulan Februari hingga Juni 2011 dan penyelesaian laporan pada Bulan Desember PETA PROVINSI JAWA TENGAH PETA KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG TANPA SKALA KOTA MAGELANG TANPA SKALA PETA TAMAN KYAI LANGGENG PETA KOTA MAGELANG LOKASI PENELITIAN TAMAN KYAI LANGGENG TANPA SKALA TANPA SKALA Gambar 2 Peta lokasi studi

31 Batasan Studi Tahapan studi dibatasi sampai dengan tahap perencanaan dengan menyertakan arahan desain. Arahan desain ini sebagai pemberi karakter pada siteplan yang menjadi produk akhir dari studi ini. Pendekatan perencanaan yang digunakan berdasarkan sumber daya tapak dan aktivitas wisata Alat dan Bahan Studi Adapun alat yang digunakan dalam studi ini adalah GPS, kamera digital, termohigrometer, dan software/program komputer (autocad land i, adobe photoshop, coreldraw, microsoft excel, microsoft word). Bahan yang digunakan adalah data primer dan sekunder, peta rupa bumi, lembar kuisioner, kertas gambar, dan pewarna Metode Studi Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode survei dan analisis. Metode survei yang digunakan adalah dengan mengadakan pengukuran dan pengamatan langsung pada tapak. Metode analisis meliputi analisis spasial dan deskriptif. Analisis spasial digunakan untuk menganalisis aspek-aspek biofisik yang memiliki data heterogen. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis aspek-aspek biofisik yang memiliki kesamaan kriteria/data homogen dan tidak memiliki data spasial. Pendekatan perencanaan yang digunakan berdasarkan sumber daya tapak dan aktivitas wisata. Pendekatan sumber daya tapak untuk mengetahui kesesuaian tapak utamanya aspek kelerengan yang menjadi faktor penentu terhadap aktivitas wisata yang dikembangkan. Pendekatan aktivitas digunakan dalam penentuan konsep dasar terkait dengan aktivitas budidaya yang saat ini dilakukan di tapak untuk pengembangan aktivitas yang direncanakan. Studi ini mengikuti tahapan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Tahapan yang dikemukan oleh Gold mengalami modifikasi pada studi ini utamanya dalam hal produk yang dihasilkan di setiap tahapnya. Modifikasi yang digunakan antara lain proses sintesis tidak menghasilkan konsep melainkan rencana blok. Konsep disusun sebelum tahap sintesis. Konsep yang dihasilkan

32 17 menjadi acuan dalam menghasilkan rencana blok pada sintesis. Tahap perencanaan terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, konsep, sintesis, dan perencanaan (Gambar 3). Persiapan Inventarisasi Analisis Konsep Sintesis Perencanaan Tujuan penelitian Usulan penelitian Persiapan administrasi Data primer Data sekunder Aspek biofisik Aspek wisata Konsep Dasar dan Pengembangan Konsep Rencana blok Rencana: Ruang Sirkulasi Vegetasi Aktivitas Fasilitas Kondisi eksisting Kebun Anggrek Zona kesesuaian aktivitas wisata Functional Diagram Siteplan dan Illustration image Gambar 3 Diagram tahapan perencanaan lanskap (Modifikasi Gold, 1980) Tahapan Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Awal Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan studi sebagai langkah awal perencanaan lanskap obyek wisata kebun anggrek di Taman Kyai Langgeng. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi studi seperti letak administrasi, sejarah, dan lain-lain. Pengumpulan informasi awal ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan usulan studi. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan administrasi berupa perizinan untuk mencari data ke berbagai instansi terkait seperti BAPPEDA. 2. Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder meliputi data biofisik dan wisata (Tabel 1). Data primer diperoleh melalui hasil survei langsung di lapang berupa pengamatan, dokumentasi, pengukuran langsung untuk mendapatkan data biofisik tapak yang terdiri dari topografi, vegetasi, hidrologi, visual, tanah, aksesibilitas dan sirkulasi, serta iklim. Data wisata diperoleh melalui

33 18 survei langsung di lapang untuk mengetahui jenis atraksi dan obyek wisata TKL pada umumnya dan Kebun Anggrek pada khususnya yang telah ada maupun yang akan direncanakan. Tabel 1 Jenis dan bentuk data No. Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan Sumber I ASPEK BIOFISIK 1 Topografi Spasial Survei, Studi Pustaka BAPPEDA, Lapang 2 Vegetasi Spasial, Deskriptif Survei, Studi Pustaka Lapang 3 Hidrologi Deskriptif Survei, Studi Pustaka Lapang, BAPPEDA 4 Tanah Deskriptif Survei, Studi Pustaka BAPPEDA 5 Iklim Tabulatif, Deskriptif Survei, Studi Pustaka Lapang, BAPPEDA 6 View Deskriptif Survei Lapang 7 Aksesibilitas dan Deskriptif Survei Lapang sirkulasi II ASPEK WISATA 8 Atraksi/Obyek Wisata Tabulatif, Spasial Survei Lapang 9 Fasilitas dan Utilitas Tabulatif, Spasial Survei Lapang 10 Pengelola Deskriptif Wawancara Pengelola, Lapang 11 Pengunjung Deskriptif, Tabulatif Wawancara terstruktur Pengelola, Lapang Selain itu, dilakukan pula wawancara terbuka terhadap pengelola untuk mengetahui kebutuhan wisata, serta wawancara terstruktur (kuisioner) terhadap pengunjung untuk mengetahui gambaran umum dari identitas pengunjung dan pola kunjungan yang dilakukan. Penyebaran kuisioner dilakukan acak kepada 30 pengunjung. Pengunjung sebanyak 30 orang ini dianggap telah mewakili dari umumnya pengunjung yang berwisata di TKL. Penyebaran kuisoner dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu karena TKL padat dikunjungi pada akhir pekan serta hari libur. Diharapkan dengan pengambilan sampel pengunjung pada hari padat pengunjung maka tujuan untuk mengetahui keinginan pengunjung dari berbagai kalangan dapat tercapai. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang dilakukan terhadap penelitian-penelitian terkait Kota Magelang. Data sekunder diperoleh pula melalui

34 19 brosur-brosur tentang TKL dan buku wisata yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata mengenai wisata Kota Magelang. 3. Analisis Analisis merupakan usaha untuk mengemukakan potensi dan kendala pada tapak yang direncanakan. Metode analisis yang diterapkan berupa analisis spasial dan analisis deskriptif. Analisis spasial dilakukan pada aspek biofisik yang terdiri dari topografi dan vegetasi. Aspek biofisik lainnya yaitu hidrologi, aksesibilitas dan sirkulasi, visual, tanah, dan iklim dianalisis secara deskriptif. Analisis topografi dilakukan untuk dua tujuan, pertama untuk mengetahui kemiringan tapak yang akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan area yang sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui kepekaan erosi yang dimiliki tapak. Hasil analisis spasial dari dua tujuan tersebut kemudian dioverlay sehingga didapatkan kesesuaian topografi untuk wisata. Analisis topografi dengan tujuan menentukan area yang sesuai untuk aktivitas wisata menggunakan kriteria pembagian area yang diklasifikasian oleh Booth (1983) yang membagi kemiringan lereng berdasarkan kesesuaian untuk pengembangan ruang luar. Dari analisis ini, akan diketahui area-area yang memiliki kemampuan terbatas sampai tidak terbatas terhadap aktivitas wisata. Area dengan kemiringan >15% memiliki kemampuan terbatas (kurang sesuai) terhadap aktivitas wisata bernilai 1, area dengan kemiringan 5-15% berkemampuan sedang (cukup sesuai) bernilai 2, dan area dengan kemiringan 1-5% memiliki kemampuan tidak terbatas (sesuai) bernilai 3. Erosi adalah peristiwa terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin. Peristiwa erosi tersebut menimbulkan kerusakan pada tanah tempat erosi terjadi. Kerusakan tersebut berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah, meningkatnya kepadatan tanah, serta menurunnya kemampuan tanah menahan air. Kerusakan terakhir yang diakibatkan oleh erosi tersebut menyebabkan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Untuk itu analisis erosi penting dilakukan mengingat sumber air utama di Kebun Anggrek berasal dari air tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terdiri dari iklim, topografi, vegetasi, tanah, dan manusia.

35 20 Faktor iklim, vegetasi, tanah, dan manusia diasumsikan kondisinya homogen sehingga dalam analisis erosi ini hanya faktor topografi yang diperhatikan. Analisis topografi dengan tujuan mengetahui kepekaan erosi tapak menggunakan klasifikasi Darmawijaya (1990). Darmawijaya mengklasifikasikan run-off berdasarkan kecepatannya menjadi lambat, sangat lambat, lambat, sedang, cepat, dan sangat cepat. Indikator untuk menentukan kecepatannya lambat sampai cepat berdasarkan kemiringan tapak. Pada area yang relatif datar (0-3%), aliran air di permukaan tanah (run-off) sangat lambat. Hal ini mengakibatkan air tergenang di permukaan tanah dalam waktu lama dan kemudian meresap ke dalam profil tanah atau menguap. Kondisi seperti ini tidak menyebabkan erosi. Area yang memiliki kecepatan run-off sangat lambat diberi nilai 3. Aliran air di permukaan tanah (runoff) lambat sampai sedang pada area landai sampai berbukit (3-15%). Aliran dengan kecepatan tersebut mengakibatkan permukaan tanah tetap basah untuk waktu cukup lama walaupun air meresap ke dalam profil tanah. Dalam kondisi seperti ini, bahaya erosi belum begitu membahayakan. Area yang memiliki kecepatan lambat sampai sedang bernilai 2. Pada area yang miring sampai curam (>15%), aliran air di permukaan tanah (run-off) berlangsung cepat dan hanya sebagian kecil yang meresap ke dalam profil tanah. Kondisi seperti ini memiliki bahaya erosi yang cukup besar. Area dengan tingkat run-off yang cepat diberi nilai 1. Analisis terhadap vegetasi terbagi menjadi dua, yakni analisis kesesuaian vegetasi eksisting dalam hal menjaga sumber daya lahan di tapak dan analisis vegetasi eksisting yang berpotensi untuk pengembangan anggrek. Analisis pertama bertujuan untuk mengetahui kesesuaian vegetasi eksisting dalam hal menjaga keberadaan sumber daya lahan dan menunjang keberlanjutan sumber daya di tapak utamanya air dan tanah. Vegetasi dalam hal ini adalah tegakan pohon yang keberadaannya mampu menjaga sumber daya lahan air dan tanah, diberi nilai 3. Nilai 2 diberikan kepada vegetasi penutup tanah berupa rumput atau semak dimana di atasnya tidak ada tegakan pohon yang menaunginya. Nilai 1 diberikan pada area yang tidak bervegetasi.

36 21 Analisis vegetasi yang kedua bertujuan untuk mengetahui vegetasi eksisting yang memiliki potensi untuk pengembangan anggrek. Analisis kedua ini dilakukan secara deskriptif. Vegetasi berpotensi dalam pengembangan anggrek adalah keberadaan anggrek itu sendiri yang dilihat dari potensi ekonominya yang dapat menjadi salah satu nilai tambah Kebun Anggrek. Selain itu, vegetasi berpotensi dalam pengembangan anggrek adalah vegetasi yang dinilai mampu menjadi habitat untuk anggrek tumbuh. Vegetasi yang dimaksud adalah vegetasi berpohon yang dapat difungsikan sebagai habitat anggrek epifit. Analisis aksesibilitas dan sirkulasi untuk mengetahui akses yang mudah dijangkau di tapak dan kondisi fisik jalur sirkulasi yang ada. Jalur sirkulasi dikatakan baik apabila jalur sirkulasi tersebut sering digunakan oleh pengunjung dan secara fisik ditutupi oleh perkerasan. Jalur sirkulasi dikatakan kurang baik apabila jalur sirkulasi tersebut jarang dilewati serta secara fisik tidak ditutupi oleh perkerasan. Analisis hidrologi dilakukan untuk mengetahui pola aliran drainase di tapak yakni aliran drainase alami dan buatan. Pola aliran drainase ini digunakan sebagai pertimbangan analisis dari penentuan tingkat run-off di tapak. Analisis visual bertujuan mengetahui area-area yang berpotensi mendapatkan visual yang menarik (good view) bagi pengunjung serta area-area yang sebaiknya pandangan pengujung dibatasi (bad view). Analisis visual juga dilakukan pada areaarea sekitar Kebun Anggrek yang berpotensi menjadi point of interest terhadap keberadaan Kebun Anggrek itu sendiri. Analisis tanah untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dalam hal keterkaitannya terhadap pengembangan kegiatan wisata. Selain itu, analisis tanah bertujuan pula untuk mengetahui kemampuan tanah digunakan sebagai media untuk budidaya anggrek. Analisis iklim dalam skala tapak (mikro) digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan pada tapak yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: THI = 0.8 T + (RH x T) 500 THI = Thermal Humidity Index T = Suhu Udara (ºC) RH = Kelembaban Nisbi Udara (%)

37 22 Analisis spasial akan dilakukan dengan teknik skoring dimana parameter dan kriteria pada setiap aspek yang akan diskoring telah ditentukan sebelumnya (Tabel 2). Masing-masing aspek biofisik yang dianalisis secara spasial memiliki bobot yang berbeda. Topografi diberi bobot lebih tinggi dibandingkan vegetasi, karena topografi merupakan faktor penentu keberlanjutan sumber daya lahan melihat kemiringan tapak berlereng yang dimiliki. Tabel 2 Parameter, kriteria, dan skoring analisis No. Aspek Bobot Parameter Kriteria Skor I BIOFISIK 1. Topografi 35% Kemiringan yang sesuai untuk pengembangan ruang luar (Booth, 1983) 35% Bahaya erosi dilihat dari tingkat run-off (Darmawijaya, 1990) Sesuai 1-5 % 3 Cukup sesuai 5-15 % 2 Kurang sesuai >15 % 1 Tidak menyebabkan erosi (0-3%) 3 Erosi tidak membahayakan (3-15%) 2 Erosi membahayakan (>15%) 1 2. Vegetasi 30% Fungsi ekologis Adanya tegakan pohon 3 Adanya penutup tanah/semak 2 Potensi untuk pengembangan anggrek 3. Aksesibilitas Keberadaan akses dan Deskriptif dan sirkulasi kondisi fisik sirkulasi 4. Hidrologi Pola drainase Deskriptif 5. Visual Kualitas visual Deskriptif 6. Tanah Sifat fisik Deskriptif 7. Iklim Mikro (THI) II WISATA 8. Obyek atau atraksi 9. Sarana dan Prasarana 10. Pengunjung dan Pengelola Tingkat kenyamanan untuk beraktivitas Jenis Jenis dan Kondisi Persepsi dan kebutuhan Tidak ada vegetasi 1 Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif dan kuantitatif

38 23 Hasil analisis spasial aspek topografi dan vegetasi kemudian dioverlay. Proses overlay yang dilakukan dimulai dari menjumlahkan skor yang dimiliki masing-masing peta sesuai dengan bobotnya. Dari penjumlahan skor tersebut, didapatkan area-area dengan skor yang bervariasi. Skor-skor yang bervariasi tersebut kemudian dibuat selang klasifikasi pengembangan area dengan menggunakan rumus sebagai berikut: S= S maks S min K Keterangan: S: Selang Klasifikasi Penilaian S maks: Jumlah Skor Tertinggi S min: Jumlah Skor Terendah K: Banyaknya Klasifikasi Penilaian Pengembangan area yang diinginkan sebanyak tiga, maka variabel K yang digunakan adalah 3. Setelah didapatkan selangnya, didapatkan 3 klasifikasi. Skorskor yang yang dihasilkan sebelumnya kemudian dikelompokkan menjadi 3 klasifikasi. Hasil overlay aspek topografi dan vegetasi akan menghasilkan komposit terhadap pengembangan tapak berupa peta zona kesesuaian intensitas aktivitas wisata yang terdiri dari zona intensitas tinggi, sedang, dan rendah. Analisis aspek wisata dilakukan secara deskriptif dikarenakan belum adanya kegiatan wisata dalam Kebun Anggrek saat ini. Analisis wisata dilakukan terhadap potensi obyek dan atraksi wisata, serta fasilitas wisata yang diperlukan untuk mendukung kegiatan wisata tersebut. Analisis wisata juga dilakukan berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola dan pengunjung. Hasilnya disampaikan secara deskriptif dan grafik yang menjelaskan persepsi mereka terhadap tapak mengenai kebutuhan ruang wisata, bentuk aktivitas, dan fasilitas pada tapak sesuai dengan fungsi yang akan dikembangkan. Hasil deskriptif analisis wisata ini digunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat penyusunan blockplan di tahap sintesis. 4. Konsep Pada tahap ini ditentukan konsep dasar perencanaan lanskap Kebun Anggrek yang akan dikembangkan. Pendekatan konsep yang digunakan adalah pendekatan terhadap karakter anggrek sebagai obyek utama dan kegiatan wisata

39 24 yang direncanakan. Konsep dasar yang dihasilkan dikembangkan menjadi konsep pengembangan berupa konsep ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas. 5. Sintesis Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari analisis. Peta komposit dari hasil analisis spasial aspek biofisik topografi dan vegetasi dijadikan dasar dalam pembagian ruang, berisi zona kesesuaian intensitas aktivitas wisata. Hasil analisis deskriptif dari aspek biofisik lainnya dan konsep menjadi bahan pertimbangan dalam membagi ruang lebih detail pada peta komposit untuk menghasilkan rencana blok/blockplan. 6. Perencanaan Tahap perencanaan merupakan tahap menspasialkan blockplan yang dihasilkan sebelumnya. Detail blockplan ini dituangkan secara diagramatis dalam bentuk siteplan. Pengembangan konsep yang telah dituangkan pada siteplan kemudian diperkuat kembali dengan tema dan bentuk yang akan diaplikasikan pada tapak. Untuk memperjelas tema dan bentuk yang diadopsi, disertai pula image-image yang akan membantu visualisasi tapak nantinya.

40 25 IV. KONDISI UMUM 4.1. Kota Magelang Geografis dan Administratif Secara geografis Kota Magelang terletak pada posisi 7º º30 9 LS dan 110º º12 52 BT. Wilayah Kota Magelang memiliki luas Ha atau sekitar 0,06% dari keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif pemerintahan, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 dan 7 Tahun 2005 Kota Magelang terdiri atas 3 kecamatan dan 17 kelurahan. Letaknya berada di persilangan lalu lintas ekonomi dan wisata antara Semarang- Magelang-Yogyakarta dan Purworejo-Temanggung, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (Gambar4): Utara : Kecamatan Secang Kabupateng Magelang Timur : Sungai Elo/ Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Selatan : Kecamatan Martoyudan Kabupaten Magelang Barat : Sungai Progo/ Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Gambar 4 Peta administrasi Kota Magelang (Sumber: BAPPEDA Kota Magelang)

41 Topografi dan Fisiografis Secara topografi Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Kemiringan topografi yang terjal terdapat di bagian barat (sepanjang Sungai Progo) dan di sebelah timur (di sekitar Sungai Elo) dengan kemiringan 15-30%. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada pada ketinggian antara mdpl dengan titik tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl. Secara fisiografis, Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang dikelilingi oleh gunung merapi dan pegunungan. Gunung merapi yang mengelilingi Kota Magelang yaitu Merbabu, Sindoro, dan Sumbing. Pegunungan yang mengelilingi Kota Magelang adalah Gianti, Menorah, Andong, dan Telomoyo (BAPPEDA, 2009) Geologi Ditinjau dari satuan morfologi, bahan alluvium tersebar sampai di bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo. Alluvium tersusun oleh batuan hasil sedimentasi perombakan batuan yang lebih tua yang bersifat lepas. Umumnya alluvium ini berada pada ketinggian antara m, berelief datar sampai agak datar dengan kemiringan 3-8% (BAPPEDA, 2009). Menurut data BAPPEDA (2009), litologi yang menempati daerah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan konglomerat. Batuan ini merupakan hasil produksi gunung berapi berupa endapan kwarter. Sifat batuan pasir dan breksi/konglomerat ini sangat porous (kelulusan air tinggi), penurunan terhadap beban kecil mendekati nol (0), serta daya dukung terhadap bangunan berkisar 5kg/cm²-19 kg/cm² Iklim Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari laporan BAPPEDA (2009), Kota Magelang memiliki temperatur rata-rata maksimum 32 C dan minimum 20 C dengan kelembaban 88,8%. Jumlah curah hujan bulanan di Kota Magelang sebanyak 93,43 mm dengan rata-rata curah hujan harian 7,79 mm.

42 Hidrologi Sumber air di Kota Magelang digolongkan menjadi air permukaan dan air tanah. Kota Magelang dibatasi juga oleh dua sungai besar yaitu Sungai Elo di sebelah timur dan Sungai Progo di sebelah barat. Di tengah-tengah kota terdapat dua saluran air yaitu Kali Bening dan Progo Manggis yang difungsikan sebagai saluran irigasi dan sumber air untuk menyiram taman-taman kota Taman Kyai Langgeng Lokasi dan Aksesibilitas Kawasan Taman Kyai Langgeng (TKL) terletak di Jalan Cempaka, sebelah barat Kota Magelang, Desa Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang (Gambar 5). TKL memiliki luasan 27,05 Ha. Adapun Batas-batas TKL adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Perumahan Penduduk Sebelah Selatan : Kios Suvenir Sebelah Timur : Rumah Dinas Walikota Sebelah Barat : Kali Progo PETA KOTA MAGELANG PETA TAMAN KYAI LANGGENG KEC.SECANG KAB.MAGELANG SUNGAI PROGO PERUMAHAN KEC.BANDONGAN KAB.MAGELANG TAMAN KYAI LANGGENG KEC.TEGALREJO KAB.MAGELANG RUMAH DINAS WALIKOTA KIOS SUVENIR Gambar 5 Peta lokasi Taman Kyai Langgeng (Sumber: BAPPEDA dan Brosur TKL)

43 28 Kawasan TKL dapat diakses dari Yogyakarta dengan jarak 45 km dengan waktu tempuh 60 menit menggunakan kendaraan, 76 km dari Semarang dengan waktu tempuh 90 menit, 50 km dari Purworejo dengan waktu tempuh 60 menit (Gambar 6a). Ketiga kota tersebut merupakan akses utama menuju kota Magelang dari kota-kota yang berbatasan dengannya. Di dalam Kota Magelang, untuk mencapai TKL dapat dilakukan melalui jalan-jalan arteri dalam kota dengan 3 akses (Gambar 6b). Akses pertama, pengunjung dari arah Semarang/Temanggung dapat mencapai TKL melalui Jalan A.Yani-Sutoyo-Cempaka. Akses kedua, pengunjung dari arah Boyolali/ Wonosobo/Yogyakarta dapat mencapai TKL melalui Jalan Jenderal Sudirman- Tidar-Sutoyo-Cempaka. Akses ketiga, pengunjung dari Wonosobo/Purworejo mencapai TKL melalui Jalan Gatot Subroto-Sutoyo-Cempaka. Ketiga akses tersebut dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan pribadi dan umum. Saat ini ketiga akses dalam kondisi baik dengan perkerasan berupa aspal. Keterangan > Akses menuju TKL 6a. Dari luar Kota 6b. Dalam kota Gambar 6 Peta aksesibilitas ke Taman Kyai Langgeng (Sumber: Google dan Brosur TKL)

44 Sejarah Taman Kyai Langgeng (TKL) didirikan pada tahun 1980-an di areal lahan kritis, berupa persawahan dan kebun yang kurang produktif seluas 5 Ha. Pada awal didirikannya, TKL dimaksudkan sebagai tempat pembibitan tanaman untuk taman kota oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman Obat Magelang. Melalui gagasan Walikota Magelang Drs. H.A Bagus Panuntun, pada 4 Juli 1981, lokasi tersebut diubah menjadi taman bunga karena memiliki daya tarik pemandangan alam yang menarik. Prakarsa membangun taman bunga dimulai dengan mengajak pihak ketiga serta dibantu dari instansi lainnya seperti PDAM, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan, dan Dinas Petenakan. Melalui dana APBD Tk I tahun , akhirnya gagasan pembentukan taman bunga diwujudkan dalam bentuk taman rekreasi dan taman flora. Taman ini merupakan bentuk upaya pemerintah daerah dalam rangka penyelamatan, pelestarian, dan konversi sumber daya alam serta penggalian potensi pengembangan kepariwisataan daerah. Nama Taman Kyai Langgeng sendiri dipakai sejak tahun 1987 melalui surat keputusan DPRD Kota Magelang tanggal 03 September 1987, No. 12 tahun 1987 guna mengenang jasa tokoh perjuangan pada masa Perang Pangeran Diponegoro. Kyai Langgeng merupakan seorang ulama dan penasehat Pangeran Diponegoro sewaktu berjuang melawan kolonialisme Belanda, khususnya di wilayah Magelang. TKL diresmikan pada tanggal 15 September 1987 oleh Gubernur Jawa Tengah, yang pada saat itu dijabat oleh H. Muhammad Ismail dan didukung oleh Peraturan Daerah (PERDA) No.556.1/164/02/1987 dengan status Badan Pengelola Taman Kyai Langgeng. Kemudian status Badan Pengelola TKL berubah menjadi Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) TKL melalui PERDA No. 4 tahun Seiring dengan perkembangannya, TKL selalu berbenah diri untuk menjadi tempat wisata potensial dan unggul. Dengan luasannya yang semakin bertambah yakni 27,05 Ha, sampai sekarang Taman Kyai Langgeng dijadikan tempat rekreasi alternatif bagi keluarga, masyarakat umum, pelajar, mahasiswa sebagai sarana pendidikan, olahraga, dan rekreasi.

45 Aspek Wisata Atraksi Wisata Dalam kawasan TKL tersedia berbagai obyek dan atraksi wisata. Untuk memasuki kawasan TKL, terlebih dahulu pengunjung diharuskan membayar biaya masuk sebesar Rp 5.000,-. Pengunjung dikenakan tiket yang harganya berkisar antara Rp Rp apabila ingin menikmati obyek dan atraksi wisata seperti anjungan dirgantara, jet coaster, becak air, becak mini, bianglala, bemo tuk-tuk, dokar bermesin, kereta air, kereta mini, kolam renang, komidi putar, komidi layang, kuda mini, taman lalu lintas, dan outbound (Gambar 7). Untuk obyek wisata satwa, koleksi tanaman langka, dan kebun anggrek, pengunjung tidak memerlukan biaya untuk dapat menikmatinya. Daftar harga tiket tersaji pada Lampiran 1. Komidi putar Anjungan dirgantara Bianglala Outbond Satwa Gambar 7 Beberapa obyek dan atraksi wisata TKL

46 31 Koleksi tanaman langka yang dimiliki TKL antara lain Cempaka Ganda (Mycelia campaca), Dewa Daru (Eugenia sp.), Apel Bludru (Diospiros rabbola), Nagasari (Mesua ferrea), Matoa (Pometia pinata ireigfost), Ruser (Arthocarpus sp.), Lobi-lobi (Flacouritia inermis Roxb), Keben (Baringtonia asiatica), Kemiri (Aleurites moluceana), dan Kenari (Canarium commune). Setiap pohon memiliki identititas tersendiri berupa lempengan besi yang ditempelkan pada masingmasing pohon. Lempeng besi tersebut bertuliskan nama botani dan lokal dari masing-masing pohon. Dengan adanya lempengan tersebut, pengunjung dapat mengetahui nama dari pohon yang sedang dilihatnya. Berdasarkan wawancara dengan pengelola TKL, tanaman langka tersebut didapatkan secara gratis melalui sumbangan dari masyarakat. Selain koleksi tanaman langka, TKL juga memiliki koleksi satwa seperti ular piton, burung merak, bajing, monyet, siamang, dan ayam hutan. Setiap satwa tersebut berada di dalam kandang dan dapat disaksikan oleh pengunjung tanpa harus membayar Fasilitas Penunjang Wisata Fasilitas penunjang wisata yang dimiliki TKL meliputi gerbang, tempat parkir, kios cinderamata, loket tiket, pos jaga, papan informasi, jalur sirkulasi, toilet, kantin, tempat duduk-duduk, dan mushola. Beberapa kondisi fasilitas penunjang wisata di TKL saat ini dapat dilihat pada Gambar 8. Pengunjung disambut oleh gapura berukuran besar yang bertuliskan Taman Wisata Kyai Langgeng. Bagi pengunjung yang berkunjung ke TKL dengan menggunakan kendaraan pribadi akan melintasi gapura ini terlebih dahulu untuk kemudian kembali lagi setelah memarkir kendaraan. Fasilitas tempat parkir TKL letaknya memisah dari areal TKL yaitu berada tepat di depan pintu keluar dari TKL, terpisah oleh jalan beraspal (Jalan Cempaka). Tempat parkir tersebut mampu menampung berbagai jenis kendaraan dari kendaraan roda dua (sepeda motor) sampai dengan kendaraan roda 6 (bus).

47 32 Gapura penyambutan Loket tiket Papan informasi Sirkulasi primer Sirkulasi sekunder Kantin Area duduk-duduk Musholla Toilet Gambar 8 Beberapa fasilitas penunjang wisata TKL

48 33 Kios cinderamata berada di satu areal dengan tempat parkir pengunjung. Kios cinderamata ini menawarkan berbagai souvenir seperti t-shirt/baju kaos, sepatu, sandal, tas, dan makanan khas Kota Magelang seperti getuk yaitu jajanan yang terbuat dari ketela. Dari gerbang utama, pengunjung dapat melihat loket tiket di sisi sebelah timur. Loket tiket terdiri dari 6 jalur antrian yang berderet ke samping. Setelah membeli tiket, pengunjung diizinkan untuk memasuki areal TKL dengan melewati pos jaga terlebih dahulu. Papan informasi berukuran 3 x 3 m berdiri di satu sudut TKL. Letak papan informasi ini tidak jauh dari posisi pos jaga. Papan informasi ini berisikan peta wisata TKL sehingga pengunjung dapat mengetahui obyek wisata yang dapat dinikmati di dalam TKL. Di dalam areal TKL, pengunjung difasilitasi dengan jalur sirkulasi. Terdapat 2 jenis jalur sirkulasi yang digunakan TKL yaitu jalur sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer TKL ditutupi oleh perkerasan berupa conblock berwarna merah bata. Sirkulasi sekunder TKL menggunakan perkerasan berupa plester dari semen. Sirkulasi sekunder ini umumnya digunakan untuk lintasan wahana permainan seperti kereta api mini. Fasilitas lain yang menunjang aktivitas wisata di dalam TKL adalah kantin yang tersebar di seluruh areal TKL. Umumnya kantin yang berada di dalam areal TKL tersebut berupa kedai makanan dengan konstruksi terbuat dari kayu dengan cat berwarna biru. Kedai makanan tersebut menawarkan berbagi jenis makanan. Pemilik kedai biasanya aktif menghampiri pengunjung untuk menawarkan makanan sehingga pengunjung tidak perlu ke kedai untuk memesan. Dari 6 kantin yang menyebar di areal TKL, hanya satu kantin yang saat ini kondisinya terawat yakni kantin yang berada dekat dengan kolam renang yang berupa bangunan batu bata. Untuk memfasilitasi pengunjung yang kelelahan mengelilingi TKL, pengelola menempatkan tempat duduk di beberapa lokasi. Umumnya di setiap jalur sirkulasi di dalam TKL dilengkapi dengan tempat-tempat duduk di samping kiri atau kanan jalur. Pengelola menyediakan pula musholla untuk memfasilitasi pengunjung yang akan menunaikan ibadah. Toilet juga diadakan pada beberapa titik di areal TKL.

49 Pengunjung Berdasarkan data kunjungan yang diperoleh dari Bagian Operasional Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) TKL 2010, diketahui jumlah kunjungan wisatawan selama tahun cenderung mengalami peningkatan. Dari grafik pada Gambar 9 terlihat peningkatan jumlah kunjungan dari tahun 2007 ke tahun Pada tahun 2010 jumlah pengunjung mengalami penurunan yang signifikan terutama di Bulan November (Lampiran 2). Penurunan ini disebabkan oleh bencana meletusnya Gunung Merapi yang terjadi pada akhir tahun Magelang mendapat imbas dari meletus gunung merapi yakni luapan material banjir lahar dingin yang membuat ruas jalan Magelang-Yogyakarta sering ditutup. Hal ini mengakibatkan pengunjung memiliki kendala akses untuk mencapai TKL. Pengunjung Jumlah Tahun Gambar 9 Grafik jumlah kunjungan TKL tahun Untuk mengetahui karakter pengunjung TKL, maka disebarkan kuisioner (Lampiran 3) ke 30 responden yang diambil secara acak dari pengunjung di dalam TKL. Usia pengunjung responden berkisar antara tahun yang terdiri dari 83 % wanita dan 17% laki-laki. Sebagian besar responden (80%) berasal dari luar Kabupaten/Kota Magelang dan sisanya (20%) berasal dari Kabupaten/Kota Magelang. Berdasarkan pola kunjungannya, sebanyak 40% pengunjung responden melakukan kunjungan ke TKL 1 kali setahun, 37% 2-4 kali setahun, 17% baru sekali, dan 6% melakukan kunjungan lebih dari 4 kali setahun. Umumnya para responden melakukan kunjungan berkelompok yakni sebanyak 87% dan dengan keluarga sebanyak 13%.

50 35 Pemandangan di dalam TKL merupakan daya tarik utama bagi pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari 73% pengunjung responden memilih pemandangan di dalam TKL sebagai daya tarik utama dari TKL, diikuti oleh wahana permainan sebanyak 17%, dan koleksi tanaman langka sebanyak 10%. Gambar 10 merupakan beberapa spot pemandangan yang dapat dinikmati di dalam TKL. Pemandangan ruang terbuka TKL Pemandangan ke bumi perkemahan Pemandangan ke desa buku Pemandangan ke sangkar merak Gambar 10 Beberapa spot pemandangan di dalam TKL Berdasarkan keinginan pengunjung terhadap keberadaan Kebun Anggrek, 80% pengunjung responden menyatakan kesediaannya mengunjungi Kebun Anggrek jika terdapat di TKL, 17% respon ragu-ragu, dan 3% respon menyatakan tidak bersedia mengunjungi Kebun Anggrek. Responden juga memberikan penilaian terhadap 11 fasilitas yang direncanakan di Kebun Anggrek. Menurut responden urutan fasilitas yang dinilai perlu diprioritaskan keberadaannya apabila perencanaan wisata dilakukan di Kebun Anggrek yaitu: 1) tempat duduk, 2) jalur jalan, 3) papan penunjuk arah, 4) pusat informasi, 5) tempat ibadah, 6) toilet, 7) papan informasi, 8) tempat sampah, 9) tempat makan, 10) pos keamanan, dan 11) kios penjualan.

51 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Data dan Analisis Kondisi Awal Kebun Anggrek Kebun Anggrek memiliki luasan 8.459,5 m². Lokasinya berada di dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) tepatnya terletak di sisi belakang sebelah barat laut TKL. Adapun batas-batas Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 11. PERUMAHAN PENDUDUK BUMI PERKEMAHAN DESA BUKU KETERANGAN Utara: Perumahan Penduduk Selatan: Desa Buku Timur: Bumi Perkemahan Barat: Sungai Progo TANPA SKALA SUNGAI POGO Gambar 11 Peta batas Kebun Anggrek Saat ini keberadaan Kebun Anggrek difungsikan sebagai kebun pembibitan anggrek. Di dalamnya terdapat fasilitas pembibitan berupa rumah kaca sebanyak dua buah dengan ukuran yang berbeda. Di sebelah selatan rumah kaca berdiri rumah pengelola yang dialihfungsikan menjadi tempat menyimpan barang milik pekerja Kebun Anggrek. Aktivitas di dalam Kebun Anggrek hanya berupa pembudidayaan anggrek yakni sampai tahap pembesaran anggrek. Selain aktivitas budidaya tersebut, di Kebun Anggrek juga tampak terlihat aktivitas pemeliharaan harian oleh pekerja. Aktivitas wisata belum diadakan di dalam Kebun Anggrek. Peta eksisting Kebun Anggrek tersaji pada Gambar 12.

52 37

53 Aspek Biofisik Aspek biofisik pada Kebun Anggrek yang akan dianalisis secara spasial adalah topografi dan vegetasi. Aspek biofisik lainnya meliputi aksesibilitas dan sirkulasi, hidrologi, kualitas visual, iklim, dan tanah dianalisis secara deskriptif. Khusus untuk aspek vegetasi, analisis dilakukan secara spasial dan deskriptif Topografi dan Kemiringan Tapak Kebun Anggrek berbatasan langsung dengan Sungai Progo. Berdasarkan data dari BAPPEDA Kota Magelang tahun 2009, Kota Magelang memiliki topografi yang terjal di bagian barat, sepanjang Sungai Progo yakni dengan sudut kemiringan berkisar 15-30%. Kebun Anggrek yang berlokasi di tepi Sungai Progo juga memiliki topografi yang terjal. Untuk merekayasa topografi di Kebun Anggrek yang terjal tersebut, maka oleh pengelola TKL lahan Kebun Anggrek dibuat bertingkat-tingkat menyerupai terasering. Kebun Anggrek sendiri berada pada ketinggian antara m (Gambar 13). Analisis topografi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tapak dalam hal pengembangannya untuk aktivitas wisata. Kriteria kemampuan tapak untuk pengembangan kegiatan wisata dilihat dari kesesuaian lereng dalam tapak untuk pengembangan ruang luar serta potensi erosi pada tapak yang akan berpengaruh terhadap pengembangan kegiatan wisata. Berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng untuk pengembangan ruang luar Booth (1983), maka kemiringan tapak di Kebun Anggrek dapat diklasifikasikan menjadi 0-5%, 5-10%, 10-15%, >15%. Kondisi kemiringan tapak tersaji pada Gambar 14. Booth (1983) menyebutkan bahwa area dengan kemiringan 1-5% adalah area datar yang sesuai untuk pengembangan ruang luar. Pada kemiringan ini memungkinkan adanya elemen tapak berukuran besar seperti gedung utama, area parkir, dan sebagainya, serta aktivitas apapun dapat dilakukan (tidak terbatas) di dalamnya. Kemiringan 5-15% merupakan area landai sampai berbukit yang sesuai untuk berbagai tipe penggunaan lahan tetapi aktivitas di dalamnya terbatas. Kemiringan >15% merupakan area curam dimana di dalamnya tidak diperkenankan adanya aktivitas apapun.

54 39

55 40

56 41 Analisis topografi juga dilakukan berdasarkan potensi erosi yang dimiliki Kebun Anggrek. Potensi erosi ini dilihat dari kemiringan lereng dan tingkat run-off di tapak. Tingkat run-off mengikuti klasifikasi Darmawijaya (1990), dimana run-off diklasifikasikan berdasarkan kecepatannya menjadi sangat lambat hingga lambat, lambat hingga sedang, cepat hingga sangat cepat. Indikator untuk menentukan kecepatannya lambat sampai cepat berdasarkan kemiringan tapak. Pada area yang relatif datar (0-3%), aliran air di permukaan tanah (run-off) sangat lambat. Hal ini mengakibatkan air tergenang di permukaan tanah dalam waktu lama dan kemudian meresap ke dalam profil tanah atau menguap. Kondisi seperti ini tidak menyebabkan erosi. Aliran air di permukaan tanah (run-off) lambat sampai sedang pada area landai sampai berbukit (3-15%). Aliran dengan kecepatan tersebut mengakibatkan permukaan tanah tetap basah untuk waktu cukup lama walaupun air meresap ke dalam profil tanah. Dalam kondisi seperti ini, bahaya erosi belum begitu membahayakan. Jadi, area yang sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi erosi tidak berbahaya hingga belum begitu membahayakan. Area dengan kemiringan ini diberi nilai 3 karena sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata dengan potensi erosi yang tidak membahayakan. Area yang cukup sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi bahaya erosi yang belum begitu membahayakan. Area dengan kemiringan tersebut diberi nilai 2 karena cukup sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata. Pada area yang miring sampai curam (>15%), aliran air di permukaan tanah (run-off) berlangsung cepat dan hanya sebagaian kecil yang meresap ke dalam profil tanah. Kondisi seperti ini memiliki bahaya erosi yang cukup besar. Jadi, area yang kurang sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi bahaya erosi yang cukup besar. Area dengan kemiringan ini diberi nilai 1 karena kurang sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata dan bahaya erosi yang dimilikinya cukup besar. Hasil analisis kemiringan tapak menghasilkan peta kesesuaian aktivitas wisata yang dapat dilihat pada Gambar 15.

57 42

58 Vegetasi Vegetasi yang ada di Kebun Anggrek terdiri dari vegetasi di dalam rumah kaca dan di sekitar rumah kaca. Vegetasi di dalam rumah kaca adalah komoditi utama yang dibudidayakan di dalam kebun ini yaitu anggrek berupa bibit yang ditanam di dalam pot-pot. Vegetasi yang ada di sekitar rumah kaca didominasi oleh Pohon Jati (Tectona grandis). Pohon Jati ini ditanam sejak tahun 2004 sebanyak 105 pohon. Di sela-sela Pohon Jati tersebut terdapat beberapa pohon seperti Sawo Kecik (Manilkara kauki), Spatodea (Spathodea campanulata), Mahoni (Swietenia macrophylla), Flamboyan (Delonix Regia), Bambu (Gigantochloa apus), serta paku-pakuan yang menempel pada dinding badan Kali Bangkong. Vegetasi eksisting Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 16. Peta vegetasi di Kebun Anggrek disajikan pada Gambar 17. Kumpulan jati Kumpulan bambu Paku-pakuan Anggrek dalam pot Gambar 16 Vegetasi eksisting di Kebun Anggrek

59 44

60 45 Potensi vegetasi untuk pengembangan anggrek dilihat berdasarkan potensi anggrek yang bernilai ekonomi serta kemampuan vegetasi untuk dapat menjadi habitat anggrek dianalisis secara deskriptif. Bentuk bunga anggrek yang beraneka ragam, membuat spesies ini memiliki potensi genetik yang kaya untuk dimuliakan/disilangkan. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun terus melahirkan ragam varietas baru yang semakin unik dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Permintaan akan tanaman hias ini terus meningkat setiap tahun (Widiastoety, 2010). Purnawati (2003) dalam Kurniati et al. (2007) menjelaskan bahwa anggrek yang diekspor dari Indonesia dalam bentuk bibit, tanaman, dan bunga potong terdiri dari spesies Aranda, Cattleya, Phalaenopsis, dan Dendrobium dengan nilai ekspor US$ 3 juta pada tahun 1999, meningkat mencapai US$ 4,1 juta pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa anggrek memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Oleh karena itu komoditas anggrek ini akan dipertahankan sebagai vegetasi utama yang dikembangkan di tapak. Pohon Jati yang dominan mengisi bagian timur dan utara rumah kaca di Kebun Anggrek berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat menempelnya (pohon inang) anggrek epifit. Pohonnya yang berbatang licin dapat ditanggulangi dengan sebelumnya menempelkan batang pohon dengan media yang bisa menahan air, seperti serabut kelapa atau potongan pakis (Iswanto, 2002). Pada analisis spasial aspek vegetasi, analisis dilakukan berdasarkan kesesuaian vegetasi di tapak untuk menjaga sumber daya lahan yaitu kemampuan vegetasi dalam mengikat tanah maupun menyerap air. Bambu yang berada di sisi belakang Kebun Anggrek memiliki potensi untuk menahan tanah karena di daerah tersebut topografinya agak miring sampai miring/berbukit sehingga rawan longsor. Selain itu, keberadaan bambu sekaligus sebagai pembatas dan pengaman dari gangguan luar seperti pencurian. Vegetasi yang memiliki fungsi ekologis seperti pohon jati dan bambu sebagai pengikat tanah diberi nilai 3. Penutup tanah seperti rumput dan semak yang di atasnya tidak ada tegakan pohon diberi nilai 2 karena kemampuannya dalam mengikat tanah dan air kurang. Nilai 1 diberikan pada area yang tidak bervegetasi. Hasil analisis spasial vegetasi berdasarkan potensi dalam menjaga sumber daya lahan di tapak disajikan pada Gambar 18.

61 46

62 Aksesibilitas dan Sirkulasi Kebun Anggrek dapat diakses dengan mudah walaupun letaknya berada di sisi belakang atau sebelah barat laut TKL. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai Kebun Anggrek cukup jauh dari gerbang yakni sekitar 500 m. Kondisi topografi jalan yang bergelombang menambah kesan jauh tersebut. Di sebelah barat Kebun Anggrek terdapat akses dari Desa Buku berupa jalan yang ditutupi oleh perkerasan berupa plester dari semen yang mulai berlumut. Hal ini membahayakan karena jalan menjadi licin jika turun hujan. Akses masuk utama Kebun Anggrek berupa jembatan yang menghubungkan Kebun Anggrek dengan areal TKL lainnya yang terpisah oleh Kali Bangkong. Jembatan ini terletak di sisi selatan Kebun Anggrek, berdekatan dengan Bumi Perkemahan. Setelah melintasi jembatan, untuk mencapai ke dalam kawasan Kebun Anggrek terdapat akses berupa jalan yang ditutupi oleh conblock. Jalan ini dapat dilewati oleh kendaraan bermotor roda dua maupun empat milik pengelola. Saat ini kondisi jalan tersebut cukup baik meskipun di sela-sela conblock ditumbuhi oleh rumput liar. Kondisi jalan akses menuju Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 19. Akses dari desa buku Akses Kebun Anggrek dari barat Jembatan menuju Kebun Anggrek Akses utama menuju Kebun Anggrek Gambar 19 Kondisi jalan akses menuju Kebun Anggrek

63 48 Dalam area Kebun Anggrek, terdapat jalur sirkulasi yang menghubungkan pintu gerbang dan rumah kaca maupun rumah pengelola berupa tangga. Adanya tangga ini dikarenakan beda ketinggian sebesar 2 m antara letak pintu gerbang dengan rumah kaca dan pengelola. Terdapat pula akses antar rumah kaca berupa jalan bersemen yang saat ini kondisinya mulai ditumbuhi rumput liar di sisi sampingnya. Di sebelah selatan rumah kaca, tepatnya di area yang dipenuhi oleh pohon jati terdapat akses menuju Sungai Progo. Akses ini tidak mudah dilalui karena kondisi jalur sirkulasi di dalamnya belum memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna. Sirkulasi hanya berupa jalan setapak hasil bukaan dari semak yang tumbuh di sela-sela pohon jati sehingga orang yang melintasinya mengalami kesulitan dengan semak yang masih melintang dan menghalangi orang untuk melangkah. Kondisi jalur sirkulasi di dalam Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 20. Tangga menuju rumah kaca Sirkulasi sekitar rumah kaca Jalan setapak sekitar pohon jati Gambar 20 Kondisi jalur sirkulasi di dalam Kebun Anggrek Sirkulasi berupa jalan setapak hasil bukaan dari semak yang tumbuh di selasela pohon jati ini memungkinkan pengunjung dapat mengakses Sungai Progo dari dalam Kebun Anggrek padahal keberadaan Sungai Progo dapat membahayakan bila sungai sedang mengalir deras. Bahaya yang ditimbulkan

64 49

65 50 berupa kemungkinan pengunjung terseret ke dalam aliran sungai mengingat antara Kebun Anggrek dengan Sungai Progo tidak dibatasi oleh pengaman berupa pagar maupun vegetasi. Hal ini memungkinkan pengunjung Kebun Anggrek memiliki kesempatan mengakses Sungai Progo dengan bebas. Untuk itu perlu pembatas antara Kebun Anggrek dan Sungai Progo untuk membatasi pengunjung mengakses Sungai Progo secara bebas. Pembatasnya dapat berupa vegetasi yang ditanam rapat. Vegetasi yang dipilih berupa semak agar pemandangan Sungai Progo masih bisa terlihat dari dalam Kebun Anggrek. Kondisi akses dan sirkulasi Kebun Anggrek saat ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar Hidrologi Air merupakan elemen yang dibutuhkan di Kebun Anggrek karena menyangkut aktivitas budidaya anggrek mulai dari pembibitan sampai pembesaran anggrek yang tidak lepas dari kebutuhan akan pengairan. Sistem pengairan di Kebun Anggrek menggunakan air tanah. Air tanah dari sumur diteruskan ke tandon, dari tandon kemudian dialirkan melalui kran-kran yang telah dipasang pada masing-masing rumah kaca. Limbah air kemudian dibuang melalui saluran drainase yang telah dibuat menuju ke Kali Bangkong. Kali Bangkong ini terletak di selatan Kebun Anggrek. Kali Bangkong merupakan irigasi sekunder kota yang berasal dari Kali Bening. Kali Bening sendiri adalah irigasi primer Kota Magelang. Dari Kali Bangkong ini air limbah Kebun Anggrek dialirkan menuju ke Sungai Progo. Gambar 22 menunjukkan diagram alir sistem pengairan di Kebun Anggrek saat ini. Air Tanah Sumur Tandon Kran Rumah Kaca Sungai Progo Kali Bangkong Saluran Drainase Gambar 22 Diagram alir sistem pengairan di Kebun Anggrek Sumber air di Kebun Anggrek berasal dari air tanah yang digali dari sumur yang terletak di belakang rumah pengelola (Gambar 23). Keberadaan air tanah ini

66 51 sangat penting karena digunakan untuk kegiatan budidaya anggrek dalam kebun. Oleh karena itu, keberadaan air tanah tersebut harus dipertahankan agar ketersediannya dapat menunjang kebutuhan air rumah kaca. Selain itu, ketersediaan air bersih dibutuhkan untuk menunjang wisata yaitu pelayanan wisata seperti toilet yang keberlangsungannya tergantung pada air bersih. Tandon Saluran drainase Saluran drainase sekitar rumah kaca menuju Kali Bangkong Kali Bangkong Sungai Progo Gambar 23 Kondisi hidrologi di Kebun Anggrek dan sekitarnya Pola drainase pada Kebun Anggrek mengikuti topografi yang miring dari utara ke selatan. Ada dua bentuk pola drainase pada tapak, yaitu drainase alami dan buatan (Gambar 24). Sistem drainase yang sering dijumpai pada tapak adalah draianse alami. Drainase alami ini mengalir dari bagian yang tinggi ke bagian yang lebih rendah dan akhirnya ke Sungai Progo sebagai buangan terakhir. Dari drainase alami ini dapat terlihat aliran permukaan yang terdapat pada tapak.

67 52

68 53 Untuk mempertahankan ketersediaan air dalam tanah, maka siklus hidrologi di tapak harus dijaga agar berlangsung dengan baik. Aliran permukaan (run-off) yang merupakan bagian dari siklus hidologi berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah karena jika aliran permukaan ini cepat, maka kesempatan air untuk tersimpan dalam tanah kecil sekali begitupun sebaliknya. Aliran permukaan yang cepat ini juga dapat mengakibatkan erosi tanah. Oleh karena itu, area-area yang berpotensi memiliki aliran permukaan cepat perlu untuk tindakan yang dapat menekan laju aliran permukaannya, misalnya melalui penanaman penutup lahan berupa vegetasi yang dapat menahan air dalam tanah Kualitas Visual Secara umum kondisi visual yang ada di Kebun Anggrek didominasi oleh Pohon Jati yang tumbuh menyebar di sisi selatan rumah kaca. Pohon Jati yang tumbuh menyebar dan tak terawat ini mengakibatkan pandangan dari luar ke rumah kaca maupun sebaliknya menjadi terhalangi padahal Kebun Anggrek dikelilingi oleh area-area yang memiliki pemandangan indah. Pemandangan indah yang mengelilingi Kebun Anggrek antara lain Sungai Progo yang meander aliran airnya menarik dan dapat dinikmati dari sebelah barat Kebun Anggrek. Pemandangan area TKL lainnya menarik dengan kontur TKL yang berbukit-bukit memberikan kesan alami yang banyak diminati oleh pengunjung tetapi spot-spot menarik tersebut tidak dapat dinikmati dengan maksimal dikarena terhalang oleh Pohon-pohon Jati yang memenuhi bagian selatan Kebun Anggrek. Peta kondisi visual dapat dilihat pada Gambar 25. Dari luar bagian TKL lainnya seperti Bumi Perkemahan, Kebun Anggrek dapat terlihat dengan jelas. Tidak ada penghalang pandangan karena pada sisi tersebut tidak ada bentukan-bentukan seperti vegetasi atau bangunan yang menghalangi. Rumah kaca dalam Kebun Anggrek dapat terlihat dengan jelas dari Bumi Perkemahan. Dari Desa Buku yang letaknya berada di sebelah selatan Kebun Anggrek, Kebun Anggrek masih dapat terlihat dengan jelas. Terutama akses menuju Kebun Anggrek berupa jembatan, dapat terlihat tanpa halangan dari Desa Buku. Dari

69 54

70 55 akses jalan TKL yang menghubungkan Desa Buku dan Kebun Anggrek, pemandangan menuju Kebun Anggrek terhalang oleh pohon-pohon jati yang memenuhi sisi depan Kebun Anggrek. Di dalam Kebun Anggrek, kondisi rumah kaca catnya mulai kusam yang menimbulkan pemandangan kurang baik (bad view). Bad view semakin bertambah dengan kondisi di sekitar rumah kaca yang tidak terurus seperti rumput tumbuh liar dan tidak terpangkas, serta pohon-pohon di sebelah selatan dan barat rumah kaca yang ditanam tak tertata. ` Tanah Berdasarkan data BAPPEDA tahun 2009, jenis dan sifat tanah di Kota Magelang umumnya seragam, sehingga untuk tanah di Kebun Anggrek ini sama halnya dengan kondisi tanah di Kota Magelang yaitu berjenis alluvial coklat tua kekelabuan. Jenis tanah ini merupakan akibat dari pelapukan batuan yang cukup tinggi dan endapan alluvial di sepanjang Sungai Progo dan Sungai Elo. Menurut Darmawijaya (1990), tanah yang berasal dari Sungai Progo umumnya subur karena berasal dari Gunung Merapi yang masih muda dan kaya akan unsur-unsur hara. Jenis tanah ini mudah menyerap air (permeable). Dalam hal pengadaan fasilitas di area dengan jenis tanah ini memerlukan perlakuan khusus karena jenis tanah ini rentan longsor. Perlakuan yang dapat dilakukan seperti penanaman vegetasi untuk membantu dalam menahan air Iklim Mikro Menurut data BAPPEDA (2009), Kota Magelang memiliki temperatur ratarata maksimum 32 C dan terendah 20 C. Suhu yang relatif rendah ini membuat Kota Magelang berhawa sejuk. Begitu pula iklim di Kebun Anggrek yang termasuk di dalam kawasan Kota Magelang secara umum tergolong sejuk. Karena pengukuran sampel hanya dilakukan pada siang hari didapatkan suhu rata-rata 32,5ºC yang tidak berbeda jauh dengan suhu rata-rata maksimum Kota Magelang, maka iklim di Kebun Anggrek dapat dikatakan sejuk pula. Hal ini dikarenakan di

71 56 sekeliling maupun di dalam Kebun Anggrek masih banyak pohon yang dapat mereduksi panas matahari. Pengukuran iklim mikro dilakukan di 4 titik dimana pada masing-masing titik tersebut diambil 3 kali pengukuran suhu. Indikator iklim yang diamati meliputi suhu dan kelembaban yang keduanya digunakan dalam perhitungan THI (Thermal Humidity Index). Keempat titik pengambilan suhu dan kelembaban adalah daerah dengan penutup lahan berupa: rumput, bangunan, naungan (pohon) serta perkerasan. Pemilihan di keempat penutupan lahan ini ditujukan untuk mendapatkan suhu tertinggi dan terendahnya. Pemilihan ini dimaksudkan untuk mengetahui suhu yang nantinya akan tercipta apabila penutupan lahan dibuat seperti empat jenis penutupan lahan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran iklim mikro di tapak, maka didapatkan hasil THI dari keempat jenis penutupan tersebut adalah sebagai berikut: jenis penutupan lahan berupa rumput dan bangunan memiliki kesamaan THI sebesar 31 serta jenis penutupan lahan berupa naungan (pohon) dan perekerasan masing-masing memiliki THI 27. Hasil pengukuran THI secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil pengukuran THI Jenis Penutupan Lahan Indikator Titik Rata-rata THI yang Diamati a b C Rumput Suhu ( C) ,3 31 Kelembaban (%) ,3 Bangunan Suhu ( C) Kelembaban (%) ,7 Naungan (Pohon) Suhu ( C) Kelembaban (%) ,7 Perkerasan di bawah naungan Suhu ( C) Kelembaban (%) ,3 Umumnya orang tropis merasa tidak nyaman berada pada THI > 27. Hasil pengukuran THI pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada 2 jenis penutupan lahan yakni rumput dan bangunan yang tidak ada penaung di atasnya tingkat kenyamannya adalah tidak nyaman. Sedangkan 2 jenis penutupan lahan lainnya yaitu perkerasan dan di bawah naungan menunjukkan THI yang nyaman. Jenis

72 57 penutupan lahan dengan perkerasan masih menunjukkan THI yang nyaman dikarenakan di Kebun Anggrek perkerasannya masih di bawah naungan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan naungan berpengaruh terhadap THI. Pengukuran suhu ini juga memperlihatkan bahwa suhu di sekitar Kebun Anggrek sesuai apabila diperuntukkan dalam mengembangkan komoditi anggrek. Suhu yang baik untuk pertumbuhan anggrek berkisar 15-35ºC. Tetapi kelembaban udara menjadi kendala di sini dikarenakan kelembaban udara yang dimiliki berkisar antara 43-55% sedangkan kelembaban udara optimal untuk pertumbuhan anggrek berkisar antara 65-70%. Hal ini dapat diatasi dengan membudidayakan anggrek di dalam rumah kaca yang suhu dan kelembabannya dapat direkayasa. Menurut Brown dan Gillespie (1995), untuk merekayasa kelembaban udara dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sebuah lanskap dari area sekitarnya dengan bangunan solid, penyediaan naungan penuh, dan sumber air Aspek Wisata Atraksi Wisata Menurut Gunn (1994), atraksi memiliki dua fungsi utama dalam wisata. Pertama, atraksi berfungsi menarik minat seseorang untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Kedua, atraksi berfungsi memberikan kepuasan kepada pengunjung. Hingga saat ini belum ada atraksi wisata yang dapat menarik pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Kebun Anggrek. Kegiatan pembibitan dan pembesaran yang saat ini terdapat di dalam Kebun Anggrek kurang menarik minat pengunjung. Hal ini dikarenakan pengunjung umumnya lebih tertarik dengan anggrek yang sudah berbunga sedangkan yang terdapat dalam Kebun Anggrek saat ini adalah anggrek yang belum berbunga. Kebun Anggrek memiliki dua potensi wisata yang dapat dikembangkan. Pertama, bunga anggrek berpotensi menjadi obyek dalam kawasan wisata Kebun Anggrek. Anggrek dengan spesies, bentuk, dan corak yang beragam yang dimilikinya berpotensi untuk menjadikannya obyek wisata. Kedua, budidaya anggrek dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata yang menarik minat pengunjung untuk datang. Aktivitas pembibitan anggrek yang saat ini sedang

73 58 berlangsung di dalam kebun berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik misalkan pengelola menampilkan pula anggrek yang sudah berbunga. Kegiatan budidaya anggrek yang saat ini hanya sebatas pembibitan dan pembesaran ditingkatkan aktivitasnya sampai tahap pembungaan. Iklim tapak yang tidak mendukung dalam pembungaan anggrek dapat diatur melalui perekayasaan suhu dan kelembaban yang sesuai untuk pembungaan anggrek di dalam rumah kaca. Daya tarik lainnya yang dapat meningkatkan minat pengunjung untuk datang ke Kebun Anggrek adalah pengadaan event-event yang kegiatannya masih berhubungan dengan anggrek. Event-event tersebut diselenggarakan secara reguler maupun isidental. Event-event yang dimaksud antara lain: 1. Workshop anggrek dimana kegiatan di dalamnya meliputi rangkaian wisata edukatif berupa pelatihan yang kegiatannya terdiri dari pengenalan anggrek secara teoritis, praktik langsung budidaya sampai merangkai bunga anggrek. Gambar 26 menunjukkan image reference mengenai kegiatan workshop anggrek. Pengenalan teoritis Praktik budidaya Merangkai bunga Gambar 26 Kegiatan workshop anggrek (Sumber: eventtransagro.files.wordpress.com dan 2. Festival anggrek yang diadakan secara reguler setiap 6 bulan sekali, dimana dalam festival tersebut terdapat berbagai acara seperti pameran anggrek yang menampilkan anggrek-anggrek langka atau khas yang sedang

74 59 berbunga dari daerah lain. Selain pameran, di dalam festival tersebut juga diadakan berbagai perlombaan yang berhubungan dengan anggrek. Adapun perlombaan yang dapat diadakan antara lain: a. Lomba menggambar dan mewarnai untuk anak-anak, dimana obyek lukisnya merupakan obyek-obyek dalam kebun anggrek. b. Lomba foto anggrek, dimana obyek fotonya adalah anggrek-anggrek yang berada dalam kebun. c. Lomba keindahan bunga anggrek (orchid contest), dimana pesertanya adalah para penghobi dan pengkoleksi anggrek. Koleksi anggrek para penghobi dilombakan untuk dinilai keindahannya. d. Lomba merangkai bunga anggrek. Referensi gambar untuk kegiatan perlombaan yang berhubungan dengan anggrek dapat dilihat pada gambar 27. Lomba menggambar dan mewarnai Lomba foto Orchid contest Lomba merangkai bunga Gambar 27 Aneka perlombaan dalam festival anggrek (Sumber: gedepangrango.org, 1.bp.blogspot.com, prasetya.ub.ac.id)

75 Fasilitas Penunjang Fasilitas yang tersedia di Kebun Anggrek terdiri dari dua buah rumah kaca dan satu rumah pengelola. Sekilas tampak tidak ada perbedaan antara rumah kaca dan rumah pengelola, karena ketiganya sama-sama memiliki bentuk bangunan yang hampir sama dan dicat dengan warna yang sama. Setelah dilihat lebih seksama, rumah kaca memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan ruang pengelola. Dua rumah kaca yang terletak berhadapan memiliki ukuran yang berbeda. Rumah kaca yang tepat berada di sisi barat rumah pengelola memiliki ukuran panjang 36,7 m dan lebar 9,85 m. Ukuran rumah kaca tersebut lebih besar dibanding rumah kaca yang berada tepat di depannya yang berukuran panjang 24,2 m dan lebar 9,85 m. Rumah pengelola sendiri memiliki ukuran panjang 16 m dan lebar 8,88 m. Di rumah pengelola pun tidak terlihat adanya aktivitas, karena selama ini hanya digunakan untuk menyimpan barang pengelola seperti sepeda motor dan alat-alat pembibitan. Kondisi fasilitas di Kebun Anggrek dapat dilihat pada Gambar 28. Rumah kaca Rumah pengelola Gambar 28 Fasilitas di Kebun Anggrek Pengelolaan a. Pengelola Pengelola Kebun Anggrek merupakan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan Kebun Anggrek. Adapun pihak-pihak terkait tersebut antara lain

76 61 Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) Taman Kyai Langgeng, Dinas Pertanian, serta Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang. Kebun Anggrek merupakan bagian dari Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) Taman Kyai Langgeng yang pengelolaannya di bawah Dinas Pertanian Kota Magelang. Bagian dari Dinas Pertanian yang membidangi Kebun Anggrek ini adalah seksi produksi. Seksi produksi ini bertanggung jawab terhadap keberadaan Kebun Anggrek dimana terdapat lima pegawai Dinas Pertanian yang ditugaskan dalam seksi ini. Selain lima pegawai dari Dinas Pertanian, Kebun Anggrek ini juga memiliki dua orang pegawai non-dinas Pertanian yang secara penuh bekerja di dalam Kebun Anggrek. Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang berperan selaku penyedia bibit anggrek dalam pengelolaan Kebun Anggrek saat ini. b. Kegiatan Kebun Anggrek merupakan tempat budidaya anggrek untuk kemudian dijual dalam keadaan berbunga. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada Kebun Anggrek terbagi menjadi dua yakni kegiatan budidaya anggrek serta kegiatan pemeliharaan fisik terhadap Kebun Anggrek dan sekitarnya. Kegiatankegiatan tersebut di lapangan dilakukan oleh kedua pegawai non-dinas Pertanian. Kedua Pegawai non-dinas Pertanian bekerja dari pukul setiap hari Senin-Jumat. Kedua pegawai tersebut memiliki tugas untuk mengadakan pemeliharan terhadap anggrek hingga anggrek yang sudah dibesarkan berumur 4 bulan dan siap untuk dikirim ke Kopeng untuk dibungakan. Selain itu kedua pegawai tersebut bertugas untuk melakukan pemeliharaan terhadap kebersihan sekitar rumah kaca. Kelima pegawai Dinas Pertanian melakukan pemantauan terhadap Kebun Anggrek setiap 3 kali seminggu. Setiap kunjungan dilakukan oleh 3 orang secara bergantian. Dalam kunjungan tersebut, pegawai yang sedang bertugas melakukan pengecekan mengenai perkembangan pembibitan anggrek yang sedang berlangsung serta pemantauan terhadap kebersihan dan keamanan Kebun Anggrek.

77 62 Bibit anggrek yang dibudidayakan di Kebun Anggrek berasal dari Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang. Bibit tersebut di dapatkan dari 4 kota yaitu Yogyakarta, Semarang, Malang, dan Jakarta. Selama 4 bulan, bibit tersebut mengalami pembesaran vegetatif di Kebun Anggrek. Setelah pembesaran vegetatif, anggrek dibawa ke Kopeng untuk pembesaran generatifnya selama 2 bulan. Kopeng adalah sebuah desa di Kecamatan Getasan, Semarang, Jawa Tengah. Desa ini memiliki iklim dataran tinggi yang sesuai untuk pembungaaan anggrek. Setelah berbunga, kemudian anggrek didistribusikan oleh pihak Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang ke Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta untuk dipasarkan. Hasil penjualan anggrek ini kemudian masuk ke dalam kas Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang. Saat ini Dinas Pertanian hanya bertindak sebagai fasilitator agar agribisnis berkembang di Kota Megalang sehingga tidak memperoleh keuntungan dari penjualan anggrek. Tetapi untuk rencana jangka panjang, Dinas Pertanian akan menarik uang sewa Pengunjung Pemantauan lapang di saat TKL padat pengunjung yaitu pada hari Sabtu dan Minggu tetapi tidak terlihat pengunjung TKL yang berkunjung ke Kebun Anggrek. Padahal areal TKL lainnya seperti wahana permainan ramai dikunjungi. Kebun Anggrek berpotensi untuk didatangi pengunjung karena berdasarkan data dari pengelola TKL, pengunjung TKL meningkat setiap tahunnya dengan jumlah kunjungan rata-rata per tahunnya sebanyak pengunjung. Dari ratarata kunjungan sebanyak itu, hampir tidak ada yang menyediakan waktunya untuk berkunjung ke Kebun Anggrek. Tidak adanya pengunjung ke Kebun Anggrek dikarenakan letaknya yang berada di bagian paling belakang TKL dimana bagian ini jarang dilintasi pengunjung karena letaknya yang jauh dari pintu gerbang utama. Di sisi belakang TKL tersebut, terdapat Bumi Perkemahan yang letaknya tepat di sisi kiri Kebun Anggrek. Bumi Perkemahan ini ramai ketika ada rombongan dari sekolah yang berkemah saja. Kemudian di sebelah selatan Kebun Anggrek terdapat Desa Buku yang jarang pengunjungnya juga.

78 63 Di dalam Kebun Anggrekpun belum ada obyek dan atraksi wisata yang menarik pengunjung untuk mendatanginya. Banyaknya pepohonan yang menutupi Kebun Anggrek menambah keberadaannya tidak terlihat. Selain itu, dalam peta wisata yang dibuat oleh pengelola TKL tidak dicantumkan Kebun Anggrek ini sebagai salah satu obyek wisata di dalamnya. Hal ini menyebabkan pengunjung tidak mengetahui keberadaan Kebun Anggrek tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner didapatkan kesimpulan bahwa umumnya pengunjung TKL berusia tahun. Golongan usia tahun ratarata merupakan pelajar dan pekerja. Wisata yang dapat dikembangkan lebih bersifat rekreasi. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, mereka cenderung membutuhkan sebuah kegiatan yang dapat memulihkan kesegaran jasmani mereka setelah penat beraktivitas di sekolah maupun di kantor. Usia anak-anak pun berpotensi untuk menjadi pengunjung Kebun Anggrek. Menurut Ernawulan (2003), usia anak-anak cenderung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu. Sehingga hal inilah yang menjadikan potensi Kebun Anggrek untuk dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata bertujuan edukasi. Untuk menggabungkan kedua tujuan yakni tujuan rekreasi dan edukasi, maka aktivitas di dalam Kebun Anggrek diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan nilai edukatif dan rekreatif bagi pengunjung Hasil Analisis Berdasarkan peta komposit (Gambar 29) hasil overlay aspek biofisik yang telah dianalisis, didapatkan area dengan 3 tingkat intensitas terhadap aktivitas wisata di Kebun Anggrek, yaitu: 1. Area dengan intensitas tinggi Area ini didominasi oleh kemiringan yang datar (1-5%) sehingga aktivitas dalam area ini tidak terbatas (intensif). Kemiringan yang datar ini memungkinkan pula untuk pendirian bangunan yang besar seperti rumah kaca, ruang informasi sebagai penunjang aktivitas wisata. Bibit anggrek yang dibudidayakan pada area ini memiliki nilai ekonomi sehingga

79 64 dipertahankan keberadaannya dengan memberikan fasilitas yang dapat meningkatkan produksi anggrek. 2. Area dengan intensitas sedang Area ini didominasi oleh kemiringan yang landai sampai bergelombang (5-15%) sehingga aktivitas yang dapat dilakukan di dalamnya terbatas dan cenderung pasif atau semi intensif. Untuk pendirian bangunan sebagai fasilitas penunjang wisatapun memiliki syarat yakni bangunan dibangun dengan memperhatikan arah kemiringan lahan atau ditempatkan sejajar dengan kontur. Hal ini merupakan upaya meminimalisasi perlakuan cut and fill pada tapak. Run-off lambat-sedang yang terdapat di area ini dapat dikendalikan dengan pembuatan sumur resapan atau kolam. Kolam ini nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu sumber air di Kebun Anggrek. Pohon jati yang dominan di area ini dipilih beberapa untuk dipertahankan keberadaannya untuk tempat tumbuh anggrek epifit. 3. Area dengan intensitas rendah Area ini didominasi oleh kemiringan curam (>15%) sehingga aktivitas yang diperkenankan di dalamnya sangat terbatas (non intensif). Pembangunan di area ini dilarang karena memiliki potensi erosi yang besar. Oleh karena itu, bentuk pengembangan untuk area ini berupa tindakan yang mengarah pada konservasi. Vegetasi yang telah ada dipertahankan untuk menunjang upaya konservasi tersebut.

80 65

81 Konsep Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan lanskap yang akan dikembangkan pada tapak adalah wisata Kebun Anggrek yang edukatif dan rekreatif. Aspek edukatif dimaksudkan bahwa Kebun Anggrek memberikan pembelajaran mengenai budidaya anggrek yang saat ini berlangsung di tapak dan pengenalan jenis-jenis anggrek bagi pengunjung. Aspek rekreatif bertujuan agar pengunjung mendapatkan penyegaran tubuh dan pikiran kembali setelah berkunjung ke Kebun Anggrek melalui keindahan koleksi anggrek yang tersaji di dalamnya serta kegiatan budidaya yang dapat menjadi sebuah terapi bagi pengunjung. Tujuan dari onsep ini adalah menjadikan kebun anggrek di TKL tidak hanya sebagai kebun pembibitan tetapi ditingkatkan fungsinya sebagai obyek wisata yang edukatif dan rekreatif sehingga Kebun Anggrek dapat menjadi alternatif tempat wisata dan rekreasi di dalam kawasan TKL. Pengembangan Kebun Anggrek sebagai obyek wisata harus mampu mengakomodasi kepentingan produksi dan pengunjung tanpa harus mengorbankan kepentingan ekologis. Sehingga dalam perencanaannya akan dikembangkan tiga fungsi yang dapat dilihat pada Gambar FUNGSI PRODUKSI FUNGSI WISATA 3. FUNGSI PENYANGGA 3 Gambar 30 Konsep dasar

82 67 Tiga fungsi yang akan dikembangkan meliputi fungsi produksi, wisata, dan penyangga. Penjelasan ketiga fungsi tersebut dijelaskan berikut ini: 1. Fungsi produksi, berkaitan dengan keberlanjutan produksi anggrek yang merupakan komoditas utama yang akan dikembangkan pada tapak. 2. Fungsi wisata, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisata pengunjung yang dituangkan dalam obyek dan atraksi wisata serta fasilitas penunjangnya yang diakomodasikan dalam tapak. 3. Fungsi penyangga, dikembangkan untuk menjaga kondisi sumber daya lahan dan air Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep ruang ini ditujukan untuk membagi tapak berdasarkan penjabaran fungsi-fungsi yang dimiliki Kebun Anggrek. Pembagian ruang berdasarkan tujuan pengembangan tapak yaitu menjadikan tapak sebagai obyek wisata yang produktif, edukatif dan rekreatif, serta tetap menjaga keberlanjutan sumber daya yang dimiliki maka terbentuklah ruang produksi, ruang wisata, dan ruang penyangga. Ruang wisata terbagi menjadi ruang pendukung wisata dan wisata utama. Pada ruang wisata utama dikembangkan kembali sub-sub ruang dimana setiap sub ruang tersebut akan menghadirkan taman anggrek dalam tema yang berbeda-beda. Sub-sub ruang tersebut antara lain sub ruang hutan anggrek, taman anggrek dalam paranet, taman anggrek gaya eropa, taman anggrek gaya jepang, dan taman anggrek gantung. Ruang hutan anggrek menampilkan suasana hutan yang merupakan habitat alami anggrek. Taman anggrek dalam paranet menampilkan suasana habitat buatan untuk anggrek. Taman anggrek gaya eropa menghadirkan taman anggrek dengan gaya khas taman eropa dengan menampilkan sclupture seperti yang banyak ditemui pada taman-taman eropa pada umumnya. Taman anggrek gaya jepang menghadirkan taman kering dengan elemen batuan banyak ditampilkan pada ruang ini. Taman anggrek gantung

83 68 memiliki kemiripan dengan hutan anggrek, hanya saja anggrek yang digantung di ruang ini adalah anggrek yang diletakkan dalam pot kemudian digantung. Konsep ruang secara spasial dapat dilihat pada Gambar a 2a 1 2b 2b 2b 3 3 2a RUANG PRODUKSI RUANG WISATA 2a. PENDUKUNG WISATA (Penerimaan dan Pelayanan) 2b. WISATA UTAMA Hutan Anggrek Taman Anggrek Paranet Taman Anggrek Gaya Eropa Taman Anggrek Gaya Jepang Taman Anggrek Gantung RUANG PENYANGGA Gambar 31 Konsep ruang Ruang produksi adalah ruang yang sudah ada pada tapak yang akan dipertahankan untuk aktivitas budidaya dan produksi anggrek. Pada ruang ini terdapat dua buah rumah kaca. Rumah kaca berukuran 24,2 m x 9,85 m tetap dipertahankan untuk kegiatan produksi dimana aktivitasnya di dalamnya tertutup untuk pengunjung sedangkan rumah kaca yang berukuran 36,7 m x 9,85 m terbuka untuk pengunjung sebagai salah satu daya tarik wisata dalam Kebun Anggrek. Ruang wisata adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas wisata yang sifatnya edukatif dan rekreatif. Ruang ini terdiri dari ruang wisata utama dan pendukung wisata. Ruang wisata utama adalah ruang yang menampilkan anggrek sebagai obyek wisata dalam bentuk rumah kaca, taman anggrek, dan hutan anggrek. Taman anggrek ditampilkan dengan tema yang berbeda yakni taman anggrek dalam paranet, taman anggrek gaya eropa, taman anggrek gaya jepang, dan taman anggrek gantung. Dengan adanya tema yang

84 69 berbeda pada masing-masing taman anggrek diharapkan aktivitas wisata pengunjung yang datang tidak berpusat pada satu ruang. Ruang pendukung wisata terdiri dari ruang penerimaan dan pelayanan wisata. Ruang penerimaan merupakan ruang yang pertama kali didatangi oleh pengunjung. Sebagi welcome area ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus sehingga menarik minat pengunjung. Ruang pelayanan wisata merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata seperti tempat informasi, ruang workshop, dan ruang display anggrek. Ruang pelayanan wisata mencakup pula tempat makan, musholla, dan toilet. Ruang penyangga adalah ruang untuk menjaga sumber daya lahan dari erosi tanah sekaligus melindungi tapak dari gangguan luar. Ruang ini merupakan area yang memiliki kemiringan >15% Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang direncanakan pada tapak berfungsi sebagai penghubung antar ruang dan dalam masing-masing ruang. Sirkulasi yang dikembangkan terbagi atas sirkulasi produksi dan sirkulasi wisata. Sirkulasi produksi merupakan jalur pengelolaan dan produksi anggrek baik berupa lintasan sarana produksi pertanian maupun untuk pengangkutan hasil, serta sirkulasi di dalam rumah kaca. Sirkulasi untuk sarana produksi pertanian direncanakan menyatu dengan jalur pejalan kaki di Kebun Anggrek. Hal ini untuk efisiensi luasan Kebun Anggrek. Sirkulasi wisata merupakan sirkulasi yang menghubungkan pengunjung dengan ruang-ruang wisata yang terbentuk. Pengembangan sirkulasi di dalam ruang wisata mengadopsi bentukan bunga anggrek yang diaplikasikan di tapak khususnya pada ruang wisata utama untuk memperkuat karakter anggrek pada tapak. Pengaplikasian bentukan bunga anggrek pada konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 32.

85 70 SIRKULASI PRODUKSI SIRKULASI WISATA Gambar 32 Konsep sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep vegetasi merupakan penjabaran vegetasi yang direncanakan digunakan pada tapak. Secara umum konsep vegetasi di tapak terbagi menjadi dua yaitu vegetasi utama dan pendukung. Vegetasi utama adalah anggrek yang menjadi obyek utama yang akan dikembangkan di tapak dimana dalam peletakannya mempertimbangkan habitasi dari masing-masing jenis anggrek yang digunakan yakni mulai dari anggrek yang ditanam di atas permukaan tanah (terestrial) sampai menempel di pohon (epifit). Konsep vegetasi pada ruang wisata utama disesuaikan dengan tema pada masing-masing sub ruang yang terbentuk. Pada sub ruang hutan anggrek menampilkan anggrek epifit yang ditempel di pohon. Sub ruang taman anggrek dalam paranet menampilkan anggrek epifit dan saprofit yang membutuhkan naungan penuh. Sub ruang taman anggrek gaya eropa menampilkan anggrek epifit yang ditanam di media tanam yang diletakkan di atas tanah. Sub ruang taman anggrek gaya jepang menampilkan anggrek litofit. Batu-batuan berlumut akan banyak dihadirkan pada taman gaya jepang ini. Selain sebagai elemen utama taman gaya jepang, batuan berlumut ini berfungsi sebagai menempelnya anggrek litofit yang habitasinya adalah batuan berlumut. Vegetasi pendukung adalah vegetasi yang mendukung keberadaan anggrek, menjaga kelestarian tapak,

86 71 maupun penambah estetis di tapak. Gambar 33 menunjukkan konsep peletakkan vegetasi. Tabel 4 menunjukkan konsep vegetasi secara lebih terperinci. 1. Anggrek untuk budidaya (epifit) 1 A B 3 2 E C 4 D 3 2. Anggrek untuk obyek interpretasi A. Epifit menempel di pohon B. Epifit digantung di pot C. Epifit dan saprofit D. Epifit E. Litofit 3. Anggrek pendukung keindahan ( terestrial dan litofit) 4. Vegetasi penyangga Gambar 33 Konsep vegetasi Tabel 4 Konsep vegetasi Konsep vegetasi Utama Pendukung Tujuan Golongan Habitasi Letak Budidaya dan ekonomi Obyek interpretasi Estetis Tempat tumbuh anggrek epifit Estetis Penyangga Anggrek spesies Epifit Ruang produksi (rumah kaca) Anggrek spesies Epifit menempel di Ruang wisata dan hybrid batang pohon,epifit utama menempel pada media, Anggrek spesies dan hybrid Pohon peneduh Tanaman hias (semak dan perdu) Vegetasi eksisting yang dipertahankan karena dinilai memiliki nilai ekologis bagi tapak. saprofit (serasah) Tanah dan batuan (litofit) Ruang pendukung wisata dan ruang produksi (sekitar rumah kaca) Ruang wisata utama Ruang wisata utama, ruang wisata pendukung, ruang produksi Ruang penyangga

87 Konsep Aktivitas Wisata Konsep aktivitas adalah penjabaran dari aktivitas yang direncanakan berdasarkan ruang yang telah terbentuk dari konsep ruang. Konsep aktivitas terbagi menjadi dua yaitu aktivitas produksi dan aktivitas wisata. Aktivitas wisata terbagi menjadi dua yaitu aktivitas wisata yang bersifat edukatif dan rekreatif. Secara lebih jelas konsep aktivitas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Konsep aktivitas wisata Ruang Sifat Deskripsi Aktivitas Jenis Aktivitas Produksi Produktif Aktivitas menghasilkan anggrek Budidaya anggrek dari pembibitan sampai pembungaan Wisata Utama Edukatif Aktivitas pembelajaran budidaya anggrek Rekreatif Aktivitas pengenalan jenis anggrek Menikmati keindahan bunga anggrek Praktik langsung budidaya untuk terapi Melihat langsung proses budidaya anggrek Orchid walk, forest orchid walk Photo hunting, dudukduduk, sightseeing, painting, pameran/ festival anggrek Horticulture therapy Pendukung Wisata Aktivitas yang mendukung kegiatan wisata Ticketing, belanja, makan, workshop, interpretasi anggrek melalui media/ fasilitas khusus Aktivitas wisata yang bersifat edukatif ditekankan pada kegiatan pembelajaran mengenai budidaya pengenalan jenis-jeins anggrek. Kegiatan ini menggunakan teknik interpretasi dalam menjalankannya. Teknik interpretasi yang direncanakan terbagi menjadi dua yaitu interpretasi langsung (attended service) dan tidak langsung (unattended service). Interpretasi langsung melibatkan langsung pengunjung dengan obyek interpretasi. Metode yang digunakan dalam teknik ini terdiri dari layanan personal (guided interpretation) dan pemanduan mandiri (self guided interpretation). Pada layanan personal, pengunjung disediakan pemandu atau interpreter. Interpreter akan memandu pengunjung secara langsung dalam berbagai aktivitas budidaya

88 73 anggrek mulai dari proses pembibitan sampai pembungaan serta menghasilkan karya seni dari anggrek berupa rangkaian bunga anggrek. Sedangkan pada pemanduan mandiri, pengunjung secara mandiri menggunakan media atau fasilitas khusus misal self guiding booklet untuk mengenal obyek interpretasi. Interpretasi tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Interpretasi disajikan dalam suatu program slide, video, film, rangkaian gambargambar dan sebagainya. Aktivitas ini dilaksanakan di ruang pelayanan wisata. Aktivitas wisata yang bersifat rekreatif adalah aktivitas menikmati keindahan koleksi anggrek. Kegiatannya dapat berupa photo hunting, belanja. sightseeing, painting, dan duduk-duduk. Aktivitas wisata yang direncanakan di Kebun Anggrek diperuntukkan untuk wisatawan lokal dan wisatawan nusantara tetapi tidak menutup kemungkinan dengan hadirnya wisatawan mancanegara. Secara umum aktivitas wisata di dalam Kebun Anggrek ditargetkan untuk semua golongan usia. Aktivitas wisata yang bersifat edukasi ditargetkan utamanya untuk segmen pengunjung usia pelajar yakni usia pelajar taman kanak-kanak sampai usia pelajar tingkat menegah atas Konsep Fasilitas Wisata Konsep fasilitas adalah penjabaran dari fasilitas-fasilitas yang akan disediakan untuk menunjang aktivitas yang telah direncanakan. Konsep fasilitas dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas produksi dan wisata. Fasilitas produksi eksisting yakni rumah kaca mengalami sedikit perubahan fungsi. Hal ini dikarenakan luasan sebesar 108,35 m² dari rumah kaca berukuran 36,7 m x 9,85 m akan dialihfungsikan menjadi ruang multimedia dan display anggrek. Sisa luasan dari rumah kaca akan tetap difungsikan untuk budidaya anggrek dimana kegiatan di dalamnya terbuka untuk pengunjung. Sedangkan rumah kaca berukuran 24,2 m x 9,85 m tetap dipertahankan untuk kegiatan produksi anggrek dan kegiatan di dalamnya tertutup bagi pengunjung. Konsep fasilitas dapat dilihat pada Tabel 6.

89 74 Tabel 6 Konsep fasilitas wisata Ruang Sifat Jenis Aktivitas Fasilitas Produksi Ekonomis Budidaya anggrek dari pembibitan sampai pembungaan Rumah kaca Pendukung Wisata Wisata Utama Edukatif Melihat dan mempraktekkan langsung proses budidaya anggrek Menelusuri dan mengobservasi koleksi anggrek di taman-taman tematik Rekreatif Photo hunting, dudukduduk, sightseeing Ticketing, belanja, makan, workshop, interpretasi anggrek melalui media/ fasilitas khusus Rumah kaca Paranet, jalur interpretasi, papan interpretasi Bangku taman, dek kayu, signage Loket tiket, pusat informasi, kios suvenir, kantin, multimedia room, program slide, video, film, rangkaian gambar 5.3. Sintesis Functional Diagram Hubungan antar ruang yang terbentuk berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat tersaji pada Gambar 34. Secara garis besar ruang terbagi menjadi 3 yaitu ruang produksi, ruang wisata (edukatif dan rekreatif), dan ruang penyangga. Peruntukkan ruang produksi dan wisata memperhatikan fungsi-fungsi ekologis sehingga menunjang terhadap keberadaan ruang konservasi. RUANG WISATA AKSES MASUK RUANG PENERIMAAN RUANG PELAYANAN RUANG PRODUKSI AKSES KELUAR RUANG PENYANGGA sirkulasi produksi sirkulasi wisata sirkulasi antar ruang Gambar 34 Diagram hubungan keterkaitan antar ruang

90 Blockplan Tiga area yang telah dihasilkan pada tahap analisis spasial menjadi pedoman dalam membagi ruang pada blockplan (Gambar 35). Menurut Gunn (1994), dalam merencanakan kawasan wisata, hal pokok yang harus diperhatikan bahwa wisata yang dibuat dapat memberikan kepuasaan bagi pengunjung, aktivitas wisata di dalam kawasan tidak merusak sumber daya tapak, serta dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi tapak. Oleh karena itu, dalam membagi ruang dari ketiga area yang telah dihasilkan pada tahap analisis spasial, maka peruntukkan ruang dibagi lagi dengan memperhatikan hasil analisis deskriptif aspek biofisik dan wisata yang telah dianalisa berdasarkan 3 hal pokok yang dikemukakan Gunn tersebut. Rencana blok (blockplan) akan ditentukan sebagai dasar dalam perencanaan lanskap obyek wisata kebun anggrek. Berikut alokasi masing-masing peruntukkan ruang beserta deskripsinya: 1. Ruang produksi adalah ruang yang secara biofisik aman dan cukup sesuai sampai sesuai untuk aktivitas wisata dengan intensitas sedang sampai tinggi. Ruang utama ini berada pada kemiringan lereng 1-5%. Ruang yang sesuai untuk aktivitas wisata (1-5%) dan memiliki intensitas aktivitas yang tinggi diperuntukkan untuk kegiatan budidaya anggrek. Ruang tersebut sudah ada pada tapak yang akan tetap dipertahankan untuk aktivitas budidaya dan produksi anggrek. Pada ruang ini terdapat rumah kaca dengan anggrek di dalamnya sebagai obyek wisata dan aktivitas budidaya yang menjadi atraksi wisata. 2. Ruang wisata adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas wisata tanpa ada kaitannya dengan produksi anggrek. Ruang ini berada pada kemiringan lereng 1-15% mencakup wisata edukatif dan rekreatif. Ruang wisata edukatif dan rekreatif sebenarnya saling berhubungan dan melengkapi. Obyek yang digunakan pada ruang tersebut adalah sama yakni anggrek tetapi tujuan kedua ruang tersebut berbeda. Anggrek pada ruang wisata edukatif digunakan sebagai obyek interpretasi, dimana untuk mengetahui morfologi dan fisiologis anggrek sebagai tujuan utamanya.

91 76 Sedangkan anggrek pada ruang wisata rekreatif dijadikan sebagai obyek keindahan yang dinikmati. Dalam ruang wisata termasuk pula ruang pendukung wisata yang terdiri dari ruang penerimaan dan pelayanan wisata. Ruang pendukung wisata ini memanfatkan tapak yang berkemiringan 1-5%. Ruang penerimaan merupakan ruang yang pertama kali didatangi oleh pengunjung. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus tapak sehingga menarik minat pengunjung. Ruang pelayanan wisata merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata seperti tempat informasi, tempat makan, tempat istirahat, musholla. Area pelayanan informasi mencakup ruang multimedia mengenai anggrek. 3. Ruang penyangga adalah ruang dengan intensitas penggunaan dan tingkat kesesuaian wisata yang rendah. Aktivitas yang dapat dilakukan pada ruang ini sangat terbatas. Area ini didominasi oleh kemiringan lereng >15% sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga sumber daya biofisik tapak. Tujuan pengembangan ruang ini adalah ke arah fungsi konservasi yaitu menjaga agar kondisi ekologis kawasan tetap terjaga keseimbangannya, tidak terjadi erosi tanah, dan menjaga kondisi air tanah tetap baik sehingga mencukupi kebutuhan air pada tapak.

92 77

93 Perencanaan Rencana Ruang Rencana ruang merupakan penjabaran lebih lanjut dari konsep ruang yang terbagi menjadi 5 ruang. 5 ruang tersebut meliputi 1) Ruang penerimaan, 2) Ruang pelayanan, 3) ruang wisata utama, 4) ruang produksi, 5) ruang penyangga. Persentase luasan pengembangan ruang dapat dilihat pada Tabel 7. Daya dukung Tabel 7 Rencana luas pengembangan ruang No. Ruang Luas yang Direncanakan (m²) Persentase (%) 1 Penerimaan 250 2,9 2 Pelayanan 603 7,2 3 Wisata utama ,6 4 Produksi 585,5 6,9 5 Penyangga ,4 Ruang penerimaan memiliki luas 250 m² (2,9% dari luas total keseluruhan). Ruang penerimaan ini merupakan ruang yang pertama kali di datangi oleh pengunjung. Sebagai welcome area ruang ini berfungsi memberikan identitas Kebun Anggrek dan pintu utama bagi pengunjung sehingga pengunjung mengetahui bahwa terdapat Kebun Anggrek di dalamnya dan menarik minat pengunjung untuk memasukinya. Ruang pelayanan memiliki luas 603 m² (7,2% dari luas total keseluruhan). Ruang pelayanan wisata ini merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata anggrek seperti ruang informasi. Ruang informasi adalah ruang yang direncanakan bagi pengunjung yang datang untuk mendapatkan informasi awal mengenai Kebun Anggrek. Ruang informasi ini memanfaatkan rumah pengelola yang selama ini tidak difungsikan. Ruang informasi ini pula dilengkapi pula kios suvenir, perpustakaan, musholla, dan toilet. Di ruang pelayanan ini juga terdapat ruang multimedia. Ruang multimedia ini memanfaatkan rumah kaca berukuran 36,7 m x 9,85 m dengan menggunakan luasan sebesar 11 m x 9,85 m untuk ruang ini. Ruang ini direncanakan untuk kegiatan workshop di dalamnya yang dapat menampung peserta sebanyak 10

94 79 orang. Ruang pelayanan ini juga terdapat kantin dengan luasan 9,85 m x 15 m dan dapat menampung 20 orang. Ruang wisata utama memiliki luas m² (44,6% dari luas total keseluruhan). Di dalamnya terdapat rumah kaca berukuran 36,7 m x 9,85 m dimana kegiatan budidaya di dalamnya terbuka untuk pengunjung. Di dalam ruang wisata anggrek ini pula menampilkan wisata anggrek dalam bentuk taman anggrek dan hutan anggrek. Ruang produksi memiliki luas 585 m² (6,9% dari luas total keseluruhan). Ruang ini berfungsi sebagai tempat budidaya anggrek dari proses pembibitan sampai pembungaan. Pada ruang ini terdapat dua buah rumah kaca. Rumah kaca berukuran 24,2 m x 9,85 m tetap dipertahankan untuk kegiatan produksi dimana aktivitas di dalamnya tertutup untuk pengunjung sedangkan rumah kaca yang berukuran 36,7 m x 9,85 m terbuka bagi pengunjung untuk wisata budidaya anggrek. Ruang penyangga memiliki luas m² (38,4% dari luas total keseluruhan). Ruang penyangga ini berfungsi melindungi Kebun Anggrek dari gangguan yang datangnya dari luar Kebun Anggrek sekaligus menjaga sumberdaya lahan dari erosi tanah. Daya dukung untuk masing-masing ruang yang dikunjungi oleh pengunjung tersaji pada Tabel 8. Perhitungan daya dukung ini menggunakan jam operasi Kebun Anggrek yakni dari pukul WIB. Tabel 8 Daya Dukung Wisata No. Lokasi Kapasitas / Satuan Waktu Banyaknya Rotasi Kapasitas/ Hari (orang) 1 R. Informasi 11/1 jam R. Multimedia 10/1 jam Kantin 20/1 jam Rumah Kaca 20/1 jam Jalur Hutan Anggrek 12/30 menit Jalur Taman Anggrek Gantung 11/30 menit Jalur Taman Anggrek Paranet 11/30 menit Jalur Taman Gaya Eropa 8/30 menit Jalur Taman Gaya Jepang 8/30 menit

95 Rencana Sirkulasi Sirkulasi yang direncanakan bertujuan untuk menghubungkan antar ruang yang terbentuk. Sehingga sirkulasi yang dikembangkan terbagi atas sirkulasi produksi dan sirkulasi wisata. Sirkulasi produksi merupakan jalur pengelolaan dan produksi anggrek baik berupa lintasan alat-alat pertanian maupun untuk pengangkutan hasil. Sirkulasi untuk alat-alat pertanian direncanakan menyatu dengan jalur pejalan kaki di Kebun Anggrek. Hal ini untuk efisiensi luasan Kebun Anggrek. Lebar jalan yang direncanakan untuk sirkulasi produksi sebesar 4 m. Jalan ini dapat dilalui oleh mobil pengelola untuk mengangkut hasil anggrek yang akan didistribusikan ke pasar. Sedangkan lebar jalan untuk sirkulasi produksi di sekitar rumah kaca direncanakan sebesar 1,7 m. Jalur sirkulasi produksi ini akan ditutupi oleh material perkerasan dari semen dengan motif anggrek sebagai unsur dekoratifnya. Sirkulasi wisata merupakan sirkulasi yang menghubungkan pengunjung dengan ruang-ruang wisata yang terbentuk. Sikulasi ini mencakup sirkulasi di dalam rumah kaca untuk wisata budidaya, sirkulasi di dalam paranet untuk interpretasi, serta sikulasi di luar bangunan yang digunakan untuk mengakses atraksi-atraksi wisata dalam Kebun Anggrek. Sirkulasi wisata direncanakan memiliki lebar 1-2 m. Material penutupnya berupa perkerasan berupa semen dan batu-batuan kecil Rencana Vegetasi Di dalam rencana vegetasi ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang contoh vegetasi yang akan digunakan di tapak sesuai dengan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya yakni vegetasi utama dan pendukung. Vegetasi utama yang direncanakan di tapak adalah anggrek. Peletakkan anggrek ini mempertimbangkan habitasi anggrek yakni dari anggrek yang ditanam di atas tanah sampai yang menempel di pohon (Gambar 36). Anggrek yang dikembangkan terbagi menjadi tiga tujuan. Pertama, anggrek untuk tujuan budidaya dan ekonomi. Anggrek dengan tujuan ini dimaksudkan untuk dibudidayakan sampai tahap pembungaan sehingga hasil dari penjualan

96 81 bunga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Kebun Anggrek. Anggrek yang dikembangkan adalah Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) yang ditanam pada pot. Adapun alasan pemilihan Anggrek Bulan sebagai komoditas budidaya dikarena saat ini spesies tersebut sedang dikembangkan di tapak dan berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola, Anggrek Bulan merupakan icon Kota Magelang sehingga diharapkan dengan pembudidayaan Anggrek Bulan ini, Kebun Anggrek ini dapat menjadi salah satu icon wisata Kota Magelang. Di atas tanah Di atas sabut kelapa Menempel di batu Menempel di pohon Gambar 36 Beberapa habitasi anggrek (Sumber: Dokumentasi Vera DD.) Anggrek dengan tujuan kedua yang dikembangkan di tapak adalah anggrek yang dimaksudkan sebagai obyek interpretasi. Anggrek dengan tujuan ini direncanakan ditempatkan pada ruang wisata yaitu untuk obyek interpretasi di taman anggrek (paranet) dan hutan anggrek. Anggrek sebagai obyek interpretasi dipilih anggrek hybrid dan anggrek spesies. Alasan pemilihan anggrek hybrid ini dikarenakan mudah berbunga dibanding anggrek spesies. Dengan keberadaan anggrek hybrid ini, di tapak akan menampilkan anggrek berbunga setiap waktu. Display bunga di taman anggrek dapat diganti-ganti bunganya secara periodik misal 2-4 kali dalam setahun. Pergantian bunga anggrek secara periodik ini membuat suasana kebun menjadi dinamis dan tidak monoton sehingga pengunjung dapat datang lebih dari 1 kali setahun dengan sajian display anggrek yang berbeda setiap berkunjung. Sedangkan anggrek yang ditampilkan pada hutan

97 82 anggrek adalah anggrek epifit yang menempel di batang pohon. Adapun anggrek epifit yang digunakan adalah Dendrobium biggibum yang rajin berbunga. Anggrek dengan tujuan ketiga yang dikembangkan yaitu untuk pendukung keindahan tapak. Anggrek dengan tujuan ini hanya sebagai elemen estetis kebun dan bukan sebagai obyek interpretasi. Anggrek yang dipilih adalah anggrek spesies dan hybrid yang rajin berbunga. Beberapa dipilih anggrek yang tahan panas karena akan ditempatkan pada area-area yang minim naungan seperti sekitar area pelayanan. Rencana vegetasi dapat dilihat pada Tabel 9. Vegetasi pendukung merupakan vegetasi yang keberadaannya dimaksudkan untuk mendukung kehidupan anggrek, penambah keindahan, dan penyangga Kebun Anggrek. Vegetasi yang dimaksud dapat bermanfaat dalam kehidupan anggrek seperti sebagai tempat menempel anggrek epifit. Vegetasi sebagai habitat anggrek epifit menggunakan Pohon Jati yang dipertahankan di tapak. Untuk menempelkan anggrek pada batang Pohon Jati yang licin maka sebelumnya batang pohon ditempeli media yang bisa menahan air sehingga anggrek epifit dapat melekat dengan baik. Adapun media tanam yang digunakan dapat berupa pakis maupun sabut kelapa (Gambar 37). Dengan pakis Dengan sabut kelapa Gambar 37 Media tanam pada batang pohon yang licin (Sumber: Iswanto, 2002) Vegetasi pendukung sebagai penambah nilai estetik dipilih semak dan perdu yang dipadu dengan anggrek secara harmonis. Rencana vegetasi pendukung tersaji pada Tabel 10. Beberapa image groundcover, semak dan perdu yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 38.

98 83 Tabel 9 Rencana vegetasi utama Tujuan Letak Golongan Genus Image Reference Spesies Budidaya dan ekonomi Ruang produksi (rumah kaca) Anggrek spesies Anggrek bulan Obyek interpretasi Ruang wisata utama (hutan) Anggrek spesies Dendrobium Phalaenopsis amabilis Ruang wisata utama (paranet) Anggrek spesies Phalaenopsis Oncidium Dendrobium Cattleya Dendrobium bigibbum Anggrek hybrid Doritaenopsis Aranda Brassolaeliocattleya Oncidium lanceanum Estetis Ruang pendukung wisata dan ruang produksi (sekitar rumah kaca) Anggrek spesies Anggrek hybrid Vanda Renanthera Mokara Ascocenda Brassolaeliocattleya Renanthera storiei Sumber Tabel 10 Gambar: Rencana vegetasi pendukung flickr.com Mokara red

99 84 Golongan Nama Spesies Latin Lokal Groundcover Aglaonema sp. Sri rezeki Asparagus sp. Ekor tupai Asplenium nidus Paku sarang burung Bromelia sp. Bromelia Caladium sp. Keladi hias Calathea sp. Maranta Carex morrowoii Kucai Chlorophytum sp. Lili paris Nephrolepis sp. Paku jejer Palisota barteri Palisota Phylodendron sp. Daun pilo Zephyranthes sp. Bawang brojol Semak Anthurium crystallinum Kuping gajah Canna sp. Bunga tasbih Costus sp. Pacing Dieffenbachia sp. Daun bahagia Cycas revoluta Sikas Nicolaia sp. Honje Perdu Heliconia sp. Pisang hias Pandanus amaryllifolia Pandan wangi Dracaena sp. Drasena Pachystachys lutea Lolipop Aglaonema sp. Bromelia sp. Pachystachys lutea Cycas revoluta Heliconia sp. Canna sp. Gambar 38 Beberapa tanaman groudcover, semak, dan perdu yang direncanakan (Sumber: Lestari dan Kencana, 2008)

100 85 Vegetasi penyangga merupakan vegetasi yang membatasi sekaligus mengamankan tapak dari gangguan alam maupun manusia dari luar tapak. Vegetasi penyangga berfung si untuk mencegah erosi khususnya pada lahan yang curam dan rawan terhadap erosi, selain itu juga dapat menjaga ketersediaan air tanah sekaligus mempertahankan kondisi ekologis lingkungan. Vegetasi penyangga yang digunakan adalah pohon jati dan bambu yang merupakan vegetasi eksisting yang dipertahankan keberadaannya Rencana Aktivitas Wisata Rencana aktivitas wisata merupakan aktivitas-aktivitas yang direncanakan untuk mengisi kegiatan di dalam ruang yang telah terbentuk. Di dalam ruang wisata dikembangkan aktivitas wisata yang bersifat edukasi dan rekreatif. Aktivitas wisata edukatif dimaksudkan bagi pengunjung untuk mempelajari proses budidaya yang saat ini berlangsung di tapak dari pembibitan sampai pembungaan secara langsung serta mengenalkan pengunjung terhadap berbagai jenis anggrek sesuai dengan habitatnya. Aktivitas wisata rekreatif dimaksudkan untuk pengunjung agar mendapat penyegaran tubuh dan pikiran melalui keindahan koleksi anggrek yang tersaji serta dapat menjadi terapi melalui praktek langsung budidaya (terapi hortikultura). Aktivitas tersebut agar dapat terlaksana dengan baik perlu didukung dengan fasilitas. Rencana fasilitas merupakan rencana pengadaan fasilitas-fasilitas untuk memfasilitasi aktivitas yang telah direncanakan. Untuk lebih jelasnya, rencana aktivitas dan alokasi fasilitas dapat dilihat pada Tabel 11. Untuk dapat menikmati aktivitas wisata di dalam Kebun Anggrek, pengunjung dikenakan terlebih dahulu tiket masuk. Bagi pengunjung yang mengikuti paket wisata dikenai biaya tambahan untuk workhsop, interpreter, dan snack peserta. Interpreter ini akan membawa pengunjung berkeliling Kebun Anggrek, mengarahkan dan menjelaskan pengunjung pada setiap obyek di dalam ruang wisata dan sub ruangnya yang terbentuk.

101 86 Tabel 11 Rencana aktivitas wisata Ruang Sub Ruang Aktivitas Fasilitas Pendukung wisata Penerimaan Ticketing Loket tiket, papan nama Kebun Anggrek Memperoleh informasi letak obyek Peta wisata dan fasilitas Kebun Anggrek Pelayanan Memperoleh informasi awal mengenai obyek-obyek dalam Kebun Anggrek Visitor Information Center (didalamnya dilengkapi dengan Wisata utama Wisata Budidaya Wisata Taman Anggrek Wisata Hutan Anggrek Wisata taman anggrek dan hutan anggrek Memperoleh informasi seputar anggrek melalui media khusus, Workshop Makan dan duduk-duduk Mempelajari dan mempraktikkan langsung pembibitan-pembungaan Menelusuri dan mengobservasi anggrek di taman-taman tematik (taman gantung, paranet, taman eropa, dan taman jepang) Menelusuri dan mengobservasi anggrek di hutan anggrek Duduk-duduk Sightseeing musholla dan toilet) Ruang multimedia Kantin, tempat sampah Rumah kaca Paranet, Papan interpretasi, signage paranet, signage anggrek, tempat sampah Papan interpretasi, signage orchid forest, signage anggrek, tempat sampah Bangku taman Dek kayu Produksi Produksi Pembibitan-pembungaan Rumah kaca Aktivitas wisata yang direncanakan sepenuhnya akan dikelola oleh Dinas Pertanian Kota Magelang. Pengelolaan berupa pemasukan tiket masuk, interpreter, pemeliharaan fisik ditangani langsung oleh Dinas Pertanian. Dinas Pertanian dapat melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam menunjang keberlangsungan aktivitas wisata di dalam Kebun Anggrek. Untuk aktivitas budidaya, pengelola dapat melanjutkan kerjasamanya dengan Asosiasi Tanaman Hias Kota Magelang sebagai penyedia bibit anggrek dan pendistribusian anggrek berbunga di luar kawasan TKL. Melalui Asosiasi Tanaman Hias ini juga dapat melakukan kerjasama dalam hal penyediaan tenaga pelatih dalam workshop anggrek. Untuk kegiatan workshop ini diperlukan kerjasama pula dengan pihak penyedia jasa katering untuk penyediaan konsumsi selama pelatihan berlangsung. Untuk pengelolaan kantin di dalam Kebun Anggrek, pengelola dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar TKL untuk mengisi makanan di dalam kantin.

102 Rencana Fasilitas Wisata Fasilitas yang direncanakan disesuaikan dengan kebutuhan tiap ruang berdasarkan aktivitas di dalamnya yang secara garis besar terbagi menjadi aktivitas produksi dan wisata. Sehingga fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas-fasilitas untuk menunjang aktivitas produksi seperti rumah kaca dan aktivitas penunjang wisata seperti ruang informasi, rumah anggrek, papan interpretasi, bangku taman, dan lain-lain. Fasilitas yang direncanakan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rencana fasilitas wisata Ruang Fasilitas Ukuran Satuan Jumlah Penerimaan Papan nama Kebun Anggrek 2 x 1 m 1 Loket tiket 3 x 2 m 1 Peta wisata Kebun Anggrek 1 x 0,5 m 4 Pelayanan Papan nama Ruang informasi 1 x 0,5 m 1 Ruang informasi (VIP) dan suvenir 15 x 9 m 1 Payung Tenda d = 2 m 5 Ruang multimedia 11 x 9,85 m 1 Wisata anggrek Rumah Anggrek (paranet) 205,64 m² 2 Papan interpretasi anggrek 1 x 0,5 m 42 Bangku taman 1,5 x 0,5 m 7 Dek kayu 7,5 x 3 m 1 Rumah kaca berfungsi untuk tempat budidaya anggrek. Rumah kaca yang direncanakan merupakan rumah kaca yang sudah ada sebelumnya. Di dalamnya direncanakan aktivitas untuk budidaya anggrek dari pembibitan sampai pembungaan sehingga akan disekat untuk memisahkan dua kegiatan tersebut. Sepertiga bagian dari rumah kaca akan digunakan untuk pembungaan dimana suhu di dalamnya diatur sesuai dengan suhu yang dibutuhkan untuk pembungan anggrek. Untuk mengatur suhu ruang pembungan ini, ruangan dibuat tertutup tanpa ventilasi dan ditambahkan AC (air conditioner) di dalamnya. Ruang multimedia berfungsi sebagai ruang untuk menayangkan informasi segala hal mengenai anggrek dengan menggunakan media khusus dilengkapi oleh wide screen, infocus, dan audio/sound system. Ruang multimedia ini memanfaatkan 30% luasan rumah kaca yang berukuran 36,7 m x 9,85 m. Ruang

103 88 ini juga difungsikan untuk kegiatan workshop dan display anggrek. Anggrek yang didisplay di ruang ini dapat dibeli oleh pengunjung. Gambar referensi display anggrek dalam ruang yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 39. Visitor Information Centre (VIP) berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh informasi umum seputar anggrek. VIP ini juga difungsikan sebagai kantor pengelola atau administrasi. Ruang ini menggunakan rumah pengelola yang selama ini tidak digunakan. Di dalamnya akan dilengkapi fasilitas seperti display suvenir, perpustakaan, musholla, dan toilet. Papan interpretasi berfungsi untuk media interpretasi pengunjung untuk mengenal anggrek yang tersebar di tapak. Papan interpretasi ini akan diletakkan di setiap terdapat anggrek kecuali anggrek dalam rumah kaca. Di dalam papan interpretasi memuat informasi mengenai nama botani dan lokal spesies serta keterangan tambahan lainnya dari anggrek terkait. Gambar 39 menunjukkan image reference papan interpretasi. Gambar 39 Beberapa contoh papan interpretasi Siteplan Siteplan merupakan produk akhir dari studi perencanaan ini. Siteplan ini merupakan penggabungan dari rencana ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan

104 89 fasilitas yang telah dibuat sebelumnya. Hasil dari siteplan ini berupa gambar grafis (Gambar 40) dilengkapi gambar detail plan (Gambar 41), gambar potongan (42) serta ilustrasi arahan desain (Gambar 43) Arahan Desain Arahan desain bertujuan untuk memperkuat karakter tapak sebagai kebun anggrek, oleh karena itu arahan desain yang dianjurkan adalah mengikuti karakter fisik bunga anggrek dari bentuk bunga dan warna bunga. Aplikasi desain ini digunakan untuk pola sirkulasi di ruang wisata yang mengadopsi bentuk bunga anggrek serta untuk elemen keras (hardscape) di tapak. Arahan desain untuk elemen keras ditunjukkan untuk pola perkerasan, relief dinding, signage, dan papan interpretasi. Pola perkerasan mengadopsi bentukan bunga anggrek. Warna ungu pada bunga anggrek yang sering dijumpai, diaplikasikan pada warna signage, dinding bangunan, dan bangku taman.

105 90

106 91

107 92

108 93

109 94 VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan Kebun Anggrek seluas 8.459,5 m² yang terletak di dalam areal Taman Kyai Langgeng ini memiliki kondisi eksisting biofisik yang dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata. Faktor kelerengan menjadi faktor penentu dalam menentukan area pengembangan aktivitas wisata. Berdasarkan analisis spasial terhadap aspek biofisik, maka diperoleh hasil analisis berupa tiga area dengan tingkat potensinya terhadap pengembangan wisata di Kebun Anggrek. Tiga area tersebut terdiri dari area dengan intensitas tinggi, sedang, dan rendah untuk pengembangan wisata. Saat ini tidak ada obyek maupun atraksi wisata yang ada di dalam Kebun Anggrek sehingga tidak ada kegiatan wisata di dalamnya. Kegiatan di dalam tapak hanya berupa pembibitan anggrek. Keberadaan anggrek dengan kegiatan pembibitan yang saat ini sedang berjalan di dalam kebun merupakan potensi wisata yang dapat dikembangkan. Anggrek berpotensi untuk menjadi obyek interpretasi dan obyek keindahan. Selain itu, kegiatan pembibitan anggrek dapat menjadi atraksi wisata yang dapat menarik minat pengunjung. Konsep dasar perencanaan lanskap yang akan dikembangkan pada tapak adalah wisata Kebun Anggrek yang edukatif dan rekreatif. Aspek edukatif dimaksudkan bahwa Kebun Anggrek memberikan pembelajaran mengenai budidaya dan pengenalan jenis-jenis anggrek bagi pengunjung. Aspek rekreatif bertujuan agar pengunjung mendapatkan penyegaran tubuh dan pikiran kembali setelah berkunjung ke Kebun Anggrek melalui keindahan koleksi anggrek yang tersaji di dalamnya dan kegiatan budidaya yang dapat menjadi terapi bagi pengunjung. Konsep dan tiga potensi area hasil analisis dikembangkan sehingga menghasilkan rencana lanskap wisata kebun anggrek. Rencana lanskap wisata kebun anggrek ini terdiri dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas, dan rencana fasilitas. Ruang wisata utama dibagi menjadi ruang wisata budidaya anggrek, ruang wisata hutan anggrek, ruang wisata anggrek dalam paranet, ruang wisata anggrek gantung, serta ruang wisata dalam bentuk

110 95 taman anggrek dengan gaya eropa dan jepang.. Selain itu untuk menunjang keberadaan ruang wisata tersebut, maka dibuat ruang penerimaan dan pelayaanan wisata, kemudian ruang penyangga untuk menjaga kelestarian tapak Saran Kondisi tapak yang berlereng perlu diwaspadai dalam penggunaannya agar tetap terjaga kelestariannya. Area yang sangat curam perlu dikonservasi untuk menjaga tata air tanah dan ketersediaan air tanah. Untuk lebih memberi identitas pada Kebun Anggrek sehingga keberadaannya mudah diketahui dan diingat oleh pengunjung, maka disarankan untuk membuat tagline dan maskot Kebun Anggrek agar mudah dikenal oleh pengunjung. Selain itu, untuk lebih menarik pengunjung yang datang diperlukan promosi dan informasi. Bentuk promosi yang dapat dilakukan seperti melalui pengadaan berbagai program event yang berhubungan dengan anggrek. Bentuk promosi lainnya melalui informasi yang disebar melalui berbagai media informasi seperti media cetak, pamflet, brosur, dan internet dengan website yang dapat diakses dengan mudah oleh pengunjung.

111 96 DAFTAR PUSTAKA Amdani, S Analisis Potensi Obyek Wisata Alam Pantai Di Kabupaten Gunung Kidul. [Skripsi]. Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anggara, A Merawat Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya. BAPPEDA Fakta Analisa-Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun Magelang: Pemerintah Kota Magelang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Booth, K Basic Elements For Landscape Architecture Design. Illionis: Waveland Press. Brown, R. D. dan Gillespie, T. J Microclimatic Landscape Design Creating Thermal Component and Energy Efficiency. New York: John Wiley and Son, Inc. Damanik, J. W. Helmut F Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: ANDI. Darmawijaya, M. I Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Darmono, D. W Permasalahan Anggrek dan Solusinya. Jakarta: Penebar Swadaya. Ernawulan, S. Perkembangan Anak Usia Dini. Pendidikan Guru TK. Universitas Pendidikan Indonesia. Gold, S. M Recreation Planning and Design. New York: McGraw Hill Book. Gunn, C. A Tourism Planning, Basic, Concept, Cases. Washington: Taylor and Francis. Gunn, C. A Vacationscape Developing Tourist Areas. Washington: Taylor and Francis.

112 97 Heryani, D Pra Desain Lanskap Universitas Mathla ul Anwar sebagai Botanical Garden. [Skripsi]. Arsitektur Lanskap. Institut Pertanian Bogor. Iswanto, H Petunjuk Perawatan Anggrek. Jakarta: Agromedia Pustaka Lestari, G. dan Kencana, I. P Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. Nurisjah, S Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap, IPB. Bogor. Nurisjah, S dan Q. Pramukanto Analisis Tapak dan Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Laskap, IPB. Bogor. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto Perencanaan Lanskap (Penuntun Praktikum). Studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Pamulardi, B Pengembangan Agrowisata Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus Desa Wisata Tingkir, Salatiga). [Tesis]. Program Studi Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro Semarang. Sabran, M Eksplorasi dan karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah. Buletin Plasma Nutfah 9 (1). Simonds, J. O. dan Barry W. S Landscape Architecture: A Manual of Environment Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Co. Suryanto, E Anggrek Hybrid Hasil Persilangan Dua Jenis Anggrek. [21 April 2011]. Wardiyanta Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. Widiastoety, D Potensi Anggrek Dendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian 29 (3). Yoeti, O. A Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Angkasa.

113 LAMPIRAN 98

114 99 Lampiran 1 Daftar Harga Tiket Obyek/Atraksi Wisata di TKL Sumber: Brosur TKL No Obyek/Atraksi Wisata Harga Tiket (Rp) Keterangan 1. Anjungan Dirgantara Berupa badan pesawat terbang 2. Jet Coaster Becak Air Becak Mini Untuk anak-anak 5. Bianglala Kapasitas 16 orang 6. Bemo Tuk-tuk Dokar Bermesin Kereta Air Kereta Mini Kapasitas 25 orang 10. Kolam Renang Komidi Putar Komidi Layang Kuda Mini Taman Lalu Lintas Lampiran 2 Jumlah Pengunjung TKL Tahun No. Bulan Jumlah Pengunjung (Orang) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Sumber: Bagian Operasional PDOW TKL per Februari 2011

115 100 Lampiran 3 Kuisioner pengunjung DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KUISIONER PENGUNJUNG TAMAN KYAI LANGGENG Tanggal Pengambilan: Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera, Saya Kasliyanti Islamiah, mahasiswi IPB jurusan Arsitektur Lanskap mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Kakak/ Adik untuk mengisi kuisioner penelitian saya dengan judul Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Agro Kebun Anggrek di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah. Terima kasih atas kesediaannya KUISIONER PENGUNJUNG I. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG 1. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Daerah Asal : Apakah pendidikan terakhir anda? a. Sekolah Dasar (SD) b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) c. Sekolah Menengah Atas (SMA) d. Perguruan Tinggi (PT) 6. Apakah profesi/pekerjaan anda saat ini? a. Pelajar b. Mahasiswa c. Pegawai (Negeri/ Swasta) d. Wiraswasta e.lainnya (sebutkan) Transportasi yang digunakan ke Taman Kyai Langgeng adalah a. Kendaraan umum b. Kendaraan pribadi (mobil) c. Kendaraan pribadi (motor) d. Berjalan kaki II. TUJUAN DAN POLA KUNJUNGAN 1. Seberapa sering Anda mengunjungi Taman Kyai Langgeng? a. Baru kali ini c. 2-4 x setahun b. 1 x setahun d. > 4 x setahun 2. Berapa lama Anda melakukan kunjungan ke Taman Kyai Langgeng? a. 1 hari d. 1 minggu b. 2 hari e. Lainnya c. 3 hari (sebutkan). 3. Bersama siapakah Anda berkunjung ke kawasan Taman Kyai Langgeng? a. Sendiri c. Keluarga b.teman/berkelompok d.lainnya (sebutkan) Apakah tujuan utama Anda berkunjung ke Taman Kyai Langgeng? a. Bermain wahana (anjungan dirgantara, bianglala, komedi putar, kuda mini, taman lalu lintas, dll) b.berjalan-jalan menikmati suasana dan pemandangan Taman Kyai Langgeng c. Kegiatan penelitian d. Study tour/ fieldtrip e. Lainnya (sebutkan) Apakah kegiatan yang paling Anda sukai di kawasan Taman Kyai Langgeng? a. Bermain wahana b. Melihat dan menikmati suasana/pemandangan alam c. Membaca di Desa Buku d. Melihat dan mengamati tumbuhan e. Lainnya (sebutkan) Menurut Anda, bagian mana yang menjadi daya tarik utama dari Taman Kyai Langgeng? a. Wahana permainan

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Wisata Pengertian Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Wisata Pengertian Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap terdiri dari lanskap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Data dan Analisis 5.1.1. Kondisi Awal Kebun Anggrek Kebun Anggrek memiliki luasan 8.459,5 m². Lokasinya berada di dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) tepatnya terletak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata Secara etimologi kata rekreasi berasal dari bahasa Inggris yaitu recreation yang merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali dan creation yang berarti

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 2.2 Wisata Terpadu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 2.2 Wisata Terpadu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Menurut Simond (1983) lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter lanskap tersebut.

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org) 10 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini bertempat di sebidang lahan pertanian di Desa Krajan, Kelurahan Pangulah Utara dan Selatan, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Iman Priambodo I.0202054 BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian Judul Arti kata Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tapak secara geografis terletak di 3 o 16 32-3 o 22 43 Lintang Selatan dan 114 o 3 02 114 o 35 24 Bujur Timur administratif termasuk ke dalam Kelurahan Kertak

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata

BAB III METODE PENELITIAN. Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wana Wisata Kawah Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata Kawah Putih

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10 MK. DASAR DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari BAB III METODE PERANCANGAN Kajian perancangan ini adalah berupa penjelasan dari proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan,

Lebih terperinci

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Lanskap Lanskap dapat diartikan sebagai bentang alam (Laurie, 1975). Lanskap berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat hubungan totalitas

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HOTEL RESOR DI TANJUNG JAYA

HOTEL RESOR DI TANJUNG JAYA HOTEL RESOR DI TANJUNG JAYA LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER I TAHUN 2007/2008 Oleh RR PRITHA HAYUNINGTYAS P 152 03 026 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi PENENTUAN JALUR WISATA BERDASARKAN POTENSI OBYEK DI KABUPATEN KULONPROGO MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penulisan...

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan, BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu

Lebih terperinci